BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
( Suatu Studi : Budaya Politik dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua
PadangSidempuan )
Disusun Oleh :
SEPTI MELIANA 060906024
Dosen Pembingbing : Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si
Dosen Pembaca : Indra Kesuma, Nst M.si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan
Batunadua Padang Sidimpuan ).
Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.
Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan dari penulis
skripsi ini adalah sebagai laporan akhir, yang merupakan salah satu beban mata
kuliah yang harus penulis laksanakan untuk memenuhi persyaratan akademis
sebagai mahasiswa Ilmu Politik di FISIP-USU guna memperoleh gelar sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:
BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
( SUATU STUDI : BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK DI
DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI DESA AEK TUHUL KECAMATAN
BATUNADUA PADANG SIDEMPUAN).
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari telah dapat mendapat dorongan,
bimbingan, bantuan, serta saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penulis
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan hari ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
yaitu:
1. Yang paling utama dan yang terpenting sebagai cahaya hidupku,”Allah
SWT” yang selalu memberikan rahmat, ridho, dan kasih sayangnya kepada
hidup ini, terima kasih ya Allah begitu banyak nikmat dan karunia yang
2. Teristimewa rasa hormat dan terima kasihku kepada kedua orang tua
tercinta Ayahanda Ismail HSB yang selalu memberikan semangat agar
tetap optimis, tempatku bertukar pikiran, yang selalu mendoakanku, dan
Ibunda Nelliana yang selalu mendoakanku , tempatku berkeluh kesah,
yang paling mengerti septi, yang selalu mengingatkan septi jangan pernah
tinggal sholat dam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita. Kasih sayang yang orang tuaku berikan, tidak dapat dinilai dengan
apapun, skripsi ini septi persembahkan kepada kedua orang tua yang
sangat aku cintai ( Septi sayang ma kalian berdua, I LOVE U PA…n..MA.
3. Dekan Fakultas Ilmu sosial Politik USU medan yaitu Bapak Prof. Dr.
Baddaruddin, M.SI.
4. Ibu Dra. T. Irmayani. M.Si. Selaku ketua Departemen Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
5. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M. SI. Selaku dosen pembingbing dan
Bapak Indra Kesuma, Nasution S. IP. M. SI. Selaku dosen pembaca yang
telah memberikan bimbingan dengan sabar dan petunjuk dalam menyusun
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. Tony P. Situmorang MA selaku Dosen Wali yang telah
membingbing penulis selama masa kuliah
7. Seluruh dosen yang mengajar penulis selama masa perkuliahan dan juga
kepada seluruh staf Departemen Ilmu Politik FISIP USU
8. Kepada KPU Kota Padang Sidimpuan yang telah membantu memberikan
9. Kepada kepala desa beserta rekan rekan Desa Aek Tuhul Kecamatan
Batunadua yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yang di
perlukan untuk skripsi ini.
10.Seluruh Responden yang telah mekuangkan waktunya untuk mengisi
angket yang telah di berikan sehingga penulis sangat terbantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Kepada semua teman-teman saya stambuk 2006 yang sudah wisudah
jangan sombong kalau nanti sudah sukses dan buat yang belum harus tetap
semangat.
12.Kepada Sahabatku tersayang (Smile face.. ), For all The Girls Crew Rika
sahabat terbaikku (Doaku terwujud cko akhirnya aku dapat nyusul hehehe
trms ya shobat atas bantuannya dan dorongan yg slalu memberikan
semangat buat aku trms , Adel, Silvi ( semoga cepat siap S2-nya ya dan
ntar lau udah sukses jngan sombong2 ), Dini ( akhirnya perjuangan kita
sarjana juga hehe..), Ulfa ( tetap semangat ya pantang mundur..)
13.Kepada abgku yang paling aku hargai dan sayangi Boy April Monansyah
(trimakasih atas nasehat dan dorongan yang abg berikan selama adek
kuliah adek sangat bangga punya abg walau rada rada galak sih hehehe..
mudah mudahan cepat dapat kerja dan pendamping yang baik tetap
semangat ya bg.. sholat nya jngan ketinggala).buat adekku lisa , madi
(baik2 sekolahnya ya dek tetap semangat jngan bandel-bandel oc).
14.Kepada temanku yang paling aku sayangi selama Kuliah Fanny
Ruzmadani lubis terimakasih yang slalu ada di saat susah dan senang
trms tak kan bisa terlupakan saat-saat kebersamaan kita dulu. Buat nila sisi
selalu semangat jalani kuliahnya jngan pacaran dan shoping melulu yang
di pikirkan mudah mudahan bisa berubah jadi yang terbaik kalau ada
usaha semua pasti bisa semang ya
15.Kepada teman-temanku senior kost pink (k juli, k Fatimah) kalau udah
sukses nanti jngan sombong-sombong ya. Buat Junior adekku (Karsih,
wenni, eri, F3 dan ai tetap semangat ya pantang mundur oc).
16.Terimakasih buat bg Rusdi dan Pak udin ( yang slalu mengarahkan dan
memberikan nasehat- nasehat buatku, makasih banyak ya b’….
Akhirnya kata dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Medan, 24 Februari 2011
Hormat saya,
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang Masalah……….. 12. Perumusan Masalah……….. ..4
3. Tujuan Penelitian……… 5
4. Manfaat Penelitian………...5
5. Kerangka Teori……….6
5.1.Teori Budaya Politik ……….6
5.1.1. Pengertian Budaya Politik………..8
5.1.2. Bentuk-bentuk Budaya Politik………...8
5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan partisipasi ……….12
5.2.Teori Partisipasi ………..14
5.2.1. Pengertian Partisipasi Politik ………..14
5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi politik ………16
5.2.3. Partisipasi politik masyarakat……….………… 19
5.3.Pemilihan Umum/Sistem pemilu ………20
5.3.1. Pengertian Pemilihan umum ………...20
5.3.2. Sistem Pemilu……….. 22
5.3.3. Pemilihan umum 2009 di Indonesia……… 24
6. Metodologi Penelitian………....25
6.1.Jenis Penelitian ………25
6.3.Teknik Pengumpulan Data……….. 27
7. Analisis Data………. 27
8. Sistematika Penulisan……… 28
BAB 11. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Geografis Kecamatan Batunadua PadangSidimpuan……… 29 2.2. Karakteristik Kependudukan Kecamatan Batundua……… 32 2.3. Kondisi Perekonomian Kecamatan Batunadua………. 36 BAB 111. PENYAJIAN DATA
3. Penyajian Data……….. 48 3.1. Karakeristik Responden………. 48 3.2. Anlisa Data………. 52
3.2.1. Evaluasi Tentang Pemilu dan Partisipasi Politik………… 52 3.2.2. Evaluasi Tentang Budaya Politik……… 60 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan………. 68 4.2. Saran………... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Bentuk bentuk partisipasi politik ………..19
Tabel 2 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan ………….….30
Tabel 3 Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan... 31
Tabel 4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa/Kelurahan……….. 33
Tabel 5 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sex Ratio…….….34
Tabel 6 Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan ……….. 35
Tabel 7 Luas Sawah, Luas Panen, produksiMenurut Desa/Kelurahan….. 38
Tabel 8 Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/Kelurahan..39
Tabel 9 Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi
Daging Menurut Jenis Ternak ………...40
Tabel 10 Banyaknya Produksi Daging Telor Ternak UnggasMenurut Jenis
Unggas………41
Tabel 11 Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan
Usaha………..42
Tabel 12 Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan………. 43
Tabel 14 Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua
Padangsidimpuan……….. 45
Tabel 15 10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan……… 46
Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin………. 48
Tabel 17 Distribusi Responden berdasarkan um……….. 49
Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………... 50
Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidika………..…… 51
Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Utam… 51 Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu Legislatif 2009………..……. 53
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jumlah Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan umum……… 53
Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Mengikuti Pemilu 2009……. ……….54
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partai Politik Yang Dipilih Responden Ketika Pemilu 2009……….…... 55
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sumber Utama Mencari
Informasi Tentang Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009…...……. 57
Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Visi dan Misi
Caleg terhadap Pilihan Politik Responden Pada
Pemilu Legislatif 2009………..58
Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Yang Responden
Gunakan Untuk Mencari Informasi mengenai Parpol atau Caleg.59
Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden
Mengerti apa itu Politik……….…….. 60
Tabel 30 Distribusu Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden
Mengetahui Peran dan Fungsi DPR……….. ………60
Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Faktor Yang Sangat
Mempengaruhi Responden Dalam memilih Calon Anggota DPR
Pada Pemilu Legislatif 2009. ………...61
Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Apakah Responden Mempercayai
Dan Merasa Perlu Untuk Mengikuti Pemilu………. 62
Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan responden
dalam mendiskusikan Politik Dari Masalah Pemerintahan …….63
Tabel 34 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Responden
Tabel 35 Distribusi jawaban Responden Mengenai apakah Responden Peduli
Mengenai Peraturan atau Kebijakan Politik dan Pemerintahan yang
di Keluarkan……….. 65
Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden mengenai Bagaimana Responden
menyikapi Perbedaan, ide (pendapat) dengan orang lain………66
Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Apakah responden Memiliki
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Piramida Partisipasi Politik………...16
ABSTRAKSI
BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan
Batunadua Padang Sidimpuan ).
Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.
Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Negara yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak, demokrasi tidak
mungkin dilaksanakan secara langsung. Karena itu, dalam pengertian modren,
demokrai dapat diselenggarakan melalui prinsip perwakilan sehingga pemerintah
yang terbentuk disebut juga pemerintahan perwakilan atau pemerintahan
representatif.
Semua warga negara yang menganut demokrasi harus melaksanakan pemilihan umum, tetapi tidak semua pemilihan umum itu demokratis. Dalam
demokrasi pemilihan umum adalah bagian dari perwujutan hak – hak asasi yaitu
kebebasan berbicara dan berpendapat, juga kebebasan berserikat. Mealalui
pemilihan ini pula rakyat membatasi kekuasaan pemerintahan, sebab melalui
pemilihan rakyat dapat mengangkat dan memberhentikan pemerintah. Karena itu,
kadar demokratisnya juga sangat bergantung pada seberapa jauh pemilihan
tersebut berlangsung secara bebas dan jujur. Setiap pemilih dapat menikmati
kebebasan yang dimilikinya tanpa intimidasi dan kecurangan yang membuat
kebebasan pemilih terganggu. 1
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam
sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk
sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya
1
mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang
bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih
dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan
penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status
sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan
aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
pelaksanaannya dapat terjdi secara langsung atau tidak langsung dengan
praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi,
atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung,
berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi
antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah
(non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan
dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem
politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur
pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya,
pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokratis, sekaligus merupakan ciri khas adanya modrenisasi politik.2
2
Drs.sudijono sastroatmodjo, perilaku politik, semarang, ikip semarang press, 1995, hal. 67 Secara
umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum dan lain sebagainya.3
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan
ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,
pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan
partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan
yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan
ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian,
budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan
keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber
masyarakat4
Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan
nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.5
Pembahasan tentang budaya politik tidak terlepas dari partisipasi politik
warga negara. Partisipasi politik pada dasarnya merupakan bagian dari budaya
politik, karena keberadaan struktur - struktur politik di dalam masyarakat, seperti
partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan dan media masa yang
kritis dan aktif. Hal ini merupakan satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam
kehidupan politik ( partisipan ). Bagi sebagian kalangan, sebenarnya keterlibatan Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam
pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup banyak tentang
kehidupan.
3
Miriam budiardjo, dasar – dasar ilmu politik, jakarta, PT. Gramedia pustaka utama, 2008, hal.367
4
Http//mjieshool.multy. Com/journal/item/30/budaya politik.
5
rakyat dalam proses politik, bukan sekedar pada tataran formulasi bagi
keputusan-keputusan yang dikeluarkan pemerintah atau berupa kebijakan politik, tetapi
terlibat juga dalam implementasinya yaitu ikut mengawasi dan mengevaluasi
implementasi kebijakan tersebut.
Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara
atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, di negara
– negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi
masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini tingginya tingkat partisipasi
menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin
melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang
rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah
kenegaraan.6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas ini penulis tertarik memilih judul : ”BUDAYA
POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT” ( Studi kasus: budaya politik dan partisipasi politik masyarakat Desa Aek Tuhul, Kecamatan Batunadua Kota Padangsidempuan).
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
perumusan masalah adalah: Seberapa besar pengaruh Budaya Politik
6
dalam hal partisipasi politik masyarakat terkait dengan pilihan politiknya
di dalam pemilu legislatif 2009.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana Budaya Politik berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat pada pemilu legislatif 2009.
2. Untuk mengetahui masalah partisipasi politik masyarakat di Desa Aek
tuhul Kec. Batunadua Padangsidempuan.
3. Sebagai Syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat
kepada semua pihak yang secara umum yaitu:
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana latihan dalam
menuangkan gagasan dan pikiran yang diperoleh selama mengikuti studi di
fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
2. Bagi Akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di
bidang ilmu sosial dan ilmu politik, khususnya mengenai studi tentang
perilaku pemilih
3. Sebagai referensi bagi penelitian lain yang mendalami permasalahan tentang
5. Kerangka Teori
Unsur penelitian ini memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, maka di perlukan beberapa
teori yang sangat relevan dengan permasalahan yang dimana teori – teori
merupakan serangkaian konsep, defenisi, dan proposi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara
konsep. Dalam teori ini penulis akan memaparkan teori – teori yang merupakan
landasan berpikir masalah – masalah penelitian yang sedang disoroti.
5.1. Teori Budaya Politik
5.1.1. Pengertian Budaya Politik
Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap
orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem
itu.7 Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju
tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan,
bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan
simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan
peranan mereka di dalam sistem politik.8
Dengan memahami budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua
manfaat, yakni: (1) sikap-sikap warga Negara terhadap sistem politik akan
7
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Dalam Buku, Budaya Pollitik, tingkah laku politik dan demokrasi di lima Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1990. Hal 13.
8
mempengaruhi tuntutan -tuntutan, tanggapannya, dukungannya serta
orientasinya terhadap sistem politik itu; (2) dengan memahami hubungan antara
budaya politik dengan sistem politik, maksud-maksud individu melakukan
kegiatan dalam sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya
pergeseran politik dapat di mengerti. Budaya politik selalu inhern pada setiap
masyarakat yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik
tradisional, transnasional, maupun modern. Almond dan Verba melihat bahwa
pandangan tentang obyek politik, terdapat tiga komponen yakni komponen
kognitif, efektif, dan evaluatif.
Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada
politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
Orientasi afektif : yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor
dan pe-nampilannya.
Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik
yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan
perasaan. Oleh karena itu kebudayaan politik adalah bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat. Dalam kebudayaannya sebagai sub kultur, kebudayaan politik
dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat secara umum. Kebudayaan politik
menjadi penting di pelajari karena ada dua sistem :
Pertama : Sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap orientasi politik sangat mempengaruhi
bermacam-macam tuntutan itu di utarakan, respon dan dukungan terhadap
Kedua : dengan mengerti sikap hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sisitemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih
membawa perubahan sehingga sisitem politik lebih demokratis dan stabil.9
Alfian, menganggap bahwa lahirnya kebudayaan itu sebagai pantulan
langsung dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat. Hal ini terjadi
melalui proses sosialisasi politik agar masyarakat mengenal, memahami, dan
menghayati nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat itu, seperti nilai-nilai
sosial budaya dan agama.10
5.1.2. Bentuk-bentuk budaya Politik
Tipe Budaya Politik
1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan
Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks,
menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan.
Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi
ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”.
a. Budaya Politik Militan
Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari
alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila
terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh
peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar
emosi.
b. Budaya Politik Toleransi
9
A.Rahman H.I. Sistem politik Indonesia Yogyakarta; Graha Ilmu, 2007 hal 269.
10
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang
harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka
pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan
curiga terhadap orang.
Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan,
maka hal itu dapat men¬ciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik.
Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan
jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Berdasarkan sikap terhadap
tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas :
a. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Absolut Budaya politik
yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan
kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah
lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan,
bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian
pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang
hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik
yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis
terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi.
Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan
keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak
memungkinkan pertumbuhan unsur baru.
b. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif Struktur
mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima
kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi
berdasarkan perkembangan masa kini.
Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan
sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap
sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan.
Perubahan dianggap sebagai penyim¬pangan. Tipe akomodatif dari
budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah
untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan
pemecahan yang lebih sempurna.
1. Berdasarkan Orientasi Politiknya
Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki
beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan
karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik
akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud
dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat,
Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :
a. Budaya Politik parokial (parochial political culture) yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat
atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena
wilayah yang terbatas acapkali pelaku politik sering memainkan peranannya
seiring dengan diferiensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersikap
khas dan berdiri sendiri. Yang menonjol dalam budaya politik adalah kesadaran
anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan\kekuasaan politik dalam
masyarakat
b. Budaya Politik kaula (subyek political culture) yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi
masih bersifat pasif. anggota masyarakat mempunyai minat perhatian,
mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada
aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk
memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan
posisi yang pasif dan lemah. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya
mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja pada
kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan
c. Budaya Politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Masyarakat dalam
budaya ini memiliki sikap yang kritis untyuk memberi penilaian terhadap
sistem politik dan hampir pada semua aspek kekuasaan.
d. Budaya Politik campuran(mixed political cultures) yaitu gabungan karakeristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni.11
5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan Partisipasi
11
Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan
nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik
terjadi.12
Dalam sistem itu terdapat cukup banyak aktivis politik untuk menjamin
adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiran pemberi suara yang
besar, maupun publik peminat politik yang kritis yang mendiskusikan
masalah-masalah kemasyarakatan dan pemerintahan dan kelompok-kelompok Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling
tidak dalam pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup
banyak tentang kehidupan politik kita sebut berbudaya politik partisipan.
Orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan
dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun
memberikan suara dalam pemilihan, kita sebut dalam pemilihan subyek.
Golongan ketiga adalah orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau
mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Mereka ini mungkin buta
huruf, tinggal di desa yang terpencil, atau mungkin nenek-nenek tua yang
tidak tanggap terhadap hak pilih dan menggungkung diri dalam kesibukan
keluarga. Orang-orang dari golongan ketiga ini kita sebut budaya politik
parokial. Tiga model tentang kebudayaan politik, atau tentang orientasi
terhadap pemerintahan dan politik. Model pertama adalah masyarakat
demokratik industrial. Dalam sistem ini jumlah partisipan mencapai 40-60%
dari penduduk dewasa. Jumlah subyek kurang lebih 30%, sedang golongan
parokial kira-kira 10%. Gambaran ini tidak luar biasa di masyarakat
demokratik industrial.
12
pendesak yang mengusulkan kebijaksanaan-kebijaksanan baru dan melindungi
kepentingan khusus mereka.Model kedua adalah sistem otoriter hanya
sebagian industrial dan modren seperti Portugal. Meskipun terdapan
organisasi politik beberapa partisipasi politik, seperti mahasiswa dan kaum
intelektual, menentang sistem itu dan berusaha merubahnya melalui
tindakan-tindakan persuasif. Kelompok-kelompok terhormat seperti pengusaha,
kelompok gereja, dan tuan tanah mendiskusikan masalah-masalah
pemerintahan, serta ikut aktif dalam kegiatan lobbying. Tetapi sebagian besar
rakyat dalam sistem itu hanya sebagai subyek yang pasif, mengakui
pemerintah dan tunduk pada hukumnya, tetapi tidak melibatkan diri dalam
urusan pemerintahan.Model ketiga adalah sistem demokratis pra-industrial
seperti republik Dominika yang sebagian besar Warganegaranya buta huruf di
pedesaan dan buta huruf.
Dalam negara semacam ini hanya terdapat sedikit sekali partisipan yang
terutama terdiri dari profesional terpelajar, usahawan, dan tuan tanah,
sejumlah besar pegawai, buruh, dan petani bebas secara langsung terpengaruh
atau terkena oleh perpajakan dan kebijaksanaan resmi pemerinth lainnya.
Tetapi kelompok warganegara yang paling besar terdiri dari kelompok tani
yang buta huruf, yang pengetahuannya tentang dan keterlibatannya dalam
kehidupan politik dan pemerintahannya sangat sedikit. Kesadaran kelas
merupakan sekumpulan sikap-sikap yang sangat mempengaruhi struktur dari
sistem kepartaian dan stabilitas pemerintah. Motivasi untuk berpartisipasi atau
sikap-sikap yang berkaitan dengan kehendak untuk maju terus, untuk
sangat penting dalam modernisasi ekonomi dan politik. Kolompok penduduk
yang mau memperbaiki keadaannya sendiri cenderung untuk berhasil dalam
mengumpul modalkan untuk investasi dalam mencapai pertumbuhan tingkat
ekonomi yang sangat tinggi, atau dalam mengembangkan pendidikan dirinya
sendiri.13
5.2. Teori Partisipasi
5.2.1. Pengertian partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi
kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, mengadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok kepebtingan, mengadakan hubungan
(contatcting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya14
1. Keith Fauls
.
Berikut disajikan Pendapat beberapa ahli.
Dalam bukunya, Political Sociology: A Criticical Introduction, Keith
Fauls (1999:133) memberikan batasan partisipasi politik sebagai keterlibatan
secara aktif (the active engage ment) dari individu atau kelompok ke dalam
13
Mohtar Mas’oed, Colin MacAndrews, Perbandingan sistem Politik, Yogyakarta : Gadja Mada University Press,2001, hal 42
14
proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah.15
2. Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social
Sciences:
Dalam International Encylopaedia of the Social Sciences, Herbert
McClosky memberikan batasan partisipasi politik sebagai “kegiatan –
kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil
bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung, dalam proses pemb entukan kebijakan umum”.16
3. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice:
Political Participation in Developing Countries:
Dalam buku No Easy Choice: Political Participation in Developing
Countries, Huntington dan Nelson membuat batasan partisipasi politik
sebagai“kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang
dimaksut sebagai pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa
bersifat individual atau kolektif,terorganisir atau sepontan, mantap atau
sporaecara damai atau kekerasan,legal atau illegal,edic,fektif atau tidak
efektif.”17
4. Michael Rush dan Philip Althoff
15 Keith Fauls, Polotical Sociology : A Critical Introduction, (1999:133) Dr.Damsar, Pengantar
Sosiologi Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hal 180.
16
Herbert McClosky, International Encylcopaedia of the social Sciences, Herbert. Dr. Damsar,
Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media Group,2010,ibid, hal 180.
17
Samuel P. Huntington Dan Joan M. Nelson, No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries. Dr. Damsar, Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media
Dalam buku Sosiologi Politik, Rush dan Althoff (2003) memberikan batasan
partisipasi politik sebagai “keterlibatan dalam aktivitas politik pada suatu
sistem politik.Beberapa pandangan ahli tentang tipologi partisipasi politik.18
5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
1. DAFID F. ROTH DAN FRANK L. WILSON
Dalam buku The Comparative Study of politics, Roth dan Wilson (1976 )
membuat tripologi partisipasi politik atas dasar piramida pattisipasi. Pandangan
Roth dan Wilson tentang piramida politik menujukan bahwa semakin tinggi
intensitas dan drajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil kuantitas
orang yang terlibat di dalamnya.19
Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik
Sumber : di adaptasi dari David F.Roth & Frank L. Wilson, The Comparative Study Of Politics, dalam: http://catatankecilgue.blogspot.com
Intensitas dan derajat keterlibatan yang tinggi dalam aktivitas politik di
kenal sebagai aktivis. Adapun yang termasuk dalam kelompok aktivis adalah
18 Michel Rush Dan Philip Althoff, Sosiologi Politik (2003), Dr.Damsar, Pengantar Sosiologi Politik,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, ibid, hal 180.
19
David. F. Roth dan Frank L. Wilson, The Comparative Study of Politics (1976) Dr.Damsar,
pemimpin dan para fungsionaris partai atau kelompok kepentingan yang
mengurus organisasi secara penuh waktu (full-time). Termasuk dalam kategori ini
adalah kegiatan politik dipandang menyimpang atau negatif seperti pembunuh
politik, teroris, atau peleku pembajakan untuk meraih tujuan politik.Lapisan
berikutnya setelah lapisan puncak piramida dikenal dengan partisipan. Kelompok
ini mencakup berbagai aktivitas sebagai petugas atau juru kampanye, mereka yang
terlibat dalam program atau proyek sosial, sebagai pelobi politik, aktif dalam
partai politik atau kelompok kepentingan.
Mereka ikut dalam kegiatan politik yang tidak banyak menyita waktu,
tidak menuntut prakarsa sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya.
Misalnya member suara dalam pemilihan umum(legislatif dan eksekutif),
mendiskusikan isu politik, dan mengadiri kampanye politik. Sedangkan lapisan
terbawah adalah kelompok orang yang apolitis, yaitu kelompok orang yang tidak
peduli terhadap sesuatu yang berhubungan dengan politik.
2. MICHAEL RUSH DAN PHILIP ALTHOFF
Rush dan Althoff mengajukan hierarki partisipasi politik sebagai suatu
tipologi politik. Hirarki tertinggi dari partisipasi politik menurut Rush dan Althoff
adalah menduduki jabatan politik atau administrative. Sedangkan hierarki yang
terendah dari suatu partisipasi politik adalah orang yang apati saecara total yaitu
orang yang tidak melakukan aktivitas politik apapun secara total. Semakin tinggi
Hierarki partisipasi politik maka semakin kecil kuantitas dari keterlibatan
orang-orang, seperti yang diperhatikan oleh Bagan Hirarki partisipasi politik dimana
garis vertikal segitiga menujukan Hierarki, sedangkan garis orijonyalnya
Gambar 2. Hierarki Partisipasi politik
Sumber : diadaptasi Michael Rush & Philip Althoff, dalam : Proff. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik 2010.
3. Gabriel A. Almond
Dalam buku perbandingan Sistem Politik yang disunting oleh Mas’oed
dan MacAndrews ( 1981 ), Almond membedakan partisipasi politik atas dua
bentuk20
1. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipsi politik yang
normal dalam demokrasi modern. , yaitu :
2. Partisipasi politik nonkonvensional, yaitu suatu bentuk partosipasi politik
yang tidak lezim dilakukan dalam kondisi normal, bahkan dapat berupa
kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.
20
Adapun rincian dari pandangan Almond tentang dua bentuk partisipasi
politik dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1
• Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
• Komunikasi individual dengan pejabaat politik dan administrasi
• Pengajuan petisi • Demonstrasi • Konfrontasi • Mogok
• Tindak kekerasan politik terhadap benda (perusakan, pemboman, pembakaran ) • Tindakan kekerasan politik
terhadap manusia
(penculikan poembunuhan) • Perang gerilnya dan
revolusi Sumber: Almond dalam Mas’oed dan MacAndrews(1981) 5.2.3. Partisipasi Politik Masyarakat
Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat
langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi
kebijakan pemerintah.
Wahyudi Kumorotomo mengatakan Partisipasi adalah berbagai corak
timbal balik antara pemerintah dan warganya.21Partisipasi masyarakat dalam
kegiatan – kegiatan lain dari pada pemilihan umum di atur sedemikian rupa
sehingga mendukung usaha perubahan masyarakat ke arah terciptanya
masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik,
Tetapi juga melalui organisasi – organisasi yang mencakup golongan muda,
golongan buru serta organisasi–organisasi kebudayaan.22
5.3. Pemilu/Sistem Pemilu
5.3.1. Pengertian Pemilu
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang - orang untuk
mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam,
mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala
desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,
komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan
kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan
program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah
ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.Setelah pemungutan suara
dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan
main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapan dan
disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
21
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Jakarta : Etika Rajawali Press, 1999, hal. 112.
22
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah
dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987,
1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam
pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977
sampai 1997.
Pemilihsan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk
memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan
presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR,
disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan
ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali
pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga
dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah
"pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan
wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan
singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada
sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan
suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan
umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan
suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan
singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan
umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap
warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan
setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat
yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu
dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta
atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih
ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.23
5.3.2. Sistem Pemilu
Terdapat dua cara atau sistem pemilihan umum, yaitu sebagai berikut :
A. Sistem Distrik
Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan di dasarkan
kepada kesatuan geokrafis, dimana satu kesatuan geokrafis mempunyai satu
wakil di parlemen.
B. Sistem Proposional
Sistem perwakilan Proposional adalah persentase kursi di DPR di bagi
kepada tiap – tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang di perolehnya
dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi, jumlah kursi yang di
peroleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang di
perolehnya dalam masyarakat untuk keperluan itu kini di tentukan suatu
23
pertimbangan, misalnya ( satu wakil ): 400.000 penduduk, Sistem Proposional ini
sering di kombinasdikan dengan beberapa prosedur lain, seperti system daftar
(list system), di mana setiap partai mengajukan daftar calon dan si pemilih
memilih satu partai dengan semua calon yang di ajukan oleh partai itu untuk
bermacan – macam kursi yang sedang di perebutkan. 24
a. Langsung, yaitu warga Negara yang sudah berhak memilih dapat secara langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa perantara.
Pemilihan umum adalah pemindahan hak dari setiap warga Negara kepada
kelompok yang akan memerintah atas nama kekuasaan dari rakyat. Agar
pemerintah yang berkuasa itu betul – betul menjalankan kekuasaannya sesuai
dengan hati nurani rakyat, maka pelaksanaan pemilihan umum harus berpedoman
kepada asas – asas yang telah disepakati bersama. Pada umum nya di berbagai
Negara menerapkan beberapa asas pemilihan umum, yaitu sebagai berikut.
b. Umum, Artinya penyerahan hak yang di simbolkan dengan menusuk atau mengundi harus di landasi oleh pemikiran dan segala konsekuensinya,
mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum. Oleh sebab itu, anak – anak,
orang gila, dan lain – lain atas pertimbangan tertentu tidak di beri hak untuk
memilih dalam pemilihan umum. Jadi, tidak seluruh warga Negara berhak ikut
dalam pemilihan umum, melainkan pada umumnya atau mayoritas.
c. Bebas. Agar pilihan seseorang itu betul – betul sesuai dengan keinginannya keinginannya, maka seseorang tidak boleh di paksa dan di tekan
untuk memilih sesuatu.
24
d. Rahasia. Pemilihan menyangkut pada hak – hak yang sangat pribadi. Untuk itu, apa yang menjadi pilihan seseorang tidak siapa pun yang
mengetahuinya. Sesuatu yang bersifat pribadi tentu tidak ingin diketahui
oleh orang lain.
e. Jujur dan adil. Asas ini lebih di tunjukan kepada pihak – pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan umum, seperti petugas
pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada semua peserta
pemilihan umum.25
5.3.3. Pemilu 2009 di Indonesia
Rakyat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, tidak sekedar menjadi
obyek, ia pun dapat menjadi subyek. Masyarakat juga dapat ikut serta dalam
pencalonan anggota legislatif, seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Bahkan dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden,
asalkan tentu saja memenuhi persyaratan sebagaimana diundangkan dalam
UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dan
UU tentang Pemilu Presiden (Pilpres). Warga masyarakat yang bermaksud
menjadi calon anggota DPD, cukup dengan melampirkan daftar nama,
tandatangan dan/atau fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) para
pendukungnya sejumlah yang dipersyaratkan UU. Selanjutnya, kita tinggal
mendaftarkan ke KPU setempat.Jadi sesuai dengan bunyi dalam UUD 1945
dan sesuai dengan hak asasi kita sebagai bangsa yang merdeka serta berdaulat,
masyarakat memiliki hak memilih dan dipilih. Arti memilih sebagaimana
25
sudah kita jelaskan di antaranya adalah dengan memberikan tanggapan
(mengkritisi) terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dan pelaksanaan Pemilu 2009. Hak memilih lainnya kita
wujudkan dalam mencoblos gambar Parpol yang menjadi pilihan kita dan
mencoblos gambar Capres/Wapres yang kita anggap sesuai dengan hati
nurani. Itulah di antara peran masyarakat dalam Pemilu 2009 dari sekian
banyak peranan lain.26
6. Metodologi Penelitian
6.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
penelitian deskriptif dapat di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang di selidiki dengan menggambarkan, meringkas dari berbagai kondisi
dengan berbagai variable yang timbul ada masyarakat yang menjadi objek dari
penelitian saya ini. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan
data dan fakta secara sistematis sehingga dapat mudah di pahami dan di
simpulkan.
6.2. Populasi dan Sampel A. Populasi
Polulasi dalam pemilihan ini adalah masyarakat yang terdaftar di data
pemilihan tetap pada Pemilihan Umum Legislatif 2009.
B. Sampel
26
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari populasi yang menggunakan
cara tertentu. Dalam menggunakan jumlah sampel untuk koesioner, penulis
menggunakan rumus Taro Yamane,27
1
D : Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
Jumlah Pemilu Legislatif Di Desa Aek Tuhul sebanyak 500 jiwa. Maka
sampel yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak:
1
Jadi sampel yang di gunakan untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dibulatkan menjadi 84 orang.
6.3. Teknik Pengumpulan Data
27
Segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk
mengumpulkan data antara lain sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan yaitu, dengan mempelajari buku–buku,
laporan–laporan serta bahan-bahan yang lain yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Penelitian lapangan yaitu, dengan mengumpulkan data dengan
menggunakan dialog langsung dengan terjun langsung kelokasi
penelitian.
Penelitian ini dapat di lakukan dengan cara :
a. Kuisioner tertutup ( angket ) adalah suatu daftar pertanyaan yang akan
di tanyakan kepada responden.
b. Wawancara adalah melakukan Tanya jawab langsung dengan
beberapa orang yang mempunyai pengaruh pada lokasi tersebut atau
daerah yang di teliti.
7. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data maupun informasi yang di peroleh kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis
tentang kondisi yang ada. Kemudian dta yang ada akan di sajikan dalam
penelitian ini bersifat kualitatif. Selanjutnya akan menghasilkan sebuah
kesimpulan yang akan menjelaskan masalah yang diteliti.
8. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian,
signifikasi penelitian, kerangka teori, metodologi dan
sistematika penelitian.
BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Bab ini Menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi
penelitian di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Kota
Padangsidempuan.
BAB III : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian berupa penyajian
data dan juga analisis data dari penelitian yang telah di
lakukan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini akan berisi kesimpulan saran–saran yang di peroleh
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1. Letak Geokrafis Kecamatan Padangsidempuan Batunadua
Kecamatan Batunadua merupakan salah satu kecamatan yang
terdapat di kota Padang Sidempuan. Secara Geokrafis Terletak Pada:
Lintang Utara : 1 211 - 01 271
Bujur Tumur : 99 151 - 99 191
Letak di atas Permukaan Laut : 260 – 1100 Meter
Luas Wilayah Kecamatan Padangsidempuan Batunadua: 38,74 Km
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Padangsidempuan Angkola Julu Kota
Padangsidempuan.
Sebelah Selatan : Kecamatan Padangsidempuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan.
Sebelah barat : Kecamatan Padangsidempuan Selatan kota
Padangsidempuan.
Sebelah Timur : Kecamatan Angkola Timur kab. Tapanuli Selatan Jarak
Kantor camat ke kantor walikota padangsidempuan : 5 km. Luas Wilayah
Kecamatan Padangsidempuan Batunadua : 38,74 Km. Kecamatan
Batunadua terdiri dari 15 Desa/Kelurahan. Wilayah yang memiliki luas
Desa\Kelurahan yang terkecil adalah Desa Aek Bayur 0,09 km2. Untuk lebih
jelasnya mengenai luas Desa\Kecamatan Batunadua dapat dilihat pada tabel
Tabel 2
Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan Menurut Desa\Kelurahan Tahun 2008
No Desa\Kelurahan Luas wilayah ( Km2 )
Tabel 3
Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan Tahun 2008
No Desa/Kelurahan Jarak Ke Ibukota
Kecamatan
1. Purwodadi 2,0
2. Gunung Hasatan 1,0
3. Ujung Gurap 0,50
4. Baruas 1,0
5. Aek Bayur 4,80
6. Aek tuhul 4,20
7. Pudun Jae 4,80
8. Pudun julu 4,00
9. Siloting 1,20
10. Batang bahal 2,70
11. Aek najaji 2,50
12. Bargot Topung 7,00
13. Simirik 2,50
14. Batunadua Jae 2,50
15. Batunadua julu 2,00
2.2. Karakeristik Kependudukan Kecamatan Batunadua
Jumlah penduduk dan kepadatan Penduduk
Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan
Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan yang memiliki
jumlah penduduk yang tinggi terdapat pada Desa/Kelurahan Batunadua Jae
yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat
pada desa/kelurahan Aek Najaji yaitu sebesar 138 jiwa.
Kepadatan penduduk kecamatan Batunadua tahun 2008 sebesar
438 jiwa/Km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi sebesar 8734 jiwa/km
terdapat di desa/kelurahan Aek Bayur dan kepadatan penduduk yang
terkecil sebesar 94 jiwa/km terdapat di Desa/Kelurahan Bargot Topung.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk dapat
Tabel 4
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008
No Desa\Kelurahan
Tabel 5
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, Dan Desa/Kelurahan
Tahun 2008
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya penduduk menurut jenis
kelamin sex ratio dan desa Aek Tuhul Jumlah laki-laki sebanyak 516 sedangkan
perempuan 498 dengan jumlah 1014 jiwa rexio 103,61 jadi dapat disimpulkan di
desa Aek Tuhul lebih banyak berjenis kelamin laki-laki di bandingkan perempuan. No Desa/Keluraha
n
Laki-laki
Tabel 6
Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan Dan Desa/Kelurahan
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada Tabel di atas terlihat bahwa Sampai dengan tahun 2008 jumlah
penduduk di Kecamatan Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan
yang memiliki jumlah WNI yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua
Jae yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat
2.3. KONDISI PEREKONOMIAN KECAMATAN BATUNADUA
Kota Padangsidempuan merupakan kota di Propinsi Sumatera
Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota di
sekitarnya. Maka tak heran jika konstibusi sektor perdagangan bagi PDRB
daerah ini yang tertinggi disbanding sektor lainnya. Sektor lainnya yang
juga penting adalah pertanian, Sebagai pusat perdagangan, Kota yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan ini memiliki
beberapa hotel dan akomodasi lainnya sebagai penunjang dinamika
perekonomian tersebut. Jumlah hotel terbesar terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Utara, yaitu sebanyak 16 buah. Hotel juga terdapat di
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 10 buah, dan Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua 1 buah. Masyarakat Kota Sidimpuan juga
berusaha di sektor pertanian.
Mereka mengusahakan padi, ubi kayu, dan beberapa tanaman
palawija lainnya. Klaster padi cocok dikembangkan di Kecamatan
Padangsidimpuan Hutaimbar, Padangsidimpuan Tenggara, dan
Padangsidimpuan Batunadua. Sedangkan klaster ubi kayu cocok
dikembangkan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan
Batunadua, dan Padangsidimpuan Tenggara. Selain itu, mereka juga bertani
buah-buahan, sayur-sayuran, peternakan, dan perkebunan terutama karet,
coklat, dan kelapa sawit. Namun kegiatan pertanian ini terbatas dan bersifat
• Pertanian
luas area pertanian tanam pangan di Kecamatan Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua Jae yaitu
memiliki luas sawah sebesar 280 Ha,dan luas panen 560 sedangkan luas
sawah pertanian terkecil terdapat pada desa/kelurahan Aek Bayur yaitu
sebesar 2 Ha, dan memiliki luas panen 4 Ha. Banyaknya produksi yang
paling besar terdapat di Desa/Kelurahan batunadua jae yang memiliki
produksi sebanyak 3192 ton sedangkan banyak produksi yang paling kecil
terdapat pada Desa/Kelurahan Aek Bayur 20,4 Untuk lebih jelasnya
mengenai Luas Sawah, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi dapat
Tabel 7
Tabel 8
Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/KelurahanTahun 2008
No Desa/Kelurahan Ayam Itik/Bebek
1. Purwodadi 878 250
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Unggas di Kecamatan
Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Simirik yaitu
memiliki ternak ayam sebanyak 1770 ekor, sedangkan yang berternak itik/bebek
terdapat di Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 2000 ekor. Sedangkan
ternak ayam sejumlah 70 ekor, sedangkan yang memelihara itik/bebek yang
terkecil terdapat di Desa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 25 ekor.
Tabel 9
Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi Daging Menurut Jenis Ternak
Tahun 2008 No Jenis
Ternak
Ternak yang dipotong (ekor)
Produksi Daging (kg)
1. Kerbau 401 84210
2. Sapi 599 89850
3. Kuda
4. Babi
5. Kambing/ Kuda
401 6015
Jumlah 1401 180075
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Tabel 10
Banyaknya Produksi Daging
Telor Ternak UnggasMenurut Jenis Unggas Tahun 2008
No Jenis Unggas Produksi daging Produksi Telur (Butir)
1. Ayam 1642,5 4782,960
2. Itik 150 2541,420
Jumlah 1792,5 7324,380
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidimpuan
Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Produksi Unggas menurut
jenis unggas tahun 2008 yang memproduksi daging dengan jumlah 1792,5 dan
produksi telur dengan jumlah 7324,380 butir jadi yang paling banyak
memproduksi Ayam Produksi daging sejumlah 1642,5 sedangkan telutr memiliki
jumlah 4782,960 butir. Sedangkan yang sedikit adalah jenis unggas itik yang
Tabel 11
Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan Usaha
Tahun 2008
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada tabel di atas terlihat bahwa luas area kolam dan produksi ikan
menurut jenis kolam dan usaha dengan luas area sejumlah 29,5 Ha sedangkan
jumlah produksi dengan jumlah 0,603. Kolam sawah seluas 29 Ha memiliki
Tabel 12
Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya pelanggan listrik terdapat di
Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 1018. Sedangkan yang paling sikit
terdapat di Dsa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 24. Jadi seluruh jumlah
Tabel 13
Banyaknya Bangunan Menurut Jenis Konstruksi dan Desa/Kelurahan tahun 2008
No Desa/Kelurahan Permanen Seni Permanen
Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan
Pada pemilu legislatif 2009 di kecamatan Batunadua yang terdaftar dalam
daftar pemilih tetap (DPT) di KPU sebanyak 12.471 Jiwa dengan rincian
sebanyak 5812 pemilih laki-laki dan 6659 pemilih perempuan. Jumlah suara sah
adalah 8916 dan jumlah suara yang tidak sah adalah 390. Di bawah ini akan di
sajikan tabel perolehan suara partai politik pada pemilu legislatif 2009 di
Tabel 14
Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan
No Partai Politik Perolehan Suara
1 Partai Republikan 981
Berdasarkan pada tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa partai politik yang
banyak di pilih oleh mayoritas masyarakat di Kecematan Batunadua adalah partai
Republikan dengan 981 suara, di urutan kedua di tampati oleh Partai Hanura
dengan perolehan suara 759 suara. Lalu di urutan ke tiga di tempati oleh PMB
dengan 739 suara, tempat ke empat oleh PBR dengan 696 suara dan urutan ke
lima oleh PAN dengan perolehan sebesar 689 suara.
Berikut ini merupakan table perolehan calon legislatif pada pemilu
legislatif 2009 di kecamatan Batunadua Padangsidempuan.
Tabel 15
10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan
No Nama Calaeg Partai Politik Perolehan Suara
1 Sopian Harahap Partai Republikan 909
2 Gunung Siregar PMB 659
3 Ali Mangsur Harahap PAN 614
4 Abdul Aziz Siregar PBR 561
5 Henny Herlina, SE Partai Hanura 550
6 Samiun Siregar Partai Patriot 361
7 Darwin Harahap Partai Demokrat 350
8 Rahmat, SE Partai Gerindra 348
9 Mombang Harahap PKB 328
10 Fhitri Handayani Lubis, S.pd PKPB 243
11 Lain – lain - 3993
Jumlah 8916
Pada tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di
Kecamatan Batunadua memilih caleg yang berasal dari Partai Republikan, yaitu
Sophian Harahap dengan perolehan suara sebesar 909 suara. Lalu diurutan kedua
adalah caleg yang berasal dari Partai Matahari Bangsa (PMB), yaitu Gunung
Siregar dengan 659 suara. Dan di urutan ketiga adalah Ali Mangsur Harahap dari
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
3. Penyajian Data
Setelah melakukan penelitian di lapangan baik dengan menyebarkan
angket (koesioner) maupun dengan membacakan angket kepada responden, Maka
diperoleh berbagai data mengenai responden. Di dalam bab ini penulis akan
membahas mengenai data yang di peroleh selama penelitian yang berlangsung di
Desa aek tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan.
3.1. Karakeristik Responden
Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden
yaitu : Umur, responden Pendidikan terakhir dan pekerja utama responden.
Tabel 16
Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Perempuan 32 38,55%
2 Laki-Laki 51 61,44%
Jumlah 83 100%
Pada Tabel 16 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak bila
dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan. Yaitu responden
laki-laki sebanyak 51 orang (61,44%) dan responden perempuani sebanyak 32 orang
(38,55 %). Hal ini disebabkan karna responden laki-laki lebih aktif dalam mengikuti
pemilihan umum dari pada responden perempuan.
Tabel 17
Distribusi Responden berdasarkan umur
No Umur Jumlah Persentase (%)
Sumber :Data Kuesioner 2010.
Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat distribusi responden
berdasarkan tingkatan umurya. Setelah dilakukan penelitian jumlah responden
sebesar yakni yang berusia 17-25 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase
(18,0 %). Selanjutnya yang berusia 26-30 tahun sebanyak 21 orang dengan
persentase (25,30%), 31-35 tahun sebanyak 7 ( 8,43 %), 36-40 tahun sebanyak 10
orang dengan jumlah perasentase (12,40 %), 41-45 tahun sebanyak 18 orang
jumlah persentase (21,68 ), 46-50 tahun sebanyak 9 orang dengan jumlah