• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI

PEMERIKSAAN PAP SMEAR

DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009

Oleh :

CHINTAMI OCTAVIA

060100022

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI

PEMERIKSAAN PAP SMEAR

DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

CHINTAMI OCTAVIA

060100022

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Ibu mengenai Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

Nama : Chintami Octavia NIM : 060100022

Pembimbing Penguji I

(dr. H. Soekimin, Sp.PA(K)) (dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ)

NIP: 19480801 198003 1 002 NIP: 19720501 199903 2 004

Penguji II

(dr. Almaycano Ginting, M.Kes) NIP: 19750524 200312 1 001

Medan, 8 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

ABSTRAK

Pap smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negera-negara maju, Pap smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60%. Namun, di Indonesia tercatat hanya 5% penduduk wanita Indonesia yang melakukan pemeriksaan Pap smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Pap smear.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Pap smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang dengan tingkat ketepatan

relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

proportional cluster random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara

merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis

data dilakukan dengan progam SPSS (Statistical Package for Social Science) versi

16.0.

Dari 110 responden, kelompok terbesar responden berusia 41-55 tahun (18,2%) dan berpendidikan tinggi (36,4%)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang berusia 21-55 tahun mengenai pemeriksaan Pap smear berada dalam kelompok sedang, yaitu sebesar 62,7%.

(5)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

ABSTRACT

Pap smear is one of the method for cervical cancer screening which is efficacious, simple, and cost-effective. By applying Pap smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced around 46-76% and the mortality has been decreased around 50-60%. Nevertheless, there are only 5 percents of women population in Indonesia who have had regular Pap smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap smear.

This study aimed to know the married women’s knowledge about Pap smear.

This is a descriptive observationa study done throughl cross sectional design method. The amount of the subjects was 110 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and propotional cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaiers are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program versi 16.0.

From 110 respondents, most of them were 41-45 years old (18,2%) with high education level (36,4%).

Result of this study indicates that the knowledge of married women aged 21-50 years old on Pap smear is in medium category (62,7 %).

(6)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

DAFTAR ISI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pap smear ……….……… 4

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….… 15

(7)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….… 17

4.1. Jenis Penelitian ………..……...………….... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….... 17

4.3.1. Populasi ………. 17

4.3.2. Sampel ………..………. 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ………..….… 19

4.4.1. Data Primer ……… 19

4.4.2. Data Sekunder ……….… 19

4.4.3. Uji validitas dan Reabilitas ………..……….. 19

4.5. Metode Analisis Data ………... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……….... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….…. 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 21

5.1.3. Hasil Analisa Data ……… 23

5.2. Pembahasan ………. 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 29

6.2. Saran ……….. 29

DAFTAR PUSTAKA ………. 30

(8)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner 20

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

kelompok usia

22

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan

22

5.3 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan

responden mengenai Pap smear

23

5.4 Distribusi jawaban responden mengenai Pap smear 24

5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan

berdasarkan kelompok usia

25

5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan

berdasarkan tingkat pendidikan

(9)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

DAFTAR SINGKATAN

AGUS Atypical Glandular Undetermined Significance

ASGUS Atypical Squamous Cells Undetermined Significance

CIN Cervical Intraepithel Neoplasm

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DNA Deoxyribonucleic Acid

HGSIL High Grade Squamous Intraepithelial Lesions

HPV Human papilomavirus

IVA Inspeksi Visual dengan Asam asetat

LGSIL Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions

Pap Papanicolaou

SPSS Statistic Package for Social Science

(10)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(11)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pap smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang sederhana, murah, praktis dan mudah. Sederhana, artinya cukup dengan mengambil apusan sel leher rahim lalu mengamatinya di bawah mikroskop, maka lesi prakanker dapat dideteksi bila terlihat sel-sel yang tidak normal. Murah, karena pelaksanaannya hanya memerlukan biaya ± Rp.30.000,-/pasien. Praktis, artinya dapat dilakukan dimana saja, tidak memerlukan sarana khusus, cukup tempat tidur sederhana yang representatif, spekulum dan lampu. Mudah, karena dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan dan perawat yang terlatih (DepKes RI, 2008).

Disamping itu, Pap smear juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dengan sensitivitas yang mencapai 50-98% dan spesifisitas yang mencapai 93 % sehingga Pap smear terbukti mampu sebagai alat diagnosa dini kanker serviks (Purwoto & Nuranna, 2002). Di negera-negara maju, Pap smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60% (Suwiyoga, 2007). Bahkan, di Amerika Serikat, Pap smear terbukti efektif dalam mencegah kanker serviks hingga mencapai 93 % (Rosevear, 2002).

Berbeda dengan di Indonesia, Pap smear yang telah dikenal sejak tahun 70-an belum mampu menjawab permasalah70-an k70-anker serviks. Di Indonesia, k70-anker serviks masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada wanita dan sekitar 65% penderita berada dalam stadium lanjut (Suwiyoga, 2007). Disamping

itu, laporan dari 13 Pusat Patologi di Indonesia juga menunjukkan bahwa kanker

(12)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Salah satu alasan semakin berkembangnya kanker serviks tersebut disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini kanker serviks, seperti Pap smear di Indonesia. Berdasarkan estimasi data WHO tahun 2008, terdapat hanya 5% wanita di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang mendapatkan pelayanan Pap smear. Sedangkan di negara-negara maju, hampir 70% wanita melaksanakan pemeriksaan Pap smear.

Adapun salah satu masalah pelaksanaan Pap smear sebagai alat diagnosa dini kanker serviks di Indonesia adalah para wanita Indonesia yang sering enggan diperiksa karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pemeriksaan Pap smear (Soepardiman, 2002). Untuk itu, sebagai langkah awal dalam memperbaiki cakupan Pap smear, perlu diketahui sejauh mana pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap smear tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear.

(13)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear sesuai dengan karakteristik usia dan tingkat pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memahami manfaat dan prosedur pemeriksaan Pap smear, sehingga diharapkan cakupan Pap smear dapat ditingkatkan dan angka kesakitan serta angka kematian akibat kanker serviks dapat menurun.

1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan

Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Petisah Tengah sehingga dinas terkait dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjutinya, baik berupa advokasi, sosialisasi, maupun edukasi.

1.4.3. Bagi Peneliti

(14)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pap smear

2.1.1. Definisi Pap smear

Pap (Papanicolaou) smear adalah pemeriksaan sitologi yang dilakukan dengan cara mengamati sel-sel yang dieksfoliasi dari genitalia wanita bagian bawah, khususnya serviks. Pap smear pertama sekali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel dan mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002). Sel-sel yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus dan sel-sel yang abnormal dapat terlihat di bawah mikroskop. Seorang spesialis sitologi mampu membedakan tingkat displasia sampai kanker dengan pemeriksaan ini (Schoenstadt, 2006).

2.1.2. Manfaat Pap smear

Pemeriksaan Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah (Hillegas, 2005). Menurut Manuaba (2005), manfaat pap smear dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:

a. Diagnosis dini keganasan

(15)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

b. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapatkan kemoterapi dan radiasi.

c. Interpretasi hormonal wanita

Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.

d. Menentukan proses peradangan

Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri atau jamur.

2.1.3. Akurasi Pap Smear

Menurut Purwoto dan Nuranna (2002), sensitivitas Pap smear untuk mendeteksi CIN berkisar antara 50-98% dan spesifisitasnya adalah 91,3%. Angka negatif palsu diperkirakan berkisar antara 5-50% dengan kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15%), dan kesalahan interpretasi (23%). Angka positif palsu untuk Pap smear adalah 3-15%.

2.1.4.Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear

Pap smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak di bawah 21 tahun (Husain & Hoskins, 2002) . Pap smear sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang baru menikah atau aktif secara seksual kurang dari 3 tahun karena dapat menimbulkan pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel abnormal yang bersifat sementara.

Menurut rekomendasi terbaru dari American Collage of Obstetricans and

Gynecologist dan The American Cancer Society, pemeriksaan Pap smear

(16)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

selanjutnya dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter (Hillegas, 2005). Pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun tidak dilakukan Pap smear lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir. Selain itu, Pap smear juga tidak dilakukan lagi bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim (histerektomi) dengan riwayat penyakit jinak dan bukan merupakan lesi prakanker (Aziz, 2002).

Pap smear sebaiknya tidak dilaksanakan pada saat wanita menstruasi (haid). Waktu yang paling tepat untuk melakukan Pap smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien dengan peradangan berat, Pap smear ditunda sampai pengobatan selesai. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap smear dilakukan, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina,

seperti spermicidal foams, creams, dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena

obat-obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap smear. Wanita juga dilarang untuk berhubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap smear. Setelah melaksanakan Pap smear, pasien dapat langsung kembali mengerjakan aktivitasnya sehari-hari (Schoenstadt, 2006).

2.1.5. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Soepardiman (2002) dan Manuaba (2005), prosedur pemeriksaan Pap smear adalah sebagai berikut:

a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi formulir konsultasi sitologi,

spekulum bivalve (cocor bebek) , spatula Ayre, kaca objek (object glass) yang

telah diberi tanda/label pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan alkohol 95%.

b. Persiapkan pasien untuk berbaring dangan posisi ginekologi.

c. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak dengan jelas vagina

bagian atas, forniks posterior, serviks uteri, dan kanalis servikalis.

d. Memeriksa serviks apakah normal atau tidak.

e. Spatula Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,

(17)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

f. Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi

tanda dengan membentuk sudut 45° satu kali usapan.

g. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95% selama 10

menit.

h. Sediaan diletakkan pada wadah transpor kemudian dikirim ke ahli patologi

anatomi.

2.1.6. Interpretasi Pap smear

Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap smear, yaitu

sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN), dan sistem

Bethesda (Garcia, 2007).

Klasifikasi Papanicolaou adalah sistem yang pertama kali ditemukan oleh Papanicolaou. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Manuaba, 2005), yaitu:

a. Kelas I : Tidak ada sel atipik atau sel abnormal

b. Kelas II : Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan.

c. Kelas III : Gambaran sitologi dicurigai keganasan.

d. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit.

e. Kelas V : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.

Perkembangan sitologi di bidang diagnostik ahli menganjurkan untuk mengganti klasifikasi Papanicoloau karena sistem ini dianggap tidak mencerminkan pengertian neoplasia serviks/vagina, tidak mempunyai padanan dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan tidak menunjukkan suatu pernyataan diagnosis.

Sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN) pertama sekali

dipublikasikan oleh Richart RM (1973) di Amerika Serikat. Klasifikasi tersebut

(18)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

dengan displasia ringan, CIN grade II sesuai dengan displasia sedang, dan CIN

grade III sesuai dengan displasia berat dan karsinoma in situ. Sistem CIN

menegaskan kembali bahwa lesi prekursor kanker serviks ini membentuk rangkaian berkelanjutan menuju karsinoma, sehingga semua derajat CIN wajib diobati (Tierner & Whooley, 2002).

Sistem Bethesda pertama sekali diperkenalkan oleh Bethesda pada tahun

1988, dan disempurnakan oleh National Cancer Institute USA.

Menurut Rosevear (2002), klasifikasi sistem Bethesda adalah sebagai berikut:

Untuk sel squamous dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance(ASCUS)

b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions (LGSIL), yang meliputi displasia

ringan (CIN I), koilositosis, dan flat condyloma.

c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSGIL), yang meliputi CIN II dan CIN III.

d. Squamous Cells Carcinoma.

Untuk sel glandular, sistem Bethesda dibagi menjadi:

a. Sel endometrial (pada wanita menopause)

b. Atypical Glandular Undetermined Significance (AGUS)

c. Lesi intraepitel glandular

d. Adenokarsinoma endoserviks

e. Adenokarsinoma endometrium

f. Adenokarsinoma ekstrauterin

g. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya.

(19)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

mampu menjelaskan derajat abnormalitas sel yang tidak jelas (Soepardiman, 2002).

2.2. Kanker Serviks

2.2.1. Definisi Kanker Serviks

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi

(pertumbuhan) sel-sel baru (neoplastic cells) yang tidak normal, cepat, dan tidak

terkendali (Mills, 2002). Sementara kanker serviks merupakan proses keganasan/kanker yang berasal dari sel-sel leher rahim yang tidak normal akibat pertumbuhan yang tidak terkendali (Cherath & Alic, 2006). Hampir 85%, kanker

serviks berasal dari epitel selapis pipih (squamous cell carcinoma) dan 15%

merupakan adenocarcinoma yang berasal dari sel penghasil mucus di endoserviks,

yaitu bagian dari serviks yang dekat dengan rahim. Jenis lain dari kanker serviks

adalah adenosquamous carcinoma yang merupakan gabungan dari kedua jenis

kanker tersebut (Crowder, Lee, and Santoso, 2001).

2.2.2. Penyebab Kanker Serviks

Penyebab pasti kanker serviks sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui. Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, penemuan biologi molekuler telah

menunjukkan bahwa HPV (Human papilomavirus) turut berperan dalam terjadinya

kanker serviks (Hillegas, 2005). Seperti yang dilaporkan oleh Hausen (1991) dalam Nuryatuti (2007) bahwa infeksi HPV dapat dideteksi pada 80-90% pasien displasia dan kanker leher rahim.

HPV adalah DNA virus yang menular secara seksual dan menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi sering terjadi pada wanita yang aktif secara seks. Dalam studi lebih lanjut, dibuktikan bahwa HPV

yang menginfeksi mukosa anogenital dibagi dalam 3 grup, yaitu tipe high risk

oncogenic (tipe 16, 18, 45, 56), tipe intermediate risk oncogenic (tipe 31, 33, 35,

(20)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

dalam terbentuknya lesi prakanker dan kanker serviks adalah HPV tipe high risk

oncogenic (Doeberitz, et al., 1991). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bosch, dkk pada tahun 1995 dalam Nuryastuti (2007) menunjukkan bahwa HPV tipe 18 merupakan tipe yang paling sering ditemukan pada pasien kanker serviks di Indonesia (48,9%), kemudian disusul oleh HPV tipe 16 (31,9 %) dan HPV tipe 45 (8,5%).

Karsinogenesis bermula ketika DNA HPV tipe high risk oncogenic

berintegrasi dengan genome sel serviks yang menyebabkan kemungkinan terjadinya mutasi. Bila mutasi terjadi pada gen p53, suatu gen yang menekan proses pertumbuhan neoplasma, maka fungsi gen tersebut menjadi terganggu dan neoplasma akan terbentuk (Tiro et al., 2007).

2.2.3. Faktor RisikoKanker Serviks

Faktor risiko untuk kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang terletak di antara

perbatasan sel-sel squamouscolumnar serviks yang asli dengan sel-sel yang baru

terbentuk akibat metaplasia sel columnar menjadi sel squamous (Aziz, 2002).

Faktor risiko tersebut terutama berhubungan dengan riwayat seksual. Dari studi epidemiologi, kanker serviks berhubungan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seksual yang multipel dan usia pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual. Risiko meningkat lebih dari 10 kali bila wanita berhubungan seksual dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seksual pertama di bawah umur 15 tahun (Dalirmatha, 2004). Selain itu, risiko juga meningkat bila berhubungan seksual dengan pria berisiko tinggi (pria yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau pria yang mengidap penyakit “jengger ayam” (kondiloma akuminata).

(21)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

berusia 40-45 tahun memiliki risiko tertinggi untuk mengidap kanker serviks. Dari segi paritas, wanita yang multiparitas (jumlah anak > 4 orang) juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Dalirmatha, 2004). Sebuah penelitian pada tahun 2003 menunjukkan adanya hubungan antara wanita

yang obesitas dengan kejadian cervical adenocarcinoma. Akan tetapi, wanita yang

mengalami defisiensi asam folat, vitamin C, vitamin E, dan beta carotin/retinol juga memiliki hubungan terhadap peningkatan risiko kanker serviks. Selain itu, kanker serviks juga berhubungan dengan peningkatan kadar estrogen atau hormon wanita lainnya. Hal ini terlihat pada peningkatan kejadian kanker serviks pada wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral dalam jangka panjang (Odle, Cherath, and Alic, 2006).

2.2.4. Perkembangan Kanker Serviks

Kanker serviks didahului oleh lesi prakanker yang disebut displasia (CIN/

Cervical Intraepithel Neoplasm). Displasia ditandai dengan adanya perubahan

morfologi berupa gambaran sel-sel imatur, inti sel yang atipik, perubahan rasio inti/sitoplasma dan kehilangan polaritas yang normal. Displasia bukan merupakan suatu bentuk kanker tetapi akan mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi (Hacker, 2005).

(22)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

perubahan berlanjut hingga menginvasi jaringan stroma di bawahnya, maka perubahan ini disebut karsinoma in situ (Aziz, 2002).

Interval waktu antara timbulnya lesi prakanker dan terjadinya kanker leher rahim membutuhkan waktu yang cukup panjang. Menurut Robbins dan Kumar (1995), diperkirakan 80 % dari displasia akan menjadi karsinoma in situ dalam waktu 10-15 tahun. Selama interval waktu yang panjang tersebut dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian terapi secara dini (Husain & Hoskin, 2002).

2.2.5. Pencegahan Kanker Serviks

Menurut Sukardja (2000), pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV. Vaksin ini terbukti efektif dalam mencegah

infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang merupakan HVP tipe high oncogenic risk

untuk kanker serviks (Tiro et al., 2007).

b. Pencegahan sekunder

(23)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Pap smear mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (Rosevear, 2002).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara memberikan pengobatan yang tepat baik berupa operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Defenisi Pengetahuan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan (knowledge)

didefenisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Suhartono, 2005).

2.3.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, yang bertujuan untuk mencerdaskan manusia.

b. Media.

(24)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

c. Paparan informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3. Pengetahuan dan Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik. 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(25)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2. Definisi Operational

(26)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui responden mengenai pengertian, manfaat, sasaran, dan petunjuk pemeriksaan Pap smear. Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai Pap smear berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden pada kuesioner, dengan menggunakan sistem skoring. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap pengetahuan responden mengenai Pap smear yang dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah adalah sebagai berikut :

a. Skor 9-11 : baik

b. Skor 5-8 : sedang

c. Skor 0-4 : kurang

Kelompok usia merupakan usia responden yang dikategorikan berdasarkan cara penyusunan distribusi frekuensi data kuantitatif. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh 7 kelompok usia dengan interval setiap kelas sebesar 5.

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang terakhir dijalani sampai tamat. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:

a. Rendah : apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat

b. Sedang : apabila responden tamat SMP sederajat

(27)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan

pendekatan “Cross Sectional” (studi potong lintang), yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai Pap smear.

(28)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Petisah Tengah selama bulan Juni 2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target penelitian ini adalah ibu-ibu yang berusia 21-60 tahun. Populasi terjangkau adalah semua ibu-ibu yang berusia 21-60 tahun yang merupakan penduduk Kelurahan Petisah Tengah selama tahun 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau yang berada di lingkungan Kelurahan Petisah Tengah selama penelitian berlangsung.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode proportional cluster random sampling yang dilakukan

dengan cara memilih 20% dari kelompok populasi terjangkau, yaitu 4 dari 17 lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah secara acak (Notoatmodjo, 2005). Jumlah subjek dari masing-masing lingkungan disesuaikan dengan jumlah rumah tangga dari lingkungan tersebut.

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:

n : jumlah sampel.

N : jumlah populasi.

d : tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, dalam penelitian

(29)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

ini digunakan 10 %.

Besar sampel untuk antisipasi drop out

n2 : jumlah sampel minimal ditambah dengan susbsitusi 10% dari jumlah

sampel minimal. Subsitusi adalah jumlah subjek dalam persen yang

mungkin drop out.

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel minimal dalam

penelitian ini adalah 110 subjek.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pemerintah di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Madya Medan.

n1 = _____6139_____ = 6139 ≈ 99 1 + 6139 (0,1)2 62,39

n2 = n1 + (10% x n1)

(30)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yaitu berupa kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik

korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan

menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reabilitas kuesioner dilakukan di Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah pada bulan Mei 2009 dengan jumlah sampel sebanyak 10 subjek. Hasil uji validitas dan reabilitas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner

(31)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

8 0.766 Valid Reliabel

9 0.800 Valid Reliabel

10 0.833 Valid Reliabel

11 0.766 Valid Reliabel

Setelah kuesinoner valid, peneliti akan mulai membagikan kuesioner pada

subjek penelitian yang telah diminta informed consent-nya terlebih dahulu secara

lisan. Apabila jumlah subjek penelitian sudah mencapai jumlah yang diinginkan, yaitu 110 orang, pencarian subjek dihentikan.

4.5. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan software SPSS versi 16.0. Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dengan mean/rerata (data numerik) serta persentase (data kategorik). Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

(32)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

luas wilayah sebesar 533 Ha yang terbagi menjadi 7 kelurahan dengan letak sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2008, jumlah penduduk di Kecamatan Medan Petisah adalah 66.896 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.333 orang dan wanita sebanyak 34.563 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Petisah Tengah adalah 11.852

jiwa dengan luas wilayah sebesar 1,27 km2 dan kepadatan penduduk sebesar 9.332

jiwa/km2. Sebagian besar penduduk di kelurahan Petisah Tengah adalah wanita,

yaitu sebanyak 6.139 orang (51,8%). Sementara laki-laki berjumlah 5.713 orang (40,8%).

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat sebanyak 110 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi usia dan tingkat pendidikan.

Ditinjau dari karakteristik usia, nilai tengah (median) dari usia responden penelitian ini adalah 38 tahun dengan rentang usia berada diantara 21 tahun dan 55 tahun. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Kelompok Usia Jumlah %

21-25 16 14,5

26-30 17 15,5

31-35 16 14,5

(33)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

41-45 20 18,2

46-50 14 12,7

51-55 13 11,8

Total 110 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar berada pada rentang usia 41-45 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (18,2%) dan terendah pada usia 51-55 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (11,8%).

Sedangkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Rendah 33 30

Sedang 37 33,6

Tinggi 40 36,4

Total 110 100

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 40 orang (36,4%) dan yang paling sedikit berasal dari kelompok yang rendah, yaitu sebanyak 33 orang (30%), sedangkan sisanya berada pada kelompok dengan tingkat pendidikan yang sedang, yaitu sebanyak 37 orang (33,6%).

(34)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Hasil uji terhadap pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah tengah mengenai Pap smear yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai Pap smear

Variabel Kategori f % Pengetahuan Kurang 35 31,8

Sedang 69 62,7

Baik 6 5,5

Total 110 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori cukup memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 69 orang (62,7%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 35 orang (31,8%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 6 orang (5,5%).

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai Pap smear dapat dilihat pada tabel 5.4

(35)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Dari tabel 5.4 terlihat bahwa 83,6% responden mengetahui pengertian Pap smear dan 87,3% mengetahui tujuannya. Namun, hanya 33,6% responden yang mengetahui tempat pemeriksaan Pap smear dan hanya 6,4 % responden yang mengetahui tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap smear. Sebanyak 55,5 % responden mengetahui usia yang terbaik untuk melakukan pemeriksaan Pap smear dan 83,6% responden mengetahui bahwa Pap smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun sekali. Dalam persiapan pasien sebelum melakukan Pap smear, hanya 10 % responden yang mengetahui bahwa pasien tidak boleh mencuci bagian kewanitaannya sebelum melakukan Pap smear dan sebanyak 70 % responden mengetahui bahwa 1 hari sebelum pemeriksaan Pap smear sebaiknya tidak dilakukan hubungan seksual.

Pertanyaan Tahu Tidak tahu F % f %

Pengertian pemeriksaan Pap smear 92 83,6 18 16,4

Tujuan pemeriksaan Pap smear 96 87,3 14 12,7

Tempat pemeriksaan Pap smear 37 33,6 73 66,4

Tenaga kesehatan yang mampu melakukan

pemeriksaan Pap smear 7 6,4 103 93,6

Usia untuk melakukan Pap smear 61 55,5 59 45,5

Pap smear sebaiknya diulang 1 tahun sekali 92 83,6 18 16,4

Tidak boleh mencuci bagian kewanitaan

sebelum melakukan Pap smear 11 10 99 90

Tidak boleh melakukan hubungan seksual min

(36)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia

Kelompok Usia

Tingkat Pengetahuan

Total Baik Sedang Kurang

f % f % F %

(37)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total Baik Sedang Kurang

f % f % f %

Rendah 1 16,7 18 26,1 14 40 33

Sedang 2 33,3 23 33,3 12 34,3 37

Tinggi 3 50 28 40,6 9 25,7 40

Total 6 100 69 100 35 100 110

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik mengenai pemeriksaan Pap smear memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak sebesar 50%. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang juga berasal dari tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 40,6%. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan yang rendah, yakni sebesar 42,0%.

5.3.2. Pembahasan

(38)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

berpengetahuan sedang mengenai Pap smear terdapat sebesar 62,7% dan selebihnya berpengetahuan kurang, yaitu sebesar 31,8%.

Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di poliklinik RSUP-CM Jakarta, didapatkan hanya 2,9% responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai pemeriksan Pap smear, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 21,6% dan yang berpengetahuan kurang sebesar 75,5%. Akan tetapi, dari hasil penelitian Wismer, et.al (1988) yang dilakukan di Amerika Serikat pada warga negara Amerika keturunan Korea pada bulan April 1998, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,1% responden memiliki pengetahuan baik mengenai Pap smear.

Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

pentingnya pemeriksaan Pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh

kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dininya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Sehingga dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai Pap smear perlu dilakukan sosialisasi mengenai Pap smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader ataupun petugas kesehatan dalam masyarakat.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar ibu yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 50% berusia 46-50 tahun. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Darnindo, dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta juga memperlihatkan hasil yang hampir sama, dimana 42,9% ibu yang memiliki pengetahuan baik memiliki rentang usia 45-54.

(39)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

2002). Jadi, ibu yang berusia sekitar 40-50 tahun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya kanker serviks, sehingga informasi yang mereka cari dan peroleh mengenai pencegahan kanker serviks, termasuk pemeriksaan Pap smear menjadi lebih baik.

Akan tetapi, berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klug, Hetzer, Blettner, et al. (2005) di Jerman yang memperlihatkan bahwa 42,7% wanita yang berusia 20-29 tahun memilki pengetahuan yang baik mengenai Pap smear. Perbedaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin dibandingkan dengan wanita di negara Jerman.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai Pap smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh bahwa responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan Pap smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 50%. Responden yang berpengetahuan sedang mayoritas juga berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 40,6%. Sedangkan, responden yang memilki pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan rendah, yakni sebesar 42,0%.

(40)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Pap smear di Kelurahan

Petisah Tengah sebanyak 6 orang (5,5%) dikategorikan baik, 69 orang (62,7%) dikategorikan cukup dan 35 orang (31,8%) dikategorikan kurang.

2. Berdasarkan karakteristik usia, 3 orang (50%) ibu di Kelurahan Petisah

Tengah yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap smear secara umum berusia 46-50 tahun. Sementara 13 orang (18,8%) ibu yang berpengetahuan sedang berusia 41-50 tahun dan 8 orang (22,9%) ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang berasal dari kelompok usia 26-30 tahun.

3. Tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai Pap smear

berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 3 orang (50%). Sementara proporsi terbesar ibu yang berpengetahuan sedang juga berasal dari kelompok tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 28 orang (40,6%). Sedangkan ibu yang memilki pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 14 orang (40%).

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah

(41)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli, H.M., et

al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 97-110.

Cherath, L. & Alic, M., 2006. Cervical Cancer. Available from:

2009]

Crowder, S., Lee, C. and Santoso, J.P., 2001. Cervical cancer. In: Santoso, J.P. &

Coleman, R.L., eds. Gyn Oncology Handbook. New York: McGraw-Hill,

25-31.

Dalimartha, S., 2004. Kanker Serviks. In: Deteksi Dini Kanker & Simplisia

Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya, 14-18.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim.

Available from: [Accessed 3

February 2009]

Doeberitz, M., et al., 1991. Papilomaviruses and Human Cancer. In: Maza, L.M. &

Peterson,E.M., eds. Medical Virology. 10th ed New York: Plenum Press,

165-179.

Garcia, A.A., 2007. Cervical Cancer, University of Southern California. Available

from:

(42)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Hacker, N.F., 2005. Cervical Cancer. In: Weinberg, R., ed. Practical Gynecologist

Oncology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 337-342.

Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H.,

et al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1295-1297.

Husain, A. & Hoskins, W.J., 2002. Screening for Cervical Cancer. In: Aziz, K. &

Wu, G.Y., eds. Cancer Screening: A Practical Guide for Physicians. Totowa:

Humana Press Inc., 27-41.

Kayika, I.P.G., et al. 2007. Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Perempuan yang Sudah Menikah mengenai Pap smear dan faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah

Susun Klender Jakarta 2006. Majalah Kedokteran Indonesia, 57 (7): 57-64.

Klug J.S., et al. 2005. Screening for Breast and Cervical Cancer in Large German

City: Knowledge, Participation, and Motivation. Europe Public Health, 15 (I):

70-79.

Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L., eds.

Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.

Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan

FEUI, 33-35.

Mills, K,, 2002. Molecular Analysis of cancer. In: Boultwood, J. & Fidler, C., eds.

Methods in Molecular Medicine, vol 68. Totowa: Humana Press, 1-4.

Moegni E.M. 2006. Penilaian Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Pasien Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tentang Pap

smear. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 213 (8).

Notoatmodjo, S., 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. In: Pendidikan

(43)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Notoatmodjo, S., 2005. Teknik Pengambilan Sampel. In: Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 79-92.

Nuryastuti, Titik, 2007. Deteksi Infeksi Human Papilomavirus (HPV) tipe 16 dan 18 pada Penderita kanker Leher Rahim (KLR) dari beberapa Rumah Sakit di

Yogyakarta. Jurnal kedokteran YARSI, 15 (2): 102-110.

Odle, T.G., Cherath, L., and Alic, M., 2006. Cervical Cancer. Available from:

2009]

Purwoto, G. & Nuranna, L., 2002. Metode Skrining Alternatif Pada Kanker

Serviks . In: Ramli, H.M., et al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 142-143.

Robbins, S.L. & Kumar, V., 1995. Sistem Genitalia Wanita dan Payudara. In:

Oswari, J. et al, eds. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC, 377-382.

Rosevear, S.K., 2002. Cervical Screening and Premalignant Disease of the Cervix.

In: Hand Book of Gynaecology Management. Osney Mead: Black Wall

Science Ltd, 80-83.

Schoenstadt, A., 2006. Cervical Cancer Screening. Available from:

Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M., et al, eds.

Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 123-129.

Suhartono, S., 2005. Masalah Pengetahuan. In: Shaleh, A.Q., ed. Filsafat Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 65-72.

Sukardja, I.D.G., 2000. Prevensi Kanker. In: Tutiek, K., ed. Onkologi Klinik.

(44)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Suwiyoga, I.K., 2007. Beberapa Masalah Pap Smear sebagai Alat Diagnosa

Kanker Serviks di Indonesia. Denpasar : Labaratorium Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Udayana. Available from:

Tierner, L.W., Saint,S., & Whooley, M.A., 2002. Cervical Dysplasia. In: Essentials

of Diagnosis & Treatment. 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 415.

Tiro, J.A. et al., 2007. What do Women in the US Know about Human

papilomavirus (HPV) and Cervical Cancer. Bethesda : National Cancer

Institute. Available from:

[Accessed 16 February 2009]

WHO, 2005. Cervical Cancer, Human Papilomavirus (HPV), and HPV Vaccines.

Available from:

[Accessed 3 February 2009]

WHO, 2008. Global Health Indicators. Available from:

Wismer, B., et al. 1998. Rates and Independent Correlates of Pap smear Testing

(45)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Lampiran 1

Nama

Tempat / Tanggal Lahir

Agama

Aek-kanopan/ 24 Oktober 1988

Buddha

Jl. Dagan no.2L Medan

1.

2.

3.

TK Sultan Hasanuddin Aek-kanopan

SD Sultan Hasanuddin Aek-kanopan

(46)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Lampiran 2

4.

1.

2.

SMA Sutomo 1 Medan

Sekretaris OSIS SMP Sultan Hasanuddin periode 2002-2003.

Anggota Keluarga Besar Mahasiswa Buddhis USU.

(47)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Kuesioner

Identitas Subjek (wajib diisi)

Usia : ____________ tahun

Pendidikan terakhir (tamat) : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA /

Perguruan

Tinggi *

(*) coret yang tidak perlu

II. Berilah tanda (√) pada SATU jawaban yang PALING BENAR

No

menurut Anda.

(48)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Tahu

1. Pap smear (tes pap) adalah pemeriksaan yang

dilakukan dengan cara membuat sediaan apusan sel-sel leher rahim, kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut.

2. Tujuan dilakukan Pap smear ialah untuk

mendeteksi kanker leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat diberikan sesegera dan seoptimal mungkin.

3. Pemeriksaan Pap smear hanya tersedia di

Rumah Sakit besar dengan fasilitas yang lengkap.

4. Pap smear hanya dapat dilaksanakan dengan

bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan.

5. Pemeriksaan Pap smear dapat dilakukan pada

wanita di segala usia.

6. Pemeriksaan Pap smear sebaiknya diulang

setiap 1 tahun sekali secara teratur.

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu

melakukan Pap smear lebih sering.

8. Pada saat melakukan Pap smear, sebaiknya

wanita tidak sedang mengalami menstruasi (haid).

9. Sebelum dilakukan Pap’smear, pasien

diwajibkan untuk mencuci bagian kewanitaannya terlebih dahulu.

10. Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap smear, pasien dilarang untuk melakukan hubungan seksual.

(49)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

pasien diwajibkan untuk beristirahat total, minimal 2 hari.

(50)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Chintami Octavia / NIM 060100022 adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu mengenai Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar

mengajar pada Block Community Research Programme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Petisah Tengah mengenai pemeriksaan Pap smear. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu.

Identitas pribadi Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saya berharap Ibu bersedia mengikuti penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dipahami, Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Ibu menjadi pertisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, - - 2009

Partisipan, Peneliti,

(51)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Master Data Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 5

nama usia pddkn x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 total

a 27 4 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14

b 48 2 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8

c 22 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 14

d 27 5 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 14

e 51 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 9

f 50 4 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 9

g 29 5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14

h 23 5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 14

i 54 2 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 6

(52)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

Master Data Hasil Penelitian

no tanggal usia kel.usia pendidikan tngkt pddkn p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

1 22-Jun-09 47 6 4 tinggi 1 1 0 0 1 1 0

2 22-Jun-00 28 2 2 rendah 0 0 1 0 0 1 0

3 22-Jun-09 38 4 3 sedang 1 0 0 0 1 1 0

4 22-Jun-09 32 3 4 tinggi 0 1 1 1 0 1 0

5 22-Jun-09 52 7 3 sedang 1 1 1 0 1 1 0

6 22-Jun-09 45 5 2 rendah 1 1 1 0 0 1 0

7 22-Jun-09 27 2 3 sedang 1 1 1 0 0 1 0

8 22-Jun-09 38 4 4 tinggi 1 1 1 0 0 1 0

9 22-Jun-09 23 1 3 sedang 1 1 0 0 0 1 0

10 22-Jun-09 41 5 4 tinggi 1 1 0 1 1 1 1

11 22-Jun-09 34 3 3 sedang 1 1 0 0 1 1 0

12 22-Jun-09 24 1 3 sedang 1 1 1 1 0 1 0

13 22-Jun-09 21 1 3 sedang 1 1 0 0 0 1 0

14 22-Jun-09 43 5 2 rendah 1 1 0 0 1 1 0

15 22-Jun-09 30 2 3 sedang 1 1 1 1 1 1 0

16 23-Jun-09 25 1 3 sedang 1 1 0 0 1 1 0

17 23-Jun-09 27 2 4 tinggi 0 1 0 0 0 0 1

18 23-Jun-09 32 3 2 rendah 1 1 0 0 1 1 0

(53)
(54)
(55)
(56)

Chintami Octavia : Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009.

92 29-Jun-09 40 4 4 tinggi 1 1 1 0 0 1 0

93 29-Jun-09 22 1 4 tinggi 0 1 0 0 1 1 1

94 29-Jun-09 39 4 4 tinggi 0 1 0 0 0 0 0

95 29-Jun-09 45 5 1 rendah 0 0 0 0 0 0 0

96 29-Jun-09 41 5 3 sedang 1 1 1 0 1 1 1

97 29-Jun-09 46 6 2 rendah 1 0 1 0 0 1 0

98 30-Jun-09 46 6 4 tinggi 1 1 1 0 0 1 1

99 30-Jun-09 47 6 4 tinggi 0 1 1 1 1 1 1

100 30-Jun-09 55 7 1 rendah 1 0 0 0 1 0 0

101 30-Jun-09 43 5 4 tinggi 1 1 1 0 0 1 0

102 30-Jun-09 52 7 3 sedang 1 1 0 0 0 1 1

103 30-Jun-09 54 7 3 sedang 1 1 0 0 1 1 0

104 30-Jun-09 47 6 3 sedang 0 1 1 0 0 0 0

105 30-Jun-09 35 3 4 tinggi 1 1 1 0 0 1 0

106 30-Jun-09 50 6 4 tinggi 1 1 1 0 1 1 0

107 30-Jun-09 49 6 4 tinggi 1 1 1 0 1 1 1

108 30-Jun-09 39 4 3 sedang 1 1 1 0 0 1 1

109 30-Jun-09 48 6 2 rendah 1 1 0 0 1 1 1

Gambar

Tabel  4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat
Tabel 5.3 Distribusi  frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya kekurangan informasi ini, upaya-upaya penghematan yang telah dilakukan tidak dapat diukur baik secara fisik maupun moneter sehingga baik universitas maupun

Mengadministrasikan surat Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah dengan cara mengelompokkan dan mencatat sesuai dengan jenisnya serta menyampaikan kepada

Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat masuk ke dalam

Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan

Rasio antara value added dengan human capital perusahaan. Structural Capital Value Added

[r]

Dukungan pemerintah dan pemda—termasuk oleh mitra pembangunan—dalam pengembangan sistem data dan informasi harus difokuskan untuk mendukung pelaksanaan kedua kebijakan umum