• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Politik Dan Partisipasi Politik ( Suatu Studi : Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidempuan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Budaya Politik Dan Partisipasi Politik ( Suatu Studi : Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidempuan )"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

( Suatu Studi : Budaya Politik dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua

PadangSidempuan )

Disusun Oleh :

SEPTI MELIANA 060906024

Dosen Pembingbing : Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si

Dosen Pembaca : Indra Kesuma, Nst M.si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan

Batunadua Padang Sidimpuan ).

Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.

Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.

(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan

karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan dari penulis

skripsi ini adalah sebagai laporan akhir, yang merupakan salah satu beban mata

kuliah yang harus penulis laksanakan untuk memenuhi persyaratan akademis

sebagai mahasiswa Ilmu Politik di FISIP-USU guna memperoleh gelar sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

( SUATU STUDI : BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK DI

DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI DESA AEK TUHUL KECAMATAN

BATUNADUA PADANG SIDEMPUAN).

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari telah dapat mendapat dorongan,

bimbingan, bantuan, serta saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan hari ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,

yaitu:

1. Yang paling utama dan yang terpenting sebagai cahaya hidupku,”Allah

SWT” yang selalu memberikan rahmat, ridho, dan kasih sayangnya kepada

hidup ini, terima kasih ya Allah begitu banyak nikmat dan karunia yang

(4)

2. Teristimewa rasa hormat dan terima kasihku kepada kedua orang tua

tercinta Ayahanda Ismail HSB yang selalu memberikan semangat agar

tetap optimis, tempatku bertukar pikiran, yang selalu mendoakanku, dan

Ibunda Nelliana yang selalu mendoakanku , tempatku berkeluh kesah,

yang paling mengerti septi, yang selalu mengingatkan septi jangan pernah

tinggal sholat dam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada

kita. Kasih sayang yang orang tuaku berikan, tidak dapat dinilai dengan

apapun, skripsi ini septi persembahkan kepada kedua orang tua yang

sangat aku cintai ( Septi sayang ma kalian berdua, I LOVE U PA…n..MA.

3. Dekan Fakultas Ilmu sosial Politik USU medan yaitu Bapak Prof. Dr.

Baddaruddin, M.SI.

4. Ibu Dra. T. Irmayani. M.Si. Selaku ketua Departemen Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

5. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M. SI. Selaku dosen pembingbing dan

Bapak Indra Kesuma, Nasution S. IP. M. SI. Selaku dosen pembaca yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan petunjuk dalam menyusun

skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. Tony P. Situmorang MA selaku Dosen Wali yang telah

membingbing penulis selama masa kuliah

7. Seluruh dosen yang mengajar penulis selama masa perkuliahan dan juga

kepada seluruh staf Departemen Ilmu Politik FISIP USU

8. Kepada KPU Kota Padang Sidimpuan yang telah membantu memberikan

(5)

9. Kepada kepala desa beserta rekan rekan Desa Aek Tuhul Kecamatan

Batunadua yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yang di

perlukan untuk skripsi ini.

10.Seluruh Responden yang telah mekuangkan waktunya untuk mengisi

angket yang telah di berikan sehingga penulis sangat terbantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada semua teman-teman saya stambuk 2006 yang sudah wisudah

jangan sombong kalau nanti sudah sukses dan buat yang belum harus tetap

semangat.

12.Kepada Sahabatku tersayang (Smile face.. ), For all The Girls Crew Rika

sahabat terbaikku (Doaku terwujud cko akhirnya aku dapat nyusul hehehe

trms ya shobat atas bantuannya dan dorongan yg slalu memberikan

semangat buat aku trms , Adel, Silvi ( semoga cepat siap S2-nya ya dan

ntar lau udah sukses jngan sombong2 ), Dini ( akhirnya perjuangan kita

sarjana juga hehe..), Ulfa ( tetap semangat ya pantang mundur..)

13.Kepada abgku yang paling aku hargai dan sayangi Boy April Monansyah

(trimakasih atas nasehat dan dorongan yang abg berikan selama adek

kuliah adek sangat bangga punya abg walau rada rada galak sih hehehe..

mudah mudahan cepat dapat kerja dan pendamping yang baik tetap

semangat ya bg.. sholat nya jngan ketinggala).buat adekku lisa , madi

(baik2 sekolahnya ya dek tetap semangat jngan bandel-bandel oc).

14.Kepada temanku yang paling aku sayangi selama Kuliah Fanny

Ruzmadani lubis terimakasih yang slalu ada di saat susah dan senang

(6)

trms tak kan bisa terlupakan saat-saat kebersamaan kita dulu. Buat nila sisi

selalu semangat jalani kuliahnya jngan pacaran dan shoping melulu yang

di pikirkan mudah mudahan bisa berubah jadi yang terbaik kalau ada

usaha semua pasti bisa semang ya

15.Kepada teman-temanku senior kost pink (k juli, k Fatimah) kalau udah

sukses nanti jngan sombong-sombong ya. Buat Junior adekku (Karsih,

wenni, eri, F3 dan ai tetap semangat ya pantang mundur oc).

16.Terimakasih buat bg Rusdi dan Pak udin ( yang slalu mengarahkan dan

memberikan nasehat- nasehat buatku, makasih banyak ya b’….

Akhirnya kata dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan.

Medan, 24 Februari 2011

Hormat saya,

(7)

DAFTAR ISI

1. Latar Belakang Masalah……….. 1

2. Perumusan Masalah……….. ..4

3. Tujuan Penelitian……… 5

4. Manfaat Penelitian………...5

5. Kerangka Teori……….6

5.1.Teori Budaya Politik ……….6

5.1.1. Pengertian Budaya Politik………..8

5.1.2. Bentuk-bentuk Budaya Politik………...8

5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan partisipasi ……….12

5.2.Teori Partisipasi ………..14

5.2.1. Pengertian Partisipasi Politik ………..14

5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi politik ………16

5.2.3. Partisipasi politik masyarakat……….………… 19

5.3.Pemilihan Umum/Sistem pemilu ………20

5.3.1. Pengertian Pemilihan umum ………...20

5.3.2. Sistem Pemilu……….. 22

5.3.3. Pemilihan umum 2009 di Indonesia……… 24

6. Metodologi Penelitian………....25

6.1.Jenis Penelitian ………25

(8)

6.3.Teknik Pengumpulan Data……….. 27

7. Analisis Data………. 27

8. Sistematika Penulisan……… 28

BAB 11. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis Kecamatan Batunadua PadangSidimpuan……… 29 2.2. Karakteristik Kependudukan Kecamatan Batundua……… 32 2.3. Kondisi Perekonomian Kecamatan Batunadua………. 36 BAB 111. PENYAJIAN DATA

3. Penyajian Data……….. 48 3.1. Karakeristik Responden………. 48 3.2. Anlisa Data………. 52

3.2.1. Evaluasi Tentang Pemilu dan Partisipasi Politik………… 52 3.2.2. Evaluasi Tentang Budaya Politik……… 60 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan………. 68 4.2. Saran………... 69

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Bentuk bentuk partisipasi politik ………..19

Tabel 2 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan ………….….30

Tabel 3 Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan... 31

Tabel 4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk

Menurut Desa/Kelurahan……….. 33

Tabel 5 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sex Ratio…….….34

Tabel 6 Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan ……….. 35

Tabel 7 Luas Sawah, Luas Panen, produksiMenurut Desa/Kelurahan….. 38

Tabel 8 Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/Kelurahan..39

Tabel 9 Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi

Daging Menurut Jenis Ternak ………...40

Tabel 10 Banyaknya Produksi Daging Telor Ternak UnggasMenurut Jenis

Unggas………41

Tabel 11 Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan

Usaha………..42

Tabel 12 Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan………. 43

(10)

Tabel 14 Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua

Padangsidimpuan……….. 45

Tabel 15 10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan……… 46

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin………. 48

Tabel 17 Distribusi Responden berdasarkan um……….. 49

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………... 50

Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidika………..…… 51

Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Utam… 51 Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu Legislatif 2009………..……. 53

Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jumlah Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan umum……… 53

Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Mengikuti Pemilu 2009……. ……….54

Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partai Politik Yang Dipilih Responden Ketika Pemilu 2009……….…... 55

(11)

Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sumber Utama Mencari

Informasi Tentang Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009…...……. 57

Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Visi dan Misi

Caleg terhadap Pilihan Politik Responden Pada

Pemilu Legislatif 2009………..58

Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Yang Responden

Gunakan Untuk Mencari Informasi mengenai Parpol atau Caleg.59

Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden

Mengerti apa itu Politik……….…….. 60

Tabel 30 Distribusu Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden

Mengetahui Peran dan Fungsi DPR……….. ………60

Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Faktor Yang Sangat

Mempengaruhi Responden Dalam memilih Calon Anggota DPR

Pada Pemilu Legislatif 2009. ………...61

Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Apakah Responden Mempercayai

Dan Merasa Perlu Untuk Mengikuti Pemilu………. 62

Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan responden

dalam mendiskusikan Politik Dari Masalah Pemerintahan …….63

Tabel 34 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Responden

(12)

Tabel 35 Distribusi jawaban Responden Mengenai apakah Responden Peduli

Mengenai Peraturan atau Kebijakan Politik dan Pemerintahan yang

di Keluarkan……….. 65

Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden mengenai Bagaimana Responden

menyikapi Perbedaan, ide (pendapat) dengan orang lain………66

Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Apakah responden Memiliki

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Piramida Partisipasi Politik………...16

(14)

ABSTRAKSI

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan

Batunadua Padang Sidimpuan ).

Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.

Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Negara yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak, demokrasi tidak

mungkin dilaksanakan secara langsung. Karena itu, dalam pengertian modren,

demokrai dapat diselenggarakan melalui prinsip perwakilan sehingga pemerintah

yang terbentuk disebut juga pemerintahan perwakilan atau pemerintahan

representatif.

Semua warga negara yang menganut demokrasi harus melaksanakan pemilihan umum, tetapi tidak semua pemilihan umum itu demokratis. Dalam

demokrasi pemilihan umum adalah bagian dari perwujutan hak – hak asasi yaitu

kebebasan berbicara dan berpendapat, juga kebebasan berserikat. Mealalui

pemilihan ini pula rakyat membatasi kekuasaan pemerintahan, sebab melalui

pemilihan rakyat dapat mengangkat dan memberhentikan pemerintah. Karena itu,

kadar demokratisnya juga sangat bergantung pada seberapa jauh pemilihan

tersebut berlangsung secara bebas dan jujur. Setiap pemilih dapat menikmati

kebebasan yang dimilikinya tanpa intimidasi dan kecurangan yang membuat

kebebasan pemilih terganggu. 1

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam

sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk

sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya

1

(16)

mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang

bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih

dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan

penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status

sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan

aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses

pelaksanaannya dapat terjdi secara langsung atau tidak langsung dengan

praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi,

atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung,

berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi

antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah

(non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan

dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem

politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur

pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya,

pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara

demokratis, sekaligus merupakan ciri khas adanya modrenisasi politik.2

2

Drs.sudijono sastroatmodjo, perilaku politik, semarang, ikip semarang press, 1995, hal. 67 Secara

umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih

(17)

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum dan lain sebagainya.3

Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan

ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,

pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan

partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan

yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan

ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian,

budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan

keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber

masyarakat4

Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan

nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.5

Pembahasan tentang budaya politik tidak terlepas dari partisipasi politik

warga negara. Partisipasi politik pada dasarnya merupakan bagian dari budaya

politik, karena keberadaan struktur - struktur politik di dalam masyarakat, seperti

partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan dan media masa yang

kritis dan aktif. Hal ini merupakan satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam

kehidupan politik ( partisipan ). Bagi sebagian kalangan, sebenarnya keterlibatan Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam

pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup banyak tentang

kehidupan.

3

Miriam budiardjo, dasar – dasar ilmu politik, jakarta, PT. Gramedia pustaka utama, 2008, hal.367

4

Http//mjieshool.multy. Com/journal/item/30/budaya politik.

5

(18)

rakyat dalam proses politik, bukan sekedar pada tataran formulasi bagi

keputusan-keputusan yang dikeluarkan pemerintah atau berupa kebijakan politik, tetapi

terlibat juga dalam implementasinya yaitu ikut mengawasi dan mengevaluasi

implementasi kebijakan tersebut.

Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara

atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, di negara

– negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi

masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini tingginya tingkat partisipasi

menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin

melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang

rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat

ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah

kenegaraan.6

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas ini penulis tertarik memilih judul : ”BUDAYA

POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT” ( Studi kasus: budaya politik dan partisipasi politik masyarakat Desa Aek Tuhul, Kecamatan Batunadua Kota Padangsidempuan).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka

perumusan masalah adalah: Seberapa besar pengaruh Budaya Politik

6

(19)

dalam hal partisipasi politik masyarakat terkait dengan pilihan politiknya

di dalam pemilu legislatif 2009.

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana Budaya Politik berpengaruh terhadap

partisipasi masyarakat pada pemilu legislatif 2009.

2. Untuk mengetahui masalah partisipasi politik masyarakat di Desa Aek

tuhul Kec. Batunadua Padangsidempuan.

3. Sebagai Syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat

kepada semua pihak yang secara umum yaitu:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana latihan dalam

menuangkan gagasan dan pikiran yang diperoleh selama mengikuti studi di

fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

2. Bagi Akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di

bidang ilmu sosial dan ilmu politik, khususnya mengenai studi tentang

perilaku pemilih

3. Sebagai referensi bagi penelitian lain yang mendalami permasalahan tentang

(20)

5. Kerangka Teori

Unsur penelitian ini memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan

berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, maka di perlukan beberapa

teori yang sangat relevan dengan permasalahan yang dimana teori – teori

merupakan serangkaian konsep, defenisi, dan proposi untuk menerangkan suatu

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara

konsep. Dalam teori ini penulis akan memaparkan teori – teori yang merupakan

landasan berpikir masalah – masalah penelitian yang sedang disoroti.

5.1. Teori Budaya Politik

5.1.1. Pengertian Budaya Politik

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap

orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam

bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem

itu.7 Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju

tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan,

bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan

simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan

peranan mereka di dalam sistem politik.8

Dengan memahami budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua

manfaat, yakni: (1) sikap-sikap warga Negara terhadap sistem politik akan

7

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Dalam Buku, Budaya Pollitik, tingkah laku politik dan demokrasi di lima Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1990. Hal 13.

8

(21)

mempengaruhi tuntutan -tuntutan, tanggapannya, dukungannya serta

orientasinya terhadap sistem politik itu; (2) dengan memahami hubungan antara

budaya politik dengan sistem politik, maksud-maksud individu melakukan

kegiatan dalam sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya

pergeseran politik dapat di mengerti. Budaya politik selalu inhern pada setiap

masyarakat yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik

tradisional, transnasional, maupun modern. Almond dan Verba melihat bahwa

pandangan tentang obyek politik, terdapat tiga komponen yakni komponen

kognitif, efektif, dan evaluatif.

Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada

politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.

Orientasi afektif : yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor

dan pe-nampilannya.

Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik

yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan

perasaan. Oleh karena itu kebudayaan politik adalah bagian dari kebudayaan suatu

masyarakat. Dalam kebudayaannya sebagai sub kultur, kebudayaan politik

dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat secara umum. Kebudayaan politik

menjadi penting di pelajari karena ada dua sistem :

Pertama : Sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap orientasi politik sangat mempengaruhi

bermacam-macam tuntutan itu di utarakan, respon dan dukungan terhadap

(22)

Kedua : dengan mengerti sikap hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sisitemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih

membawa perubahan sehingga sisitem politik lebih demokratis dan stabil.9

Alfian, menganggap bahwa lahirnya kebudayaan itu sebagai pantulan

langsung dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat. Hal ini terjadi

melalui proses sosialisasi politik agar masyarakat mengenal, memahami, dan

menghayati nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat itu, seperti nilai-nilai

sosial budaya dan agama.10

5.1.2. Bentuk-bentuk budaya Politik

Tipe Budaya Politik

1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan

Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks,

menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan.

Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi

ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”.

a. Budaya Politik Militan

Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari

alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila

terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh

peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar

emosi.

b. Budaya Politik Toleransi

9

A.Rahman H.I. Sistem politik Indonesia Yogyakarta; Graha Ilmu, 2007 hal 269.

10

(23)

Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang

harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka

pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan

curiga terhadap orang.

Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan,

maka hal itu dapat men¬ciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik.

Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan

jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Berdasarkan sikap terhadap

tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas :

a. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Absolut Budaya politik

yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan

kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah

lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan,

bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian

pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang

hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik

yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis

terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi.

Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan

keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak

memungkinkan pertumbuhan unsur baru.

b. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif Struktur

mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima

(24)

kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi

berdasarkan perkembangan masa kini.

Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan

sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap

sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan.

Perubahan dianggap sebagai penyim¬pangan. Tipe akomodatif dari

budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah

untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan

pemecahan yang lebih sempurna.

1. Berdasarkan Orientasi Politiknya

Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki

beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan

karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik

akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud

dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe

memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat,

Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :

a. Budaya Politik parokial (parochial political culture) yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat

(25)

atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena

wilayah yang terbatas acapkali pelaku politik sering memainkan peranannya

seiring dengan diferiensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersikap

khas dan berdiri sendiri. Yang menonjol dalam budaya politik adalah kesadaran

anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan\kekuasaan politik dalam

masyarakat

b. Budaya Politik kaula (subyek political culture) yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi

masih bersifat pasif. anggota masyarakat mempunyai minat perhatian,

mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada

aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk

memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan

posisi yang pasif dan lemah. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya

mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja pada

kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan

c. Budaya Politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Masyarakat dalam

budaya ini memiliki sikap yang kritis untyuk memberi penilaian terhadap

sistem politik dan hampir pada semua aspek kekuasaan.

d. Budaya Politik campuran(mixed political cultures) yaitu gabungan karakeristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni.11

5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan Partisipasi

11

(26)

Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan

nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik

terjadi.12

Dalam sistem itu terdapat cukup banyak aktivis politik untuk menjamin

adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiran pemberi suara yang

besar, maupun publik peminat politik yang kritis yang mendiskusikan

masalah-masalah kemasyarakatan dan pemerintahan dan kelompok-kelompok Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling

tidak dalam pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup

banyak tentang kehidupan politik kita sebut berbudaya politik partisipan.

Orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan

dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun

memberikan suara dalam pemilihan, kita sebut dalam pemilihan subyek.

Golongan ketiga adalah orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau

mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Mereka ini mungkin buta

huruf, tinggal di desa yang terpencil, atau mungkin nenek-nenek tua yang

tidak tanggap terhadap hak pilih dan menggungkung diri dalam kesibukan

keluarga. Orang-orang dari golongan ketiga ini kita sebut budaya politik

parokial. Tiga model tentang kebudayaan politik, atau tentang orientasi

terhadap pemerintahan dan politik. Model pertama adalah masyarakat

demokratik industrial. Dalam sistem ini jumlah partisipan mencapai 40-60%

dari penduduk dewasa. Jumlah subyek kurang lebih 30%, sedang golongan

parokial kira-kira 10%. Gambaran ini tidak luar biasa di masyarakat

demokratik industrial.

12

(27)

pendesak yang mengusulkan kebijaksanaan-kebijaksanan baru dan melindungi

kepentingan khusus mereka.Model kedua adalah sistem otoriter hanya

sebagian industrial dan modren seperti Portugal. Meskipun terdapan

organisasi politik beberapa partisipasi politik, seperti mahasiswa dan kaum

intelektual, menentang sistem itu dan berusaha merubahnya melalui

tindakan-tindakan persuasif. Kelompok-kelompok terhormat seperti pengusaha,

kelompok gereja, dan tuan tanah mendiskusikan masalah-masalah

pemerintahan, serta ikut aktif dalam kegiatan lobbying. Tetapi sebagian besar

rakyat dalam sistem itu hanya sebagai subyek yang pasif, mengakui

pemerintah dan tunduk pada hukumnya, tetapi tidak melibatkan diri dalam

urusan pemerintahan.Model ketiga adalah sistem demokratis pra-industrial

seperti republik Dominika yang sebagian besar Warganegaranya buta huruf di

pedesaan dan buta huruf.

Dalam negara semacam ini hanya terdapat sedikit sekali partisipan yang

terutama terdiri dari profesional terpelajar, usahawan, dan tuan tanah,

sejumlah besar pegawai, buruh, dan petani bebas secara langsung terpengaruh

atau terkena oleh perpajakan dan kebijaksanaan resmi pemerinth lainnya.

Tetapi kelompok warganegara yang paling besar terdiri dari kelompok tani

yang buta huruf, yang pengetahuannya tentang dan keterlibatannya dalam

kehidupan politik dan pemerintahannya sangat sedikit. Kesadaran kelas

merupakan sekumpulan sikap-sikap yang sangat mempengaruhi struktur dari

sistem kepartaian dan stabilitas pemerintah. Motivasi untuk berpartisipasi atau

sikap-sikap yang berkaitan dengan kehendak untuk maju terus, untuk

(28)

sangat penting dalam modernisasi ekonomi dan politik. Kolompok penduduk

yang mau memperbaiki keadaannya sendiri cenderung untuk berhasil dalam

mengumpul modalkan untuk investasi dalam mencapai pertumbuhan tingkat

ekonomi yang sangat tinggi, atau dalam mengembangkan pendidikan dirinya

sendiri.13

5.2. Teori Partisipasi

5.2.1. Pengertian partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih

pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, mengadiri rapat umum, menjadi

anggota suatu partai atau kelompok kepebtingan, mengadakan hubungan

(contatcting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya14

1. Keith Fauls

.

Berikut disajikan Pendapat beberapa ahli.

Dalam bukunya, Political Sociology: A Criticical Introduction, Keith

Fauls (1999:133) memberikan batasan partisipasi politik sebagai keterlibatan

secara aktif (the active engage ment) dari individu atau kelompok ke dalam

13

Mohtar Mas’oed, Colin MacAndrews, Perbandingan sistem Politik, Yogyakarta : Gadja Mada University Press,2001, hal 42

14

(29)

proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses

pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah.15

2. Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social

Sciences:

Dalam International Encylopaedia of the Social Sciences, Herbert

McClosky memberikan batasan partisipasi politik sebagai “kegiatan –

kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil

bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak

langsung, dalam proses pemb entukan kebijakan umum”.16

3. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries:

Dalam buku No Easy Choice: Political Participation in Developing

Countries, Huntington dan Nelson membuat batasan partisipasi politik

sebagai“kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang

dimaksut sebagai pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa

bersifat individual atau kolektif,terorganisir atau sepontan, mantap atau

sporaecara damai atau kekerasan,legal atau illegal,edic,fektif atau tidak

efektif.”17

4. Michael Rush dan Philip Althoff

15 Keith Fauls, Polotical Sociology : A Critical Introduction, (1999:133) Dr.Damsar, Pengantar

Sosiologi Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hal 180.

16

Herbert McClosky, International Encylcopaedia of the social Sciences, Herbert. Dr. Damsar,

Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media Group,2010,ibid, hal 180.

17

Samuel P. Huntington Dan Joan M. Nelson, No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries. Dr. Damsar, Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media

(30)

Dalam buku Sosiologi Politik, Rush dan Althoff (2003) memberikan batasan

partisipasi politik sebagai “keterlibatan dalam aktivitas politik pada suatu

sistem politik.Beberapa pandangan ahli tentang tipologi partisipasi politik.18

5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

1. DAFID F. ROTH DAN FRANK L. WILSON

Dalam buku The Comparative Study of politics, Roth dan Wilson (1976 )

membuat tripologi partisipasi politik atas dasar piramida pattisipasi. Pandangan

Roth dan Wilson tentang piramida politik menujukan bahwa semakin tinggi

intensitas dan drajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil kuantitas

orang yang terlibat di dalamnya.19

Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik

Sumber : di adaptasi dari David F.Roth & Frank L. Wilson, The Comparative Study Of Politics, dalam: http://catatankecilgue.blogspot.com

Intensitas dan derajat keterlibatan yang tinggi dalam aktivitas politik di

kenal sebagai aktivis. Adapun yang termasuk dalam kelompok aktivis adalah

18 Michel Rush Dan Philip Althoff, Sosiologi Politik (2003), Dr.Damsar, Pengantar Sosiologi Politik,

Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, ibid, hal 180.

19

David. F. Roth dan Frank L. Wilson, The Comparative Study of Politics (1976) Dr.Damsar,

(31)

pemimpin dan para fungsionaris partai atau kelompok kepentingan yang

mengurus organisasi secara penuh waktu (full-time). Termasuk dalam kategori ini

adalah kegiatan politik dipandang menyimpang atau negatif seperti pembunuh

politik, teroris, atau peleku pembajakan untuk meraih tujuan politik.Lapisan

berikutnya setelah lapisan puncak piramida dikenal dengan partisipan. Kelompok

ini mencakup berbagai aktivitas sebagai petugas atau juru kampanye, mereka yang

terlibat dalam program atau proyek sosial, sebagai pelobi politik, aktif dalam

partai politik atau kelompok kepentingan.

Mereka ikut dalam kegiatan politik yang tidak banyak menyita waktu,

tidak menuntut prakarsa sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya.

Misalnya member suara dalam pemilihan umum(legislatif dan eksekutif),

mendiskusikan isu politik, dan mengadiri kampanye politik. Sedangkan lapisan

terbawah adalah kelompok orang yang apolitis, yaitu kelompok orang yang tidak

peduli terhadap sesuatu yang berhubungan dengan politik.

2. MICHAEL RUSH DAN PHILIP ALTHOFF

Rush dan Althoff mengajukan hierarki partisipasi politik sebagai suatu

tipologi politik. Hirarki tertinggi dari partisipasi politik menurut Rush dan Althoff

adalah menduduki jabatan politik atau administrative. Sedangkan hierarki yang

terendah dari suatu partisipasi politik adalah orang yang apati saecara total yaitu

orang yang tidak melakukan aktivitas politik apapun secara total. Semakin tinggi

Hierarki partisipasi politik maka semakin kecil kuantitas dari keterlibatan

orang-orang, seperti yang diperhatikan oleh Bagan Hirarki partisipasi politik dimana

garis vertikal segitiga menujukan Hierarki, sedangkan garis orijonyalnya

(32)

Gambar 2. Hierarki Partisipasi politik

Sumber : diadaptasi Michael Rush & Philip Althoff, dalam : Proff. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik 2010.

3. Gabriel A. Almond

Dalam buku perbandingan Sistem Politik yang disunting oleh Mas’oed

dan MacAndrews ( 1981 ), Almond membedakan partisipasi politik atas dua

bentuk20

1. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipsi politik yang

normal dalam demokrasi modern. , yaitu :

2. Partisipasi politik nonkonvensional, yaitu suatu bentuk partosipasi politik

yang tidak lezim dilakukan dalam kondisi normal, bahkan dapat berupa

kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.

20

(33)

Adapun rincian dari pandangan Almond tentang dua bentuk partisipasi

politik dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1

• Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

• Komunikasi individual dengan pejabaat politik dan administrasi

• Pengajuan petisi • Demonstrasi • Konfrontasi • Mogok

• Tindak kekerasan politik terhadap benda (perusakan, pemboman, pembakaran ) • Tindakan kekerasan politik

terhadap manusia

(penculikan poembunuhan) • Perang gerilnya dan

revolusi Sumber: Almond dalam Mas’oed dan MacAndrews(1981) 5.2.3. Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam

kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat

langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi

kebijakan pemerintah.

Wahyudi Kumorotomo mengatakan Partisipasi adalah berbagai corak

(34)

timbal balik antara pemerintah dan warganya.21Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan – kegiatan lain dari pada pemilihan umum di atur sedemikian rupa

sehingga mendukung usaha perubahan masyarakat ke arah terciptanya

masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik,

Tetapi juga melalui organisasi – organisasi yang mencakup golongan muda,

golongan buru serta organisasi–organisasi kebudayaan.22

5.3. Pemilu/Sistem Pemilu

5.3.1. Pengertian Pemilu

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang - orang untuk

mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam,

mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala

desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara

persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,

komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan

kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan

program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah

ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.Setelah pemungutan suara

dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan

main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapan dan

disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

21

Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Jakarta : Etika Rajawali Press, 1999, hal. 112.

22

(35)

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah

dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987,

1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam

pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977

sampai 1997.

Pemilihsan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk

memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan

presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR,

disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan

ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali

pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga

dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah

"pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan

wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan

singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada

sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan

suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan

umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan

suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan

dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih

(36)

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan

singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan

umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap

warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan

setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat

yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu

dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta

atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih

ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.23

5.3.2. Sistem Pemilu

Terdapat dua cara atau sistem pemilihan umum, yaitu sebagai berikut :

A. Sistem Distrik

Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan di dasarkan

kepada kesatuan geokrafis, dimana satu kesatuan geokrafis mempunyai satu

wakil di parlemen.

B. Sistem Proposional

Sistem perwakilan Proposional adalah persentase kursi di DPR di bagi

kepada tiap – tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang di perolehnya

dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi, jumlah kursi yang di

peroleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang di

perolehnya dalam masyarakat untuk keperluan itu kini di tentukan suatu

23

(37)

pertimbangan, misalnya ( satu wakil ): 400.000 penduduk, Sistem Proposional ini

sering di kombinasdikan dengan beberapa prosedur lain, seperti system daftar

(list system), di mana setiap partai mengajukan daftar calon dan si pemilih

memilih satu partai dengan semua calon yang di ajukan oleh partai itu untuk

bermacan – macam kursi yang sedang di perebutkan. 24

a. Langsung, yaitu warga Negara yang sudah berhak memilih dapat secara langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa perantara.

Pemilihan umum adalah pemindahan hak dari setiap warga Negara kepada

kelompok yang akan memerintah atas nama kekuasaan dari rakyat. Agar

pemerintah yang berkuasa itu betul – betul menjalankan kekuasaannya sesuai

dengan hati nurani rakyat, maka pelaksanaan pemilihan umum harus berpedoman

kepada asas – asas yang telah disepakati bersama. Pada umum nya di berbagai

Negara menerapkan beberapa asas pemilihan umum, yaitu sebagai berikut.

b. Umum, Artinya penyerahan hak yang di simbolkan dengan menusuk atau mengundi harus di landasi oleh pemikiran dan segala konsekuensinya,

mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum. Oleh sebab itu, anak – anak,

orang gila, dan lain – lain atas pertimbangan tertentu tidak di beri hak untuk

memilih dalam pemilihan umum. Jadi, tidak seluruh warga Negara berhak ikut

dalam pemilihan umum, melainkan pada umumnya atau mayoritas.

c. Bebas. Agar pilihan seseorang itu betul – betul sesuai dengan keinginannya keinginannya, maka seseorang tidak boleh di paksa dan di tekan

untuk memilih sesuatu.

24

(38)

d. Rahasia. Pemilihan menyangkut pada hak – hak yang sangat pribadi. Untuk itu, apa yang menjadi pilihan seseorang tidak siapa pun yang

mengetahuinya. Sesuatu yang bersifat pribadi tentu tidak ingin diketahui

oleh orang lain.

e. Jujur dan adil. Asas ini lebih di tunjukan kepada pihak – pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan umum, seperti petugas

pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada semua peserta

pemilihan umum.25

5.3.3. Pemilu 2009 di Indonesia

Rakyat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, tidak sekedar menjadi

obyek, ia pun dapat menjadi subyek. Masyarakat juga dapat ikut serta dalam

pencalonan anggota legislatif, seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD). Bahkan dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden,

asalkan tentu saja memenuhi persyaratan sebagaimana diundangkan dalam

UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dan

UU tentang Pemilu Presiden (Pilpres). Warga masyarakat yang bermaksud

menjadi calon anggota DPD, cukup dengan melampirkan daftar nama,

tandatangan dan/atau fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) para

pendukungnya sejumlah yang dipersyaratkan UU. Selanjutnya, kita tinggal

mendaftarkan ke KPU setempat.Jadi sesuai dengan bunyi dalam UUD 1945

dan sesuai dengan hak asasi kita sebagai bangsa yang merdeka serta berdaulat,

masyarakat memiliki hak memilih dan dipilih. Arti memilih sebagaimana

25

(39)

sudah kita jelaskan di antaranya adalah dengan memberikan tanggapan

(mengkritisi) terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan dan pelaksanaan Pemilu 2009. Hak memilih lainnya kita

wujudkan dalam mencoblos gambar Parpol yang menjadi pilihan kita dan

mencoblos gambar Capres/Wapres yang kita anggap sesuai dengan hati

nurani. Itulah di antara peran masyarakat dalam Pemilu 2009 dari sekian

banyak peranan lain.26

6. Metodologi Penelitian

6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode

penelitian deskriptif dapat di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang di selidiki dengan menggambarkan, meringkas dari berbagai kondisi

dengan berbagai variable yang timbul ada masyarakat yang menjadi objek dari

penelitian saya ini. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan

data dan fakta secara sistematis sehingga dapat mudah di pahami dan di

simpulkan.

6.2. Populasi dan Sampel A. Populasi

Polulasi dalam pemilihan ini adalah masyarakat yang terdaftar di data

pemilihan tetap pada Pemilihan Umum Legislatif 2009.

B. Sampel

26

(40)

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari populasi yang menggunakan

cara tertentu. Dalam menggunakan jumlah sampel untuk koesioner, penulis

menggunakan rumus Taro Yamane,27

1

D : Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

Jumlah Pemilu Legislatif Di Desa Aek Tuhul sebanyak 500 jiwa. Maka

sampel yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak:

1

Jadi sampel yang di gunakan untuk menjadi responden dalam penelitian

ini dibulatkan menjadi 84 orang.

6.3. Teknik Pengumpulan Data

27

(41)

Segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan

dengan tujuan penelitian. Ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk

mengumpulkan data antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan yaitu, dengan mempelajari buku–buku,

laporan–laporan serta bahan-bahan yang lain yang berhubungan

dengan penelitian.

2. Penelitian lapangan yaitu, dengan mengumpulkan data dengan

menggunakan dialog langsung dengan terjun langsung kelokasi

penelitian.

Penelitian ini dapat di lakukan dengan cara :

a. Kuisioner tertutup ( angket ) adalah suatu daftar pertanyaan yang akan

di tanyakan kepada responden.

b. Wawancara adalah melakukan Tanya jawab langsung dengan

beberapa orang yang mempunyai pengaruh pada lokasi tersebut atau

daerah yang di teliti.

7. Analisis Data

Dalam penelitian ini, data maupun informasi yang di peroleh kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis

tentang kondisi yang ada. Kemudian dta yang ada akan di sajikan dalam

(42)

penelitian ini bersifat kualitatif. Selanjutnya akan menghasilkan sebuah

kesimpulan yang akan menjelaskan masalah yang diteliti.

8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian,

signifikasi penelitian, kerangka teori, metodologi dan

sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Bab ini Menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi

penelitian di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Kota

Padangsidempuan.

BAB III : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian berupa penyajian

data dan juga analisis data dari penelitian yang telah di

lakukan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan berisi kesimpulan saran–saran yang di peroleh

(43)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Letak Geokrafis Kecamatan Padangsidempuan Batunadua

Kecamatan Batunadua merupakan salah satu kecamatan yang

terdapat di kota Padang Sidempuan. Secara Geokrafis Terletak Pada:

Lintang Utara : 1 211 - 01 271

Bujur Tumur : 99 151 - 99 191

Letak di atas Permukaan Laut : 260 – 1100 Meter

Luas Wilayah Kecamatan Padangsidempuan Batunadua: 38,74 Km

berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Padangsidempuan Angkola Julu Kota

Padangsidempuan.

Sebelah Selatan : Kecamatan Padangsidempuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan.

Sebelah barat : Kecamatan Padangsidempuan Selatan kota

Padangsidempuan.

Sebelah Timur : Kecamatan Angkola Timur kab. Tapanuli Selatan Jarak

Kantor camat ke kantor walikota padangsidempuan : 5 km. Luas Wilayah

Kecamatan Padangsidempuan Batunadua : 38,74 Km. Kecamatan

Batunadua terdiri dari 15 Desa/Kelurahan. Wilayah yang memiliki luas

(44)

Desa\Kelurahan yang terkecil adalah Desa Aek Bayur 0,09 km2. Untuk lebih

jelasnya mengenai luas Desa\Kecamatan Batunadua dapat dilihat pada tabel

Tabel 2

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan Menurut Desa\Kelurahan Tahun 2008

No Desa\Kelurahan Luas wilayah ( Km2 )

(45)

Tabel 3

Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Jarak Ke Ibukota

Kecamatan

1. Purwodadi 2,0

2. Gunung Hasatan 1,0

3. Ujung Gurap 0,50

4. Baruas 1,0

5. Aek Bayur 4,80

6. Aek tuhul 4,20

7. Pudun Jae 4,80

8. Pudun julu 4,00

9. Siloting 1,20

10. Batang bahal 2,70

11. Aek najaji 2,50

12. Bargot Topung 7,00

13. Simirik 2,50

14. Batunadua Jae 2,50

15. Batunadua julu 2,00

(46)

2.2. Karakeristik Kependudukan Kecamatan Batunadua

Jumlah penduduk dan kepadatan Penduduk

Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan

Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan yang memiliki

jumlah penduduk yang tinggi terdapat pada Desa/Kelurahan Batunadua Jae

yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat

pada desa/kelurahan Aek Najaji yaitu sebesar 138 jiwa.

Kepadatan penduduk kecamatan Batunadua tahun 2008 sebesar

438 jiwa/Km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi sebesar 8734 jiwa/km

terdapat di desa/kelurahan Aek Bayur dan kepadatan penduduk yang

terkecil sebesar 94 jiwa/km terdapat di Desa/Kelurahan Bargot Topung.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk dapat

(47)

Tabel 4

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008

No Desa\Kelurahan

(48)

Tabel 5

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, Dan Desa/Kelurahan

Tahun 2008

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya penduduk menurut jenis

kelamin sex ratio dan desa Aek Tuhul Jumlah laki-laki sebanyak 516 sedangkan

perempuan 498 dengan jumlah 1014 jiwa rexio 103,61 jadi dapat disimpulkan di

desa Aek Tuhul lebih banyak berjenis kelamin laki-laki di bandingkan perempuan. No Desa/Keluraha

n

Laki-laki

(49)

Tabel 6

Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan Dan Desa/Kelurahan

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada Tabel di atas terlihat bahwa Sampai dengan tahun 2008 jumlah

penduduk di Kecamatan Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan

yang memiliki jumlah WNI yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua

Jae yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat

(50)

2.3. KONDISI PEREKONOMIAN KECAMATAN BATUNADUA

Kota Padangsidempuan merupakan kota di Propinsi Sumatera

Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota di

sekitarnya. Maka tak heran jika konstibusi sektor perdagangan bagi PDRB

daerah ini yang tertinggi disbanding sektor lainnya. Sektor lainnya yang

juga penting adalah pertanian, Sebagai pusat perdagangan, Kota yang

merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan ini memiliki

beberapa hotel dan akomodasi lainnya sebagai penunjang dinamika

perekonomian tersebut. Jumlah hotel terbesar terdapat di Kecamatan

Padangsidimpuan Utara, yaitu sebanyak 16 buah. Hotel juga terdapat di

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 10 buah, dan Kecamatan

Padangsidimpuan Batunadua 1 buah. Masyarakat Kota Sidimpuan juga

berusaha di sektor pertanian.

Mereka mengusahakan padi, ubi kayu, dan beberapa tanaman

palawija lainnya. Klaster padi cocok dikembangkan di Kecamatan

Padangsidimpuan Hutaimbar, Padangsidimpuan Tenggara, dan

Padangsidimpuan Batunadua. Sedangkan klaster ubi kayu cocok

dikembangkan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan

Batunadua, dan Padangsidimpuan Tenggara. Selain itu, mereka juga bertani

buah-buahan, sayur-sayuran, peternakan, dan perkebunan terutama karet,

coklat, dan kelapa sawit. Namun kegiatan pertanian ini terbatas dan bersifat

(51)

Pertanian

luas area pertanian tanam pangan di Kecamatan Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua Jae yaitu

memiliki luas sawah sebesar 280 Ha,dan luas panen 560 sedangkan luas

sawah pertanian terkecil terdapat pada desa/kelurahan Aek Bayur yaitu

sebesar 2 Ha, dan memiliki luas panen 4 Ha. Banyaknya produksi yang

paling besar terdapat di Desa/Kelurahan batunadua jae yang memiliki

produksi sebanyak 3192 ton sedangkan banyak produksi yang paling kecil

terdapat pada Desa/Kelurahan Aek Bayur 20,4 Untuk lebih jelasnya

mengenai Luas Sawah, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi dapat

(52)

Tabel 7

(53)

Tabel 8

Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/KelurahanTahun 2008

No Desa/Kelurahan Ayam Itik/Bebek

1. Purwodadi 878 250

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Unggas di Kecamatan

Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Simirik yaitu

memiliki ternak ayam sebanyak 1770 ekor, sedangkan yang berternak itik/bebek

terdapat di Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 2000 ekor. Sedangkan

(54)

ternak ayam sejumlah 70 ekor, sedangkan yang memelihara itik/bebek yang

terkecil terdapat di Desa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 25 ekor.

Tabel 9

Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi Daging Menurut Jenis Ternak

Tahun 2008 No Jenis

Ternak

Ternak yang dipotong (ekor)

Produksi Daging (kg)

1. Kerbau 401 84210

2. Sapi 599 89850

3. Kuda

4. Babi

5. Kambing/ Kuda

401 6015

Jumlah 1401 180075

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

(55)

Tabel 10

Banyaknya Produksi Daging

Telor Ternak UnggasMenurut Jenis Unggas Tahun 2008

No Jenis Unggas Produksi daging Produksi Telur (Butir)

1. Ayam 1642,5 4782,960

2. Itik 150 2541,420

Jumlah 1792,5 7324,380

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidimpuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Produksi Unggas menurut

jenis unggas tahun 2008 yang memproduksi daging dengan jumlah 1792,5 dan

produksi telur dengan jumlah 7324,380 butir jadi yang paling banyak

memproduksi Ayam Produksi daging sejumlah 1642,5 sedangkan telutr memiliki

jumlah 4782,960 butir. Sedangkan yang sedikit adalah jenis unggas itik yang

(56)

Tabel 11

Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan Usaha

Tahun 2008

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa luas area kolam dan produksi ikan

menurut jenis kolam dan usaha dengan luas area sejumlah 29,5 Ha sedangkan

jumlah produksi dengan jumlah 0,603. Kolam sawah seluas 29 Ha memiliki

(57)

Tabel 12

Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya pelanggan listrik terdapat di

Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 1018. Sedangkan yang paling sikit

terdapat di Dsa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 24. Jadi seluruh jumlah

(58)

Tabel 13

Banyaknya Bangunan Menurut Jenis Konstruksi dan Desa/Kelurahan tahun 2008

No Desa/Kelurahan Permanen Seni Permanen

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada pemilu legislatif 2009 di kecamatan Batunadua yang terdaftar dalam

daftar pemilih tetap (DPT) di KPU sebanyak 12.471 Jiwa dengan rincian

sebanyak 5812 pemilih laki-laki dan 6659 pemilih perempuan. Jumlah suara sah

adalah 8916 dan jumlah suara yang tidak sah adalah 390. Di bawah ini akan di

sajikan tabel perolehan suara partai politik pada pemilu legislatif 2009 di

(59)

Tabel 14

Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan

No Partai Politik Perolehan Suara

1 Partai Republikan 981

(60)

Berdasarkan pada tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa partai politik yang

banyak di pilih oleh mayoritas masyarakat di Kecematan Batunadua adalah partai

Republikan dengan 981 suara, di urutan kedua di tampati oleh Partai Hanura

dengan perolehan suara 759 suara. Lalu di urutan ke tiga di tempati oleh PMB

dengan 739 suara, tempat ke empat oleh PBR dengan 696 suara dan urutan ke

lima oleh PAN dengan perolehan sebesar 689 suara.

Berikut ini merupakan table perolehan calon legislatif pada pemilu

legislatif 2009 di kecamatan Batunadua Padangsidempuan.

Tabel 15

10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan

No Nama Calaeg Partai Politik Perolehan Suara

1 Sopian Harahap Partai Republikan 909

2 Gunung Siregar PMB 659

3 Ali Mangsur Harahap PAN 614

4 Abdul Aziz Siregar PBR 561

5 Henny Herlina, SE Partai Hanura 550

6 Samiun Siregar Partai Patriot 361

7 Darwin Harahap Partai Demokrat 350

8 Rahmat, SE Partai Gerindra 348

9 Mombang Harahap PKB 328

10 Fhitri Handayani Lubis, S.pd PKPB 243

11 Lain – lain - 3993

Jumlah 8916

(61)

Pada tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di

Kecamatan Batunadua memilih caleg yang berasal dari Partai Republikan, yaitu

Sophian Harahap dengan perolehan suara sebesar 909 suara. Lalu diurutan kedua

adalah caleg yang berasal dari Partai Matahari Bangsa (PMB), yaitu Gunung

Siregar dengan 659 suara. Dan di urutan ketiga adalah Ali Mangsur Harahap dari

(62)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

3. Penyajian Data

Setelah melakukan penelitian di lapangan baik dengan menyebarkan

angket (koesioner) maupun dengan membacakan angket kepada responden, Maka

diperoleh berbagai data mengenai responden. Di dalam bab ini penulis akan

membahas mengenai data yang di peroleh selama penelitian yang berlangsung di

Desa aek tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan.

3.1. Karakeristik Responden

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden

yaitu : Umur, responden Pendidikan terakhir dan pekerja utama responden.

Tabel 16

Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Perempuan 32 38,55%

2 Laki-Laki 51 61,44%

Jumlah 83 100%

(63)

Pada Tabel 16 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,

menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak bila

dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan. Yaitu responden

laki-laki sebanyak 51 orang (61,44%) dan responden perempuani sebanyak 32 orang

(38,55 %). Hal ini disebabkan karna responden laki-laki lebih aktif dalam mengikuti

pemilihan umum dari pada responden perempuan.

Tabel 17

Distribusi Responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase (%)

Sumber :Data Kuesioner 2010.

Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat distribusi responden

berdasarkan tingkatan umurya. Setelah dilakukan penelitian jumlah responden

sebesar yakni yang berusia 17-25 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase

(18,0 %). Selanjutnya yang berusia 26-30 tahun sebanyak 21 orang dengan

persentase (25,30%), 31-35 tahun sebanyak 7 ( 8,43 %), 36-40 tahun sebanyak 10

orang dengan jumlah perasentase (12,40 %), 41-45 tahun sebanyak 18 orang

jumlah persentase (21,68 ), 46-50 tahun sebanyak 9 orang dengan jumlah

Gambar

Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik Sumber : di adaptasi dari David F.Roth & Frank L
Gambar 2. Hierarki Partisipasi politik Sumber : diadaptasi Michael Rush & Philip Althoff,
Tabel 1
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan yang memiliki jumlah Pemilih 1.039.071 pada Pemilu Legislatif 2009 dan 1.096.933 pada Pemilu Legislatif 2014. Penelitian

tinssi tcnlans politik khusus.ya tunesi penilu dallm pemilu tahun 2009. dibddi.etre pemilu 2004 Hal inil.h yde nenyebrbkan munculnys

dalam sikap “biasa - biasa” dalam partisipasi politik, maka pada Pemilu Legislatif 2009 telah mendapatkan tempat dalam mengaktualisasikan represrentasi

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor pendidikan politik berpengaruh pada tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan anggota legislatif

Tesis dengan judul “ Penurunan Perolehan Suara Partai Politik (Studi Penurunan Suara Partai PDIP Pada Pemilu Legislatif Di Kabupaten Gresik Tahun 2009).. Adalah hasil karya

Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Faktor Yang Sangat Mempengaruhi Responden Dalam memilih Calon Anggota DPR Pada Pemilu Legislatif

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui seperti apa proses sosialisasi politik yang dilaksana- kan Partai Keadilan Kesejahteraan (PKS) pada pemilihan umum legislatif

Hal ini tergambar pada perhatian masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam memilih calon anggota legislatif DPRD tingkat provinsi maupun DPR RI, yang bervariasi antara pilihan karena