• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak Dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak Dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT MINYAK

JARAK DARI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

SKRIPSI

OLEH :

HARRY GOTFRANS PURBA NIM 050804089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SINTESIS SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT MINYAK

JARAK DARI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

HARRY GOTFRANS PURBA NIM 050804089

FAKULTAS FARMASI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SINTESIS SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT MINYAK JARAK DARI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Oleh :

HARRY GOTFRANS PURBA NIM 0508040589

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Agustus 2010

Pembimbing Panitia Penguji

(Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt) (Dra. Saodah, M.Sc.,Apt.) NIP. 130672239 NIP. 1949011319760032001

Pembimbing II

NIP. 130672239

(Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt)

(Drs. Nahitma Ginting, MSi, Apt.)

NIP. 195406281983031002 NIP. 194909061980032001 (Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt.)

NIP. 195109081985031001 (Drs. Suryadi Achmad, M.Si., Apt.)

Medan, Agustus 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

berkat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul ” Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak Dari Biji Jarak

Pagar (Jatropha curcas L.)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Orangtua H. Purba dan T. Pakpahan dan seluruh keluarga yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu setia memberikan dorongan, kepada

Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. dan Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si, Apt.,

yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas hingga

selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio

Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan, dan

juga kepada Ibu Dra. Sudarmi, M.Si.,Apt., selaku dosen wali yang telah memberi

bimbingan dan dorongan kepada penulis selama perkuliahan, dan kepada Ibu Dra.

Saodah, M.Sc.,Apt., Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Si.,Apt., dan Ibu Dra. Saleha

Salbi, M.Si.,Apt., selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi ini, kepada seluruh staf Laboratorium Sintesa Bahan Obat/Kimia

Organik dan Farmasi Fisik atas fasilitas yang diberikan demi kelancaran penelitian

ini.

Dan tidak lupa juga penulis menyampaikan terimakasih kepada

(5)

Yuliari, Andi, Intan, Januar, Sandri, Rianti, teman-teman asisten Laboratorium

Sintesa Bahan Obat/Kimia Organik dan seluruh teman-taman Farmasi stambuk 2005

yang namanya tidak dapat ditulis satu persatu, yang telah banyak memberi dorongan

dan membantu penulis dalam proses penelitian hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

Medan, Agustus 2010 Penulis,

(6)

Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak Dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Abstrak

Surfaktan digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan, tegangan

antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Bahan baku pembuatan

surfaktan dapat diperoleh dari minyak nabati dan hewani. Surfaktan dapat disintesis

dari minyak nabati melalui hasil antara metil ester asam lemak. Salah satu minyak

nabati adalah minyak jarak yang mengandung trigliserida yang mengandung asam

oleat dan linoleat sebagai komponen utama. Salah satu proses untuk menghasilkan

surfaktan adalah melalui sulfonasi untuk menghasilkan metil ester sulfonat (MES).

Setiap tahap diidentifikasi dengan spektroskopi FT-IR untuk menunjukkan

bahwa reaksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya metil ester

asam lemak ditandai dengan adanya pergeseran bilangan gelombang C=O dari

1174,51 cm-1 menjadi 1174,68 cm-1, dan pada ikatan C-O-C ester dari 1163,87 cm-1

menjadi 1169,38 cm-1. Terbentuknya metil ester sulfonat ditandai hilangnya

spektrum pada bilangan gelombang 1655 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang

dari ikatan -C=C- dan pada bilangan gelombang 3005,8 cm-1 yang merupakan

vibrasi stretching dari C-H sp2. Dari pengujian tegangan permukaan dengan

Tensiometer Du Nuoy dan diperoleh tegangan permukaan surfaktan MES 28,3

dyne/cm. Pada penentuan nilai HLB diperoleh nilai HLB sebesar 12,245

menunjukkan surfaktan MES bersifat hidrofilik, sehingga dapat digunakan sebagai

bahan detergent dan sebagai bahan emulgator pada emulsi m/a

Kata kunci: surfaktan, metil ester sulfonat, tegangan permukaan, spektroskopi

(7)

Synthesis Methyl Ester Sulfonate Surfactant Jatropha Oil From Jatropha Seeds (Jatropha curcas L.)

Abstract

Surfactant were used to reduce the surface tension, interface tension and

elevate the stability of emulsion system. The material to produce the surfactant could

be derived from vegetables oil and animal fats. Surfactant could be synthesized from

vegetables oil trough intermediate product of methyl ester fatty acid. One of the

vegetables oil is Jatropha oil contain triglyceride which contain oleic acid and

linoleic acid as a mayor component. One of the process to produce surfactant is

sulfonation pathway to produce methyl ester sulfonate (MES).

Each steps were identified with FT-IR spectroscopy to show that the reaction

were done correctly as what we expect. The Formation of fatty acid methyl

esterwere marked by the shift of C=O wave number from 1174,51 cm-1 to 1174,68

cm-1, and also an the C-O-C ester from 1163,87 cm-1 to 1169,38 cm-1.The formation

of methyl ester sulfonate marked by lost spectrum at 1655 cm-1 wave number which

was the wave number from –C=C- bond and 3005,8 cm-1 wave number which was

stretching vibration from C-H sp2. From the test of the surface tension were done by

Du Nuoy tensiometer and the surface tension of MES surfactant is 28,3 dyne/cm. In

the HLB point determination, the HLB point as big as 12,245 were collected,

showing MES surfactant had a hydrophilic properties, so it can be applied as a

detergent and emulgator in o/w emulsion.

(8)
(9)

2.3.2 Kandungan Dan Kegunaan ... 9

2.6.1.2 Tegangan Muka dan Tegangan Antarmuka ... 13

2.6.1.3 Pengukuran Tegangan Permukaan ... 14

2.6.1.3.1 Metode Kenaikan Kapiler ... 14

2.6.1.3.2 Metode Cincin Du Nuoy ... 14

2.6.2 Nilai HLB ... 15

2.7 Spektrofotometri Inframerah ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.5 Pengepresan Minyak Dari Biji Jarak Pagar ... 19

3.6 Pembuataan Metil Ester Asam Lemak Dari Minyak Jarak ... 19

3.7 Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Asam Lemak Minyak Jarak Pagar ... 20

3.8 Prosedur Analisis ... 20

3.8.1 Penentuan Tegangan permukaan ... 20

3.8.2 Penentuan Harga HLB (Hidrophilic Lipophilic Balance) 21

3.8.3 Uji Kualitatif Terhadap Gugus Sulfonat ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

(10)

4.1.1 Analisis Spektroskopi FT-IR Minyak Jarak Pagar ... 23

4.2 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak ... 25

4.2.1 Analisis Spektroskopi FT-IR Metil Ester Asam Lemak ... 25

4.3 Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Asam Lemak Minyak Jarak Pagar ... 27

4.3.1 Analisis Spektroskopi FT-IR Metil Ester Sulfonat ... 29

4.3.2 Penentuan Nilai HLB dan Tegangan Permukaan ... 31

4.3.3 Uji Kualitatif Terhadap Gugus Sulfonat ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi ... 10

Gambar 2. Molekul Surfaktan Membentuk Misel ... 12

Gambar 3. Gaya-gaya tarik-menarik yang tidak sama pada permukaan zat cair ... 13

Gambar 4. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ... 15

Gambar 5. Spektrum FT-IR minyak jarak pagar ... 23

Gambar 6. Trigliserida Minyak Jarak Pagar ... 24

Gambar 7. Reaksi Transesterifikasi ... 25

Gambar 8. Spektrum FT-IR Metil Ester Minyak Jarak Pagar ... 26

Gambar 9. Reaksi Pembentukan Metil Ester Sulfonat ... 27

Gambar 10. Spektrum FT-IR Dari Metil Ester Sulfonat (MES) ... 30

Gambar 11. Grafik pengaruh Konsentrasi Terhadap tegangan Permukaan Surfaktan MES ... 32

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Kimia Biji Jarak Pagar ... 6

Tabel 2. Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar ... 8

Tabel 3. Nilai HLB dari Beberapa Zat Ampifilik ... 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar ... 36

Lampiran 2. Penentuan Faktor Koreksi pada Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) MES dengan Alat Tensiometer Du Nuoy ... 37

Lampiran 3. Data Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) Surfaktan MES ... 38

Lampiran 4. Tabel Nilai HLB (Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik) dan Perhitungan Nilai HLB Surfaktan MES ... 39

Lampiran 5. Data Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) Natrium Lauril Sulfat ... 41

Lampiran 6. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 42

Lampiran 7. Biji Jarak Pagar Dengan Dan Tanpa Cangkang ... 43

Lampiran 8. Alat Press ... 44

Lampiran 9. Uji Kualitatif Surfaktan MES ... 46

Lampiran 10. Rangkaian Alat Transesterifikasi ... 47

Lampiran 11. Rangkaian Alat Sulfonasi ... 48

Lampiran 12. Spektrofotometer IR ... 49

Lampiran 13. Tensiometer Du Nuoy ... 49

Lampiran 14. Minyak Jarak, Metil Ester Asam Lemak Minyak Jarak Dan Metil Ester Sulfonat (MES) ... 50

Lampiran 15. Flowsheet Pengepresan Biji jarak Pagar (Jatropha curcas L.) . 51

Lampiran 16. Flowsheet Pembuatan Metil Asam Lemak Dari Minyak Jarak . 52

(14)

Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak Dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Abstrak

Surfaktan digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan, tegangan

antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Bahan baku pembuatan

surfaktan dapat diperoleh dari minyak nabati dan hewani. Surfaktan dapat disintesis

dari minyak nabati melalui hasil antara metil ester asam lemak. Salah satu minyak

nabati adalah minyak jarak yang mengandung trigliserida yang mengandung asam

oleat dan linoleat sebagai komponen utama. Salah satu proses untuk menghasilkan

surfaktan adalah melalui sulfonasi untuk menghasilkan metil ester sulfonat (MES).

Setiap tahap diidentifikasi dengan spektroskopi FT-IR untuk menunjukkan

bahwa reaksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya metil ester

asam lemak ditandai dengan adanya pergeseran bilangan gelombang C=O dari

1174,51 cm-1 menjadi 1174,68 cm-1, dan pada ikatan C-O-C ester dari 1163,87 cm-1

menjadi 1169,38 cm-1. Terbentuknya metil ester sulfonat ditandai hilangnya

spektrum pada bilangan gelombang 1655 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang

dari ikatan -C=C- dan pada bilangan gelombang 3005,8 cm-1 yang merupakan

vibrasi stretching dari C-H sp2. Dari pengujian tegangan permukaan dengan

Tensiometer Du Nuoy dan diperoleh tegangan permukaan surfaktan MES 28,3

dyne/cm. Pada penentuan nilai HLB diperoleh nilai HLB sebesar 12,245

menunjukkan surfaktan MES bersifat hidrofilik, sehingga dapat digunakan sebagai

bahan detergent dan sebagai bahan emulgator pada emulsi m/a

Kata kunci: surfaktan, metil ester sulfonat, tegangan permukaan, spektroskopi

(15)

Synthesis Methyl Ester Sulfonate Surfactant Jatropha Oil From Jatropha Seeds (Jatropha curcas L.)

Abstract

Surfactant were used to reduce the surface tension, interface tension and

elevate the stability of emulsion system. The material to produce the surfactant could

be derived from vegetables oil and animal fats. Surfactant could be synthesized from

vegetables oil trough intermediate product of methyl ester fatty acid. One of the

vegetables oil is Jatropha oil contain triglyceride which contain oleic acid and

linoleic acid as a mayor component. One of the process to produce surfactant is

sulfonation pathway to produce methyl ester sulfonate (MES).

Each steps were identified with FT-IR spectroscopy to show that the reaction

were done correctly as what we expect. The Formation of fatty acid methyl

esterwere marked by the shift of C=O wave number from 1174,51 cm-1 to 1174,68

cm-1, and also an the C-O-C ester from 1163,87 cm-1 to 1169,38 cm-1.The formation

of methyl ester sulfonate marked by lost spectrum at 1655 cm-1 wave number which

was the wave number from –C=C- bond and 3005,8 cm-1 wave number which was

stretching vibration from C-H sp2. From the test of the surface tension were done by

Du Nuoy tensiometer and the surface tension of MES surfactant is 28,3 dyne/cm. In

the HLB point determination, the HLB point as big as 12,245 were collected,

showing MES surfactant had a hydrophilic properties, so it can be applied as a

detergent and emulgator in o/w emulsion.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman tahunan yang belum

banyak dibudidayakan secara komersial. Jarak pagar sangat berpotensi sebagai

penghasil minyak nabati karena dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti minyak

bumi (biodiesel). Namun selama ini tanaman jarak pagar tidak mendapat perhatian

khusus karena penerapan kebijakan subsidi yang sangat besar untuk bahan bakar

minyak (BBM), sehingga mengolah minyak jarak tidak menguntungkan. Kini

saatnya kita mulai memanfaatkan potensi jarak pagar lebih maksimal (Hanafi,

2010).

Semua bagian tanaman jarak pagar dapat dimanfaatkan. Telah lama

diketahui bahwa tanaman ini memiliki daya pengobatan, terutama untuk penyakit

kulit, mengurangi rasa sakit, dan pencahar. Minyak yang diperoleh dari biji jarak,

secara tradisional digunakan untuk mengatasi gangguan pada kulit, bengkak,

maupun terkilir. Minyak biji jarak pagar sebaiknya memang tidak digunakan secara

oral (melalui mulut) karena mengandung racun yang membahayakan jika

dikonsumsi, yaitu berupa phorbol ester dan curcin (Hambali, 2006).

Biji yang terdiri dari 60% daging biji (kernel) dan 40% kulit. Daging biji

jarak pagar mengandung sekitar 50% minyak sehingga dapat diekstraksi menjadi

minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstraksi dengan pelarut seperti heksana.

Viskositas minyak jarak pagar lebih kecil dibandingkan minyak nabati lainnya.

Komponen terbesar minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung asam lemak

(17)

padatan, cairan dengan udara) sehingga dapat menurunkan tegangan antarmuka.

Molekul surfaktan selalu terdiri dari gugusan lipofilik (yang suka lemak) dan

gugusan hidrofilik (yang suka air) (Formularium kosmetik Indonesia, 1985).

Surfaktan dapat disintesis dari minyak nabati melalui senyawa antara yaitu

metil ester asam lemak (fatty acid) dan alkohol lemak (fatty alcohol). Selanjutnya

metil ester asam lemak minyak jarak pagar disulfonasi untuk menghasilkan metil

ester sulfonat (Sadi, 1994).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan

minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.) dalam pembuatan surfaktan metil ester

sulfonat dengan melakukan esterifikasi terhadap minyak jarak pagar dan dilanjutkan

dengan sulfonasi terhadap metil ester minyak jarak pagar dengan menggunakan gas

SO3 dari pemanasan H2SO4 P sebagai agen pensulfonasi. Hasil reaksi dianalisis

dengan FT-IR,dan surfaktan yang diperoleh diuji daya surfaktannya, yang meliputi

uji tegangan permukaan dan penentuan nilai HLB.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah dapat disintesis surfaktan metil ester sulfonat (MES) melalui reaksi

sulfonasi pada metil ester asam lemak minyak jarak pagar dengan

menggunakan gas SO3 yang dihasilkan dari pemanasan H2SO4 P sebagai agen

pensulfonasi?

2. Apakah surfaktan MES memiliki nilai CMC (Critical Micell Concentration)

(18)

1.3 Hipotesis

1. Surfaktan metil ester sulfonat (MES) dapat disintesis melalui reaksi sulfonasi

pada metil ester asam lemak minyak jarak pagar menggunakan gas SO3 yang

dihasilkan dari pemanasan H2SO4 P sebagai agen pensulfonasi.

2. Surfaktan metil ester sulfonat dari minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.)

memiliki nilai CMC yang lebih baik dari surfaktan yang lain pada golongan

yang sama.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mensintesis surfaktan metil ester sulfonat dari minyak jarak pagar.

2. Untuk mengetahui nilai CMC dari surfaktan metil ester sulfonat hasil

sulfonasi metil ester minyak jarak pagar.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai sumber informasi pemanfaatan minyak jarak pagar (Jatropha curcas

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Jarak pagar merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di

daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah

diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan

dan racun, saat ini jarak pagar makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan

bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya (Anonim1, 2010).

Jarak pagar merupakan tanaman penghasil minyak non-edible yang

mayoritas digunakan sebagai bahan baku penghasil biodiesel. Sebagai bahan baku

pembuatan biodiesel, produk sampingan dari proses transesterifikasi dari minyak

jarak pagar dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk seperti kertas

berkualitas tinggi, pellet energi, sabun, kosmetik, pasta gigi, dan sebagai obat batuk

(Anonim1, 2010).

2.1.1 Sinonim

2.1.1.1 Nama Daerah

Tumbuhan Jarak pagar ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia, yaitu

:

(Sunda) Jarak kusta ; (Jawa tengah) Jarak Cina; (Madura) Kalele; (Bali) Jarak Pager;

(Alor) Kuman Nema; (Gorontalo) Bintalo; (Ternate dan Tidore) Balacai Hisa;

(20)

2.1.1.2 Nama Asing

Adapun nama asing dari tumbuhan jarak pagar adalah :

(Bahasa inggris) purging nuts (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Ciri-ciri dari tumbuhan jarak pagar yaitu :

Habitus : Semak, menahun, tinggi 1½-5 m

Batang : Berkayu, bulat, bercabang, bergetah, putih kotor

Daun : Tunggal, tersebar, bekas daun tampak jelas, bulat telur, bertoreh,

pertulangan menjari, panjang 5-15 cm, lebar 6-16 cm, hijau

Bunga : Mejemuk, bentuk malai, di ujung batang dan di ketiak daun,

kelopak terdiri dari lima daun kelopak, bulat telur, panjang ± 4 mm, benang sari

mengelompok pada pangkal, kuning, tangkai putik tiga, pendek, hijau, kepala putih

melengkung keluar, kuning daun mahkota lima, ungu.

Buah : Kotak, panjang 2-3 cm, hijau

Biji : Bulat telur, coklat kehitaman

Akar : Tunggang, putih kotor (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

2.1.4 Sistematika Tumbuhan

Adapun sistematika dari tumbuhan Jarak pagar adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

(21)

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L. (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000)

2.1.5 Kandungan Kimia

Prinsip pembuatan minyak mentah (crude oil) jarak pagar adalah dengan

memisahkan minyak dengan kandungan senyawa lain dalam daging biji atau inti biji

dengan cara pengepresan. Biji jarak selain mempunyai kandungan minyak, juga

mengandung protein dan senyawa lain, seperti terlihat pada tabel berikut:

Senyawa Kandungan (%)

Daun Jatropha curcas berkhasiat sebagai obat cacing, obat perut kembung

dan obat luka. Untuk obat cacing dipakai ± 5 g daun segar Jatropha curcas,

ditambah ½ sendok teh minyak kelapa, digerus sampai lumat, dioleskan di sekitar

dubur pada waktu akan tidur. (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

2.2 Pengepresan Minyak Jarak

Pengepresan mekanik merupakan cara pemisahan minyak dari bahan yang

berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang

(22)

dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 30%-50%.

Dengan demikian metode ekstraksi yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik

pengepresan mekanik (Hambali, 2006).

Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanik biji jarak yaitu

pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller

pressing). Cara lain adalah kombinasi pengepresan mekanik dengan ekstraksi

pelarut, tetapi cara ini jarang digunakan (Hambali, 2006).

2.2.1 Pengepresan Hidrolik

Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan.

Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan akan

mempengaruhi minyak jarak yang dihasilkan. Pada teknik pengepresan hidrolik

sebelum dilakukan pengepresan, biji jarak diberi perlakuan pendahuluan berupa

pemberian suhu panas atau pemasakan. Pemasakan dapat dilakukan dengan cara

pemanasan di oven ataupun pengukusan dengan menggunakan uap air (steam).

Pemasakan biji jarak bertujuan untuk menggumpalkan protein dalam biji jarak.

Penggumpalan protein ini diperlukan untuk efisiensi ekstraksi (Hambali, 2006).

Umumnya, pada pengepresan hidrolik jumlah minyak yang dapat diperoleh

mencapai 80% dari kadar minyak yang terdapat pada daging biji (Hambali, 2006).

2.2.2 Pengepresan berulir

Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw) merupakan

teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di industri pengolahan minyak

jarak saat ini. Dengan cara ini, biji jarak dipres dengan pengepresan berulir (screw)

yang berjalan secara kontinu. Pada teknik ini, biji jarak yang akan diekstraksi tidak

(23)

dapat langsung dimasukkan kedalam screw press. Tipe alat pengepress berulir yang

digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau

pengepres berulir ganda (twin screw press) (Hambali, 2006).

Salah satu kelebihan pengepresan dengan menggunakan ulir adalah dapat

dilakukan secara kontinu sehingga kapasitas produksi menjadi lebih besar. Biji jarak

dapat dimasukkan kedalam alat pengepres secara kontinu, lalu minyak akan

mengalir keluar dari biji akibat pengepresan oleh ulir (screw). Kemudian, minyak

dapat keluar dan langsung terpisah dari ampas (bungkil) yang keluar pada bagian

ujung ulir (Hambali, 2006).

2.3 Minyak Dan Lemak

Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran yang merupakan ester

dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam

buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian. Dalam jaringan hewan lemak terdapat pada

hamper seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose

dantulang sumsum (Ketaren, 1986).

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk trigliseridanya dan hanya

berbeda dalam bentuk (wujud). Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat-sifat

fisikokimia tiap jenis minyak berbeda-beda, dan hal ini disebabkan oleh perbedaan

sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan (Ketaren, 1986).

2.3.1 Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar

Adapun sifat fisik dari minyak jarak yaitu :

Sifat fisik

Satuan

Nilai

Titik nyala (Flash point) 0C 236

(24)

Viskositas pada 30oC mm2/s 49,15

Tabel 2. Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar (Hambali, 2006).

2.3.2 Kandungan Dan Kegunaan

Bahan kimia yang trakndung dalam tumbuhan Jarak Pagar diantaranya α

-amirin, kampesterol, β-sitosterol, 7-ketosittosterol, dan HCN. Efek farmakologisnya

diantaranya melancarkan peredaran darah, menghilangkan bengkak, menghentikan

pendarahan, dan menghilangkan gatal (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI3, 2009).

2.4 Esterifikasi

Metil ester dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui proses

transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah penggantian

gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu proses yang

menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses

transesterifikasi yang digunakan bukanlah air melainkan alkohol. Transesterifikasi

merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke

kanan agar dihasilkan metil ester maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah

berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan. (Hambali, 2006).

Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada

(25)

katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan

asam lemak bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat reaksi yang

diharapkan) (Hambali, 2006)).

Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan etanol adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi

2.5 Sulfonasi

Asam lemak dengan α-tersulfonasi memiliki aplikasi yang sangat luas dan

memiliki sifat biologis yang baik sebagai surfaktan. Sebuah teknik untuk

memproduksi mensulfonasi asam lemak dengan menggunakan kondisi rekasi khusus

sangat mungkin dilakukan tanpa menggunakan pelarut. Penggunaan gas SO3

memberikan hasil dengan rendemen 97% (Stein, 1975).

2.5.1 Metil Ester Sulfonat

Surfaktan dapat disintesis dari minyak nabati melalui senyawa antara metil

ester asam lemak (fatty acid methyl ester) dan alkohol lemak (fatty alcohol). Salah

satu proses untuk menghasilkan surfaktan adalah proses sulfonasi terhadap metil

ester menghasilkan metil ester sulfonat (MES). Proses sulfonasi terjadi dengan

mereaksikan pereaksi pensulfonasi seperti gas SO3, H2SO4 berasap, NaHSO3 dengan

(26)

penambahan gugus sulfon pada senyawa organik (Nightingale, 1987; Schwuger and

Lewandowski, 1995).

Surfaktan digunakan dalam jumlah besar pada berbagai produk kosmetik dan

farmasi, detergen dan produk-produk pembersih lainnya. Biasanya setelah

digunakan, produk yang mengandung surfaktan tersebut dibuang sebagai limbah

yang pada akhirnya akan dibebaskan ke permukaan air. Biodegradasi dan

mekanisme penguraian lain sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah dan

konsentrasi surfaktan yang mencapai lingkungan. Salah satu alternatif untuk

mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan surfaktan adalah memperluas

peggunaan surfaktan alami. Metil ester sulfonat merupakan surfaktan alami turunan

ester asam lemak yang dibuat secara sintesis (Brown, 1995).

Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat

melalui proses sulfonasi dengan menggunakan bahan baku dari minyak nabati.

Keunggulan MES dibandingkan dengan surfaktan yang dibuat dari minyak bumi

(petroleum) adalah sifatnya dapat diperbarui, lebih ramah lingkungan karena mudah

didegradasi oleh bakteri, memiliki ketahanan terhadap kesadahan dan temperatur

tinggi, dan memiliki pembusaan yang rendah (Satsuki, 1994; Schwuger and

Lewandowski, 1995).

2.6 Surfaktan

Molekul-molekul dan ion-ion yang diadsorbsi pada antarmuka dinamakan

surface active agent atau surfaktan. Nama lainnya adalah amfifil, yang menunjukkan

bahwa molekul atau ion tersebut mempunyai afinitas tertentu terhadap solven polar

(27)

yang ada padanya, amfifil dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak)

atau bersifat seimbang di antara dua sifat tersebut.

Sifat amfifilik dari surfaktan itulah yang menyebabkan ia diadsorbsi pada

antarmuka. Keadaan asam lemak yang diadsorbsi pada antarmuka udara/air dan

minyak/air seperti dalam gambar 2.

Gambar 2. Molekul surfaktan membentuk misel (a. Gugus hidrofilik dan hidrofobik surfaktan; b. Misel atau agregat surfaktan)

Pada antarmuka udara/air, rantai-rantai lipofilik diarahkan ke atas masuk

dalam udara, pada antarmuka minyak/air mereka bergabung dengan fase minyak.

Dengan cara berorientasi demikian pada antarmuka minyak/air, maka

molekul-molekul surfaktan membentuk suatu jembatan antara fase polar dan fase non polar

yang menyebabkan terjadinya transisi antara kedua fase tersebut lebih baik. Untuk

membuat agar amfifil terkonsentrasi pada antarmuka, maka amfifil harus seimbang

dengan pengertian gugus yang larut dalam air harus seimbang dengan

gugus-gugusnya yang larut dalam minyak.

2.6.1 Tegangan permukaan

2.6.1.1 Fenomena Antarmuka

Jika ada dua fase atau lebih berada bersama-sama, maka batas antara fase–

(28)

antarmuka dalam farmasi dan pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi

adsorbsi obat, penetrasi molekul melalui membran biologik, terbentuknya emulsi

dan stabilitasnya dan dispersi partikel-partikel; yang tidak larut dalam medium cair

untuk membentuk suspensi. Sifat antarmuka dari surface active agent atau surfaktan

dapat disamakan dengan sifat alveoli paru-paru yang menyebabkan organ tersebut

dapat bekerja efisien (Moechtar, 1989).

2.6.1.2 Tegangan Muka dan Tegangan Antarmuka

Dalam zat cair, gaya kohesif antara molekul satu dengan molekul-molekul

tetangganya besar pengaruhnya. Sebagai contoh tetesan zat cair yang tersuspensi

dalam udara, maka molekul molekul di dalam tetesan tersebut dikelilingi oleh

molekul-molekul lainnya dari segala jurusan yang mempunyai gaya tarik-menarik

yang sama.

Gambar 3. Gaya-gaya tarik-menarik yang tidak sama pada permukaan zat cair

Namun, molekul-molekul yang berada di permukaan tetesan akan menerima

gaya kohesif yang sama dari molekul-molekul tetangganya. Akan tetapi mereka

mengalami gaya tarik menarik adhesive dengan udara yang relatif kecil. Efek

keseluruhannya ialah molekul-molekul di permukaan tersebut mengalami gaya ke

dalam yang menyebabkan luas permukaan cair tersebut menjadi lebih kecil. Gaya

(29)

yang terjadi antaramuka antara dua fase cair yang tidak dapat tercampur. Tegangan

antarmuka lebih kecil dari tegangan muka sebab gaya adhesive antara dua fase cair

yang membentuk anatarmuka lebih besar dari gaya adhesive antara fase cair dan fase

gas yang membentuk antarmuka ( Moechtar, 1989 )

2.6.1.3 Pengukuran Tegangan Permukaan

2.6.1.3.1 Metode Kenaikan Kapiler

Bilamana suatu kapiler dimasukkan ke dalam labu yang berisi zat cair, maka

pada umumnya zat cair akan naik di dalam tabung sampai jarak tertentu. Dengan

mengukur kenaikan ini, maka tegangan muka zat cair dapat ditentukan dengan

metode ini.

Gaya yang ada antara molekul-molekul yang sama dikenal sebagai gaya

kohesif. Gaya yang ada antara molekul-molekul yang tidak sama, seperti gaya antara

zat cair dan dinding dari tabung kapiler gelas dikenal sebagai gaya adhesive.

Bilamana gaya adhesive antara molekul zat cair dan dinding lebih besar dari gaya

kohesif maka zat cair tersebut dikatakan membasahi dinding kapiler, yaitu menjalar

melalui dinding dan naik dalam tabung ( Moechtar, 1989 )

2.6.1.3.2 Metode Cincin Du Nuoy

Tensiometer Du Nouy banyak dipakai untuk mengukur tegangan muka dan

tegangan antarmuka. Prinsip alat tersebut berdasarkan kenyataan bahwa gaya yang

dibutuhkan untuk memisahkan cincin platina-iridium yang dicelupkan pada

permukaan atau antarmuka adalah berbanding lurus dengan tegangan muka atau

tegangan antarmuka. Gaya yang dibutuhkan untuk memisahkan cincin tersebut

ditetapkan dengan kawat yang berputar dan ini dicatat pada dial berkalibrasi dalam

(30)

Kesalahan-kesalahan sebesar 25 % dapat terjadi jika faktor koreksi tidak

diperhitungkan dan digunakan (Moechtar 1989).

2.6.2 Nilai HLB

Griffin menemukan suatu skala nilai-nilai yang digunakan sebagai ukuran

keseimbangan hidrofil-lipofil (HLB = Hidrophilic-Lipophilic Balance) dari

surfaktan. Dengan pertolongan sistem bilangan ini dimungkinkan untuk menentukan

suatu jarak HLB yang mempunyai efisiensi optimum untuk setiap surfaktan. Makin

tinggi HLB suatu zat, makin hidrofilik zat tersebut.

Gambar 4. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB.

Davies menghitung HLB surfaktan dengan memecah molekulnya menjadi x faktor koreksi

2 x keliling cincin =

(31)

Zat HLB

Asam oleat 1

Gliseril mono oleat 3,8

Sorbitan mono oleat (Span 80) 4,3

Sorbitan mono laurat (Span 20) 8,6

Trietanolamin oleat 12,0

Polioksi etilen sorbitan mono oleat (Tween 80) 15,0

Polioksi etilen sorbitan mono laurat (Tween 20) 16,7

Natrium oleat 18,0

Natrium lauril sulfat 40

Tabel 3.Nilai HLB dari beberapa zat ampifilik

Dengan menjumlahkan angka-angka gugus tersebut, maka nilai HLB suatu surfaktan

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini

HLB = ∑(angka gugus hidrofilik) - ∑(angka gugus lipofilik) + 7

Dibawah ini beberapa angka gugus representative yang tercantum

Gugus Hidrofilik Angka Gugus

-SO4- Na+ 38,7

-COO- Na+ 19,1

Ester (Cincin sorbitan ) 6,8

Ester (Bebas) 2,4

Hidroksil (Bebas) 1,9

Hidroksil (Cincin sorbitan) 0,5

(32)

2.7 Spektrofotometri Inframerah

Spektrofotometri inframerah banyak digunakan dalam identifikasi analisa

kimia organik untuk menentukan gugus fungsi suatu senyawa. Frekuensi inframerah

biasanya dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang (wavenumber), yang

didefinisikan sebagai banyaknya gelombang per sentimeter. Daerah pengukuran

radiasi inframerah yang umumnya digunakan untuk menyelidiki senyawa-senyawa

organik adalah 700-4000 cm-1, dimana pada daerah 1500-4000 cm-1 merupakan

daerah gugus fungsi, dan pada daerah 700-1500 cm-1 adalah daerah sidik jari

(fingerprint region) yang memberikan spektrum yang khas untuk setiap senyawa

(Hart, dkk. 2003; Silverstein, et al. 1981).

Spektrum inframerah suatu senyawa dapat dengan mudah diperoleh dalam

beberapa menit. Sedikit sampel diletakkan dalam instrumen dengan sumber radiasi

inframerah. Spektrofotometer secara otomatis membaca sejumlah radiasi yang

menembus sampel dengan kisaran frekuensi tertentu dan merekam pada kertas

berapa persen radiasi yang ditransmisikan. Radiasi yang diserap oleh molekul

muncul sebagai pita pada spektrum (Hart, dkk. 2003).

Spektrofotometri inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi

suatu senyawa yang belum diketahui, karena spektrum yang dihasilkan spesifik

untuk senyawa tersebut. Metode ini banyak digunakan karena cepat dan relatif

murah, dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dan jenis ikatan

yang ada dalam molekul, selain itu inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa

adalah khas karena dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian meliputi pengumpulan dan preparasi bahan, isolasi

minyak dari biji jarak pagar, pembuatan metil ester asam lemak dari minyak jarak

pagar, sulfonasi metil ester asam lemak jarak pagar, analisis FT-IR, penentuan

tegangan permukaan, penentuan nilai HLB. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Sintesa Obat Fakultas Farmasi USU, dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas

Farmasi USU. Analisis FT-IR dilakukan di Laboratorium FT-IR Bea Cukai Belawan

Medan.

3.1Alat–Alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, oven

(Gallenkamp), neraca kasar, neraca analitik (Mettler AE 200), perangkat press

sederhana, hotplate stirrer (Cimarec), termometer, indikator universal, perangkat

sulfonasi, spektrofotometer FT-IR (Perkin Elmer), tensiometer Du Nuoy (Kruss).

3.2Bahan-Bahan Yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar

dan akuades. Bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa produksi

E-Merck: metanol, benzen, asam sulfat pekat, n-heksan, natrium sulfat anhidrat,

hidrogen peroksida, natrium hidroksida.

3.3 Penyiapan Bahan

3.3.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

dengan tanaman yang sama dari daerah lain. Bagian yang diambil adalah buah jarak

(34)

3.3.2 Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan jarak dilakukan oleh Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan, Departemen Biologi Fakultas MIPA USU. Hasil selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 1 halaman 39.

3.3.3 Pengolahan Bahan

Buah jarak pagar dikupas hingga diperoleh bijinya. Kemudian biji yang

diperoleh dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Lalu biji jarak yang

diperoleh dilepas dari cangkangnya.

3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1 Pembuatan Larutan NaOH 20%

Larutkan 20 g natrium hidroksida P ke dalam 100 mL aquadest bebas CO2.

3.5 Pengepresan Minyak Dari Biji Jarak Pagar

Biji yang sudah dipisahkan dari cangkangnya dihaluskan, kemudian diberi

pemanasan pendahuluan, yaitu berupa pemanasan dengan oven pada suhu 105o C

selama 30 menit, lalu serbuk dipress dengan alat pengepres hidrolik untuk

memperoleh minyak (Widodo dan Sumarsih, 2006). Minyak yang diperoleh

dikonfirmasikan strukturnya dengan analisis FT-IR.

3.6 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Dari Minyak Jarak

Kedalam labu alas bulat leher tiga 500 ml dimasukkan sebanyak 100 g

minyak jarak, 50 ml metanol dan 100 ml benzena sambil diaduk dan melalui corong

penetes diteteskan sebanyak 2 ml H2SO4 P secara perlahan-lahan, kemudian

direfluks selama 5 jam. Rangkaian alat dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 50.

Kelebihan metanol dan pelarut didestilasi. Residu yang diperoleh diekstraksi dengan

(35)

n-heksan diambil lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous dan disaring. Filtratnya

didestilasi pada suhu 65oC sehingga diperoleh metil ester asam lemak campuran dari

minyak jarak (Daniel, 2006) dan dikonfirmasikan strukturnya melalui analisis

FT-IR.

3.7 Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Asam Lemak Minyak Jarak Pagar

Ke dalam labu alas bulat leher tiga 500 ml yang sudah dilengkapi magnetik

bar dan pendingin balik di atas hotplate stirrer yang dilengkapi dengan penangas air,

dimasukkan metil ester minyak jarak sebanyak 100 ml. Ke dalam labu dialirkan gas

SO3 yang diperoleh dari pemanasan asam sulfat pekat dengan bantuan blower,

direfluks pada suhu 90oC selama ±5 jam. Rangkaian alat sulfonasi dapat dilihat pada

lampiran 11 halaman 51. Proses pemurnian MES crude hasil sulfonasi ditambahkan

dengan metanol (35% v/v) dan dibleaching dengan H2O2 50% lalu direfluks pada

suhu 50oC selama 1,5 jam. Sisa metanol didestilasi pada suhu 80oC, lalu MES

didinginkan. Netralisasi MES ditambahkan NaOH 20% setetes demi setetes hingga

pH mencapai 8 sambil diaduk. Kemudian MES dipanaskan di atas hotplate stirer

pada suhu 50-55oC selama 30 menit (Schwuger & Lewandowski, 1995). Dilakukan

analisa FT-IR, uji penentuan tegangan permukaan dan penentuan nilai HLB.

3.8. Prosedur Analisis

3.8.1 Penentuan Tegangan Permukaan

Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan menggunakan alat

tensiometer Du Nuoy dengan cara :

Sebanyak 1 g MES ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml

dan dilarutkan dalam aquadest hingga garis tanda (konsentrasi 1%). Dipipet dari

(36)

diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda (konsentrasi 0,01%). Konsentrasi

larutan MES yang ditentukan adalah: 0,0008; 0,001; 0,002; 0,004; 0,006; 0,009;

0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,6;0.07;0.08;0.09;0,1;0,2 % b/v.

Alat tensiometer dikalibrasi menggunakan akuades pada suhu 30oC.

Sebanyak 25 ml larutan MES 0,001% dimasukkan ke dalam cawan. Kemudian

cawan tersebut diletakkan pada meja pengukuran yang dihubungkan dengan sebuah

termostat. Meja pengukuran dinaikkan dengan hati-hati sampai cincin terletak

ditengah-tengah cairan dan dikunci. Cairan dibiarkan sebentar sampai terbentuk

permukaan. Sekrup penurun meja pengukuran diputar dan dipertahankan agar jarum

penunjuk tetap terletak diantara bagian hitam dari cakram tanda, sementara sekrup

pada penunjuk skala diputar berlawanan dengan putaran jarum jam sampai cincin

terlepas dari permukaan larutan. Dicatat skala yang ditunjukkan pada alat (Bangun,

1997).

3.8.2 Penentuan Harga HLB (Hidrophilic Lipophilic Balance)

Penentuan harga HLB dilakukan secara teori, dengan rumus:

∑{gugus-gugus hidrofilik}+ ∑{gugus-gugus lipofilik}+ 7

(Martin, 1993).

Dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 42.

3.8.3. Uji Kualitatif Terhadap Gugus Sulfonat

Dilarutkan sejumlah surfaktan kedalam aquadest, ditambahkan beberapa

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengepresan Minyak Jarak Pagar

Hasil identifikasi jarak pagar yang dilakukan di Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas MIPA USU, menunjukkan bahwa jarak

pagar termasuk dalam suku Euphorbiaceae seperti yang tertera pada Lampiran 1

halaman 39. Minyak jarak diperoleh dari pengepresan biji jarak pagar (Jatropha

curcas L.) menggunakan alat pres hidrolik sederhana.

Minyak jarak terdapat dalam biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) dengan

kandungan minyak 30-50%. Pengepresan merupakan cara pemisahan minyak dari

bahan yang berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari

bahan yang kadar minyaknya tinggi yaitu 30-70 %. Sebelum proses pengepresan,

dilakukan pemanasan terlebih dahulu terhadap biji jarak yang telah dihaluskan. Dari

1000 gram biji jarak halus diperoleh minyak jarak sebanyak 388 gram (38,8%).

Hasil minyak yang diperoleh tidak maksimal karena masih banyak terdapat sisa

minyak didalam bungkil biji jarak tersebut.sehingga rendemen minyak yang

diperoleh hanya 38,8 % (Hambali, 2006).

Pemanasan atau pemasakan dapat dilakukan dengan cara pemanasan di oven

atau pengukusan dengan menggunakan uap air (steam). Proses pemanasan biji jarak

sebelum dipres bertujuan untuk menggumpalkan protein dalam biji jarak dan

menurunkan kekentalan minyak sehingga mempermudah proses pengepresan

minyak dan pemisahan minyak dari protein (Hambali, dkk., 2006; Widodo dan

(38)

4.1.1 Analisis Spektroskopi FT-IR Minyak Jarak Pagar

Analisis spektroskopi FT-IR minyak jarak yang diperoleh dari pengepresan

dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5 . Spektrum FT-IR Minyak Jarak Pagar

Spektrum FT-IR menunjukkan puncak serapan pada daerah bilangan

gelombang 3473,87 cm-1 yang merupakan serapan khas untuk gugus hidroksil

(-OH), pada bilangan gelombang lebih kurang 3008,01cm-1 merupakan puncak

serapan untuk C-H sp2 dan didukung dengan serapan pada bilangan gelombang

1655,09 cm-1 yang merupakan serapan khas dari ikatan C=C rangkap dua. Pada

bilangan gelombang 1744,51 cm-1 merupakan serapan khas dari gugus karbonil

(C=O) dari ester dan didukung dengan puncak serapan C-O-C ester pada daerah

bilangan gelombang 1163,87 cm-1 sehingga dapat disimpulkan adanya gugus ester

antara gliserol dan asam lemak. Pada daerah bilangan gelombang 2854,56 cm-1 dan

(39)

vibrasi bending C-H sp3 pada bilangan gelombang 1465,76 cm-1 (Hart, dkk., 2003;

Silverstein, dkk., 1981).

Minyak jarak mengandung trigliserida asam-asam lemak, dimana komponen

terbesarnya adalah asam oleat dan asam linoleat, yang masing-masing merupakan

asam lemak tak jenuh, struktur trigliserida asam oleat dan asam linoleat dapat dilihat

pada Gambar 6

Gambar 6. Trigliserida Minyak Jarak Pagar

Pada gambar 6 terdapat ikatan -C-H sp3 dan C-C rangkap satu, C=C rangkap

dua dan =C-H sp2, C=O dan C-O-C ester. Dengan demikian berdasarkan analisa

spektroskopi FT-IR pada gambar 6 menunjukkan adanya trigliserida dari minyak

jarak pagar.

Spektrum –OH yang ditunjukkan pada gambar kemungkinan merupakan

vibrasi dari gugus –OH yang diperoleh dari asam lemak bebas yang terdapat pada

minyak jarak pagar, yang terjadi karna hidrolisis pada saat pemanasan sebelum

pengepresan. Namun pada perlakuan tanpa pemanasan minyak jarak juga

(40)

4.2 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak

Pembentukan metil ester asam lemak dengan reaksi transesterisfikasi secara

alkoholisis dari 100 g minyak jarak pagar dengan 50 ml metanol menggunakan

katalis H2SO4 P dalam pelarut benzena pada suhu 80oC diperoleh metil ester asam

lemak sebanyak 73,4 g (71,46 %), dengan reaksi seperti pada Gambar 7 dibawah ini:

Gambar 7. Reaksi Transesterifikasi

4.2.1 Analisis Spektrskopi FT-IR Metil Ester Asam Lemak

Metil ester asam lemak minyak jarak pagar yang diperoleh diidentifikasi

melalui analisis spektroskopi FT-IR menghasilkan spektrum seperti pada Gambar 8

halaman 26, memberikan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3474,64

cm-1 yang merupakan serapan khas untuk gugus hidroksil (-OH), pada bilangan

gelombang lebih kurang 3005,80 cm-1 merupakan puncak serapan untuk C-H sp2

dari gugus -CH=CH- dan didukung dengan serapan pada bilangan gelombang

1655,98 cm-1 yang merupakan serapan khas dari ikatan C=C. Pada bilangan

gelombang 1744,68 cm-1 merupakan serapan khas dari gugus karbonil (C=O) dari

ester dan didukung dengan puncak serapan C-O-C ester pada daerah bilangan

gelombang 1169,38 cm-1 sehingga dapat disimpulkan adanya gugus ester antara

-1

(41)

2927,01 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi sretching dari C-H sp3 yang didukung

vibrasi bending C-H sp3 pada bilangan gelombang 1465,70 cm-1 (Hart, dkk., 2003;

Silverstein, dkk., 1981).

Gambar 8. Spektrum FT-IR Metil Ester Minyak Jarak Pagar

Baik minyak jarak maupun metil ester memiliki ikatan –C-H sp3 dan -C-C-

rangkap satu, =C-H sp2 dan C=C rangkap dua, C=O dan C-O-C ester, dengan

demikian memiliki spektrum yang mirip di daerah spektrum gugus fungsi

(1500-4000 cm-1). Namun diperoleh adanya pergeseran bilangan gelombang yang

ditunjukkan oleh C=O trigliserida pada bilangan gelombang 1744,51 cm-1 dengan

C=O metil ester asam lemak pada bilangan gelombang 1744,68 cm-1 yang didukung

oleh pergeseran bilangan gelombang C-O-C ester dari trigliserida pada bilangan

gelombang 1163,87 cm-1 dengan C-O-C ester dari metil ester minyak jarak pagar

(42)

metil ester berbeda di daerah frekuensi rendah atau daerah sidik jari (finger print

region, 700-1500 cm-1). Menurut Hart, dkk., (2003), pita-pita di daerah ini

dihasilkan dari gabungan gerakan bengkok dan regangan dari atom-atom yang ada

dan khas untuk setiap senyawa, sehingga daerah sidik jari adalah khas untuk setiap

senyawa. Setiap senyawa yang berbeda menghasilkan pola lembah yang

berbeda-beda pada spektrum di daerah sidik jari.

Pada spektrum yang ditunjukkan pada gambar 8 diatas menunjukkan

spektrum pada bilangan gelombang 3474,64 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus

–OH, yang diduga berasal dari asam lemak bebas yang terhidrolisa karena adanya

kontak dengan air pada proses ekstraksi pada pemurnian produk ester dari katalis.

4.3 Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) dari Metil Ester Asam Lemak

Minyak Jarak Pagar.

Sulfonasi 80 ml metil ester minyak jarak dengan agen pensulfonasi gas SO3 (reaksi

dapat dilihat pada gambar 5 di bawah) yang diperoleh dari pemanasan H2SO4 P, pada

suhu 90oC selama ± 4 jam, kemudian melalui tahap bleaching, reesterifikasi dan

netralisasi menghasilkan ± 20 ml (± 25 %) cairan yang menghasilkan busa pada

(43)

Gambar 9. Reaksi Pembentukan Metil Ester Sulfonat (MES)

MES yang dihasilkan pada proses sulfonasi masih mengandung

produk-produk samping yang dapat mengurangi kinerja surfaktan sehingga memerlukan

proses pemurnian. Menurut Schwuger & Lewandowski (1995), proses produksi

MES dilakukan dengan mereaksikan metil ester dan gas SO3 dalam failing film

reactor pada suhu 80-90oC. Proses sulfonasi ini akan menghasilkan produk

berwarna gelap, sehingga dibutuhkan proses pemurnian meliputi pemucatan dan

netralisasi. Untuk mengurangi warna gelap tersebut, pada tahap pemucatan

ditambahkan larutan H2O2 dan larutan metanol, yang dilanjutkan dengan proses

netralisasi dengan menambahkan larutan alkali (KOH atau NaOH), setelah melewati

tahap netralisasi, produk yang berbentuk cairan dikeringkan sehingga produk akhir

yang dihasilkan berbentuk pasta, serpihan, atau granula.

Cairan hasil sulfonasi yang berwarna gelap kemudian di-bleaching dengan

penambahan metanol dan H2O2 menghasilkan cairan berwarna lebih jernih.

Penambahan metanol pada proses bleaching berfungsi untuk mengesterkan kembali

gugus yang terhidrolisa sehingga mengurangi hasil samping reaksi yang berupa

garam disodium karboksi sulfonat (di-salt) dan juga untuk mengurangi viskositas

cairan pada saat proses netralisasi. Netralisasi hasil bleaching dilakukan dengan

penambahan NaOH 20% hingga pH surfaktan MES tersebut mendekati 8.

Netralisasi dilakukan agar diperoleh ester sulfonat yang stabil, karena ester sulfonat

dalam suasana asam dapat terhidrolisa menjadi asam lemak sulfonat (fatty acid

sulfonated). Sementara itu dalam suasana basa (pH >9), ester dapat terhidrolisa

(44)

dikeringkan dengan penguapan hingga diperoleh surfaktan MES dalam bentuk padat

berupa pasta atau serbuk (Germain, 2001; Satsuki, 1994).

Pada tahap akhir sulfonasi, setelah dinetralisasi terbentuk dua lapisan yang

dipisahkan dengan corong pisah. Lapisan bawah berupa cairan berwarna kuning

lemah yang membentuk busa pada penambahan air dan pengocokan, merupakan

lapisan surfaktan MES yang mengandung air dari penguaraian H2O2 dan NaOH dan

mengandung sisa metanol. Setelah dikeringkan dengan penguapan diperoleh

surfaktan MES padat. Lapisan atas yang tidak bercampur dengan air merupakan sisa

metil ester asam lemak yang tidak tersulfonasi, menyebabkan rendemen cairan

surfaktan MES yang diperoleh hanya ± 25 %. Lapisan metil ester yang tidak

tersulfonasi menunjukkkan adanya kekurangan dalam pengerjaan, dimana jumlah

gas SO3 sebagai pereaksi pensulfonasi yang bereaksi dengan metil ester tidak

terpenuhi untuk mensulfonasi seluruh metil ester asam lemak.

Foster (1996) berpendapat bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik dari

reaksi sulfonasi, rasio mol reaktan, konsentrasi reaktan (gas SO3), suhu reaksi, pH

netralisasi, lama penetralan, dan suhu selama penetralan merupakan faktor utama

yang harus dikendalikan.

4.3.1 Analisis Spektroskopi FT-IR Metil Ester Sulfonat

Untuk mengetahui apakah reaksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

garam MES yang terbentuk diidentifikasi dengan spektroskopi FT-IR dengan

(45)

Gambar 10. Spektrum FT-IR dari Metil Ester Sulfonat (MES)

Spektrum FT-IR menunjukkan puncak serapan pada daerah bilangan

gelombang 3421,54 cm-1 yang merupakan serapan khas untuk gugus hidroksil

(-OH), pada bilangan gelombang 1741,64 cm-1 merupakan serapan khas dari gugus

karbonil (C=O) dari ester dan didukung dengan puncak serapan C-O-C pada daerah

bilangan gelombang 1169,58 cm-1 sehingga dapat disimpulkan adanya gugus ester

asam lemak dan metanol. Pada daerah bilangan gelombang 2852,33 cm-1 dan

2922,27 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi sretching dari C-H sp3 yang didukung

vibrasi bending C-H sp3 pada bilangan gelombang 1377,97 cm-1 (Smith, 1999;

Brown, dkk., 1988; Silverstein, 1981).

Pada spektrum tidak ada lagi spektrum C=C dan =C-H dari ikatan rangkap

metil ester minyak jarak pagar, karena reaksi sulfonasi memutus ikatan rangkap dari

(46)

dari metil ester asam oleat dan atom C9 dan C12 pada metil ester asam linolenat

tersebut (Gambar 9). Naughton, (1973) menyatakan bahwa gugus hidroksil, ikatan

rangkap dan gugus ester merupakan gugus-gugus reaktif dalam reaksi atau

modifikasi untuk pembuatan berbagai produk industri. Ikatan rangkap dapat

disulfonasi membentuk produk sulfonat.

Pada spektrum diatas juga menunjukkan vibrasi yang lebar (broad spectrum)

pada daerah bilangan gelombang 3421,54 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus –

OH (hidroksil), dimana gugus tersebut diduga berasal dari molekul air yang tidak

terpisah secara sempurna pada proses pengeringan.

4.3.2 Penentuan Nilai HLB dan Tegangan Permukaan

MES memiliki gugus hidroksil, gugus karboksilat, gugus sulfonat dan gugus

hidrokarbon dalam strukturnya. Menurut Martin, dkk. (1993), gugus hidroksil,

gugus karboksilat dan gugus sulfonat merupakan gugus hidrofilik dan gugus

hidrokarbon merupakan gugus lipofilik. Rieger (1997), mengklasifikasikan surfaktan

dalam empat tipe umum berdasarkan sifat ioniknya (gugus hidrofilik), yaitu: anionik

(bagian hidrofilik dari molekul bermuatan negatif), kationik (bagian hidrofilik dari

molekul bermuatan positif), nonionik (bagian hidrofilik dari molekul tidak

bermuatan), dan amfoterik (bagian hidrofilik dari molekul mengandung gugus

kationik maupun anionik). Dengan demikian, dalam klasifikasi surfaktan

berdasarkan sifat ioniknya (bagian hidrofilik) MES merupakan surfaktan anionik

(47)

Gambar 11. Grafik Pengaruh Konsentrasi terhadap Tegangan Permukaan Surfaktan MES

Hasil pengukuran tegangan permukaan surfaktan MES dengan tensiometer

Du Nuoy pada konsentrasi 0.0008%-0.2% b/v (dapat dilihat pada Lampiran 3

halaman 41) adalah 28,3 dyne/cm. Dari grafik tegangan permukaan terhadap Log C

(dapat dilihat pada Gambar 8 di atas) menunjukkan nilai konsentrasi misel kritis

(kmk) larutan surfaktan MES pada titik Log C -1,1 yaitu pada konsentrasi surfaktan

MES 0.07 %.

Suatu zat aktif permukaan mengandung bagian lipofilik dan hidrofilik,

molekul yang mengandung bagian lipofilik dan hidrofilik kedua-duanya dipusatkan

pada antar muka, dimana semakin banyak kadar surfaktannya, semakin besar

aktivitas permukaannya dalam menurunkan tegangan permukaan, karena semakin

banyak zat terlarut yang diadsorbsi pada permukaan (Martin dkk., 1993).

Dari perhitungan nilai HLB (hidrophilic lipophilic balance) atau

(48)

diketahui bahwa nilai HLB surfaktan MES adalah 12,245. Besarnya bagian

hidrofilik dan lipofilik menentukan potensi surfaktan. Semakin tinggi nilai HLB

suatu zat, semakin hidrofilik zat tersebut. Dengan demikian, surfaktan MES bersifat

hidrofilik. Dan dari skala ukuran keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB), dapat

diketahui bahwa surfaktan MES dengan nilai HLB 12,245 dapat digunakan sebagai

detergen dan sebagai bahan pengemulsi m/a (Adamson, 1990; Martin, dkk., 1993).

Untuk melihat kemampuannya dalam menurunkan tegangan permukaan,

tegangan permukaan MES dibandingkan dengan Natrium lauril sulfat. Natrium

lauril sulfat merupakan surfaktan yang bersifat hidrofilik (nilai HLB tinggi), dan

merupakan surfaktan anionik yang biasa digunakan dalam bidang farmasi. Dari data

pengukuran tegangan permukaan Natrium lauril sulfat (dapat dilihat pada lampiran 5

halaman 45) diperoleh nilai tegangan permukaan sebesar 38,63 dyne/cm. Grafik

(49)

20.00

-2.25 -2.00 -1.75 -1.50 -1.25 -1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00

T

Gambar 12. Grafik Pengaruh Konsentrasi terhadap Tegangan Permukaan Surfaktan Natrium lauril sulfat

Grafik tegangan permukaan terhadap log C dari Natrium lauril sulfat pada

Gambar 12 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi nilai tegangan

permukaan surfaktan MES semakin menurun, hingga akhirnya konstan pada

peningkatan konsentrasi selanjutnya, dimana nilai konsentrasi misel kritis (kmk)

larutan MES adalah pada titik Log C -1,2 yaitu pada konsentrasi MES 0,07%.

Nilai tegangan permukaan dari pengukuran yang dilakukan terhadap MES

(28,3 dyne/cm dengan kmk 0,07 %) dan Natrium lauril sulfat (38,63 dyne/cm

dengan kmk 0,07%) menunjukkan hasil yang cukup jauh berbeda. Dengan demikian

dibandingkan Natrium Lauril Sulfat, MES lebih efektif dalam menurunkan tegangan

(50)

Dibandingkan dengan surfaktan lain, surfaktan MES memiliki beberapa

kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang lebih rendah memiliki daya

deterjensi yang sama, toleransi yang lebih baik terhadap air sadah, lebih ramah

lingkungan karena memiliki biodegrabilitas yang baik dan bahan baku yang dapat

diperbaharui (Hidayati, dkk. 2008).

4.3.3 Uji Kualitatif Terhadap Gugus Sulfonat

Dengan penambahan beberapa tetes pereaksi BaCl2 ke dalam larutan

surfaktan metil ester sulfonat, diperoleh endapan putih. Hal ini memnunjukkan

bahwa reaksi telah berlangsung dengan baik, dimana endapan tersebut adalah

endapan dari BaSO4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metil ester sulfonat telah

(51)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari penelitian sintesis surfaktan metil ester sulfonat dari sulfonasi metil

ester minyak jarak (Jatropha Curcas L.) dapat disimpulkan bahwa:

1. Reaksi sulfonasi pada metil ester minyak jarak (Jatropha curcas L.)

menggunakan gas SO3 dari pemanasan H2SO4 P sebagai agen pensulfonasi

menghasilkan surfaktan metil ester sulfonat (MES).

2. Surfaktan metil ester sulfonat dari minyak jarak (Jatropha curcas L.) efektif

dalam menurunkan tegangan permukaan dengan nilai 28,3 dyne/cm yang

lebih baik dibandingkan dengan surfaktan Natrium laurel sulfat dan dengan

nilai HLB sebesar 12,245 sehingga surfaktan MES bersifat hidrofilik dan

dapat digunakan sebagai detergent dan sebagai bahan pengemulsi m/a.

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji toksisitas dari

surfaktan MES ini untuk melengkapi syarat produk yang aman, berkhasiat dan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, A. W. (1990). Physical Chemistry of Surfaces. 5th Ed. New York: John & Wiley & Sons, Inc: p 538-539

Anonim1. (2010). Jathropa curcas [serial online] Diakses [24 Juli 2010]. Dikutip dari: URL: HYPERLINK: http://www.wikipedia.org/

Bangun, H., (1997). Penuntun Praktikum Formulasi Lanjutan. Medan: Laboratrium Formulasi Resep Fakultas Farmasi USU.

Brown, D.W., Floyd, A.J., dan Sainsburry, M. (1988). Organic spectroscopy. New York: John Wiley & Sons: p 41-51.

Daniel (2006). Transformasi Asam Lemak Tak Jenuh Minyak Kemiri Menjadi Surfaktan Alkanolamida Di, Tetra dan Heksahidroksi Oktadekanoat. Disertasi. Program Doktor Ilmu Kimia FMIPA USU Medan.

Depkes, (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan republik Indonesia Hal. 70-71.

Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia I. Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 139-140.

Foster, N.C., McArthur, B.W., Sheats, W.B., Shea, M.C., Trivedi, S.N. (2001). Production of Methyl Ester Sulfonates. In: Zoller, U., and Paul S., editors. Handbook of Detergents. USA; CRC Press: p 201-211

Germain, T. (2001). Sulfonated Methyl Ester. In: Friedli,F.E., editor. Detergency of Speciality Surfactants. New York: CRC Press: p 118-119.

Hambali, E., Suryani, A., Dadang, Hariyadi, Hanafie, H., Reksowardojo, I. K., Rivai, M., Ihsanur, M., Suryadarma, P., Tjitrosemito, S., Soerawidjaja, T. H., Prawitasari, T., Prakoso, T., dan Purnomo, W. (2006). Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Depok: Penebar Swadaya. Hal. 46,58.

Hanafi, Imam. (2010). Pabrik Biodiesel Beroperasi Jika Subsidi BBM Dicabut. [ Diakses 5 April 2010]; [3 screens]. Diambil dari URL: HYPERLINK http://www.antara-sumbar.com

Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J. (2003). Kimia Organik. Edisi Ke XI. Penterjemah: Suminar S Achmadi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 461-466.

(53)

Martin, A., James S., Arthur C. (1993). Farmasi Fisik. Edisi Ke III. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal. 923-945.

Nasution, Prof. Ir.Zulkifli., (2005). Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Medan. Departemen Teknologi Pertanian fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hal. 18.

Naughton, F.C. (1973). Production, Chemistry and Commercial Applications of Various Chemichals from Castor Oil. Symposium: Novel Uses of Agricultural Oils. Journal of the AmericanOil Chemists Society. 51:65-69.

Rieger, M. M., Rhein, L. D., (1997). Surfactants In Cosmetics. 2nd Edition. New York: Marcell Dekker Inc; 68: p 4-15.

Sadi, S. 1994. Gliserolisis minyak sawit dan inti sawit dengan piridin. Buletin PPKS. Vol. 2 (3). Hal. 155 – 164.

Satsuki, T. (1994). Methyl Ester Sulfonates: a surfactant based on natural fats. In: Cahn,A., editor. Proceedings of the 3rd World Conference on Detergents: global perspectives. Switzerland: The American Oil Chemists Society: p 135-137.

Schwuger & Lewandowski, (1995). α-Sulfomonocarboxylic Esters. In: Stache, H., editor. Anion surfactans: organic chemistry. New York; CRC Press: p 468-470.

Silverstein, R.M., Bassler, G.C., Morrill, T.C. (1981). Spectrometric Identification of Organic Compounds. 4th Ed. USA: John Wiley & Sons:p 95,96,173-179.

Smith,B.C. (1999). Infrared Spectral Interpretation. USA: CRC Press. p.155-158.

Stein, W. dan H. Baumann. (1975). α-Sulfonated Fatty Acids and Esters: Manufacturing Process, Properties, and Application. Journal of The American Oil Chemist’s Society. 52(9): 323

(54)
(55)

Lampiran 2. Penentuan Faktor Koreksi pada Pengukuran Tegangan Permukaan

(γ) dengan Alat Tensiometer Du Nuoy

Faktor koreksi =

(γ) air menurut literatur pada suhu 30o

(56)
(57)

Lampiran 4. Tabel Nilai HLB (Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik) dan Perhitungan Nilai HLB Surfaktan MES

Tabel Nilai HLB

Perhitungan nilai HLB Surfaktan MES

Nilai HLB = ∑{gugus-gugus hidrofilik}+ ∑{gugus-gugus lipofilik}+ 7

(58)

Nilai HLB campuran

1.) Palmitat = 13,275 x 14,8 % = 1,960 2.) Miristat = 14,225 x 0,1% = 0,014 3.) Stearat = 12,325 x 6,6 % = 0,810 4.) Oleat = 12,325 x 39,6% = 4.880 5.) Linoleat = 12,325 x 37,1 % = 4.572 6.) Palmitoleat = 13,275 x 0,7 % = 0,009 +

(59)

Lampiran 5. Data Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) Natrium Lauril Sulfat

Konsentrasi C

(% b/v) Log C

γ terbaca (dyne/cm) _

Fk γ x Fk

Γ1 γ2 γ2 γ

0.0100 -2.0000 40.0000 39.8000 39.7000 39.8333 1.0300 41.0283

0.0200 -1.6990 35.5000 35.4000 36.0000 35.6333 1.0300 36.7023

0.0300 -1.5229 32.2000 33.0000 32.8000 32.6667 1.0300 33.6467

0.0400 -1.3979 30.6000 30.8000 31.0000 30.8000 1.0300 31.7240

0.0500 -1.3010 29.4000 29.7000 29.4000 29.5000 1.0300 30.3850

0.0600 -1.2218 31.1000 31.3000 31.0000 31.1333 1.0300 32.0673

0.0700 -1.1549 30.7000 30.8000 30.7000 30.7333 1.0300 31.6553

0.0800 -1.0969 29.9000 30.1000 29.8000 29.9333 1.0300 30.8313

0.0900 -1.0458 30.3000 30.5000 30.3000 30.3667 1.0300 31.2777

0.1000 -1.0000 28.1000 27.8000 28.0000 27.9667 1.0300 28.8057

0.2000 -0.6990 30.4000 30.6000 30.3000 30.4333 1.0300 31.3463

(60)

Lampiran 6. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

(a) (b)

Keterangan : (a) Tumbuhan jarak

(61)

Lampiran 7. Biji Jarak Pagar Dengan Dan Tanpa Cangkang

(a)

(b)

(a) Biji jarak pagar (dengan cangkang)

(62)

Lampiran 8. Alat Pres

(63)

(b) (c)

(d) (e)

Keterangan gambar :

(a) Alat pres dengan kondisi terpasang (b) Kaleng tempat sample

(c) Wadah penampung minyak (d) Hidrolik

(64)

Lampiran 9. Uji Kualitatif Surfaktan MES

(a) (b)

Keterangan gambar : (a) Larutan surfaktan MES

(65)
(66)
(67)

Lampiran 12. Spektrofotometer FT-IR

(68)

Lampiran 14. Minyak Jarak, Metil Ester Asam Lemak Minyak Jarak dan Metil

Ester Sulfonat (MES)

(b)

(

(a)

(c) (d)

Keterangan: (a) minyak jarak (b) metil ester asam lemak dari jarak (c )metal ester

(69)

Lampiran 15. Flowsheet Pengepresan Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

dijemur di bawah sinar matahari hingga cangkang mudah dilepaskan daari daging bijinya

dilepas dari cangkangnya

dihaluskan dengan blender

dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit dipres dalam alat pres untuk memperoleh minyak

ditampung dalam erlenmeyer disaring

Buah jarak yang sudah berwarna hitam

Biji jarak dalam cangkangnya Kulit buah

cangkang Biji jarak

Minyak dan pengotor Ampas

(70)

Lampiran 16. Flowsheet Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari Minyak jarak

dimasukkan ke dalam labu alas leher tiga ditambah 50 ml metanol

ditambah 100 ml benzene sambil diaduk

diteteskan 2 ml H2SO4 Psecara perlahan melalui

corong penetes

direfluks selama 5 jam pada suhu 80oC

didestilasi pada suhu 80-81oC

diekstraksi dengan 100 ml n-heksan

dicuci dengan 25 ml aquadest sebanyak 2 kali

ditambah NaSO4 anhidrat

disaring

didestilasi pada suhu 34-35oC 100 ml minyak jarak

campuran

Residu pelarut

Lapisan bawah Lapisan atas

Filtrat Residu

Gambar

Tabel 1. Kandungan Kimia Biji Jarak Pagar
Tabel 2. Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar   (Hambali, 2006).
Gambar 1. Reaksi transesterifikasi
Gambar 2. Molekul surfaktan membentuk misel (a. Gugus hidrofilik dan hidrofobik surfaktan; b
+7

Referensi

Dokumen terkait

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,

Interaksi protein dedak jagung dan gum xanthan bertujuan untuk memperbaiki sifat fungsional sehingga dapat diaplikasikan dalam berbagai produk pangan.Metode penelitian meliputi

Pada aspek sosial, terdapat 16 indikator yang memiliki definisi yang hampir sama atau berulang dengan indikator lainnya sehingga indikator tersebut dieliminasi.. Misalnya,

Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang mempunyai suhu lebih rendah dalam suatu medium atau antara medium-medium yang lain yang berhubungan... Persamaan

Batasan pasar red ocean untuk packaging iklan yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan rekonstruksi untuk menciptakan batasan baru dari blue ocean.. Data-data yang

Beberapa bentuk pemeliharaan tanaman mentimun yang baik untuk dilakukan yaitu: 1) pemupukan: peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukkan manfaaat yang

Untuk mengetahui apakah variabel kebutuhan mencari variasi berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek handphone GSM dari Nokia ke Blackberry di Surabaya.. Untuk

Studi pendahuluan pada tanggal 28 April 2017 di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan wawancara dengan petugas coding yang