• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. KEANEKARAGAMAN GENETIK TANAMAN PISANG (Musa sp.) DI BALI BERDASARKAN PENANDA RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. KEANEKARAGAMAN GENETIK TANAMAN PISANG (Musa sp.) DI BALI BERDASARKAN PENANDA RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ix

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik, hubungan kekerabatan dan susunan kunci sidik jari DNA pada 23 kultivar tanaman pisang di Bali berdasarkan penanda RAPD. Penelitian ini dirancang secara eksploratif dengan penentuan pengambilan sampel daun pisang secara purposive sampling dari wilayah perkebunan atau pekarangan masyarakat di Bali. Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan metode buffer CTAB yang telah dimodifikasi. Amplifikasi pita DNA yang dihasilkan kemudian di scoring dan dianalisis pada program MVSP dengan metode UPGMA pada koefisien kesamaan Nei & Li. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi DNA genomik yang diperoleh berkisar antara 23,3 ng/µl – 100 ng/µl. Jumlah primer yang berhasil mengamplifikasi sebanyak enam primer yaitu OPA 02, OPA 04, OPB 12, OPD 20, OPH 01, dan OPH 03. Keseluruhan pita DNA berjumlah 106 pita dengan kisaran ukuran 82-1500 bp dan presentase polimorfisme 100 %. Profil pita DNA spesifik juga terdapat pada kultivar pisang tertentu. Nilai koefisien kesamaan antar kultivar tanaman pisang di Bali berkisar dari 5,4 % sampai dengan 74,3 %. Nilai koefisien kesamaan terendah ditunjukkan oleh kultivar pisang “Ketip Bali” dengan pisang “Kepok” sedangkan nilai koefisien kesamaan tertinggi ditunjukkan oleh kultivar pisang “Gadang” dengan pisang “Pinesh”. Dendrogram menunjukkan hubungan kekerabatan pada 23 kultivar tanaman pisang di Bali dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama dan terbagi menjadi 14 kelompok pada nilai koefisien kesamaan 0,5 atau 50 %. Kelompok utama A tersusun dari 11 sub kelompok kultivar pisang, sedangkan kelompok utama B tersusun dari 3 sub kelompok kultivar pisang. Pada penelitian ini kunci sidik jari DNA seluruh kultivar tanaman pisang berdasarkan penanda RAPD berhasil disusun dengan menggunakan 2 primer yaitu primer OPH 01 dan OPH 03.

(2)

ABSTRACT

GENETIC DIVERSITY OF BANANAS (Musa sp.) IN BALI BASED ON RAPD MARKERS

(RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)

This study aims to determine the genetic diversity, relationships of banana cultivars and DNA fingerprinting key of 23 banana cultivars in Bali based on RAPD markers. Banana leaves were collected from plantation areas or courtyards in Bali. DNA isolation was done using modified CTAB buffer and chloroform isoamylalcohol purification. DNA bands were scored and analyzed using MVSP program with UPGMA method based on similarity coefficient of Nei and Li. The concentration of genomic DNA obtained ranged from 23,3 ng/µl – 100 ng/µl. There were six RAPD primers successfully amplified PCR products : OPA 02, OPA 04, OPB 12, OPD 20, OPH 01 and OPH 03. Total amplification of all band resulted in 106 DNA bands with fragment sizes range from 82-1500 bp and 100% polymorphic. Specific DNA bands for certain cultivar were identified. The similarity coefficient values between banana cultivars in Bali range from 5.4 % to 74.3 %. The lowest similarity coefficient value was found in cultivars "Ketip Bali" and "Kepok" while the highest similarity coefficient value was found in cultivars "Gadang" and "Pinesh". Dendrogram showed that relationships of 23 of banana cultivars in Bali can be divided into two main groups and divided further into 14 groups based on similarity coefficient of 0.5 or 50%. A major group A was composed of 11 sub-groups of banana cultivars, while group B was composed of 3 sub-groups of banana cultivars. DNA fingerprinting key based on RAPD markers was successfully arranged by using 2 primers OPH 01 and OPH 03.

Keywords: Molecular marker, genetic variation, banana, DNA fingerprinting key, RAPD.

(3)

RINGKASAN

KEANEKARAGAMAN GENETIK TANAMAN PISANG (Musa sp.) DI BALI BERDASARKAN PENANDA RAPD

(RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)

Tanaman pisang (Musa sp.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Bali, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Salah satu usaha pelestariannya adalah dengan melakukan studi genetika molekuler melalui inventarisasi keanekaragaman genetik menggunakan penanda molekuler (Kaemmer et al., 1997; Retnoningsih et al., 2009; Pharmawati, 2009; Windarti, 2009). Penanda RAPD merupakan salah satu penanda molekuler yang akurat dan dapat dilakukan secara efisien untuk mempelajari keanekaragaman, menentukan kekerabatan dan membuat kunci sidik jari DNA suatu tanaman (Astarini et al., 2004; Ekasari et al., 2012). Oleh sebab itu penelitian keragaman genetik pada kultivar tanaman pisang perlu dilakukan untuk mempermudah identifikasi dan keperluan perakitan varietas unggul pisang Bali di masa mendatang.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksploratif yang bersifat deskriptif. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Isolasi DNA dan PCR-RAPD dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Sebanyak 23 sampel kultivar tanaman pisang yang dipilih memenuhi kriteria bebas hama dan penyakit. Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan metode CTAB (Doyle dan Doyle, 1990) yang telah dimodifikasi dengan kandungan 2 % CTAB, 1,4 M NaCl, 0,2 % 2-mercaptoethanol, 50 mM ETDA, dan 100 mM Tris-HCl (pH 8) yang dipanaskan pada suhu 65oC sebelum digunakan (Pharmawati, 2009).

PCR-RAPD dilakukan dengan total volume 20 µl yang mengandung campuran dari 0,2 mM dNTP, 3 mM MgCl2, 1 U Taq DNA polymerase, 2,5 µM primer, 50 ng DNA, 1 x buffer polimerase dan aquadest hingga mencapai total volume 20 µl. Amplifikasi DNA dilakukan dalam thermocycler dengan siklus sebagai berikut : a) denaturasi awal pada suhu 95oC selama 5 menit sebanyak 1 kali, dilanjutkan dengan denaturasi pada suhu 95oC selama 1 menit; b) annealing pada suhu 36oC selama 1 menit; c) elongasi awal pada suhu 72oC selama 1 menit 30 detik diulangi sebanyak 40 kali dan elongasi akhir pada suhu 72oC selama 10 menit sebanyak satu kali.

Hasil PCR-RAPD kemudian dielektroforesis pada 1 % gel agarosa dalam 50 ml buffer TAE dengan penambahan 3 µl ethidium bromide. Sebanyak 10 µl produk PCR dicampur dengan 1 µl loading dye di atas kertas parafilm, kemudian campuran dimasukkan ke dalam sumur gel. Sebagai size marker dimasukkan DNA ladder 100 bp sebanyak 5 µl. Elektroforesis dilakukan pada tegangan 100 volt selama 40 menit. Analisis data dilakukan dengan mengukur panjang pita DNA menggunakan kertas semilog kemudian di scoring dan dianalisis dengan program MVSP 3.2 melalui metode UPGMA berdasarkan koefisien kesamaan Nei & Li.

(4)

Konsentrasi DNA genomik hasil ektraksi berkisar antara 23,3 ng/µl – 100 ng/µl. Kondisi optimum PCR diperoleh menggunakan konsentrasi DNA 50 ng dan MgCl2 3 mM. Sebanyak 6 primer RAPD memberikan hasil amplifikasi DNA secara konsisten yaitu OPA 02, OPA 04, OPB 12, OPD 20, OPH 01, dan OPH 03, sedangkan 1 primer memberikan hasil yang tidak konsisten yaitu OPD 12. Total pita DNA yang berhasil diamplifikasi oleh keenam primer yaitu sebanyak 106 pita dengan ukuran berkisar 82-1500 bp dengan persentase keseluruhan pita polimorfisme adalah 100 %. Amplifikasi pita DNA menghasilkan pita DNA spesifik yang hanya muncul pada kultivar tanaman pisang tertentu. Analisis keanekaragaman pada 23 kultivar tanaman pisang berdasarkan penanda RAPD diperoleh nilai matrix koefisien kesamaan berkisar dari 5,4 % sampai dengan 74,3 %. Nilai koefisien kesamaan terendah ditunjukkan oleh kultivar pisang “Ketip Bali” dengan pisang “Kepok” sedangkan nilai koefisien kesamaan tertinggi ditunjukkan oleh kultivar pisang “Gadang” dengan pisang “Pinesh”. Dendrogram menunjukkan hubungan kekerabatan pada 23 kultivar tanaman pisang di Bali dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama dan terbagi menjadi 14 kelompok pada nilai koefisien kesamaan 0,5 atau 50 %. Kelompok utama A tersusun dari 11 sub kelompok kultivar pisang, sedangkan kelompok utama B tersusun dari 3 sub kelompok kultivar pisang.

Analisis dendrogram memperlihatkan bahwa kultivar tanaman pisang tidak mengelompok berdasarkan kemiripan morfologi. Menurut Wicaksono et al., (2015) terdapatnya perbedaan keragaman antara tanaman secara morfologi dan RAPD disebabkan oleh tidak terekspresinya semua gen akibat pengaruh dari faktor internal maupun eksternal. Oleh sebab itu pengelompokan berdasarkan morfologi dapat memberikan hasil yang berbeda dengan hasil pengelompokan secara molekuler (Robi’ah et al., 2005; Cahyaningsih, 2011; Rudi et al., 2013). Pada penelitian ini penyusunan kunci sidik jari DNA seluruh kultivar tanaman pisang berdasarkan penanda RAPD berhasil dipetakan dengan menggunakan 2 primer yaitu primer OPH 01 dan OPH 03.

Penelitian mengenai kultivar tanaman pisang di Bali berdasarkan penanda RAPD dapat dilakukan pada kultivar tanaman pisang lainnya yang belum diidentifikasi, hal ini berguna untuk meningkatkan keakuratan data dalam identifikasi kultivar pisang lokal yang ada di Bali. Selain itu diharapkan penelitian mengenai keanekaragaman genetik tanaman pisang khususnya di Bali dapat menggunakan kombinasi penanda lainnya seperti morfologi, anatomi dan molekuler seperti penanda RFLP, ISSR, SSR dan penanda lainnya untuk memperbanyak referensi mengenai keanekaragaman genetik kultivar tanaman pisang di Bali.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... ii

PRASYARAT GELAR... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

RINGKASAN... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian…... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Pisang (Musa sp.)…... 5

2.2 Tempat Tumbuh, Asal dan Morfologi Tanaman Pisang (Musa sp.)…... 7

2.3 Jenis dan Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.)... 9

2.4 Keanekaragaman Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…...11

2.5 Analisis Keanekaragaman Genetik Berdasarkan Penanda Molekuler... 12

2.6 Penanda Molekuler PCR-RAPD…... 15

(6)

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir…... 19

3.2 Konsep Penelitian…... 21

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian…... 22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…... 22

4.3 Ruang Lingkup Penelitian…... 23

4.4 Penentuan Sumber Data…... 23

4.4.1 Populasi penelitian…... 23

4.4.2 Sampel penelitian…... 24

4.5 Variabel Penelitian…... 25

4.6 Bahan Penelitian... 25

4.7 Instrumen Penelitian... 26

4.8 Identifikasi Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.)... 26

4.9 Isolasi DNA Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.)... 27

4.10 Elektroforesis DNA... 28

4.11 Analisis PCR-RAPD... 28

4.12 Analisis Data... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian…... 31

5.1.1 Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…... 31

5.1.2 Isolasi DNA Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…... 40

5.1.3 Optimasi Kondisi PCR-RAPD…... 41

5.1.4 PCR RAPD…... 43

5.1.5 Keanekaragaman Genetik dan Hubungan Kekerabatan Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…... 50

(7)

5.2 Pembahasan…... 54

5.2.1 Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…... 54

5.2.2 Isolasi DNA Genomik…... 57

5.2.3 Optimasi Kondisi PCR RAPD... 59

5.2.4 PCR RAPD... 62

5.2.5 Keanekaragaman Genetik dan Hubungan Kekerabatan Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali…... 64

5.2.6 Kunci Sidik Jari DNA Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali .... 70

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan…... 72

6.2 Saran…... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) yang Ditemukan di Bali... 12

4.1 Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali dalam Penelitian... 24

4.2 Jenis Primer yang Digunakan dalam Analisis RAPD... 26

5.1 Hasil Eksplorasi Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali... 31

5.2 Macam Genom pada Kultivar Tanaman (Musa sp.) Pisang di Bali... 39

5.3 Konsentrasi DNA Genomik Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali... 41

5.4 Polimorfisme pada 6 Primer Hasil Amplifikasi DNA dalam PCR-RAPD... 49

5.5 Pita DNA Spesifik Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali... 49

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Konsep Penelitian... 21

4.1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel di Bali ... 23

5.1 Hasil Elektroforesis DNA Kultivar Tananam Pisang (Musa sp.) di Bali... 40

5.2 Profil Amplifikasi Pita DNA pada Variasi Konsentrasi DNA... 42

5.3 Profil Amplifikasi Pita DNA pada Variasi Konsentrasi MgCl2... 43

5.4 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPA 02... 44

5.5 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPA 04... 45

5.6 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPB 12... 46

5.7 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPD 20... 46

5.8 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPH 01... 47

5.9 Profil DNA Hasil Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan Primer OPH 03... 47

5.10 Hasil Tidak Konsistenan Amplifikasi PCR-RAPD Menggunakan OPD 12.... 48

5.11 Dendrogram pada 23 Kultivar Tanaman Pisang (Musa sp.) di Bali...50

(10)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

AFLP : Amplified Fragment Length Polymorphism

AMP-PCR : Anchored Microsatellite-Primed Polymerase Chain Reaction

bp : Base Pair

CAPS : Cleaved Amplified Polymorphic Sequence cDNA : Complementary Deoxyribonucleotide Acid

cm : Centimeter

CTAB : Cetyl Trymethyl Ammonium Bromide CIAA : Chloroform Isoamyl Alcohol

DNA : Deoxyribonucleic Acid

dNTP : Deoxyribonucleotide Triphosphate dpl : Di Atas Permukaan Laut

EcoRI : Escherichia coli Restriction EnzymeTtype I EDTA : Ethylene Diamine Tetracetic Acid

EST : Expressed Sequence Tag

g : Gram

GelDoc : Gel Documentation

GRIN : Germplasm Resources Information Network GS : Genetic Similarity

GC : Guanin Cytosin

Ha : Hektar

HCl : Hydrogen Chloride

HindIII : Haemophillus Influenzae Restriction Enzyme Type III

INIBAP : International Network for Improvement of Banana and Plantain IRAP : Inter-retrotransposon Amplified Polymorphism

ISSR : Inter Simple Sequence Repeat

Kb : Kilobase

m : Meter

(11)

Mg : Magnesium

MgCl2 : Magnesium Chloride

ml : Mililiter

mm : Milimeter

mM : Milimolar

MP-PCR : Microsatellite-Primed Polymerase Chain Reaction MVSV : Multi Variate Statistical Package

NaCl : Natrium Chloride

Na2ETDA : Disodium Ethylene Diamine Tetracetic Acid

ng : Nanogram

OPA : Operon Primer A OPB : Operon Primer B OPD : Operon Primer D OPH : Operon Primer H

PCR : Polymerase Chain Reaction

pH : Power of Hydrogen

RAMP : Random Amplified Microsatellite Polymorphism RAPD : Random Amplified Polymorphic DNA

REMAP : Retro-transposon Microsatellite Amplified Polymorphism RFLP : Restriction Fragment Length Polymorphism

RNA : Ribonucleic Acid rpm : Revolution Per Minutes

SCAR : Sequence Characterized Amplified Region SNP : Single Nucleotide Polymorphism

SSR : Simple Sequence Repeat STS : Sequence Tagged Site

TAE : Tris Acetat - Ethylene Diamine Tetracetic Acid

UNCST : Uganda National Council For Science and Technology UPGMA : Unweighted Pair Group Method with Arithmetic UPTD : Unit Pelayanan Teknis Daerah

(12)

var : Varietas µl : Mikroliter µM : Mikromolar LAMBANG % : Persen oC : Derajat Celcius & : Dan / : Per λ : Lamda

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman plasma nutfah pisang dan ke dalam negara produsen buah pisang terbesar ketujuh di dunia (Nasution dan Yamada, 2001). Hasil produksi buah pisang nasional memberikan kontribusi mencapai 34 % yaitu 6.189.052 ton dari 16.348.456 ton produksi buah nasional (Raditya, 2013). Berdasarkan informasi dari Pusdatin Setjen Kementerian Pertanian (2014), penggunaan buah pisang untuk keperluan konsumsi di Indonesia tahun 2013 mencapai 6.274.000 juta ton per tahun dengan ketersediaan konsumsi 24,03 kg/kapita/tahun.

Pisang merupakan tanaman pangan keempat yang terpenting di dunia setelah padi, gandum dan jagung (Usha et al., 2015). Pemanfaatan buah pisang di Indonesia terus mengalami peningkatan berkisar 4,96 % per tahunnya. Daerah sentra penghasil pisang di Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Bali (Astawan, 2005). Di Indonesia terdapat lebih dari 230 varietas tanaman pisang yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia.

Bali adalah salah satu pulau yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah pisang di Indonesia. Produksi buah pisang di Bali tahun 2013 mencapai 215.252 ton, dengan rata-rata produksi per tahun mencapai 180.000 ton (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013). Tanaman pisang di Bali hampir setiap hari

(14)

diperlukan oleh masyarakat Bali untuk keperluan upacara agama Hindu seperti pembuatan upakara banten (Gunung, 2004), sumber bahan makanan, pakan ternak, minuman, obat kesehatan, dan sebagai bahan baku olahan yang bernilai ekonomis (Aurore et al., 2009; Usha et al., 2015).

Di Bali kebutuhan pisang pada hari biasa mencapai 50 ton/hari, sedangkan pada hari raya besar kebutuhan pisang dapat mencapai 125 ton/hari. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen buah pisang banyak didatangkan dari daerah luar Bali (Antara dan Wirawan, 2013). Sekitar 70 % pemakaian pisang di Bali digunakan untuk kebutuhan ritual keagamaan (Suprapta, 2004), dan sebagian digunakan untuk bahan pangan yang mampu meningkatkan gizi masyarakat (Kasijadi, 2006). Namun banyaknya pemanfaatan tanaman pisang oleh masyarakat Bali belum diikuti dengan upaya pelestariannya secara berkelanjutan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya konservasi terhadap keberadaan kultivar pisang di Bali ini.

Salah satu upaya yang mendukung pelestarian kultivar pisang di Bali adalah dengan melakukan inventarisasi keanekaragaman genetik kultivar pisang (Musa sp.) di Bali dengan menggunakan penanda molekuler. Penanda RAPD adalah salah satu penanda molekuler yang akurat dan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat untuk menganalisis keragaman genetik (Astarini, 2009). Berbagai penerapan teknik penanda molekuler pada tanaman pisang sudah pernah diterapkan di Indonesia diantaranya pada pisang bergenom B dengan penanda mikrosatelit di Bogor (Windarti, 2009), pada kultivar pisang diploid (AA) dengan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) dan ISSR (Inter Simple

(15)

Sequence Repeat) di Bogor (Suryasari, 2010), serta dengan penanda RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) di Semarang (Ekasari et al., 2012).

Penanda RAPD sering digunakan untuk menganalisis keragaman genetik karena membutuhkan DNA lebih sedikit, regenerasi lebih cepat, dan tidak menggunakan radioisotop (Sudarmi, 2013). Selain itu penanda molekuler RAPD juga dapat digunakan untuk membuat kunci sidik jari DNA (DNA fingerprinting) sebagai usaha dalam membuat database untuk mengidentifikasi suatu tanaman (Santoso et al.,2006; Pharmawati et al., 2016).

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan penanda RAPD untuk mengidentifikasi keanekaragaman genetik, menentukan hubungan kekerabatan dan menyusun kunci sidik jari DNA kultivar tanaman pisang (Musa sp.) di Bali. Hasil penelitian ini nantinya dapat diperoleh data keragaman genetik kultivar tanaman pisang di Bali berguna untuk informasi dasar dalam perakitan varietas pisang unggul di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah keanekaragaman genetik tanaman pisang (Musa sp.) di Bali berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) ? 2) Bagaimanakah hubungan kekerabatan tanaman pisang (Musa sp.) di Bali

berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) ? 3) Bagaimanakah kunci sidik jari DNA tanaman pisang (Musa sp.) di Bali

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui keanekaragaman genetik tanaman pisang (Musa sp.) di Bali berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). 2) Untuk mengetahui hubungan kekerabatan tanaman pisang (Musa sp.) di

Bali berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). 3) Untuk menyusun kunci sidik jari DNA tanaman pisang (Musa sp.) di Bali

berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1) Memberikan informasi mengenai variasi genetik dan hubungan kekerabatan kultivar tanaman pisang yang tumbuh di Bali.

2) Dapat digunakan untuk mendukung kegiatan konservasi keanekaragaman kultivar tanaman pisang di Bali dalam hal pengembangan varietas dan perakitan bibit unggul pisang lokal Bali di masa depan.

3) Memberikan kemudahan identifikasi studi taksonomi kultivar tanaman pisang di Bali melalui penyusunan kunci sidik jari DNA berbasis penanda molekuler.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak menunjukkan korelasi terhadap C-organik, pH tanah, suhu tanah, dan kadar

Hasil penelitian dengan memberikan ekstrak terong belanda terhadap tikus putih obesitas yang diinduksi diet tinggi lemak menyebabkan penurunan kadar kolesterol

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pola transformasi, ideologi, dan pemaknaan masyarakat terhadap tradisi barong ngelawang di kawasan pariwisata Ubud, Gianyar, Bali..

yang mengakibatkan semakin berlarut-larutnya penyelesaian kredit bermasalah tersebut. 3) Hasil akhir yang dicapai,Terkadang dengan jalur litigasi kecukupan agunan dari

Security/ 430.10.7/ 2017 , maka diumumkan bahw a PEM ENANG SELEKSI SEDERHANA PASCAKUALIFIKASI untuk Kegiatan Kegiatan Pelayanan dan Pendukung Pelayanan BLUD Pekerjaan

• Jika memang tidak memiliki NIDN, cek apakah MK tsb kelas pararel atau bukan, jika kelas pararel dan sudah terwakili oleh kelas lainnya, maka dapat “dilupakan”,namun jika

Sebagai salah satu Club Motor sekaligus bengkel JMC (Jaka Motor Cilodong) memerlukan hubungan kemitraan yang baik, sejajar dan seimbang serta hubungan tali persaudaraan yang