• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah Tentang Pentingnya Autopsi Forensik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah Tentang Pentingnya Autopsi Forensik"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14

KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA

AUTOPSI FORENSIK

Oleh :

PUTRI AINI DAULAY

070100349

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14

KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA

AUTOPSI FORENSIK

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

PUTRI AINI DAULAY

NIM : 070100349

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14 KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA AUTOPSI FORENSIK

Nama : PUTRI AINI DAULAY

NIM : 070100349

Pembimbing Penguji 1

(dr. Mistar Ritonga, Sp.f) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP. 19520408 198903 1 001 NIP: 19731015 200112 2 002

Penguji 2

(dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes) NIP: 19700819 199903 2 001

Medan, 11 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek kedokteran, namun angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam mengungkap penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak mengizinkan untuk dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya autopsi forensik serta faktor penghambatnya.

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk Deskriptif Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah sejumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 17.

Berdasarkan pengolahan kuesioner responden, didapati hasil tingkat pengetahuan dari 79 responden yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik dan 9 (11,4%) responden berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik adalah baik. Faktor yang dapat menjadi penghambat untuk dilakukannya autopsi forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

(5)

ABSTRACTION

Autopsy have important role in development of medical practice and science, but number do the autopsy have been decline in the world in a few last decade. Constraint which often faced in field by investigator in expressing cause of death of victim namely public often don't permit to be done by autopsy, along of the minim of knowledge of public concerning the important of forensic autopsy itself. This research aim to know level of knowledge of citizen of area of 14 sub-district of middle petisah concerning the important of forensic autopsy and also the resistor factor.

This research is research of survey where design research in form of descriptive cross sectional. Population in this research is citizen of area of 14 sub-district of Middle Petisah a number of 79 people. Technique in sampling apply simple random sampling. Instrument which applied is questionaire. Data which obtained apply by SPSS 17 program.

Based on processing of responder questionaire, discovered by result of level of knowledge out of 79 responder namely 70 ( 88,6%) good knowledgeable responder and 9 ( 11,4%) knowledgeable responder is medium. Is not met by responder with result of level of knowledge which less.

This research conclusion is that level of knowledge of citizen of area of 14 sub-district of Middle Petisah concerning the important of forensic autopsy is good. The resistor factor that found concerning forensic autopsy is less citizen’s knowledge about legal sanctions for whom impede concerning forensic autopsy.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Hasil karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam penulisan Hasil karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Mistar Ritonga, Sp. F selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian hasil karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes dan dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes selaku dosen penguji saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam menguji hasil karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp. OG, sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing saya.

4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Drs.H.Amrun Daulay, MM dan ibunda Hj.Nurmaini Siregar atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

5. Bapak/Ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan saran kepada saya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan. 6. Seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu

(7)

Medan, 1 Mei 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pengetahuan... 4

2.1.1 Defenisi... 4

2.1.2. Proses Pengetahuan... 4

2.1.3. Tingkat Pengetahuan... 5

2.2. Autopsi Forensik... 6

2.2.1 Defenisi... 6

2.2.2. Jenis Autopsi berdasarkan tujuan... 7

2.2.3. Teknik Autopsi Forensik... 8

2.2.4. Faktor-faktor penghambat autopsi forensik... 8

2.3. Visum Et Repertum... 8

2.3.1 Defenisi... 8

2.3.2. Peranan dan fungsi visum et repertum... 8

(9)

2.3.4 Dasar Hukum... 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 13

3.2. Defenisi Operasional... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN... 15

4.1. Jenis Penelitian... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 15

4.3.1. Populasi penelitian... 15

4.3.2. Sampel penelitian... 16

4.4. Pertimbangan Etik... 16

4.5. Teknik Pengumpulan Data... 17

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

5.1. Hasil Penelitian... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 20

5.1.3. Pengetahuan... 21

5.2. Pembahasan... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 27

6.1. Kesimpulan... 27

(10)

DAFTAR PUSTAKA... 28

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di 20 Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 21 Mengenai Definisi Autopsi Forensik

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 21

Responden Mengenai Tujuan Autopsi Forensik

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 21

Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penegakan Hukum

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 22

Responden Mengenai Autopsi Forensik

Dapat Membantu Menentukan Sifat Kematian Korban Wajar atau Tidak Wajar

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 22

Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penyidik (polisi)

Mengidentifikasi Identitas Seseorang yang Identitasnya Tidak Diketahui Baik dalam Kasus Pidana maupun Perdata

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23 Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu

Pengguna Asuransi dalam Menguatkan Bukti atas Suatu Keadaan yang Telah Terjadi

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23 Mengenai Definisi Visum Et Repertum

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23 Mengenai Visum Et Repertum adalah Salah Satu Alat Bukti Sah yang Turut Berperan dalam Proses Pembuktian Suatu Perkara Pidana Terhadap Kesehatan dan Jiwa Manusia

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 24 Mengenai Penyidik (polisi) yang Berwenang

Meminta Visum Et Repertum

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 2 KUESIONER

Lampiran 3 LEMBAR PENJELASAN Lampiran 4 INFORMED CONSENT

Lampiran 5 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS

Lampiran 6 FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN Lampiran 7 FREKUENSI PENGETAHUAN

(14)

ABSTRAK

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek kedokteran, namun angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam mengungkap penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak mengizinkan untuk dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya autopsi forensik serta faktor penghambatnya.

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk Deskriptif Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah sejumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 17.

Berdasarkan pengolahan kuesioner responden, didapati hasil tingkat pengetahuan dari 79 responden yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik dan 9 (11,4%) responden berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik adalah baik. Faktor yang dapat menjadi penghambat untuk dilakukannya autopsi forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

(15)

ABSTRACTION

Autopsy have important role in development of medical practice and science, but number do the autopsy have been decline in the world in a few last decade. Constraint which often faced in field by investigator in expressing cause of death of victim namely public often don't permit to be done by autopsy, along of the minim of knowledge of public concerning the important of forensic autopsy itself. This research aim to know level of knowledge of citizen of area of 14 sub-district of middle petisah concerning the important of forensic autopsy and also the resistor factor.

This research is research of survey where design research in form of descriptive cross sectional. Population in this research is citizen of area of 14 sub-district of Middle Petisah a number of 79 people. Technique in sampling apply simple random sampling. Instrument which applied is questionaire. Data which obtained apply by SPSS 17 program.

Based on processing of responder questionaire, discovered by result of level of knowledge out of 79 responder namely 70 ( 88,6%) good knowledgeable responder and 9 ( 11,4%) knowledgeable responder is medium. Is not met by responder with result of level of knowledge which less.

This research conclusion is that level of knowledge of citizen of area of 14 sub-district of Middle Petisah concerning the important of forensic autopsy is good. The resistor factor that found concerning forensic autopsy is less citizen’s knowledge about legal sanctions for whom impede concerning forensic autopsy.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek kedokteran, namun angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Tingkat dilakukannya autopsi di Amerika Serikat adalah 41,1% pada tahun 1964, 34,9% pada tahun 1972, dan 21,7% pada tahun 1975. Pada 1981 tingkat autopsi 15,7% dan pada tahun 2003 turun menjadi 11% , Di Inggris dan Wales , tingkat dilakukannya autopsi turun dari 8,9% pada tahun 1966 menjadi 1,7% di 1991, penurunan serupa telah dilaporkan di Kanada, Perancis, Cina, dan Zambia (Oluwasola, 2009).

Tingkat autopsi di Amerika Serikat telah jatuh secara drastis dalam 50 tahun terakhir. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap penurunan ini. Agar dokter dan keluarga dapat menerima manfaat maksimal dari autopsi maka dibutuhkan: perubahan metode dalam memperoleh persetujuan, perubahan prosedur untuk dilakukannya autopsi, komunikasi yang baik antara klinisi dan keluarga dan mendidik baik profesional medis dan warga masyarakat tentang nilai dari autopsi (Mcphee, 1996).

(17)

Autopsi yang dilakukan pada orang yang dicintai membawa sebuah serangan emosi kepada anggota keluarga. Alasan utama penurunan autopsi ialah keluarga yang takut, kekhawatiran bahwa prosedur ini akan menunda pengaturan pemakaman, keberatan agama, kurangnya pengetahuan tentang prosedur, dan perasaan bahwa almarhum sudah cukup menderita. Biaya, kurangnya hubungan baik dengan dokter, stres sekitar waktu kematian, dan kurangnya konsensus dengan anggota keluarga lainnya akan prosedur juga telah dilaporkan sebagai penghalang untuk mendapatkan izin dari keluarga terdekat untuk autopsi. Hal-hal terkait alasan penurunan autopsi dapat diatasi dengan cara mendidik keluarga (Souder, 2003).

Nigeria memiliki setidaknya 250 kelompok etnis yang berbeda, Negara ini terdiri dari sekitar 50% Muslim, Kristen 40%, dan 10% agama tradisional Afrika. Dalam studi ini, orang yang beragama Kristen lebih mungkin untuk mengatakan bahwa mereka bersedia untuk menyetujui autopsi pada diri mereka sendiri dibandingkan dengan umat Islam. Keberatan keagamaan untuk autopsi adalah ortodoksi dalam Islam, sebagian karena almarhum harus dikubur dalam waktu 24 jam dari kematian sebagai tanda menghormati. Jenjang pendidikan juga dikaitkan dengan meningkatnya penerimaan autopsi. Pendidikan dapat memodernisasi pengaruh agama terhadap sikap untuk autopsi seperti yang terlihat dalam proporsi yang lebih tinggi dari dokter muslim yang bersedia untuk menyetujui autopsi pada diri mereka sendiri dibandingkan dengan keluarga Muslim dari pasien meninggal (Oluwasola, 2009).

(18)

Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam mengungkap penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak mengizinkan untuk dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik pada Juli 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dilakukannya autopsi forensik oleh warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Menjadi masukan bagi pelaku penyuluhan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pekerja medis dibawah naungan Departemen Kesehatan RI ataupun swasta tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri.

2. Meningkatkan pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi

. Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Proses Pengetahuan

Suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik), dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(20)

2.1.3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Know)

tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yan telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (Comprehension)

memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

(21)

dilihat dari pengunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

2.2 Autopsi Forensik

2.2.1. Definisi

(22)

2.2.2. Jenis autopsi berdasarkan tujuan 1. Autopsi Klinik

Dilakukan terhadapat mayat seseorang yan diduga terjadi akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem, patogenesis penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan izin keluarga terdekat mayat tersebut. Sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara lengkap, namun dalam keadaan amat memaksa dapat juga dilakukan autopsi parsial atau needle necropsy terhadap organ tertentu meskipun pada kedua keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat (Mansjoer, 2000).

2. Autopsi Forensik/Medikolegal

Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Tujuan pemeriksaan autopsi forensik adalah untuk:

1. Membantu penentuan identitas mayat

2. Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian

3. Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan

4. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum

Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri, dan seteliti mungkin (Mansjoer, 2000).

3. Autopsi anatomi

(23)

2.2.3 Teknik Autopsi Forensik

1. Pemeriksaan Luar

2. Pemeriksaan dalam (Pembedahan mayat) (Mansjoer, 2000).

2.2.4. Faktor-faktor penghambat autopsi forensik

1. Masalah administratif

2. Hasil/laporan autopsi yang membutuhkan waktu 3. Keluarga yang takut akan mutilasi

4. Penundaan penguburan

5. Ketidaksetujuan pasien sebelum meninggal untuk di autopsi 6. Agama

7. Etnik

8. Tingkat pengetahuan (Oluwasola, 2009).

2.3. Visum Et Repertum

2.3.1. Definisi

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan (Budiyanto, 1994).

2.3.2. Peranan dan fungsi visum et repertum

(24)

dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian Kesimpulan (Budiyanto, 1994).

Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh/jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduknya persoalan di sidang Pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan (ps 180 KUHAP) (Budiyanto, 1994).

2.3.3 Jenis dan bentuk visum et repertum

Dengan konsep visum et repertum di atas, dikenal beberapa jenis visum et repertum, yaitu (Budiyanto, 1994):

1. visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan) 2. visum et repertum kejahatan susila

3. visum et repertum jenasah 4. visum et repertum psikiatrik.

2.3.4. Dasar hukum

Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pekerjaan dokter dalam membantu peradilan (Budiyanto, 1994) :

Pasal-pasal KUHAP yang mengatur tentang produk dokter yang sepadan dengan visum et repertum adalah pasal 186 dan 187, yang berbunyi :

1. Pasal 186

(25)

2. Pasal 187

surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta

secara resmi dari padanya.

Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP Pasal 184, Alat bukti yang sah adalah :

1. Keterangan saksi; 2. Keterangan ahli; 3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa;

Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yang dimaksud dengan keterangan ahli maupun surat (butir c) dalam KUHAP adalah visum et repertum.

1. Pasal 133 KUHAP

1.1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

1.2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(26)

2. Pasal 134 KUHAP

2.1 Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. 2.2 Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan

sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

2.3 Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

3. Pasal 179 KUHAP

3.1 Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

3.2 Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Pasal KUHP 222:

(27)

Ciri Fatwa Kedokteran (Majelis Ulama Indonesia) :

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui warga mengenai autopsi forensik. Meliputi definisi, tujuan, manfaat, prosedur, serta dasar hukum autopsi forensik.

2. Autopsi Forensik adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Mengetahui sifat kematian yang wajar atau tidak wajar serta apakah ada hubungannya dengan tindak pidana atau tidak merupakan manfaat yang didapat apabila dilakukan autopsi forensik.

3. Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 10 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan untuk pengetahuan.

Tingkat

Pengetahuan

Warga

(29)

4. Cara ukurnya yaitu kuesioner yang memiliki makna skor 3 untuk pertanyaan yang dijawab benar, skor 2 untuk pertanyaan yang dijawab salah, skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab tidak tahu. Dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75 % 2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40 – 75 % 3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk Deskriptif Cross Sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan 14 kelurahan Petisah tengah. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah yaitu ada 359 kepala keluarga, yang berdasarkan kriteria ekslusi dan inklusi sebagai berikut.

1. Kriteria inklusi :

1.1Laki-laki atau Perempuan 1.2Bersedia menjadi responden 1.3Dapat membaca dan menulis

2. Kriteria ekslusi :

2.1.Umur kurang dari 18 tahun

(31)

4.3.2. Sampel penelitian

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

Untuk mementukan besar sampel minimal yang diperlukan digunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2005):

n = N

{ 1+ N (d²) }

dimana :

n = besar sampel

N = jumlah populasi (359)

d = derajat kemaknaan 10% (0,1)

Dapat diperhitungkan sebagai berikut :

n = 359

{ 1+ 359 (0,1²) }

= 79

4.4. Pertimbangan etik

(32)

peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden, responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, serta responden juga tidak boleh dideskriminasi jika menolak untuk tidak melanjutkan menjadi subjek penelitian. Responden juga mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonimity (tanpa nama) dan confidentiality.

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunkana program Statistic Package for Social Science (SPSS) 17.0.

Uji validitas dan reabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 10 sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian tetapi dilakukan pada wilayah yang berbeda dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

(33)

4.5. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu: pertama permohonan izin kepada Kepala Kelurahan Petisah Tengah dan Kepala Lingkungan 14. Setelah peneliti memperoleh data dari Kelurahan Petisah Tengah dan Kepala Lingkungan, kemudian peneliti membuat gulungan pada kertas kecil, tertuliskan nama jalan dan nomor rumah untuk setiap kertas. Dengan cara mengundi peneliti mengambil gulungan kertas tersebut, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas itulah yang menjadi sampel penelitian.

Peneliti juga melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira kurang dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang diberikan apakah sudah diisi dengan lengkap oleh responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan menganalisa data. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji validasi dan uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan menggunakan teknik korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :

N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a

R =

(34)

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan rumus sebagai berikut :

k . r

α =

1 + ( k – 1). R

4.6. Pengolahan dan Analisa data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan daerah tingkat II yang berstatus kotamadya yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara. Medan adalah pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai gerbang masuknya wisatawan baik asing maupun domestik. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°30’ – 3043’ lintang utara dan 980 35’ – 98044’ bujur timur.

Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, selatan dan timur, sedangkan di bagian Utara berbatasan dengan Selat Malaka, yang merupakan salah satu jalur lintas terpadat di dunia. Jumlah penduduk kota Medan setiap tahunnya selalu bertambah, tahun 2005 jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.036.018 jiwa dengan jumlah wanita lebih banyak yaitu 1.010.174 sedangkan jumlah lelaki 995.968 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap mencapai 500.000 jiwa. Selanjutnya dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa usia produktif (15-59 tahun). Selanjutnya dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Petisah, kelurahan Petisah Tengah dimana terdapat Tapal batas kelurahan dan lingkungan di Kelurahan petisah tengah. Tapal batas mencakup :

1. sebelah utara berbatas dengan kelurahan Sekip

(36)

3. sebelah barat berbatas dengan kelurahan Sei Sikambing – D

4. sebelah timur berbatas dengan kelurahan Kesawan

Terdapat 17 Lingkungan di kelurahan petisah tengah, penelitian dilakukan di lingkungan 14 yang mencakup daerah jalan dewa ruci, bima sakti, dazam raya, nibung raya, iskandar muda, sultan agung, baja raya, biduk nomor ganjil, serta orion baru. Kependudukan di Kelurahan petisah tengah sendiri pada tahun 2010 bulan Maret berjumlah 15.323 jiwa. Terdiri dari 7.429 jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 7.894 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 3.369. Jumlah penduduk di lingkungan 14 sejumlah 359 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur

(37)

diketahui bahwa terdapat 8,9% dengan pendidikan terakhir SD, 10,1% SMP, 48,1% SMA, dan 32,9% SARJANA. Untuk karakteristik agama diketahui bahwa terdapat 62% beragama Islam, dan 38% beragama Kristen.

5.1.3. Pengetahuan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Autopsi Forensik

Definisi Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)

Benar 73 92,4

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai definisi autopsi forensik sebesar 92,4% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 7,6%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Tujuan Autopsi Forensik

Tujuan Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)

Benar 66 83.5

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai tujuan autopsi forensik sebesar 83,5% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 16,5%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penegakan Hukum

Autopsi Forensik Membantu Penegakan

Hukum

Frekuensi Presentase (%)

(38)

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi forensik dapat membantu penegakan hukum sebesar 75,9% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 24,1%.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Menentukan Sifat Kematian Korban Wajar atau Tidak Wajar

Autopsi Forensik Membantu Menentukan

Sifat Kematian Korban Wajar atau Tidak Wajar

Frekuensi Presentase (%)

Benar 70 88,6

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi forensik dapat membantu menentukan sifat kematian korban wajar atau tidak wajar sebesar 88,6% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 11,4%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penyidik (polisi) Mengidentifikasi Identitas Seseorang yang Identitasnya Tidak Diketahui Baik dalam Kasus Pidana maupun Perdata

Autopsi Forensik

Frekuensi Presentase (%)

Benar 52 65,8

(39)

diketahui baik dalam kasus pidana maupun perdata.sebesar 65,8%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 34,2%.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Pengguna Asuransi dalam Menguatkan Bukti atas Suatu Keadaan yang Telah Terjadi

Autopsi Forensik Dapat Membantu Pengguna Asuransi dalam Menguatkan

Bukti atas Suatu Keadaan yang Telah Terjadi

Frekuensi Presentase (%)

Benar 54 68,4

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi forensik dapat membantu pengguna asuransi dalam menguatkan bukti atas suatu keadaan yang telah terjadi sebesar 68,4% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 31,7%.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Visum Et Repertum

Definisi Visum Et Repertum Frekuensi Presentase (%)

Benar 64 81,0

(40)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Visum Et Repertum adalah Salah Satu Alat Bukti Sah yang Turut Berperan dalam Proses Pembuktian Suatu Perkara Pidana Terhadap Kesehatan dan Jiwa Manusia

Visum Et Repertum adalah Salah Satu Alat Bukt i Sah yang Turut Berperan dalam

Proses Pembuktian Suatu Perkara Pidana Terhadap

Kesehatan dan Jiwa Manusia

Frekuensi Presentase (%)

Benar 67 84,8

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai visum et repertum adalah salah satu alat bukti sah yang turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia sebesar 84,8% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 15,2%.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Penyidik (polisi) yang Berwenang Meminta Visum Et Repertum

Penyidik (polisi) yang Berwenang Meminta Visum

Et Repertum

Frekuensi Presentase (%)

Benar 58 73,4

(41)

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pasal 222 KUHP Menjelaskan Sanksi Hukum Terhadap Orang yang Menghalang-halangi Dilakukannya Autopsi Forensik

Pasal 222 KUHP

Frekuensi Presentase (%)

Benar 27 34,2

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai Pasal 222 KUHP menjelaskan sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik sebesar 34,2% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 65,8%.

5.2. Pembahasan

Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 79 responden yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik dan 9 (11,4%) responden berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang.

Pendidikan dapat menjadi salah satu faktor penghambat yang dapat menjadi alasan tidak diizinkannya dilakukan autopsi forensik. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya autopsi forensik ini, tidak didapati pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya autopsi forensik yang mana hasil ini telah membuktikan pengetahuan yang cukup memadai apabila responden akan dihadapkan dengan autopsi forensik.

(42)

yang memuaskan tentang autopsi. Hampir semua (94,6%) responden yang mampu menjelaskan tentang autopsi merupakan mereka yang telah menjalani 7 sampai 12 tahun pendidikan. Terdapat asosiasi dari level pendidikan yang secara statistik bersifat signifikan (Oluwasola, 2009). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana jumlah responden dominan merupakan yang telah menjalani 12 tahun pendidikan (SMA).

Salah satu faktor yang dapat menjadi penghambat dilakukan autopsi forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

Seseorang dengan latar belakang tingkat pendidikan yang tinggi pada umumnya akan memilih suatu keputusan dengan cermat dan teliti. Namun dengan pengetahuan yang baik bukan berarti dapat diprediksi sikap serta tindakan yang akan dilakukan, dimana seseorang dengan pengetahuan yang baik dapat memilih keputusan yang positif ataupun sebaliknya. Namun, dengan pengetahuan yang memadai diharapkan dapat membantu seseorang dalam memahami tujuan serta manfaat, sehuingga kemungkinan seseorang tersebut menyetujui serta mengizinkan dilakukannya autopsi forensik menjadi lebih besar.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik adalah baik.

2. Faktor yang dapat menjadi penghambat dilakukan autopsi forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik

6.2. SARAN

1. Peningkatan program-program sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya autopsi forensik oleh pemerintah agar tidak terjadinya penurunan tingkat dilakukannya autopsi forensik.

2. Peningkatan kerjasama, komunikasi serta hubungan yang baik antara dokter, pasien, keluarga pasien, serta penyidik dalam menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing demi penegakan hukum.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Amri., 1995. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Ramadhan. Budiyanto, et al., 1994. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI.

Idries, M. Abdul., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mansjoer, et al., 2000. Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

Mcphee, SJ. 1996. Maximizing the benefits of autopsy for clinicians and families.

What needs to be done, University of California. Available from:

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Oluwasola, OA. 2009. The autopsy: knowledge, attitude, and perceptions of

doctors and relatives of the deceased, University of Ibadan. Available from:

Sastroasmoro, S. & Ismael, Sofyan., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Souder, E., 2004. Autopsy 101, New York Geriatric Nursing. Available from: Sudjana., 1992. Metoda Statistika. Edisi-5. Bandung: Tarsito.

Sugiyono., 2002. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabetha.

Wahyuni, A.,2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. Zheng, WQ. 1998. Public attitudes towards the autopsy in China, Second Military Medical University. Available from:

(45)

Zuhroni. 2008. Fatwa Ulama Indonesia Terhadap Isu-isu Kedokteran

Kontemporer, Universitas Yarsi. Available from:

(46)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Aini Daulay

Tempat / tanggal lahir : Medan, 7 September 1989

Agama : Muslim

Alamat : Jl. Baja raya No. 11 Medan

Nomor Telepon : 061 – 4536057

Orang Tua : Drs. H. Amrun Daulay, MM

Hj. Nurmaini Siregar

Riwayat Pendidikan : 1. Taman Kanak-Kanak Aisyah, Sibolga

Thn 1994 - 1995

2. Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari I, Medan Thn. 1995 - 2001

3. Sekolah Menengah Pertama Harapan I, Medan Thn. 2001 – 2004

4. Sekolah Menengah Atas Bakti Mulya 400, Jakarta

(47)

Riwayat Organisasi : 1. Panitia berbuka puasa bersama PHBI

Thn. 2007

2. Anggota Basket Ball Putri FK USU Thn. 2007

3. Anggota SCORA FK USU Thn. 2007 - 2009 4. Anggota Pemerintahan Mahasiswa

Thn. 2008 – 2009 5. Panitia Porseni

Thn. 2008 dan 2009

6. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU Thn. 2009 dan 2010

(48)

Lampiran 2

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14 KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA AUTOPSI FORENSIK

Nama :

1. Autopsi forensik (bedah mayat) adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

2. Salah satu tujuan autopsi forensik adalah untuk menentukan sebab kematian apakah ada hubungan dengan tindak pidana atau tidak.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

3. Autopsi forensik dapat membantu penegakan hukum. a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

4. Autopsi forensik dapat membantu menentukan sifat kematian korban wajar atau tidak wajar.

(49)

b. Tidak c. Tidak tahu

5. Autopsi forensik dapat membantu penyidik (polisi) mengidentifikasi identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana maupun perdata.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

6. Autopsi forensik dapat membantu pengguna asuransi dalam menguatkan bukti atas suatu keadaan yang telah terjadi.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

7. Visum et repertum merupakan keterangan yang dibuat oleh dokter mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup ataupun mati.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

8. Visum et repertum adalah salah satu alat bukti sah yang turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Yang berwenang meminta visum et repertum adalah penyidik (polisi). a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

10.Pasal 222 KUHP menjelaskan sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

(50)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya Putri Aini Daulay, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah Tentang Pentingnya Autopsi Forensik”.

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian (Mansjoer, 2000).

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian Kesimpulan (Budiyanto, 1994).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat menjadi masukan bagi pelaku penyuluhan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pekerja medis dibawah naungan Departemen Kesehatan RI ataupun swasta tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri serta meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan edukasi tentang pentingnya autopsi forensik.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri mengenai:

a. Data demografi seperti nama, umur, agama, suku, alamat, pendidikan, pekerjaan.

b. Pengetahuan tentang pentingnya autopsi forensik.

(51)

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutukan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Putri Aini Daulay

Alamat : Jl. Baja Raya No.11 Medan No. HP : 08126095628

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan,...2010 Peneliti

(52)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian ”Tingkat Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah Tentang Pentingnya Autopsi Forensik”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ...2010

(53)

Lampiran 5

Uji Validitas dan Realibilitas

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

p1 Pearson Correlation 1 .296 .654** .584** .416 .597** .567**

Sig. (2-tailed) .205 .002 .007 .068 .005 .009

N 20 20 20 20 20 20 20

p2 Pearson Correlation .296 1 .690** .489* .533* .165 .588**

Sig. (2-tailed) .205 .001 .029 .015 .486 .006

N 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation .654** .690** 1 .877** .699** .753** .835**

Sig. (2-tailed) .002 .001 .000 .001 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson Correlation .584** .489* .877** 1 .734** .816** .715**

Sig. (2-tailed) .007 .029 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation .416 .533* .699** .734** 1 .608** .654**

Sig. (2-tailed) .068 .015 .001 .000 .004 .002

N 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson Correlation .597** .165 .753** .816** .608** 1 .533*

Sig. (2-tailed) .005 .486 .000 .000 .004 .015

N 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson Correlation .567** .588** .835** .715** .654** .533* 1

Sig. (2-tailed) .009 .006 .000 .000 .002 .015

N 20 20 20 20 20 20 20

p8 Pearson Correlation .404 .553* .535* .424 .718** .311 .539*

Sig. (2-tailed) .077 .011 .015 .063 .000 .182 .014

(54)

p9 Pearson Correlation .484* .816** .845** .699** .653** .607** .618**

Sig. (2-tailed) .031 .000 .000 .001 .002 .005 .004

N 20 20 20 20 20 20 20

p10 Pearson Correlation .473* .523* .835** .792** .808** .718** .745**

Sig. (2-tailed) .035 .018 .000 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

Ptot Pearson Correlation .669** .695** .956** .887** .846** .759** .843**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(55)

Lampiran 6

FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18-36 49 62,0 62,0 62,0

37-65 30 38,0 38,0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 42 53.2 53.2 53.2

Perempuan 37 46.8 46.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 7 8.9 8.9 8.9

SMP 8 10.1 10.1 19.0

SMA 38 48.1 48.1 67.1

SARJANA 26 32.9 32.9 100.0

(56)

Agama Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ISLAM 49 62.0 62.0 62.0

KRISTEN 30 38.0 38.0 100.0

(57)

Lampiran 7

FREKUENSI PENGETAHUAN

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 2 2.5 2.5 2.5

SALAH 4 5.1 5.1 7.6

BENAR 73 92.4 92.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 3 3.8 3.8 3.8

SALAH 10 12.7 12.7 16.5

BENAR 66 83.5 83.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK TAHU 8 10.1 10.1 10.1

SALAH 11 13.9 13.9 24.1

BENAR 60 75.9 75.9 100.0

(58)

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 6 7.6 7.6 7.6

(59)

BENAR 64 81.0 81.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 6 7.6 7.6 7.6

SALAH 6 7.6 7.6 15.2

BENAR 67 84.8 84.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 6 7.6 7.6 7.6

SALAH 15 19.0 19.0 26.6

BENAR 58 73.4 73.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK TAHU 49 62.0 62.0 62.0

SALAH 3 3.8 3.8 65.8

BENAR 27 34.2 34.2 100.0

(60)
(61)

Lampiran 8

(62)

Lampiran 9

(63)
(64)

AMIR SAL laki-laki 38 ISLAM JAWA SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 30

BENAR BENAR TIDAK

(65)

SABARIA perempuan 19 ISLAM MELAYU SD BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK

BENAR BENAR TIDAK

(66)

SARAH perempuan 19 KRISTEN BATAK SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK

BENAR BENAR TIDAK

TAHU

BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK

(67)

BAMBANG laki-laki 56 KRISTEN TIONGHOA SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK

TAHU 28

RENDY SA laki-laki 37 KRISTEN TIONGHOA SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 30

ABENG SA laki-laki 40 ISLAM TIONGHOA SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK

TAHU

BENAR BENAR BENAR BENAR 28

LAURA ES perempuan 21 KRISTEN BATAK SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 30

N 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Petisah Tengah
Tabel 5.2
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Pengguna Asuransi dalam
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengaruh Rokok terhadap Penyakit Katarak di Kelurahan

tingkat pengetahuan tentang penyakit chikungunya dengan kebiasaan.. warga memelihara lingkungan rumah di Desa Trangsan Gatak. Sukoharjo.

Pengetahuan PUS tentang program KB di RW 08 Kelurahan Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru, dari data penelitian pada indikator pengetahuan alat-lat kontrasepsi secara

dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga di lingkungan IV kelurahan Sei Putih Tengah Medan Variabel Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Orangtua

Penelitian berjudul Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengaruh Rokok Terhadap Penyakit Katarak di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia Tahun 2011 diajukan penulis

Kelemahan pemerintah khususnya pemerintah Kelurahan Pendrikan Kidul Kecamatan Semarang Tengah, dalam usahanya memerangi sampah adalah masih kurang mensosialisasikan

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada warga yang pernah atau sedang menderita Tuberkulosis Paru di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah termasuk dalam kategori

Peningkatan Pengetahuan Tentang Pentingnya Updating Data Sinta Melalui Edukasi Online Di Lingkungan Universitas Setelah sesi penyampaian materi dan sesi tanya jawab selesai maka