• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Biaya Pada Kasus Bedah Sesar Yang Menggunakan Antibiotika Profilaksis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Efektivitas Biaya Pada Kasus Bedah Sesar Yang Menggunakan Antibiotika Profilaksis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2010."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS ON THE USE OF ANTIBIOTICS FOR CESAREAN SECTION IN RSUP. HAJI

ADAM MALIK MEDAN

2010

ABSTRACT

Cesarean section is an option that is often done when the normal process of childbirth can cause complications to mother and baby. Cesarean sections are prone to bacterial contamination during surgery, so prophylactic antibiotics are recommended. Choice of antibiotic prophylaxis cesarean section varies, therefore required in terms of cost-effectiveness considerations. The purpose of this study was to determine the total cost of care and cost-effectiveness of cesarean section antibiotic prophylaxis in cases of cesarean section in RSUP H. Adam Malik Medan.

This study uses cross-sectional methods to retrieve data through medical records of patients retrospectively. Total of 9 patients undergoing elective cesarean section with 6 types of alternative use of antibiotics and 18 patients undergoing non-elective cesarean section with 12 types of alternative use of antibiotics.

Based on the calculation of Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) found that the better cost-effectiveness of antibiotic use in elective cesarean section is antibiotics multidosis between ampicilin and Gentamicin injection with oral Cefadroksil. This antibiotic effectiveness ratio is Rp 4.328.240.00. While the better cost-effectiveness on non-elective cesarean section is Cefotaxim injection with oral Cefadroksil. This antibiotic effectiveness ratio is Rp 4.789.010.00. The better effectiveness of treatment in cases of elective cesarean section is multidosis Cefotaxim antibiotics injections with Cefadroksil Gentamicin and Metronidazole oral with an average time of the wound dry of surgery in the third days and average of hospitalization days is 4.33 days. While in non-elective cesarean section is Cefotaxim injection with oral cefadroksil with an average time of the wound dry of surgery in the third days and the average days of hospitalization is 3 days.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... 1

Halaman Judul ... 2

Pengesahan Skripsi ... 3

Kata Pengantar ... 4

Abstrak ... 6

Abstract ... 7

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL ... 11

DAFTAR GAMBAR ... 13

DARTAR LAMPIRAN ... 14

BAB I PENDAHULUAN ... 15

1.1 Latar Belakang ... 15

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 17

1.3 Perumusan Masalah ... 18

1.4 Hipotesis ... 19

1.5 Tujuan ... 19

1.6 Manfaat ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20

2.1 Bedah Sesar ... 20

2.1.1 Indikasi Bedah Sesar ... 20

2.1.2 Jenis Bedah Sesar ... 21

(3)

2.2.1 Defenisi Antibiotik ... 22

2.2.2 Penggolongan Antibiotik ... 22

2.2.3 Prinsip Penggunaan Antibiotik ... 23

2.2.4 Antibiotik Profilaksis ... 24

2.2.5 Antibiotik Bedah Sesar ... 27

2.3 Farmakoekonomi ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

2.1.1 Lokasi Penelitian ... 36

2.1.2 Waktu Penelitian ... 36

3.2 Sampel ... 36

3.3 Pengumpulan Data ... 37

3.4 Pengolahan Data ... 38

3.5 Analisis Data ... 38

3.6 Defenisi Operasional ... 38

3.7 Langkah-langkah Penelitian ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Jenis Antibiotik yang Digunakan ... 40

4.2 Efektivitas Pengobatan ... 42

4.3 Biaya Langsung Medis ... 46

4.3.1 Biaya Langsung Medis Pada Kasus Bedah Sesar Elektif ... 46

4.3.2 Biaya Langsung Medis Pada Kasus Bedah Sesar Non-elektif ... 50

(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jenis penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar

elektif dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan ... 41 Tabel 4.2 Jenis penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar

Non-elektif dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan .... 42 Tabel 4.3 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar elektif

berdasarkan rata-rata waktu kering luka operasi dan rata-

rata hari rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan ... 45 Tabel 4.4 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar non-elektif

berdasarkan rata-rata waktu kering luka operasi dan rata-

rata hari rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan ... 46

Tabel 4.5 Hasil perhitungan biaya kelas perawatan pasien pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam

Malik Medan ... 47

Tabel 4.6 Hasil perhitungan biaya laboratorium pasien pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam

Malik Medan ... 48

Tabel 4.7 Hasil perhitungan biaya tindakan medis pasien pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam

Malik Medan ... 49 Tabel 4.8 Hasil perhitungan biaya obat pasien pada kasus

bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan ... 50 Tabel 4.9 Total biaya langsung pasien pada kasus bedah sesar

elektif RSUP H. Adam Malik Medan ... 50

Tabel 4.10 Hasil perhitungan biaya kelas perawatan pasien pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam

Malik Medan ... 51 Tabel 4.11 Hasil perhitungan biaya laboratorium pasien

pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H.

Adam Malik Medan ... 52 Tabel 4.12 Hasil perhitungan biaya tindakan medis pasien

pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam

(6)

Tabel 4.13 Hasil perhitungan biaya obat pasien pada kasus bedah

sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan ... 54

Tabel 4.14 Total biaya langsung pasien pada kasus bedah

sesar elektif RSUP H. Adam Malik Medan ... 55

Tabel 4.15 Perbandingan efektivitas biaya pasien yang

menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah

sesar elektif diRSUP H. Adam Malik Medan ... 56

Tabel 4.16 Perbandingan efektivitas biaya pasien yang

menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data pasien dan efektivitas pengobatan pasien bedah sesar elektif dirawat inap RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 61 Lampiran 2 Data pasien dan efektivitas pengobatan pasien bedah

sesar non-elektif dirawat inap RSUP Haji

Adam Malik Medan ... 62 Lampiran 3 Efektivitas biaya pasien bedah sesar elektif

dirawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan ... 64 Lampiran 4 Efektivitas biaya pasien bedah sesar non-elektif

dirawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan ... 65 Lampiran 5 Perhitungan total biaya langsung medis pada kasus

bedah sesar elektif dirawat inap RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 67 Lampiran 6 Perhitungan total biaya langsung medis pada kasus

bedah sesar non-elektif dirawat inap RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 69

Lampiran 7 Data dan biaya penggunaan obat pada kasus bedah sesar elektif dirawat inap RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 73

Lampiran 8 Data dan biaya penggunaan obat pada kasus

bedah sesar non-elektif dirawat inap RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 83

Lampiran 9 Daftar biaya rawat inap pasien bedah sesar RSUP

Haji Adam Malik Medan ... 95 Lampiran 10 Contoh faktur paket obat pasien rawat inap

kasus bedah sesar di RSUP Haji Adam

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, T.M. (1990). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Penerbit Rajawali Press. Halaman 20.

Benson, Ralph C., dan Martin, L. Pernoll. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Nine Edition. Jakarta: EGC. Halaman 463-465.

Grace. (2007). Gambaran Pelaksanaan Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) dan Kejadian Infeksi di Ruang Mawat I RSUD Dr. Moewardi.

Diakses tanggal 9 Desember 2011

Hopskin, L., dan Smaill, F. (2003). Antibiotic Prophylaxis Regimens and Drugs for Cesarean Section.

Diakses tanggal 23 November 2011

Iwan, D. (1995). Penggunaann Antibiotik Rasional. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi UGM.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta. Halaman 27, 37.

Phillips, Ceri. (2009). What is Cost-Effectiveness.

Diakses tanggal 10 Oktober 2011

Porreco, R.P dan Thorp, J.A. (1996). The Cesarean Birth Epidemic: Trends, Causes, and Solution. Obstet Gynecol. Halaman 175, 369-374

Potter, 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ramali, A. dan Pamoentjak. (2005). Kamus Kedokteran. Cetakan kedua puluh enam. Jakarta: Penerbit Djambatan. Halaman 99, 292.

Roeshadi, Haryono. (2006). Sulbaktam/Ampisilin Sebagai Antibiotik Profilaksis Pada SC Elektif di RSIA Rosiva Medan.

Diakses tanggal 23 November 2011

Smaill, F., dan Hofmeyr, G.J. (2007). Antibiotic Prophylaxis For Cesarean Section.

(10)

Suparyanto. (2011). Infeksi Luka Operasi Diakses tanggal 23 November 2011

Tjiptoherijanto P. dan Soesetyo, B. (2008), Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 1, 29.

Trisna, Y. (2010). Aplikasi Farmakoekonomi.

Diakses tanggal 10 Oktober 2011

Wikipedia. (2010). Bedah sesar

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bedah sesar adalah proseirisan di

umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui memungkinkan karena berisiko komplikasi medis lainnya

kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi (Wikipedia, 2010).

Angka persalinan bedah sesar meningkat sejak tahun 1980. Pada tahun 1981 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta meningkat dari 15,35% menjadi 23,23% pada tahun 1986. Peningkatan ini juga terjadi di seluruh dunia. Di Amerika

Serikat angka kejadian bedah sesar meningkat dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan saat ini mencapai 24-30%. Peningkatan ini disebabkan

teknik dan fasilitas operasi bertambah baik, operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik, kenyamanan pasca operasi dan lama rawat yang bertambah pendek (Haryono, 2006). Di Indonesia juga terjadi peningkatan bedah

sesar, dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%,

tahun 2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace, 2007).

(12)

sepsis karena luka). Komplikasi lebih banyak terjadi setelah bedah sesar darurat (kira-kira 25%) dibanding bedah sesar elektif (kira-kira 5%) (Benson, 2009).

Penggunaan suatu jenis antibiotik profilaksis telah terbukti secara

meyakinkan dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi, sehingga penggunaannya dianjurkan secara luas dalam praktik karena betapa bersihnya

operasi dilakukan, kuman selalu dapat menemukan luka operasi. Antibiotik profilaksis bedah didefinisikan sebagai antibiotik yang diberikan kepada penderita sebelum adanya tanda dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya

manifestasi klinik infeksi tersebut yang diduga akan/bisa terjadi (Iwan, 1995). Penggunaan antibiotik profilaksis bedah sesar di rumah sakit sangat

bervariasi, bahkan saat ini penggunaan penicillin, ampicillin, ticarcillin, mezlocillin, piperacillin, imipenam, metronidazole, clindamycin, gentamicin, tobramycin, cefazolin, cephalothin, ceforanide, cefonicid, cefuroxime,

ceftazidime, cefoxitin, cefamandole, cephradine, cefotetan dan cefotaxime telah terbukti efektif sebagai antibiotik profilaksis (Hopkins dan Smaill, 2003).

Perbedaan harga dari jenis antibiotik profilaksis akan mengakibatkan perbedaan besar biaya obat yang akan ditanggung oleh pasien. Dibandingkan dengan persalinan pervaginam, biaya bedah sesar jauh lebih tinggi. Di Amerika

serikat biaya bedah sesar lebih kurang 2-2,5 kali biaya persalinan pervaginam. Sedangkan di Medan lebih kurang 2,5-3 kali biaya persalinan pervaginam. Salah

(13)

gambaran besar biaya antibiotik yang digunakan pada kasus bedah sesar sehingga dapat dipilih alternatif mana yang lebih cost effective.

Analisis cost effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana

yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan

(Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008).

Hasil akhir perhitungan cost effectiveness dapat juga berupa cost effectiveness average ratio (CEA ratio) yaitu rasio antara perkiraan biaya

program/kegiatan tertentu dengan jumlah efek atau hasil (out put). Jadi, keputusan akhir dalam memilih antara alternatif kegiatan adalah dengan membandingkan

cost effectiveness average ratio (CEA ratio) dari tiap-tiap kegiatan (Phillips, 2009).

1.2Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas pengobatan dan efektivitas biaya penggunaan antibiotik profilaksis pada kasus bedah sesar di RSUP H. Adam

(14)

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.1. Skema yang menggambarkan kerangka pikir penelitian.

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi variabel terikat. Pada penelitian

ini variabel bebas adalah:

a. jumlah total biaya langsung medis berupa biaya kelas perawatan, biaya

laboratorium, biaya tindakan medis dan biaya obat. b. lama hari rawat inap

c. waktu kering luka operasi

d. adanya tanda infeksi pasca bedah berupa purulent (nanah), peningkatan drainase (pengaliran genangan cairan dari dalam luka), nyeri, kemerahan dan

bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

Variabel terikat adalah yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini

variabel terikat adalah efektivitas biaya dan efektivitas pengobatan. 1.3Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah:

a. apakah ada perbedaan efektivitas pengobatan antara pasien pengguna antibiotik yang menjalani bedah sesar.

Jumlah total biaya langsung Efektivitas biaya

Lama hari rawat inap

Efektivitas pengobatan Infeksi pasca bedah

(15)

b. apakah ada perbedaan efektivitas biaya antara pasien pengguna antibiotik yang menjalani bedah sesar.

1.4Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. ada perbedaan efektivitas pengobatan diantara pasien pengguna antibiotik

yang menjalani bedah sesar.

b. ada perbedaan efektivitas biaya diantara pasien pengguna antibiotik yang menjalani bedah sesar.

1.5Tujuan

1.5.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada operasi bedah sesar di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dan menentukan jenis antibiotik mana yang mempunyai efektivitas biaya

yang lebih baik. 1.5.2Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. mengetahui total biaya langsung yang dikeluarkan setiap pasien selama menjalani perawatan.

b. mengetahui antibiotik mana yang efektivitas biayanya lebih baik pada kasus bedah sesar.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah memberikan berbagai alternative pilihan antibiotik dengan efektivitas biaya yang lebih baik pada kasus

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bedah Sesar

Bedah sesar disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu

(laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah sesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan

pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, anak, anestesi serta bidan (Wikipedia, 2011).

2.1.1 Indikasi Bedah Sesar

Dokter spesialis akan menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran normal kemungkinan akan menyebabkan resiko kepada sang ibu atau si bayi.

Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:

• proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal

(distosia)

• detak jantung janin melambat (fetal distress)

• adanya kelelahan persalinan

• komplikasi pre-eklamsia

• ibu menderita herpes

• putusnya tali pusar

• resiko luka parah pada rahim

(17)

• bayi dalam posisi sungsang atau menyamping

• kegagalan persalinan dengan induksi

• kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)

• bayi besar (makrosomia- berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)

• masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir)

• kontraksi pada pinggul

• kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)

2.1.2 Jenis Bedah Sesar

Ada beberapa jenis bedah sesar, diantaranya: • Jenis klasik

Yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Jenis ini sudah jarang

dilakukan karena sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi. • Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih

Metode ini sangat umum dilakukan karena meminimalkan resiko terjadiya pendarahan dan penyembuhan yang lebih cepat.

• Histerektomi Caesar

Yaitu bedah sesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan

dalam kasus-kasus dimana pendarahan sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

• Bedah sesar ekstraperitoneal

(18)

Bedah ini dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalani bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.

2.2 Antibiotik

2.2.1. Definisi antibiotik

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain (Anonim,

2008).

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif

tidak toksik untuk hospes (Ganiswara dkk., 2001). 2.2.2. Penggolongan antibiotik

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum aktifitasnya dapat di golongkan sebagai berikut (Siswandono dan Sukardjo, 1995):

1). Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap Gram-positif maupun

Gram-negatif. Contoh: turunan tetrasiklin, turunan aminoglikosida, turunan makrolida, rifampisin, beberapa turunan penisilin, seperti ampisilin,

amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin dan tikarsilin, dan sebagian besar turunan sefalosporin.

2). Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-positif.

Contoh: basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, seperti benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na,

(19)

3). Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-negatif Contoh: kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin.

4). Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae

(antituberkulosis). Contoh: streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin dan kapreomisin.

5). Antibiotik yang aktif terhadap jamur (antijamur). Contoh: griseofulvin dan antibiotik polien, seperti nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.

6). Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker). Contoh: aktinomisin,

bleomosin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin, dan mitramisin. 2.2.3. Prinsip penggunaan antibiotik

Prinsip penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama yaitu:

1). Penyebab infeksi

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak

mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera. Pemberian antibiotik dapat segera dimulai

setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman.

2). Faktor pasien

Di antara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain fungsi ginjal dan fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap

(20)

2.2.4. Antibiotik profilaksis

Antibiotik diberikan sebelum operasi atau segera saat operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda nyata adanya infeksi. Diharapkan

saat operasi jaringan target sudah mengandung kadar antibiotik tertentu yang efektif untuk menghambat pertumbuhan kuman atau membunuh kuman (Saifudin,

2008). Suatu tindakan obstetrik (seperti bedah sesar atau pengeluaran plasenta secara manual) dapat meningkatkan risiko seorang ibu terkena infeksi. Resiko ini dapat diturunkan dengan (Saifudin, 2008):

1). Mengikuti petunjuk pencegahan infeksi yang dianjurkan. 2). Menyediakan antibiotik profilaksis pada saat tindakan.

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaan–keadaan berikut (Anonim฀,2008):

a. Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu.

b. Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia, misalnya ekstrasi gigi, pembedahan dan lain–lain.

c. Untuk kasus bedah, profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah. Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah infeksi. Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi, pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat. Pemberian

antibiotik profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan, jika memungkinkan, akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada

(21)

sebaiknya diberikan sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan. Satu kali dosis pemberian antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24

jam dalam mencegah infeksi (Saifudin, 2008).

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Saifudin, 2008):

1. Sesuai dengan peta medan mikroba patogen terbanyak pada kasus yang bersangkutan.

2. Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko resistensi kuman

3. Memiliki toksisitas rendah

4. Memiliki potensi sebagai bakterisidal 5. Harga terjangkau

Dilihat dari waktu saat pemberian antibiotik profilaksis pada umumnya 30 – 60 menit sebelum operasi, secara praktis umumnya diberikan pada saat induksi

anestesi. Pada bedah sesar, untuk menghindari masuknya antibiotik pada janin, antibiotik dapat diberikan segera setelah penjepitan tali pusat (Saifudin, 2008). Lama penggunaan antibiotik yang digunakan untuk keperluan profilaksis pada

umumnya memiliki waktu paruh yang pendek ( 1- 2 jam). Oleh karena itu, pemakaian antibiotik harus diulang apabila operasi telah berlangsung 1 jam atau

lebih. Namun, pada penelitian lain didapatkan slow clearance antibiotik pada saat operasi. Sefuroksim yang memiliki waktu paruh 1 – 2 jam, dapat bertahan sampai 2 – 4 jam sehingga dengan pemberian tunggal tampaknya konsentrasi antibiotik

(22)

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna. Dosis tambahan pasca operasi akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat, merangsang

timbulnya kuman resisten, dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin, 2008).

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak, antibiotik harus diberikan dalam dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik. Pada jaringan operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 – 4 kali konsentrasi hambatan

minimal, sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi (Saifudin, 2008).

Pemberian antibiotik pada bedah sesar dianjurkan segera setelah penjepitan tali pusat untuk menghindari masuknya antibiotik pada janin. Namun, sebagian konsekuensinya harus digunakan dosis 2 kali lipat jika dibandingkan dengan

apabila diberikan sebelum operasi. Hal ini disebabkan oleh hal – hal berikut (Saifudin, 2008):

1) Diperlukan segera tercapai konsentrasi antibiotik yang cukup untuk menghambat pertumbuhan kuman di jaringan operasi.

2). Pada saat bedah sesar terjadi pendarahan yang cukup banyak sehingga

konsentrasi antibiotik akan cepat turun.

3). Pemberian dosis ulangan hanya atas pendarahan >1500 ml atau operasi

(23)

2.2.5. Antibiotik bedah sesar

Agar diperoleh aturan yang jelas dalam penelitian antibiotik yang digunakan, maka diperlukan suatu standard yang dapat digunakan sebagai acuan

untuk mendasari semua tindakan medik yang dilakukan.

Tabel 1. Standard Pedoman Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah Sesar menurut Departement of Reproductive Health dan Research (RHR), World Health Organization (WHO) tahun 2003.

Penyakit dan tindakan Rekomendasi Waktu pemberian Dosis Bedah sesar Ampisilin Setelah tali pusat dipotong 2 gram (iv)

Sefazolin Setelah tali pusat dipotong 1 gram (iv)

1. Antibiotik penisilin

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan

menghasilkan efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga sebagai persisters, praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin, kalaupun ada

pengaruhnya hanya bakteriostatik (Ganiswara dkk., 2001). Ampisilin termasuk golongan antibiotik penisilin yang berspektrum luas. Ampisilin aktif terhadap

organisme Gram positif dan Gram negatif tertentu, tapi di inaktivasi oleh penisilinase, termasuk yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan basilus

Gram negatif yang umum seperti Escherichia coli (Anonim฀, 2008).

2. Antibiotik sefalosporin

Sefalosporin termasuk golongan antibiotik betalaktam. Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang secara tidak

(24)

yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi keempat (Tjay dan Rahardja, 2002).

a). Sefalosporin generasi pertama:

Terutama aktif terhadap kuman Gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar staphylococcus aureus dan streptococcus termasuk streptococcus

pyogenes, streptococcus viridans dan streptococcus pneumoniae. Bakteri Gram positif yang juga sensitif adalah streptococcus anaerob, clostridium perfringens, listeria monocytogenes dan corynebacterium diphteria. Kuman ini resisten antara

lain MRSA, staphylococcus epidermidis dan streptococcus faecalis. Obat ini di indikasikan untuk infeksi saluran kemih yang tidak memberikan respon terhadap

obat lain atau yang terjadi selama hamil, infeksi saluran napas, sinusitis, infeksi kulit danjaringan lunak (Anonim฀, 2008).

b). Sefalosporin generasi kedua:

Di bandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri Gram positif, tapi lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif, misalnya Hemophilus influenzae, Pr. Mirabilis, Escherichia coli dan klebsiella.

Golongan ini tidak efektif terhadap psedomonas aeruginosa dan enterokokus. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob. Sefuroksim dan sefamandol lebih tahan

terhadap penisilinase dibandingkan dengan generasi pertama dan memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap Hemophilus influenzae dan N. Gonorrhoeae

(Anonim฀, 2008).

c). Sefalosporin generasi ketiga:

(25)

Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Seftazidim aktif terhadap pseudomonas dan beberapa kuman Gram negatif lainnya. Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosporin yang lain,

sehingga cukup diberikan satu kali sehari (Anonim฀, 2008).

d). Sefalosporin generasi keempat:

Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini sangat resisten terhadap laktamase;

sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas (Tjay dan Rahardja, 2002). Sefepim merupakan satu-satunya sefalosporin generasi keempat yang digunakan

di Amerika Serikat. Ini telah meningkatkan aktifitas melawan spesies enterobakter dan sitrobakter yang resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga. Sefepim mempunyai aktivitas yang sebanding dengan seftasidim melawan P. aeruginosa.

Aktifitasnya melawan Streptococcus dan Stafilococcus yang peka nafsilin lebih besar dari pada seftasidim dan sebanding dengan generasi ketiga yang lain

(Jawetz dkk., 2001). 2.3 Farmakoekonomi

Farmakoekonomi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi,

mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternatif terbaik. Evaluasi

farmakoekonomi memperkirakan harga dari produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut pandang. Tujuan dari farmakoekonomi diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama

(26)

Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu menetapkan masalah, identifikasi alternatif intervensi, menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan

mengukur outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan pengambilan kesimpulan.

Data farmakoekonomi dapat merupakan alat yang sangat berguna dalam membantu membuat beberapa keputusan klinik, seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan pasien secara individual, kebijakan pengobatan dan

alokasi dana (Vogenberg, 2001).

Metode evaluasi farmakoekonomi terdiri dari lima macam yaitu Cost- Analysis (CA), Cost-Minimization Analysis (CMA), Cost-Effectiveness Analysis

(CEA), Cost-Utility Analysis (CUA), Cost-Benefits Analysis (CUA) (Dipiro et al., 2005).

a. Cost Analysis (CA)

Cost-Analysis, yaitu tipe analisis yang sederhana yang mengevaluasi

intervensi-intervensi biaya. Cost-Analysis dilakukan untuk melihat semua biaya dalam pelaksanaan atau pengobatan, dan tidak membandingkan pelaksanaan, pengobatan atau evaluasi efikasi (Tjandrawinata, 2000). Menurut Trisnantoro

(2005) adanya tiga syarat mutlak yang harus dilakukan, sebelum analisis biaya dilakukan, yaitu: struktur organisasi rumah sakit yang baik, sistem akuntansi yang

(27)

1) Biaya Langsung (direct cost) merupakan biaya yang melibatkan proses petukaran uang untuk penggunaan sumber. Kaitannya dengan pertukaran uang, misalnya pasien diberi obat, maka pasien tersebut harus membayarnya

dengan sejumlah uang tertentu. Contoh biaya langsung adalah biaya obat, biaya operasional (upah untuk dokter dan perawat, sewa ruangan, pemakaian

alat, dan lainnya), dan biaya lain-lain (seperti: bonus, subsidi, sumbangan). 2) Biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya yang tidak melibatkan

proses pertukaran uang untuk penggunaan sumber karena berdasarkan

komitmen. Contohnya adalah biaya untuk hilangnya produktivitas (tidak masuk kerja, upah), waktu (biaya perjalanan, menunggu), dan lain-lain

(seperti biaya untuk penyimpanan, pemasaran, dan distribusi).

3) Biaya tak teraba (intangible cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk hal-hal yang tak teraba, sehingga sukar diukur. Biaya ini bersifat psikologis,

sukar dijadikan nilai mata uang. Contohnya adalah biaya untuk rasa nyeri atau penderitaan, cacat, kehilangan kebebasan, dan efek samping.

4) Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume keluarnya (output). Jadi biaya ini tidak berubah meskipun ada peningkatan atau penurunan output, kecuali untuk gaji berkala. Contohnya

adalah gaji PNS (pegawai Negeri Sipil), sewa ruangan, dan ongkos peralatan. 5) Biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang dipengaruhi oleh

(28)

6) Biaya rata-rata (average cost) merupakan biaya konsumsi sumber per unit output. Jadi hasil pembagian dari biaya total dengan volume atau kuantitas output. Biaya rata-rata adalah total biaya dibagi jumlah kuantitas output.

7) Marginal cost merupakan perubahan total biaya hasil dari bertambah atau berkurangnya unit dari output.

8) Opportunity cost merupakan besarnya biaya sumber pada saat nilai tertinggi dari penggunaan alternatif. (Trisnantoro, 2005)

b. Cost-Minimization Analysis (CMA)

Cost-Minimization Analysis adalah tipe analisis yang menentukan biaya program terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis

ini digunakan untuk menguji biaya relative yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh. Suatu kekurangan yang nyata dari analisis cost-minimization yang mendasari sebuah analisis adalah pada asumsi

pengobatan dengan hasil yang ekivalen. Jika asumsi tidak benar dapat menjadi tidak akurat, pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis

cost-minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama (Orion, 1997). Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan antibiotika generik dengan paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi sama),

yang berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001).

c. Cost-Effectiveness Analysis (CEA)

Analisis cost-effectiveness adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu intervensi dengan beberapa ukuran nonmoneter, dimana pengaruhnya

(29)

satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit

cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau

pengambil keputusan (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 1994).

Dalam menganalisis suatu penyakit, analisis cost-effectiveness berdasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat

dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah. Analisis cost effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke

dalam rasio pada obat yang dibandingkan (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 1994). Dalam studi farmakoekonomi untuk menginterpretasikan dan melaporkan hasil dapat diwujudkan kedalam bentuk rasio efektivitas, yaitu average

cost-effectiveness ratio (ACER) dan incremental costeffectiveness ratio (ICER). Apabila suatu intervensi memiliki average cost-effectiveness ratio (ACER) paling

rendah per unit efektivitas, maka intervensi tersebut paling cost-effective, sedangkan incremental costeffectiveness ratio (ICER) merupakan tambahan biaya untuk menghasilkan satu unit peningkatan outcome relatif terhadap alternative

intervensinya (Spilker, 1996). d. Cost-Utility Analysis (CUA)

Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility beban lama hidup, menghitung biaya per utility, mengukur ratio untuk membandingkan diantara beberapa program. Analisis cost-utility mengukur nilai

(30)

analisis cost-effectiveness, cost-utility analysis membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan (Orion, 1997).

Dalam cost-utility analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya

ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai QALYs, sebagai contoh jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1

(satu). Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status

tingkat kesehatan pasien (Orion, 1997). e. Cost-Benefits Analysis (CBA)

Analisis Cost-Benefit adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat

suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk alokasi bahan-bahan

jika keuntungan ditinjau dari perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah (Orion, 1997).

Merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter, dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan

kesehatan. Dapat digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif dan sulit dilakukankarena mengkonversi benefit kedalam nilai

(31)

analysis adalah alternatif mana yang harus dipilih diantara alternatif-alternatif yang dapat memberikan manfaat atau benefit yang paling besar (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 1994).

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu penelitian dengan menggunakan data yang lalu (Notoatmodjo, 2010).

Bahan dan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari catatan medis/rekam medis, faktur penggunaan obat dan informasi dari instalasi Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) untuk mengetahui biaya setiap tindakan yang diterima oleh pasien bedah sesar di Instalasi Rawat Inap Bagian Obgin RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2010.

Ruang lingkup penelitian ini adalah pasien yang menjalani bedah sesar dan menggunakan antibiotik. Perhitungan biaya ditinjau dari sisi konsumen terhadap

biaya langsung medis (direct medical cost) yang dikeluarkan selama rawat inap. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. 3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011-Desember 2011. 3.2 Sampel

(33)

Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang dapat diikutsertakan ke dalam penelitian. Yang termasuk dalam kriteria inklusi adalah:

a. pasien yang menjalani bedah sesar di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2010-Desember 2010

b. pasien yang menjalani bedah sesar dinyatakan sembuh/dapat pulang oleh dokter

Kriteria eksklusi:

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan. Yang menjadi kriteria

eksklusi adalah:

a. pasien yang menjalani bedah sesar dengan penyakit penyulit

b. data status pasien yang tidak lengkap, hilang dan tidak jelas terbaca

c. pasien yang pulang dengan status PAPS (pulang atas permintaan sendiri) dan pasien yang dipulangkan paksa oleh pihak RSUP H. Adam Malik Medan

3.3 Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, yaitu data yang diperoleh dari dokumen berupa rekam medik dan faktur penggunaan obat. Berdasarkan

derajat sumbernya, data dalam penelitian ini adalah data sekunder (Amirin, 1990). Proses pengumpulan data dimulai dari observasi laporan di bagian Rekam

Medik secara retrospektif untuk kasus bedah sesar pada tahun 2010. Data yang diperlukan dicatat pada lembar pengumpul data, meliputi nomor rekam medik, nama pasien, umur, lama perawatan, antibiotik yang digunakan (jenis, jumlah,

(34)

antibiotik, biaya tindakan, biaya rawat inap, biaya obat lain, dan biaya total perawatan).

3.4 Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Exel dan disajikan dalam bentuk Tabel.

3.5 Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif. Besarnya biaya dihitung untuk memperoleh ada atau tidaknya perbedaan efektivitas biaya pada

pasien yang menjalani bedah sesar. Analisis efektivitas biaya dihitung melalui rasio efektivitas dengan rumus:

Rasio efektivitas = total biaya langsung

jumlah efek /hasil 3.6 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Bedah sesar elektif adalah proses persalinan melalui pembedahan yang telah direncanakan lebih dahulu waktu pembedahannya.

b. Bedah sesar non elektif adalah proses persalinan melalui pembedahan tanpa lebih dahulu direncanakan kapan dilakukan pembedahan, termasuk dalam hal ini adalah keadaan darurat.

c. Dinyatakan sembuh apabila luka operasi telah kering yang diketahui setelah pasien menjalani GV (ganti verban) dan dinyatakan pulang oleh

dokter.

d. Lama hari rawat inap adalah waktu yang diperlukan pasien dalam pengobatan bedah sesar sampai dinyatakan sembuh oleh dokter dan

(35)

e. Jumlah total biaya langsung medis adalah jumlah seluruh biaya yang harus dikeluarkan pasien selama menjalani pengobatan meliputi biaya kelas perawatan, biaya laboratorium, biaya tindakan medis (biaya operasi, infus,

pasang kateter, ganti verban) dan biaya obat.

f. Efektivitas biaya adalah total biaya yang harus dikeluarkan pasien selama

menjalani pengobatan sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. 3.7 Langkah-langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilaksanakan:

a. meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk mendapatkan izin penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. menghubungi direktur RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. melaksanakan penelitian dibagian Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan, dengan mengambil data periode Januari 2010-Desember 2010

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari Bagian Rekam Medik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010-Desember 2010 diperoleh data bahwa kasus

bedah sesar dibagi atas dua, yaitu bedah sesar elektif dan bedah sesar non-elektif. Data seluruh pasien yang menjalani bedah sesar baik elektif maupun non-elektif dan dirawat inap di Bagian Obgin sebanyak 41 orang. Yang memenuhi kriteria

inklusi sebanyak 27 orang sedangkan 14 orang tidak memenuhi syarat sebagai subjek (eksklusi), sehingga total subjek yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 27 orang yang terdiri dari 9 pasien menjalani bedah sesar elektif dan 18 pasien menjalani bedah sesar non-elektif. Dalam penelitian ini tidak membandingkan efektivitas pengobatan dan efektivitas biaya antara bedah sesar

elektif dengan bedah sesar non-elektif. 4.1 Jenis Antibiotik yang digunakan

Pada kasus bedah sesar yang diteliti dirawat inap obgin RSUP H. Adam Malik Medan semua pasien menggunakan antibiotik profilaksis. Pada penelitian ini antibiotik yang diteliti adalah antibiotik profilaksis yang pemberiannya

sesudah operasi. Antibiotik diberikan secara injeksi intravena (iv) 2 sampai 3 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian secara oral 5 sampai 7 hari. Pemilihan

(37)

profilaksis. Jenis penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar elektif dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar elektif dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik Jumlah

(Injeksi-Oral) Pasien

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 2

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 1

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 1

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 3

5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 1

6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 1

Total 9

Keterangan:

a. Ampi : Ampicillin g. Amoks : Amoksilin

b. Genta : Gentamisin h. Ceftri : Ceftriakson c. Cipro : Ciprofloksasin i. (+) : Kombinasi

d. Metro : Metronidazol j. (-) : Pembeda injeksi dengan oral

e. Cefo : Cefotaksim k. Inj : Injeksi

f. Cefa : Cefadroksil l. Inf : Infus

Hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan juga menunjukkan variasi penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar non-elektif. Diperoleh data bahwa pada bedah sesar non-elektif dengan jumlah pasien 18 orang terdapat 12 alternatif

penggunaan antibiotik. Banyaknya alternatif penggunaan antibiotik pada bedah sesar elektif dan non-elektif disebabkan seluruh antibiotik ini memang telah terbukti efektif sebagai antibiotik profilaksis ((Hopkins dan Smaill, 2003). Jenis

(38)

Tabel 4.2 Jenis penggunaan antibiotik pada pasien bedah sesar non-elektif dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik Jumlah

(Injeksi-Oral) Pasien

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 1

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 1

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 1

4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 1

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 1

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 3

7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 2

8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 3

9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 1

10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 1

11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) 1

12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 2

Total 18

Keterangan:

a. Ampi : Ampicillin g. Amoks : Amoksilin

b. Genta : Gentamisin h. Ceftri : Ceftriakson c. Cipro : Ciprofloksasin i. (+) : Kombinasi

d. Metro : Metronidazol j. (-) : Pembeda injeksi dengan oral

e. Cefo : Cefotaksim k. Inj : Injeksi

f. Cefa : Cefadroksil l. Inf : Infus

4.2 Efektivitas Pengobatan

Pada penelitian ini efektivitas pengobatan dinilai berdasarkan lamanya hari rawat inap hingga pasien dinyatakan sembuh oleh dokter, lama waktu kering luka

operasi dan adanya tanda-tanda infeksi setelah operasi. Seperti diketahui invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala infeksi sering muncul dalam 2–7 hari setelah pembedahan

berupa adanya purulent (nanah, cairan radang yang terdiri dari leukosit), peningkatan drainase (pengaliran genangan cairan dalam luka dengan

(39)

Pada penelitian ini tanda gejala infeksi yang dapat dinilai berdasarkan pengamatan pada rekam medik adalah peningkatan suhu, hal ini disebabkan tidak ada data mengenai purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak

sekeliling luka serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan ada atau tidak ada peningkatan jumlah sel darah putih. Tidak ada data mengenai gejala

infeksi ini disebabkan pasien kasus bedah sesar elektif dan non-elektif tidak menunjukkan tanda infeksi pasca operasi sesar. Sedangkan perubahan suhu selain merupakan vital sign yang harus selalu diukur dan ditulis direkam medik juga

merupakan salah satu tanda gejala infeksi. Karena harus ditulis maka data mengenai perubahan suhu pasti terdapat di rekam medik. Kenaikan suhu tubuh

lebih dari 380

Berdasarkan pengamatan pada rekam medik pasien yang menjalani bedah sesar periode Januari 2010-Desember 2010, maka hanya ada satu pasien dengan

nomor rekam medik 00.43.33.16 yang mengalami penigkatan suhu tubuh. Suhu tubuh pasien pada hari ke-1 setelah operasi adalah 36

C menunjukkan adanya gejala infeksi (Roeshadi, 2006).

0

C dan meningkat pada hari

ke-2 sampai pada hari ke-3 dengan suhu 38,2 0

Suhu tubuh kembali normal 36,5

C. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi sebagai akibat dari fase penyembuhan luka operasi pasca bedah. Secara normal, luka akan mengalami inflamasi pada hari ke-2 sampai hari ke-3 pasca

bedah (Potter, 2006). Pada fase inflamasi biasanya didapati demam (Sjamsuhidajat, 2003).

0

C pada hari ke-4 disebabkan selain pemberian parasetamol juga karena pasien telah melewati waktu kritis penyembuhan luka antara 24 sampai 72 jam setelah pembedahan (pasien telah

(40)

kritis ini, maka pasien kemungkinan terkena infeksi pasca operasi karena infeksi terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6 setelah pembedahan (Potter, 2006).

Berdasarkan uraian diatas maka pada kasus bedah sesar elektif dan

non-elektif tidak terdapat pasien yang mengalami infeksi pasca operasi, sehingga efektivitas pengobatan dinilai berdasarkan rata-rata waktu kering luka operasi dan

rata-rata lama hari rawat inap.

Pengobatan yang lebih efektif dinilai berdasarakan kecepatan waktu kering luka operasi (≤ 72 jam setelah operasi) dan rata-rata lama hari rawat inap. Waktu

kritis penyembuhan luka adalah 24 sampai 72 jam setelah pembedahan (Potter, 2006). Penggunaan antibiotik profilaksis telah terbukti efektif mencegah infeksi

dengan membunuh bakteri penyebab infeksi (Iwan, 2008). Rata-rata waktu kering luka operasi pada hari ke-3 menunjukkan penggunaan antibiotik ini lebih efektif karena waktu kering luka operasi tidak lebih dari 72 jam sedangkan jika lebih dari

72 jam kemungkinan kurang efektif karena setelah melewati waktu kritis penyembuhan luka maka akan ada kemungkinan luka mengalami infeksi,

biasanya infeksi terjadi 3-6 hari setelah pembedahan (Potter, 2008).

Waktu kering luka operasi pasien yang paling cepat adalah pasien yang menggunakan Ampicilin+Gentamisin injeksi dengan Amoksilin oral, Ampicilin+

Gentamisin injeksi dengan Cefadroksil oral dan pasien yang menggunakan Cefotaxim+Gentamisin dengan Cefadroksil+Metronidazol oral dengan rata-rata

waktu kering luka operasi pada hari ke-3 dengan demikian penggunaan antibiotik ini lebih efektif karena waktu kering luka operasi tidak lebih dari 72 jam sedangkan 3 jenis penggunaan antibiotik lainnya kemungkinan kurang efektif

(41)

Pada penelitian ini pasien dinyatakan sembuh dan dapat pulang apabila luka operasi telah kering sehingga waktu kering luka operasi akan mempengaruhi lama hari rawat inap.

Berdasarkan hasil perhitungan rata waktu kering luka operasi dan rata-rata lama hari rawat inap diperoleh efektivitas pengobatan yang lebih baik pada

kasus bedah sesar elektif adalah penggunaan Cefotaxim+Gentamisin injeksi dan obat pulang Cefadroksil+Metronidazol oral, dengan rata-rata waktu kering luka operasi pada hari ke 3 dan rata-rata lama hari rawat inap 4,33 hari. Efektivitas

pengobatan bedah sesar elektif ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar elektif berdasarkan rata-rata lama waktu kering luka operasi dan rata-rata-rata-rata lama hari rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

No

Jenis Antibiotik (Injeksi-Oral)

Rata-rata Rata-rata

Waktu Kering Lama Hari

Luka Operasi Rawat Inap

(Hari ke-) (Hari)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 4 5

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 3 5

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 3 5

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 3 4,33

5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 4 5

6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 4 6

Berdasarkan hasil perhitungan rata waktu kering luka operasi dan

rata-rata lama hari rawat inap diperoleh data efektivitas pengobatan yang lebih baik pada kasus bedah sesar non-elektif adalah penggunaan Cefotaxim injeksi dan obat

(42)

Tabel 4.4 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar non-elektif berdasarkan rata-rata lama waktu kering luka operasi dan rata-rata lama hari rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

No

Jenis Antibiotik (Injeksi-Oral)

Rata-rata Rata-rata Waktu Kering Lama

Luka Operasi Hari Rawat (Hari ke-) Inap (hari)

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 4 4

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 3 3

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 4 4

4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 4 4

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 4 5

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 3,66 4

7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 3,5 3,5

8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 3,66 4,33

9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 3 5

10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 4 4

11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) 4 4

12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 3,5 3,5

4.3 Biaya Langsung Medis

4.3.1 Biaya Langsung Medis Pada Kasus Bedah Sesar Elektif

Pada penelitian ini biaya langsung medis adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan, berupa biaya rawat inap, biaya

laboratorium, biaya tindakan medis, dan biaya obat.

Perhitungan biaya langsung medis bedah sesar elektif ditunjukkan pada Lampiran 5 dan hasil perhitungan rata-rata biaya langsung medis berupa kelas

perawatan (Tabel 4.5), biaya laboratorium (Tabel 4.6), biaya tindakan medis (Tabel 4.7), dan biaya obat (Tabel 4.8). Informasi biaya langsung medis diperoleh

dari Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUP H. Adam Malik Medan.

Ada perbedaan biaya kelas perawatan dari setiap alternatif penggunaan

(43)

antibiotik lain yaitu Rp 195.000,00. Hal ini disebabkan rata-rata hari rawat inap pasien yang menggunakan Cefotaksim+Gentamisin injeksi dengan Cefadroksil+ Metronidazol oral lebih singkat dibandingkan dengan penggunaan antibiotik yang

lain yaitu 4,33 hari sedangkan jenis antibiotik yang lain dengan rata-rata hari rawat 5-6 hari. Adanya perbedaan lama hari rawatan disebabkan adanya

perbedaan efektivitas pengobatan yang dinilai berdasarkan waktu kering luka operasi. Efektivitas pengobatan dilihat pada Tabel 3.3. Perpendekan hari rawatan disebabkan efektivitas pengobatan dengan menggunakan Cefotaksim+Gentamisin

injeksi dengan Cefadroksil+Metronidazol oral lebih baik. Dengan adanya perpendekan hari rawatan, maka terjadi pengurangan biaya kelas perawatan yang

ditanggung oleh pasien. Adapun hasil perhitungan biaya kelas perawatan pada kasus bedah sesar elektif ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil perhitungan biaya kelas perawatan pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya Rata-rata Biaya Kelas Perawatan

(Rp)

Kelas Perawatan (Rp)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 450.000 225.000

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 225.000 225.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 225.000 225.000

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 585.000 195.000 5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 225.000 225.000 6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 270.000 270.000

Pemeriksaan laboratorium merupakan persiapan preoperatif dan

pascaoperatif, untuk pasien yang akan menjalani operasi diperlukan pemeriksaan perorangan berdasarkan kondisi pasien. Perbedaan kondisi pasien menyebabkan perbedaan jenis, jumlah dan biaya laboratorium yang harus dikeluarkan pasien

(44)

Gentamisin injeksi+Metronidazol infus dengan Cefadroksil oral lebih murah dibandingkan dengan yang lain mungkin disebabkan kondisi pasien yang lebih baik/stabil sehingga pasien hanya melakukan satu jenis pemeriksaan dan hanya

satu kali, yaitu pemeriksaan darah lengkap. Hasil perhitungan biaya laboratorium ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan biaya laboratorium pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya Rata-rata Biaya Laboratorium

(Rp)

Laboratorium (Rp)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 178.500 89.250

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 40.000 40.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 98.500 98.500

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 160.000 53.333,33 5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 109.500 109.500 6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 40.000 40.000

Jenis tindakan yang diterima pasien adalah bedah sesar, pasang infus, pasang kateter dan ganti verban. Berdasarkan informasi dari Instalasi Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUP H. Adam Malik Medan, perhitungan biaya tindakan medis untuk bedah sesar, pasang infus dan pasang kateter adalah sama, kecuali tindakan medis untuk ganti verban karena tindakan ini berkaitan dengan

kondisi luka. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata biaya tindakan medis yang harus dikeluarkan pasien selama dalam perawatan. Hal ini

(45)

Tabel 4.7 Hasil perhitungan biaya tindakan medis pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya Rata-rata Biaya Tindakan Medis

(Rp)

Tindakan Medis (Rp)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 7.774.000 3.887.000

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 3.887.000 3.887.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 3.887.000 3.887.000

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 11.661.000 3.887.000

5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 3.887.000 3.887.000

6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 3.887.000 3.887.000

Ada perbedaan rata-rata biaya obat yang harus dikeluarkan pasien selama menjalani perawatan. Rata-rata biaya obat untuk penggunaan Ampicilin+

Gentamisin–Cefadroksil lebih murah yaitu Rp 117.740,00 dengan biaya antibiotik Rp 29.775,00 sedangkan untuk jenis antibiotik lain pasien harus mengeluarkan biaya obat antara Rp 314.683,00 sampai Rp 484.987,00 dengan

biaya antibiotik antara Rp 80.067,00 sampai Rp 131.195,00. Hal ini disebabkan perbedaan harga dari jenis dan jumlah obat yang digunakan. Jenis antibiotik

Ampisilin (Rp 3.609,00/ampul) dan gentamisin (Rp 3.000,00/ampul) tentu lebih murah dibandingkan Cefotaxim (Rp 11.578,00/vial), Ceftriakson (Rp 13.263,00/vial) dan Metronidazol infus(Rp24.750,00/btl). Harga Ampicilin+

(46)

Tabel 4.8 Hasil perhitungan biaya obat pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya

Rata-rata Biaya

Rata-rata Biaya Obat (Rp) Obat (Rp) Antibiotik (Rp)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 769.086 384.543 109.996

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 314.683 314.683 80.067 3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 117.740 117.740 29.775 4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 1.046.011 348.670,33 110.398 5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 484.987 484.987 113.688 6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 322.119 322.119 131.195

Total biaya langsung medis dihitung dari jumlah total biaya kelas perawatan,

biaya laboratorium, biaya tindakan medik dan biaya obat. Hasil perhitungan total biaya langsung medis ditunjukkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Total biaya langsung medis pasien yang menggunakan antibiotik pada kasus bedah sesar elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No

Total Total Total Total Total

Jenis Antibiotik Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya

(Injeksi-Oral) Kelas Labora- Tindakan Obat Langsung

Perawa- torium Medis (Rp) Medis

tan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 450.000 178.500 7.774.000 769.086 9.171.586

2 Ampi+Genta (Inj) – Amoks(Oral) 225.000 40.000 3.887.000 314.683 4.466.683

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 225.000 98.500 3.887.000 117.740 4.328.240

4 Cefo+Genta (Inj) - Cefa+Metro (Oral) 585.000 160.000 11.661.000 1.046.011 13.452.011

5 Cefo+Genta (Inj) – Amoks+Metro (Oral) 225.000 109.500 3.887.000 484.987 4.706.487

6 Ceftri+Genta (Inj)+Metro (Inf) – Cefa (Oral) 270.000 40.000 3.887.000 322.119 4.519.119

Hasil perhitungan total biaya langsung medis digunakan dalam perhitungan

rasio efektivitas biaya, dapat dilihat pada Tabel 4.15.

4.3.2 Biaya Langsung Medis Pada Kasus Bedah Sesar Non-elektif

Perhitungan biaya langsung medis bedah sesar non-elektif ditunjukkan pada Lampiran 6 dan hasil perhitungan rata-rata biaya langsung medis berupa kelas perawatan (Tabel 4.10), biaya laboratorium (Tabel 4.11), biaya tindakan medis

(47)

diperoleh dari Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUP H. Adam Malik Medan.

Ada perbedaan biaya kelas perawatan untuk setiap alternatif penggunaan

antibiotik profilaksis yang berbeda. Biaya kelas perawatan Cefotaksim injeksi dengan Cefadroksil oral adalah yang paling murah dibandingkan dengan

penggunaan antibiotik yang lain yaitu Rp 135.000,00. Hal ini disebabkan karena rata-rata hari rawat inap pasien yang menggunakan antibiotik Cefotaksim injeksi dengan Cefadroksil oral lebih singkat dibandingkan dengan penggunaan antibiotik

yang lain, yaitu 3 hari. Adanya perbedaan lama hari rawatan disebabkan adanya perbedaan efektivitas pengobatan yang dinilai berdasarkan waktu kering luka

operasi. Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar non-elektif dilihat pada Tabel 3.4. Dengan adanya perpendekan hari rawatan, maka terjadi pengurangan biaya kelas perawatan yang ditanggung oleh pasien. Adapun hasil perhitungan

biaya kelas perawatan pada kasus bedah sesar non-elektif ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil perhitungan biaya kelas perawatan pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya Rata-rata Biaya Perawatan

(Rp)

Perawatan (Rp)

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 180.000 180.000

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 135.000 135.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 180.000 180.000

4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 480.000 480.000

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 225.000 225.000

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 540.000 180.000

7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 315.000 157.500

(48)

Pemeriksaan laboratorium merupakan persiapan preoperatif dan pascaoperatif, untuk pasien yang akan menjalani operasi diperlukan pemeriksaan perorangan berdasarkan kondisi pasien. Perbedaan kondisi pasien menyebabkan

perbedaan jenis, jumlah dan biaya laboratorium yang harus dikeluarkan pasien selama dalam perawatan. Adapun hasil perhitungan biaya laboratorium pada

kasus bedah sesar non-elektif ditunjukkan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan biaya laboratorium pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya

Rata-rata Biaya Laboratorium

(Rp)

Laboratorium (Rp)

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 98.500 98.500

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 40.000 40.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 98.500 98.500

4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 98.500 98.500

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 98.500 98.500

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 428.000 142.666,67

7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 197.000 98.500

8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 157.000 52.333,33 9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 181.000 181.000

10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 40.000 40.000

11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) - - 12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 157.000 78.500

Tindakan medis yang diterima oleh pasien adalah bedah sesar, pasang infus, pasang kateter dan ganti verban. Berdasarkan informasi dari Instalasi Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUP H. Adam Malik Medan, perhitungan biaya tindakan medis untuk bedah sesar, pasang infus dan pasang kateter adalah sama,

kecuali tindakan medis untuk ganti verban karena tindakan ini berkaitan dengan kondisi luka. Pada bedah sesar non-elektif dengan 12 alternatif penggunaan antibiotik maka hanya ada satu jenis alternatif penggunaan antibiotik yang

(49)

Ampicilin+Gentamisin injeksi dengan Ciprofloxacin+Metronidazol oral dengan biaya Rp 4.417.000,00. Hal ini disebabkan pasien yang menggunakan antibiotik ini menerima dua kali tindakan medis untuk Ganti Verband (GV) sedangkan

pasien lain hanya menerima satu kali tindakan medis untuk Ganti Verband (GV). Adapun hasil perhitungan biaya tindakan medis pada kasus bedah sesar

non-elektif ditunjukkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil perhitungan biaya tindakan medis pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya

Rata-rata Biaya Tindakan

Medis (Rp)

Tindakan Medis (Rp)

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 4.387.000 4.387.000

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 4.387.000 4.387.000

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 4.387.000 4.387.000

4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 4.387.000 4.387.000

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 4.387.000 4.387.000

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 13.161.000 4.387.000

7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 8.774.000 4.387.000

8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 13.161.000 4.387.000 9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 4.417.000 4.417.000 10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 4.387.000 4.387.000 11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) 4.387.000 4.387.000 12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 8.774.000 4.387.000

Ada perbedaan rata-rata biaya obat yang harus dikeluarkan pasien selama menjalani perawatan. Pada penelitian ini biaya obat untuk penggunaan Cefotaxim injeksi dengan Cefadroksil oral lebih murah yaitu Rp 227.010,00 dengan biaya

antibiotik Rp 52.584,00 sedangkan untuk pasien yang menggunakan jenis antibiotik lain mengeluarkan biaya obat antara Rp 232.767,00 sampai 431.247,00

dengan biaya antibiotik antara Rp 35.895,00 sampai Rp 245.547,00. Hal ini

(50)

ampul) tentu lebih murah dibandingkan Cefotaxim (Rp 11.578,00/vial), Ceftriakson (Rp 13.263,00/vial) dan Metronidazol infus (Rp 24.750,00/btl). Harga Ampicilin dan Gentamisin yang murah menyebabkankan biaya obat untuk

antibiotik ini juga menjadi lebih murah. Adapun hasil perhitungan biaya obat pada kasus bedah sesar non-elektif ditunjukkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil perhitungan biaya obat pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik

(Injeksi-Oral)

Total Biaya

Rata-rata Biaya

Rata-rata Biaya Obat

(Rp)

Obat (Rp)

Antibiotik (Rp)

1 Ampi (Inj) – Cefa (Oral) 238.812 238.812 35.895

2 Cefo (Inj) – Cefa (Oral) 227.010 227.010 52.584

3 Ampi+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 293.845 293.845 70.113 4 Ampi+Cefo (Inj) – Amoks (Oral) 263.521 263.521 60.514

5 Ampi+Metro – Cefa (Oral) 573.148 573.148 245.547

6 Ampi+Genta (Inj) – Amoks (Oral) 698.301 232.767 47.863 7 Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 639.927 319.963,5 104.538 8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 1.002.012 334.004 169.507 9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 295.429 295.429 52.872 10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 238.351 238.351 49.859 11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) 241.757 241.757 101.888 12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 862.494 431.247 240.368

Total biaya langsung medis dihitung dari jumlah total biaya kelas perawatan,

biaya laboratorium, biaya tindakan medik dan biaya obat. Hasil perhitungan total biaya langsung medis pada kasus bedah sesar non-elektif dapat dilihat pada tabel

(51)

Tabel 4.14 Hasil perhitungan total biaya langsung medis pasien yang menggunakan antibiotik berbeda pada kasus bedah sesar non-elektif di RSUP H. Adam Malik Medan

No Jenis Antibiotik (Injeksi-Oral) 8 Ampi (Inj)+Metro (Inf) - Amoks+Metro (Oral) 585.000 157.000 13.161.000 1.002.012 14.905.012 9 Ampi+Genta (Inj) - Cipro+Metro (Oral) 225.000 181.000 4.417.000 295.429 5.118.429 10 Ampi+Cefo+Genta (Inj) – Cefa (Oral) 180.000 40.000 4.387.000 238.351 4.845.351 11 Cefo(Inj)+Metro(Inf)+Genta(Inj) - Cefa+Metro (Oral) 480.000 - 4.387.000 241.757 5.108.757 12 Metro (Inf)+Ampi+Genta (Inj) - Amoks+Metro (Oral) 315.000 157.000 8.774.000 862.494 10.108.494

Hasil perhitungan total biaya langsung medis digunakan dalam perhitungan

rasio efektivitas biaya, dapat dilihat pada Tabel 4.16.

4.4 Efektivitas Biaya

Pada penelitian ini perhitungan efektivitas biaya dilakukan dengan menghitung total biaya langsung medis dibagi dengan hasil pengobatan dari masing-masing antibiotik tersebut, disebut juga rasio efektivitas biaya. Kriteria

penilaian antibiotik yang akan dipilih adalah antibiotik dengan rasio efektivitas yang terendah (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008).

Pada kasus bedah sesar elektif, penggunaan antibiotik Ampicilin+ Gentamisin injeksi dengan Cefadroksil oral memiliki rasio efektivitas biaya yang paling rendah yaitu Rp 4.328.240. Ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik

Gambar

Tabel 4.1 Jenis penggunaan antibiotik pada kasus bedah sesar elektif dirawat inap RSUP H
Tabel 4.2 Jenis penggunaan antibiotik pada pasien bedah sesar non-elektif dirawat inap RSUP H
Tabel 4.3 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar elektif berdasarkan rata-rata lama waktu kering luka operasi dan rata-rata lama hari rawat inap di RSUP H
Tabel 4.4 Efektivitas pengobatan pada kasus bedah sesar non-elektif berdasarkan rata-rata lama waktu kering luka operasi dan rata-rata lama hari rawat inap di RSUP H
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka prevalensi infeksi nosokomial pada pasien luka operasi pasca bedah kelas bersih di bagian bedah di RSUP Haji Adam Malik,

Prasetya, D.B., 2013, Efektifitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Sectio Caesarea Elektif Di Rumah Sakit Sidoarjo, Jurnal Ilmiah , Surabaya: Fakultas

terdapat perbedaan biaya diantara antidiabetes yang digunakan pada pengobatan pasien DMT2 rawat jalan di RSUP H.Adam Malik.. 1.4

Untuk mengetahui karakteristik nyeri pasca bedah pada pasien bedah ortopedi. tulang panjang di RSUP H.Adam

Biaya Terapi Pasien Meliputi Biaya Penunjang di Kamar Bedah Emergency Instalasi Gawat Darurat Periode April 2016 – September 2016 RSUP... Biaya Terapi Pasien

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengambil data, meliputi nomer rekam medik, identitas pasien, indikasi dilakukannya bedah sesar, antibiotik yang

STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

Berdasarkan efektivitas antibiotik profilaksis yang digunakan di Rumah Sakit “X” tahun 2013 menunjukkan bahwa 17% pasien efektif dengan penggunaan antibiotik seftriakson dan