• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN DAN DISIPLIN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN

PENDIDIKAN TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh

YUNI SYAHPUTRI

097019091/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN DAN DISIPLIN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN

PENDIDIKAN TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Manajemen Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUNI SYAHPUTRI

097019091/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN

DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN PENDIDIKAN TEKNIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Yuni Syahputri

Nomor Pokok : 097019091

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Sitt Raha Agoes Salim, M.Sc) (

Ketua Anggota

Dr.Muslich Lutfi, MBA)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Paham Ginting, MS) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc

Anggota : 1. Dr. Muslich Lutfi, MBA

2. Dr. Khaira Amalia F, MBA,Ak

3. Dr. Isfenti Sadalia, ME

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN PENDIDIKAN TEKNIK PROVINSI SUMATERA UTARA”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012

Yang membuat pernyataan

(6)

PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN DAN DISIPLIN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN

PENDIDIKAN TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Balai Latihan Pendidikan Teknik adalah Unit Pelaksana Tehnis kejuruan formil di lingkungan Dinas Pendidikan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan di Provinsi yang bersangkutan. Balai Latihan Pendidikan Teknik mempunyai tugas melaksanakan latihan praktek kejuruan teknik bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah ditentukan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan Motivasi, Pengawasan, Disiplin dan Kinerja. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian adalah explanatory. Penelitian ini menggunakan metode sensus, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 39 orang. Data dikumpulkan dengan cara studi dokumentasi, pengamatan, angket, wawancara. Model analisi data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa motivasi, pengawasan dan disiplin secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, dan secara parsial disiplin lebih dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai.

(7)

THE INFLUENCE OF MOTIVATION, SUPERVISION AND

DISCIPLINE ON THE PERFORMANCE OF THE

EMPLOYEES OF BALAI LATIHAN PENDIDIKAN

TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINCE OF SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Balai Latihan Pendidikan Teknik (Vocational Education Training Center) is a Technical Implementation Unit of formal vocational under the education service responsible to the head of education service concerned. The task of Balai Latihan Pendidikan Teknik is to implement technical vocational practice training for the students of Sekolah Menengah Kejuruan (Vocational High School) appointed. This study employees the theory of Human Resource management related ti the Motivation, Supervivion, Discipline an Performance. The purpose of this explanatory quantitative descriptive study was to analyze. The Population of this study was all of the 39 employees working in the office of Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas pendidikan Province of Sumatera Utara selected through the census sampling method. The data for this study were obtained through documentation study, observation, questionnaire distribution and interviws. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. The result of this study showed that motivation, supervision and discipline simultaneously had a significant influence on the performance of the employees of Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Province of Sumatera Utara and partially, discipline had more dominant influence on the performance of the employees.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang hanya dengan izin dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan penulis berjudul : “Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara”.

Selama menjalani proses perkuliahan dan melakukan penelitian serta penyusunan tesis, penulis menerima bimbingan, bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang membimbing dan memberikan masukan hingga selesainya penulisan

tesis ini.

6. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

(9)

7. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak dan Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME serta

Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan kritikan serta saran guna

kesempurnaan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta pegawai di Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Ayahanda (Alm.) Sofyan B., dan Ibunda Sermiyamah yang telah banyak

mendoakan penulis agar berhasil menyelesaikan pendidikan magister ini.

10. Suamiku tercinta Suprianto,SE dan Anakku tersayang Mutiara Pritasya, atas

kesabaran, motivasi, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan magister ini.

11. Mertuaku Wagiman Suharto dan (Almh.) Leginah yang telah banyak

mendoakan penulis agar berhasil menyelesaikan pendidikan magister ini.

12. Bapak Kepala Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara

yang telah memberikan izin atas penelitian yang dilakukan penulis di Kantor

Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara.

13. Bapak dan Ibu pegawai administrasi yang telah memberikan

kemudahan-kemudahan selama melaksanakan penelitian.

14. Seluruh rekan-rekan Angkatan XVIII Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

kerjasamanya selama penulis menempuh studi dan penyelesaian tesis ini.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

(10)

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna. Namun harapan penulis

semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT

selalu memberikan taufik dan rahmatNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2012

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yuni Syahputri

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 18 Juni 1985

3. Pekerjaan : Pegawai

4. Tempat bekerja : SMK Negeri Bertaraf Internasional

Provinsi Sumatera Utara

5. Agama : Islam

6. Suami : Suprianto, SE

7. Anak : Mutiara Pritasya

8. Orang Tua a. Ayah : (Alm. Sofyan B.)

b. Ibu : Sermiyamah

9. Alamat : Jl. Karya Jaya Gg. Karya V No.11

Pangkalan Mashyur Medan Johor 20143

10.Pendidikan :

a. SD Negeri 060929 Medan, tamat tahun 1997

b. SMP Negeri 2 Medan, tamat tahun 2000

c. SMA Negeri 2 Medan, tamat tahun 2003

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

ABSTRACT... ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... ... vi

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL.... ... x

DAFTAR GAMBAR.. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN.... ... xii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1. Latar Belakang... ... 1

1.2. Perumusan Masalah.... ... 9

1.3. Tujuan Penelitian... ... 9

1.4. Manfaat Penelitian... ... 10

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... ... 11

2.1. Penelitian Terdahulu... ... 11

2.2. Landasan... ... 13

2.2.1. Motivasi... ... 13

2.2.2. Pengawasan... ... 22

2.2.3. Disiplin... 26

2.2.4. Kinerja... ... 33

2.2.5. Hubungan Motivasi, Pengawasan, Disiplin dan Kinerja... ... 37

2.3. Kerangka Konseptual... ... 38

2.4. Hipotesis Peneliti... ... ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... ... 40

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian... ... ... 40

3.1.1. Jenis Penelitian... ... ... 40

3.1.2. Sifat Penelitian... ... ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... ... ... 41

3.3. Populasi dan Sampel... ... ... 41

3.4. Teknik Pengumpulan Data... ... ... 42

3.5. Jenis dan Sumber Data... ... 42

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... ... ... 42

3.6.1. Identifikasi Variabel... ... 42

3.6.2. Definisi Operasional... ... 43

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas... ... 45

3.7.1. Uji Validitas... ... 45

3.7.2. Uji Reliabilitas... ... 47

3.8. Model Analisis Data... ... 48

3.8.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 48

3.8.2. Uji Koefisien Determinasi (R2 3.9. Pengujian Asumsi Klasik... ... 51

) ... 51

3.9.1. Uji Normalitas... ... 52

3.9.2. Uji Multikolinieritas... ... 52

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.... ... 54

4.1. Hasil Penelitian... ... 54

4.1.1. Gambaran Umum BLPT ... 54

4.1.2. Struktur Organisasi BLPT ... 55

4.1.3. Karakteristik Responden... 57

4.1.4. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 62

4.1.5. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66

4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 70

4.2. Pembahasan……… ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1. Kesimpulan... ... 88

5.2. Saran... ... 88

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Siswa Praktek ... 2

1.2. Daftar Hadir Pegawai ... 6

1.3. Daftar Apel Pegawai ... 7

3.1. Operasionalisasi Variabel ... 44

3.2. Hasil Uji Validitas Variabel X1, X2, X3, 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Validitas ... 48

Y ... 46

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 58

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ... 59

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 60

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

4.6. Deskripsi Variabel Motivasi ... 62

4.7. Deskripsi Variabel Pengawasan ... 63

4.8. Deskripsi Variabel Disiplin ... 64

4.9. Deskripsi Variabel Kinerja ... 65

4.10. Uji Kolmogorov. Smirnov ... 67

4.11. Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

4.12. Hasil Uji Glesjer... ... 69

4.13. Koefisien Regresi... ... 70

4.14. Koefisien Determinan ... 72

4.15. Hasil Uji Simultan.... ... 72

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Maslow’s Need Hirerarchy ... 15

2.2 Kerangka konseptual ... 39

4.1 Struktur Organisasi BLPT ... 56

4.2 Uji Normalitas Histogram ... 66

4.3 Uji Normalitas P.Plot ... 67

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 93

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

3. Tabulasi Skor Jawaban Responden ... 102

4. Uji Regresi Berganda ... 106

(17)

PENGARUH MOTIVASI, PENGAWASAN DAN DISIPLIN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI LATIHAN

PENDIDIKAN TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Balai Latihan Pendidikan Teknik adalah Unit Pelaksana Tehnis kejuruan formil di lingkungan Dinas Pendidikan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan di Provinsi yang bersangkutan. Balai Latihan Pendidikan Teknik mempunyai tugas melaksanakan latihan praktek kejuruan teknik bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah ditentukan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan Motivasi, Pengawasan, Disiplin dan Kinerja. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian adalah explanatory. Penelitian ini menggunakan metode sensus, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 39 orang. Data dikumpulkan dengan cara studi dokumentasi, pengamatan, angket, wawancara. Model analisi data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa motivasi, pengawasan dan disiplin secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, dan secara parsial disiplin lebih dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai.

(18)

THE INFLUENCE OF MOTIVATION, SUPERVISION AND

DISCIPLINE ON THE PERFORMANCE OF THE

EMPLOYEES OF BALAI LATIHAN PENDIDIKAN

TEKNIK DINAS PENDIDIKAN

PROVINCE OF SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Balai Latihan Pendidikan Teknik (Vocational Education Training Center) is a Technical Implementation Unit of formal vocational under the education service responsible to the head of education service concerned. The task of Balai Latihan Pendidikan Teknik is to implement technical vocational practice training for the students of Sekolah Menengah Kejuruan (Vocational High School) appointed. This study employees the theory of Human Resource management related ti the Motivation, Supervivion, Discipline an Performance. The purpose of this explanatory quantitative descriptive study was to analyze. The Population of this study was all of the 39 employees working in the office of Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas pendidikan Province of Sumatera Utara selected through the census sampling method. The data for this study were obtained through documentation study, observation, questionnaire distribution and interviws. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. The result of this study showed that motivation, supervision and discipline simultaneously had a significant influence on the performance of the employees of Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Province of Sumatera Utara and partially, discipline had more dominant influence on the performance of the employees.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balai Latihan Pendidikan Teknik adalah Unit Pelaksana Tehnis kejuruan

formil di lingkungan Dinas Pendidikan yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan di Provinsi yang bersangkutan. Balai

Latihan Pendidikan Teknik mempunyai tugas melaksanakan latihan praktik

kejuruan teknik bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah

ditentukan.

Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara merupakan satu

organisasi/lembaga yang berperan sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar

praktik siswa-siswi Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK) se-Sumatera Utara.

Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara memiliki 5 (lima)

jurusan keahlian yaitu:

1. Teknik Bangunan

2. Teknik Elektronika

3. Teknik Listrik

4. Teknik Mesin

(20)

Setiap jurusan memiliki jumlah siswa yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat

pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jumlah siswa praktik tahun ajaran 2011/2012

JURUSAN

JUMLAH SISWA JUMLAH KELAS

KELAS 1 KELAS 2

KELAS 1

KELAS 2 TEKNIK

BANGUNAN 170 orang 96 orang 10 kelas 6 kelas

TEKNIK

ELEKTRONIKA 100 orang 50 orang 6 kelas 3 kelas

TEKNIK LISTRIK 108 orang 96 orang 7 kelas 6 kelas

TEKNIK MESIN 168 orang 100 orang 10 kelas 6 kelas

TEKNIK

OTOMOTIF 110 orang 70 orang 7 kelas 4 kelas

Sumber : UPT.BLPT PROVSU (data diolah)

Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara juga

mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pelatihan kecakapan hidup (life skill) bagi masyarakat dari daerah-daerah se-Sumatera Utara yang berlangsung di Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara. Untuk melaksanakan

tugas tersebut, Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara

dihadapkan pada tantangan yang komplek dalam berbagai tugas dan pekerjaan

yang dihadapinya.

Visi Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara adalah

“Menjadi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang mampu menyediakan

SDM yang handal“. Misi Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera

(21)

1. Menyiapkan tamatan SMA/SMK sederajat yang terampil, kreatif dan produktif

sesuai dengan bidang keahliannya dan kebutuhan masa depan.

2. Mengembangkan sistem manajemen berbasis digital.

3. Meningkatkan sinergitas antara Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi

Sumatera Utara dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta instansi

terkait.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas unit produksi yang berbasis

kewirausahaan.

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan dan

pelatihan guna menunjang pengembangan Balai Latihan Pendidikan Teknik

Provinsi Sumatera Utara.

6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang berbasis industri, teknologi

rekayasa, teknologi informasi dan komunikasi dalam pencapaian kemajuan

global.

Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan guna

pencapaian visi dan misi Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera

Utara. Sebaik apapun sarana dan prasarana yang ada, tetapi tanpa didukung dari

Sumber Daya Manusia (Pegawai), kegiatan organisasi/lembaga tidak akan

terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, memberikan perhatian kepada pegawai

merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya untuk peningkatan

kinerja. Kinerja dapat dilihat dari kualitas, kuantitas, dan waktu yang digunakan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Pegawai yang memiliki kinerja yang baik adalah pegawai yang mampu

(22)

dan dapat dilihat dari hasil laporan yang ditetapkan dengan waktu yang lebih

singkat.

Motivasi memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan kerja

pegawai. Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan

guna mendapatkan hasil yang terbaik. Pegawai yang termotivasi adalah pegawai

yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat sesuai standar yang benar dan

dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta pegawai senang melakukan

pekerjaannya.

Pengawasan juga sangat diperlukan dalam meningkatkan kinerja.

Pimpinan adalah orang yang paling tepat untuk melakukan pengawasan.

Pengawasan yang baik dapat berdampak baik juga terhadap kinerja.

Pegawai yang memiliki disiplin baik adalah pegawai yang memiliki

kesadaran dalam mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

Fenomena yang terjadi di Balai Latihan Pendidikan Teknik Sumatera

Utara berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan peneliti yaitu masih

dijumpai beberapa kelemahan antara lain :

1. Kurangnya semangat pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan, hal ini terlihat

dari pegawai yang bermalas-malasan, sering menunda-nunda pekerjaan, dan

sering mengobrol pada saat jam kerja;

2. Pegawai melaksanakan tugas setelah ada perintah yang mengindikasikan

bahwa pegawai kurang berinisiatif dalam bekerja;

3. Pegawai sering melakukan kesalahan dalam bekerja karena pegawai kurang

teliti sehingga pekerjaan sering diulang-ulang yang mengakibatkan hasil

(23)

keterlambatan, contoh ketika pengetikan surat yang seharusnya surat tersebut

diterima oleh yang dituju 3 (tiga) hari sebelum acara yang dimaksud, tetapi

surat tersebut diterima 1 (satu) hari sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan

tidak optimalnya penyampaian dari surat yang dimaksud.

4. Pengawasan yang dilakukan pimpinan tidak secara terus-menerus sehingga

pegawai sering melanggar peraturan/tata tertib yang telah di tentukan seperti

pegawai tidak menggunakan kelengkapan pakaian seragam saat bekerja,

pegawai tidak tepat waktu saat masuk kerja, pegawai pulang tidak pada

waktunya, dan pegawai tidak mengikuti apel.Hal ini dapat dilihat pada Tabel

(24)

Tabel 1.2. Daftar Hadir Pegawai UPT.BLPT PROVSU Tahun 2011

Peg. Jumlah hari effektif kerja Jumlah Kehadiran Percentase

Mar Apr Mei Mar Apr Mei Mar Apr Mei

1 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

2 23 21 20 20 16 16 87% 76% 80%

3 23 21 20 20 20 18 87% 95% 90%

4 23 21 20 17 19 15 74% 90% 75%

5 23 21 20 20 16 16 87% 76% 80%

6 23 21 20 18 20 20 78% 95% 100%

7 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

8 23 21 20 15 12 12 65% 57% 60%

9 23 21 20 18 15 15 78% 71% 75%

10 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

11 23 21 20 20 17 13 87% 81% 65%

12 23 21 20 18 15 15 78% 71% 75%

13 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

14 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

15 23 21 20 18 15 15 78% 71% 75%

16 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

17 23 21 20 20 20 18 87% 95% 90%

18 23 21 20 17 19 15 74% 90% 75%

19 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

20 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

21 23 21 20 18 15 15 78% 71% 75%

22 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

23 23 21 20 20 20 18 87% 95% 90%

24 23 21 20 20 20 18 87% 95% 90%

25 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

26 23 21 20 15 12 10 65% 57% 50%

27 23 21 20 23 20 18 100% 95% 90%

28 23 21 20 22 18 17 96% 86% 85%

29 23 21 20 18 15 15 78% 71% 75%

30 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

31 23 21 20 18 16 17 78% 76% 85%

32 23 21 20 21 18 17 91% 86% 85%

33 23 21 20 17 14 15 74% 67% 75%

34 23 21 20 16 13 15 70% 62% 75%

35 23 21 20 12 18 15 52% 86% 75%

36 23 21 20 18 15 13 78% 71% 65%

37 23 21 20 19 14 12 83% 67% 60%

38 23 21 20 18 16 12 78% 76% 60%

39 23 21 20 13 16 17 57% 76% 85%

JUMLAH RATA-RATA = 79% 77% 76%

(25)

Tabel 1.3. Daftar Hadir Apel Pegawai UPT.BLPT PROVSU Tahun 2011

Peg. Jumlah hari effektif Apel Jumlah Kehadiran Percentase

Mar Apr Mei Mar Apr Mei Mar Apr Mei

1 19 16 16 10 10 7 53% 63% 44%

2 19 16 16 15 12 14 79% 75% 88%

3 19 16 16 18 13 10 95% 81% 63%

4 19 16 16 12 6 8 63% 38% 50%

5 19 16 16 14 9 10 74% 56% 63%

6 19 16 16 18 16 16 95% 100% 100%

7 19 16 16 13 10 12 68% 63% 75%

8 19 16 16 10 11 10 53% 69% 63%

9 19 16 16 16 10 12 84% 63% 75%

10 19 16 16 19 11 10 100% 69% 63%

11 19 16 16 14 12 10 74% 75% 63%

12 19 16 16 17 7 9 89% 44% 56%

13 19 16 16 15 13 10 79% 81% 63%

14 19 16 16 16 10 11 84% 63% 69%

15 19 16 16 10 5 8 53% 31% 50%

16 19 16 16 12 7 3 63% 44% 19%

17 19 16 16 15 11 9 79% 69% 56%

18 19 16 16 15 12 10 79% 75% 63%

19 19 16 16 11 13 12 58% 81% 75%

20 19 16 16 13 10 14 68% 63% 88%

21 19 16 16 16 15 15 84% 94% 94%

22 19 16 16 16 14 12 84% 88% 75%

23 19 16 16 11 13 15 58% 81% 94%

24 19 16 16 15 11 14 79% 69% 88%

25 19 16 16 18 16 11 95% 100% 69%

26 19 16 16 11 12 8 58% 75% 50%

27 19 16 16 13 11 12 68% 69% 75%

28 19 16 16 12 14 15 63% 88% 94%

29 19 16 16 11 10 7 58% 63% 44%

30 19 16 16 9 7 6 47% 44% 38%

31 19 16 16 5 8 11 26% 50% 69%

32 19 16 16 11 15 13 58% 94% 81%

33 19 16 16 12 10 12 63% 63% 75%

34 19 16 16 11 11 11 58% 69% 69%

35 19 16 16 9 8 8 47% 50% 50%

36 19 16 16 10 14 11 53% 88% 69%

37 19 16 16 17 12 10 89% 75% 63%

38 19 16 16 16 13 11 84% 81% 69%

39 19 16 16 7 5 10 37% 31% 63%

JUMLAH RATA-RATA = 69% 68% 67%

(26)

Fenomena yang terjadi berdampak tidak baik terhadap kinerja pegawai,

sehingga pelaksanaan kegiatan di Balai Latihan Pendidikan Teknik sering

mengalami kendala, antara lain :

1. Ketidak puasan yang dirasakan oleh peserta diklat yang berasal dari kalangan

masyarakat dari Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara dalam hal pelayanan

seperti :

a. Penyediaan sarana asrama yang tidak standart; b. Peserta tidak mendapatkan handout materi diklat;

c. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktik tidak mencukupi.

(sumber : angket yang di isi oleh peserta diklat)

2. Ketidak puasan yang dirasakan oleh siswa/i SMK yang berasal dari

Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara yang melaksanakan kegiatan belajar

mengajar praktik di Balai Latihan Pendidikan Teknik, seperti :

a. Kurangnya pengawasan dari pimpinan terhadap pelaksanaan praktik yang

mengakibatkan pelayanan pegawai tidak maksimal;

b. Penegakan kedisiplinan terhadap siswa sangat minim sehingga banyak

siswa yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku;

c. Pengadaan bahan praktik tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan praktik;

d. Uji kompetensi dilakukan tidak maksimal, siswa hanya di uji setahun

sekali.

(sumber : angket yang diisi oleh siswa/i SMK yang mengikuti praktik)

Melihat kondisi tersebut di atas, maka jelaslah bahwa kinerja di

lingkungan Balai Latihan Pendidikan Teknik Provinsi Sumatera Utara belum

(27)

disebabkan beberapa variabel yaitu motivasi, pengawasan dan disiplin. Hal inilah

yang melatar belakangi penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi,

Pengawasan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Balai Latihan Pendidikan

Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas

maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah motivasi, pengawasan dan disiplin secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ?

2. Apakah motivasi, pengawasan dan disiplin secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi, pengawasan dan

disiplin pegawai terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan

Teknik Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalis variabel-variabel dominan yang

mempengaruhi kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas

(28)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi UPT BLPT Disdik Provsu, penelitian ini dapat berguna sebagai

bahan masukan mengenai pentingnya motivasi,pengawasan dan disiplin

terhadap kinerja.

2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, penelitian ini dapat berguna sebagai bahan tambahan

kekayaan penelitian ilmiah.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna sebagai tambahan wawasan dan

pengetahuan ilmiah dalam pengembangan Ilmu manajemen sumber daya

manusia khususnya yang menyangkut masalah kinerja.

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai motivasi, pengawasan dan

disiplin terhadap kinerja diantaranya dapat dilihat sebagai berikut :

Hernowo (2008) penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi, dan Disiplin

Kerja terhadap Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri”.

Jumlah sampel sebagai responden sebanyak 44 orang pegawai. Analisis data

menggunakan metode regresi linear berganda (multiple regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan disiplin kerja ke dalam model sudah

tepat dalam menjelaskan variabel kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Wonogiri. Variabel Disiplin memiliki pengaruh yang paling dominan

terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri.

Penelitian yang dilakukan Etykawaty (2008) dengan judul, “Pengaruh

Motivasi dan Kedisiplinan terhadap Kinerja Petugas Pemasyarakatan” (Studi

kasus di Rumah Tahanan Negara Klas I Surakarta). Populasi penelitian ini adalah

petugas rumah tahanan kelas I Surakarta yang berjumlah 207 orang. Dalam

penelitian ini diambil sampel yang akan mewakili populasi yaitu 110 petugas.

Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi

Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan

signifikan secara parsial dari motivasi dan disiplin terhadap kinerja pegawai

pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara kelas I Surakarta. Serta adanya

(30)

disiplin paling berpengaruh terhadap kinerja pegawai pemasyarakatan di Rumah

Tahanan Negara Klas I Surakarta.

Penelitian yang dilakukan Riyanto (2007) dengan judul, “Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, dan Pengawasan

Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal,

dan Koperasi Kabupaten Karanganyar” (Studi kasus pada Dinas Perindustrian

Perdagangan Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten Karanganyar).

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh kepemimpinan, motivasi,

lingkungan kerja, disiplin kerja dan pengawasan baik secara parsial maupun

secara simultan terhadap kinerja pegawai dinas perindustrian perdagangan

penanaman modal dan koperasi kabupaten karanganyar. Populasi dalam penelitian

ini sebanyak 81 orang. Penelitian ini merupakan penelitian sensus. Alat analisis

yang digunakan adalah Analisis Regeresi Linier Berganda. Hasil penelitian secara

Parsial menunjukkan bahwa variabel Kepemimpinan, Motivasi, Lingkungan kerja,

Disiplin kerja dan Pengawasan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

Kinerja Pegawai. Hasil penelitian Secara Simultan menunjukkan bahwa variabel

Kepemimpinan, Motivasi, Lingkungan kerja, dan Pengawasan mempunyai

pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja pegawai, hanya variabel Disiplin

kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai.

Penelitian yang dilakukan Mardiana (2009) dengan judul,”Pengaruh

motivasi dan Kedisiplinan terhadap Kinerja Petugas Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan wanita Medan”. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 76 orang

dan sampel yang diambil sebanyak 43 orang. Alat uji Statistik yang digunakan

(31)

menunjukkan bahwa motivasi dan kedisiplinan secara parsial berpengaruh positif

terhadap kinerja petugas pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan wanita

Medan. Sedangkan secara simultan motivasi dan kedisiplinan berpengaruh positif

terhadap kinerja , variabel motivasi lebih dominan pengaruhnya terhadap kinerja

petugas pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan wanita Medan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti

“menggerakan”. Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri

seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh

sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan

non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau

negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang

bersangkutan (Winardi, 2001). Menurut Hasibuan (2005), motivasi adalah

pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar

mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dalam segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi merupakan pemberian motif atau penimbulan motif sehingga

pengertian motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat atau

dorongan kerja (As’ad : 2003). Semangat atau dorongan timbul pada diri pegawai

karena adanya suatu harapan yang lebih baik. Peningkatan motivasi kerja pegawai

(32)

cukup pegawai akan termotivasi untuk melakukan sesuatu karena mereka

mengerti tindakan tersebut mempunyai arti bagi mereka.

Ada tiga dimensi motivasi yang dapat diuraikan secara singkat (As’ad :

2003) sebagai berikut :

1. Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan

bekerja diantaranya pemenuhan kebutuhan, peningkatan karir, pengakuan

orang lain dan pekerjaan itu sendiri.

2. Harapan adalah kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu

diantaranya kemungkinan pengembangan, kesempatan berprestasi, status,

dan hubungan kerja.

3. Insentif adalah salah satu motivasi yang dilihat dari besar gaji yang

diterima dan frekuensi kualitas memperoleh insentif diantaranya gaji,

jaminan kesehatan, jaminan keselamatan dan jaminan hari tua.

Pada teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan

motivasi, maka seorang pimpinan harus :

1. Mengakui bahwa setiap pegawai memiliki kebutuhan yang berbeda dan

preferensi yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang benar-benar

memiliki kebutuhan yang sama.

2. Memahami kebutuhan utama seorang karyawan, merupakan prilaku atasan

yang di cintai bawahan.

3. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya

melalui prestasi. Hal ini tidak sulit jika di lakukan dengan ketulusan, bukan

(33)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

dorongan yang menggerakan seseorang baik karena faktor dari dalam dirinya

ataupun faktor luar, dapat berupa imbalan atas hasil kerjanya, serta situasi dan

kondisi yang dihadapi yang akan mempengaruhi kinerja seseorang.

b. Teori Motivasi

A. Teori Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow

Model Maslow Ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan.

Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk

menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut

termotivasi untuk kerja, yang dapat dilihat pada gambar 2.1 :

[image:33.595.165.446.412.517.2]

Sumber : Arep Ishak dan Tanjung Hendri (2003)

Gambar 2.1

Maslow’s Need Hierarchy

Maslow mengemukan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi

kebutuhan yang ada didalam hidupnya, diantaranya :

a). Kebutuhan fisiologi yaitu, pakaian, perumahan, makanan, seks (disebut

(34)

b). Kebutuhan keamanan, keselamatan, perlindungan, jaminan pensiun, asuransi

kecelakaan, dan asuransi kesehatan.

c). Kebutuhan sosial, kasih sayang, rasa memiliki, diterima dengan baik,

persahabatan.

d). Kebutuhan penghargaan, status, titel, simbol-simbol, promosi.

e). Kebutuhan aktualisasi diri, menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.

B. Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg

Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan

seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan

satisfier atau instrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation. Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya

dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik

yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi

tempatnya bekerja.

Menurut Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong minat para

pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak

memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak

menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial.

Sedangkan faktor intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna

mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat

(35)

dari pada pemuasan kebutuhan lebih rendah, Leidecker dan Hall dalam Timpe

(2002).

Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor

motivasi dan ini mendapat kritikan dari para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali

dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari

pekerjaan itu, tetapi karena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar

mereka.

Penelitian oleh Schwab, De Vitt dan Cuming tahun 1971 telah

membuktikan bahwa faktor ekstrinsik dapat berpengaruh dalam memotivasi

performa tinggi, Grensing dalam Timpe (2002).

C. Teori ERG ( Existence, Relatednes, Growth ) dari Alderfer

Menurut teori ERG dari Clayton Alderfer ini ada 3(tiga) kebutuhan pokok

manusia yaitu :

a). Existence (eksistensi);Kebutuhan akan pemberian persyaratan keberadaan materiil dasar kita (kebutuhan psikologis dan keamanan).

b). Relatednes (keterhubungan);Hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi (kebutuhan sosial dan penghargaan).

c). Growth (pertumbuhan);Hasrat kebutuhan instrik untuk perkembangan pribadi (kebutuhan aktualisasi diri).

D. Teori Prestasi dari McClelland

Hal-hal yang memotivasi seseorang menurut Mc.Clelland dalam Hasibuan

(36)

b). kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n Pow). c). kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n Af). E. Teori harapan ( Expectancy Theory )

Pencetus pertama dari teori dari harapan ini adalah Victor H. Vroom dan

merupakan teori motivasi kerja yang relatif baru. Teori ini berpendapat bahwa

orang-orang atau petugas akan termotivasi untuk bekerja atau melakukan hal-hal

tertentu jika mereka yakin bahwa dari prestasinya itu mereka akan mendapatkan

imbalan besar. Seseorang mungkin melihat jika bekerja dengan giat kemungkinan

adanya suatu imbalan, misalnya kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan inilah yang

menjadi perangsang seseorang dalam bekerja giat.

F. Teori pembentukan prilaku (Operant Conditioning)

Menurut teori pembetukan perilaku, perilaku pegawai dipengaruhi

kejadian kejadian atau situasi masa lalu. Apabila konsekuensi perilaku tersebut

positif, maka pegawai akan memberikan tanggapan yang sama terhadap situasi

lama, tetapi apabila konsekuensi itu tidak menyenangkan, maka pegawai cendrung

mengubah perilakuya untuk menghindar dari konsekuensi tersebut.

G. Teori Keadilan( Equity Theory )

Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pegawai akan

termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, apabila ia diperlakukan

secara adil dalam pekerjaannya. Inti dari teori ini adalah pegawai membandingkan

usaha mereka terhadap imbalan yang diterima pegawai lainnya dalam situasi kerja

(37)

yang diberikan. Apabila mereka telah mendapatkan keadilan dalam bekerja, maka

mereka termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

c. Manfaat Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga

produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena

bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan

dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam

skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya.

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan

membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui,

hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang

termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena

dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.

Kinerjanya akan dipantau Oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan

membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi

(Arep dan Tanjung, 2003).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Faktor-faktor motivasi yang digunakan dalam penelitian ini dikutip dari

teori motivasi dua faktor Herzberg. Adapun yang merupakan faktor-faktor

motivasi menurut Herzberg dalam Hasibuan (2005) yang disebut faktor intrinsik

meliputi :

(38)

menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang

lebih besar.

2) Prestasi yang diraih (Achievement). Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu

pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan

tugas-tugas berikutnya.

3) Pengakuan orang lain (Recognition). Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan

yang bersumber dari kompensasi.

4) Pekerjaan itu sendiri (The work it self). Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas

yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup

menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor

motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk

berforma tinggi, Leidecker dan Hall dala Timpe (2002).

5) Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth). Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya

misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang

pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan

mendorongnya lebih giat dalam bekerja, Rivai (2008).

6) Kemajuan (Advancement). Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pagawai dalam melakukan pekerjaan, karena setiap

(39)

mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalaman dalam bekerja.

Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat

bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidak puasan dalam bekerja

menurut Herzberg dalam Luthans (2003) dihubungkan oleh faktor ekstrinsik

antara lain :

1) Gaji

Menurut Robert W Braid dalam Timpe (2002) tidak ada satu organisasi pun

yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau

meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang

realitis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi pegawai.

2) Keamanan dan keselamatan kerja

Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja

Maslow dalam Robbins (2007).

3) Kondisi kerja

Kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan

yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam bekerja

sehari-hari.

4) Hubungan kerja

Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik haruslah didukung oleh suasana

atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun atasan

dan bawahan. Robbins, (2007).

(40)

Keadilan dan kebijakasanaan dalam mengahadapi pekerja, serta pemberian

evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh

terhadap motivasi pekerja.

6) Status

Status adalah posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang

diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status

pekerja mempengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang

diperoleh dari pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan,

hak-hak istimewa yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat

menunjukkan statusnya Myers dalam Robin (2007).

2.2.2. Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan yang efektif akan memberikan suatu jaminan yang mengikat

bagi seluruh pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan

penuh tanggung jawab. Sistem pengawasan yang diterapkan kepada bawahan

didasarkan pada suatu keinginan untuk menghindari terjadinya penyimpangan

pada masalah-masalah yang sangat penting dalam tugas yang sedang atau selesai

dikerjakan.

Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus

dicapai, yaitu standar, apa yang sedang dilakukan, yaitu pelaksanaan sesuai

dengan standar. Untuk mengefektifkan pegawai dalam segi pengawasan. Untuk

itu perbandingan jumlah yang harus diawasi oleh pengawas yang bekerja pada

(41)

bawahan yang diawasi oleh seorang pengawas dengan pekerjaan berbeda (Sutarto,

2000). Para ahli teori, maupun para eksekutif praktik sependapat, bahwa

manajemen yang baik memerlukan pengawasan yang efektif. Kombinasi antara

sasaran yang terencana baik kepemimpinan yang beribawa, motivasi, kecil

kemungkinan akan mencapai keberhasilan, kecuali bila ada sistem pengawasan

yang memadai.

Menurut Robbins dan Coulter (2005) pengawasan terdiri dari empat

dimensi yaitu: standars, measurements, comparison dan Action. Keempat dimensi-dimensi pengawasan yang merupakan acuan atau grand theory yang mendasari dalam penelitian, lebih jelasnya ini akan diuraikan lebih lanjut.

1. Menetapkan standar (Standards)

Penetapan patokan (target) atau hasil yang diinginkan, untuk dapat

dilakukan sebagai perbandingan hasil ketika berlangsungnya kegiatan

organisasi. Standar juga merupakan batasan tentang apa yang harus

dilakukan dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan

target organisasi.

2. Pengukuran (measurement)

Pengukuran kinerja merupakan proses yang berulang-ulang dilakukan dan

terus menerus dan benar, baik intensitasnya dalam bentuk pengukuran

harian, mingguan, atau bulanan sehingga tampak yang diukur antara mutu

dan jumlah hasil.

(42)

Membandingkan hasil yang dicapai dengan target atau standar yang telah

ditetapkan, mungkin kinerja lebih tinggi, atau lebih rendah atau sama

dengan standar.

4. Melakukan tindakan (action)

Keputusan mengambil tindakan koreksi-koreksi atau perbaikan. Bilamana

telah terjadi penyimpangan (deviasi) antara strandar dengan realisasi perlu

melakukan tindakan Follow-Up berupa mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Proses Follow-Up atau tindakan ini dapat dilakukan apakah dengan merubah standar, ukuran atau norma.

Dari definisi yang dikemukakan diatas maka pengawasan merupakan

sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan manajerial melalui suatu proses yang telah

disusun secara lengkap serta pengambilan tindakan perbaikan bila diperlukan

sehingga tidak terjadi penyimpangan untuk menyesuaikan hasil pekerjaan dengan

standar yang telah ditentukan.Teori yang digunakan dalam penelitian ini yang

paling cocok adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter, karena

responden dalam penelitian ini adalah para pegawai yang dalam bekerja memiliki

standar pekerjaan dan pekerjaannya dapat dinilai.

b. Tipe-tipe Pengawasan

1. Pengawasan Pendahuluan ( Freedforward Control )

Bentuk pengawasan kerja ini dirancang untuk mengantisipasi masalah

yang menyimpang dari standar atau tujuan dan memungkinkan korelasi

dibuat sebelum tahap tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan ini lebih aktif

dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan

(43)

2. Pengawasan bersamaan pelaksanaan kegiatan (Concurrent Control ) Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Pengawasan

ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari dari suatu prosedur

disetujui terlebih dahulu sebelum kegiatan-kegiatan dilanjutkan atau

menjadi semacam peralatan “Double Check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Pengawasan umpan balik (feedback control)

Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.

Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar yang telah ditentukan, dan

penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan serupa dimasa yang akan

datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah

kegiatan terjadi (Handoko, 2003).

c. Karakteristik Pengawasan yang Efektif

Agar dapat efektif setiap pengawasan kerja harus memenuhi kriteria

tertentu, yaitu :

1) Informasi yang akan diukur harus akurat.

2) Pengawasan harus dilakukan tepat waktu disaat penyimpangan diketahui.

3) Sistem Pengawasan yang dipergunakan harus mudah dimengerti oleh orang.

4) Pengawasan harus dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan strategis.

5) Harus bersifat ekonomis, artinya biaya pengawasan harus lebih kecil

dibandingkan dengan hasilnya.

(44)

7) Harus sesuai dengan arus kerja atau sesuai dengan sistem dan prosedur yang

dilaksanakan dalam organisasi.

8) Harus luwes dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.

9) Bersifat memerintah dan dapat dikerjakan oleh bawahan.

10) Sistem pengawasan harus dapat diterima dan dimengerti oleh semua anggota

organisasi (Ranupandojo, Hedjrachman dan Suad, 2002)

2.2.3. Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Menurut Hasibuan (2005), menyatakan bahwa “Disiplin adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan menurut Sutrisno (2009)

menyatakan “Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau disiplin hormat yang ada

pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan”.

Selanjutnya, menurut Wursanto (2000) menyatakan bahwa “Disiplin

adalah suatu ketaatan karyawan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku

dalam perusahaan atas dasar adanya suatu kesadaran atau keinsyafan bukan

adanya unsur paksaan”. Kemudian menurut Sinungan (2003) menyatakan bahwa

“Disiplin adalah sebagai disiplin mental yang tercermin perbuatan atau tingkah

laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan atau ditetapkan pemerintah atau etika, norma, dan kaidah

(45)

Menurut Nitisemito (1995), “Disiplin adalah suatu disiplin, tingkah laku

dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik secara tertulis

maupun tidak tertulis”.

Dimensi disiplin kerja menurut Nitisemito (1995) meliputi:

1. Disiplin waktu

Disiplin waktu dapat dilihat dari kepatuhan pegawai dari tingkat kehadiran

pegawai di kantor pada hari kerja dari kerajinan pegawai masuk kerja,

ketepatan waktu masuk kerja, ketepatan jam pulang kerja dan kerajinan

mengikuti upacara/apel pada saat datang dan pulang.

2. Disiplin Peraturan

Disiplin peraturan yaitu ketaatan pegawai dalam mengikuti peraturan dan cara

kerja yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari ketaatan pada

peraturan/tata tertib yang ada, kepatuhan terhadap instruksi atasan, ketaatan

menggunakan kelengkapan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3. Disiplin Tanggung Jawab

Disiplin tanggung jawab dapat dilihat dari menggunakan fasilitas peralatan

kerja sesuai prosedur kerja yang telah ditentukan, dan memelihara

fasilitas/peralatan kerja sesuai prosedur kerja yang telah ditentukan serta

menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan sesuai dengan ketentuan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, terlihat jelas faktor–

faktor terpenting dari disiplin kerja adalah disiplin dan perilaku yang taat dan

(46)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi diantaranya :

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan

kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan

sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladanan Pimpinan

Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin

baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan

keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

pegawai terhadap organisasi atau pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai

semakin baik terhadap kedisiplinan pegawai yang baik, organisasi harus

memberikan balas jasa yang relatif besar. Berperan Kedisiplinan pegawai

(47)

memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga. Jadi,

balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego

dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama denganmanusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar

kebijaksanaan dalam memberikan balas jasa (pengakuan) atau hukuman

akan merangsang terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai organisasi. Dengan pengawasan

melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi

perilaku, moral, disiplin, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal

ini berarti atasan harus selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi

dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan

dalam menyelasaikan tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan

dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan,

pengarahan, petunjuk, dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat,

atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan

setiap individu bawahannya, sehingga kondute setiap bawahan dinilai

objektif. Jadi waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara pimpinan

dan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.

(48)

Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan organisasi, disiplin, dan prilaku indisipliner

pegawai akan berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan

diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai.

Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk

akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum

setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman

bagi pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya

oleh bawahan.

c. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang

melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik pegawai

yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan

meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan

Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan “Sanksi disiplin terdiri atas sanksi disiplin

berat, sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan”.

1. Sanksi Disiplin Berat

(49)

a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan

yang diberikan sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai

biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri tenaga

kerja yang bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di

organisasi atau perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

Sanksi disiplin sedang misalnya :

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan

sabagaimana tenaga kerja lainnya.

b. Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah atau gaji yang biasanya

diberikan harian, mingguan atau bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi disiplin ringan misalnya :

a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Selanjutnya, menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa ada 3 (tiga)

(50)

1. Disiplin preventip

Kegiatan yang dilaksanakan untuk medorong para pegawai agar mengikuti

berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan- penyelewengan

dapat dicegah.

2. Disiplin korektif

Kegitan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap

aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih

lanjut. Dan bertujuan untuk memperbaiki pelanggaran, untuk

menghalangipara pegawai yang lain melakukan kegiatan yang serupa,

untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif.

3. Disiplin Progresif

Suatu kebijakan disiplin yang memberikan hukuman- hukuman yang lebih

berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Disiplin progresif

ditunjukkan sebagai berikut:

a) Teguran secara lisan kepada penyelia

b) Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia

c) Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

d) Skorsing satu minggu atau lebih lama

e) Diturunkan pangkatnya

f) Dipecat

Penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada pegawai yang

melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan seksama bahwa

sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan dan

(51)

dengan rasa keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan sanksi disiplin dan

mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih

berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.

2.2.4. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Irham (2010) mengemukakan kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh

suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu priode waktu. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi

sesuai dengan wewenang dan tangungjawab masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral dan etika.

Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007) mengemukakan kinerja

merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan

strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada

ekonomi.

Wibowo (2007) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah tentang melakukan

pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang

apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya”.

Menurut Mangkunegara (2005) “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(52)

melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan”.

Uraian beberapa teori di atas tentang kinerja, maka kinerja pegawai Balai

Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Sumatera Utara secara konseptual

dalam penelitian ini diartikan sebagai hasil kerja seorang pegawai dalam

mengelola dan melaksanakan tugas yang diembannya, didasarkan atas tanggung

jawab yang dimilikinya sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya

pada suatu periode waktu yang telah ditetapkan oleh Balai Latihan Pendidikan

Teknik Dinas Pendidikan Sumatera Utara.

b. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu proses manajemen untuk menilai

kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah

untuk memberikan umpan balik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki

kinerjanya dan meningkatkan produktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan

dengan kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan

gaji, pendidikan dan latihan.

Menurut Umar dalam Mangkunegara (2005) untuk mengukur kinerja

pegawai dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain :

1). Mutu pekerjaan,

2). Kejujuran,

3). Inisiatif,

(53)

5). Disiplin,

6). Kerjasama,

7). Kehandalan,

8). Pengetahuan tentang pekerjaan,

9). Tanggung jawab,

10).Pemanfaatan waktu.

Penilaian kinerja (performance appraisal, PA) adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan, ketika dibandingkan dengan satu set

standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis

dan Jackson, 2002). Penilaian kinerja dapat terjadi dalam dua cara, secara

informal dan secara sistimatis (Mathis dan Jackson, 2002). Penilaian informal

dapat dilaksanakan setiap waktu dimana pihak atasan merasa perlu. Hubungan

sehari-hari antara manajer dan karyawan memberikan kesempatan bagi kinerja

karyawan untuk dinilai. Penilaian sistimatis digunakan ketika kontak antara

manajer dan karyawan bersifat formal,dan sistemnya digunakan secara benar

dengan melaporkan kesan dan observasi manajerial terhadap kinerja karyawan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan

bagian integral dari proses penilaian yang meliputi : penerapan sasaran kinerja

yang spesifik, terukur, memiliki tingkat perubahan, terbatas waktu, adanya

pengarahan dan dukungan atasan. Karyawan bersama atasan masing-masing dapat

menetapkan sasaran dan standar kinerja yang harus dicapai dalam kurun waktu

tertentu. Peningkatan kinerja karyawan perseorangan pada gilirannya akan

(54)

c. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Nasution (2005) tujuan penilaian kinerja adalah :

1). Untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan selama periode waktu

tertentu (dibandingkan dengan standar).

2). Untuk mengetahui tentang diri karyawan (baik disiplin, watak, kekuatan,

maupun kelemahannya), sehubungan dengan pekerjaannya di perusahaan.

3). Untuk mengetahui apakah karyawan mempunyai potensi untuk menduduki

jabatan lain (dengan/tanpa training lebih lanjut).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Tiffin dan Cormick (dalam Novitasari, 2003) ada dua variabel

yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, meliputi: disiplin, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat

dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor

individual lainnya.

2. Variabel situasional:

a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdin dari; metode kerja, kondisi dan

desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik

(penyinaran, temperatur, dan fentilasi)

b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi,

sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan

(55)

2.2.5. Hubungan Motivasi, Pengawasan, Disiplin dan Kinerja

Masalah motivasi bukanlah masalah yang mudah, baik memahaminya

apalagi menerapkannya, tidak mudah karena berbagai alasan dan pertimbangan.

Akan tetapi yang jelas ialah bahwa dengan motivasi yang tepat para pegawai akan

terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya

karena meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan

berbagai sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggotanya tersebut

akan terpelihara juga.

Pegawai memiliki sikap dan prilaku yang berbeda, oleh karena itu sistem

pengawasan sebaiknya di terapkan untuk lebih mengoptimalkan pekerjaan

pegawai sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih baik. Ada pegawai yang

melaksanakan pekerjaan tanpa harus di awasi oleh atasan, mereka mampu

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, namun ada juga pegawai yang harus

selalu di pandu oleh atasannya, karna kalau tidak di awasi, pegawai tersebut

sering melakukan kesalahan, sehingga peran atasan dalam pengawasan sangat

penting.

Manusia tidak ada yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan.

Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus di

taati oleh anggotanya. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong

para pegawai memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Pendisiplinan

pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan

membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai

tersebutsecara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai

(56)

2.3. Kerangka Konseptual

Menurut Wibowo (2007: 7) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja

adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan

tersebut. Dan kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannya. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas

maupun kualitas dalam suatu organisasi.

Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja

personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku

jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran

personel di dalam organisasi. Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan

dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan

membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan yang hendak

dicapai (Y

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah siswa praktik tahun ajaran 2011/2012
Tabel 1.2. Daftar Hadir Pegawai UPT.BLPT PROVSU Tahun 2011
Tabel 1.3. Daftar Hadir Apel Pegawai UPT.BLPT PROVSU Tahun 2011
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang rawat inap Puskesmas Sidareja terhadap 10 responden dengan menggunakan kuesioner diperoleh data

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa definisi para ahli mengenai belajar tersebut, dapat disimpulkan

Sebagai bentuk komitmen dan dukungan Pemerintah Kota Salatiga terhadap keterbukaan informasi publik dan wujud pernyataan kepatuhan kepada Undang – Undang Keterbukaan

The obtained results can be summarized as follow: the heat treatment of Cr-Al coatings on low carbon steel changes the coating structure. In the Al coating, Al is

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh tingkat signifikansi variabel bagi hasil adalah sebesar 0,058 yang artinya lebih besar dari 0,05 (0,058 < 0,05) dan t hitung

BUKU SATUAN KEGIATAN HARIAN (SKH) TAMAN AKANK-KANAK AL-UMM.. TAMBAAGUNG ARES

Dubinsky (2000), mengungkapkan bahwa APOS merupakan suatu teori dalam pembelajaran, karena memenuhi enam karakteristik teori pembelajaran. Keenam karakteristik tersebut