• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA VARIETAS MANGGA LOKAL DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA VARIETAS MANGGA LOKAL DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA VARIETAS MANGGA

LOKAL DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM

AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

Oleh: ARIS WIBOWO ( 02710028 ) Agronomy

Dibuat: 2008-05-05 , dengan 3 file(s).

Keywords: Keragaman genetik, Mangga lokal, Penanda molekuler RAPD

Plasma nutfah mangga di Indonesia cukup besar, diperkirakan terdapat kurang lebih 292 kultivar mangga di indonesia. Kebun percobaan dan koleksi plasma nutfah tanaman yang terletak di desa Cukurgondang, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur saat ini memiliki koleksi 282 klon dan 208 varietas mangga. Penelitian ini dirancang untuk mendapatkan informasi variasi genetik mangga melalui pemakaian penanda molekuler Random Amplified Polymorphic DNA. Penggunaan penanda RAPD didasarkan pada pertimbangan : informasi susunan nukleotida tidak perlu diketahui terlebih dahulu, relatif sederhana preparasinya, hanya memerlukan sejumlah kecil DNA dan memberikan hasil lebih cepat dibandingkan beberapa penanda molekuler lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keragaman genetik beberapa varietas mangga lokal berdasarkan pola pita DNA RAPD dan untuk mengetahui tingkat kekerabatan beberapa varietas mangga lokal berdasarkan penanda molekuler RAPD. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Molekular, Pusat Pengembangan Bioteknologi, Universitas Muhammadiyah Malang dengan menggunakan 4 varietas mangga lokal : Manalagi 69, Golek 31, Arumanis 143 dan Madu Anggur 141 (Koleksi Kebun Plasma Nutfah

Cukurgondang Pasuruan). Proses amplifikasi PCR – RAPD dilakukan dengan menggunakan 5 jenis primer OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20 dan OPF 6. penelitian ini dilaksanakan dengana 4 tahapan yaitu tahap pertama isolasi DNA,eletroforesis hasil isolasi DNA kemudian proses Polimerase Chain Reaction (PCR) dan diakhiri dengan elektroforesis hasil PCR selanjutnya hasil dalam bentuk gambar foto polaroid di analasis dengan data biner kemudian diolah dengan menggunakan program NTSys.

Hasil seleksi primer menunjukkan pemakaian primer OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20 dan OPF 6 cukup efisien bagi proses amplifikasi PCR – RAPD tanaman mangga. Jumlah pita DNA pada masing-masing varietas adalah Manalagi 69 sebanyak 5 pita, Arumanis 143 sebanyak 18 pita, Golek 31 sebanyak 14 pita dan Madu Anggur 141 sebanyak 9 pita. Jumlah pita DNA yang dihasilkan bervariasi antara 1-7 pita. 7 pita terdapat pada mangga Golek 31 dengan

menggunakan OPA 18 sedangkan jumlah 1 pita terdapat pada mangga Madu Anggur 141 dengan menggunakan primer OPA 15 dan ukuran alel terpanjang 2642 bp pada varietas Arumanis 143 dengan menggunakan OPA 20 dan ukuran alel terpendek dibawah 100 bp pada varietas Golek 31 dengan menggunakan primer OPA 20.

Berdasarkan hasil analisis kekerabatan diperoleh nilai koefesien berkisar antara 0,39 - 0,70. Varietas Manalagi 69 dan Madu Anggur 141 memiliki jarak genetik dengan nilai koefesien 0,70 (jarak kemiripan genetik 0,30) sedangkan untuk mangga Arumanis 143 mempunyai nilai

(2)

varietas Golek 31. Diantara keempat varietas mangga, mangga Arumanis 143 mempunyai tingkat kekerabatan paling jauh, dibandingkan ketiga varietas mangga yang lainnya. Penanda molekuler dapat memberikan gambaran hubungan kekerabatan yang akurat antar

spesies maupun kerabat jauhnya, karena analisis DNA sebagai material genetik tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Masih diperlukan banyak primer lagi untuk mendapatkan jumlah pita dengan tingkat polymorphisme tinggi yang sesuai dan dapat digunakan sebagai marka molekuler untuk memberikan informasi lebih banyak lagi pola pita antar varietas tersebut.

Indonesia has large numbers of mango germplasms. It is estimated that there are approximately 292 cultivars of mango found in the country. The experimental farmyard and plant germplasm collection in Cukurgondang sub-district, district of Pasuruan East Java now has collection of 282 clones and 208 mango varieties. This research was designed to obtain informations about genetic variations of mango by mean of Random Amplified Polymorphic DNA molecular marker. The employment of RAPD marker is based on consideration that information of nucleotide

arrangement should not be found first, it has simple way in its preparation, it needs only a few DNA and results in quick time in comparison to any other molecular markers.

The research draws an aim to obtain information about genetic variation of several local varieties of mango based on DNA RAPD band pattern and to know the familial level of several local varieties of mango based on RAPD molecular marker.

The research was conducted in molecular laboratory, Centre for Biotechnology Development, Muhammadiyah University of Malang by using 4 local varieties of mango: Manalagi 69, Golek 31, Arumanis 143 and Madu Anggur 141 (germplasm farmyard collection Cukurgondang Pasuruan). PCR – RAPD amplification process was employed using 5 primary types: OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20 and OPF 6. the research was conducted in 4 stages. First stage is DNA isolation, secondly, electrophoresis of resulted DNA isolation. subsequently, Polymerase Chain Reaction (PCR) process took place, and finally, electrophoresis of resulted PCR concluded the process. Those results were further analysed in the form of polaroid pictures using binary data and then processed using NTSys program.

The results of primary selection revealed that the employment of OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20 and OPF 6 primaries was adequately efficient for mango PCR – RAPD amplification process. The number of DNA band is 5 band for Manalagi 69, 18 bands for Arumanis 143, 14 bands for Golek 31, and 9 bands for Madu Anggur 141, respectively. The number of DNA band was varyingly between 1 and 7 bands. 7 bands was found in Golek 31 using OPA 18 primary while 1 band was found in Madu Anggur 141 using OPA 15 primary. The longest length of alel is 2642 bp found in Arumanis 143 using OPA 20 primary and the shortest length of alel is below 100 bp found in Golek 31 using OPA 20 primary.

Based on the results of familial analysis, the coefficient values were obtained within the range of 0,39 and 0,70. varieties of Manalagi 69 and Madu Anggur 141 had genetic distance in coefficient value of 0,70 (the distance for genetic similarity is 0,69). It is therefore possible to know that the familial level between Manalagi 69 and Madu Anggur 141 is closely related in comparison with that of between Manalagi 69 and Madu Anggur 141. Among the four varieties, the variety of Arumanis 143 has the farthest familial level than the other three varieties.

The molecular marker can display that familial relationship is highly accurate both in

(3)

Referensi

Dokumen terkait

Security/ 430.10.7/ 2017 , maka diumumkan bahw a PEM ENANG SELEKSI SEDERHANA PASCAKUALIFIKASI untuk Kegiatan Kegiatan Pelayanan dan Pendukung Pelayanan BLUD Pekerjaan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Apa yang Menjadi Penyebab Timbulnya Pekerja Seks Komersial.. 2) Bagaimanakah

Hasil penelitian dengan memberikan ekstrak terong belanda terhadap tikus putih obesitas yang diinduksi diet tinggi lemak menyebabkan penurunan kadar kolesterol

Kemudian dari interfaces ethernet 2, akan terhubung langsung dengan port 1 yang ada pada Switch LAN Setda, dimana Switch LAN Setda akan meneruskan layanan

Sebagai salah satu Club Motor sekaligus bengkel JMC (Jaka Motor Cilodong) memerlukan hubungan kemitraan yang baik, sejajar dan seimbang serta hubungan tali persaudaraan yang

[r]

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

paparan sulfur dioksida terhadap nilai kadar Protein C-Reaktif, Volume Ekspirasi. Paru Detik Pertama (VEP 1 ), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP 1