PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN (2004-2009)
Skripsi
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I
Oleh :
M Ribai Subhanda Lubis 106084003606
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN
PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN (2004-2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR Abdul Hamid MS Dr. Lukman M.Si
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ii
Pada hari kamis Tanggal 17 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2004-2009”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
Utami Baroroh, M.Si Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid MS Pembimbing I
Dr. Lukman, M.Si Pembimbing II
iii
Pada hari jumat tanggal 28 Januari 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas
nama M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2004-2009”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 28 Januari 2011
Tim Penguji Komprehensif
Dr. Lukman M.Si Fitri Amalia, S.Pd, M.Si Penguji I Penguji II
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : M Ribai Subhanda Lubis
Nim : 106084003606
Jurusan : Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009”
adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan
analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil
karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka
skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun
menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di
kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 1 Maret 2011
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI
Nama : M Ribai Subhanda Lubis
Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 20 November 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke : 4 dari 5 bersaudara
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Asal : Jl.Imam Bonjol Gg Swadaya No.18
Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Alamat Sekarang : Jl.Sedap Malam No.17 RT 08 RW 08 Ciputat
Telepon/HP : 021-92094685 / 081383511174
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Masytoh Padangsidimpuan : 1992-1993
SDN 12 Padangsidimpuan : 1993-1999
SMPN 1 Padangsidimpuan : 1999-2002
SMAN 1 Padangsidimpuan : 2002-2005
ORGANISASI
Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah senantiasa memberikan rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehinnga
penulis diberikan kemampuan, kekuatan, serta ketabahan hati dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis
haturkan kepada junjungan besar kita Baginda Rasulullah SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat kurikulum sarjana strata
satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara
lain :
1. Alm Drs. Mawardi Lubis (Ayah) dan Dra. Hj. Hasni Delaila Harahap (Mama)
atas segala doa, Nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tak ada hentinya
dicurahkan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS, Selaku Dosen Pembimbing I, yang juga
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang Bapak berikan selama
vii
3. Bapak Dr. Lukman M.si, Selaku Dosen Pembimbing II, serta selaku ketua
jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas segala nasehat dan
bimbingan Bapak selama ini.
4. Ibu Utami Baroroh.M.Si, selaku sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM dan Dr. Suhenda Wiranata, ME. Sebagai
Ketua penguji dan Penguji Ahli Ujian Skripsi. Serta Ibu Fitri Amalia, S.Pd,
M.Si sebagai Penguji Ujian Komprehensif.
6. Ibu Lilih dan Ibu Dewi di jurusan IESP, Terima kasih atas pelayanan
akademik penulis selama ini.
7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP).
8. Abang, Kakak dan Adikku : M Riza Semaryan Lubis, Mahrani Fauziah Lubis,
M Ristiadi Suhari Lubis, dan Mawaddah Faliha Lubis yang selalu
memberikan kasih sayang serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada
penulis.
9. Keluarga Besar Alm H. Ali Idris Lubis dan Keluarga Besar Alm H.
Hasanuddin Harahap. Terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini. Serta
Adik Dwi Mora, Najogi, Nabisuk, dan Natama yang selalu memberikan
viii
10.ATDEEEHH…!! SOCIETY, Zaka (Cakung), Rezi, Ikel, Awank, Iwan “Pul”,
Reza, Arsy, Randi “B-dul”, Zidney “Pepenk”, Bakar “Mike”, Aris Ombak dan
Atdeeehh…!! lain yang belum disebutin satu per satu yang selalu memberikan
keceriaan dan semangatnya.
11.Teman-teman di jurusan IESP angkatan 2006, Babeh, Fadly, Ajun, Zahra,
Wulan, Maria, Vera, Ifad, Tunjung, Savi, Laras, Yeni dan lain-lain. Terima
kasih atas dukungannya, Dan Seluruh Keluarga Besar Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan (IESP).
12.Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta, Bang Fadlyka (Bre),
Bang Raidong, Zulhamdi, Syarif, Pajrin, Andre, Irsyad, Ardhy, Arif, Affan,
Munawar, Ayu, Igha, Ikmal dan Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan dan
Sekitar (KOMPASS) Jakarta, Zaki, Mora, Riskon, Agef, Icham, Dewi dan
Evri Serta teman-teman “Sedap Malam Crew”, Ismar, Azhar dan Ferdy terima kasih atas dukungan yang kalian berikan.
13.Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini
namun tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini. Oleh karena penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang
konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Februari 2011
ix
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan data dalam kurun waktu 2004-2009.
Hasil dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisa regresi berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Library Research. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji R2 yang sudah disesuaikan, uji F, dan uji t.
Hasil data penelitian ini menunjukan bahwa nilai signifikan Pendapatan Asli Daerah 0,003 < = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan nilai signifikan pada pengeluaran pembangunan 0,018 < = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa Pengeluaran Pembangunan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dan melihat besarnya nilai koefisien determinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti bahwa Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan adalah sebesar 95,3 % selebihnya 4,7 % berasal dari faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini.
.
x
ABSTRACT
The purpose of this research is to understand and analyze how much influence local revenue and development expenditure on economic growth areas in the city Padangsidimpuan by using data in the period 2004-2009
The results in this study in the analysis by using multiple regression analysis. Sampling method used in this study is library research. To test this hypothesis, researchers used a test that has been adjusted R2, F test and t test.
The results of this research data shows that significant value region income 0,003 < = 0,05, Then Ho is rejected and H1 accepted. This means that the local revenue have a significant effect on economic growth and significant value in development spending 0,018 < = 0,05, then Ho is rejected and H1 accepted. This means that the development expenditure significant effect on economic growth. And at the size of the coefficient of determination between local revenue and development expenditure on economic growth amounted to 0,953 0r 95,3 %. This means that economic growth can be explained by revenue and development expenditure amounted to 95,3 %, The remaining 4,7 % came from other factors not examined in this regression model.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……… i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………... ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF……… iii
SURAT PERNYATAAN……….. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. v
KATA PENGANTAR………... vi
ABSTRAK……… ix
ABSTRACT……….. x
DAFTAR ISI ……… xi
DAFTAR TABEL………. xiii
DAFTAR GAMBAR……… xiv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah ……… 6
C. Tujuan Penelitian ……… 6
D. Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II LANDASAN TEORI ……….. 8
A. Landasan Teori ……… 8
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ………... 8
2. Pengeluaran Pembangunan ……….. 11
3. Pertumbuhan Ekonomi ……… 12
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ……. 16
5. Penelitian Terdahulu...……….. 21
6. Kerangka Berfikir ……… 27
B. Hipotesis ……….. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 32
A. Ruang Lingkup Penelitian……… 32
B. Metode Penetuan Sampel ……… 32
C. Metode Pengumpulan Data ………. 33
D. Metode Analisis Data ……….. 33
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 42
A. Gambaran dan Perkembangan Kota Padangsidimpuan… 42 1. Sejarah Kota Padangsidimpuan……… 42
2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan………… 44
3. Keadaan Demografi Kota Padangsidimpuan….... 45
4. Potensi Alam Kota Padangsidimpuan………….. 48
5. Keadaan PAD Kota Padangsidimpuan…………. 52
6. Keadaan Pengeluaran Pembangunan Kota Padangsidimpuan………. 57
7. Keadaan PDRB Kota Padangsidimpuan……….. 59
B. Pembahasan dan Hasil………... 72
1. Uji Normalitas Data……….. 72
2. Uji Deskriptif………. 73
3. Uji Asumsi Klasik………. 74
a. Multikolinieritas………. 74
b. Autokorelasi………... 75
c. Heteroskedastisitas………. 76
4. Uji Statistik……… 77
a. Uji Statisti t (Parsial)……….. 77
b. Uji Statistik F (Simultan)………... 78
c. Koefisien Determinasi……… 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 80
A. Kesimpulan……… 80
B. Saran……….. 81
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Jumlah pendapatan asli daerah, Pengeluaran pembangunan dan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan………. 4
2.1 Penelitian Terdahulu………... 22
4.1 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Padangsidimpuan………. ….. 46
4.2 komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan……… 53
4.3 PAD dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan……… 56
4.4 Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan……….... 57
4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Padangsidimpuan……… 61
4.6 Hasil Uji Normalitas Data……… 72
4.7 Hasil Uji Deskriptif……….. 73
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas……….……….…………. 74
4.9 Hasil Uji Autokorelasi……….………. 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berfikir……… 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hakekat pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional
adalah terwujudnya kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial sebagaimana
telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Bahwa dengan adanya proses
pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu
diharapkan adanya perubahan yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan terwujudnya kesejahteraan rakyat
dapat diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, politik dan
keamanan, Artinya serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah, bersama sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang
perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat di daerah. (Fahrurrazy, 2009:11).
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan
dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
2 Dengan diberlakukannya UU No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah memberikan kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana dan promotor pembangunan di
daerah untuk mengatur dan menentukan sendiri kegiatan pembangunan wilayah
yang sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat setempat. Pada hakekatnya
pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan hubungan
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah
dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat
naik secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang semakin baik.(BPS,
Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan).
Selanjutnya sebagai komitmen Pemerintah Kota Padangsidimpuan melalui
otonomi daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian agar
terciptanya kesejahteraan masyarakat khususnya sebagai kontribusi pada
kesejahteraan nasional umumnya dilakukan dengan pelaksanaan pembangunan
wilayah yang terencana, terarah dan berkesinambungan berdasarkan pada
pedoman RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), Renstrada
(Rencana Strategi Lima Tahun Daerah) dan Renja (Rencana Kerja Tahunan
Daerah). Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang
3 pembangunan ekonomi di daerah yang telah dilaksanakan maupun dalam
perumusan perencanaan di masa yang akan datang.
Berbicara mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai otonomi
daerah. Otonomi daerah menurut UU No. 12 Tahun 2008 adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dalam menghadapi kondisi otonomi daerah, maka Kota Padangsidimpuan
harus memiliki kesiapan dan kemantapan sumber-sumber dana bagi pembiayaan
pembangunan yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan Kota Padangsidimpuan
4 Tabel 1.1
Jumlah pendapatan asli daerah (PAD), Pengeluaran pembangunan dan Perumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah)
(Sumber : BPS, Dispenda, Bappeda Kota Padangsidimpuan)
Angka-angka pertumbuhan yang telah tercapai tersebut tidak menjadikan
pemerintah daerah menjadi puas dan berdiam diri. Upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Padangsidimpuan sangat dibutuhkan adanya peran aktif
pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam mengelola keuangan daerah dan
pendapatan asli daerah. Berdasarkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 sampai dengan 2009, peningkatan pendapatan
asli daerah dari Rp. 5.236.214.144.- pada tahun 2004 menjadi Rp. 5.493.385.199.-
pada tahun 2005, selanjutnya untuk tahun 2006 sebsar Rp. 6.127.853.838.-
seterusnya tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing Rp.9.028.230.054.-, Rp
9.654.590.648.- dan Rp 11.836.009.085,-
Tahun
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pengeluaran
Pembangunan
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
2004 a
2.5
70.2
474.9
2004 b
2.7
86.2
514.9
2005 a
2.6
89.8
545.6
2005 b
2.8
91.8
595.6
2006 a
3
116.5
640.4
2006 b
3
136.5
680.4
2007 a
4.4
157.5
715.9
2007 b
4.6
177.5
795.9
2008 a
4.7
182.6
862.1
2008 b
4.9
188.6
882.1
2009 a
5.6
180.5
929.5
5 Seiring dengan kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah untuk terus
berupaya menggerakkan perekonomian dengan menggunakan pengeluaran
pembangunan secara efektif dan efisien. Jumlah pengeluaran pembangunan tahun
2004 – 2009 sebesar Rp 156.321.274.965,- pada tahun 2004, tahun 2005 sebesar
Rp 181.714.595.773,- tahun 2006 sebesar Rp 252.988.542.764,- dan pada tahun
2007 sebesar Rp 334.964.313.203,- seterusnya tahun 2008 dan 2009
masing-masing sebesar Rp 371.128.328.892,- dan Rp 351.051.345.089,- dari jumlah
pengeluaran pembangunan tersebut menghasilkan pertumbuhan dari tahun 2004 –
2008 dan pada tahun 2009 mengalami defisit.
Berdasarkan pada Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun
2009, dapat diketahui bahwa program-program yang dijalankan pemerintah
daerah telah menunjukkan hasil yaitu berdasar pada penghitungan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan PDRB atas dasar harga
berlaku yang tercatat di Kota Padangsidimpuan selama enam tahun dari 2004 -
2009 yaitu pada tahun 2004 sebesar 989,8 milyar , sedangkan pertumbuhan tahun
berikutnya hingga tahun 2008 masing-masing adalah 1,14 trilyun pada tahun
2005; 1,32 trilyun tahun 2006; 1,51 trilyun tahun 2007 , 1,74 trilyun tahun 2008
dan 1,89 trilyun pada tahun 2009.
Oleh karena itu dengan meninjau kembali pertumbuhan pengeluaran
pembangunan di Kota Padangsidimpuan yang tidak banyak diikuti dengan
pertumbuhan ekonominya, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan
6 Berangkat dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti :
"Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2009 ".
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan?
2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan?
3. Berapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran
pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota
Padangsidimpuan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap
7 3. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan
pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Kota Padangsidimpuan.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ;
Manfaat Ilmiah
1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan
dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan
diperkuliahan. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam hal
pelaksanaan pembangunan daerah.
Manfaat Praktis
Bagi pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan, hasil penelitian ini
diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan pedoman dalam pengambilan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004 : 213).
Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang ini meliputi :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan kekayaan daerah yang terpisah
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Ahmad Yani, 2002: 39).
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan (2008;10)
pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan yang harus
selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya. Jumlah dan kenaikan kontribusi
PAD akan sangat berperan dalam rencana kemandirian pemerintah daerah yang
9 perekonomian daerahnya terlihat dari perkembangan PAD yang positif disisi
penerimaannya dan peranannya dari tahun ke tahun makin meningkat.
Jadi pengertian Pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai
pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan
potensi-potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung
jawabnya.
Pendapatan Asli Daerah meliputi :
1) Pajak daerah
Pengertian pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara
langsung dapat ditunjuk. Misalnya: pajak kendaraan bermotor, pajak
penjualan dan lain-lain (Suparmoko, 1999: 94).
Menurut Rochmat Soemitro, mengemukakan bahwa pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal yang langsung
dapat ditujukan dan yang dapat digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Erly Suandy, 2002: 10).
Selanjutnya dapat diartikan mengenai pajak daerah sebagai berikut:
a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan
pengaturan dari daerah sendiri,
b. Pajak yang dipungut berdasarkan pengaturan nasional tetapi
10 c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah
Daerah,
d. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah
Pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada, dibagi
hasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen)
oleh Pemerintah Daerah (Kenneth Davey, 1988: 39).
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah (Erly Suandy, 2002: 258).
2) Retribusi daerah
Sumber pendapatan asli daerah yang kedua adalah retribusi daerah.
Retribusi adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita
dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan
adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya: uang langganan air minum, uang
langganan listrik (Suparmoko, 1999: 94).
Retribusi daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang
diselesaikan oleh pemerintahan daerah (Erly Suandy, 2002: 258). Sedangkan di
dalam (Ahmad Yani, 2002: 55) mengemukakan retribusi daerah adalah pungutan
11 disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
3) Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan seperti bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah (HAW.
Wijaya, 2002: 110).
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi:
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) jasa giro
c) pendapatan bunga
d) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan
e) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan barang dan/atau jasa oleh daerah.
(UU No. 33 Tahun 2004: 217)
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran Pembangunan, adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang non konsumtif, berbentuk investasi dalam proyek-proyek, baik dalam bentuk
proyek-12 proyek dalam pengembangan pendidikan, keagamaan dan sebagainya.
Pelaksanaan belanja pembangunan dirinci ke dalam sektor-sektor, tiap-tiap sektor
dibagi ke dalam subsektor, masing-masing subsektor dirinci ke dalam program
proyek, dan akhirnya untuk masing-masing proyek dirinci lagi ke dalam bagian
anggaran (Said Hamid Hasan, 1994: 235).
Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan wahana untuk
mewujudkan kesejahteraan. Dengan kata lain, untuk meningkatkan kemakmuran
secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui
upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang merangsang
dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif.
Kreteria ini sekaligus berarti perluasan lapangan dan kesempatan kerja (Moh.
Arsjad Anwar, 1986: 69).
Jadi pengeluaran pembangunan dalam penelitian ini adalah pengeluaran
pembangunan yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang
merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai.
Kamudian indikator pengeluaran pembangunan dalam hal ini adalah berbagai
proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam
setiap sektor maupun subsektor.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Simone Kuznets (2004;57) adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
13 sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau
penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Definisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang suatu bangsa
secara terus-menerus; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi
sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat
Selanjutnya dijelaskan bahwa kenaikan output yang secara
berkesinambungan yang terkandung dalam definisi tersebut adalah perwujudan
dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan
menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan
ekonomi (economic maturity) di suatu negara yang bersangkutan.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini
mempunyai asumsi yaitu:
a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan
14 c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR).
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan
tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR).
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2010:64-67).
Menurut pendapat lain pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga
aspek yang ditekankan yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan
bahwa ada aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya yaitu suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan aspek yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan
15 yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Kemudian aspek
ketiga adalah perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh
apabila dalam jangka waktu yang cukup lama (10, 20, 50 tahun bahkan lebih lama
lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Oleh karena itu proses pertumbuhan
ekonomi harus bersifat self-generation yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu menelurkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode - periode selanjutnya (Boediono, 1999: 1).
Berdasarkan dua pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi jika suatu negara atau
suatu daerah mampu menyediakan barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari
hasil penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam jangka panjang
dan pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita.
Oleh karena itu angka total pendapatan perkapita merupakan konsep yang
paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
di suatu negara (M.P. Todaro, 2000: 52).
Berbicara mengenai pendapatan regional perkapita adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga biaya faktor dibagi jumlah
penduduk pertengahan tahun. Pada umumnya indikator ini disajikan dari angka
atas dasar harga berlaku, walaupun sebetulnya masih mengandung perubahan
harga barang dan jasa, nilai tambah yang diciptakan masing-masing penduduk
akibat dari adanya aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam
16 Berdasarkan pengertian di atas pertumbuhan ekonomi daerah adalah
pertumbuhan output regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita yang
mendorong kegiatan ekonomi lainnya dan pada gilirannya akan menciptakan lebih
banyak lapangan pekerjaan serta peluang berusaha dalam waktu jangka panjang.
Kemudian sebagai salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
a. Pengertian PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik (2008;55) pengertian PDRB adalah
dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya
berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang
mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan
tersebut menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah
Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan
dari empat kata yaitu:
1) Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa, 2) Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya
oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa
melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau
17 3) Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan,
4) Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan.
Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti PDRB adalah
seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada
suatu periode tertentu.
b. PDRB dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu Pendapatan
Domestik Regional Bruto dan Pengeluaran Domestik Regional Bruto.
Dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa jumlah nilai produksi
merupakan jumlah pendapatan yang sekaligus juga jumlah
pengeluaran.
1) PDRB dari sisi pendapatan artinya jumlah pendapatan ini
merupakan komponen-komponen nilai tambah yaitu; upah/gaji,
sewa tanah, dan keuntungan usaha.
2) PDRB dari sisi pengeluaran merupakan jumlah seluruh
pengeluaran baik oleh rumah tangga, pemerintah maupun lembaga
18 modal bruto, selisih ekspor dan selisih persediaan barang (stok),
(BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan).
c.
Tahun Dasar, Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun dasar adalah tahun dimana nilai-nilai agregatnya dijadikan sebagai
acuan untuk menghitung nilai-nilai agregat konstan tahun-tahun berikutnya.
Tujuan dari sistem penyajian yang dibedakan atas dasar harga berlaku (adhb) dan
atas dasar harga konstan (adhk) adalah untuk mengetahui perkembangan
nilai-nilai agregat baik secara nominal maupun secara riil dibandingkan terhadap
keadaan pada tahun dasar.
[image:33.612.112.512.111.532.2]Terminologi harga berlaku dan harga konstan merupakan sistem penyajian
tabel-tabel statistik PDRB. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan
bahwa agregat-agregat dinilai terhadap harga yang berlaku pada tahun berjalan,
sedangkan penyajian atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa
agregat-agregat dinilai terhadap harga pada tahun dasar (BPS, Pendapatan Regional Kota
Padangsidimpuan).
d. Teori Metode Perhitungan PDRB
Untuk menghitung PDRB secara garis besar ada dua metode yang dapat
digunakan yaitu:
1) Metode Langsung, dapat digunakan tiga macam pendekatan sebagai
19 a. Pendekatan Produksi ( Production Approach )
PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto(NTB) atau nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
disuatu wilayah/region dalam suau periode tertentu, biasanya
satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto
(NPB/output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh
biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.
b. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
disuatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu,biasanya
satu tahun. Berdasarkan pengerian tersebut, maka NTB adalah
jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan
dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian ini termasuk
pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.
c. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach )
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan
untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik
20 wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu
tahun. Dengan metode ini penghitungan NTB bertitik tolak
pada penggunaan akhir dari barang dan jasa diproduksi.
2) Metode Alokasi (Metode Tidak Langsung)
Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan
mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok
kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator
yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan
ekonomi tersebut.
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada
data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan
sangat saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan
koreksi dalam pembanding bagi data daerah., (BPS, Pendapatan Regional Kota
Padangsidimpuan).
a. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan
harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang
21 masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan
perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat
perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor.
b. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan
Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan
atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga
suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan
menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh
perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga
suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan
berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau
sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu
daerah dari tahun ke tahun.
5. Penelitian Terdahulu
Perlu dilakukan pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat
membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan
22 Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Judul Peneliti Variabel Metode Hasil
[image:37.612.116.534.136.643.2]23 2. Analisis
Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1975-2004 Diyah Utami X1 : Pengeluaran rutin X2 : Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Y : Pertumbuhan Ekonomi. uji kointegrasi Engel-Granger dan analisis jangka pendek dengan Error Correction Model (ECM).
24 3. Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan periode 1994-2003
Nur Asri X :
25 ketimpangan pendapatan antar penduduk.
4. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Afri Hidayat
26 5. Pengeluaran
27
6. Kerangka Berfikir
Secara umum kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai
perspektif seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, kondisi perumahan,
sosial, budaya serta jaminan persamaan hak dalam politik, hukum dan
keamanan/ketertiban. Indikator-indikator output tersebut baik secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama (komposit) dapat memberikan gambaran mengenai
kesejahteraan masyarakat yang ditinjau dari aspek sosial.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Membahas mengenai pendapatan asli daerah, bahwa sebagian besar upaya
yang dilakukan daerah untuk bisa mengurangi dana yang diperoleh dari
pemerintah pusat adalah dengan memacu upaya memperoleh pendapatan asli
daerah sebesar mungkin. Metode yang paling populer sampai dengan saat ini
adalah dengan mengeksploitasi sumber daya alam daerah yang ada, dan melalui
pajak dan retribusi daerah. Cara pertama sangat mungkin dilakukan, apabila di
daerah sumber daya alamnya memang berlimpah, namun bagi daerah yang miskin
akan sumber daya alam umumnya mengambil jalan lain yaitu meningkatkan
penerimaan dengan cara kedua.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapatlah kita ketahui bahwa indikator
pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu terdiri
dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Untuk selanjutnya
28 dalam setiap sektor maupun subsektor merupakan indikator dari pengeluaran
pembangunan. Kemudian. indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah antara lain
adalah PDRB
Keberhasilan suatu daerah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya
adalah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini,
dengan adanya peningkatan pendapatan asli daerah dan pengeluaran
pembangunan diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah untuk mewujudkan pembangunan daerah yang lebih merata.
Hal di atas dapat dijelaskan bahwa pencapaian target penerimaan pajak
penghasilan masih akan sulit mengingat sangat rendahnya perkiraan laju
pertumbuhan ekonomi (Moh Arsjad Anwar, 1986: 87). Terkait dengan penelitian
ini menunjukkan bahwa pajak (salah satu sumber pendapatan asli daerah)
tergantung pada pertumbuhan ekonomi daerah.
b. Pengeluaran Pembangunan
Richard A. Musgrave (1999:22) menyatakan bahwa dengan memasukkan
variabel jumlah dan perubahan harga dalam menentukan besarnya pengeluaran
pemerintah, merupakan hal yang sangat penting. Harus juga dicatat bahwa selama
periode tersebut, telah terjadi peningkatan produktivitas yang sangat cepat yang
menghasilkan kenaikan pendapatan perkapita. Pernyataan tersebut menunjukkan
pendapatan perkapita berpengaruh pada besarnya pengeluaran pemerintah, hal ini
sekaligus berarti bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran
29 c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Begitu banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan rakyat, namun ada satu indikator kumulatif yang lazim digunakan
untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi yaitu Produk Domestik
Bruto/Gross Domestik Product (PDB/GDP). Produk Domestik Bruto adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan nasional,
sedangkan pada level yang lebih rendah biasa digunakan istilah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), (Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan)
Hal di atas menunjukkan bahwa PDRB sebagai satu indikator keberhasilan
pembangunan akan juga sangat tergantung pada pertambahan jumlah penduduk.
Suatu negara yang mengalami kenaikan pendapatan nasional belum bisa
dikatakan telah mengalami pembangunan ekonomi sebab apabila ternyata
kenaikan pendapatan nasional itu diikuti oleh kenaikan penduduk yang lebih besar
secara proporsional, maka negara tersebut justru akan mengalami penurunan
dalam pendapatan perkapitanya (Hadi Prayitno, 1989: 42).
Dari uraian diatas maka pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh
pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan sehingga hal
tersebut dapat dibuat dalam bentuk fungsi.
Dimana
:
y : f ( . )………...(2.1)Y ; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
30 Untuk lebih jelasnya pengaruh pendapatan asli daerah dan pengeluaran
pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dapat dijelaskan pada
[image:45.612.115.499.178.693.2]gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka berfikir Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kota Padangsidimpuan
Sektor Ekonomi
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengeluaran Pembangunan
Indikator :
- Pajak daerah - Retrebusi
daerah - Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan - Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah
Indikator :
berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor
Pertumbuhan Ekonomi
31
B. Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari kata "hypo" yang artinya "di bawah" dan "thesa" yang artinya "kebenaran". Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul, setelah membuat anggaran dasar, maka membuat
teori yang kebenarannya masih perlu di uji (Suharsimi Arikunto, 2002: 64).
Bertolak dari uraian di atas maka untuk penelitian ini diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan.
2. Terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pembangunan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Secara umum penelitian ini merupakan studi kasus pada APBD Kota
Padangsidimpuan yang lebih difokuskan kepada pengeluaran pembangunan serta
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padangsidimpuan sehingga ruang lingkup
pada penelitian ini adalah laporan realisasi APBD dan PAD Kota
Padangsidimpuan tahun 2004 hingga 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Prasetyo
dan Janah, 2005:119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Library Research.
Metode pengambilan sampel Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan mempelajari serta menganalisis
literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang
tersusun. Peneliti melakukan dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang
33
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk
mengumpulkan data dengan prosedur yang standar. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data penelitian yang
diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.
(Bungin, 2010:122).. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 206).
Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi berupa catatan
mengenai jumlah pendapatan asli daerah, jumlah pengeluaran
pembangunan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota
Padangsidimpuan tahun 2004 - 2009 yang diperoleh dari beberapa instansi
atau kantor dinas yang berkaitan yaitu Bappeda, Dispenda, Sekretariat
Daerah Bagian Keuangan, BPS Kota Padangsidimpuan dan BPS Propinsi
Sumatera Utara dan berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian
ini.
D. Metode Analisis Data
1. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan pengembangan dari regresi
34 regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (x)
terhadap variable dependen (y).(Stanislaus:243)
y : a + + + e
Y : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 : Pengeluaran Pembangunan
2. Uji Deskriptif
Uji deskriptif adalah berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti, melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009:29). Uji deskriptif juga memberikan
gambaran suatu data yang dilihat dari mean, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009:19).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan
bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik.
Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah:uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas Masing-masing
[image:49.612.113.507.137.518.2]35 a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi
tersebut yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik
(analisis Z skor skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti
di antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model. Pada
kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan
pengaruh murni dari variabel independen dalam model. Terdapat beberapa metode
untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas. Untuk mendeteksi
multikolinearitas digunakan pengukuran terhadap nilai VIF (Variable Inflation
Factor) dan nilai Tolerance.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
36 beberapa cara antara lain metode grafik dan uji Durbin-Watson. Langkah-langkah
Uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :
1) Regres model lengkap untuk mendapatkan nilai residual.
2) Hitung d (Durbin-Watson Statistik) dengan rumus:
d = (en – e n-1)2
e2 n
3) Hasil rumus tersebut yaitu nilai d kemudian dibandingkan dengan
nilai d tabel Durbin- Watson. Pada tabel d tersebut terdapat dua
nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dL) untuk
berbagai nilai n dan k. Untuk autokorelasi positif (0 < p < 1),
hipotesis nol (H0) diterima jika d > du, sebaliknya H0 ditolak jika d
< dL. Untuk autokorelasi negatif, hipotesis nol (H0) diterima jika
(4-d)>du, sebaliknya H0 ditolak jika (4-d) < dL.
d. Uji Heteroskedastis
Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran
parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and
Estimator) adalah var (ui) = 2 mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus
tertentu terjadi variasi ui tidak konstan atau variabel berubah-ubah. Untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian dengan metode grafik.
Dengan pengujian ini dapat dideteksi apakah kesalahan pengganggu dari
model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke
37 tidaknya pola-pola tertentu yang terbentuk seperti bergelombang, melebar
kemudian menyempit serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol)
pada sumbu Y.
4. Pengujian Statistik
a. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter
(ßi) sama dengan nol.
Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kesalahan hipotesis nol dan hasil sampel. Ide pokok yang
melatarbelakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik dan distribusi sampel
dari suatu statistik di bawah hipotesis nol. Keputusan untuk menolak Ho dibuat
berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada.
Suatu statistik dikatakan signifikan secara statistik jika nilai statistik
berada di daerah kritis, hal ini jika dilakukan dalam kerangka uji signifikansi.
Dalam hal ini hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, suatu pengujian dikatakan
secara statistik tidak signifikan jika nilai uji statistiknya berada di daerah
penerimaan pada interval keyakinan. Pada situasi ini, hipotesis nol diterima. Uji
statistik t dilakukan untuk menunjukkan signifikansi dari pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap
38
H0 : bi = 0 ………. (3.1)
Artinya apakah variabel independen bukan merupakan variabel penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya
adalah:
H1 : bi > 0 ………. (3.2)
Artinya apakah variabel independen merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi pengaruh tersebut dapat
diestimasi dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel. Jika
nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang
berarti variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka Ho diterima dan
H1 ditolak, yang berarti variabel independen secara individual tidak
mempengaruhi variabel dependen.
b. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya untuk menunjukkan apakah variabel-variabel
independen yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya semua variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
39 Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol. Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ho: ß1 ß2 0………...(3.4)
Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik F. Nilai statistik F
dihitung dengan formula sebagai berikut:
F = MSS dari ESS = R2/ k-1 MSS dari RSS (1-R2) / n-k
Mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasn k-1 dan n-k di mana n =
jumlah observasi, k = jumlah parameter (termasuk intersep), MSS = jumlah
kuadrat yang dijelaskan, ESS = jumlah kuadrat residual, RSS = rata-rata jumlah
kuadrat, dan R2 koefisien determinasi. Cara melaukukan uji F adalah sebagai
berikut :
a) Quick look: Bila nilai F lebih besar dari 4 maka Ho ditolak
dengan derajat kepercayaan 5% hipotesis alternatif diterima,
yang berarti semua variabel independen secara simultan dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka hipotesis
40 c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel dependen. Formula
menghitung koefisien determinasi adalah:
R2 = ESS = 1- ei2 TSS yi2
Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS)
yang diterangkan oleh variabel independen dalm model. Sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di
dalam model. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai koefisien
determinasi yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan semua variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai
mendekati satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan
informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar dengan menggunakan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
penambahan satu variabel independen pasti akan meningkatkan koefisien
determinasi tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka
41
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian
yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono (2009:2). Dalam penelitian ini ada
2 (dua) variabel yang diungkap, yaitu:
1. Variabel bebas atau independent variabel ( X )
a) Pendapatan asli daerah dengan indikator-indikatornya: pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
b) : Pengeluaran pembangunan dengan indikator-indikatornya:
berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang
diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor.
2. Variabel terikat atau dependent variabel ( Y )
pertumbuhan ekonomi daerah dengan indikator-indikatornya:
Y : PDRB, merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu
diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah
dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh
karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran dan Perkembangan Daerah Kota Padangsidimpuan 1. Sejarah Kota Padangsidimpuan
Sekitar Tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi
dusun kecil yang disebut ’’Padang Na Dimpu’’ oleh para pedagang sebagai
tempat peristirahatan yang artinya suatu dataran di ketinggian yang ditumbuhi
ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II di pinggiran Sungai
Sangkumpal Bonang.
Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo salah seorang pimpinan pasukan kaum
Padri dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinyaditentukan oleh Tuanku
Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena
dikelilingi oleh sungai yang berjurang.
Sejalan dengan perkembangan Benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas
perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan
budak yang disebut Hatoban, untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo
mengutip bea 10 % dari nilai harga barang.
Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di
Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI
yang dibentuk Inggris Tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun
1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District
43 SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang. Dan Tahun 1838 dibentuk
RESIDENTIE AIR BANGIS dan Asisten Residennya berkedudukan di
Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit
Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842, antara tahun 1885 sampai 1906,
Padangsidimpuan pernah menjadi Ibu Kota Residen Tapanuli.
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan
pusat Pemerintahan dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibu
Kota Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten
Mandailing Natal, Kabupaten Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas
melalui Undang–Undang Darurat Nomor 70/DRT/1956.
Dalam ringkasan sejarahnya tahun 1879 di Padangsidimpuan didirikan
KWEEK SCHOOL (Sekolah Guru) yang dipimpin oleh CH VAN OPHUYSEN
yang dikenal sebagai penggagas ejaan bahasa Indonesia. Lulusan sekolah ini
banyak dikirim untuk menjadi guru ke Aceh. Salah seorang lulusan ini ialah
RAJIUN HARAHAP Gelar Sutan Hasayangan, penggagas berdirinya INDISCHE
VEERIGINING sebagai cikal bakal berdirinya Perhimpunan Indonesia di negeri
Belanda dan merupakan Organisasi pertama yang berwawasan nasional. RAJIUN
HARAHAP yang lahir di Batunadua tanggal 30 Oktober 1879 juga menggagas
pengumpulan dana studi bagi guru–guru yang akan di sekolahkan ke negeri
Belanda.(Basyral Harahap, 2003: 1)
Dari sejarah Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa peranan dan
fungsi Kota ini sejak dahulu adalah sebagai pusat Pemerintahan, pusat aktivitas
44
2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 Km dari Kota Medan. Bentuk
topografi Kota Padangsidimpuan berbukit-bukit dan dikelilingi oleh Pegunungan
Bukit Barisan dan dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Kondisi tersebut
sangat mempengaruhi suhu rata-rata harian sehingga menjadikan Kota
Padangsidimpuan sejuk, segar dan sangat cocok dijadikan sebagai daerah
peristirahatan.
Keadaan tanah yang subur dikarenakan lapisan permukaan tanah dengan
ketebalan topsoil yang cukup tinggi merupakan hasil endapan alluvial sungai dan
gunung berapi dengan warna tanah hitam kecoklatan
Bukit-bukit (tor) yang mengelilingi Kota Padangsidimpuan adalah
disebelah utara adalah Bukit Lubuk Raya, Bukit Sanggarudang dan Tor
Simarsayang; di sebelah barat dan selatan adalah Tor Silayang-layang serta
sebelah timur adalah Tor Simincak.
Sungai-sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan antara