• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN

PETISAH TENGAH TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ERNY TANDANU

060100018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap

Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

Nama : Erny Tandanu NIM : 060100018

Pembimbing Penguji I

(dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad) (dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG) NIP: 19630927 199010 2 002 NIP: 19800114 200312 2 002

Penguji II

(dr. Alfred C. Satyo, Sp.F) NIP: 19450920 198003 1 001

Medan, 1 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Ini dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang pada akhir tahun 2008. Medan merupakan kota yang memiliki prevalensi penderita AIDS tertinggi di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 430 kasus pada tahun 2008.

Penelitian in bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS.di Kelurahan Petisah Tengah Medan pada tahun 2009.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan (d) sebesar 0,1. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode proportional cluster random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 12.0.

Hasil uji tingkat pengetahuan masyarakat awam tentang HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah sebesar 62,9% dikategorikan baik. Hasil uji sikap masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah sebesar 52,4% dikategorikan baik.

Dari hasil uji tersebut maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah.

(4)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. This was shown by the increasing of HIV/AIDS’ cases from year to year. Based on Health department’s document of Republic Indonesia, at the end of 2008, the number of people’s death caused by AIDS was 3.362 people. Medan, with approximately 430 cases in 2008, made itself as the highest prevalence of people living with HIV/AIDS city in North Sumatra.

The aim of this study was to apprehend people’s knowledge towards HIV/AIDS and their attitude to people with HIV/AIDS.

This study was a conducted in descriptive observational manner with cross sectional approach. A hundred and five samples were taken with 0,1 as a relative accuracy. The sampling technique was propotional cluster random sampling. Afterwards, samples were distributed equally. Data then were collected by utilizing questionnaire and analyzed by using SPSS verse 12.0.

The result of people’s knowledge in Kelurahan Petisah Tengah Medan towards HIV/AIDS is 62,9% catagorized as good. The results done in the same manner about attitude towards people living with HIV/AIDS showed 52,4% catagorized as good.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tepat pada waktunya.

Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material untuk penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikan untuk membimbing peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

4. Bapak H. Azwar selaku Kepala Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah atas bantuan yang diberikan kepada peneliti sampai selesainya penelitian ini.

5. Teman-teman peneliti yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

(6)

Peneliti juga menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun menjadi sumbangan yang berarti bagi karya tulis ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan negara Indonesia serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan,21 November 2009 Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Bagi Masyarakat ... 3

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan ... 3

1.4.3 Bagi Peneliti ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Infeksi HIV dan AIDS ... 4

2.1.1 Definisi ... 4

2.1.2 Epidemiologi ... 5

2.1.3 Faktor Risiko ... 5

2.1.4 Penularan Infeksi HIV/AIDS ... 6

2.1.5 Etiologi dan Patogenesis ... 7

2.1.6 Gejala Klinis HIV/AIDS ... 7

(8)

2.1.8 Pencegahan Infeksi HIV/AIDS ... 9

2.1.9 Penanggulangan HIV/AIDS ... 10

2.1.10 Sikap Masyarakat terhadap Penderita HIV/AIDS ... 12

2.2 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat ... 15

2.2.1 Pengetahuan Masyarakat ... 15

2.2.2 Sikap Masyarakat ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 17

3.2.1 Pengetahuan ... 17

3.2.2 Sikap ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN .... 19

4.1 Rancangan Penelitian ... 19

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.3.1 Populasi ………... 19

4.3.2 Sampel ………... 19

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

4.4.1 Data Primer ... 21

4.4.2 Data Sekunder ... 21

4.4.3 Instrumen Penelitian ... 21

4.4.4 Uji Validitas dan Relibialitas ... 21

4.5 Metode Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1 Hasil Penelitian ... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

(9)

5.2 Pembahasan ... 27

5.2.1 Tingkat Pengetahuan ... 27

5.2.2 Sikap ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 22 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia

24

5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

24

5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

24

5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan

25

5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 25 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Sikap

26

5.7 Distribusi Frekuensi Sikap 27

5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia

27

5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

28

5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

29

5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Usia 30 5.12 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent) Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Ini dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang pada akhir tahun 2008. Medan merupakan kota yang memiliki prevalensi penderita AIDS tertinggi di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 430 kasus pada tahun 2008.

Penelitian in bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS.di Kelurahan Petisah Tengah Medan pada tahun 2009.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan (d) sebesar 0,1. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode proportional cluster random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 12.0.

Hasil uji tingkat pengetahuan masyarakat awam tentang HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah sebesar 62,9% dikategorikan baik. Hasil uji sikap masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah sebesar 52,4% dikategorikan baik.

Dari hasil uji tersebut maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah.

(13)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. This was shown by the increasing of HIV/AIDS’ cases from year to year. Based on Health department’s document of Republic Indonesia, at the end of 2008, the number of people’s death caused by AIDS was 3.362 people. Medan, with approximately 430 cases in 2008, made itself as the highest prevalence of people living with HIV/AIDS city in North Sumatra.

The aim of this study was to apprehend people’s knowledge towards HIV/AIDS and their attitude to people with HIV/AIDS.

This study was a conducted in descriptive observational manner with cross sectional approach. A hundred and five samples were taken with 0,1 as a relative accuracy. The sampling technique was propotional cluster random sampling. Afterwards, samples were distributed equally. Data then were collected by utilizing questionnaire and analyzed by using SPSS verse 12.0.

The result of people’s knowledge in Kelurahan Petisah Tengah Medan towards HIV/AIDS is 62,9% catagorized as good. The results done in the same manner about attitude towards people living with HIV/AIDS showed 52,4% catagorized as good.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Berdasarkan perkiraan statistik global HIV/AIDS yang diumumkan oleh UNAIDS/WHO pada Juli 2008, jumlah penderita HIV/AIDS di dunia pada akhir tahun 2007 mencapai 33 juta orang.

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan. Jika pada tahun 2005 terdapat 5.321 kasus HIV/AIDS, akhir tahun 2008 angkanya sudah meningkat tajam menjadi 16.110 kasus. Bila pada tahun 2005 kasus HIV/AIDS hanya ada di 16 provinsi, maka pada akhir tahun 2008 angka penyakit perenggut nyawa ini sudah menjangkiti 32 provinsi dan 214 kabupaten/kota di Indonesia (Triana, 2009). Sedangkan berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang pada akhir tahun 2008.

Sumatera Utara menduduki peringkat ke-8 dari 33 propinsi di Indonesia dengan jumlah kasus AIDS sebanyak 700 kasus. Medan merupakan kota yang memiliki prevalensi penderita AIDS tertinggi di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 430 kasus (Depkes RI, 2008).

Upaya penanggulangan penyebaran infeksi HIV telah banyak dilakukan. Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) setiap tanggal 1 Desember merupakan salah satu kesempatan khusus dimana negara-negara di dunia, termasuk Indonesia melakukan evaluasi terhadap perkembangan epidemi HIV dan upaya penanggulangan yang lebih giat lagi (Depkes RI, 2008).

(15)

stigmatisasi (memberi cap buruk) dan diskriminasi (mengasingkan, mengucilkan, membeda-bedakan) terhadap orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) karena menghambat upaya pencegahan dan perawatan penyakit HIV/AIDS. Stigmatitasi dan diskriminasi pun merupakan perbuatan melawan hukum dan melanggar HAM (Hak Asasi Manusia) (Harahap, 2003).

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang infeksi HIV/AIDS dan cara penularannya menjadi salah satu faktor pendukung sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS . Sebagai langkah awal untuk memperbaiki stigma dan diskriminasi orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) dalam upaya penanggulanggan HIV/AIDS, perlu diketahui sejauh mana pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS dan bagaimana sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat awam di Kelurahan Petisah Tengah tentang HIV/AIDS?

2. Bagaimana gambaran sikap masyarakat awam di Kelurahan Petisah Tengah terhadap penderita HIV/AIDS?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dan gambaran sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat awam di Kelurahan Petisah Tengah tentang HIV/AIDS.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat paham tentang HIV/AIDS dan cara penularannya. 2. Masyarakat paham dampak dari diskriminasi penderita HIV/AIDS.

1.4.2 Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan yaitu dinas kesehatan, dokter, perawat, fisioterapis, psikolog dan tenaga kesehatan lainnya mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dan sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS serta dampak diskriminasi tersebut sehingga dapat merencanakan suatu kebijaksanaan untuk menindaklanjutinya.

1.4.3 Bagi peneliti

1. Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndromes)

2.1.1 Definisi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse trancriptase untuk dapat menginfeksi mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat (Zein, dkk, 2006).

AIDS mula-mula didefinisikan untuk kepentingan survei oleh CDC (the U.S. Centers for Disease Control and Prevention) sebagai adanya penyakit oportunistik yang setidaknya mengisyaratkan adanya cacat imunitas seluler tanpa didasari oleh gangguan kekebalan yang diketahui, misalnya imunosupresi iatrogenik atau keganasan. Dengan tersedianya uji diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk HIV, definisi kasus AIDS telah mengalami beberapa perbaikan (Fauci dan Lane, 2000).

(18)

2.1.2 Epidemiologi

AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1981 ketika CDC (the U.S. Centers for Disease Control and Prevention) mengumumkan penemuan aneh dari Pneumocystis carini pneumonia pada 5 laki-laki homoseksual yang di Los Angeles dan Kaposi’s Sarkoma pada 26 laki-laki-laki-laki homoseksual yang sehat di New York dan Los Angeles. Pada tahun 1983, HIV (Human Immunodeficiency Virus) diisolasi dari seorang penderita limfadenopati dan pada tahun 1984, HIV didemonstrasikan sebagai penyebab dari penyakit AIDS (Fauci dan Lane, 2005).

Menurut Djoerban Z (1999) dalam Zein (2006), dalam catatan literatur di Indonesia, kasus infeksi HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1985 di Jakarta pada seorang wanita yang menderita anemia hemolitik autoimun yang kerap mendapat transfusi darah. Diduga kuat transmisi virus HIV melalui transfusi.

Kasus AIDS yang pertama di Indonesia ditemukan pada bulan April 1987, ketika seorang turis Belanda pengidap AIDS meninggal di Bali (Muninjaya, 1999). Sedangkan kasus HIV positif pertama kali ditemukan di Medan pada tahun 1992, ketika dilakukan serosurvei (Zein, 2006).

Sejak saat ditemukan, jumlah penderita AIDS secara kumulatif sampai September 2008 mencapai 15.136 kasus dan penderita yang terinfeksi HIV sebanyak 6.015 kasus (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.1.3 Faktor risiko

(19)

2.1.4 Penularan Infeksi HIV/AIDS

HIV dapat masuk ke tubuh manusia terutama melalui darah, semen (cairan sperma) dan sekret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak (Mansjoer, 2000). Transmisi dari retrovirus RNA yang disebarkan melalui darah terjadi terutama oleh mekanisme, yaitu homoseksual atau heteroseksual, terinfeksi darah penderita HIV/AIDS, penyalahgunaan obat intravena, transfusi produk-produk darah dan transmisi dari ibu ke anak (Davey, 2000).Penularan infeksi HIV dari ibu kepada anaknya terjadi selama kehamilan, proses persalinan dan dengan pemberian ASI oleh ibu penderita HIV/AIDS (Antony dan Lane, 2005).

Peluang untuk tertular HIV melalui hubungan seks adalah 1%, melalui transfusi darah 90%, melalui jarum suntik 90% dan ibu hamil kepada bayinya 30%. Meskipun penularan HIV melalui hubungan seks mempunyai peluang paling kecil, ternyata lebih dari 90% kasus HIV dan AIDS yang ada sekarang ini terjadi karena hubungan seks (Yatim, 2006).

HIV tidak dapat menular melalui air liur, keringat ataupun air mata pengidap HIV/AIDS. Walaupun HIV dapat diisolasi jumlah dari ludah penderita HIV/AIDS dalam jumlah sedikit, tetapi tidak terdapat bukti yang pasti bahwa ludah dapat menularkan infeksi HIV baik melalui ciuman atau paparan lainnya (Antony dan Lane, 2005).

Menurut Azhari (2000), AIDS tidak menular melalui:

a. Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan hubungan seksual)

b. Bersenggolan dengan penderita c. Berjabatan tangan

d. Penderita AIDS bersin atau batuk di dekat kita e. Berciuman

f. Berpelukan

(20)

2.1.5 Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, dan env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi kemokin oleh makrofag, yang dapat mengaktivasikan sel T, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi HIV yang produktif. (Brooks, 2005)

Limfosit CD4 merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting (Djoerban dan Djauzi, 2006). Virus memasuki sel dengan berikatan pada molekul CD4 dan reseptor kemokin, kemudian bereplikasi dan mengintegrasikan dirinya dengan DNA penjamu. Kemudian terjadi infeksi laten atau produksi virus. Sebanyak 1010 -1011 virion terbentuk setiap hari dengan turnover sel-sel yang terinfeksi oleh HIV. Pada akhirnya, hilangnya sel-sel CD4 secara progresif dan beberapa mekanisme lain akan menyebabkan gangguan fungsi sistem imun (Davey, 2002).

2.1.6 Gejala Klinis HIV/AIDS

Menurut MFMER (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase, yaitu:

1. Fase awal

(21)

kepala, sakit tenggorokan, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

2. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk, dan pernafasan dangkal. 3. Fase akhir

Pada fase akhir dari infeksi HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

Pada saat AIDS timbul, sistem imun akan sangat menurun, yang memungkinkan penderita untuk mendapat infeksi oportunistik. Pada fase ini juga akan timbul gejala-gejala berupa keringat malam, menggigil, demam diatas 38oC selama beberapa minggu, diare kronis, batuk kering, dan nafas dangkal serta bintik-bintik putih di sekitar lidah dan mulut.

2.1.7 Penatalaksanaan HIV/AIDS

Secara umum, penatalaksanaan penderita HIV/AIDS terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a. pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti retroviral

(ARV). Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. Tidak semua ARV tersedia di Indonesia.

(22)

c. pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan (Djoerban dan Djauzi, 2006).

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang sangat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat anti retroviral, disingk at obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortilitas dini akibat infeksi HIV (Djoerban dan Djauzi, 2006).

Terapi anti retroviral gabungan untuk infeksi HIV telah menandai revolusi pengobatan HIV dan AIDS. Pengobatan tersebut, yang biasanya melibatkan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan setidaknya satu inhibitor protease atau satu nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor disebut terapi anti retroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy/ HAART) (Rubenstein,dkk, 2003).

2.1.8 Pencegahan Infeksi HIV/AIDS

Pencegahan AIDS difokuskan pada tiga cara penularan yang utama, yaitu: (1) kontak seksual, (2) penggunaan jarum suntik dan (3) transfusi darah (Hutapea, 1995).

Pengendalian diri untuk tidak berperilaku resiko tertular virus AIDS adalah kunci pencegahan yang jika dikembangkan secara konsisten akan cukup efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah penularan virus AIDS ini. Pengendalian diri dapat diterapkan melalui tiga cara, yaitu puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak melakukan hubungan seks, setia (S) pada pasangan seks yang sah, artinya tidak berganti-ganti pasangan seks dan penggunaan kondom pada setiap melakukan hubungan seksual yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) (Muninjaya, 1999).

(23)

pada protein selubung ekstraselular gp 120 atau protein prekusor selubung gp 160. Salah satu faktor yang mungkin membatasi keberhasilan vaksin ini adalah banyaknya jenis protein selubung antara galur HIV berbeda.

2.1.9 Penanggulangan HIV/AIDS

Sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus HIV, maka jumlah kasus AIDS juga meningkat cepat yang menyebabkan upaya penanggulangan memerlukan bukan saja pada upaya pencegahan, tetapi juga upaya pengobatan, perawatan dan dukungan.

Berdasarkan kajian dalam strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007, terdapat tujuh area program prioritas sebagai berikut:

1. Pencegahan HIV/AIDS

Upaya pencegahan pada masyarakat luas dilakukan dengan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang cara penularan, pencegahan, dan akibat yang ditimbulkannya sesuai dengan norma-norma agama dan budaya masyarakat.

Upaya pencegahan pada populasi beresiko tinggi seperti Penjaja Seks (PS) dan pelanggannya, ODHA dan pasangannya, penyalahguna Napza, dan petugas yang karena pekerjaannya beresiko terhadap penularan HIV/AIDS melalui pencegahan yang efektif seperti penggunaan kondom, penerapan pengurangan dampak buruk (harm reduction), penerapan kewaspadaan umum (universal precautions), dan sebagainya.

2. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan terhadap ODHA

Salah satu keputusan penting dalam sidang PBB yang khusus membahas HIV/AIDS (UNGASS) pada tahun 2001 adalah perlunya memperluas pelayanan, perawatan, dan dukungan terhadap ODHA serta melindungi hak-hak azasi mereka (mencegah, mengurangi, dan menghilangkan stigma dan diskriminasi).

(24)

masyarakat dan keluarga (community and home-based care) serta dukungan pembentukan persahabatan ODHA.

3. Surveilans HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Salah satu kegiatan yang penting dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah mengumpulkan data melalui kegiatan surveilans yang sistematis dan terus menerus agar dapat diketahui distribusi dan kecenderungan infeksi HIV, distribusi kasus AIDS serta faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran HIV di masyarakat. Selain untuk mengetahui besarnya kecenderungan dan distribusi dari persebaran HIV/AIDS, surveilans epidemologi dan perilaku akan memberikan informasi yang sangat penting untuk perencanaan penanggulangan meliputi kegiatan pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA, peningkatan kapasitas (capacity building), penelitian, pengembangan peraturan dan perundang-undangan serta kegiatan lain.

4. Penelitian

Penelitian dan riset operasional diperlukan untuk menentukan dasar kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sehubungan dengan perubahan epidemi dan dampaknya.

5. Lingkungan Kondusif

UNGASS (United Nations General Assembly Special Session) 2001 mendeklarasikan bahwa pada tahun 2003 mengesahkan, mendukung atau menegakkan peraturan dan ketentuan lainnya sebagai perundang-undangan yang tepat untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan memastikan pemilikan hak-hak azasi dan kemerdekaan secara sepenuhnya oleh ODHA dan anggota kelompok rentan.

(25)

Lingkungan kondusif untuk mengurangi stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak azasi serta menghilangkan hambatan pada pelaksanaan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS sangat diperlukan.

6. Koordinasi Multipihak

Masalah HIV/AIDS harus ditangani secara terkoordinasi oleh sektor pemerintah, sektor swasta/dunia usaha dan LSM. Koordinasi tersebut mencakup aspek perencanaan, pembiayaan, penyelenggaraan, monitoring dan evaluasi.

7. Kesinambungan Penanggulangan

Pada masa mendatang Indonesia akan menghadapi masalah HIV/AIDS yang semakin besar dan kompleks. Oleh karena itu upaya penanggulangan harus ditingkatkan dan dijamin kesinambungannya (sustainable response) agar tujuan penanggulangan HIV/AIDS dapat dicapai. Kelemahan dalam bidang organisasi dan kemampuan individu dari mereka yang terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS harus ditingkatkan melalui upaya peningkatan kemampuan (capacity building).

2.1.10 Sikap Masyarakat Terhadap Penderita HIV/AIDS

Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya bahwa salah satu strategi penanggulangan HIV/AIDS adalah menciptakan lingkungan yang konduksif, yaitu dengan menghilangkan segala bentuk diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.

(26)

tidak menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat (Harahap, 2003).

Pelaku diskriminasi bisa terjadi di keluarga, masyarakat, pers, rumah sakit, dokter, dan paramedis, serta lembaga swadaya masyarakat. Bentuk diskriminasi di keluarga dan masyarakat misalnya dikucilkan, ditempatkan dalam ruang atau rumah khusus, diberi makanan secara terpisah, bahkan ada yang diborgol. Pengaduan juga terjadi di masyarakat. Sementara pers memuat foto, nama, dan alamat tanpa izin. Diskriminasi yang dilakukan perusahaan misalnya pemutusan hubungan kerja, mutasi atau pelarangan kerja ke luar negeri.

Bentuk diskriminasi oleh rumah sakit dan tenaga kesehatan adalah penolakan untuk merawat, mengoperasi atau menolong persalinan, diskriminasi dalam pemberian perawatan, dan penolakan untuk memandikan jenazah (Djoerban, 2005).

Selain itu, banyak orang percaya bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, minum dari gelas yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul sehari-hari dengan orang dengan AIDS yang batuk, dan berpeluk atau mencium orang dengan AIDS.Hal ini juga menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS.

Merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain sehingga bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Setiap etnis, budaya, agama dan lain-lain tentu saja memiliki pandangan, sikap, tindakan yang berbeda-beda terhadap suatu persoalan.

(27)

Dilihat dari contoh lain, ada kolompok yang bisa merasa simpati atau peduli terhadap orang lain sedangkan kelompok lain lebih bersifat individualistik dan acuh tak acuh terhadap perkara orang lain.

Beberapa psikolog menyatakan bahwa budaya menunjukkan tingkat intelegensi masyarakat. Sebagai contoh, gerakan lemah gemulai merupakan ciri utama masyarakat Bali. Oleh karena kemampuannya untuk menguasai hal itu merupakan ciri dari tingkat intelligensinya. Sementara manipulasi dan rekayasa kata dan angka menjadi penting dalam masyarakat Barat. Oleh karenanya “keahlian” yang dimiliki seseorang itu menunjukkan kepada kemampuan intelligensinya ( Muhaimin, 2009).

Sebenarnya sangat sulit untuk membicarakan tentang stigma dan diskriminasi HIV/AIDS yang terjadi di dunia. Bahkan reaksi dalam suatu negara terhadap HIV/AIDS akan beraneka ragam antara kelompok yang satu dengan yang lain dan individu yang satu dengan yang lain. Agama, umur, dan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut dapat mempengaruhi bagaimana seseorang menyikapi penyakit tersebut.

Stigma terhadap penderita HIV/AIDS tidak bersifat statis. Ini akan berubah seiring dengan berjalannya waktu dimana pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan pengobatannya telah berkembang (AVERT, 2009).

Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa jika HIV/AIDS sudah menjadi penyakit yang bisa dicegah dan diobati, sikap masyarakat akan berubah dimana penolakan, stigma, dan diskriminasi akan dengan cepat berkurang.

(28)

2.2 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

2.2.1 Pengetahuan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan (knowledge) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pendidikan

Adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contoh dari media massa adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

3. Keterpaparan informasi

2.2.2 Sikap Masyarakat

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap (attitude) adalah perbuatan, pendapat atau keyakinan yang berdasarkan pada pendirian. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Soekidjo, 2003).

(29)

1. kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui masyarakat awam tentang pengertian dan cara penularan HIV/AIDS. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS yang berupa 7 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah adalah sebagai berikut :

1. Baik : apabila skor 6-7 2. Sedang : apabila skor 4-5 3. Kurang : apabila skor <4

3.2.2 Sikap

Sikap adalah tanggapan atau respon masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap sikap masyarakat teehadap penderita HIV/AIDS yang berupa 7 pertanyaan yang diajukan kepada

Pengetahuan

HIV/ AIDS

(31)

responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah adalah sebagai berikut :

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat awam terhadap penderita HIV/AIDS .

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Petisah Tengah selama bulan Juni sampai September 2009.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah masyarakat awam berusia 21-65 tahun. Populasi terjangkau adalah masyarakat awam berusia 21-65 tahun yang sedang berada di lingkungan Kelurahan Petisah Tengah ketika penelitian ini berlangsung. Populasi terjangkau pada penelitian ini berjumlah 11.852 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau yang berada di lingkungan Kelurahan Petisah Tengah selama penelitian berlangsung.

(33)

Besar sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), perhitungan besar sampel pada penelitian diperoleh berdasarkan rumus di bawah ini:

d : penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan (10%)

Z : standar deviasi normal, pada penelitian ini digunakan 1,95

p : proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi (0,5) q : 1 - p

N : besar populasi (pada penelitian ini 11.852 orang) n1 : besar sampel

n2 : jumlah sampel minimal ditambah dengan substitusi 10% dari jumlah sampel minimal. Substitusi adalah jumlah subjek dalam persen yang mungkin akan drop-out.

Berdasarkan rumus dan angka-angka tersebut di atas, maka didapatkan jumlah sampel yang akurat lebih kurang 115 subjek.

d = Z x √ pxq x √ N-n n N-1

0,1 = (1,95) x √0,50 x 0,50 x √ 11.852 – n n 11.852 – 1

n1 = 94,3 = 95

n2 = n1 + (10% x n1)

(34)

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat Kelurahan Petisah Tengah.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dan tanggapan sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS. Kuesioner penelitian akan dilakukan uji validitas terlebih dahulu yang dilakukan pada 20 responden. Kemudian hasil kuesioner akan dianalisis dengan software Statistic Package for Social Science (SPSS) dan diuji validitas dan relibilitasnya. Jika ada pertanyaan yang tidak valid, maka pertanyaan tersebut akan dihilangkan atau diperbaiki lalu diuji ulang.

4.4.4Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(35)
[image:35.595.110.517.136.359.2]

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel No. Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,614 Valid 0,749 Reliabel

2 0,634 Valid Reliabel

3 0,633 Valid Reliabel

4 0,781 Valid Reliabel

5 0,555 Valid Reliabel

6 0,595 Valid Reliabel

7 0,555 Valid Reliabel

Sikap 1 0,826 Valid 0,851 Reliabel

2 0,814 Valid Reliabel

3 0,596 Valid Reliabel

4 0,589 Valid Reliabel

5 0,745 Valid Reliabel

6 0,664 Valid Reliabel

7 0,695 Valid Reliabel

4.5 Metode Analisis Data

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Petisah Tengah. Kelurahan Petisah Tengah merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Petisah, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Berdasarkan luas geografinya, Kecamatan Medan Petisah memiliki luas wilayah sebesar 533 ha yang terletak sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan, pada tahun 2007, jumlah penduduk di Kecamatan Medan Petisah adalah 66.896 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.333 orang dan wanita sebanyak 34.563 orang.

Jumlah penduduk Kelurahan Petisah Tengah adalah 11.852 jiwa dengan luas wilayah sebesar 1,27 km2 dan kepadatan penduduk sebesar 9.332 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Petisah Tengah adalah wanita, yaitu sebanyak 6.139 orang (51,8%). Sementara penduduk berjenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 5.713 orang (40,8%).

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(37)
[image:37.595.197.428.134.206.2]

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Umur f %

<28 38 36,2

28-34 34 32,4

>34 33 31,4

Jumlah 105 100

Berdasarkan data pada tabel 5.1, ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar pada usia dibawah 28 tahun yaitu sebanyak 36,2% dan terendah pada kelompok usia di atas 34 tahun yaitu sebesar 31,4%.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 51 48,6

Perempuan 54 51,4

Jumlah 105 100

[image:37.595.171.452.551.655.2]

Pada karakteristik jenis kelamin, kelompok terbesar adalah pada perempuan yaitu 54 orang (51,4%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu 51 orang (48,6%). Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan terakhir

Tingkat pendidikan f %

Tidak sekolah 0 0

SD 0 0

SMP 0 0

SMA 39 37,1

Perguruan tinggi 66 62,9

Jumlah 105 100

(38)

5.1.3 Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel

pengetahuan

No. Pertanyaan/Pernyataan

Jawaban responden Benar Salah

f % f %

1. Penderita HIV bisa tampak sehat 69 65,7 36 34,3 2. HIV/AIDS dapat disembuhkan 33 31,4 72 68,6 3. Penularan HIV/AIDS dengan bekerja dekat

dengan penderita HIV/AIDS 38 36,2 67 63,8 4. Penularan HIV/AIDS melalui rahim 97 92,4 8 7,6 5. Penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik 97 92,4 8 7,6 6. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan

seksual 101 96,2 4 3,8

7. HIV/AIDS dapat dicegah 99 94,3 6 5,7

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan/ pernyataan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual yaitu sebesar 96,2%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang penyembuhan HIV/AIDS yaitu sebesar 68,6%.

[image:38.595.109.515.204.408.2]

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS dapat diketegorikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan f %

Baik 66 62,9

Sedang 36 34,3

Kurang 3 2,9

(39)

yang dikategori sedang sebesar 34,3% dan tingkat pengetahuan yang dikategori kurang sebesar 2,9%.

[image:39.595.113.515.237.475.2]

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No. Pertanyaan/Pernyataan

Jawaban responden Sikap Benar Sikap Salah

f % f %

1. Bersedia merawat saudara laki-laki yang

menderita HIV/AIDS 84 80 21 20

2. Mengizinkan anak yang menderita

HIV/AIDS untuk terus mengikuti pelajaran sekolah

79 75,2 26 24,8

3. Mengizinkan guru yang menderita

HIV/AIDS untuk terus mengajar di sekolah 68 64,8 37 35,2 4. Mau membeli makanan dari penderita

HIV/AIDS 44 41,9 61 58,1

5. Bersedia merawat saudara perempuan yang

menderita HIV/AIDS 92 87,6 13 12,4

6. Menjauhi tetangga yang menderita

HIV/AIDS 19 18,1 86 81,9

7. HIV/AIDS harus dikarantina 27 25,7 78 74,3

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan memberikan sikap yang benar adalah sikap responden untuk bersedia merawat saudara perempuannya yang menderita HIV/AIDS yaitu sebesar 87,6%. Pertanyaan/pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan memberikan sikap yang benar adalah sikap untuk menjauhi tetangga yang menderita HIV/AIDS yaitu sebesar 18,1%.

(40)
[image:40.595.172.454.132.191.2]

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi sikap

Sikap f %

Baik 55 52,4

Kurang baik 32 30,5

Tidak baik 18 17,1

Dari tabel 5.7 dapat dilihat sikap responden terhadap penderita HIV/AIDS yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 52,4%. Sikap responden yang dikategori kurang baik sebesar 30,5% dan yang dikategorikan tidak baik sebesar 17,1%.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan

Menurut Roger (1974) dalam Notoadmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Petisah Tengah Medan mengenai HIV/AIDS berada dalam kategori baik, hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor usia yang dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok

usia

Usia

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % F % F %

<28 25 37,9 13 36,1 0 0 38

28-34 22 33,3 10 27,8 2 66,7 34

>34 19 28,8 13 36,1 1 33,3 33

Total 66 100 36 100 3 100 105

(41)

pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada usia 28-34 tahun (66,7%). Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah usia. Dikatakan bahwa pada kelompok usia yang lebih besar akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang kecil.

[image:41.595.112.515.448.532.2]

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia tidak menunjukkan tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari distribusi tingkat pengetahuan baik dan sedang berada pada kelompok yang sama, yaitu dibawah 28 tahun dan distribusi tingkat pengetahuan kurang berada pada kelompok usia yang lebih besar, yaitu 28-34 tahun. Hal ini mungkin karena yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah seberapa banyak informasi yang diperoleh masyarakat.

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis

kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

Laki-laki 32 48,5 18 50,0 1 33,3 51

Perempuan 34 51,5 18 50,0 2 66,7 54

Total 66 100 36 100 3 100 105

(42)

tahu tentang HIV/AIDS. Selain itu, faktor tempat tinggal terutama di perkotaan memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi tentang HIV/AIDS.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat

pendidikan terakhir

Pendidikan Terakhir

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

SMA 24 24,2 15 33,3 0 0 39

Perguruan Tinggi

42 72,7 21 66,7 3 100 66

Total 66 100 36 100 3 100 105

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang terdistribusi di kelompok tingkat pendidikan terakhir yang sama yaitu perguruan tinggi. Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008), faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah tingkat pendidikan. Dikatakan bahwa pada kelompok yang berpendidikan tinggi akan memberikan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan pendidikan rendah.

Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008) semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan cara seseorang memahami dan mengolah informasi HIV/AIDS yang diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti media cetak, media elektronik dan penyuluhan dari petugas kesehatan. Banyaknya informasi yang diperoleh seseorang dari sumber-sumber informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

5.2.2 Sikap

(43)
[image:43.595.122.513.133.235.2]

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Usia

Sikap

Total Baik Kurang Baik Tidak Baik

f % f % F %

<28 22 40,0 10 31,3 6 33,3 38

28-34 17 30,9 10 31,3 7 38,9 34

>34 16 29,1 12 37,5 5 27,8 33

Total 55 100 32 100 18 100 105

Dari tabel 5.11 terlihat bahwa sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS berdasarkan usia, yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok usia dibawah 28 tahun (40,0%), kategori kurang baik terdapat pada kelompok usia diatas 34 tahun (37,5%) dan kategori tidak baik pada kelompok umur 28-34 tahun (38,9%).

Menurut pandangan Notoadmodjo (2007) tentang penentuan sikap, dikatakan bahwa semakin sering seseorang terpapar akan suatu stimulus atau objek, akan semakin mempengaruhi seseorang menilai ataupun bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial (Hadi, dkk, 2008). Pernyataan ini tidak mendukung penelitian ini. Terlihat jelas bahwa penambahan usia belum tentu memberikan sikap yang baik dari masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.

Usia tidak merupakan faktor satu-satunya yang menentukan sikap seseorang tetapi juga harus didukung oleh tingkat pengetahuan, dasar agama dan kepercayaan terhadap objek atau stimulus tertentu.

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Sikap

Total Baik Kurang baik Tidak baik

f % f % F %

Baik 43 78,2 14 43,8 9 50,0 66

Sedang 11 20 18 56,3 7 38,9 36

Kurang 1 1,8 0 0 2 11,1 3

[image:43.595.110.517.623.728.2]
(44)

Pada tabel yang disajikan di atas, terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan yang baik akan memberikan sikap yang baik dan tingkat pengetahuan yang sedang akan memberikan sikap yang kurang baik. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang baik akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan masyarakat awam di Kelurahan Petisah Tengah Medan

mengenai HIV/AIDS secara umum yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 66 orang (62,9%), pengetahuan sedang sebanyak 36 orang (34,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (2,9%).

2. Sikap masyarakat awam di Kelurahan Petisah Tengah terhadap penderita

HIV/AIDS yang memiliki sikap yang baik sebanyak 55 orang (52,4%), kurang baik sebanyak 32 orang (30,5%) dan tidak baik sebanyak 18 orang (17,1%).

6.2Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Petisah Tengah mengenai HIV/AIDS terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus infomasi baik melalui puskesmas, dokter, media cetak, media elektronik maupun melalui penyuluhan-penyuluhan.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Muhammad Dedi, 2000. Hindari AIDS Demi Masa Depan Kita Semua. Dalam: Nasution, Rizali H, dkk., ed. AIDS: Kita Bisa Kena, Kita Bisa Cegah. Medan: Monora; 17.

AVERT, 2009. HIV & AIDS Discrimination and Stigma.

Diperoleh dari:

Februari 2009]

Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan Lentivirus. Dalam: Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika; 292-300.

Davey, Patrick, 2006. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Safitri, Amalai, ed. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 288-289.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancaman Serius Bagi Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan.

Diperoleh dari:

Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo, Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1803-1807.

Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicin 16th edition. United States of America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.

(47)

Harahap, Syaiful W, 2003. Diskriminasi Terhadap Pengidap HIV, Jakarta.

Diperoleh dari:

2009]

Hutapea, Ronald, 1995. Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS & PMS dan Perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta; 92.

Kelompok Kerja HIV-AIDS, 2005. Remaja Dinilai Rentan Tertular HIV. Jakarta: Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Diperoleh dari:

Mansjoer, Arif, dkk., 2000. AIDS. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: Medika Aesculapius;162.

Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2008. HIV/AIDS. Diperoleh dari:

[Diakses 11 Maret 2009]

Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2008. HIV/AIDS. Diperoleh dari:

[Diakses 11 Maret 2009]

Meliono, I., dkk., 2007. Pengetahuan. Dalam: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI; 33-35.

Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS di Indonesia: Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-32.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 121, 124-127.

Notoatmodjo, S., 2007.Domain Perilaku. Dalam : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-146.

(48)

2009]

Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari :

[Diakses pada 9 Maret 2009]

Rubenstein, David, Wayne, David, dan Bradley, John, 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 389-391.

Triana, Nunik, 2009. Jurnal Nasional: HIV/AIDS Kini Jadi Epidemi di Indonesia, Jakarta.

Diperoleh dari:

Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia; 5

Yayasan Spiritia, 2008. Strategi Nasonal Penanggulangan HIV/AIDS. Diperoleh dari:

Yayasan Harapan Permata Hati Kita, 2003. Melawan Stigma dan Diskriminasi. Bandung: PT Globalinter Netura. Diperoleh dari:

(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 1

Pa

Nama : Erny Tandanu

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 21 Oktober 1988

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Murai VI No.25A, Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK St. Yoseph Medan

2. SD St. Yoseph Medan 3. SMP St. Thomas I Medan 4. SMA St. Thomas I Medan

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Kumpulan Mahasiswa Buddhis (KMB) USU

(50)

No. Subjek :

LAMPIRAN 2

Lokasi wawancara :

Tanggal wawancara :

Kuesioner

Identitas Subjek (wajib diisi) Usia : Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi*

(*) coret yang tidak perlu

I. Berilah tanda (√) pada SATU jawaban yang PALING BENAR menurut

Anda.

No Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

1. Apakah seseorang yang menderita HIV bisa tampak sehat?

2. Apakah penderita HIV/AIDS dapat disembuhkan?

3. Apakah seseorang mendapat penyakit HIV/AIDS dengan bekerja dekat dengan penderita HIV/AIDS?

(51)

anak dalam rahimnya?

5. Apakah HIV/AIDS ditularkan melalui jarum suntik yang telah digunakan berulang-ulang

6. Apakah seseorang mendapat penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seksual? 7. Apakah penyakit HIV/AIDS dapat dicegah?

II. Berikan tanda

pada SATU pilihan yang PALING BENAR menurut

Anda.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Jika saudara laki-laki Anda menderita HIV/AIDS, apakah Anda bersedia merawatnya dalam rumah Anda?

2. Jika seorang anak yang menderita HIV/AIDS tapi dia tidak sakit, apakah dia diizinkan untuk mengikuti pelajaran di sekolah?

3. Jika seorang guru menderita HIV/AIDS tapi dia tidak sedang sakit, apakah dia diizinkan untuk meneruskan mengajar di sekolah?

4. Jika kamu tahu seorang penjual makanan menderita HIV/AIDS, apakah Anda mau membeli makanan dari mereka?

5. Jika saudara perempuan Anda menderita HIV/AIDS, apakah Anda bersedia merawatnya di rumah Anda? 6. Seandainya tetangga Anda menderita HIV/AIDS, apakah

Anda akan menjauhinya?

(52)

LAMPIRAN 3

Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

Bapak/Ibu yang terhormat,

Saya yang bernama Erny Tandanu/ NIM 060100018, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) sedang mengadakan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009” untuk memenuhi tugas block Community Research Program.

Karena itu, saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi beberapa pertanyaan terkait penelitian tersebut. Informasi yang diberikan akan saya jaga kerahasiaannya dan data pribadi Bapak/Ibu tidak akan dipublikasikan. Saya berharap Bapak/Ibu bersedia mengikuti penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia mengikuti penelitian ini, harap Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan ini.

Medan, - - 2009

Subjek Penelitian, Peneliti,

(53)

LAMPIRAN 5

Karakteristik Responden

rentang usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 28 38 36.2 36.2 36.2

>34 33 31.4 31.4 67.6

28-34 34 32.4 32.4 100.0

Total 105 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequenc

y Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 51 48.6 48.6 48.6

perempuan 54 51.4 51.4 100.0

Total 105 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA 39 37.1 37.1 37.1

perguruan

tinggi 66 62.9 62.9 100.0

(54)

Hasil Uji Variabel Pengetahuan

pertanyaan/pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 36 34.3 34.3 34.3

Ya 69 65.7 65.7 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 33 31.4 31.4 31.4

ya 72 68.6 68.6 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 38 36.2 36.2 36.2

ya 67 63.8 63.8 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 7.6 7.6 7.6

ya 97 92.4 92.4 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 7.6 7.6 7.6

ya 97 92.4 92.4 100.0

(55)

pertanyaan/pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 4 3.8 3.8 3.8

ya 101 96.2 96.2 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 6 5.7 5.7 5.7

ya 99 94.3 94.3 100.0

Total 105 100.0 100.0

[image:55.595.111.514.581.740.2]

hasil total

Tabel Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 66 62.9 62.9 62.9

kurang 3 2.9 2.9 65.7

sedang 36 34.3 34.3 100.0

Total 105 100.0 100.0

Crosstab Tingkat Pengetahuan Bardasarkan Usia

Crosstabulation hasil total dengan rentang usia

hasil total Total

Baik Kurang sedang

rentang usia < 28 Count 25 0 13 38

% within hasil total 37.9% .0% 36.1% 36.2%

>34 Count 19 1 13 33

% within hasil total 28.8% 33.3% 36.1% 31.4%

28-34 Count 22 2 10 34

% within hasil total 33.3% 66.7% 27.8% 32.4%

Total Count 66 3 36 105

(56)

Crosstab Tingkat Pengetahuan Bardasarkan Jenis Kelamin

Crosstabulation hasil total dengan jenis kelamin

hasil total Total

baik Kurang sedang

jenis kelamin laki-laki Count 32 1 18 51

% within hasil total 48.5% 33.3% 50.0% 48.6%

Perempuan Count 34 2 18 54

% within hasil total 51.5% 66.7% 50.0% 51.4%

Total Count 66 3 36 105

% within hasil total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Tingkat Pengetahuan Bardasarkan Pendidikan

Terakhir

Crosstabulation hasil total dengan pendidikan terakhir

hasil total Total

baik Kurang sedang

pendidikan

terakhir SMA Count 24 0 15 39

% within hasil total 36.4% .0% 41.7% 37.1%

perguruan tinggi Count 42 3 21 66

% within hasil total 63.6% 100.0% 58.3% 62.9%

Total Count 66 3 36 105

(57)

Hasil Uji Variabel Sikap

pertanyaan/pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 21 20.0 20.0 20.0

Ya 84 80.0 80.0 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 26 24.8 24.8 24.8

Ya 79 75.2 75.2 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 35.2 35.2 35.2

Ya 68 64.8 64.8 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 61 58.1 58.1 58.1

Ya 44 41.9 41.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 12.4 12.4 12.4

ya 92 87.6 87.6 100.0

(58)

pertanyaan/pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 19 18.1 18.1 18.1

ya 86 81.9 81.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

pertanyaan/pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 27 25.7 25.7 25.7

ya 78 74.3 74.3 100.0

Total 105 100.0 100.0

[image:58.595.142.477.116.469.2]

hasil total

Tabel Frekuensi Sikap

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 55 52.4 52.4 52.4

kurang baik 32 30.5 30.5 82.9

tidak baik 18 17.1 17.1 100.0

Total 105 100.0 100.0

Crosstab Sikap Bardasarkan Usia

Crosstabulation hasil total dengan rentang umur

hasil total Total

baik kurang baik tidak baik

rentang

umur < 28 Count 22 10 6 38

% within hasil total 40.0% 31.3% 33.3% 36.2%

>34 Count 16 12 5 33

% within hasil total 29.1% 37.5% 27.8% 31.4%

28-34 Count 17 10 7 34

% within hasil total 30.9% 31.3% 38.9% 32.4%

Total Count 55 32 18 105

(59)

Crosstab Sikap Bardasarkan Kategori Pengetahuan

Crosstabulation kategori sikap dengan kategori pengetahuan

kategori sikap Total

baik kurang baik tidak baik kategori

pengetahuan baik Count 43 14 9 66

% within kategori sikap 78.2% 43.8% 50.0% 62.9%

kurang Count 1 0 2 3

% within kategori sikap 1.8% .0% 11.1% 2.9%

sedang Count 11 18 7 36

% within kategori sikap 20.0% 56.3% 38.9% 34.3%

Total Count 55 32 18 105

Gambar

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap
+6

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS FUTSAL YOUTHKREW PREMIER LEAGUE DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI KOTA SALATIGA ” , ini disusun sebagai salah

Rasio utang terhadap aset merupakan rasi yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara tota utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk

Gaharu adalah salah satu hasil hutan non kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan kadar damar wangi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

(Analisis Objektivitas Berita Film Documenter “ Cowboys in Paradise ” di media on line kompas.com edisi 26 April – 30 April

Hardwinoto dan Setiabudhi (2006:111) menginformasikan bahwa minat siswa terhadap matematika akan bertambah apabila ia dapat memahami dan menyelesaikan soal matematika

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

Hidrograf limpasan langsung dari hasil analisis kedua model dengan data RSS dan proses pengerjaan GIS di softwareWMS menunjukkan kesamaan yang cukup ideal dan

Berdasarkan data kematian larva pada uji ekstraksi sampel dan pemisahan fraksi-fraksi aktif insektisida, ditentukan lima sampai tujuh taraf konsentrasi ekstrak yang