PEMBERIAN CAMPURAN ABU TULANG SAPI DENGAN BEBERAPA ASAM ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN P-TERSEDIA TANAH INCEPTISOL
SKRIPSI OLEH ANDI PRATAMA
080303063
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATAERA UTARA MEDAN
PEMBERIAN CAMPURAN ABU TULANG SAPI DENGAN BEBERAPA ASAM ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN P-TERSEDIA TANAH INCEPTISOL
SKRIPSI OLEH ANDI PRATAMA
080303063
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Penelitian : Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol
Nama : Andi Pratama
NIM : 080303063
Departemen : Agroekoteknologi
Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Mukhlis, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc NIP. 19620102 198803 1 004 NIP. 19640620 199803 2 001
)
Mengetahui
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRACT
Cow bone ash is a potential source of anorganic P in terms of number and its contents, but the amount available in the form of little. The greenhouse research aimed to determine the effect of a mixture of cow bone ash with organic acids tothe available inceptisol P and growth of maize (Zea mays L.). The research was conducted in the greenhouse and analyzed in the laboratory of research and technologi of Agriculture Faculty of North Sumatera University of Medan on May-October 2013, which uses non-factorial randomized block design consisting of 13 treatments with 3 replications that is: Control, T1K (cow bone ash
166.7 g + non acid), T1S1 (cow bone ash 166.7 g + citric acid 2% 500.1 mL),
T1A1 (cow bone ash 166.7 g + acetic acid 2% 500.1 mL), T1L1 (cow bone ash
166.7 g + lactic acid 2% 500.1mL), T2K (cow bone ash 333.4 g + non acid), T2S2
(cow bone ash 333.4 g + citric acid 2% 1000.2 mL), T2A2 (cow bone ash 333.4 g
+ acetic acid 2% 1000.2 mL), T2L2 (cow bone ash 333.4 g + lactic acid 2%
1000.2 mL), T3K (cow bone ash 500.1 g + non acid), T3S3 (cow bone ash 500.1 g
+ citric acid 2% 1500.3 mL), T3A3 (cow bone ash 500.1 g + acetic acid 2%
1500.3 mL), dan T3L3 (cow bone ash 500.1 g + lactic acid 2% 1500.3 mL).
The result of research indicated that the treatment of cow bone ash 500.1 g/soil 5 kg + citric acid 2% 1500.3 mL/soil 5 kg capable of further enhancing soil pH, available soil P, P-uptake of plants, plant canopy dry weight, plant root dry weight, and maize plant height compared with other treatments.
ABSTRAK
Abu tulang sapi merupakan sumber P-anorganik yang potensial dalam hal jumlah dan kandungannya namun jumlah dalam bentuk tersedianya sedikit. Asam organik berguna untuk melarutkan P-anorganik abu tulang sapi. Penelitian rumah kaca ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang sapi dengan asam organik terhadap P-tersedia tanah inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, dan dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU Medan pada bulan Mei–Oktober 2013 yang menggunakan rancangan acak kelompok nonfaktorial terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu: Kontrol, T1K (166.7 g abu tulang sapi + tanpa
asam), T1S1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam sitrat 2%), T1A1 (166.7 g
abu tulang sapi + 500.1 mL asam asetat 2%), T1L1 (166.7 g abu tulang sapi +
500.1mL asam laktat 2%), T2K (333.4 g abu tulang sapi + tanpa asam), T2S2
(333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam sitrat 2%), T2A2 (333.4 g abu tulang
sapi + 1000.2 mL asam asetat 2%), T2L2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL
asam laktat 2%), T3K (500.1 g abu tulang sapi + tanpa asam), T3S3 (500.1 g abu
tulang sapi + 1500.3 mL asam sitrat 2%), T3A3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3
mL asam asetat 2%), dan T3L3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam laktat
2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan 500.1 g abu tulang sapi/5 kg tanah + 1500.3 mL asam sitrat/5 kg tanah mampu lebih meningkatkan pH tanah, P-tersedia tanah, serapan P- tanaman , bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman dan tinggi tanaman jagung dibanding dengan perlakuan lainnya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, 11 Agustus 1989. Penulis merupakan anak
kedua dari empat bersaudara. Putra dari ayah Iruaman dan ibu Purnama.
Riwayat Pendidikan :
Pada tahun 1996 lulus dari Taman Kanak-Kanak Antonius Medan, tahun
2002 lulus dari SD Swasta Santo Antonius VI Medan, tahun 2005 lulus dari SMP
Swasta Trisakti 1 Medan, tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 14 Medan, dan tahun
2008 memasuki Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih
program studi Ilmu Tanah Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Ilmu Tanah. Penulis juga aktif dalam kegiatan:
Seminar dan Lokakarya Nasional yaitu: Keseimbangan Hara dan
Pengelolaan Kesuburan Tanah Berkelanjutan pada Kopi Arabika di
Sumatera dan Aceh dan Manajemen Lahan untuk Pertanian Berkelanjutan
(Pengkaderan Nasional II FOKUSHIMITI), Seminar Nasional
Intensifikasi Pengelolaan Lahan Perkebunan dan Hortikultura Berbasis
Lingkungan dalam rangka HUT Tridasawarsa IMILTA sebagai anggota
dan panitia.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) Kebun Bangun Siantar, Provinsi Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan
penelitian ini yang berjudul “Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan
Beberapa Asam Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung
(Zea mays L.) dan Ketersediaan Fosfat Tanah Inceptisol”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ir. Mukhlis, M. Si dan Ir. T. Sabrina, MAgr, Sc, PhD selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan bimbingan dan
sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya,
I.Saragih/ P.br Haloho yang telah memberikan semangat dan mendoakan saya
sampai saat ini, kepada kakak saya Irma br Saragih, Baron Saragih, Dearni br
Saragih, serta kepada sahabat saya Jayagust, Denny, Surya, Agnes, Linda, Gorrety
dan bg Rudi, bu Murni serta semua pihak yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2013
DAFTAR ISI ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kerangka Permasalahan Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Umum Ultisol Abu Tulang Sapi
Asam Organik AsamLaktat Asam Asetat Asam Sitrat Unsur Hara Fosfor Tanaman Jagung
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan Abu Tulang Sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Abu Tulang Sapi Tinggi Tanaman pH Tanah
P-Tersedia Tanah
Bobot Kering Tajuk Tanaman Bobot Kering Akar Tanaman Serapan P Tanaman
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
19 19 19 21 22 23 24 25 27
DAFTAR TABEL
No
JUDUL hal
1
2
3
4
5
6
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap pH Tanah
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap P-Tersedia Tanah
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap bobot kering tajuk tanaman
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap bobot kering akar tanaman
Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap serapan P-tanaman
19
22
23
24
25
DAFTAR LAMPIRAN
No
JUDUL hal
1` 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm) Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
Data Pengamatan pH Tanah Sidik Ragam pH Tanah
Data Pengamatan P-Tersedia Tanah (ppm) Sidik Ragam P-Tersedia Tanah
Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman
Data Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman (g) Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman
Data Pengamatan Serapan P-Tanaman (g/tanaman) Sidik Ragam Serapan P-Tanaman
ABSTRACT
Cow bone ash is a potential source of anorganic P in terms of number and its contents, but the amount available in the form of little. The greenhouse research aimed to determine the effect of a mixture of cow bone ash with organic acids tothe available inceptisol P and growth of maize (Zea mays L.). The research was conducted in the greenhouse and analyzed in the laboratory of research and technologi of Agriculture Faculty of North Sumatera University of Medan on May-October 2013, which uses non-factorial randomized block design consisting of 13 treatments with 3 replications that is: Control, T1K (cow bone ash
166.7 g + non acid), T1S1 (cow bone ash 166.7 g + citric acid 2% 500.1 mL),
T1A1 (cow bone ash 166.7 g + acetic acid 2% 500.1 mL), T1L1 (cow bone ash
166.7 g + lactic acid 2% 500.1mL), T2K (cow bone ash 333.4 g + non acid), T2S2
(cow bone ash 333.4 g + citric acid 2% 1000.2 mL), T2A2 (cow bone ash 333.4 g
+ acetic acid 2% 1000.2 mL), T2L2 (cow bone ash 333.4 g + lactic acid 2%
1000.2 mL), T3K (cow bone ash 500.1 g + non acid), T3S3 (cow bone ash 500.1 g
+ citric acid 2% 1500.3 mL), T3A3 (cow bone ash 500.1 g + acetic acid 2%
1500.3 mL), dan T3L3 (cow bone ash 500.1 g + lactic acid 2% 1500.3 mL).
The result of research indicated that the treatment of cow bone ash 500.1 g/soil 5 kg + citric acid 2% 1500.3 mL/soil 5 kg capable of further enhancing soil pH, available soil P, P-uptake of plants, plant canopy dry weight, plant root dry weight, and maize plant height compared with other treatments.
ABSTRAK
Abu tulang sapi merupakan sumber P-anorganik yang potensial dalam hal jumlah dan kandungannya namun jumlah dalam bentuk tersedianya sedikit. Asam organik berguna untuk melarutkan P-anorganik abu tulang sapi. Penelitian rumah kaca ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang sapi dengan asam organik terhadap P-tersedia tanah inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, dan dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU Medan pada bulan Mei–Oktober 2013 yang menggunakan rancangan acak kelompok nonfaktorial terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu: Kontrol, T1K (166.7 g abu tulang sapi + tanpa
asam), T1S1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam sitrat 2%), T1A1 (166.7 g
abu tulang sapi + 500.1 mL asam asetat 2%), T1L1 (166.7 g abu tulang sapi +
500.1mL asam laktat 2%), T2K (333.4 g abu tulang sapi + tanpa asam), T2S2
(333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam sitrat 2%), T2A2 (333.4 g abu tulang
sapi + 1000.2 mL asam asetat 2%), T2L2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL
asam laktat 2%), T3K (500.1 g abu tulang sapi + tanpa asam), T3S3 (500.1 g abu
tulang sapi + 1500.3 mL asam sitrat 2%), T3A3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3
mL asam asetat 2%), dan T3L3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam laktat
2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan 500.1 g abu tulang sapi/5 kg tanah + 1500.3 mL asam sitrat/5 kg tanah mampu lebih meningkatkan pH tanah, P-tersedia tanah, serapan P- tanaman , bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman dan tinggi tanaman jagung dibanding dengan perlakuan lainnya.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unsur hara fosfor (P) adalah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering
disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh
proses kehidupan. Di dalam tubuh tanaman, P memberikan peranan yang penting
dalam beberapa kegiatan pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin,
pembentukkan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman melawan efek
nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan kualitas hasil tanaman
dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Fosfor berperanan dalam menstimulir
pertumbuhan akar. Hal ini dibuktikan dari hasil percobaan pada tanah kekurangan
fosfor, bila ditambahkan ternyata bahagian akar lebih besar pertambahannya
dibandingkan dengan bagian atas tanaman terutama daun (Damanik, dkk, 2010).
Permasalahan penting dari P adalah sebagian P di dalam tanah umumnya
tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada
nitrogen. Hal ini disebabkan ketersediaan P di dalam tanah sangat tergantung
kepada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta sistem pengelolaan tanah itu.
Penambahan P ke dalam tanah hanya bersumber dari deposit atau pelapukan
batuan dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu, kandungan P di
dalam tanah tergantung banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat
pelapukannya (Damanik, dkk, 2010).
harganya tergantung nilai fluktuasi dollar. Oleh karena itu digunakan sumber
pupuk P alternatif yang potensial yaitu: abu tulang sapi. Tulang sapi cukup banyak
tersedia di tempat pemotongan hewan. Rumah potong hewan Mabar setiap
harinya memotong sapi rata-rata 25-30 ekor/hari dengan berat sapi 500-700
kg/ekor. Produksi tulang sapi 48.6-54.2% atau seberat 379.4 kg/ekor sapi,
sehingga setiap harinya tulang sapi mencapai 11382 kg/hari (Damanik, 2013).
Jika tulang sapi dibakar seberat 20 kg maka diperoleh abu tulang sapi sebesar
15,2 kg (76%). Jadi total abu tulang sapi yang diproduksi seberat 8650.32 kg/hari.
Saat ini tulang sapi ini menjadi salah satu limbah yang cukup banyak di rumah
pemotongan hewan tersebut karena tulang sapi ini tidak dimakan seperti daging
sapi bagi manusia.
Tulang sapi merupakan limbah dari rumah potong hewan. Bahan padatan
utama tulang sapi mengandung kristal kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2
dan kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium hidroksiapatit merupakan fosfat
anorganik yang larut dalam larutan asam dan merupakan salah satu fosfat primer
dari fosfat alam (Jeng et al., 2008).
Inceptisol mempunyai derajat kemasaman yang tinggi, serta ketersediaan
unsur hara N, P, dan K yang rendah. Konsentrasi Al yang tinggi pada tanah
Inceptiol menyebabkan terfiksasinya unsur fosfor serta rendahnya kandungan
nitrogen (Munir, 1996).
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan fosfat dengan
menambahkan abu tulang sapi dengan beberapa asam organik pada tanah
Inceptisol. Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi masalah defisit
Kerangka Permasalahan
Fosfat kurang tersedia di tanah Inceptisol sehingga dibutuhkan sumber
pupuk P. Sumber pupuk P seperti TSP dan SP36 sangat mahal harganya sehingga
dibutuhkan sumber pupuk P alternatif seperti abu tulang sapi. Abu tulang sapi
mengandung P-anorganik yang larut dalam asam organik sehingga dicampurkan
ke dalam asam sitrat, asam asetat, dan asam laktat untuk melarutkan P-anorganik
tersebut ke dalam tanah Inceptisol. Pemberian campuran abu tulang sapi dan asam
organik diharapkan mampu meningkatkan P-tersedia tanah Inceptisol dan
pertumbuhan tanaman Jagung.
Hipotesis Penelitian
Pemberian bahan campuran abu tulang sapi dengan beberapa asam organik
(asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat) mampu meningkatkan P-tersedia tanah
Inceptisol, dan pertumbuhan tanaman jagung.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang
sapi dengan beberapa asam organik terhadap P-tersedia tanah Inceptisol dan
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan
Sebagai sumber informasi bagi petani yang ada sekitar daerah penelitian
untuk mengatasi permasalahan ketersediaan fosfat pada Inceptisol.
Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara,
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Umum Inceptisol
Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang telah dikategorikan ke
dalam sistem klasifikasi tanah USDA. Inceptisol adalah tanah yang belum matang
(immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah
matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah yang dapat
memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol
juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horison kambik) tetapi
belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Nama akhiran yang digunakan
untuk sub ordo ataupun kategori lainnya adalah Ept (Hardjowigeno, 1993).
Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan, inceptisol
merupakan tanah yang belum matang (masih muda) dari bahan induk yang berasal
dari campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan, serta ada dari batuan pasir,
lanau ataupun batuan liat yang belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali
belum mengalami perkembangan tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan
vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang dan menyebar mulai
dari lingkungan semiarid sampai lembap (Hardjowigeno, 1993).
Inceptisol memiliki solum tanah agak dalam yaitu 1-2 m, warnanya hitam
atau kelabu sampai coklat tua, memiliki kadar Al dan Fe yang tinggi yang
menyebabkan P terikat atau tidak tersedia, memilki tekstur tanah berlempung, pH
tanah 4-5,5 , memiliki bahan organik 10-30 %, KTK rendah sampai sedang,
struktur tanah gempur dan memiliki kandungan unsure hara N, P, dan K yang
Abu Tulang Sapi
Tulang Sapi merupakan salah satu komponen dari limbah rumah potong
hewan. Bahan padatan utama tulang sapi mengandung Kristal kalsium
hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3) yang berpotensi
digunakan sebagai adsorben aktif, yakni tulang yang diproses sedemikian rupa
mempunyai kemampuan adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk
padat maupun larutan (yang di dalamnya mengandung logam berat yang bersifat
toksik). Selain itu tulang mengandung sekitar 1% asam sitrat
(Pudjiastuti, 2012).
Pengolahan tulang merupakan salah satu faktor yang menentukan
efektifitas tulang sebagai pupuk. Tepung tulang bakar merupakan hasil
pembakaran pada suhu 4000C, oleh karena itu memiliki kadar bahan organic yang
rendah (Jeng et al., 2008) sehingga dapat diduga bahwa tepung tulang bakar
memiliki karakteristik permukaan dan dinamika pelarutan dan penyediaan fosfat
yang berbeda dengan batuan fosfat maupun tepung tulang lainnya. Tepung tulang,
tepung tulang rebus, dan tepung tulang bakar menghasilkan peningkatan serapan
fosfat dan pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan dalam pot dan lapangan.
Menurut penelitian Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa abu tulang
sapi mampu meningkatkan P dalam bentuk tak tersedia ke dalam tanah Ultisol.
Untuk mengubah senyawa P tersebut menjadi P dalam bentuk tersedia digunakan
asam organik untuk melarutkan senyawa P tersebut seperti asam sitrat dan asam
laktat. Perlakuan T3S (1.84 g/300 g dicampurkan asam sitrat) merupakan
Asam Organik Asam Laktat
Asam laktat dikenal juga sebagai asam susu yang merupakan senyawa
kimia penting dalam beberapa proses biokimia. Seorang ahli kimia Swedia, Carl
Wilhelm Scheele, pertama kali mengisolasinya pada tahun 1780. Secara struktur,
asam laktat adalah asam karboksilat dengan satu gugus (hidrosil) yang menempel
pada gugus karboksil. Dalam air, ia terlarut lemah dan melepas proton (H+),
membentuk ion laktat. Asam ini juga larut dalam alcohol dan bersifat menyerap
air (higroskopik). Asam ini memiliki simetri cermin (kiralitas), dengan dua
isomer: asam L-(+)-laktat atau asam (S)-laktat dan cerminannya, asam D-(-)-laktat
atau asam (R) – laktat. Hanya isomer yang pertama (S) aktif secara biologi
(Purwanto, 2008).
Asam laktat atau 2-hydroxypropanoic acid (CH3CHOHCOOH) merupakan
senyawa kimia yang banyak digunakan dalam industry. Senyawa asam ini
mempunyai sifat antara lain tak berwarna sampai kekuningan, larut dalam air,
alkohol dan eter serta korosif (Purwanto, 2008).
Asam Asetat
Atom hydrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat masam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan
nilai pKa=4,8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Sebuah larutan 1 M
asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memilki pH
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,
magnesium, dan seng membentuk gas hydrogen dan garam-garam asetat (disebut
logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat
dengan suatau basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue
(Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat.
Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s)+ 2CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq)+H2(g)
NaHCO3(s)+ 2CH3COOH(aq) CH3COOMg(aq) +CO2 + H2O(l)
(Suryani, 2011).
Asam Sitrat
Pada tahun 1893 Wehmer mengindikasikan bahwa asam sitrat dapat
diperoleh melalui proses fermentasi larutan gula oleh beberapa jenis fungi.Asam
sitrat merupakan asam organik lemah yang banyak ditemukan di daun dan buah
tanaman jeruk-jerukan sekitar 8%. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 atau
CH2(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama
IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat (Hasibuan, 2010).
Asam sitrat adalah asam organik yang larut dalam air dan agak larut dalam
alkohol, mampu mengikat ion-ion logam dan sebagai buffer dalam larutan. Asam
sitrat bersifat korosif dan dapat membentuk berbagai macam garam seperti garam
Unsur Hara Fosfor
Di alam terdapat sekitar 150 jenis mineral fosfat dengan kandungan P
sekitar 1-38% P2O5.Sebagian fosfat alam ditemukan dalam bentuk apatit. Pada
umumnya deposit fosfat alam berasal dari batuan sedimen dalam bentuk karbonat
fluorapatit yang disebut francolite (Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-z(CO3)zF,4zF2),
sedangkan deposit berasal dari batuan beku dan metamorfik biasanya dalam
bentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6F2) dan hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Adapun
deposit yang berasal dari ekskresi burung dan kelelawar (guano) umumnya
ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca10(PO4,CO3)6 (OH)2).
Mineral lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomite umumnya juga ditemukan dalam
mineral apatit sebagai secondary mineral (Adiningsih dan Rochayati, 1990).
Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sumber utama
dan cadangan P adalah kerak bumi yang kandungannya mencapai 0,12% dalam
bentuk batuan fosfat, endapan guano dan endapan fosil tulang. Sumber P di
dalam tanah terdiri dalam bentuk anorganik dan organik. P organik tanah terdiri
dari asam nukleat, fitin, fosfolipid, fospoprotein, dan fospat metabolik
(Damanik, dkk, 2010).
Kisaran keseimbangan fosfat pada tanah masam akan didapatkan dalam
variscite, strengite, dan beragam bentuk isomorfik diantara kedua mineral fosfat di
atas, sementara pada tanah yang bereaksi basa keseimbangan P akan membentuk
octocalcium phosphate dan apatite. Dalam hubungan tanah-tanaman, beragam
bentuk pengikatan fosfat dalam tanah, antara lain: 1) erapan fosfat pada
yang rendah, 3) pembentukan kopmpleks dengan ion logam yang terlarut, 4)
degradasi hidrolitik dari ester dan kondensasi fosfat. Fosfat yang terkondensasi
didefinisikan sebagai PO4-3 tetrahedral yang saling berikatan melalui ikatan
P-O-P. Erapan yang mempresipitasi fosfat dalam bentuk amorf dengan Al dan Fe
terjadi pada permukaan koloid partikel tanah. Erapan yang berhubungan dengan
proses presipitasi adalah gaya elektrostatik antara muatan negative pada fosfat dan
muatan positif pada permukaan partikel (Barchia, 2009)
Kandungan Al-P dan Ca-P jauh lebih kecil dibanding fraksi Fe-P.
Pembentukan kompleks permuakaan Al+3 dengan P lebih labil dibanding
pembentukan kompleks oleh Fe+3, dimana non kristalin oksida Fe yang
mempunyai luas permukaan 400m2/g akan mendominasi pembentukan kompleks,
dan dengan menggunakan pelarut asam, kelarutan P mengikuti urutan Ca-P>
Al-P> Fe-P, dimana Ca-P yang paling mudah larut dan Fe-P adalah P terfiksasi yang
paling sukar larut (Barchia, 2009). Hal ini disebabkan oleh transformasi
bentuk-bentuk P anorganik tanah yang pada akhirnya akan menurunkan jumlah Al-P dan
Ca-P disertai peningkatan jumlah Fe-P. Tingginya kandungan P larut dalam
reduktan contoh tanah merupakan indikasi yang mencerminkan kemampuan tanah
dalam memfiksasi P.
Defisiensi fosfor pada tanaman seringkali disertai oleh kapasitas fiksasi
fosfor yang tinggi dalam tanah. Tanah yang memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang
tinggi adalah tanah yang membutuhkan pemberian 200kg P/ha untuk dapat
memberikan konsentrasi keseimbangan sebesar 0,2 ppm P dalam larutan tanah.
unsure fosfor dalam bentuk H2PO4- , HPO4-2 , dan PO4-3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan fosfor dalam tanah adalah 1) pH tanah, 2) Fe, Al dan
Mn yang larut, 3) adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn, 4)
tersedianya Ca, 5) jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organic, dan 6) kegiatan
mikroorganisme tanah (Barchia,1985).
Asam organik mampu meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah
melalui beberapa mekanisme, diantaranya adalah: 1) anion organic bersaing
dengan ortofosfat pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif, 2)
pelepasan ortofosfat dari ikatan logam-P melalui pembentukan kompleks logam
organic, dan 3) modifikasi muatan permukaan tapak jerapan oleh ligan organic
(Ginting, dkk, 2010).
Disamping meningkatkan P tersedia, beberapa asam organik berbobot
molekul rendah dapat mengurangi daya racun Al yang dapat dipertukarkan
(Al-dd). Kemampuan detoksifikasi asam organik terhadap Al-dd dalam tiga
kelompok, yaitu kuat ( sitrat, oksalat, dan tartarat), sedang (malat, malonat, dan
salisilat), dan lemah (suksinat, laktat, asetat, dan ptalat) (Ginting, dkk, 2010).
Fosfor merupakan unsur yang penting pada semua kehidupan karena unsur
ini memainkan peranan penting pada biomolekul seperti DNA (asam
deoxyribonukleat), phospholipid, dan ATP (adenosine triphosphate). Fungsi
utama P pada tanaman adalah sebagai pentransfer energi yang diperoleh oleh
fotosintesan dan metabolisme karbon. Fosfat juga berfungsi pada tempat
penyimpanan seperti pada biji dan buah. Selain itu, fosfat mampu merangsang
perkembangan akar dengan memperbesar bobot akar dan memperluas daerah
hara yang lainnya . Energi-energi tersebut disimpan sampai diperlukan dalam
bentuk ikatan kimia diantaranya molekul fosfat dalam senyawa yang dikenal
sebagai ATP. Di dalam tanaman kandungan fosfat berkisar 0,1-0,5%/berat kering
dan tanaman memerlukan fosfat sekitar 5-50kg P/ha/tahun namun tergantung pada
jenis tanaman, tanah, dan produksi yang dihasilkan (Hanafiah,dkk, 2009).
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu
tanaman (monocious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae. Bungan jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (fluorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas
unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolific. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betina (protandri) (Rukmana, 1997).
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga beriklim subtropics atau tropis yang basah. Jagung dapat
tumbuh di daerah yang terletak antara 0-500LU hingga 0-400LS. Pada lahan yang
tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar
85-200mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat
membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-340C, akan
tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu yang optimum
antara 23-270C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang
cocok sekitar 300C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih
baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji
dan pengeringan hasil (Najiyati dan Danarti, 1999).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat
tumbuh optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus. Jenis tanah yang
ditanami jagung antara lain: Andosol, Latosol, Grumosol, dan tanah berpasir.
Pada tanah yang bertekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang
baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Kemasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Kemasaman
tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,5-6,5. Tanaman
jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik
(Isnaini, 2006).
Hama yang umumnya menyerang tanaman jagung adalah: lalat bibit
(Atherigene exigma STEIN), ulat tanah (Agrotis sp.), penggerek batang (Pyrausta
nubialalis HBN), ulat tongkol (Heliothis armigera), dan hama gudang /hama
bubuk (Sitophylus oryzae L.). Penyakit yang umumnya menyerang tanaman
(Helminthosporanium triticum) dan penyakit karat daun (Puccimia sorghi)
(Rukmana, 1997).
Jagung yang berumur dalam, saat panen sekitar 7-8 minggu setelah
berbunga. Di samping itu terdapat klobot berwarna kuning dan biji-bijinya telah
keras, kering dan mengkilap. Biji masak bila kadar air biji sudah mencapai
35-40% dan baik dipanen bila kadar air biji 25-35%. Panen dilakukan dengan jalan
sambil memetik, lalu jagung dikeringkan di sinar matahari atau dengan
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan
Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan
ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai
Oktober 2013.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Inceptisol di
Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang sebagai media
tumbuh tanaman jagung, benih jagung Pioner 23 sebagai tanaman indikator, abu
tulang sapi di rumah potong hewan Mabar sebagai sumber pupuk P, asam organik
(asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat) sebagai pelarut P, air untuk menyiram
tanah dan tanaman ,dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di Laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah
tanah, timbangan untuk menimbang tanah dan pupuk, label nama sebagai penanda
perlakuan dan ulangan, alat tulis untuk menulis data-data parameter dan
alat-alat laboratorium untuk keperluan analisis tanah dan tanaman.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak kelompok Non
Simbol Perlakuan
K Kontrol ( tanpa abu tulang sapi + tanpa asam)
T1K 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + tanpa asam/ polybag)
T1S1 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mL asam sitrat 2% /polybag)
T1L1 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mLasam laktat 2% /polybag)
T1A1 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mL asam asetat 2% /polybag)
T2K 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + tanpa asam /polybag)
T2S2 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam sitrat 2% /polybag)
T2L2 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam laktat 2% /polybag)
T2A2 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam asetat 2% /polybag)
T3K 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + tanpa asam /polybag
T3S3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam sitrat 2% /polybag)
T3L3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam laktat 2% /polybag)
T3A3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam asetat 2% /polybag)
Model linier Rancangan Acak Kelompok non faktorial :
Yij = µ +Ti + βj + €ij
Dimana:
Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ : Nilai tengah umum
Ti : Pengaruh perlakuan ke-i
βj : Pengaruh ulangan ke-j
€ij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Uji beda rataan digunakan untuk uji DMRT.
Pelaksanaan Penelitian Penyediaan Abu Tulang Sapi
Tulang sapi kering diambil dari rumah potong hewan Mabar.
Tulang-tulang sapi dibakar selama 5-6 jam dengan suhu > 1300C dan kemudian
dengan ayakan 10 mesh. Kemudian kandungan P2O5 pada abu tulang sapi
dianalisis di Laboratorium.
Pengambilan Sampel Tanah dan Persiapan Media Tumbuh
Tanah Inceptisol diambil dari Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah.
Dikering-udarakan tanah dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Pengukuran kadar
air tanah (% KA) dan kapasitas lapang (% KL) serta analisis tanah awal lengkap
diukur di Laboratorium. Abu tulang sapi dan beberapa asam organik (asam sitrat
2%, asam laktat %, dan asam asetat 2%) dicampurkan dengan perbandingan 1:3
dari massa pupuk abu tulang sapi dan dimasukkan ke dalam polybag yang telah
berisi tanah sebanyak 5 kg.
Penanaman
Benih jagung Pioner 23 ditanam sebanyak 2 biji per polybag.
Pemeliharaan Tanaman
Tanaman disiram dan gulma dicabut setiap hari.
Panen
Panen dilakukan pada akhir fase vegetatif. Bagian tanaman atas dan bawah
dipotong secara terpisah. Kemudian bagian tanaman yang akan dianalisis tersebut
dimasukkan ke dalam amplop dan bagian tanaman tersebut dikering-ovenkan pada
suhu ± 700C selama ± 4 hari. Kemudian bagian tajuk tanaman tersebut ditimbang
bobot keringnya dan kemudian tajuk tanaman tersebut digiling dengan grinder
untuk dianalis di Laboratorium. Bagian akar tanaman tersebut hanya ditimbang
Parameter
Parameter yang diamati meliputi :
Analisis Tanah Akhir yang dilakukan adalah :
1. pH H2O tanah, metode elektrometri.
2. Kadar P tersedia tanah, metode Bray II.
Analisis Tanaman meliputi :
1. Tinggi tanaman (sampel) setiap minggu
2. Bobot kering bagian atas tanaman pada akhir masa vegetatif.
3. Bobot kering akar tanaman.
4. Serapan P oleh tanaman (Metode Ekstraksi Destruksi Basah) dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Abu Tulang Sapi
Setiap 1 kg tulang sapi yang dibakar diperoleh ± 76% (760 gram) abu
tulang sapi. Produksi tulang sapi ± 11382 kg/hari dan diperoleh ± 8650.32 kg abu
tulang sapi/hari. Kandungan P2O5 dalam abu tulang sapi ± 0.687% sehingga
diperoleh ± 59.43 kg P2O5 / hari.
Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai
[image:31.595.121.502.438.669.2]rataan tinggi tanaman jagung pada masing-masing perlakuan.
Tabel 1. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman dari 1 MST sampai 4 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
---cm---
Kontrol 6.70 bB 13.40 dC 21.57 eD 43.57 cC
T1K 9.07 bB 14.27 dC 34.57 dC 78.33 bB
T1S1 10.07 bB 33.87 bB 63.10 aA 112.20 Aa
T1A1 9.30 bB 24.10 cB 44.60 cB 84.50 bB
T1L1 9.63 bAB 26.23 cB 46.43 cB 86.57 bB
T2K 10.10 bB 34.20 bAB 61.87 abA 111.13 aA
T2S2 12.30 aA 37.93 aA 67.40 aA 118.87 aA
T2A2 10.20 aA 35.40 bA 64.10 aA 114.67 aA
T2L2 10.33 aA 36.50 abA 66.27 aA 115.73 aA
T3K 12.50 aA 39.17 aA 65.10 aA 117.23 aA
T3S3 13.97 aA 45.27 aA 71.87 aA 126.13 aA
T3A3 13.10 aA 41.60 aA 68.93 aA 120.90 aA
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman dari 5 MST sampai 8 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman
5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
---cm---
Kontrol 73.63 cC 89.77 dD 106.23 dC 135.93 cC
T1K 114.20 bB 125.57 cC 144.53 cB 160.50 bB
T1S1 139.53 aA 157.10 bB 169.17 abA 180.00 aA
T1A1 120.27 bB 132.57 cC 151.80 cB 167.27 bAB
T1L1 122.53 abAB 134.47 cC 153.23 bcAB 169.27 bA
T2K 136.77 aA 155.17 bB 165.37 bA 174.87 abA
T2S2 146.67 aA 167.40 aA 179.20 aA 187.27 aA
T2A2 137.87 aA 158.40 bAB 171.80 aA 178.17 aA
T2L2 143.43 aA 160.50 bA 173.07 aA 179.20 aA
T3K 147.83 aA 162.47 abA 175.27 aA 184.40 aA
T3S3 157.27 aA 173.70 aA 183.70 aA 195.67 aA
T3A3 148.50 aA 165.23 aA 177.10 aA 190.70 aA
T3L3 152.23 aA 170.10 aA 180.57 aA 193.03 aA Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pada 1 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3L sebesar 14.80 cm terhadap perlakuan T1A, T1S, T1K, dan
Kontrol sebesar 9.30 cm, 10.07 cm, 9.07 cm, dan 6.70 cm.
Pada 2 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 45.27 cm terhadap perlakuan T1L, T1A, T1K, dan
Kontrol sebesar 26.23 cm, 24.10 cm, 14.27 cm, dan 13.40 cm.
Pada 3 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 71.87 cm terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1K,
Pada 4 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 126.13 cm terhadap perlakuan T1L, T1A, T1K, dan
kontrol sebesar 86.57 cm, 84.50 cm, 78.33 cm, dan 43.57 cm.
Pada 5 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 157.27 cm terhadap perlakuan T1A, T1K, dan kontrol
sebesar 120.27 cm, 114.20 cm, dan 73.63 cm.
Pada 6 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 173.70 cm terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1S,
T1K, dan kontrol sebesar 155.17 cm, 134.47 cm, 132.57 cm, 157.10 cm, 125.57
cm, dan 89.77 cm.
Pada 7 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 183.70 cm terhadap perlakuan T1A, T1K, dan kontrol
sebesar 151.80 cm, 144.53 cm, dan 106.23 cm.
Pada 8 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan
beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu
pada perlakuan T3S sebesar 195.67 cm terhadap perlakuan T1K, dan kontrol
sebesar 160.50 cm dan 121.93 cm.
pH Tanah
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
nyata terhadap pH tanah, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan tinggi
[image:34.595.153.515.173.385.2]tanaman jagung pada masing-masing perlakuan.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa
Asam Organik terhadap pH Tanah
Perlakuan pH Tanah
Kontrol T1K
T1S1
T1A1
T1L1
T2K
T2S2
T2A2
T2L2
T3K
T3S3
T3A3
T3L3
5.34 5.94 6.38 6.12 6.22 6.29 6.78 6.45 6.57 6.75 7.42 7.12 7.20 cB bB bA bB bAB bA aA bA abA aA aA aA aA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik
berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pH tanah yaitu pada perlakuan
T3S sebesar 7.42 terhadap perlakuan T1A, T1K, dan Kontrol sebesar 6.12, 5.94
dan 5.34.
P-Tersedia Tanah
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
nyata terhadap tersedia tanah, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa
Asam Organik terhadap P-Tersedia Tanah
Perlakuan P-Tersedia Tanah
---ppm--- Kontrol
T1K
T1S1
T1A1
T1L1
T2K
T2S2
T2A2
T2L2
T3K
T3S3
T3A3
T3L3
4.95 6.78 12.47 7.89 8.89 9.95 20.00 13.04 16.32 17.86 27.31 21.27 23.28 fgE fE eD fDE efD eD bcB deCD edC cBC aA bB bB
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik
berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia tanah yaitu pada perlakuan T3S
sebesar 27.31 ppm terhadap perlakuan T3L, T3A, T3K, T2L, T2A, T2S, T2K, T1L,
T1A, T1S, T1K, dan Kontrol sebesar 23.28 ppm, 21.27 ppm, 17.86 ppm, 16.32
ppm, 13.04 ppm, 20 ppm, 9.95 ppm, 8.89 ppm, 7.89 ppm, 12.47ppm, 6.78
ppm,dan 4.95 ppm.
Bobot Kering Tajuk Tanaman
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa
Asam Organik terhadap Bobot Kering Tajuk Tanaman
Perlakuan Bobot Kering Tanaman
---g--- Kontrol
T1K
T1S1
T1A1
T1L1
T2K
T2S2
T2A2
T2L2
T3K
T3S3
T3A3
T3L3
33.73 38.03 45.66 40.18 43.07 43.72 51.66 46.93 49.03 49.40 57.26 50.80 54.53 bB bB abA bAB bA bA aA aA aA aA aA aA aA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman yaitu pada
perlakuan T3S seberat 57.26 g terhadap perlakuan kontrol dan T1K, sebesar 33.73
g dan 38.03 g.
Bobot Kering Akar Tanaman
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
nyata terhadap bobot kering akar tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa
Asam Organik terhadap Bobot Kering Akar Tanaman
Perlakuan Bobot Kering Akar Tanaman
---g--- Kontrol
T1K
T1S1
T1A1
T1L1
T2K
T2S2
T2A2
T2L2
T3K
T3S3
T3A3
T3L3
4.97 7.07 10.10 7.63 8.83 10.97 14.23 11.87 12.57 15.10 18.37 16.30 17.30 cBC cB bB bcB bB bB aA bAB abA aA aA aA aA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering akar tanaman yaitu pada
perlakuan T3S sebesar 18.37 g terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1S, T1K, dan
Kontrol seberat 10.97 g, 8.83 g, 7.63 g, 10.10 g, 7.07 g, dan 4.97 g.
Serapan P-Tanaman
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran
abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
nyata terhadap serapan P-tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan
Tabel 7. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa
Asam Organik terhadap Serapan P-Tanaman
Perlakuan Serapan P-Tanaman
---g / tanaman--- Kontrol
T1K
T1S1
T1A1
T1L1
T2K
T2S2
T2A2
T2L2
T3K
T3S3
T3A3
T3L3
0.05 0.08 0.17 0.12 0.15 0.18 0.26 0.19 0.23 0.25 0.37 0.28 0.33 fgDE fD eC efCD eC deC cB dBC cdB cB aA cAB bA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik
berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P-tanaman yaitu pada perlakuan T3S
sebesar 37.38 g/tanaman terhadap perlakuan T3K, T2L, T2A, T2S, T2K, T1L, T1A,
T1S, T1K, dan Kontrol seberat 0.25 g/tanaman, 0.23 g/tanaman, 0.19 g/tanaman,
0.26 g/tanaman, 0.18 g/tanaman, 0.15 g/tanaman, 0.12 g/tanaman, 0.18 g/tanaman,
8.44 g/tanaman, 0.08 g/tanaman dan 0.05 g/tanaman.
Pembahasan
Pemberian abu tulang sapi tanpa asam pada dosis setara 100 ppm P (166,7
gram abu tulang sapi) meningkatkan pH tanah namun tidak berpengaruh terhadap
P-tersedia , serapan P-tanaman dan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan abu
tulang sapi juga mengandung senyawa kalsium (Ca) yang lebih banyak dari
senyawa P yaitu: kalsium karbonat dan kalsium hidroksiapatit yang mampu
hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3) yang mampu
menaikkan pH tanah.
Pemberian abu tulang sapi tanpa asam pada dosis setara 200 ppm P dan 300
ppm P (333,4 gram dan 500,1 gram abu tulang sapi) meningkatkan pH tanah,
P-tersedia, serapan P-tanaman, dan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan pada
dosis-dosia ini abu tulang sapi semakin banyak menyumbangi unsur hara P ke
dalam tanah yang akan diserap akar tanaman akibat adanya senyawa kalsium
hidroksiapatit. Hal ini sesuai dengan literatur Jeng, et al (2008) yang menyatakan
tulang sapi banyak mengandung unsur hara P yang mampu meningkatkan
P-tersedia, serapan P-tanaman, pH tanah dan merangsang pertumbuhan tanaman
akibat adanya senyawa kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2.
Pemberian asam pada dosis 500,1 ml tidak meningkatkan pH tanah, bobot
kering tajuk tanaman dan bobot kering akar tanaman, namun meningkatkan
P-tersedia, serapan P-tanaman dan tinggi tanaman pada perlakuan asam sitrat. Hal
ini disebabkan pada dosis ini semua asam tidak cukup mampu meningkatkan pH
tanah dan pertumbuhan tanaman tetapi pada dosis ini hanya asam sitrat
merupakan asam terkuat dalam melarutkan P-anorganik abu tulang sapi sehingga
mampu meningkatkan P-tersedia dan serapan P-tanaman. Hal ini sesuai dengan
literatur Ginting, dkk (2010) yang menyatakan bahwa asam sitrat termasuk
golongan kuat diantara asam organik yang lainnya sehingga lebih cepat
melarutkan segala senyawa P-anorganik.
Pemberian asam pada dosis 1000,2 ml tidak meningkatkan tinggi tanaman,
namun meningkatkan pH tanah, P-tersedia, serapan P-tanaman, dan bobot kering
tanaman pada semua perlakuan asam. Hal ini disebabkan pada dosis ini hanya
asam sitrat merupakan asam terkuat melarutkan senyawa P-anorganik abu tulang
sapi sehingga larutan P itu mampu meningkatkan tersedia tanah, serapan
P-tanaman, pH tanah, bobot kering tajuk P-tanaman, dan bobot kering akar tanaman.
Hal ini sesuai dengan literatur Ginting, dkk (2010) yang menyatakan asam sitrat
termasuk golongan kuat diantara asam organik yang lainnya sehingga lebih cepat
melarutkan segala senyawa P-anorganik.
Pemberian asam pada dosis 1500,3 ml tidak meningkatkan pH tanah, dan
pertumbuhan tanaman namun meningkatkan P-tersedia pada semua perlakuan
asam dan meningkatkan serapan P-tanaman pada perlakuan asam sitrat dan laktat.
Hal ini disebabkan pada dosis ini semua asam semakin banyak menyumbangi ion
H+ penurun pH tanah, serta mampu melarutkan P-anorganik abu tulang sapi dalam
jangka waktu yang berbeda sehingga mampu meningkatkan P-tersedia tanah dan
serapan P-tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Ginting, dkk (2010) yang
menyatakan semua asam organik mampu melarutkan P-anorganik dengan jangka
waktu dan dosis yang berbeda.
Pada perlakuan T3S3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500 mL asam sitrat 2%
/polybag) merupakan perlakuan yang terbaik meningkatkan P dalam tanah. Hal ini
disebabkan dengan adanya asam sitrat melarutkan P-anorganik abu tulang sapi
tersebut sehingga meningkatkan P dalam bentuk tersedia di dalam tanah. Hal ini
sesuai dengan literatur Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa abu tulang sapi +
asam sitrat merupakan perlakuan asam organik terbaik yang meningkatkan P
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada perlakuan abu tulang sapi tanpa asam semakin tinggi dosis abu tulang
sapi yang diberikan ke dalam tanah maka semakin meningkatkan pH
tanah, P-tersedia tanah, serapan P-tanaman, dan pertumbuhan tanaman.
2. Asam sitrat mampu lebih cepat melarutkan P-anorganik abu tulang sapi
dibandingkan asam asetat maupun asam laktat pada dosis abu tulang sapi
terendah sampai tertinggi.
Saran
Penelitian ini dilanjutkan dengan perlakuan beberapa dosis abu tulang sapi
yang lebih besar lagi untuk mengetahui ketersediaan P optimum yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S.,dan S. Rochayati. 1990. Use of Phosphate Fertilizers in Arable Food Crop Production in Indonesia. Center for Soil and Agroclimate Research. Bogor.
Barchia, M.F. 1985. Pengaruh Tinggi Genangan serta Kombinasi Pemupukan N, P dan Zn Terhadap Pertumbuhan Padi Varietas Lokal Sawah Kemang pada Tanah Aluvial Kelabu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Barchia, M.F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Damanik, M.M., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Damanik, B. 2013. Wawancara Langsung di Rumah Potong Hewan Mabar. Medan.
Ginting, R.C.B., R. Saraswti., dan E. Husen. 2010. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hanafiah, A. S., T. Sabrina dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hardjowigeno, S.1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hasibuan, M. 2010. Asam Sitrat. ITS Press. Surabaya.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Jakarta.
Jeng, A. S., T. K. Haraldsen., A. Gronlund, and P. A. Pedersen. 2008. Meat and Bone Meal as Nitrogen and Phosphorus Fertilizer to Cereal and Rye Grass. Nutr.Cycl.Agron. 76:183-191.
Munir. 1996. Tanah- Tanah Utama di Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Najiyati, S., dan Danarti. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pudjiastuti, A.R. 2012. Preparasi Hidroksiapatit dari Tulang Sapi dengan Metode Kombinasi Ultrasonik dan Spray Drying. Tesis. UI. Jakarta.
Purwanto, T. 2008. Pra Rancangan Pabrik Asam Laktat Dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas 15:50 ton/tahun. Skripsi. UMS. Surakarta.
Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 6.4 6.6 7.1 20.10 6.70
T1K 7.8 8.9 10.5 27.20 9.07
T1S 8.2 9.1 12.9 30.20 10.07
T1A 8.1 8.9 10.9 27.90 9.30
T1L 8.3 8.9 11.7 28.90 9.63
T2K 8.3 9.1 12.9 30.30 10.10
T2S 10.9 11.2 14.8 36.90 12.30
T2A 9.7 9.7 11.2 30.60 10.20
T2L 9.9 9.8 11.3 31.00 10.33
T3K 11,9 11.9 13.1 25.00 12.50
T3S 12.2 12.4 17.3 41.90 13.97
T3A 12.2 12.3 14.8 39.30 13.10
T3L 14.2 14.6 15.6 44.40 14.80
Total 116.20 133.40 164.10 413.70 10.88684
Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 90.583 45.291538 12.364** 3.40 5.61
Perlakuan 12 192.608 16.050641 4.382** 2.18 3.03
Galat 24 87.917 3.663205
Total 38 371.108
KK = 17.58 %
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 13.2 13.5 13.5 40.20 13.40
T1K 14.2 14.3 14.3 42.80 14.27
T1S 29.9 33.8 37.9 101.60 33.87
T1A 23.7 24.2 24.4 72.30 24.10
T1L 25.8 26.3 26.6 78.70 26.23
T2K 29.8 34.1 38.7 102.60 34.20
T2S 34.4 39.5 39.9 113.80 37.93
T2A 34.9 34.7 36.6 106.20 35.40
T2L 35.8 35.8 37.9 109.50 36.50
T3K 42.9 35.5 39.1 117.50 39.17
T3S 44.4 34.5 56.9 135.80 45.27
T3A 38.2 37.7 48.9 124.80 41.60
T3L 40.4 50.9 39.5 130.80 43.60
Total 407.60 414.80 454.20 1276.60 32.73
Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 96.814 48.407179 2.64 tn 3.40 5.61 Perlakuan 12 3835.587 319.632222 17.46** 2.18 3.03
Galat 24 439.186 18.299402
Total 38 4371.587
KK = 13.06 %
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 21.20 21.60 21.90 64.70 21.57
T1K 34.20 34.60 34.90 103.70 34.57
T1S 57.60 63.80 67.90 189.30 63.10
T1A 44.20 44.70 44.90 133.80 44.60
T1L 45.90 46.50 46.90 139.30 46.43
T2K 54.90 64.00 66.70 185.60 61.87
T2S 63.20 67.10 71.90 202.20 67.40
T2A 65.40 61.90 65.00 192.30 64.10
T2L 64.50 65.80 68.50 198.80 66.27
T3K 67.90 61.20 66.20 195.30 65.10
T3S 79.90 65.90 69.80 215.60 71.87
T3A 63.20 74.90 68.70 206.80 68.93
T3L 77.60 62.40 70.30 210.30 70.10
Total 739.70 734.40 763.60 2237.70 57.38
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 37.229 18.614615 0.970 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 8784.963 732.080214 38.139** 2.18 3.03
Galat 24 460.677 19.194893
Total 38 9282.869
KK = 7.63 %
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 43.20 43.60 43.90 130.70 43.57
T1K 77.90 78.40 78.70 235.00 78.33
T1S 92.20 114.50 129.90 336.60 112.20
T1A 84.30 84.50 84.70 253.50 84.50
T1L 86.10 86.70 86.90 259.70 86.57
T2K 99.90 116.90 116.60 333.40 111.13
T2S 110.00 118.90 127.70 356.60 118.87
T2A 108.30 116.80 118.90 344.00 114.67
T2L 110.00 116.60 120.60 347.20 115.73
T3K 97.20 128.90 125.60 351.70 117.23
T3S 134.90 120.20 123.30 378.40 126.13
T3A 114.90 133.60 114.20 362.70 120.90
T3L 134.80 115.70 119.90 370.40 123.47
Total 1293.70 1375.30 1390.90 4059.90 104.10
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 419.225 209.612308 2.596 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 20745.493 1728.791111 21.411** 2.18 3.03
Galat 24 1937.842 80.743419
Total 38 23102.560
KK = 8.63 %
Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 73.20 73.80 73.90 220.90 73.63 T1K 113.80 114.20 114.60 342.60 114.20
T1S 122.00 148.90 147.70 418.60 139.53
T1A 119.90 120.20 120.70 360.80 120.27
T1L 122.10 122.60 122.90 367.60 122.53
T2K 121.70 146.60 142.00 410.30 136.77
T2S 156.50 122.60 160.90 440.00 146.67
T2A 125.70 139.50 148.40 413.60 137.87
T2L 135.60 159.90 134.80 430.30 143.43
T3K 154.20 149.30 140.00 443.50 147.83
T3S 160.90 162.90 148.00 471.80 157.27
T3A 150.80 159.30 135.40 445.50 148.50
T3L 151.90 161.40 143.40 456.70 152.23
Total 1708.30 1781.20 1732.70 5222.20 133.90
Lamapiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 211.847 105.923333 0.895 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 17802.596 1483.549701 12.537** 2.18 3.03
Galat 24 2840.087 118.336944
Total 38 20854.530
KK = 8.12 %
Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 89.60 89.80 89.90 269.30 89.77
T1K 125.50 125.50 125.70 376.70 125.57
T1S 154.30 158.70 158.30 471.30 157.10
T1A 132.20 132.60 132.90 397.70 132.57
T1L 134.20 134.40 134.80 403.40 134.47
T2K 147.70 158.90 158.90 465.50 155.17
T2S 164.60 159.70 177.90 502.20 167.40
T2A 152.20 161.50 161.50 475.20 158.40
T2L 155.50 163.00 163.00 481.50 160.50
T3K 168.80 164.20 154.40 487.40 162.47
T3S 180.90 170.30 169.90 521.10 173.70
T3A 161.40 173.90 160.40 495.70 165.23
T3L 180.80 168.90 160.60 510.30 170.10
Total 1947.70 1961.40 1948.20 5857.30 150.19
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
KK = 3.99 %
Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata tn = tidak nyata
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 9.287 4.6433 0.13 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 20050.917 1670.909744 46.38** 2.18 3.03
Galat 24 864.600 36.025000
Lampiran 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 105.20 106.60 106.90 318.70 106.23 T1K 144.60 144.20 144.80 433.60 144.53
T1S 160.00 166.60 180.90 507.50 169.17
T1A 151.30 151.80 152.30 455.40 151.80
T1L 152.90 153.20 153.60 459.70 153.23
T2K 160.00 168.10 168.00 496.10 165.37
T2S 175.10 169.60 192.90 537.60 179.20
T2A 169.00 173.20 173.20 515.40 171.80
T2L 170.00 174.60 174.60 519.20 173.07
T3K 179.90 175.90 170.00 525.80 175.27
T3S 198.90 179.90 172.30 551.10 183.70
T3A 168.00 189.90 173.40 531.30 177.10
T3L 194.80 178.00 168.90 541.70 180.57
Total 2129.70 2131.60 2131.80 6393.10 163.93
Lampiran 14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 0.207 0.103333 0.002 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 16033.101 1336.091752 19.708** 2.18 3.03
Galat 24 1627.067 67.794444
Total 38 17660.374
KK = 5.02 %
Lampiran 15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 135.90 136.10 135.80 407.80 135.93 T1K 159.90 160.70 160.90 481.50 160.50
T1S 175.50 175.60 188.90 540.00 180.00
T1A 167.20 167.30 167.30 501.80 167.27
T1L 169.40 168.50 169.90 507.80 169.27
T2K 173.00 175.80 175.80 524.60 174.87
T2S 201.90 178.00 181.90 561.80 187.27
T2A 183.90 174.40 176.20 534.50 178.17
T2L 188.70 173.40 175.50 537.60 179.20
T3K 194.90 180.10 178.20 553.20 184.40
T3S 218.90 185.10 183.00 587.00 195.67
T3A 175.60 194.90 201.60 572.10 190.70
T3L 180.00 215.90 183.20 579.10 193.03
Total 2310.40 2271.60 2264.80 6846.80 175.56
Lampiran 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 93.104 46.55179 0.41 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 13215.761 1101.313 9.85** 2.18 3.03
Galat 24 2683.210 111.8004
Total 38 15992.074
KK = 6.02 %
Lampiran 17. Data Pengamatan pH Tanah
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 5.39 5.29 5.34 16.02 5.34
T1K 6.08 5.65 6.10 17.83 5.94
T1S 6.22 6.23 6.69 19.14 6.38
T1A 6.00 6.12 6.25 18.37 6.12
T1L 6.19 6.19 6.29 18.67 6.22
T2K 6.60 5.89 6.37 18.86 6.29
T2S 6.58 7.07 6.68 20.33 6.78
T2A 6.44 6.50 6.42 19.36 6.45
T2L 6.50 6.69 6.53 19.72 6.57
T3K 6.88 7.39 6.00 20.27 6.76
T3S 6.98 8.49 6.80 22.27 7.42
T3A 7.78 6.74 6.84 21.36 7.12
T3L 6.92 7.99 6.70 21.61 7.20
Total 84.56 86.24 83.01 253.81 6.51
Lampiran 18. Sidik Ragam pH Tanah
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 0.401 0.200741 1.034 tn 3.40 5.61 Perlakuan 12 11.444 0.953647 4.913** 2.18 3.03 Galat 24 4.658 0.194099
Total 38 16.504
KK = 6.77 %
Lampiran 19. Data Pengamatan P-Tersedia Tanah (ppm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 4.89 4.89 5.07 14.85 4.95
T1K 6.54 6.90 6.90 20.34 6.78
T1A 7.83 8.01 7.83 23.67 7.89
T1S 12.15 12.15 13.10 37.40 12.47
T1L 8.95 8.95 8.76 26.66 8.89
T2K 9.51 10.07 10.26 29.84 9.95
T2A 12.72 12.91 13.48 39.11 13.04
T2S 18.73 18.73 22.52 59.99 20.00
T2L 15.80 15.80 17.36 48.95 16.32
T3K 14.06 15.99 23.53 53.58 17.86
T3A 19.52 19.52 24.75 63.80 21.27
T3S 23.73 27.01 31.20 81.94 27.31
T3L 20.72 22.12 27.01 69.85 23.28
Total 175.15 183.06 211.77 569.98 14.61
Lampiran 20. Sidik Ragam P-Tersedia Tanah
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 57.15 28.577 9.320** 3.40 5.61
Perlakuan 12 1754.22 146.18 47.678** 2.18 3.03
Galat 24 73.58 3.06
Total 38 1884.96
KK = 11.98 %
Lampiran 21. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk Tanaman (gram)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 32.90 33.40 34.90 101.20 33.73
T1K 35.90 38.98 39.20 114.08 38.03
T1S 39.99 47.00 49.98 136.97 45.66
T1A 37.23 41.40 41.90 120.53 40.18
T1L 37.30 45.00 46.90 129.20 43.07
T2K 47.03 36.12 48.00 131.15 43.72
T2S 55.67 48.40 50.90 154.97 51.66
T2A 49.05 43.75 48.00 140.80 46.93
T2L 51.00 46.20 49.90 147.10 49.03
T3K 51.03 45.78 51.40 148.21 49.40
T3S 65.67 51.40 54.70 171.77 57.26
T3A 45.13 57.30 49.98 152.41 50.80
T3L 48.98 52.97 60.45 162.40 54.13
Total 596.88 587.70 626.21 1810.79 46.43
Lampiran 22. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 62.24 31.12 1.03 tn 3.63 6.23
Perlakuan 8 1587.21 198.40 6.59** 2.59 3.89
Galat 16 481.15 30.07
Total 26 2130.61
KK = 11.81 %
Lampiran 23. Data Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman (gram)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Kontrol 4.80 4.90 5.20 14.90 4.97
T1K 6.60 7.60 7.00 21.20 7.07
T1S 8.10 11.10 11.10 30.30 10.10
T1A 7.00 7.70 8.20 22.90 7.63
T1L 7.10 9.70 9.70 26.50 8.83
T2K 9.90 11.50 11.50 32.90 10.97
T2S 11.70 16.90 14.10 42.70 14.23
T2A 10.80 12.40 12.40 35.60 11.87
T2L 10.40 13.30 14.00 37.70 12.57
T3K 12.80 15.60 16.90 45.30 15.10
T3S 14.60 24.90 15.60 55.10 18.37
T3A 19.60 14.00 15.30 48.90 16.30
T3L 20.90 14.00 17.00 51.90 17.30
Total 144.30 163.60 158.00 465.90 11.95
Lampiran 24. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman
SK db JK KT Fhit F 5% F 1%
Blok 2 15.16 7.58 1.34 tn 3.40 5.61
Perlakuan 12 628.77 52.39 9.29** 2.18 3.03
Galat 24 135.33 5.63
Total 38 779.27
KK = 19.87 %
Lampiran 25. Data Pengamatan Serapan P-Tanaman (g/tanaman)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
Kontrol 4.37 5.92 6.18 16.47 5.49
T1K 7.42 8.64 9.27 25.33 8.44
T1A 11.02 12.25 12.40 35.68 11.89
T1S 15.43 18.13 19.28 52.84 17.61
T1L 12.71 16.01 16.69 45.41 15.14
T2K 16.03 17.36 19.96 53.35 17.78
T2A 18.92 18.85 20.68 58.46 19.49
T2S 28.19 24.51 25.78 78.48 26.16
T2L 23.51 21.30 23.01 67.82 22.61
T3K 24.30 24.57 27.59 76.46 25.49
T3A 22.85 32.49 28.34 83.69 27.9