• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

SRI SUSANTI TIDORA MANURUNG NIM. 061000155

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SRI SUSANTI TIDORA MANURUNG

NIM. 061000155

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGARUH PE

Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Tanggal Agustus 2010, dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Ernawati Nasution, SKM. M.Kes Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si

9700212 199501 2 001 NIP : 19680616 199303

(4)

Menu seimbang sangat penting terutama pada awal pertumbuhan balita. Pengetahuan ibu yang rendah tentang penyediaan menu seimbang untuk balita dapat berpengaruh terhadap pemberian makanan anak balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan one pre- and post-test group. Perlakuan adalah penyuluhan gizi berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan diberikan. Jumlah sampel adalah sebanyak 42 orang ibu. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizi tentang penyediaan menu seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan gizi adalah cukup (71,43%), sesudah penyuluhan gizi sikap ibu menjadi baik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik sebanyak 14,29%, sesudah penyuluhan gizi menjadi 42,86%. Hasil uji menunjukkan ada perbedaan sesudah perlakuan, yaitu pengetahuan dengan nilai t=-24,065 dan p=0,000; sikap dengan nilai t=-15,829 dan p=0,000; dan tindakan dengan nilai t=-3,629 dan p=0,001.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang, yaitu terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas promosi kesehatan dapat memberikan penyuluhan berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita sebagai salah satu metode untuk memberitahukan informasi baru dan juga untuk mempromosikan kesehatan balita kepada para ibu.

(5)

Balanced diet is very important especially in the early development of under five children. Low maternal knowledge about providing balanced diet for under five children may influence the suplying of food for under five children.

This research aims to determine the influence of nutritional extension on maternal behavior in providing balanced diet for children under five in Ramunia-I Village, Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang Regency at 2010. This research is a quasi experimental with one group pre-and post-tests. Treatment is nutritional extension in the form of lectures, distribution of leaflets, and demo-balanced diet for under five children. The measurement was performed twice before and after extension is given. The samples are as many as 42 mothers. Analysis of the results was done by using paired sample t-test.

The results showed the maternal knowledge before nutritional extension about providing balanced diet for under five children is enough (78.57%), after extension is into good nutritional knowledge (90.48%). Maternal attitude before extension is enough (71.43%), after extension is into good attitude (71.43%). Maternal actions before nutritional extension is good as much as 14.29%, after nutritional extension to 42.86%. The test results showed difference after treatment, namely knowledge with t 24.065 and p = 0.000; attitude with t 15.829 and p = 0.000; and action with t =-3.629 and p = .001.

The conclusion of research is that, there is the influence of nutritional extension on maternal behavior in the providing balanced diet for under five children, namely an increase of knowledge, attitudes and actions in the providing balanced diet for under five children. Suggestions from this research is to health promotion officers can provide extension in the form of lectures, distribution of leaflets, and demo-balanced diet for under five children as one method to inform the new information and also to promote the health of under five children to their mothers.

(6)

Nama : Sri Susanti T. M.

Tempat/Tanggal Lahir : Pardamean, 15 Juli 1988

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 8 (delapan) orang

Alamat Rumah : Pardamean Nauli, Desa Djanji,

Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Sidikalang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1994-2000 : SD RK DELI MURNI SUKA MAJU 2. 2000-2003 : SLTP RK DELI MURNI SUKA MAJU 3. 2003-2006 : SMA NEGERI 4 MEDAN

(7)

melimpahkan kasih dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai

Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010” ini.

Selama penulisan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya serta dengan penuh kesabaran membimbing saya.

Selanjutnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku dosen penasehat akademik, 4. Ibu Ernawati Nasution, SKM. M.Kes, selaku Dosen Penguji II,

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y.A, M.Si, selaku Dosen Penguji III,

(8)

selama proses pengerjaan skripsi dan tidak lupa kepada bang Marihot Samosir, ST yang selalu membantu saya dalam mengurus administrasi,

8. Ayahanda terkasih Sihol Sangkot Tua Manurung, S.Pd, dan ibunda tercinta Tinorma br. Hombing yang selalu mendukung saya baik dalam doa, materi, maupun moril, serta memberi semangat di sepanjang hidup saya, dan selalu tersenyum di saat saya sangat membutuhkan senyum hangat mereka. Yang dengan penuh kasih dan kesabaran selalu mengajari saya untuk tetap bersyukur dalam segala keadaan,

9. Bapak dan ibu gembalaku terkasih Pdt. M. Panggabean, S.Th dan br. Tobing, serta seluruh jemaat GPI - Tuhan Gembalaku yang selalu memberi dukungan doa dan semangat baru di sepanjang hidup saya,

10. Adik-adikku terkasih Sulistra Manurung, Adventina Manurung, Samantha Manurung, April Yanti Manurung, dan Mian Sugandhi Manurung, serta seluruh keluarga besar Manurung dan Sihombing, khususnya St. Kennis Manurung dan St. Charles Sihombing (Ompung Doli), Sintaria br. Panjaitan dan Tiur br. Purba (Ompung Boru) tersayang yang selalu mendoakan, menyemangati, dan mendukung saya selama bersama mereka.

(9)

12. Keluargaku di kost (Dream Camp) : Irma, Kak Icha, John, Jandri, Adek Agnes, Martin, Erick, Ricky, Franklin, Frans, Jefri, Khairo, dan Berlin yang selalu membantu dan memberi semangat,

13. Teman-teman mahasiswa/i FKM-USU angkatan 2006, Dewi, Sairama, Purnama, Josua, Berkat, Bernido, Roy A., Roy C., Samuel, Efrata, Jhonson, dan lain-lain, khususnya anak-anak gizi angkatan 2006, Paulina, Ade, Khandila, Helvana, Dian, Dewinta, Dede, dan lain-lain, serta

14. Kak Fourgelina, Kak Yanthi, Kak Rilma, Kak Ria, Kak Netty, Kak Ayu, Adek Evia, Adek Octa, dan semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam doa, dukungan, dan kerja samanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Walaupun sudah berusaha dengan maksimal, namun saya menyadari ketidaksempurnaan skripsi ini. Saya mengharapkan dengan tangan terbuka saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2010

(10)

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... 9

2.2.4. Porsi Makan ... 10

2.2.5. Bahan Makanan ... 11

2.2.6. Pengaturan Makanan Untuk Balita ... 12

2.2.7. Kebutuhan Zat Gizi pada Balita ... 14

2.3. Penyuluhan ... 15

2.3.1. Pengertian Penyuluhan Gizi ... 15

2.3.2. Proses Adopsi dalam Penyuluhan ... 16

2.3.3. Metode dan Media dalam Penyuluhan ... 17

2.3.3.1. Metode Penyuluhan... 17

2.3.3.2. Media Penyuluhan... 18

2.3.4. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku... 21

2.3.5. Kekuatan yang Mempengaruhi Penyuluhan ... 22

(11)

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

4.2.4. Penghasilan Rumah Tangga Responden ... 42

4.3. Gambaran Umum Balita Responden ... 42

4.4. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 43

4.5. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Sikap Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 45

4.6. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Tindakan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 48

4.7. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Konsumsi Zat Gizi Balita 50 BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 52

5.2. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Sikap Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 55

5.3. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Tindakan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 58

(12)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kuisioner Penelitian

Food Recall Frequency

(13)

Tabel 2.1. Daftar Pemberian Makanan Anak Balita ... 14 Tabel 2.2. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari ... 14 Tabel 3.1. Daftar Komponen Objek Pengetahuan Ibu Terhadap

Perilaku Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita ... 31 Tabel 3.2. Daftar Komponen Objek Sikap Ibu Terhadap Perilaku

Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita ... 32 Tabel 3.3. Daftar Komponen Objek Tindakan Ibu Terhadap Perilaku

Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita ... 32 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Ramunia-I

Kecamatan Pantai Labu Tahun 2009 ... 40 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa

Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2009 ... 40 Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Umur di Desa Ramunia-I

Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Desa Ramunia-I

Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan di Desa

Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.7. Distribusi Balita Responden berdasarkan Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu

Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.8 Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-testdan Post-testPengetahuan

Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 44 Tabel 4.9. Peningkatan pengetahuan per item pertanyaan ... 45 Tabel 4.10 Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-testdan Post-testSikap Ibu

dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 46 Tabel 4.11. Peningkatan sikap per item pernyataan ... 47 Tabel 4.12 Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-testdan Post-testTindakan

Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita ... 48 Tabel 4.13. Peningkatan tindakan per item pernyataan ... 49 Tabel 4.14. Rata-rata Jumlah Zat Gizi yang Dikonsumsi Balita menurut

(14)

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26 Gambar 3.1. Garis Waktu (Time Line) Penelitian ... 29 Gambar 4.1. Diagram Pengetahuan Ibu Tentang Penyediaan Menu Seimbang

untuk Balita Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi ... 44 Gambar 4.2. Diagram Sikap Ibu Tentang Penyediaan Menu Seimbang untuk

Balita Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi ... 46 Gambar 4.3. Diagram Tindakan Ibu Tentang Penyediaan Menu Seimbang

(15)

Menu seimbang sangat penting terutama pada awal pertumbuhan balita. Pengetahuan ibu yang rendah tentang penyediaan menu seimbang untuk balita dapat berpengaruh terhadap pemberian makanan anak balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan one pre- and post-test group. Perlakuan adalah penyuluhan gizi berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan diberikan. Jumlah sampel adalah sebanyak 42 orang ibu. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizi tentang penyediaan menu seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan gizi adalah cukup (71,43%), sesudah penyuluhan gizi sikap ibu menjadi baik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik sebanyak 14,29%, sesudah penyuluhan gizi menjadi 42,86%. Hasil uji menunjukkan ada perbedaan sesudah perlakuan, yaitu pengetahuan dengan nilai t=-24,065 dan p=0,000; sikap dengan nilai t=-15,829 dan p=0,000; dan tindakan dengan nilai t=-3,629 dan p=0,001.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang, yaitu terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas promosi kesehatan dapat memberikan penyuluhan berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita sebagai salah satu metode untuk memberitahukan informasi baru dan juga untuk mempromosikan kesehatan balita kepada para ibu.

(16)

Balanced diet is very important especially in the early development of under five children. Low maternal knowledge about providing balanced diet for under five children may influence the suplying of food for under five children.

This research aims to determine the influence of nutritional extension on maternal behavior in providing balanced diet for children under five in Ramunia-I Village, Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang Regency at 2010. This research is a quasi experimental with one group pre-and post-tests. Treatment is nutritional extension in the form of lectures, distribution of leaflets, and demo-balanced diet for under five children. The measurement was performed twice before and after extension is given. The samples are as many as 42 mothers. Analysis of the results was done by using paired sample t-test.

The results showed the maternal knowledge before nutritional extension about providing balanced diet for under five children is enough (78.57%), after extension is into good nutritional knowledge (90.48%). Maternal attitude before extension is enough (71.43%), after extension is into good attitude (71.43%). Maternal actions before nutritional extension is good as much as 14.29%, after nutritional extension to 42.86%. The test results showed difference after treatment, namely knowledge with t 24.065 and p = 0.000; attitude with t 15.829 and p = 0.000; and action with t =-3.629 and p = .001.

The conclusion of research is that, there is the influence of nutritional extension on maternal behavior in the providing balanced diet for under five children, namely an increase of knowledge, attitudes and actions in the providing balanced diet for under five children. Suggestions from this research is to health promotion officers can provide extension in the form of lectures, distribution of leaflets, and demo-balanced diet for under five children as one method to inform the new information and also to promote the health of under five children to their mothers.

(17)

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

(18)

gizi membuat daya tahan tubuh berkurang. Beberapa penelitian menyimpulkan 54% kematian bayi dan balita dilatarbelakangi oleh faktor gizi (Depkes, 2007).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, awal Maret 2008, jumlah balita penderita malnutrisi pada tahun 2007 di Indonesia adalah 4,1 juta jiwa. Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 775 ribu termasuk kategori resiko gizi buruk. (Safawi, 2009).

Menurut data Survei Ekonomi Nasional pada tahun 2005, terdapat 28% dari jumlah anak Indonesia menderita gizi kurang, 8,8% diantaranya gizi buruk. Di Sumatera Utara ditemukan adanya penurunan jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk dari tahun 2003 sampai tahun 2005, yakni pada tahun 2003 jumlah gizi kurang sebanyak 18,59% dan jumlah anak gizi kurang buruk sebanyak 12,35%, sedangkan pada tahun 2005 jumlah anak gizi kurang sebanyak 18,28% dan jumlah anak gizi buruk sebanyak 10,5. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Sumut pada 2007 lalu, kasus gizi buruk ini mencapai 4,4 persen dan gizi kurang ada 18,8 persen (Ramadhan, 2010).

Sementara pada hasil rekapitulasi penimbangan balita sejumlah 4.412 orang di Puskesmas Pantai Labu ternyata masih ditemui balita yang di bawah garis merah (BGM) sebanyak 90 orang atau sekitar 2,04% selama tiga bulan terakhir yakni pada bulan Oktober, November, dan Desember 2009. Terdapat anak balita di Desa Ramunia yang kurus yaitu 19 orang atau sekitar 23% dari 83 orang.

(19)

misalnya terkadang balita hanya diberi makan nasi dengan ikan sebagai lauk tanpa ada sayur atau buah apalagi susu. Bahkan jumlahnya juga tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kontribusi zat gizi yang dikonsumsi anak balita baik energi maupun protein yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangannya. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang penyediaan menu yang seimbang kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya penyebarluasan informasi dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di daerah ini.

Keadaan ekonomi dan budaya masyarakat memegang peranan yang tak kalah penting. Di Desa Ramunia-I masih didominasi oleh masyarakat suku Melayu, dan beberapa suku pribumi yang lain. Kebanyakan ibu mengikuti kebiasaan yang terdahulu sebagai suatu budaya, sementara menurut ilmu pengetahuan yang telah berkembang sekarang hal itu tidak tepat, misalnya dalam penyediaan makanan bagi balita. Ada kebiasaan memberi makan pisang kepada bayi yang baru saja lahir, padahal proses cerna tubuh bayi belum sempurna. Akibatnya bayi/balita rentan terhadap gangguan kesehatan. Sementara, keadaan ekonomi di Desa Ramunia-I tergolong menengah ke bawah akibatnya penghasilan masyarakat yang diperoleh digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-hari. Di sisi lain, animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik masih terabaikan.

(20)

pertumbuhan balita, yaitu saat preferensi balita terhadap makanan sedang dibentuk (Prita, 2009).

Metode ceramah dapat dipakai pada sasaran dengan tingkat pendidikan rendah maupun tinggi, dan pada waktu penyuluhan dilakukan sasaran bisa berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Leaflet dipilih sebagai media karena mudah disimpan, ekonomis, dan bisa berfungsi sebagai remainder bagi sasaran. Demo menu seimbang untuk balita dilakukan sebagai alat bantu untuk mempermudah responden dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan. Karena menurut Elgar Dale dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari (2008) dengan judul pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok dapat disimpulkan bahwa intervensi yang diberikan berupa penyuluhan dan pembagian leaflet mampu mempengaruhi perilaku ibu . Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan hasil pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah perlakuan.

1.2 Rumusan Masalah

(21)

terhadap Perilaku Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui kecukupan gizi balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak petugas kesehatan di Puskesmas Pantai Labu agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan gizi di Posyandu.

(22)

2.1. Balita

Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).

1. Karakteristik Batita

(23)

2. Karakteristik Usia Pra-sekolah

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.

Karakteristik anak pra-sekolah ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak. Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi-geligi, otot, serta jaringan lemak, darah, dan lainnya. Sedangkan kemampuan motorik dan emosional anak mencakup sikap anak dalam lingkungan, gerakan anggota badan, serta kemampuan intelektual anak seperti menyebutkan nama atau bercerita lainnya.

2.2 Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita

2.2.1. Pengertian Makanan bagi Balita

Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, dan bergizi artinya makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan: 1. Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh

anak sedang berkembang pesat.

(24)

3. Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat pembangun terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi kecerdasan walaupun tak secara signifikan.

2.2.2. Pola Makan Sehat dan Seimbang

Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanannya serta mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola pangan (Suhardjo, 2003).

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004). Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan daya toleran si anak. Dengan kata lain menu seimbang adalah menu yang kebutuhan gizinya sudah disesuaikan dengan golongan usia balita.

(25)

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengetahuan Gizi Ibu

Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Sapoetra, 1997).

Menurut Suhardjo (1989), bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.

2. Pendidikan Ibu

Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengetahuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya.

Pendidikan gizi ibu bertujuan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Dari hal tersebut dapat disumsikan bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada balita relatif tinggi bila pendidikan ibu tinggi (Depkes RI, 2010).

3. Pendapatan Keluarga

(26)

perbaikan pada susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian besar pendapatan tambahan tersebut untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentase dari pendapatan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis bahan pangan lain (Berg, A &Sajogyo, 1986).

2.2.4. Porsi Makanan

Menurut Lia Amalia yang dikutip oleh Komsatiningrum (2009), porsi makan bagi orang dewasa dan balita sangatlah jauh berbeda, porsi makan anak balita lebih sedikit karena kebutuhan gizi esensial jumlahnya lebih sedikit yang harus dipenuhi. Selain itu karakteristik pertumbuhan dan aktivitasnya juga berbeda. Porsi makan bagi anak balita harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur makanannya agak lunak agar mudah dicerna, memberikan rasa kenyang.

Makanan selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi makan utama yang dikonsumsi belum mencukupi. Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalu kenyang makan makanan selingan. Pemilihan makanan selingan disesuaikan dengan fungsinya yaitu:

1. Mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang pada saat pemberian makan pagi, siang, sore.

(27)

3. Mengatasi masalah anak yang sulit makan nasi.

4. Untuk mencukupi kebutuhan kalori terutama pada anak yang banyak melakukan aktivitas.

2.2.5. Bahan Makanan

Bahan makanan bagi anak balita harus dipilih yang tidak merangsang, rendah serat, dan tidak mengandung gas. Penggunaan rempah yang merangsang seperti cabai, asam sebaiknya dihindari, penambahan vetsin sebaiknya dihindari dan sebaiknya menggunakan garam dan gula yang tidak membahayakan tubuh.

Menu Empat Sehat Lima Sempurna sangat baik diberikan kepada balita, di dalam menu ini digunakan berbagai jenis bahan makanan yang terdiri atas:

1. Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok memegang peranan penting, biasa dihidangkan pada waktu makan pagi, siang, dan malam. Pada umumnya bahan makanan pokok jumlahnya (kuantitas/volume) lebih banyak dibanding bahan makanan lainnya. Bahan makanan pokok merupakan sumber energi dan mengandung banyak karbohidrat. Jenis bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi adalah beras, jagung, gandum, sagu, umbi-umbian.

2. Bahan makanan lauk pauk

(28)

3. Bahan makanan sayur mayur

Dalam hidangan orang Indonesia sayur mayur sebagai teman makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan. Bahan makanan sayuran biasa berasal dari berbagai jenis tumbuhan seperti batang, daun, bunga, umbi, buah muda. Bagi balita sebaiknya diberikan sayuran yang kadar seratnya tidak terlalu tinggi. Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun jika mengalami pemanasan maka zat gizi yang terdapat di dalamnya dapat rusak atau berkurang.

4. Bahan makanan buah-buahan

Buah biasanya di hidangkan dan disantap terakhir kali dalam suatu acara makan, umumnya buah yang dipilih buah yang matang dan berasa manis. Buah-buahan merupakan sumber vitamin bagi tubuh dan zat pengatur.

5. Susu

Susu adalah cairan berwarna putih yang dikeluarkan oleh kelenjar susu. Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Istilah untuk air susu manusia adalah air susu ibu (ASI) dan susu yang bukan berasal dari manusia disebut pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa berasal dari hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda. Susu merupakan minuman yang baik bagi balita, selain itu air putih juga baik diberikan. Susu dapat diperoleh dalam berbagai bentuk yaitu bubuk dan cair (Soegeng Santoso, 2004).

2.2.6. Pengaturan Makanan Untuk Balita

(29)

1. Menentukan jumlah kebutuhan zat gizi dengan menggunakan data tentang kebutuhan zat gizi.

2. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi zat gizi dari berbagai macam bahan makanan.

3. Menentukan jadwal waktu makan dan menentukan hidangan. Perlu pula ditentukan cara pemberian makan.

4. Memperhatikan masukan yang terjadi terhadap hidangan tersebut.

Perlu dipertimbangkan kemungkinan faktor kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu makanan. Perhatikan pula bila ia betul-betul terjadi keadaan anoreksia. Bila tidak terdapat sisa makanan, mungkin makanan yang diberikan jumlahnya kurang.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat adalah umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan.

Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas, umumnya tidak akan banyak terjadi kekeliruan dalam mengatur makan untuk seorang anak balita. Pada umumnya kepada anak balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa, yaitu 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack).

(30)

Tabel 2.1 Daftar Pemberian Makanan Anak Balita

Umur balita Macam makanan Pemberian dalam sehari (kali)

 Kalau ASI sudah berkurang dapat diberikan 4 sendok makan peres susu bubuk dalam air matang menjadi 200 ml dan dapat ditambahkan 1 sendok teh gula.

 Makanan keluarga yang lembek, mudah dicerna, dan tidak pedas.  Makanan kecil berupa biskuit, bubur kacang hijau, dan lain-lain.

Sebaiknya jangan diberikan makanan yang terlalu manis (coklat, permen, dan lain-lain) atau yang terlalu gurih atau yang berlemak (Husaini, Yayah, 1999).

2.2.7. Kebutuhan Zat Gizi pada Balita

Menurut Uripi (2004) kebutuhan zat gizi pada balita adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas dan tinggi badan.

Kebutuhan zat gizi pada balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Kebutuhan energi dan protein balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi (1998) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari.

(31)

mempertahankan jaringan yang telah ada. Makan makanan yang beraneka ragam menunjang terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi balita. Konsumsi pangan yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor yang menentukan agar proses tumbuh kembang anak balita menjadi optimal dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat (Depkes RI, 2000).

2.3. Penyuluhan

2.3.1 Pengertian Penyuluhan Gizi

Istilah penyuluhan sering kali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara populer penyuluhan lebih menekankan “bagaimana”, sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. Ia merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif (Suhardjo, 2003).

(32)

2.3.2 Proses Adopsi dalam Penyuluhan

Berbicara tentang penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik dan mengikuti apa yang kita suluhkan dengan baik dan benar atas kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya.

Menurut penelitian Rogers (1974), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah sebagai berikut : 1. Tahap sadar (awarness), pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu

yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.

2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci.

3. Tahap menilai (evaluation), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbang-nimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung, baik dari segi sosial maupun ekonomis.

4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skala kecil sebagai upaya mencoba untuk meyakinkan apakah dapat dilanjutkan.

(33)

2.3.3. Metode dan Media Penyuluhan

2.3.3.1. Metode Penyuluhan

Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada tiga :

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu ada juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

(34)

interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.

Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah.

3. Metode berdasarkan pendekatan massal.

Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi, dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan dalam memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman sesama peserta penyuluhan.

2.3.3.2. Media Penyuluhan

(35)

1. Leaflet

Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan leaflet antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat membeerikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

Sementra itu, ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.

2. Flif chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

(36)

3. Film dan Video

Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah : dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.

Sementara itu kelemahan media ini antara lain : memerlukan sambungan lisrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli yang profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya.

4. Slide

Keunggulan media ini antara lain : dapat memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan keterbatasan menggunakan media antara lain : memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, dan memerlukan ruangan yang sedikit gelap.

5. Transparansi OHP

(37)

Sementara itu kelemahan media ini adalah : memerlukan aliran listrik, sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat menghalangi pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat duduk komunikan yang tidak baik.

6. Papan Tulis

Keunggulan menggunakan papan tulis yaitu : murah dan efisien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali, tidak perlu ruang gelap. Kelemahannya adalah terlalu kecil untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih leaflet dan slide sebagai media dalam penyuluhan karena keunggulannya serta sedikitnya faktor keterbatasan yang dimiliki.

2.3.4. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.

(38)

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

2.3.5. Kekuatan yang Mempengaruhi Penyuluhan

Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal, oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan, di antaranya sebagai berikut :

1. Keadaan pribadi sasaran

(39)

pengetahuan, keterampilan dana, sarana, dan pengalaman, serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan. 2. Keadaan lingkungan fisik

Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.

3. Keadaan sosial budaya masyarakat

Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan, karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun, dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.

4. Keadaan dan macam aktivitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang kegiatan penyuluhan. Ada tidaknya peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektivitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.

2.4. Tinjauan Tentang Perilaku

2.4.1. Pengetahuan Gizi

(40)

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya. Demikian juga pada remaja putri yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia akan dapat menetukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsinya. Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya tingkat pndidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan (sayuran dan buah), serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi menurut Suhardjo (2003), didasarkan pada tiga kenyataan :

1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

2.4.2. Sikap (Attitude)

(41)

reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003).

2.4.3. Tindakan (Practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini menurut Notoatmodjo (2005) dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau seseorang yang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.

(42)

2.5 Kerangka Konsep

Pre-test Post-test

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Untuk mengukur perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita (pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu) dilakukan pre-test. Kemudian sebagai intervensi dilakukan penyuluhan berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita. Dan untuk melihat sejauh mana pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita dilakukan post-test.

2.6 Hipotesis Penelitian

a. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang penyediaan menu seimbang untuk balita.

Penyuluhan Gizi : - Ceramah - Leaflet

- Demo menu seimbang untuk balita

Perilaku Ibu tentang Menu Seimbang - Pengetahuan Ibu - Sikap Ibu

- Tindakan Ibu

Perilaku Ibu tentang Menu Seimbang - Pengetahuan Ibu - Sikap Ibu

(43)

b. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap sikap ibu tentang penyediaan menu seimbang untuk balita.

(44)

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan desain quasi experiment(eksperimen semu), dengan rancangan one group pre- and post-test yaitu sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, tujuannya untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Perbedaan antara O1 dan O2

diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau eksperimen (Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

O1 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen, yaitu pre-test yang dilakukan

satu hari sebelum penyuluhan gizi.

tx = Eksperimen berupa penyuluhan gizi dengan metode ceramah, pembagian

leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita.

O2 = Observasi sesudah eksperimen, yaitu post-test yang dilakukan pada waktu 2

minggu sesudah penyuluhan gizi.

(45)

Adapun garis waktu (time line) dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Garis Waktu (Time Line) Penelitian

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Adapun pertimbangan yang menyebabkan peneliti memilih lokasi tersebut karena di daerah tersebut sebagian besar keluarganya merupakan keluarga muda dengan tingkat ekonomi yang beragam, sehingga mudah untuk mendapatkan ibu yang memiliki anak balita. Selain itu terdapat 19 anak balita yang kurus di daerah ini yang mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan gizi ibu tentang penyediaan menu seimbang. Serta belum pernah dilakukan penyuluhan gizi dengan metode ceramah, pembagian leaflet, dan demo tentang penyediaan menu seimbang untuk balita.

3.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian mulai Februari-Agustus 2010. Pre-test

1 hari sebelum penyuluhan gizi

Penyuluhan gizi : ceramah, pembagian pembagian leaflet, dan

demo menu seimbang untuk balita

Post-test

(46)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 sampai 5 tahun di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 43 orang ibu.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 sampai 5 tahun di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 (total sampling).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu-ibu dengan menggunakan kuesioner yang meliputi identitas responden, yaitu nama, tempat/tanggal lahir (umur), pekerjaan, pendidikan, serta pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita sebelum dan sesudah intervensi.

3.4.2 Data sekunder

(47)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa formulir food recall, leaflet, demo dan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup dan yang disusun secara terstruktur. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu yang ada hubungannya dengan penyediaan menu seimbang untuk balita. Adapun kuesioner tersebut tersusun dari kelompok-kelompok item sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Untuk melihat tingkat pengetahuan ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita, diberikan 15 item pertanyaan tentang penyediaan menu seimbang untuk balita. Daftar komponen objek pengetahuan yang akan dipertanyakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Komponen Objek Pengetahuan Ibu Terhadap Perilaku Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita

No. Komponen Objek Pengetahuan Jumlah

1. Pengertian makanan bergizi 1

2. Pengertian menu seimbang 1

3. Susunan hidangan makanan balita 1

4. Bahan makanan yang menjadi sumber kalori 1

5. Bahan makanan yang menjadi sumber protein 1

6. Bahan makanan yang menjadi sumber vitamin dan mineral 1

7. Manfaat makanan bagi balita 1

8. Keteraturan/ jadwal memberikan makanan pada balita 1

9. Usia memberikan makanan tambahan 1

10. Cara mencuci bahan makanan 3

11. Garam 2

(48)

2. Sikap

Untuk melihat bagaimana sikap ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita, diberikan 15 item pernyataan tentang penyediaan menu seimbang untuk balita. Daftar komponen objek sikap yang akan dipertanyakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Daftar Komponen Objek Sikap Ibu Terhadap Perilaku Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita

No. Komponen Objek Sikap Jumlah

1. Makanan lengkap dan beraneka ragam 4

2. Menu bagi balita harus selalu diganti 1

3. Bahan makanan bagi balita 1

4. Porsi makanan bagi balita 2

5. Makanan selingan bagi balita 1

6. Cuci tangan 1

7. Garam 1

8. Pertimbangan makanan yang disukai balita 1

9. Makanan sehat dan bergizi harus mahal 1

10. Waktu pemberian makan 1

11. Keutamaan makanan balita dari anggota keluarga yang lain 1

JUMLAH 15

3. Tindakan

Untuk melihat bagaimana tindakan ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balitanya, diberikan 15 item pernyataan tentang penyediaan menu seimbang untuk balita. Daftar komponen objek tindakan yang akan dipertanyakan adalah sebagai berikut :

5. Lauk pauk hewani dan nabati 1

(49)

7. Susu bagi balita 1

8. Makanan yang mudah dicerna balita 1

9. Bumbu makanan 1

10. Cara penyediaan makanan balita 3

11. Keutamaan makanan balita 1

12. Jajan sembarangan 1

13. Makanan selingan 1

JUMLAH 15

3.6 Aspek Pengukuran

1. Tingkat pengetahuan

Pada komponen pengetahuan terdapat 15 item pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban skala Likert yaitu benar, hampir benar, dan salah. Diberi skor 2 untuk jawaban benar, skor 1 untuk jawaban hampir benar, dan skor 0 untuk jawaban salah. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 0.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000) :

a. Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai > 20.

b. Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai 11-20.

c. Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai < 11.

2. Sikap

(50)

skor 0 untuk jawaban setuju dan skor 1 untuk jawaban tidak setuju. Total skor tertinggi adalah 15 dan terendah adalah 0.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000) :

a. Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap, dengan nilai > 10

b. Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 6-10.

c. Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap, dengan nilai < 6.

3. Tindakan

Komponen tindakan terdiri dari 15 pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban berskala Likert yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak Pernah. Nilai untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, dan 15 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang selalu dilakukan, 3 untuk tindakan yang sering dilakukan, 2 untuk tindakan yang kadang-kadang dilakukan, dan 1 untuk tindakan yang tidak pernah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 9 dan 13 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang tidak pernah dilakukan, 3 untuk tindakan yang kadang-kadang dilakukan, 2 untuk tindakan yang sering dilakukan, dan 1 untuk tindakan yang selalu dilakukan. Skor tertinggi adalah 60 dan terendah adalah 15.

Berdasarkan kriteria di atas tindakan dikategorikan atas 2, yaitu :

(51)

b. Tidak baik, bila nilai responden ≤ 50% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang tindakan, dengan nilai ≤30.

3.7 Defenisi Operasional

1. Penyuluhan gizi adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang penyediaan menu seimbang bagi balita kepada ibu dengan menggunakan metode ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita. 2. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan

dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi balita guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangannya. Atau menu yang kebutuhan gizinya sudah disesuaikan dengan golongan usia balita.

3. Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan daya toleran si anak.

4. Penyediaan menu seimbang adalah bagaimana ibu dalam mengatur makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai kebutuhan gizi balita.

5. Empat Sehat Lima Sempurna adalah menu lengkap terdiri dari nasi atau makanan pokok, lauk, sayur, buah dan agar menjadi sempurna ditambahkan dengan susu.

6. Balita adalah anak yang berumur 1-5 tahun pada saat dilakukan penelitian. 7. Kecukupan zat gizi pada balita adalah jumlah konsumsi energi dan protein

(52)

8. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang penyediaan menu seimbang untuk balita.

9. Sikap ibu adalah respon atau tanggapan ibu tentang penyediaan menu seimbang untuk balita.

10. Tindakan ibu adalah aktivitas yang dilakukan ibu sehubungan dengan penyediaan menu seimbang untuk balita.

3.8 Tahapan Penelitian

1. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian yang dilakukan di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

2. Menyusun rencana intervensi

Penyusunan rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan instrumen penelitian (kuesioner, formulir frekuensi makanan, demo, dan leaflet).

3. Pengumpulan data tahap pertama (pre-test)

(53)

4. Pelaksanaan intervensi

Intervensi berupa penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet, dan demo makanan tentang menu seimbang untuk balita kepada ibu-ibu. Ceramah dilakukan selama 45 menit sebanyak 1 kali dengan materi “Makan Sehat, Balita Ceria, Ibu Senang” yang telah disiapkan dan disertai pembagian leaflet. Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan berdiskusi dengan para ibu tentang apa yang ingin mereka pertanyakan seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan hal tersebut. Kemudian dilakukan demo tentang menu seimbang untuk balita. Demo yang dilakukan adalah menunjukkan contoh menu yang sudah disediakan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum diadakan penyuluhan dengan menggunakan bahan yang tersedia di warung dan banyak terdapat di desa tersebut. Contoh menu yang ditunjukkan antara lain: nasi goreng, telur mata sapi, timun iris (menu sarapan); pisang goreng (menu selingan pagi); nasi putih, tahu/tempe goreng, sayur bayam direbus, jambu (menu makan siang); jagung rebus (menu selingan sore); nasi putih, udang sambal, daun ubi tumbuk, dan pisang (menu makan malam). Dan menu tersebut dicantumkan pada leaflet. Dan setelah acara penyuluhan selesai, semua makanan yang dicontohkan tersebut dibagikan kepada anak-anak balita. Namun ternyata tidak semuanya disukai oleh balita, ada beberapa jenis yang tersisa, seperti sayur bayam.

5. Pengumpulan data tahap kedua (post-test)

(54)

dilakukan di balai desa. Kuesioner yang diberikan saat post-test adalah kuesioner yang sama denganpre-test.

6. Kemudian dilakukan pula observasi pasca penyuluhan yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang bagi balita dengan metode recall.

7. Pengolahan data dilakukan dengan editing dan koding serta dilanjutkan dengan entri data dengan menggunakan komputer. Selanjutnya dilakukan analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

3.9 Analisis Data

(55)

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Desa Ramunia-I berada di wilayah Kccamatan Pantai Labu yang terdiri atas tiga dusun dengan luas 330 Ha dan sebagian besar merupakan areal persawahan. Jarak antara Desa Ramunia-I dengan Puskesmas Pantai Labu adalah 4 km. Letak desa ini tidak terlalu jauh dari daerah pantai sehingga cenderung beriklim panas.

Batas wilayah Desa Ramunia-I sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Pantai Labu Baru/Desa Pekampungan Ramunia. - Sebelah Selatan : Desa Sidoarjo II.

- Sebelah Barat : Desa Ramunia II/Desa Perkampungan Ramunia. - Sebelah Timur : Benteng Sungai Kenang

4.1.2. Data Demografi

Berdasarkan data yang didapat dari kantor Kepala Desa Ramunia-I terdapat jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 881 jiwa dengan rincian 435 jiwa laki-laki dan 446 jiwa perempuan serta 216 kepala keluarga.

(56)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2009

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 0-1 29 3,29

2. 1-5 83 9,24

3. 6-15 185 20,99

4. 16-21 142 16,12

5. 22-59 403 45,74

6. 60 39 4,43

Jumlah 881 100,00

Sumber : Profil Desa Ramunia-I Tahun 2009

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk di Desa Ramunia-I terbanyak pada kelompok umur 22-59 tahun sebanyak 403 orang (45,74%).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 435 49,38

2. Perempuan 446 50,62

Jumlah 881 100,00

Sumber : Profil Desa Ramunia-I Tahun 2009

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak di banding laki-laki, yaitu sebanyak 446 orang (50,62%).

4.2. Gambaran Umum Responden

Dalam penelitian ini seharusnya jumlah responden adalah sebanyak 43 orang, namun karena pada saat dilakukan penyuluhan ada seorang yang tidak dapat hadir dengan alasan sedang pergi ke rumah saudara, maka yang menjadi responden pada penelitian ini selanjutnya adalah 42 orang.

(57)

4.2.1. Umur Responden

Dalam penelitian ini sebagian besar responden berumur 19-35 tahun yaitu sebanyak 36 orang (85,71%), dan hanya 6 orang (14,29%) saja yang berumur >35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden masih tergolong usia subur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Umur di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010

No. Umur(tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 19-35 36 85,71

2. > 35 6 14,29

Jumlah 42 100,00

4.2.2. Pendidikan Responden

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SD/Madrasah Ibtidaiyah yaitu sebanyak 23 orang (54,76%). Dapat dikatakan umumnya tingkat pendidikan responden di Desa Ramunia-I masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD/Madrasah Ibtidaiyah 23 54,76

2. SLTP/Madrasah Tsanawiyah 11 26,19

3. SLTA/Madrasah Aliyah/Kejuruan 6 14,29

4. Diploma I/II/III 1 2,38

5. Sarjana 1 2,38

Jumlah 42 100,00

4.2.3. Pekerjaan Responden

(58)

(2,38%) yang bekerja sebagai petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Pegawai Negeri Sipil 2 4,76

2. Wiraswasta/Pedagang 7 16,67

3. Petani 1 2,38

4. Buruh/Karyawan 5 11,90

5. Ibu Rumah Tangga 27 64,29

Jumlah 42 100,00

4.2.4. Penghasilan Rumah Tangga Responden

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki penghasilan ≥ Rp. 905.000, yaitu sebanyak 27 orang (64,29%). Dapat dikatakan bahwa umumnya responden sudah memiliki penghasilan yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010

No. Penghasilan (Rp.) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. < 905.000 15 35,71

2. ≥ 905.000 27 64,29

Jumlah 42 100,00

4.3. Gambaran Umum Balita Responden

(59)

Tabel 4.7. Distribusi Balita Responden berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Tahun 2010 No. Kelompok

Umur (bulan)

Jenis Kelamin

N %

Laki-laki % Perempuan %

1. 12-24 8 19,05 11 26,19 19 45,24

2. 25-36 1 2,38 5 11,90 6 14,28

3. 37-59 9 21,43 8 19,05 17 40,48

Jumlah 18 42,86 24 57,14 42 100,00

4.4. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat adanya perubahan tingkat pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan gizi berupa ceramah, pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita kepada responden. Perbedaan tingkat pengetahuan ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan kepada responden sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang penyediaan menu seimbang untuk balita. Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan gizi adalah kategori cukup sebanyak 33 orang (78,57%), sementara kategori baik hanya 3 orang (7,14%) dan kategori kurang sebanyak 6 orang (14,29%). Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat pengetahuan responden tentang penyediaan menu seimbang untuk balita sebelum penyuluhan gizi masih rendah.

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Pemberian Makanan Anak Balita
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Garis Waktu (Time Line) Penelitian
Tabel 3.1 Daftar Komponen Objek Pengetahuan Ibu Terhadap Perilaku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Balita Di Desa Sedayu Wilayah Kerja Puskesmas Jumantono.. Program Studi DIV Bidan Pendidik

Perilaku yang tidak berubah, dimana sudah diberikan pengetahuan terkait gizi seimbang dan cara menyiapkan makanan pada balita, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Pada Balita di posyandu Bulurejo, Puskesmas Sampung, Kabupaten

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) meningkatnya pengetahuan ibu-ibu Paud Dukuh Pakis Tirtosari tentang gizi seimbang pada balita serta olahan pangan

Uji tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap dari ibu balita mengenai gizi sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan kesehatan dengan

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang adalah cukup yaitu sejumlah 22 responden 57,9% untuk status gizi balita sebagian besar

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti tentang pengaruh pemberian penyuluhan tentang gizi seimbang untuk mencegah stunting terhadap peningkatan pengetahuan ibu-ibu Desa

Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan penyuluhan gizi seimbang pada ibu-ibu Dasawisma Tulip di Kelurahan Bukit Datuk Dumai penting dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan