• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pengurus Masjid Arrahman Dalam Memberikan Bimbingan Agama Bagi Remaja Di Perumahan Bumi Mas Raya (Bmr) Cikokol Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pengurus Masjid Arrahman Dalam Memberikan Bimbingan Agama Bagi Remaja Di Perumahan Bumi Mas Raya (Bmr) Cikokol Tangerang"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

LIANA SAKDIYAH

NIM: 107052000421

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

LIANA SAKDIYAH NIM : 107052000421

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

iii

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 27 Agustus 2014

(5)

iv

Peran Pengurus Masjid Arrahman Dalam Memberikan Bimbingan Agama Bagi Remaja Di Perumahan Bumi Mas Raya (Bmr) Cikokol Tangerang DRS. MUHAMMAD LUTHFI, MA.

Penelitian yang dilakukan penulis di Masjid Arrahman, adalah meneliti tentang bagaimana peran pengurus Masjid dalam memberikan bimbingan agama, dan setelah diteliti bimbingan yang diberikan oleh pengurus ini bertujuan agar para remaja mendapatkan bekal agama yang kuat, dapat membantu menghidupkan kegiatan keagamaan di Masjid Arrahman dan digunakan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan agar diridhai Allah SWT. Ini merupakan salah satu upaya penulis untuk mencoba mengetahui bagaimana peran pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di Perumahan Bumi Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Peran Pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di perumahan Bumi Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan agama di Masjid Arrahman. Pertama kegiatan bimbingan agama dilaksanakan oleh Pengurus Masjid Arrahman. Kedua dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja yang tergabung dalam Komunitas Remaja Masjid Arrahman (KURMA) sebutan bagi para remaja yang mengikuti kegiatan bimbingan agama, terbagi atas tiga jenis yaitu kegiatan yang diberi kode K1 (Kajian Ke-Ilmuan dan Ke-Islaman Pemuda), K2 (Keahlian Praktik Islam) dan K3 (Ketrampilan, Kesenian dan Kegiatan Islam).

Subyek yang diteliti yaitu pengurus Masjid Arrahman dan beberapa anggota Komunitas Remaja Masjid Arrahman (KURMA) yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di Masjid Arrahman. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati, dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan sasaran penelitian menurut apa adanya. Sumber data penelitian yang digunakan adalah sumber data primer berupa informasi-informasi dari lapangan melalui pengamatan langsung bagaimana peran pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di Perumahan Cikokol Tangerang, kemudian sumber data sekunder yang berupa surat kabar, buku, data-data dokumentasi Masjid dan data laporan kegiatan Masjid Arrahman Cikokol Tangerang. Untuk pengumpulan data yang digunakan ialah: metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis datanya dengan menggunakan proses berfikir induktif yaitu dengan mengorganisasikan hasil-hasil dari pengamatan menjadi suatu rangkaian.

(6)

v

merupakan kegiatan yang sangat positif dengan tujuan, untuk menghindari kegiatan negatif yang kemungkinan dilakukan oleh para remaja pada era yang serba instant seperti sekarang ini.

(7)

vi

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah kepada setiap ciptaanya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering untuk digali. Skripsi dengan judul “Peran Pengurus Masjid Arrahman Dalam Memberikan bimbingan bagi remaja di Perumahan Bumi Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang”, tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Munculnya berbagai hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan berkat bantuan banyak orang yang berada di sekitar penulis, baik secara langsung maupun tidak telah memberi dorongan yang berharga bagi penulis.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang terkait dan berperan serta dalam penyusunan skripsi ini, dan kepada yang terhormat kedua orang tua tercinta, dengan kasih sayang dan segala jasanya tiada mungkin dapat terbalas, hanya ucapan terimakasih dan bakti yang dapat penulis lakukan. Semoga, Ibu dan Bapak senantiasa sehat, bahagia, panjang umur dan dilindungi oleh Allah SWT.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan. MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengarahkan dan membimbing kuliah penulis.

4. Drs. Sugiharto. MA. Selaku sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang senantiasa memberikan semangat.

5. Drs. M Lutfi. MA. Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dengan keikhlasan dan kesabaran.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan di Lingkungan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Arrahman dan anggota Komunitas Remaja Masjid Arrahman (KURMA). Terima kasih atas bantuan, kerjasama dan kebersamaannya selama penelitian.

8. Adik-adik tercinta, Asiyah Nur, Zahrotul Hasanah, dan Rifatun Aliyah, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberi harapan serta semangat kepada penulis.

9. Para Civitas Akademika di Lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.

(9)

viii

dalam penyusunan skripsi ini mendapat balasan amal baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan dihadapan Allah SWT.

Jakarta, 27 Agustus 2014

Penulis

(10)

ix

a. Pengertian Pengurus ... 22

b. Pengertian Masjid ... 23

c. Exsistensi Peran Pengurus ... 25

d. Analisis Peran Pengurus ... 26

(11)

x

3. Remaja dan Permasalahannya ... 43

4. Remaja dan Agama ... 49

BAB III. GAMBARAN UMUM MASJID ARRAHMAN BUMI MAS RAYA (BMR) CIKOKOL-TANGERANG A. Sejarah Berdirinya Masjid Arrahman BMR Tangerang Landasan Umum ... 52

B. Fungsi Masjid Arrahman ... 57

C. Visi, Misi Dan Tujuan ... 63

D. Sarana dan Prasarana. ... 66

E. Struktur Kepengurusan ... 67

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Informan. ... 82

B. Metode Pengurus Masjid Arrahman Dalam Memberikan Bimbingan Agama Bagi Remaja ... 88

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan agama merupakan bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan, guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Bimbingan agama secara umum ialah sebagai suatu bantuan dengan nilai-nilai keagamaan. Bimbingan agama adalah suatu proses individu melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaaat sosial.

Di masa yang semakin modern seperti sekarang ini, bimbingan agama sangatlah dibutuhkan dikalangan masyarakat. Bimbingan agama dapat membetuk motivasi berprestasi. Selain itu bimbingan agama juga dapat menekan pada penyadaran diri dan menyentuh hal paling hakiki dan fitri dalam kehidupan manusia, sehingga mereka tidak salah arah dalam meniti hidup dan justru menciptakan prestasi untuk menjalani kehidupan di masyarakat dengan baik serta mau dan mampu mempertanggung jawabkan amanah yang telah diterimanya.1

Dengan demikian, maka bimbingan agama dapat diartikan sebagai, “usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan,

baik lahiriyah maupun batiniyah, yang menyangkut kehidupan, di masa kini dan mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang

1

(13)

mental spiritual. Dengan maksud agar orang yang dibimbing mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Oleh karena itu, sasaran bimbingan agama adalah

membangkitkan daya rohaniah manusia melalui iman, dan ketakwaan kepada Allah SWT.2

Agama merupakan fondasi seseorang dalam berfkir, bersikap dan bertindak. Remaja yang dibesarkan jauh dari nilai agama akan menunjukan perilaku mencampur adukan antara yang benar dan salah, yang halal dan yang haram. Tindakannya hanya melampiaskan emosi dalam diri berdasarkan keinginan sesaat. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, yang penting pemenuhan kebutuhan saat ini. Remaja yang jauh dari nilai agama, jika ingin fly langsung meminum-minuman keras. Jika ingin senang-senang, langsung berbesta di tempat-tempat hiburan malam. Jika ingin menyalurkan dorongan seksual, langsung berhubungan di luar nikah dengan pasangan yang belum sah. Jika ingin melampiaskan kemarahan langsung mengajak orang lain baku hantam. Ini merupakan gambaran kelam remaja yang hidup tampa agama.

Dewasa ini kata remaja mengandung makna sebagai orang yang sudah mengenal baik dan buruk. Ada orang yang berkata, remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua, di satu sisi juga menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu

2Elfi Mu’awanah, Dan Rifa Hidayah,

(14)

dimanfaatkan. Mungkin mereka berbicara tentang kelakuan atau ketidak pedulian orang dewasa terhadap kelompok mereka atau mungkin ada pula yang mendapat kesan bahwa kelompoknya adalah kelompok minoritas yang punya makna tersendiri, yang mempunyai dunia tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Tidak mustahil adanya kesan remaja, bahwa kelompoknya adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan masa depan.

Memasuki abad XXI, yang dikenal dengan era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang telekomunikasi mengakibatkan dunia tampa batas. Perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi banyak berimbas pada kalangan remaja, apalagi perubahan dan perkembangan zaman tersebut banyak diarahkan pada penyampaian teknologi informasi yang kurang memperhatikan nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat pada umumnya. Sehingga usia remaja yang sedang labil dan sedang mencari jati diri cenderung mengikuti nilai-nilai negative yang dikumpulkan oleh bebagai teknologi informasi yang ada, terutama dari segi moral atau norma yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang negative dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia menjadi tantangan dan, “masalah sosial menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.3

Bimbingan Agama wajib ditanamkan kepada anak sejak kecil. Salah cara memberi bimbingan, agama hanya akan masuk ke otak dan

3

(15)

tidak sampai tertanam di hati hingga ia tumbuh menjadi remaja. Konsekuensinya remaja tahu mana yang benar dan mana yang salah, tetapi tidak mempunyai kendali yang kuat untuk menjauhi kemaksiatan. Contohnya seorang remaja yang taat agama suatu saat melakukan seks bebas hingga akhirnya membantu pacar melakukan aborsi, kedapatan mencuri Handpone teman, mencontek saat ulangan, menyuap guru agar mendapat nilai bagus, menyuap polisi agar tidak ditilang, kehidupannya sangat bertentangan dengan nilai agama. Hal tersebut merupakan gambaran gagalnya penanaman nilai agama pada generasi muda. Oleh karena itu akan sangat baik jika para remaja diberikan bimbingan agama agar tidak salah pergaulan.

Bimbingan agama dapat dilaksanakan di Sekolah atau Masjid, dan di banyak Tempat, selain digunakan sebagai tempat ibadah, Masjid juga merupakan tempat bimbingan agama. Banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang dijalankan masyarakat di dalam Masjid, khususnya kegiatan bimbingan agama bagi para remaja. Quraish Shihab membahas tentang pengertian Masjid, sebagaimana dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abi Sa’id Al-Khudri, berbunyi:“Bahwa

tiap potong Tanah itu adalah Masjid”.

(16)

para pengelolanya memahami dengan baik dan benar tentang fungsinya, maka Masjid akan sangat memberikan kontribusi yang besar bagi perbaikan Umat Islam.4

Dalam Al-Qur’an juga di katakan:

“Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)

selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan

termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”(QS. At

-Taubah:18).

Penulis mencoba untuk menganalisis peran pengurus Masjid Arahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di Perumahan Bumi Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang. Latar belakang inilah yang melandasi penulis untuk mengadakan penelitian mengenai bagaimana peran pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di Masjid Arrahman Bumi Mas Raya ( BMR ) Cikokol Tangerang. Dan materi apa sajakah yang diberikan pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja? Tujuan

4

(17)

penelitian berdasar dari rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui peran pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja. Selain itu tujuan penelitian juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja.

Sering kita lihat, masih banyak perilaku-perilaku remaja yang melanggar norma-norma sosial atau bahkan norma-norma agama. Dengan adanya fakta tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam terhadap permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Pengurus Masjid Arrahman dalam Memberikan Bimbingan Agama bagi Remaja di Perumahan Bumi

Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitan, dalam hal ini penulis membatasi masalah pada, Peran Pengurus Dalam Memberikan Bimbingan Agama dan Penanaman Nilai-Nilai Agama Bagi Remaja Di Masjid Arrahman. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis memberikan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

(18)

C. Tujuan Dan Manfaat Peneltian 1. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk.

b. Mengetahui peran pengurus masjid arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja.

2. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang hendak diwujudkan dari penelitian yaitu secara teoritis dan secara praktis, maka manfaat yang hendak diwujudkan adalah:

a. Secara teoritis adalah untuk menambah wawasan pengetahuan, pengalaman menulis dengan konsep metodologi dalam penelitian ini, juga memberikan bagi pengembang wacana keilmuan dengan bimbingan agama sebagai wadah pendidikan, sekaligus sebagai bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya.

(19)

c. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana komunikasi Islam dalam bidang bimbingan dan penyuluhan Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis sudah melakukan tinjauan pustaka ke Perpustakaan yang ada di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari tinjauan yang penulis lakukan hanya menemukan adanya judul yang berkaitan dengan judul yang penulis ajukan dari segi isi materinya saja, yaitu skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap Materi Bimbingan Agama Bagi Remaja Masjid Inayatullah Cimanggis Bogor” yang ditulis oleh Jamaludin Shidiq. Dalam skripsi ini lebih menekankan kepada materi-materi yang disampaikan “Pembinaan Akhlak Remaja”.

Sedangkan judul yang penulis susun dengan judul “Peran Pengurus

Masjid Arrahman Dalam Memberikan Bimbingan Agama Bagi Remaja di Perumahan (BMR) Cikokol Tangerang”, belum ada yang meneliti, namun dalam penelitian ini penulis meneliti tentang bagaimana peran pengurus Masjid Arrahman dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja. E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

(20)

melukis subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.5

Metode deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan kegiatan pengurus Masjid dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja yang dilaksanakan di Masjid Arrahman, kemudian menganalisisnya. Metode deskriptif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.6

Selain itu ditunjang pula oleh data-data hasil penelitian lampangan (field research), sehingga dalam laporan hasil penelitian dapat mengungkapkan dan memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan secara apa adanya dari hasil penelitian ini.7 Bentuk tulisan ini adalah penelitian lampangan dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lampangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan selama penulisan. Disini penulis menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana peran-peran pengurus dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. 2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

5

Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), h. 63.

6

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 63. 7

(21)

1. Observasi

Yaitu mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung terhadap objek (pengurus Masjid) yang akan diteliti secara pencatatan yang sistematis, melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.8Guna memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan peran pengurus dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja di Masjid Arrahman.

2. Wawacara

Merupakan suatu alat pengumpulan data informasi langsung tentang berupa jenis data wawancara, merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dengan seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.9

3. Dokumentasi

Yaitu cara yang digunakan untuk mengambil data dari berbagai dokumen, baik merupakan pembukuan ataupun dari berbagai dokumen, ataupun yang lainnya. Dari dokumentasi tersebut nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan

8

Sugiyono, Metode Peneltian Kuantitatif Dan Kualitatifn dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2007), Cet Ke-3, h. 266.

9

(22)

pemahaman dan pengertian pada teori yang akan digunakan selama penelitian.

b. Teknis Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lampangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10

Untuk menganalisa data, penulis menjelaskan bagaimana menjalankan peran pengurus sebagai pembimbing agama, dan menganalisa pengurus yang memberikan bimbingan agama bagi remaja.

Penulis juga melaporkan data dengan memberikan gambaran mengenai proses bimbingan agama dalam progam penanaman kecerdasan spiritual sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung, seperti wawancara dengan para pengurus dan para remaja di Masjid tersebut. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskripsikan secara kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen, literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, maka penulis

10

(23)

mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori.

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan apa yang orang lakukan. Atau tempat dimana bisa mendapatkan sumber data atau keterangan. Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama adalah pengurus yang memberikan bimbingan agama yaitu, Bang Bayu dan Pak Maman serta para remaja Masjid Arrahman diantaranya, Endah, Riris, Septi, Rahmat, Alam, dan Dani.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga komponen, yaitu, place atau tempat, dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung, actor (pelaku) atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.11 Dalam penelitian ini objek penelitian penulis adalah pengurus Masjid dalam memberikan bimbingan agama bagi remaja yang

11

(24)

dilaksanakan di Masjid Arrahman Bumi Mas Raya (BMR) Cikokol Tangerang.

4. Dasar Penetapan Lokasi

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Masjid Arrahman yang beralamat di Komplek Perumahan Bumi Mas Raya Cikokol Tangerang Blok C1/3 15117, sedang waktu pelaksanaan penelitian mulai tanggal, 02 Mei 2014 sampai dengan 27 Agustus 2014.

5. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan desertasi) karya Hamid Nasuhi dan kawan-kawan yang diterbitkan oleh CEQDA (center for quality development and assurance) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksud untuk memberikan gambaran secara ringkas tentang susunan penyusunan skripsi ini, bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai dengan uraian singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Untuk memudahkan arah pembahasan maka penulis membagi skripsi ini dalam lima bab, hal ini dimaksud agar dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Pokok-pokok masalah yang telah diuraikan di atas telah disusun menjadi sub-sub yang saling berkaitan yang terdiri dari lima bab yaitu:

(25)

Menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang “Peran Pengurus Masjid Arrahman dalam Memberikan Bimbingan Agama bagi Remaja di Perumahan Bumi Mas Raya Cikokol Tangerang”

BAB III : GAMBARAN UMUM MASJID ARRAHMAN

Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan desain penelitian, area dan lingkup penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, devisi operasional dan teknik pengumpulan data, metode pengumpulan data.

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dari hasil temuan dan analisa yang penulis dapatkan, pada bab ini penulis memuat hal-hal yang berkaitan tentang, data informan, analisis peran pembimbing dan metode pembimbing dalam memberikan bimbingan agama.

BAB V : PENUTUP

(26)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Peran adalah keikut sertaan seseorang dalam suatu kegiatan bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Sedangkan menurut Anton M Moeliono, peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Namun menurut Soerjono peran adalah merupakan aspek dinamis dari kedudukan (satus), apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.12

Proses sosialisasi sebagian besar tahapannya terjadi melalui belajar berperan, suatu peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang untuk menduduki suatu status tertentu, dan seseorang dapat menerima beberapa perangkat peran pada waktu yang bersamaan, serta memangku berbagai macam peran yang memungkinkan munculnya stress atau kepuasan dan prestasi. Karena prilaku peran itu adalah perilaku aktual seseorang yang memerankan suatu peran, dan yang dipengaruhi oleh perjanjian peran yang dramatis. Dimana orang itu bertindak dengan suatu usaha yang disengaja untuk menyajikan citra yang diinginkan bagi orang lain.

Peran dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak, pemain makyong, perangkat tingkat

12

(27)

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.13

Sedangkan dalam Kamus Modern, peran diartikan sesuatu yang menjadikan kegiatan atau memegang pemimpin yang utama. Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, peran mempunyai arti orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi satu tujuan.14

Teori peran ini merupakan sarana untuk menganalisis sistem sosial, dan peran yang dipahami sebagai aspek dinamis dari posisi sosial societally diakui. Dalam teori Biddle dan Thomas membagi istilah dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b. Yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang-orang dan perilaku. d. Kaitan antara orang dan perilaku.15

Peran atau role merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan atau status artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukanya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya

13

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 854.

14

Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002 ), Cet. Ke-1, h. 251. 15

(28)

tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tampa peran. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu.

c. Peran dapat dikatan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.16

Peran berdasarkan jenis-jenisnya dapat diklasifikasikan beberapa macam, antara lain:

a. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang disesuaikan (aktual roles).

b. Peran bawaan (ascribed roles) dan peran pilihan (achieved roles).

c. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (suplementary roles).

d. Peran golongan dan peran bagian.

e. Peran tinggi, peran menengah, peran rendah.

16

(29)

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa peran adalah orang yang berkedudukan dan memiliki pengaruh bagi orang lain “Masyarakat” yang menyumbang pikiran maupun tenaga demi suatu tujuan.

2. Unsur-Unsur Peran

a. Peran merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

Budaya organisasi mengacu pada norma perilaku, asumsi dan keyakinan (belief) dari suatu organisasi, sementara iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan itu “organizational culture is patten of beliefs and expectation shared by the organization’s members”. Budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi. 17 Budaya organisasi sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma prilaku, dan ekspektasi yang dimiliki oleh anggota organisasi. Budaya organisasi juga mencangkup keyakinan, ideologi, Bahasa, ritual, dan mitos. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa, budaya organisasi adalah keseluruhan norma, nilai, keyakinan, dan asumsi yang dimiliki oleh anggota di dalam organisasi.18

Berdasarkan peran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berkenan dengan keyakinan, asumsi,

17

Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 30.

18

(30)

nilai, norma-norma perilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi.

Budaya organisasi adalah kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi.19 Fungsi Budaya organisasi adalah: Pertama, Memberikan rasa identitas kepada anggota. Kedua, memunculkan komitmen terhadap misi. Ketiga, membimbing dan membentuk standar perilaku anggota. Keempat, meningkatkan stabilitas sistem sosial.

Budaya mengandung pola eksplisit maupun implisit dari dan untuk perilaku yang dibutuhkan, dan diwujudkan dari hasil kelompok menusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia. Inti utama dari budaya terdiri dari ide tradisional (terus menurun dan terseleksi) dan tertanam pada nilai yang menyertai.

Berangkat dari pendapat tersebut, tersirat karakteristik budaya itu meliputi:

a. Mempelajari budaya diperlukan dan diwujudkan dalam belajar observasi dan pengamanan.

b. Saling berbagi individu dalam kelompok, keluarga dan masyarakat saling berbagi budaya.

c. Trans generasi, merupakan kumulatif dan melampaui generasi satu ke generasi lain.

d. Persepsi pengaruh, membentuk perilaku dan struktur bagaimana seseorang menilai dunia.

19

(31)

e. Adaptasi budaya didasarkan pada kapasitas seseorang berubah atau beradaptasi.

Orientasi budaya suatu masyarakan mencerminkan interaksi dari lima karakteristik. Individu suatu masyarakat mengekspresikan budaya dan karakteristik melalui nilai-nilai kehidupan dan Lingkungan sekitar. Nilai kepercayaan yang berlaku umum yang didefisinikan apa yang benar dan salah atau menspesifikan preferensi umum, sebaliknya mempengaruhi sikap individu mengenai bentuk prilaku yang dipertimbangkan lebih efektif dalam situasi tertentu.20

b. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. Kemampuan sosial yang dimaksud adalah kemampuan dalam antar hubungan dengan orang lain baik antara individu dalam kelompok, antar kelompok, atau dalam lingkungan orgaisasi yang lebih besar. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan di bidang ini untuk menompang kepemimpinannya.21

Prof. J. F. Tahalele memberikan beberapa saran untuk mengembangkan kemamuan sosial kepada sekolah sebagai pemimpin pendidikan:

20

Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi, Teori dan Praktik dalam Bidang Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 123.

21

(32)

1. Usahakan supaya tetap gembira.

2. Lihatlah, pikirlah, dan bicarakan yang baik.

3. Jangan berharap terlalu banyak kepada orang lain, tetapi apa yang kita dapat, kita sumbangkan kepada mereka.

4. Jangan mencampuri urusan pribadi orang lain, kecuali dilapori. 5. Lenyapkan perasaan gelisah.

6. Jauhkan sifat sombong, belajarlah menyesuaikan diri. 7. Kembangkan sifat murah hati.

8. Tekun beragama dan janganlah berputus asa.

9. Kembalikan sifat “lagniappe” (pemberian kecil kepada orang lain yang berdampak positif yang besar)

Di samping kemampuan yang ada pada diri sendiri harus dikembangkan, apapun peran yang dijalankan sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menempatkan diri dalam kedirian orang lain:

1. Selalu menghargai pendapat orang lain.

2. Jangan memaksakan pendapat kepada orang lain walaupun merasa benar.

3. Menegur orang lain secara halus.

4. Hindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain. 5. Memberikan perintah dengan Bahasa meminta, “dapatkah anda

menolong saya untuk….”

(33)

7. Ketika berbicara, pandanglah lawan bicara kita (tidak menengok ke kiri dan ke kanan).

8. Sewaktu orang lain berbicara, hendaklah mendengarkan dengan penuh perhatian.

9. Ketika orang lain berbicara, janganlah menyela atau mengalihkan pembicaraan.

10.Jika orang lain menusuk hati kita, tetap tenang dan sabar. 11.Sebaiknya jangan berbisik-bisik di depan orang lain. Jadilah

pendengar yang baik.

12.Jika mengkritik, disampaikan dengan tenang, ramah, dan bijaksana.

Semua pernyataan tersebut di atas kiranya dapat dijadikan acuan dalam menilai diri sendiri, agar pemimpin tidak menempatkan dirinya kurang atau lebih dari kemampuan.

B. Pengurus Masjid

a. Pengertian pengurus

Pengurus adalah sebuah ungkapan yang artinya seseorang yang ditunjuk untuk mengurusi sesuatu atau hal. Jadi arti Pengurus adalah Anggota yang ditunjuk sebagai orang yang mengurusi kegiatan. Kata Istilah Pengurus merupakan ungkapan resmi dalam Bahasa Indonesia. Pengurus ialah seseorang yang mengurusi pekerjaan yang diamanatkan kepadanya. Kegiatan mengurus, menurut Henri Fayol, pengurus terdiri dari pada lima tugas utama yaitu:

(34)

b. Mengatur c. Memimpin d. Menyeleraskan e. Mengawal

Pengurus ialah seni untuk mencapai suatu ma’lumat melalui orang lain, orang lain tersebut seringnya disebut orang bawahan. Maka dengan ini, seseorag yang sekurang-kurangnya seorang bawahan juga boleh dirujuk sebagai pengurus. Bagaimanapun, di Indonesia dan banyak Negara lain, pengurus merupakan salah satu pangkat yang lebih tinggi dari pada karyawan HRD maupun eksekutif. Maka mereka ini tidak dianggap sebagai pengurus, walaupun mereka melakukan kegiatan-kegiatan mengurus.22

dalam arti luas adalah mencakup jabatan sebagai pengurus itu sendiri, seperti jabatan sebagai birokrat, pemeriksa, dan pengawas (karena birokrat, pemeriksa, dan pengawas haruslah berasal dari jajaran pengurus). Sedangkan pengertian pengurus (dalam bahasa Inggris: administrators) dalam arti sempit, yang hanya mencakup jabatan sebagai pengurus itu sendiri. Seorang pengurus harus menghormati dan mengenal kebijakan-kebijakan karena mereka adalah anggota yang dikenal dan telah dipercaya dalam komunitas atau kelompok. Pengurus adalah para pengguna yang melaksanakan tugas dan tanggung-jawab tambahan secara sukarela, dalam

22

(35)

artian bahwa pengurus bukan seorang karyawan yang dibayar sebagai pekerja.23

b. Pengertian Masjid

Kata Masjid berasal dari Bahasa Arab, adalah ismul makan (kata benda yang menujukan tempat). Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-yasjudu, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan Masjid, yang artinya "Tempat Bersujud".

Dalam pengertian sehari-hari, Masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran Sural Al-Jin (72):18, misalnya, menegaskan bahwa :

23

(36)

Sesungguhnya Masjid-Masjid itu adalah milik Allah, karena itu

janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun.

Rasul Saw. Bersabda:

Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid

dan sarana penyucian diri (HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin

Abdullah)”.

Kemakmuran Masjid pada intinya meliputi dua segi, yakni segi lahiriyah dan maknawiyah. Segi lahiriah menyangkut masalah pembangunan Masjid dan perawatan pembangunan beserta segala perlengkapannya. Lebih lanjut, Ibnu Umar R.A. Menceritakan Masjid Nabawi dari sisi bangunan (zhahir), “pada masa Nabi SAW, Masjid dibangun dengan batu bata, atapnya dari pelepah kurma dan tiangnya dari batang kurma. ”Para sahabat R.A. berkata bahwa sesungguhnya Nabi telah memerintahkan mereka untuk membersihkannya dan memeliharanya serta memberikan harum-haruman.

Adapun segi ma’nawi meliputi semua amal qurbah, yakni amal-amal shalih yang akan mendekatkan para pelakunya kepada Allah. Termasuk di dalamnya adalah mengunjungi Masjid, lalu Itikaf (berdiam diri di Masjid untuk mengingat Allah), Ta’lim, Shalat, Dzikir, dan lainnya.

(37)

disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt.

c. Eksistensi Peran Pengurus

Pengurus juga berperan sebagai guru pembimbing yang menyelenggarakan bimbingan pada kelompok (murid didik), dan sangat berkepentingan dengan mengembangkan dinamika kelompok dalam kelompoknya itu. Bahkan pengembangan dinamika kelompoknya itu merupakan tugas utama pertama. Tampa berkembangnya dinamika kelompok sampai pada taraf ke efektifan tertentu, tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan itu akan membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. Dinamika kelompok yang telah berkembang itu dapat diibaratkan sebagai kendaraan yang sudah siap pakai untuk dimuati barang tertentu yang akan dibawa ke suatu tujuan tertentu. Muatan yang dimaksud itu adalah permasalahan atau topik-topik yang akan dibahas dalam kegiatan lebih lanjut.

Dalam hal “kendaraan” dan “muatan” di atas, guru

pembimbing harus pandai-pandai memelihara dan menjalankan kendaraan itu serta memuatinya dengan barang-barang yang berharga tersebut diantarkan sampai ketempat tujuan, yaitu tujuan bimbingan agama.24

d. Analisis Peran Pengurus

Peran merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peran yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku

24

(38)

dirinya dan orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peran sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peran sebagai ibu, istri yang mengurus rumah tangga, karyawan, guru, atau jika seorang laki-laki sebagai kepala keluarga, polisi, pengurus Masjid dan lain-lain.

Peran sosial dapat mencakup tiga hal berikut:

1. Peran meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang di masyarakat. Contoh: Sebagai seorang pengurus Masjid yang memberikan bimbingan agama harus dapat menjadi panutan dan Suri Teladan para anggotanya, karena dalam diri pengurus tersebut tersandang aturan atau norma-norma yang sesuai dengan posisinya.

2. Peran merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. Contoh: Seorang Ulama, Guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi muridnya.

3. Peran juga dapat diikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.25

C. Bimbingan Agama

a. Pengertian Bimbingan Agama

Bimbingan agama sebagai suatu sistem nilai dan ajaran memiliki fungsi yang pasti dan jelas untuk pengembangan umat manusia yang lebih beradab dan sejahtera. Dalam perspektif ajaran

25

(39)

Sejarah, Agama apapun turun ke Dunia untuk memperbaiki moralitas manusia, dari kebiadaban menuju manusia bermoral. Karena itu ketika manusia telah jauh menyimpang dari fitrah, muncul nabi-nabi yang akan mengembalikan mereka kepada kehidupan yang fitri, cenderung kepada kebaikan, dan menjauhi segala kesesatan dan kejahatan.

Dari zaman Nabi Adam sampai sekarang, penyebaran kasih sayang, keadilan, egalitarianism, dan seterusnya adalah nilai yang baik. Sebaliknya, berbuat kerusakan, mengumbar kemarahan, dan penindasan merupakan sifat yang buruk. Nilai negative yang terdapat pada perbuatan itu merupakan sifat intrinstik yang tidak akan berubah dari dulu sampai sekarang. Dalam kerangka itulah bimbingan agama diajarkan dan disebarkan. Ia hadir untuk membimbing manusia agar mereka mengetahui kebaikan, agar manusia melaksanakan dan menyadari adanya keburukan serta kejahatan, lalu menghindarinya.

(40)

Atas sana. Manusia harus jadi Khalifah Allah di muka Bumi sebagai konkretisasi dari imannya. Dengan kapasitas kreatifnya, manusia mengkonkretkan keimanannya dengan menjadi Khalifah sebagai langkah kebijaksanaan Tuhan di bumi ini.26

Jadi nilia-nilai agama adalah universal. Pada sisi ini diperlukan pembahasan lebih dalam terhadap bimbingan agama sehingga ajarannya dapat ditangkap secara utuh, holistic, selalu hidup dan tidak beku, serta tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman sehingga tujuan agama yang mulia dapat terealisikan dalam kehidupan. Jelasnya, agama perlu dibaca secara kritis dan kreatif kontekstual. Kritis dalam arti kemampuan memilah antara ajaran pada satu sisi dan pemahaman umatnya dari masa ke masa pada sisi lain. Maka pemahaman dari generasi ke generasi harus diapresiasi, dikritisi, dan dikembangkan. Pemahaman yang tidak sesuai perlu di luruskan secara bijak.

Dalam kasus Islam, pembacaan kembali berkaitan dengan cara, kata Cak Nur bagaimana orang Islam melihat dan menilai Sejarah Islam, dan bagaimana mereka melihat serta menilai perubahan dan meletakan Islam yang universal dan normative ke dalam dialog dengan realitas yang bersifat temporal dan spasial. Dengan kerangka pembacaan semacam itu, agama disikapi bukan sebagai barang mati dan bagian dari masa lalu, namun, ia dipandang sebagai sesuatu yang

26

(41)

hidup dengan nilai-nilai komprehensif, serta berhubungan erat antara yang transenden dan immanent.

Namun, semua itu bisa terlaksana bila nilai-nilai agama dilepaskan dari segala kepentingan pribadi atau kelompok serta agama tidak dijadikan alat untuk pencapaian tujuan tertentu. Untuk keberhasilan pembacaan kembali, nilai-nilai agama perlu dibaca sebagai sumber inspirasi dan bimbingan, serta rujukan utama bagi keseluruhan prilaku dan tindakan. agama akan mampu memberikan pijakan yang pasti bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik, lebih manusiawi, dalam suasana rukun, damai, aman, bukan kehidupan yang penuh kekerasan, koflik, dan permusuhan.

Dengan demikian, penyimpangan seperti itu tidak pernah mendapat lahan sedikitpun untuk dapat hidup dan berkembang di hati umat dan kaum beragama di mana saja.27

b. Tujuan Dan Fungsi Bimbingan Agama a. Tujuan bimbingan agama

Tujuan memberikan bimbingan agama ialah agar individu dapat: pertama, merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupanya di masa yang akan datang, kedua, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin: ketiga, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan

27

(42)

kerjanya: keempat, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk : 1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, 2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, 3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, 4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, 5. Menggunakan kemampuan untuk kepentingannya dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, 6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan 7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat, teratur dan optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

a. Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek pribadisosial individu adalah sebagai berikut:

(43)

pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sikap toleransi teradap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis

5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat. 7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau

menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. 9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (Human

(44)

hubungan persahabatan, persaudaraan, atau Silaturahmi dengan sesama manusia.

10.Memiliki kemamuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

11.Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang pisitif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogamkan.

2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

3. Mempunyai ketrampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

(45)

memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk

meghadapi ujian.28 b. Fungsi Bimbingan Agama

1. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Preventif, yaitu upaya pembimbing agama untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

3. Melalui fungsi ini, pembimbing memberikan bimbingan agama kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya

28

Syamsu Yusuf, L.N dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling

(46)

minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obat terlarang, drop out, dan pergaulan bebas.

4. Pengembangan, yaitu pembimbing agama senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan personel Sekolah, Masjid atau Yayasan lainnya, bekerjasama merumuskan dan melaksanakan progam bimbingan agama, secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan agama yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home-home, dan karya wisata. 5. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan agama yang

bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah pendekatan bimbingan agama, dan remedial teaching.

(47)

pembimbing perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikannya.

7. Adaptasi, yaitu berfungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya pembimbing agama, untuk megadaptasikan progam pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai individu, pembimbing dapat membantu para guru atau dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi pelajaran, maupun mengadaptasikan dalam bimbingan agama sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu.

8. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap progam pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.29

c. Metode Bimbingan Agama

Adalah Brewer, yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan agama identik dengan pendidikan yaitu melalui bukunya “Education as Guidance” yang dipublikasikan Tahun 1932. Dia menyelesaikan studinya di Universitas Harvard. Pada tahun1916-1917 dia mengajar di Harvard, kemudian pada tahun 1918 pergi ke Los Angeles dan

29

(48)

mengajar di Universitas California, pada mata kuliah bimbingan jabatan dan pendidikan keagamaan. Pada tahun 1919 dia kembali ke Harvard untuk mengajar dan menjadi direktur “Bereau of Vocational

Guidance. ”Dia mengorganisasikan kursus-kursus reguler untuk mempersiapkan pembimbing-pembimbing handal.

Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa (peserta didik) agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Dia mengemukakan beberapa kriteria bimbingan agama sebagai berikut.

a. Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau meraih tujuan.

b. Seseorang yang dibimbing, biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya

c. Bimbingan agama bersifat penuh keikhlasan, simpatik, bersahabat dan pemahaman yang dalam terhadap agama.

d. Pembimbing harus memiliki pengalaman, pengetahuan, dan kebijakan.

e. Individu yang di bimbing secara progesif menerima bimbingan agama, dan mengambil keputusannya sendiri dalam mengamalkan ilmu agamanya kepada masyarakat.

f. Bimbingan agama memberikan bantuan kepada individu agar dapat membimbing diri sendiri secara lebih baik.30

30

(49)

D. Remaja

Kesatuan perilaku yang sama yang dijumpai sebelumnya dalam beragam tahapan, ditemukan antara usia 11-12 tahun dan 14-15 tahun, ketika subjek berhasil membebaskan dirinya dari yang konkret dan dalam menemukan realitas di dalam suatu kelompok kemungkinan transformasi. Peminggiran fundamental akhir ini, yang terjadi di akhir masa anak-anak, bersiap untuk memasuki masa remaja yang karakteristik pokoknya adalah pembebasan yang serupa dari yang konkret untuk menuju pada kencenderungan ketertarikan yang berorientasi kearah non-masa kini dan masa depan ideal-ideal besar dan permulaan teori-teori, serta waktu adaptasi masa sekarang dengan realitas. Impuls efektif dan sosial masa remaja ini sering digambarkan, tetapi tidak selalu dimengerti bahwa implus ini bergantung pada transformasi penalaran yang memungkinkan penanganan hipotesis dan pemikiran dengan mengidahkan dari observasi konkret dan masa sekarang.31

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidak wajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidak selarasan, gangguan emosi dan gangguan prilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi ada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang tejadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa

31

(50)

kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai, kepuasan, kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan.32 Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.

1. Pengertian Remaja

Puberitas merupakan masa ketika terjadi perubahan tertentu yang paling drastis dalam perkembangan individu. Sebelumnya anak tidak pernah mengalami perubahan kemampuan atau kebutuhan secara fisik maupun psikologis sebesar yang terjadi pada masa pubertas ini. Remaja daharapkan untuk mulai merumuskan minat mereka dalam hal-hal tertentu misalnya pilihan karier (yang mungkin mensyaratkan pendidikan lanjut atau kebutuhan untuk mempelajari keterampilan tertentu), pernikahan, dan mengurus keluarga secara biologis maupun kultural masa remaja dipandang sebagai akhir masa kanak-kanak dan pintu masuk menuju masa dewasa. Masa ini merupakan masa yang ditandai oleh bebagai aktivitas dan perubahan besar, dan juga merupakan tahapan dimana individu mengembangkan identitas dirinya. Anak mulai memilih dan merumuskan peran tertentu dan bersiap-siap untuk memegang posisi yang dipilihnya.

32

(51)

Jika perkembangan berjalan dengan baik, remaja akan mengawali tahapan ini dengan perasaan aman. Dalam empat tahapan sebelumnya, individu mendapatkan kemampuan untuk memercayai dunia, menjadi cukup otonom, mampu memprakarsai perilaku kearah tujuan yang tertentukan, dan merasa mantap hatinya hingga bisa mempraktikan keahlian tertentu. Langkah penting berikutnya adalah pengembangan rasa identitas. Disini remaja bertanya, “siapa aku?” dan ide pemikiran, atau objek “apa yang menurutku menggambarkan cara berpikirku?” jika lingkungan tidak mendukung dan remaja merasa sulit mendapatkan peran tertentu, ia mungkin akan mengembangkan identitas yang keliru, suatu kondisi yang disebut oleh Erikson sebagai kekacauan peran atau kebingungan peran (role confusion).

(52)

peran) semacam itu bisa disebabkan antara lain karena anak merasa ditekan agar merumuskan peranan tertentu pada usia dini guna menyenangkan orang tuanya, sementara ia belum berhasil merampungkan tugas-tugas dari tahapan perkembangan sebelumnya.33

2. Batasan Usia Remaja

Masa remaja dimulai dari kira-kira umur 12 tahun, bagi anak gadis dan umur 14 tahun bagi anak laki-laki dan biasanya berlangsung selama 6 sampai 9 tahun. Saat mulainya berbeda-beda, karena bersamaan dengan waktu kemasakan seksuil yang datangnya lebih cepat pada anak gadis. Diantara tiap jenis terdapat pula perbedaan individual, karna ada anak-anak yang telah mencapai kemasakan tersebut pada umur 10 tahun dan yang sangat terlambatpun ada. Untuk menentukan berakhirnya masa remajapun lebih sukar, karena pegangan yang nyata seperti perkembangan fisik tidakada. Biasanya mereka dianggap bukan remaja lagi kalau mereka telah cukup bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya dan kalau mereka telah menemukan cara-cara yang baik untuk mengatasi kecemasan-kecemasan terhadap diri mereka. Pada umumnya hal itu telah terjadi pada umur 18 sampai 21 tahun.34

Masa-masa remaja dibagi menjadi tiga:

33

Neil J. Salkind, Teori-Teori Perkembangan Manusia, Sejarah Kemunculan, Konsepsi Dasar, Analisis Komparatif dan Aplikasi, (New Delhi: Sage Publikation, 2004), h. 200.

34

(53)

a. Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi, namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu,tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa

b. Remaja Pertengahan (15-18)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etismatika dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentang usia ini mulai timbul kemantapa pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.

c. Remaja Akhir (18-21 tahun)

(54)

mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.35

3. Remaja dan Permasalahannya

Masalah-masalah yang disebabkan oleh masa remaja rupanya makin lama makin berat. Dahulu kira-kira setengah abad tahun yang lalu para ahli hanya menyebut perubahan-perubahan fisik dan mental saja sebagai sesuatu yang menarik perhatian dari masa ini dan menyinggung sedikit tentang masalah-masalah dalam diri anak remaja itu sebagai masalah pribadi. Sesudah perang dunia ke II, masalah-masalah itu meningkat menjadi masalah-masalah keluarga, karena anak-anak dari masa itu sering menentang para orang tua mereka. Tetapi akhir-akhir ini masalah tersebut telah menjadi masalah umumnya, sepeti guru, petugas-petugas keamanan dan instasi-instasi lain yang berhak mengambil tindakan apabila mereka berbuat salah.

Meskipun begitu masa remaja merupakan masa kehidupan yang paling menarik. Anak-anak kecil jika menyatakan keinginannya untuk menjadi besar hanya memaksudkan besar seperti kakak-kakaknya saja dan bukanlah menjadi dewasa. Besar bagi mereka berarti banyak hal yang menarik, misalnya nonton film untuk orang dewasa, mempunyai cukup uang saku, boleh belajar mengemudi mobil dan banyak lagi yang dilarang untuk anak-anak kecil. Para orang dewasa menyatakan keinginannya menjadi remaja dengan memakai Bahasa, mode dan cara menari remaja. Mereka juga sering merenungkan kembali masa ini

35

(55)

sebaai masa yang paling menyenangkan. Para remajapun merasa bahwa mereka telah menemukan hidup yang paling sempurna. Keyakinan ini diperkuat pula oleh pernyataan, bahwa pada masa remaja dipuja di film, majalah, TV dan radio, ditambah pula dengan bayak barang-barang khusus untuk para remaja di toko. Kebudayaaan remaja ini, yang diciptakan oleh orang dewasa tidak selalu mempunyai tujuan dan pengaruh yang baik, khususnya tujuan yang lebih banyak mementingkan keuntungan dari para produsen, dari pada manfaat bagi para konsumennya. Memang sebagian besar anak-anak remaja berkembang baik juga sesudah periode yang penuh kegoncangan ini, akan tetapi sikap dari para orang tua yang mengira bahwa anak-anak mereka akan berkembang baik tampa pendidikan dan bimbingan tentu salah juga, karna akhirnya yang terlibat dalam masalah yang cukup serius justru berasal dari keluarga-keluarga semacam itu. Tetapi selama ini telah timbul pula semacam pengertian, bahwa banyak orang dewasa tidak mendidik anak mereka, karena mereka tidak tau bagaimana cara mereka harus mendidik. Dan mereka tidak tau kapan dan bagaimana mereka harus bertindak karena mereka tidak mempunyai pegangan untuk suatu penilaian yang baik.36

Jika ingin melihat kehidupan remaja sekarang, sebagai orang dewasa kita dapat sesekali dapat menonton film yang menceritakan kehidupan remaja, sungguh anak remaja sekarang telah melesat jauh dari bayangan orang tua. Mereka dididik oleh lingkungan sehingga

36

(56)

pemikiran, sikap, dan perilakunya tidak terjangkau oleh orang tua dan orang dewasa sehat disekitarnya. Mungkin kita sebagai orang dewasa yang sudah tau mana yang baik dan buruk berdecak heran bahkan mengelus dada jika menyaksikan film-film remaja sekarang.

Dikisahkan dalam film The virgin, ada tiga remaja yang bersahabat di kota metropolitan. Mereka adalah biyan, stella dan ketie yang masih duduk di bangku SMA. Mereka diidentikan dengan kehidupan sebagai remaja kota yang akrab dengan hura-hura, nongkrong di mall, akrab dengan kehidupan malam, rebutanlawan dengan taruhan uang, nge-geng dan menjual diri demi setumpuk rupiah. Dalam sebuah adegan diperlihatkan bagaimana kedua orang sahabat ini mengantarkan sahabatnya bertransaksi menjual diri pada pria hidung belang di sebuah mal walaupun masih mengenakan seragam putih abu-abu.Mereka juga dapat dibooking di atas mobil atau di toilet sebuah mal, terkesan begitu terbiasa dan lumrah saat mereka menjalani kehidupan “miring” itu.

Alur cerita mempertemukan ketiga sahabat ini dengan geng luna yang merupakan tokoh antagonis. Dalam berbagai kesempatan, kedua kelompok ini berusaha saling menghancurkan kelompok lain dengan berbagai cara.

(57)

saat mereka bertiga menyewa mobil mewah hanya untuk “bersaing”

dengan gengLuna, akan tetapi mobil tersebut malah hilang.

Dengan berbagai cara, mereka patungan mengumpulkan uang untuk mengganti mobil itu, termasuk dengan rela menjual diri. Stella dan Katie sudah lebih dulu mati-matian menjual diri demi mendapatkan uang untuk mengganti mobil.Karena dirasa tidak adil keduanya memaksa biyan untuk menanggung resiko. Kerja yang dianggap dapatmendapatkan uang banyakdalam waktu sekejap hanya menjualkeperawanannya Biyan pada seorang pria hidung belang, pergumulan hati Biyan begitu berat, antara mempertahankan keperawanan dengan “paksaan” menanggung hutang bersama.

Akhirnya Biyan memutuskan mendatangi seorang Om-Om yang telah menantinya di sebuah kamar Hotel dengan diantar oleh kedua sahabatnya sendiri.

Kisah dalam film tersebut menggambarkan kondiri remaja yang mudah larut dalam kelompok. Apapun yang diterapkan dalam kelompok sering kali selalu dipatuhi walaupun selalu bertentangan dengan norma yang dijalani selama ini. Sebagai contoh, peran Biyan dalam film “The virgin” yang penulis kutip kisahnya diatas. Pada

awalnya mungkin merasa senang ditraktir makan atau berbelanja aneka kebutuhan, termasuk patungan untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan akan muncul keinginan untuk membalas “kebaikan” teman

(58)

teman-temannya menjual diri sebentar, lalu mendapatkan uang banyak untuk bersenang-senang. Lambat laun, Iapun akan meniru. Awalnya hanya pemikiran, lalu diikuti dengan keyakinan, sikap dan akhirnya perilaku.

Remaja yang mempunyai ikatan lemah dengan keluarga, memiliki hubungan antar anggota keluarga yang saling acuh, keluarga broken home, kurang kasih sayang orang tua, sangat bergantung pada kelompok. Pada masa remaja pengaruh kelompok sangat besar sehingga perlu upaya persiapan pembekalan orang tua sebelum anaknya masuk kedunia remaja. Ketika mereka berkelompok, yang keluar adalah bahasa serta aturan main kelompok. Dengan demikian, identitas mereka kuat sebagai anggota kelompok X atau kelompok Y, misalnya, “aku adalah anggota geng motor” parahnya, tampa

pertimbangan sama sekali, remaja akan menyatu dalam kelompok hingga semua alur sikap dan perilaku mereka sama dengan apa yang dilakukan kelompok. Mereka merasa aman karena akibat dari prilaku tersebut akan diganggu bersama-sama. Beberapa sikap dan prilaku kelompok yang dapat menggiring seorang remaja hingga bertindak melenceng dari aturan, antara lain:

a. Mencontoh Idola Secara Membabi Buta

(59)

dan lain lain. Kelompok remaja akan mencontoh sikap dan perilaku sang idola secara membabi buta, sangking senangnya dengan sang idola, remaja terkadang menampilkan perilaku yang sangat bertentangan dengan norma masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh banyak iklan khusus remaja yang mengadakan sayembara untuk bisa makan malam dengan artis idola. Produk yang ditawarkan adalah untuk kalangan remaja putri, tapi selebritas yang ditawarkan bisa untuk dinner adalah selebritas laki-laki begitupun sebaliknya, para pengagum tidak hanya sekedar minta tanda tangan atau foto bersama, mereka ada yang berusaha untuk mencium bahkan ada yang menawarkan dirinya, sungguh, sebuah perilaku yang jauh melenceng dari ajaran agama dan adat ketimuran.

b. Hura-Hura

Gambar

GAMBARAN UMUM MASJID ARRAHMAN BUMI MAS
gambaran kelam remaja yang hidup tampa agama.
gambaran gagalnya penanaman nilai agama pada generasi muda. Oleh
gambaran mengenai proses bimbingan agama dalam progam
+2

Referensi

Dokumen terkait