GAMBARAN SIMTOM DEPRESIF PADA PASIEN PASCA STROKE DENGAN MENGGUNAKAN SKALA PENILAIAN
BECK DEPRESSION INVENTORY (BDI)
TESIS
NANDA SARI NURALITA
097106007
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN SIMTOM DEPRESIF PADA PASIEN PASCA STROKE DENGAN MENGGUNAKAN SKALA PENILAIAN
BECK DEPRESSION INVENTORY (BDI)
T E S I S
Untuk memperoleh gelar magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M.ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
NANDA SARI NURALITA
097106007
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOMTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Gambaran Simtom Depresif Pada Pasien Pasca Stroke Dengan Menggunakan Skala Penilaian Beck Depression Inventory (BDI)
Nama Mahasiswa : Nanda Sari Nuralita Nomor Induk Mahasiswa : 097106007
Program Magister : Magister Kedokteran Klinis Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri)
Menyetujui :
Komisi Pembimbing I Pembimbing II
dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K 197205011999032004 195306011981031004
)
Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS Magister Kedokteran Klinik
Tanggal Lulus : 18 Januari 2012 Telah diuji pada
Tanggal : 18 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ
Anggota : Prof.dr.Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) ... Prof.dr.M.Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K) ... dr.Dapot P. Gultom, SpKJ, M.Kes ...
PERNYATAAN
GAMBARAN SINDROM DEPRESIF PADA PASIEN PASCA STROKE DENGAN MENGGUNAKAN SKALA PENILAIAN
BECK DEPRESSION INVENTORY (BDI)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS I, dan Ketua Program
Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk
mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Mustafa Mahmud Amin, SpKJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK
USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. dr. Elmeida Effendy, SpKJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri
FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang
dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengkoreksi, dan
memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
4. Alm.Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ(K) sebagai guru dan pembimbing penulis
membimbing dan memberi masukan – masukan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
5. Prof.dr.Bahagia Loebis, SpKJ (K), selaku guru penulis yang banyak
memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. dr.H.Harun Taher Parinduri, SpKJ (K), selaku guru penulis yang banyak
memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Prof.dr.H.M.Joesoef Simbolon, SpKJ (K), selaku guru penulis, yang
banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta
pengarahan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
8. dr.Vita Camellia, SpKJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
9. dr.M.Surya Husada, SpKJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. dr. Dapot Parulian Gultom, SpKJ, MKes, sebagai Direktur Badan Layanan
Umum Daerah RS Jiwa Propinsi Sumatera Utara Medan dan guru penulis,
atas izin, kesempatan, fasilitas dan pengarahan kepada penulis untuk
belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Program Pendidikan
11. dr.Juskitar, SpKJ, sebagai guru yang banyak memberikan bimbingan,
pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
12. dr.Mawar Gloria Tarigan, SpKJ, sebagai guru yang banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
13. dr.Herlina Ginting, SpKJ, sebagai guru yang banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
14. dr.Freddy S Nainggolan, SpKJ, sebagai guru yang banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
15. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan
Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan
FK USU dan konsultan metodologi penelitian dan statistik penulis dalam
penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan
berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.
16. dr. Donald F. Sitompul, SpKJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, SpKJ, dr. Evawaty
Siahaan, SpKJ; dr. Artina Roga Ginting, SpKJ; dr. Rosminta Girsang,
SpKJ; dr. Imat S. Depari, SpKJ; dr. Mariati, SpKJ; dr. Paskawani Siregar,
SpKJ; dr. Citra Julita Tarigan, SpKJ; dr. Vera R.B. Marpaung, SpKJ,
semangat kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
17. dr. Yusak P. Simanjuntak SpKJ, dr. Adhayani Lubis SpKJ, dr. Juwita
Saragih SpKJ, dr Rudyhard Hutagalung SpKJ, dr Laila Sari SpKJ, dr
Friedrich Lupini SpKJ, dr. Evalina Perangin-angin, SpKJ; dr. Victor Eliezer
Perangin-angin, SpKJ dr. Siti Nurul Hidayati, SpKJ dr. Lailan Sapinah,
SpKJ, dan dr. Silvy Agustina Hasibuan, SpKJ sebagai senior, yang
banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis
selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
18. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur
Rumah Sakit Tembakau Deli Medan atas izin, kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis
mengikuti Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
19. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr.Herni Taruli
Tambunan, Mked(KJ), dr.Mila Astari Harahap, MKed(KJ), dr.Ira Aini
Dania, MKed(KJ), dr.Baginda Harahap, MKed(KJ), dr.Muhammad Yusuf,
MKed(KJ), dr.Ricky Wijaya Tarigan, MKed(KJ), dr.Saulina Dumaria
Simanjuntak, MKed(KJ), dr.Hanip Fahri, MKed(KJ), dr.Ferdinan Leo
Sianturi, MKed(KJ), dr.Superida Ginting Suka, dr.Lenni Crisnawati Sihite,
dr.Andreas Xaverio Bangun, dr.Dian Budianti Amalina, dr.Tiodoris Siregar,
Gusya Liza, dr.Gusri Girsang, dr.Dessy Wahyuni, dr.Ritha Mariati
Sembiring, dr.Reny Fransiska Barus, dr.Susiati, dr.Annissa Fransiska,
dr.Dessi Mawar Zalia, dr.Andi Syahputra Siregar, dr.Nazli Mahdinasari
Nasution, dr.Rosa Yunilda, dr.Nining Gilang Sari, dr.Arsusy Widyaastuty,
yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui
diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal,
serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan
semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa
20. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah
bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
21. Semua pasien pasca stroke beserta keluarga mereka yang telah bersedia
berpartisipasi secara sukarela ikut dalam penelitian untuk keperluan tesis
ini.
22. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU: Evi Yulifimar, SSos,
Yuli Handayani, SSos, Diani Hartati, SSos, M. Salim AMd yang banyak
membantu saya dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa
23. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan kasihi
membesarkan, memberikan perlindungan, kasih sayang dan pernyertaan
doa yang tidak pernah urung serta dukungan penuh dalam menjalani
banyak hal terutama selama menjalani Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
24. Kepada mertua, H.Syamsuddin dan HJ. Ummi salamah, yang banyak
memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis selama
menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
25. Kedua saudara kandung saya, Ainul Mardiah, ST, dan Dewi Astini SH,
MH, Seluruh ipar saya, Mukhtaruddin SE, Abdul Khalid, Amd Tehnik
Elektro, Fauziah, Nurlaila S.Pd, Abdullah SE, M.Yusuf Amd Ekonomi,
beserta kesembilan belas keponakanku yang terkasih yang banyak
memberikan semangat, inspirasi dan doa kepada penulis selama
menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
26. Buat suami tercinta, Zulfikar, ST, dan anakku Muhammad Daffa Aulia,
terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat, pengorbanan dan
kasih sayang yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan Program Magister Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa
dan tesis ini dengan baik.
dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan
bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 30
6.2. Saran 30
BAB 7. RINGKASAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur, jenis kelamin, 19
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
lokasi lesi
Tabel 4.2. Sindrom depresif pada pasien pasca stroke 20
Tabel 4.3. Sindrom depresif terhadap kelompok umur 21
Tabel 4.4. Sindrom depresif terhadap jenis kelamin 21
Tabel 4.5. Sindrom depresif terhadap pendidikan 22
Tabel 4.6. Sindrom depresif terhadap pekerjaan 23
Tabel 4.7. Sindrom depresif terhadap status perkawinan 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian 34
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 35
Lampiran 3. Data Subyek Penelitian 36
Lampiran 4. Kuesioner BDI 37
Lampiran 5. Surat Persetujuan Komite Etik 42
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ASNA : Asean Neurologic Association
BDI : Beck Depression Inventory
CT – Scan : Computer Tomography Scanning
CVD : CerebroVascular Disease
SPSS : Statistical Package Social Sciencies
WHO : World Health Organization
N : Jumlah sampel Zα : Tingkat kepercayaan
Zβ : Kekuatan
< : Lebih kecil dari
> : Lebih besar dari
≤ : Lebih kecil atau sama dengan
≥ : Lebih besar atau sama dengan
SD : Sekolah Dasar
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitkan dengan stroke. Sekitar 15 - 25% pasien stroke yang ada dalam masyarakat menderita depresi, baik mayor maupun minor. Adanya depresi sebagai komorbiditas dapat memperberat stroke maupun menjadi penyulit dalam rehabilitasi pasien stroke. Gagasan ini memerlukan kerjasama yang baik antara dokter ahli neurologi sebagai pemeran utama, dengan psikiater yang mempunyai tujuan akhir suatu rehabilitasi berupa perbaikan kualitas hidup pasca stroke, disamping menekan angka morbiditas dan mortalitas.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
Cross Sectional yang memakai kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
untuk mengetahui simtom depresif yang terjadi pada pasien pasca stroke. Kriteria Inklusi: pasien kooperatif, pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien stroke yang telah melewati fase akut, pasien stroke yang telah mengalami stroke tidak lebih dari satu tahun. Kriteria Eksklusi : komorbiditas dengan kelainan / penyakit fisik yang lain, menderita gangguan mental lainnya, dan memakai obat – obatan terlarang.
Hasil : Dari penelitian didapatkan proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke sebanyak 79.5%, dan lebih banyak dijumpai berupa sindrom depresif ringan. Proporsi kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64 tahun, sebanyak 19 orang (76.0%). Proporsi jenis kelamin terbanyak adalah laki – laki, sebanyak 12 orang (80.0). Proporsi tingkat pendidikan terbanyak pada SMP, sebanyak 9 orang (75.0%). Proporsi status pekerjaan terbanyak pada yang bekerja, sebanyak 9 orang (75.5%). Proporsi status perkawinan terbanyak pada yang menikah, sebanyak 24 orang (96.0%). Proporsi lokasi lesi terbanyak pada hemisfer kiri, sebanyak 16 orang (76.2%).
Kesimpulan : Proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke ditemukan sebanyak 79,5 %. Sindrom depresif pasca stroke paling banyak dijumpai pada kelompok umur 45 – 64 tahun, jenis kelamin laki – laki, tingkat pendidikan SMP, bekerja, dan menikah. Lokasi lesi paling banyak ditemukan pada hemisfer kiri.
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitkan dengan stroke. Sekitar 15 - 25% pasien stroke yang ada dalam masyarakat menderita depresi, baik mayor maupun minor. Adanya depresi sebagai komorbiditas dapat memperberat stroke maupun menjadi penyulit dalam rehabilitasi pasien stroke. Gagasan ini memerlukan kerjasama yang baik antara dokter ahli neurologi sebagai pemeran utama, dengan psikiater yang mempunyai tujuan akhir suatu rehabilitasi berupa perbaikan kualitas hidup pasca stroke, disamping menekan angka morbiditas dan mortalitas.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
Cross Sectional yang memakai kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
untuk mengetahui simtom depresif yang terjadi pada pasien pasca stroke. Kriteria Inklusi: pasien kooperatif, pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien stroke yang telah melewati fase akut, pasien stroke yang telah mengalami stroke tidak lebih dari satu tahun. Kriteria Eksklusi : komorbiditas dengan kelainan / penyakit fisik yang lain, menderita gangguan mental lainnya, dan memakai obat – obatan terlarang.
Hasil : Dari penelitian didapatkan proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke sebanyak 79.5%, dan lebih banyak dijumpai berupa sindrom depresif ringan. Proporsi kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64 tahun, sebanyak 19 orang (76.0%). Proporsi jenis kelamin terbanyak adalah laki – laki, sebanyak 12 orang (80.0). Proporsi tingkat pendidikan terbanyak pada SMP, sebanyak 9 orang (75.0%). Proporsi status pekerjaan terbanyak pada yang bekerja, sebanyak 9 orang (75.5%). Proporsi status perkawinan terbanyak pada yang menikah, sebanyak 24 orang (96.0%). Proporsi lokasi lesi terbanyak pada hemisfer kiri, sebanyak 16 orang (76.2%).
Kesimpulan : Proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke ditemukan sebanyak 79,5 %. Sindrom depresif pasca stroke paling banyak dijumpai pada kelompok umur 45 – 64 tahun, jenis kelamin laki – laki, tingkat pendidikan SMP, bekerja, dan menikah. Lokasi lesi paling banyak ditemukan pada hemisfer kiri.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada
urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada
suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi.
Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan
iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri,
timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun,
pesimis, dan putus asa. Terdapat juga perasaan malas, tidak bertenaga,
retardasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami
gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan
berkurang, begitu juga dengan gairah seksual.
1
1
Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering
dikaitkan dengan stroke. Sekitar 15 - 25% pasien stroke yang ada dalam
masyarakat menderita depresi, baik mayor maupun minor.
1
Menurut Lipsey
dan kawan – kawan,banyak diantara penderita pasca stroke tidak mendapat
perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa penderita menjadi depresi akibat stroke. Dengan kata lain bahwa
depresi ini bisa terjadi akibat ketidakberdayaan fisik yang disebabkan oleh
stroke. Oleh sebab itu pengobatan secara khusus terhadap depresi ini tidak
tidak jelas maka dirasakan tidak perlu memberikan pengobatan secara khusus
karena diharapkan bahwa depresi pada penderita pasca stroke akan hilang
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pendapat lain yang
berbeda, menyatakan bahwa depresi yang disebabkan oleh apa saja harus
mendapat penanggulangan yang baik. Hal ini perlu dilakukan karena depresi
bisa berdampak negatif terhadap rehabilitasi si penderita,2-4 dimana depresi
dapat mempengaruhi partisipasi penderita dalam pengobatan dan hasil
rehabilitasi.2
Lipsey dan kawan - kawan melaporkan kira – kira dua pertiga pasien
depresi pasca stroke sembuh dalam 7 – 8 bulan kemudian, tetapi penelitian
yang dilakukan oleh Ashio dan kawan - kawan dan juga Wade dan kawan -
kawan, menyatakan bahwa prevalensi dari depresi pasca stroke hanya
menurun sedikit setelah 1 – 2 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Adam dan
Hurwitz melaporkan bahwa gangguan neuropsikiatri pasca stroke akan
menyebabkan gangguan yang lebih besar dan kesukaran rehabilitasi
dibandingkan bila hanya kecacatan fisik saja, misalnya paralisis. Penelitian
yang dilakukan Moris dan kawan - kawan mendapatkan bahwa depresi pasca
stroke yang segera terjadi setelah stroke akan mempunyai dampak negatif
pada pemulihan fungsi pasien dan memperlambat penyembuhan dan
perbaikan kognitif pasien. Dengan demikian penanganan depresi pasca stroke
dengan cepat, tepat, dan baik, akan sangat membantu pemulihan keadaan
pasien, sehingga lama tinggal di rumah sakit juga dapat diperpendek.
Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh Asean
Neurologic Association (ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah
Sakit (hospital based study), dan dilakukan survey mengenai faktor – faktor
risiko, lama perawatan, mortalitas dan morbiditasnya. Dengan analisa
penelitian ini kita memperoleh gambaran dan profil stroke di Indonesia,
distribusi demografik dan gambaran faktor risiko stroke, gambaran klinis,
morbiditas dan mortalitasnya di Indonesia. Penderita laki – laki lebih banyak
dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11.8%,
usia 45 – 64 tahun berjumlah 54.2%, dan diatas usia 65 tahun 33.5%.
Adanya depresi sebagai komorbiditas dapat memperberat stroke
maupun menjadi penyulit dalam rehabilitasi pasien stroke. Gagasan ini
memerlukan kerjasama yang baik antara dokter ahli neurologi sebagai
pemeran utama, dengan psikiater yang mempunyai tujuan akhir suatu
rehabilitasi berupa perbaikan kualitas hidup pasca stroke, disamping menekan
angka morbiditas dan mortalitas.
5
4
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini agar kejadian depresi pasca stroke di RSUP. Haji
Adam Malik Medan dapat dengan cepat diatasi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Berapakah proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke di
1.2.2 Berapakah proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke
berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan) dan lokasi lesi ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui proporsi simtom depresif yang terjadi pada pasien
pasca stroke di poli rawat jalan neurologi RSUP. Haji Adam Malik
Medan yang berada pada fase pengobatan.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui proporsi simtom depresif pada pasien pasca
stroke berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan) dan lokasi lesi.
1.4. Manfaaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
gambaran proporsi simtom depresif pada pasien pasca stroke, sehingga
pasien – pasien pasca stroke bisa mendapatkan perawatan yang lebih
adekuat. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dilanjutkan untuk bahan
penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang
mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan,
dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktifitas. Disamping itu gejala lainnya yaitu konsentrasi dan
perhatian berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan
diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.
Gangguan neurologis yang sering diikuti depresi adalah multiple
sclerosis, demensia Alzheimer, penyakit Parkinson, stroke, dan epilepsi.
Lokasi paling sering dari stroke untuk munculnya depresi adalah lesi pada
lobus frontal kiri.
6
7,8
2.2 Stroke
Stroke atau disebut juga cerebrovascular disease (CVD) adalah simtom
gangguan serebri yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak.
Gangguan sirkulasi otak tersebut dapat disebabkan oleh hipoperfusi
ekstrakranial, trombosis, perdarahan intrakranial, emboli, hipertensi,
arterosklerosis, anoksia, dan gangguan darah seperti polisitemia.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai suatu
sebagian ataupun menyeluruh, secara tiba – tiba disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah.
Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu
atau ketika pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah
disekitar sel pada otak. Gejala dari stroke tiba – tiba muncul dan sering lebih
dari satu gejala pada waktu yang bersamaan, seperti : 5,10,11
12
• Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki,
khususnya pada salah satu bagian tubuh.
• Tiba – tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit
dimengerti.
• Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah
mata.
• Tiba – tiba menjadi sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan
atau kordinasi.
• Tiba – tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.
Faktor risiko yang paling penting untuk terjadinya stroke adalah
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan perokok. Termasuk pengkonsumsi
alkohol, tinggi kadar kolesterol, penggunaan obat terlarang, genetik,
khususnya gangguan pembuluh darah.
Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia namun tiga perempat
serangan stroke terjadi pada orang – orang dengan usia 65 tahun keatas. 12
12
walupaun dapat terjadi pada semua golongan usia. Insidens stroke karena
perdarahan lebih sering terjadi pada usia 40 – 60 tahun sedangkan akibat
infark (emboli trombus) lebih sering dijumpai pada usia 60 – 90 tahun. Menurut
penelitian yang dilakukan Ecktstrorn dan kawan - kawan, juga penelitian yang
dilakukan oleh Suharso, insiden menurut jenis kelamin tidak ada perbedaan
bermakna antara pria dan wanita.4
2.3 Depresi Pasca Stroke
Depresi yang terjadi setelah stroke disebut juga sebagai depresi pasca
stroke. Hal ini merupakan konsekuensi yang sering terjadi, dan mempunyai
akibat yang negatif pada masa penyembuhan dari fungsi motorik dan kognitif.
Prevalensi terjadinya depresi pasca stroke berkisar antara 5% hingga 63%
pada beberapa penelitian cross sectional, dimana hal ini sering terjadi 3 hingga
6 bulan setelah stroke.7,18 Prevalensi depresi dapat menurun sampai 16%
pada 12 bulan, 19% pada 2 tahun, dan meningkat sampai 29% pada 3 tahun.
Menurut Masdeu dan Solomon, penderita stroke cenderung mudah
menderita gangguan jiwa karena adanya perubahan yang tiba – tiba terhadap
seseorang akibat ketidakmampuannya untuk menggunakan anggota badan
mereka, adanya ketidakmampuan mereka berkomunikasi, mudah
menyebabkan timbulnya gangguan penyesuaian. Sedangkan menurut Horvath
dan kawan - kawan, gejala psikiatri yang paling sering dijumpai pada penyakit
pembuluh darah otak adalah gejala depresi.
4
Dari 600.000 pria dan wanita Amerika mengalami stroke yang pertama
atau berulang setiap tahunnya, diperkirakan 10-27% mengalami depresi berat,
dan 15-40% mengalami beberapa gejala – gejala depresi.11 Menurut penelitian
yang dilakukan Kaplan dan kawan - kawan, perubahan psikologi yang terjadi
mempunyai kaitan dengan lokasi lesi di otak.4 Lokasi yang sering dihubungkan
dengan simtom depresi adalah lesi pada lobus frontalis, lobus temporalis, dan
bangsal ganglia terutama nukleus kaudatus.12 Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa depresi lebih sering dijumpai pada lesi stroke di hemisfer
kiri.
Mayer mengatakan bahwa ada hubungan antara kelainan emosi
dengan lokasi kerusakan otak pada penderita stroke. Babinski juga
menyatakan bahwa pasien stroke dengan kerusakan hemisfer kanan sering
menampakkan gejala – gejala eforia dan sikap tidak peduli. 4,13,14
9
Selain itu, Bleuer
mengatakan bahwa terdapat melankolia selama beberapa bulan bahkan lebih
lama pada pasien pasca stroke.9 Robinson menyatakan bahwa lesi pada left
anterior cerebral lebih signifikan untuk terjadinya depresi daripada lesi left
posterior.15,16 Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian systemic review yang
dinyatakan oleh Carson dan kawan - kawan, dimana mereka menemukan dari
34 kelompok penelitian yang dilakukan, lokasi lesi tidak selalu berhubungan
dengan depresi.8,15
Penelitian tentang hubungan antara stroke dan penyakit psikiatri
bulan hingga 1 tahun setelah kejadian stroke.15,17 Meta analisis dari faktor
risiko timbulnya depresi setelah stroke diidentifikasi mempunyai riwayat
depresi pada masa dahulu, riwayat penyakit psikiatri, disfasia, gangguan
fungsional, hidup sendiri, dan social isolation merupakan prediksi terpenting
munculnya depresi. Lesi pada sisi kiri, khususnya lesi pada lobus frontal kiri
mempunyai frekuensi yang lebih besar sebagai faktor risiko munculnya depresi
pasca stroke. Pada suatu analisis dari 48 penelitian dengan data yang
adekuat, bagaimanapun juga, tidak ada bukti - bukti antara lokasi lesi dengan
kemungkinan terjadinya depresi.
Bentuk dan perjalanan penyakit depresi pada pasien pasca stroke
masih belum jelas, tetapi tidak sekedar merupakan reaksi dari stres psikis, fisik
ataupun hendaya fungsi kognitif saja. Penyebab depresi pada keadaan pasca
stroke ini tidak sederhana atau multi faktorial. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai kausa depresi pasca stroke antara lain adalah pengaruh gangguan
anatomik, gangguan neurohormonal / neurotransmiter, dan psikologis. 17
Munculnya atropi kortikal dan pembesaran dari ventrikel juga
merupakan faktor risiko penting terjadinya depresi pasca stroke. Starkstein dan
teman – teman melakukan penelitian terhadap atropi subkortikal pada otak
melalui CT scan yang terjadi setelah stroke. Pasien yang mengalami depresi
pasca stroke secara signifikan mengalami atropi yang besar dibandingkan
pasien stroke yang tidak mengalami depresi. Sebagai tambahan, lesi
frekuensi yang tinggi terjadinya depresi dibandingkan lesi pada hemisfer
kanan. 18
2.4 Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory (BDI) merupakan suatu skala yang dapat
digunakan sebagai alat skreening pada pasien depresi yang timbul akibat
stroke. BDI terdiri dari 21 pertanyaan yang sering digunakan pada penelitian
depresi pasca stroke. BDI mempunyai cutoff point optimal dengan nilai 10,
sensitivitas 80.0, dan spesifisitas 61.4.
Pasien dengan depresi pasca stroke lebih lambat penyembuhan atau
perbaikan fungsi fisik maupun kognitifnya dibandingkan dengan pasien stroke
tanpa depresi. Juga 3 – 4 kali lebih cepat berakibat fatal dalam kurun waktu 10
tahun setelah mengalami stroke. Stroke merupakan suatu stressor psikososial
yang berat bagi penderita maupun pasangannya, yang harus dihadapi dan
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat jalan Neurologi RSUP.Haji
Adam Malik Medan.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dalam periode : Maret 2011 – Mei 2011.
3.3 Populasi Penelitian
1. Populasi target adalah pasien pasca stroke yang datang berobat ke
Poliklinik rawat jalan neurologi RSUP. H.Adam Malik Medan.
2. Populasi terjangkau adalah pasien pasca stroke yang datang berobat ke
poliklinik rawat jalan neurologi RSU. H.Adam Malik Medan pada bulan
Maret 2011 hingga Mei 2011.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah pasien pasca stroke yang memenuhi kriteria
inklusi, yang ditetapkan secara nonprobability sampling jenis consecutive
3.5 Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus :
n =
Zα2PQd2
=
1,962 (0,25) (0,75)
(0,1)2
= 72,03
Keterangan :
Zα = Nilai batas awal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai
α yang ditentukan, untuk nilai α = 0.05 1,96
P = Proporsi depresi pada pasien pasca stroke 0,25 (15 – 25%)
Q = 1 – P; 1 – 0,25 = 0,75
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki( ditetapkan) = 0,1
n = total subyek penelitian (73 orang)
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
1. Pasien kooperatif
2. Pasien mampu diajak berkomunikasi
3. Pasien stroke yang telah melewati fase akut
Kriteria Eksklusi :
1. Komorbiditas dengan kelainan / penyakit fisik yang lain
2. Menderita gangguan mental lainnya
3. Memakai obat – obatan terlarang (seperti morfin, ganja,sabu, dll).
3.7 Cara Kerja
Pasien yang memiliki riwayat stroke dan memenuhi kriteria inklusi, diminta
untuk mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut ke dalam penelitian
setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas. Selanjutnya
subyek penelitian mengisi kuesioner BDI untuk mengetahui apakah
terdapat simtom depresif atau tidak pada pasien. Untuk mengetahui lokasi
lesi terjadinya stroke, didapat dari data sekunder yaitu dari hasil CT – Scan
setelah mendapat izin dari pasien. Selanjutnya dilihat berapakah proporsi
simtom depresif yang dialami pasien berdasarkan karakteristik demografik
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) dan lokasi lesi.
3.8 Identifikasi Variabel • Usia.
• Jenis kelamin.
• Tingkat pendidikan. • Status pekerjaan.
• Status perkawinan.
3.9 Kerangka Kerja
3.10 Definisi Operasional
• Stroke atau cerebrovascular disease (CVD) adalah simtom gangguan
serebri yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak.
• Fase akut pada pasien stroke adalah fase yang terjadi sejak pasien
masuk rumah sakit sampai keadaan pasien stabil, biasanya dalam 48 –
• Depresi pasca stroke adalah depresi yang terjadi setelah stroke. • Simtom depresi adalah simtom depresi yang dinilai berdasarkan BDI.
• Beck Depression Inventory (BDI) terdiri dari 21 pokok, masing – masing
dengan rentetan empat pernyataan. Pernyataan menjelaskan keparahan
simtom sepanjang rangkaian kesatuan nomor urut dari tidak ada atau
ringan (nilai 0) ke berat (nilai 3). Walaupun instrumen aslinya
dimaksudkan untuk dibacakan dengan kuat oleh seorang pewawancara
yang mencatat pilihin subyeknya, skalanya kemudian telah digunakan
sebagai kuesioner yang dilaporkan sendiri (self-report questionnaire). • Interpretasi BDI dari nilai – nilai keparahan :
Nilai Total Tingkat – Tingkat Depresi
0 – 13 minimal (dalam batas normal)
14 – 19 ringan
20 – 29 sedang
29 – 63 berat
• Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan.
Dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu : Umur < 45 tahun
Umur 45 – 64 tahun Umur ≥ 65 tahun.
• Tingkat pendidikan : jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang
dijalani responden melalui pendidikan formal. Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Umum (SMU) Perguruan Tinggi (PT)
• Pekerjaan : suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan (bekerja)
atau tidak ada suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan
(pengangguran / tidak bekerja).
• Status Perkawinan : ditentukan apakah subyek masih dalam ikatan
perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan ( bercerai
hidup atau mati, tidak kawin).
• Lokasi lesi : lokasi tempat terjadinya stroke.
Dikelompokkan dalam 3 kategori : Hemisfer kiri
Hemisfer kanan
Lain – lain (brainstem, basal ganglia, nucleus caudatus, serebellum,
dll)
• Alat yang digunakan untuk mengukur simtom depresi adalah Beck
3.11 Izin Subyek Penelitian
Semua subyek penelitian akan diminta mengisi persetujuan secara
tertulis untuk ikut kedalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan
yang teperinci dan jelas. Selanjutnya BDI diisi sendiri oleh subyek
penelitian.
3.12Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika penelitian di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.13 Analisis dan Penyajian Data
Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, kemudian dihitung
proporsi pasien pasca stroke yang memiliki simtom depresif berdasarkan
hasil BDI II, dan proporsi berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, dan suku) dan
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Sebanyak 73 pasien pasca stroke yang datang ke poliklinik neurologi
RSUP. Haji Adam Malik Medan diikutsertakan dalam penelitian ini, selama
periode 1 Maret 2011 sampai 31 Mei 2011.
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan lokasi lesi.
Pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa distribusi subjek penelitian
berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 45 –
64 sebesar 41 orang (56.3%), jenis kelamin laki – laki sebanyak 44 orang
(60.3%), tingkat pendidikan SMU sebanyak 25 orang (34.2%), yang bekerja
sebanyak 44 orang (60.3%), yang menikah sebanyak 56 orang (76.7%), dan
yang mempunyai lokasi lesi pada hemisfer kiri sebanyak 46 orang (63.0%).
Tabel 4.2. Simtom depresif pada pasien pasca stroke
Simtom depresif Jumlah % Minimal 15 20.5 Ringan 25 34.3 Sedang 12 16.4 Berat 21 28.8 Total 73 100.0
Pada tabel 4.2 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif yang
paling banyak dijumpai pada pasien pasca stroke adalah simtom depresif
ringan sebanyak 25 orang (34.3%), diikuti simtom depresif berat sebanyak 21
orang (28.8%), simtom minimal sebanyak 15 orang (20.5%), dan simtom
Tabel 4.3. Simtom depresif terhadap kelompok umur
Simtom Depresif
Umur Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n %
< 45 0 0 0 0 0 0 9 42.8 45-64 7 46.7 19 76.0 9 75.0 6 28.6
≥ 65 8 53.3 6 24.0 3 25.0 6 28.6 Total 15 25 12 21
Pada tabel 4.3 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif pada
pasien pasca stroke paling banyak dijumpai simtom depresif ringan pada
kelompok umur 45 – 64 tahun sebanyak 19 orang (76.0%). Simtom depresif
sedang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 45 – 64 tahun sebanyak
9 orang (75.0%), dan simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada
kelompok umur < 45 tahun sebanyak 9 orang (42.8%).
Tabel 4.4. Simtom depresif terhadap jenis kelamin
Simtom Depresif
Jenis Kelamin Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n %
laki-laki 9 60.0 20 80.0 5 41.7 10 47.6 perempuan 6 40.0 5 20.0 7 58.3 11 52.4
Pada tabel 4.4 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif pada
pasien pasca stroke paling banyak dijumpai simtom depresif ringan pada jenis
kelamin laki – laki sebanyak 20 orang (80.0%). Simtom depresif sedang dan
berat paling banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang
(58.3%) dan 11 orang (52.4%).
Tabel 4.5. Simtom depresif terhadap pendidikan
Simtom Depresif
Pendidikan Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n %
SD 3 20.0 4 16.0 0 0 12 57.2 SMP 6 40.0 2 8.0 9 75.0 0 0 SMU 6 40.0 11 44.0 3 25.0 5 23.8 PT 0 0 8 32.0 0 0 4 19.0 Total 15 25 12 21
Pada tabel 4.5 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif pada
pasien pasca stroke paling banyak dijumpai simtom depresif sedang pada
tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 orang (75.0%). Simtom depresif ringan
paling banyak dijumpai pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 orang
(44.0%) dan simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada tingkat
Tabel 4.6. Simtom depresif terhadap pekerjaan
Simtom Depresif
Pekerjaan Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n % Bekerja 12 80.0 13 52.0 9 75.0 11 52.4 Tidak Bekerja 3 20.0 12 48.0 3 25.0 10 47.6
Total 15 25 12 21
Pada tabel 4.6 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif pada
pasien pasca stroke paling banyak dijumpai simtom depresif sedang pada
kelompok yang bekerja sebanyak 9 orang (75.5%). Simtom depresif ringan
paling banyak dijumpai pada yang bekerja sebanyak 13 orang (52.0%), dan
pada simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada yang bekerja
sebanyak 11 orang (52.4%).
Tabel 4.7. Simtom depresif status perkawinan
Simtom Depresif
Status Perkawinan Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n %
Menikah 14 93.3 24 96.0 8 68.7 10 47.6 Janda/duda/tidak menikah 1 6.7 1 4.0 4 33.3 11 52.4 Total 15 25 12 21
kelompok yang menikah sebanyak 24 orang (96.0%). Simtom depresif sedang
paling banyak dijumpai pada yang menikah sebanyak 8 orang (68.7%), dan
simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada yang janda/ duda/ tidak
menikah sebanyak 11 orang (52.4%).
Tabel 4.8. Simtom depresif terhadap lokasi lesi
Simtom Depresif
Lokasi lesi Minimal Ringan Sedang berat n % n % n % n %
Hemisfer kiri 8 53.3 13 52.0 9 75.0 16 76.2 Hemisfer kanan 4 26.7 10 40.0 3 25.0 5 23.8 Lain lain 3 20.0 2 8.0 0 0 0 0 Total 15 25 12 21
Pada tabel 4.8 diatas memperlihatkan bahwa simtom depresif pada
pasien pasca stroke paling banyak dijumpai simtom depresif pada lokasi lesi
hemisfer kiri sebanyak 16 orang (76.2%). Simtom depresif ringan paling
banyak dijumpai pada lokasi lesi hemisfer kiri sebanyak 13 orang (52.0%), dan
simtom depresif sedang paling banyak dijumpai pada hemisfer kiri sebanyak 9
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian “Gambaran simtom depresif pada pasien pasca stroke
dengan menggunakan skala penilaian Beck Depression Inventory (BDI)
merupakan suatu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak
gambaran simtom depresif yang dapat terjadi pada pasien pasca stroke di
RSUP. Haji Adam Malik Medan. Tujuan khusus dari penelitian adalah untuk
mengetahui jumlah simtom depresif pada pasien pasca stroke berdasarkan
karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan).
Berdasarkan data demografi dijumpai bahwa sampel penelitian yang
terbanyak adalah kelompok umur 45 - 64 tahun, yaitu sebanyak 41 orang
(56.3%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (60.3%), tingkat
pendidikan SMU sebanyak 25 orang (34.2%), bekerja sebanyak 44 orang
(60.3%), menikah sebanyak 56 orang (76.7%).
Dari penelitian didapatkan simtom depresif pada pasien pasca stroke
lebih banyak dijumpai berupa simtom depresif ringan. Hal ini kemungkinan
disebabkan pada penelitian ini lebih banyak dijumpai sampel laki – laki
daripada perempuan, dan lebih banyak yang menikah, dimana jenis kelamin
laki – laki dan yang telah menikah cenderung mempunyai risiko lebih kecil
Dari penelitian didapatkan proporsi kelompok umur terbanyak pada
simtom depresif pasca stroke adalah kelompok umur 45 – 64 tahun, yaitu
sebanyak 19 orang (76.0%), berupa simtom depresif ringan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan kawan-kawan yang juga
menemukan bahwa umur rata-rata pasien pasca stroke dengan simtom
depresif adalah 59 tahun.14 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Singh
dan kawan – kawan menemukan bahwa umur rata – rata pasien pasca stroke
dengan simtom depresif adalah 69 tahun.20 Tetapi pada penelitian ini, simtom
depresif berat lebih banyak dijumpai pada usia yang lebih muda yaitu < 45
tahun, sebanyak 9 orang (42.8%). Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa rata – rata onset terjadinya gangguan depresif berat pada
usia 40 tahun, dimana pada usia yang lebih muda lebih banyak aktifitas yang
dapat dilakukan di lingkungan masyarakat, sehingga apabila mengalami stroke
aktifitas yang dilakukan lebih sedikit dan terbatas sehingga cenderung
mebgalami depresi berat.14,21.
Dari penelitian didapatkan proporsi jenis kelamin terbanyak untuk
simtom depresif pasca stroke adalah jenis kelamin laki – laki , yaitu sebanyak
12 orang (80.0%), berupa simtom depresif ringan. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan kawan-kawan yang menemukan
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan pada
pasien pasca stroke dengan simtom depresif sebesar 61%.
14
Hasil ini juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dan kawan – kawan yang
Tetapi pada penelitian ini, simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada
jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (52.4%). Hal ini kemungkinan
disebabkan pada perempuan diduga adanya perbedaan hormon, pengaruh
melahirkan, perbedaan stresor psikososial antara laki – laki dan perempuan,
dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidak berdayaan.
Dari penelitian didapatkan proporsi tingkat pendidikan terbanyak pada
simtom depresif pasca stroke pada tingkat pendidikan SMP, yaitu sebanyak 9
orang (75.0%), berupa simtom depresif sedang. Tetapi pada penelitian ini
simtom depresif berat paling banyak dijumpai pada tingkat pendidikan SD
sebanyak 12 orang (57.2%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Robinson dan kawan-kawan yang menemukan bahwa simtom depresif
pasca stroke rata – rata ditemukan pada tingkat pendidikan SMP. 21,22.
14
Dari penelitian didapatkan bahwa status pekerjaan terbanyak pada
simtom depresif pasca stroke adalah pada yang bekerja, yaitu sebanyak 9
orang (75.5%), berupa simtom depresif sedang. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Singh dan kawan-kawan yang menemukan
bahwa simtom depresif pasca stroke lebih banyak ditemukan pada yang
bekerja sebesar 52%.
20
Tetapi pada penelitian ini, simtom depresif berat lebih
banyak dijumpai pada pasien yang bekerja sebanyak 11 orang (52.4%), hal ini
disebabkan pada pasien yang bekerja apabila tidak melakukan aktifitas selama
1 bulan, cenderung mengalami gejala depresi 3 bulan kemudian disebabkan
Dari penelitian didapatkan bahwa status perkawinan terbanyak pada
simtom depresif pasca stroke adalah pada yang menikah, yaitu sebanyak 24
orang (96.0%), berupa simtom depresif ringan. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan kawan-kawan yang menemukan
bahwa simtom depresif pasca stroke pada yang menikah sebesar 47%.14 Hasil
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dan kawan –
kawan yang menemukan bahwa simtom depresif pasca stroke lebih banyak
ditemukan pada yang menikah sebesar 62%.20 Pada penelitian ini simtom
depresif berat paling banyak dijumpai pada yang janda/ duda/ tidak menikah
sebanyak 11 orang (52.4%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa seseorang yang hidup sendiri, lebih cenderung untuk terjadi depresi
dibandingkan dengan yang tidak hidup sendiri.17,21
Dari penelitian didapatkan bahwa lokasi lesi terbanyak pada simtom
depresif pasca stroke adalah pada hemisfer kiri, yaitu sebanyak 16 orang
(76.2%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan
kawan-kawan yang menemukan bahwa simtom depresif pasca stroke lebih
banyak ditemukan pada hemisfer kiri sebesar 47%.
14
Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan depresi lebih cenderung terjadi di lesi sisi kiri,
khususnya lesi pada lobus frontal kiri yang mempunyai frekuensi lebih besar
sebagai faktor risiko munculnya depresi pasca stroke.
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu pada penelitian
ini tidak membedakan simtom depresif berdasarkan frekuensi terjadinya
semakin cenderung mengalami depresi. Pada penelitian ini lokasi lesi juga
tidak ditentukan secara spesifik, tetapi hanya ditentukan secara garis besar
yaitu pada hemisfer kiri dan kanan, dimana lokasi lesi pada lobus frontalis kiri
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa proporsi simtom depresif
pada pasien pasca stroke sebanyak 58 orang (79,5%), dan simtom depresif
yang paling banyak dijumpai adalah simtom depresif ringan. Simtom depresif
pasca stroke paling banyak ditemui pada umur 45 – 64 tahun, jenis kelamin
laki – laki, tingkat pendidikan SMP, pada orang yang bekerja, menikah, dan
paling banyak dijumpai lokasi lesi pada hemisfer kiri.
.
6.2. SARAN
Melihat tingginya angka simtom depresif pada pasien pasca stroke,
yang dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas, maka sangat perlu
dilakukan deteksi sedini mungkin adanya simtom depresif yang mungkin terjadi
pada pasien pasca stroke. Sehingga simtom depresif yang muncul dapat
segera diatasi guna mencapai penyembuhan yang lebih baik. Perlu dilakukan
penelitian yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar untuk menjawab
berbagai permasalahan sehubungan dengan simtom depresif yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Depresi: Aspek neurobiologi, diagnosis dan tatalaksana. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2005.hal.133 – 8.
2. Paskavitz J. Management of poststroke neurubehavioral disturbances. In: stroke therapy. 2nd
3. Purba JS. Depresi post – stroke : Satu tinjauan dipandang dari sudut psikoneuroendokrin. Dibacakan pada : Simposium depresi post – stroke, musyawarah kerja dan pertemuan ilmiah tahunan. Batu Malang; Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 1 – 5 Juli 1988.
ed. Boston: Butterworth Heinemann; 2001.p.377-85.
4. Surilena. Depresi pasca stroke dan penatalaksanaannya. Dalam : majalah JIWA XXXI : 2;1999.hal.161-170.
5. Misbach J. Pandangan umum mengenai stroke. Dalam : manajemen stroke secara komprehensif. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI; 2007.hal.1-3.
6. Departemen kesehatan republik Indonesia direktorat jenderal pelayanan medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Edisi III, cetakan I. Jakarta;1993.hal.150-5.
7. Ghaemi SN. Mood disorders : Introduction to mood disorders. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2003.p.17 – 25.
8. Sinanovic O. Organically originated depressive syndromes. Neurologia croatica. 2007; 56: 67-72.
9. Amir N. Penatalaksanaan pasien stroke dengan gangguan emosi. Dalam: majalah JIWA XXXI: 2; 1998.hal.169-182.
10. Fitzsimmons BF. Ischemic stroke cerebrovascular disease. In : current diagnosis & treatment in neurology. New York: Mc Graw Hill Companies; 2007.p.100 – 105.
11. Higgins B. Stroke : The national clinical guidline for diagnosis and initial management of acute stroke and transient ischaemic attack. London: Royal College of Physicians; 2008.p.3-6.
12. National institute of mental health. Depression and stroke. Available at:
13. Miscbah J. Aspek neuropsikiatrik penderita stroke. Dalam : stroke, aspek diagnostik, patofisologi, manajemen. Jakarta: Balai penerbit FK-UI; 1999. hal. 39 – 45.
14. Robinson RG, Starr LB, Kubos LK. A two year longitudinal study of post stroke mood disoreders: findings during the initial evaluation. 1983; 14: 736 – 741.
17. Shapiro PA, Wulsin LR. Cardiovascular disorders : stroke. In : Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Vol II. 9th
18. Kanner MA. Depression in neurological disorders. United Kingdom : Cambrige Medical Communication; 2005.p.65 – 72.
ed. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins; 2009.p.2250-9.
19. Aben I, Verhey F, Lousberg R, Lodder J, Honig A. Validity of the beck depression inventory, hospital anxiety and depression scale, SCL 90, and hamilton depression rating scale as screening instruments for depression in stroke patients. Psychosomatics. 2002; 43:386-393.
20. Singh A, Black SE, Hermann N, Leibovitch FS, Ebert PL, Lawrence J, et al. Functional and neuroanatomic correlations in poststroke depression. Stroke. 2000; 31::637-644.
21. Sadock BJ, Sadock VA. Mood disoreders. In: Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 10th
22. Ismail RI, Siste K. Gangguan depresi. Dalam : Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2010.h.209 – 22.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth.
Saya sedang meneliti tentang “Gambaran simtom depresif pada pasien pasca stroke dengan menggunakan skala penilaian beck depression
inventory (BDI)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
gambaran simtom depresif pada pasien pasca stroke, dengan menggunakan alat bantu penilaian melalui kuesioner yang menilai tentang kehidupan sehari – hari pada pasien pasca stroke. Manfaat penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran tingkat simtom depresif yang mungkin muncul pada pasien pasca stroke, sehingga pasien pasca stroke bisa mendapatkan pengobatan yang lebih adekuat. Penelitian ini tidak berbahaya, dan tidak ada efek samping yang terjadi.
Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela/sadar dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembaran persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal – hal yang kurang jelas maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya : dr.Nanda Sari Nuralita, Departemen Psikiatri FK USU, telepon genggam 0819-2055930. Terima Kasih.
Hormat saya,
lampiran 2
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan : Pekerjaan :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Gambaran simtom depresif pada pasien pasca stroke dengan menggunakan skala penilaian beck depression inventory (BDI)” dan telah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela/sadar dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
Medan ...2011 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
lampiran 3
DATA SAMPEL PENELITIAN
No :
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : laki – laki / perempuan
Pendidikan : SD / SLTP/ SLTA / PT Status pernikahan : kawin/ bercerai/ janda/ duda
Alamat :
Lampiran 6
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Data Pribadi
Nama : dr.Nanda Sari Nuralita
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal lahir : Banda Aceh / 8-11-1983
Agama : Islam
Alamat : Komp. Tasbi Blok HH no 60 Medan
Telepon : 08192055930
Riwayat Pendidikan
Tahun 1990-1996 : SD Negeri 39 Banda Aceh
Tahun 1996-1999 : SMP Negeri 1 banda Aceh
Tahun 1999-2002 : SMA Negeri 1 Banda Aceh
Tahun 2002-2008 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009- sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang Ilmu
Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2008 - 2009 : Dosen kotrak Fakultas Kedokteran
NAMA MR UMUR
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN PEKERJAAN
STATUS PERKAWINAN
SKOR BDI
LOKASI
LESI
BS 410910 3 1 3 2 1 2 1
SP 403508 2 1 1 1 1 2 1
SS 422210 3 1 3 1 1 1 1
MD 403794 2 1 3 1 1 2 2
MY 426277 2 1 4 1 1 4 1
TP 426406 2 1 2 1 1 3 1
BP 467615 2 1 3 1 1 4 1
TS 467742 2 1 1 1 1 1 1
Z Nst 400844 3 1 1 1 1 1 2
BL 405628 1 2 1 2 2 4 2
MW 426488 2 1 1 1 1 4 1
MT 467978 2 2 1 2 1 2 2
JM 467405 1 2 3 2 1 4 1
TR 427552 2 1 1 2 4 1
NL 428456 2 2 3 1 2 3 1
SN 426777 2 1 4 2 2 4 1
OR 470573 1 2 3 2 1 4 2
NR 428452 2 2 2 2 1 1 1
US 428244 2 1 3 1 1 3 2
LS 429649 1 2 1 2 2 4 1
DL 429678 2 1 3 1 1 1 3
US 462381 3 1 4 2 1 2 1
PS 183695 2 1 4 1 1 2 2
PP 467662 3 2 3 1 1 1 1
ZM 442291 2 1 3 1 1 1 1
AS 85430 2 1 3 2 1 2 1
TS 429678 1 1 3 1 1 4 1
JM 429699 3 1 2 1 2 3 1
PL 431989 3 1 4 2 1 2 2
NM 472896 3 2 1 2 2 4 2
HS 473453 2 2 2 2 1 2 3
JG 472714 2 2 1 2 2 4 1
NR 472270 2 2 1 2 2 2 1
SH 472615 1 1 3 1 1 4 1
BT 560794 1 1 3 1 1 4 2
NZ 466994 2 1 4 1 1 4 1
LK 472465 2 2 2 2 2 3 2
PT 472619 3 1 3 1 1 2 3
BP 471150 2 1 4 1 1 2 2
EZ 374191 2 1 4 1 1 2 1
ML 473329 3 1 2 1 1 3 1
TG 473419 3 2 2 1 1 1 3
AE 268041 3 2 1 2 2 4 1
BB 303248 3 1 2 2 1 1 1
AG 318572 2 1 3 1 1 2 1
RS 437194 1 2 2 2 1 4 1
NK 305158 3 2 3 2 1 4 2
RG 363272 2 2 1 1 1 4 1
YR 428274 1 1 3 1 1 4 2
MP 378932 3 2 1 1 2 4 1
AS 162630 3 2 1 2 2 4 1
MS 135735 3 2 1 1 2 1 2
SG 83954 3 1 4 2 1 2 1
SM 391439 2 2 2 2 1 1 3
WR 426347 2 2 2 1 1 3 1
NG 258837 3 1 4 2 1 2 1
SR 393188 3 2 3 2 1 4 2
SM 268508 3 2 2 2 1 3 1
RP 473260 3 2 2 1 1 1 2
HP 470282 2 1 3 1 1 4 1
MH 434204 2 1 4 2 2 4 1
VK 154611 2 1 2 1 1 3 1
GS 349144 2 1 1 1 1 4 1
SY 440811 2 1 1 1 2 4 2
SP 31192 2 1 2 1 1 1 1
DR 472474 2 1 3 1 1 1 2
JS 279328 2 1 3 2 1 2 2
ket.umur ket. Jenis kelamin ket.pendidikan ket.Skor BDI
1 = < 45 1 = laki2 1 = SD 1 = minimal
2= 45-64 2= perempuan 2 = SMP 2 = ringan
3= ≥ 65 3 = SMA 3 = sedang
4 = PT 4 = berat
1 = bekerja 1 = kawin 1 = hemisfer kiri
2= tidak bekerja 2= janda/duda 2 = hemisfer kanan