• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berat Molekul Kitosan Nanopartikel Sebagai Penyalut Vitamin E Untuk Menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) Dalam Minyak Goreng Curah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Berat Molekul Kitosan Nanopartikel Sebagai Penyalut Vitamin E Untuk Menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) Dalam Minyak Goreng Curah"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN

NANOPARTIKEL SEBAGAI PENYALUT

VITAMIN E UNTUK MENYERAP ASAM

LEMAK BEBAS (ALB) DALAM

MINYAK GORENG CURAH

TESIS

Oleh SUYOTO 087006028/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN

NANOPARTIKEL SEBAGAI PENYALUT

VITAMIN E UNTUK MENYERAP ASAM

LEMAK BEBAS (ALB) DALAM

MINYAK GORENG CURAH

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh Suyoto 087006028/KM

(3)

Judul Tesis : PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN NANOPARTIKEL SEBAGAI PENYALUT VITAMIN E UNTUK MENYERAP ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DALAM

MINYAK GORENG CURAH Nama Mahasiswa : Suyoto

Nomor Pokok : 087006028 Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc.M.Phil) (Prof. Dr. Zul Alfian, MSc)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(4)

Telah diuji pada Tanggal 10 Mei 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc.M.Phil Anggota : 1. Prof. Dr. Zul Alfian, MSc

(5)

PERNYATAAN

Pengaruh berat molekul Kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah.

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka.

Medan, Penulis,

(6)

ABSTRAK

Kitosan merupakan salah satu medium yang digunakan sebagai penyerap (absorb-si) Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Pembuatan kitosan nanopartikel bertujuan untuk mengefektifkan daya serap (absorbsi) kitosan ter-hadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dengan cara mem-perluas permukaan kitosan tersebut. Teori kinetika laju reaksi menyatakan bah-wa semakin luas permukaan suatu zat, maka reaksi akan semakin cepat. Variasi konsentrasi larutan kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E diperlukan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa larutan kitosan nanopartikel yang bersalut vitamin E efektif untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Ternyata dari berat molekul sedang dan tinggi didapatkan bahwa kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E dengan berat molekul tinggi dan konsentrasi besar mempunyai daya serap yang lebih besar terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Analisa spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa panjang gelombang N - H = 3425,3 cm−1 ; C - H = 2877,6 cm−1 ; C = 0 = 1608,5 cm−1 ; C - N = 1390,9 cm-1. Data ini menun-jukkan bahwa terdapat senyawa kitosan dalam larutan tersebut. Analisa FESEM didapatkan permukaan kitosan nanopartikel yang lebih besar dan merata, sehing-ga memungkinkan untuk menyerap (mensehing-gabsorbsi) Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah.

(7)

ABSTRACT

Chitosan is one of the medium which is used as absorber of free fatty acids in palm oil. The making of chitosan nanoparticles is intended to make the absorbtive power of the chitosan effective on the free fatty acids in palm oil by expanding the surface of the chitosan. Kinetic theory of quick tealction states that the wider the surface of a substance the faster the reaction of the chitosan nanoparticles as the coat of vitamin E is needed to find out how mach chitosan nanoparticles solution coating vitamin E is effective to absorb free fatty acids in palm oil. It appears from the medium and high molecule weight that chitosan nanoparticles as the coat of vitamin E writh high molecule weight and great concentration has bigger absorb-tive power on free fatty acids in palm oil. Spectroscopic analysis FT IR shows that the length of wave N-H = 3425,3 cm-1 ; C-H = 2877,6 cm-1 ; C=O = 1608,5 cm-1 ; C-N = 1390,9 cm-1. This data shows that there is chitosan compound in the solution. The FESEM analysis is found wider and flat surface of chitosan nanoparticles that it is possible to absorb free fatty acids in palm oil.

Keyword : Chitosan, chitosan nanoparticle, chitosan nanoparticles as

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha mengatur dan memelihara alam beserta segala isinya dengan penuh rasa kasih dan sayangnya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul ”Pengaruh berat molekul Ki-tosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam Minyak goreng curah”.

Tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas dan ujian Sekolah Pascasarjana pada Ilmu Kimia USU Medan.

Secara khusus rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Pembimbing I dan II Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc.M.Phil dan Prof. Dr. Zul Alfian, MSc dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga selesainya tesis ini.

3. Ketua Sekolah Pascasarjana Kimia USU Medan Bapak Prof. Basuki Wirjosentono MS, PhD.

4. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Sekolah Pascasarjana Kimia USU Medan yang telah mendidik dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

(9)

se-Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak hingga sempurnya tesis ini dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Deli Serdang, 6 Maret 1965, merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Podo dan Ibu Mariah, mengawali pendidikan:

Penulis menjalani Sekolah Dasar Negeri Durin Sembelang Kecamatan Pan-cur Batu Kabupaten Deli Serdang,Lulus Tahun 1980. Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Lulus Tahun 1983. Seko-lah Menengah Atas SMA Negeri 1 Pancur Batu (SMA)Kabupaten Deli Serdang, Lulus Tahun 1986. Perguruan Tinggi FMIPA USU Jurusan Pend. Kimia D.III Lulus Tahun 1989, Universitas Terbuka (UT) Jurusan Pendidikan Kimia S1 Lulus Tahun 1998. sejak Januari 1990 s/d Juni 1997 Guru di SMA Negeri Kota Bakti Kabupaten Pidie, NAD , Guru di SMA Negeri 1 Gebang Kabupaten Langkat se-jak Juli 1996 s/d Maret 2006. sese-jak April 2006 s/d Desember 2008 Kepala SMA Negeri 1 Besitang Kabupaten Langkat, Kepala SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat sejak Januari 2009 s/d sekarang

(11)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 2

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Kitosan 4

(12)

2.1.4 Nanopartikel 8

2.1.5 Kitosan Nanopartikel 9

2.2 Vitamin E 10

2.2.1 Sumber Vitamin E 11

2.2.2 Manfaat Vitamin E 11

2.3 Lemak dan Minyak 12

2.3.1 Peranan dan Fungsi Lemak 13

2.3.2 Sumber dan Jenis Lemak 14

2.3.3 Sifat-Sifat Fisika Minyak dan Lemak 15

2.3.4 Sifat-Sifat Kimia Minyak dan Lemak 17

2.4 Pengujian Minyak atau Lemak 19

2.4.1 Bilangan Iodin 20

2.4.2 Bilangan Peroksida 20

2.4.3 Bilangan Asam Lemak Bebas 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24

3.1 Tahapan Penelitian 24

3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan 24

3.3 Prosedur Penelitian 25

3.3.1 Pembuatan Larutan Asam Asetat 1 % 25

3.3.2 Penyediaan Larutan Kitosan Dengan Berat Molekul Sedang Dan Berat Molekul Tinggi Dengan Variasi Persentase. 25

(13)

3.3.6 Penentuan Daya Serap Vitamin E Bersalut Kitosan nanopar-tikel Terhadap Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng

Curah. 27

3.4 Bagan Penelitian 27

3.4.1 Pembuatan Kitosan nanopartikel 0,25 % berat molekul

sedang 27

3.4.2 Pembuatan Film Kitosan nanopartikel 28

3.4.3 Penyediaan Vitamin E Bersalut Kitosan nanopartikel 28

3.4.4 Penentuan Daya Serap Vitamin E Bersalut Kitosan

nanopar-tikel dengan berat molekul sedang 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1 Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel berat molekul sedang

dan tinggi 30

4.2 Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dan vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel 31

4.3 Spektrum FT-IR Kitosan nanopartikel 32

4.4 Spektrum FT-IR pada vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel 33

4.5 Uji Miskroskopi (SEM) pada Kitosan nanopartikel 34

4.6 Uji Mikroskopi (SEM) vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 38

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Pemanfaatan Kitosan Pada Beberapa Industri 7

2.2 Bentuk dan Sifat Kitosan 8

4.1 Kitosan nanopartikel berat molekul sedang 30

4.2 Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi 30

4.3 Kitosan nanopartikel berat molekul sedang bersalut vitamin E 31

4.4 Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi bersalut vitamin E 31

4.5 Data FT-IR Kitosan Nanopartikel 32

4.6 Data FT-IR vitamin E bersalut kitosan nanopartikel 33

4.7 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel

berat molekul sedang 36

4.8 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel

berat molekul tinggi 37

4.9 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel

berat molekul sedang yang bersalut vitamin E 37

4.10 Kadar ALB dalam minyak goreng curaholeh Kitosan nanopartikel

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Kitosan, (Mazzarelli, 1977) 5

2.2 Struktur kimia vitamin E (Guyton & Hall 1996) 11

2.3 Tristearin 13

4.1 Grafik spektrum FT-IR Kitosan nanopartikel dengan berat molekul

sedang 32

4.2 Grafik spektrum FT-IR Kitosan nanopartikel dengan berat molekul

tinggi 33

4.3 Grafik spektrum FT-IR vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel

berat molekul sedang 34

4.4 Grafik spektrum FT-IR vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel

berat molekul tinggi 34

4.5 Foto SEM Kitosan nanopartikel dengan pembesaran 1.000 Kali 35

4.6 Foto SEM vitamin E disalut Kitosan nanopartikel dengan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kurva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul sedang

40

2. Kurva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul tinggi

40

3. urva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul sedang yang bersalut vitamin E

41

4. Kurva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul tinggi yang bersalut vitamin E

(17)

ABSTRAK

Kitosan merupakan salah satu medium yang digunakan sebagai penyerap (absorb-si) Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Pembuatan kitosan nanopartikel bertujuan untuk mengefektifkan daya serap (absorbsi) kitosan ter-hadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dengan cara mem-perluas permukaan kitosan tersebut. Teori kinetika laju reaksi menyatakan bah-wa semakin luas permukaan suatu zat, maka reaksi akan semakin cepat. Variasi konsentrasi larutan kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E diperlukan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa larutan kitosan nanopartikel yang bersalut vitamin E efektif untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Ternyata dari berat molekul sedang dan tinggi didapatkan bahwa kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E dengan berat molekul tinggi dan konsentrasi besar mempunyai daya serap yang lebih besar terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Analisa spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa panjang gelombang N - H = 3425,3 cm−1 ; C - H = 2877,6 cm−1 ; C = 0 = 1608,5 cm−1 ; C - N = 1390,9 cm-1. Data ini menun-jukkan bahwa terdapat senyawa kitosan dalam larutan tersebut. Analisa FESEM didapatkan permukaan kitosan nanopartikel yang lebih besar dan merata, sehing-ga memungkinkan untuk menyerap (mensehing-gabsorbsi) Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah.

(18)

ABSTRACT

Chitosan is one of the medium which is used as absorber of free fatty acids in palm oil. The making of chitosan nanoparticles is intended to make the absorbtive power of the chitosan effective on the free fatty acids in palm oil by expanding the surface of the chitosan. Kinetic theory of quick tealction states that the wider the surface of a substance the faster the reaction of the chitosan nanoparticles as the coat of vitamin E is needed to find out how mach chitosan nanoparticles solution coating vitamin E is effective to absorb free fatty acids in palm oil. It appears from the medium and high molecule weight that chitosan nanoparticles as the coat of vitamin E writh high molecule weight and great concentration has bigger absorb-tive power on free fatty acids in palm oil. Spectroscopic analysis FT IR shows that the length of wave N-H = 3425,3 cm-1 ; C-H = 2877,6 cm-1 ; C=O = 1608,5 cm-1 ; C-N = 1390,9 cm-1. This data shows that there is chitosan compound in the solution. The FESEM analysis is found wider and flat surface of chitosan nanoparticles that it is possible to absorb free fatty acids in palm oil.

Keyword : Chitosan, chitosan nanoparticle, chitosan nanoparticles as

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan banyaknya pulau-pulau, dari pulau yang terke-cil hingga yang terbesar, mencakup di wilayah daratan dan wilayah perairan. Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas merupakan sumber daya alam yang tidak habis-habisnya. Belum semua potensi kelautan yang ada telah dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan udang untuk keperluan konsumsi menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara komersial. Cangkang hewan invertebrata laut, terutama Crustacea mengandung kitin dalam kadar ting-gi, berkisar antara 20-60% tergantung spesies.

Kitin dan kitosan diakui sebagai biosorbent untuk penghilang logam be-rat. Salah satu bahan penghelat crustacean adalah kitosan, yang diperoleh dari senyawa kitin yang terdapat di kulit (cangkangnya) lalu dengan proses deaseti-lasi diubah menjadi kitosan (Purwaningsih, 1994). Kitosan dipelajari secara luas sebagai pengikat dari logam. Larutan inorganic anionic, bahan pencelup dan pestisida (Guibal, 2004). Menurut Rorrer (1993), gugusan amina pada rantai kitosan merupakan tempat penghelat untuk logam transisi pada β-1,4 glikosida bergabung dengan unit flukosamida yang tahan terhadap degradasi kimia dan biologi.

(20)

uku-2

ran nanopartikel mempunyai daya absorbsi yang tinggi jika dibandingkan dengan kitosan biasa, dan menurut Mukhlis (2009) penggunaan Kitosan nanopartikel mampu menyerap warna limbah tekstil.

Vitamin E dapat juga sebagai hidrofobik dan anti oksidan larut dalam lemak (Winarno, F.G, 1999). Minyak goreng komersial didapati mengandung vitamin E, untuk mencegah agar vitamin E tidak berkurang didalam lemak perlu diteliti bahan yang aman sebagai penyalut vitamin E.

Berdasarkan keadaan diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang ”Pengaruh berat molekul Kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah”.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh berat molekul kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng cu-rah.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi untuk vitamin E dengan variasi berat molekul sedang dan tinggi kitosan nanopartikel terhadap penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah.

1.4 Tujuan Penelitian

(21)

3

1.5 Manfaat Penelitian

Memberi informasi tentang kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang atau tinggi sebagai penyalut vitamin E lebih banyak menyerap Asam Lemak Be-bas (ALB) dalam minyak goreng curah.

1.6 Lokasi Penelitian

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

Budidaya udang telah berkembang dengan pesat, sehingga udang dijadikan komoditi eksport non migas yang dapat dihandalkan dan menjadikan biota laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya di ekspor dalam bentuk daging murni yang mana kepala, ekor dan kulitnya telah dibuang.

Limbah udang dapat dimanfaatkan menjadi senyawa kitosan. Namun sam-pai saat ini limbah tersebut belum diolah secara efisien, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan khususnya baunya dan estetika lingkungan yang buruk. Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha pengolahan udang be-rasal dari kepala, kulit dan ekor yang kulit udang mengandung protein (25% - 40 %), kitin (15% - 20 %) dan kalsium karbonat (45 % - 50 %) (Margahof, 2003).

Kandungan kitin dari kulit udang lebih sedikit dibandingkan dari kulit atau cangkang kepiting. Kandungan kitin pada limbah kepiting mencapai 50% - 60% sementara limbah udang menghasilkan 42% - 57%, sedangkan cumi-cumi dan kerang masing-masing 40% dan 14% - 15%.

Pada umumnya kitosan yang ada di Indonesia berasal dari Korea, India dan

(23)

5

Kitosan memiliki berat molekul rendah, sedang dan tinggi. Ini diperoleh berdasarkan sumber material kitinnya dan metode preparasinya (Muzzarelli, 1977).

Fauzan, A (1998) telah menggunakan kitosan dengan berat molekul sedang untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng dengan hasil 70% Asam Lemak Bebas (ALB) berkurang.

Cheung et,al, 2008, kitosan ukuran nanopartikel mempunyai daya absorbsi yang tinggi jika dibandingkan dengan kitosan biasa, dan menurut Mukhlis (2009) penggunaan kitosan nanopartikel mampu menyerap warna limbah tekstil.

Vitamin E dapat juga sebagai hidrofobik dan anti oksidan larut dalam lemak (Winarno, F, 1999). Minyak goreng komersial didapat mengandung vitamin E, untuk mencegah agar vitamin E tidak berkurang di dalam lemak perlu diteliti bahan yang aman sebagai penyalut vitamin E.

Berdasarkan keadaan diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang ”Pengaruh berat molekul Kitosan nanopartikel sebagai penyalut vitamin E untuk menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah”.

Gambar 2.1 Struktur Kitosan, (Mazzarelli, 1977)

2.1.1 Karakteristik Kitosan

(24)

6

2.1.2 Berat Molekul (Molecular Weight (M/W))

Kitosan memiliki berat molekul yang tinggi. Berat molekul dari kitosan bervariasi berdasarkan sumber materialnya dan metode preparasinya. Kitin memi-liki berat molekul biasanya lebih besar dari satu juga Dalton sementara berat molekul pada kitosan antara 100KDa - 1200KDa, bergantung pada proses dan kwalitas produk (Kim et al, 2004). Berat molekul dapat ditentukan dengan be-berapa metode seperti chromatografhy, viscometry dan light schattering (R.A.A. Muzzarelli).

Kitosan memiliki reaktivitas yang tinggi untuk penyerapan ion dengan be-berapa mekanisme:

a. Kandungan yang tinggi pada gugus - OH membuatnya menjadi polymer yang hydrophilicdan memberikan efek khelasi.

b. Kandungan gugus amina primer dengan aktivitas tinggi

c. Kelompok amina dapat mengikat logam kationik, sehingga membuatnya menjadi sepasang electron (Guibal, et al, 2005 ; Inoue et al, 1993).

Elektron dari nitrogen yang terdapat pada gugus amina dapat mengakibatkan ikatan kovalen dengan ion-ion logam transisi. Dimana kitosan sebagai donor elec-tron pada ion-ion logam transisi. Kitosan memiliki kemampuan untuk mengikat logam dan membentuk kompleks logam-kitosan (Guibal, 2004).

2.1.3 Penggunaan dan Bentuk-Bentuk Kitosan

(25)

7

Tabel 2.1 Pemanfaatan Kitosan Pada Beberapa Industri

Industri Manfaat

Industri pengolahan limbah Penyerap ion logam, koagulan, protein, asam amino dan bahan pencelup Industri makanan Pengawet, penstabil makanan,

pensta-bil warna bahan pengental.

Industri kesehatan Penyembuh luka dan tulang, pen-gontrol cholesterol darah, kontak lensa, penghambat plag gigi.

Industri pertanian Pupuk, pelindung biji.

Kosmetik Pelembab (Imoisturizer), krem wajah,

tangan dan beda.

Bioteknologi Dapat immobilisasi enzim,

chro-matografhypenyembuh sel. Sumber: Fernandez - Kim, 2004

(26)

8

Tabel 2.2 Bentuk dan Sifat Kitosan

No Bentuk Sifat

1 Serbuk Dapat diubah dari kasar menjadi halus Mudah dilarutkan

Kemurnian yang tinggi

2 Film Transparan

Mudah melekat pada permukaan

3 Fiber Kuat, kenyal

Dapat diuraikan secara biologi

4 Gel Kekuatan gel yang tinggi

Mudah dibentuk dengan polianion

5 Manik Mudah dibuat

Dapat menyerap logam

Dapat dilakukan ikatan silang Dapat memadatkan enzim 6 Larutan Sifat kejernihan yang tinggi

Menghasilkan bentuk garam Dapat menyerap logam

7 Pasta Mudah untuk diformulasikan

Daya pelembab yang baik

Sumber : Hirano, 1984.

2.1.4 Nanopartikel

Dalam nanoteknologi suatu partikel digambarkan sebagai satu objek kecil yang bertindak secara unit keseluruhan dalam hal transport dan sifat-sifatnya. Dengan nanoteknologi, material dapat didesain sedemikian rupa dalam orde nano, sehingga dapat memperoleh sifat dan material yang kita inginkan tanpa melaku-kan pemborosan atom-atom yang tidak diperlumelaku-kan. Aplikasi nanoteknologi amelaku-kan membuat revolusi baru dalam dunia industri dan diyakini pemenang persaingan global di masa yang akan datang adalah negara-negara yang dapat menguasai nanoteknologi.

(27)

karakteris-9

lat material dengan paling sedikit dan dimensi lebih kecil dari 100 nanometer. Satu nanometer adalah 10−9m. Nanopartikel merupakan hal ilmiah besar se-bagaimana adanya secara efektif satu jembatan antara bahan-bahan curah dan struktur-struktur molekul atau atom. Satu material curah mempunyai sifat fisika tetap dengan membagikan ukurannya, tetapi pada skala nano bergantung ukuran sifat-sifat diamati seperti pembatasan kwantum di dalam partikel-partikel semi penghantar. Permukaan resonansi plasmon dalam beberapa partikel logam dan superparamagnetik di dalam bahan magnet.

Nanopartikel mempunyai luas permukaan yang besar terhadap perbandin-gan volume. Karakteristik nanopartikel umumnya dilakukan denperbandin-gan teknik mikroskop volume. Karakteristik nanopartikel umumnya dilakukan dengan teknik mikroskop elektron [TEM, SEM], mikroskop atomic [AFM], penghamburan cahaya dinamik [DLS], x-ray mikroskop fotoelektron [XPS], bubuk x-ray difraktometri [XRD], FTIR, spektroskopi UV-Vis.(Anisa Manyusiwalla, 2003).

2.1.5 Kitosan Nanopartikel

Untuk meningkatkan daya adsorpsinya kitosan dimodifikasi dalam bentuk magentik kitosan nanopartikel. Penggunaan kitosan dan magnetik kitosan nanopar-tikel telah digunakan untuk mengadsorpsi ion Fe(II) dan Fe(III), Cu(II), Co(II), cat warna dan furosemida (W.S.W. Ngah, 2005 ; Yang and Dong, 2004 ; Tanja et al, 2000 ; W.S. Asriano et al, 2005 ; So and Dong, 2004 ; Mayumi et al, 2004 ; Zhi et al, 2005). Hasil penelitian mengenai adsorpsi ion Ni(II) oleh kitosan dan magnetik kitosan nanopartikel telah membahas kondisi optimal untuk mengadop-si ion Ni(II) oleh kitosan dan magnetik kitosan nanopartikel. (Promengadop-siding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008).

(28)

10

bersifat basa seperti larutan amoniak, natrium hidroksida atau kalium hidroksida distirer dengan kecepatan 300 rpm, sehingga diperoleh gel kitosan putih dan dibi-las dengan aquadest sampai netral kemudian ditempatkan dalam ultrasonik bath untuk memecah partikel-partikel gel kitosan menjadi lebih kecil (Szeto, 2007). Sebagian ahli juga mencoba metode lain untuk menyiapkan kitosan nano menam-bahkan larutan tripoliposfat kedalam larutan kitosan, sehingga diperoleh emulsi kitosan sambil distirer dengan kecepatan 1200 rpm kemudian emulsi dibuat pH 3,5 dengan menambahkan asam asetat hasilnya akan berupa suspensi kitosan (Che-ung, 2008).

2.2 Vitamin E

Vitamin E merupakan suatu zat penyapu radikal bebas lipofilik dan an-tioksidan paling banyak di alam. Vitamin E terdiri dari struktur tokoferol, de-ngan berbagai gugus metil melekat padanya dan sebuah rantai sisi fitil. Diantara struktur tersebut ?-tokoferol adalah antioksidan yang paling kuat. Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel lain dari oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksidase lipid dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen darigugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksidasi lipid didalam membran (Suhartono et al, 2007).

(29)

11

Gambar 2.2 Struktur kimia vitamin E (Guyton & Hall 1996)

2.2.1 Sumber Vitamin E

Vitamin E banyak tersedia dalam minyak yang dihasilkan dari biji-bijian, seperti minyak kacang, minyak kulit gandum, minyak jagung dan minyak biji bunga matahari. Selain itu vitamin E juga terdapat pada sayuran hijau, sereal, hati, kuning telur, lemak susu, kacang-kacangan dan mentega. Hal yang pent-ing dipent-ingat tentang vitamin adalah mudah rusak oleh panas yang tpent-inggi (proses memasak) dan oksidasi (terpapar oksigen). Itu sebabnya sumber vitamin E ter-baik adalah makanan segar, mentah atau makanan yang belum diproses.

2.2.2 Manfaat Vitamin E

1. Dapat mencegah keguguran pada wanita

2. Dapat mengurangi rasa panas di dalam tubuh dan mengurangi depresi pada wanita menopause.

3. Sangat penting untuk memaksimalkan fungsi otot

(30)

12

6. Membantu melawan radikal bebas yang bermanfaat bagi kulit dan memban-tu mencegah pembenmemban-tukan kerutan dengan mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh sinar ultraviolet.

7. Merupakan pelindung penyakit jantung dan diabetes

8. Mencegah kerusakan jaringan dalam kasus iskemia dan cedera, mengurangi gejala kaki kram dan rheumatoid arthritis dan memiliki efek antikoagulan.

9. Berguna dalam membatasi kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh merokok dan kerusakan jaringan dari radikal bebas yang dipercepat dengan pecandu alkohol.

10. Melindungi tubuh dari berbahaya tumor

11. Mengurangi penggumpalan darah didalam pembuluh darah.

2.3 Lemak dan Minyak

Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid yaitu merupakan lipid netral. Lemak dan minyak secara kimia adalah trigliserida. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak yaitu pada temperatur kamar lemak berbentuk padat sedangkan minyak bersifat cair.

Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak dan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani dan lemak nabati (Elisabeth, J,et al, 2000).

(31)

dikom-13

erida bersumber dari kedudukan asam lemak. Trigliserida sederhana adalah tri-ester yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama. Misalnya dari gliserol dan tiga molekul asam stoarat akan diperoleh trigliserida sederhana yang disebut tristearin (Winarno, F.G, 1997).

Gambar 2.3 Tristearin

Lemak padat pada umumnya mengandung masam lemak jenuh dalam persen-tase yang lebih tinggi dari pada minyak. Minyak sebaliknya biasanya mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh. Akan tetapi dalam kelapa dan minyak sawit, kandungan asam lemak tidak jenuh adalah rendah. Asam lemak jenuh mengandung atom hidrogen sebanyak yang diikat rantai karbon. Dalam suatu asam lemak tidak jenuh, selalu terdapat sekurang-kurangnya satu rantai ikatan rangkap antara dua atom karbon. Hal tersebut terjadi jika dua atau lebih atom karbon hilang (Lawson, 1995).

2.3.1 Peranan dan Fungsi Lemak

(32)

14

yang diperoleh dari lemak dalam pangan.

Dalam pengolahan lahan pangan, minyak atau lemak berfungsi sebagai me-dia penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega putih dan margarin. Dis-amping itu penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori ser-ta memperbaiki tekstur dan ciser-ta rasa bahan pangan seperti pembuaser-tan kue-kue (Winarno, F.G, 1997).

2.3.2 Sumber dan Jenis Lemak

Lemak yang dapat dikonsumsi dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya sebagai berikut:

1. Bersumber dari tanaman

a. Biji-bijian palawija, seperti minyak jagung, minyak kapas, minyak kacang dan minyak kedelai

b. Kulit buah dari tanaman tahunan, seperti kelapa, coklat, inti sawit. c. Biji-bijian dari tanaman tahunan, seperti minyak zaitun dan kelapa sawit. 2. Bersumber dari hewani

a. Susu hewan, seperti lemak susu

b. Daging hewan, seperti lemak sapi dan lemak babi c. Hasil laut, seperti minyak ikan sardin dan ikan paus.

Adapun perbedaan umum antara lemak hewani dan nabati adalah:

(33)

15

2.3.3 Sifat-Sifat Fisika Minyak dan Lemak

Sifat-sifat fisika minyak dan lemak adalah terdiri dari:

1. Warna

Zat warna dalam minyak dan lemak terdiri dari zat warna alamiah dan zat warna hasil degradasi zat warna alamiah.

Zat warna alamiah yang biasanya terekstraksi bersama minyak adalah karoten, xanthofil, klorofil dan antocyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.

2. Bau Amis (Fishy Flavour)

Lemak atau bahan pangan berlemak seperti lemak babi, mentega, krim,

susu bubuk dan kuning telur dapat menghasilkan bau yang tidak enak yang mirip dengan bau ikan yang sudah basi. Dalam susu bau ini berasal dari bahan yang dimakan sapi dan hasil samping pada industri gula bit, yang mengandung persenyawaan betain (trimetil glisine). Bau amis dapat pula disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh.

3. Odor atau Flavour

(34)

16

4. Kelarutan

Minyak dan lemak bersifat non polar sehingga larut dalam pelarut non polar seperti etil eter, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen. Kelarutan minyak dan lemak digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang mengandung minyak. Semakin panjang rantai asam-asam lemak, semakin kecil kelarutannya dalam air.

5. Titik Cair dan Polymorphism

Polymorphism adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal. Hal ini sering dijumpai pada beberapa komponen yang mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan kristalnya sangat sukar. Polymor-phism penting untuk dipelajari titik cair minyak atau lemak, asam lemak beserta ester-esternya.

6. Titik Didih (Boiling Point)

Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertam-bahnya panjang rantai karbon asam lemak tersebut.

7. Titik Lunak (Softening Point)

Titik lunak dalam minyak dan lemak ditetapkan dengan maksud untuk iden-tifikasi minyak atau lemak tersebut.

8. Slipping Point

Penetapan slipping point digunakan untuk pengenalan minyak dan lemak alam serta pengaruh-pengaruh kehadiran komponen.

9. Shot Melting Point

(35)

17

10. Densitas

Densitas minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25C, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur yang lebih tinggi untuk lemak yang titik cairnya tinggi.

11. Indeks Bias

Indeks bias adalah derajat penyimpangan cahaya yang dilewatkan pada su-atu medium yang cerah. Penentuan indeks bias dalam minyak dan lemak di-pakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak (Jatmika, A dan P. Guritno, 1997).

2.3.4 Sifat-Sifat Kimia Minyak dan Lemak

Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah hidrolisa, oksidasi dan hidrogenasi.

1. Hidrolisa

(36)

18

2. ksidasi

Proses ini dapat terjadi bila kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida atau hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak beserta dengan konversi hipoperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Kenaikan bilangan peroksida (PV) menjadi in-dikator bahwa minyak cenderung berbau tengik (Ketaren, S, 1986).

Mekanisme oksidasi yang umum dari minyak atau lema kadalah inisiasi (ini-tiation).

Oksidasi lebih lanjut dapat menghasilkan keton, karena reaksi ini disertai hidrolisa. Peristiwa ini dikenal sebagai ketonic rancidity.

Mekanisme dari ketonic rancidity tersebut adalah sebagai berikut:

3. Hidrogenasi

(37)

kar-19

plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya (Winarno, F.G, 1999).

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang men-gakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dan gas hidrogen. Hidro-gen akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh yaitu pada ikatan rangkap membentuk radikal komplek antara hidrogen, nilek dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam lemak, akan diha-silkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen membentuk asam lemak yang jenuh.

2.4 Pengujian Minyak atau Lemak

(38)

20

2.4.1 Bilangan Iodin

Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap oleh 100 g lemak. I2 akan

mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh bebas maupun yang dalam bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform (CCl4)

kemudian ditambahkan larutan iodin berlebihan. Sisa iodin yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium tiosulfat.

Ada dua cara yang digunakan untuk mengukur bilangan iodin tersebut, yaitu cara Hanus dan cara Wijs. Pada cara Hanus larutan iodin standarnya dibu-at dalam asam asetdibu-at glasial yang bukan saja berisi iodin tetapi juga iodium bromida ; adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs menggunakan larutan iodin dalam asam asetat glasial, tetapi mengandung iodium klorida sebagai pemicu reaksi. Titik akhir titrasi kelebihan iodin diukur dengan hilangnya warna biru dari amilum-iodin (Winarno, 1997).

2.4.2 Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Makin tinggi persentase dari peroksida yang terdapat dalam minyak ini mengakibatkan adanya ikatan-ikatan tak jenuh dari asam lemak bebas yang akan teroksidasi menjadi aldehid-aldehid dan mengakibatkan minyak menjadi tengik.

(39)
(40)

22

2.4.3 Bilangan Asam Lemak Bebas

(41)

23

(42)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian FMIPA USU Medan dan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Penyediaan pelarut

2. Penyediaan kitosan

3. Penyediaan Kitosan nanopartikel berat molekul sedang dan tinggi dengan variasi persentase.

4. Penyediaan vitamin E bersalut kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang dan tinggi

5. Karakteristik Kitosan nanopartikel dengan teknik spektroskopi FTIR dan Scanning Electron Microscopy (SEM).

6. Uji penyerapan asam lemak bebas dari minyak goreng curah oleh vitamin E bersalut kitosan nanopartikel.

3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan

a. Kitosan E-Merck

b. Asam Asetat Glasial p.a. (E-Merck)

(43)

25

h. Alkohol 95%

i. KOH p.a. (E-Merck)

Untuk penyediaan kitosan digunakan peralatan di Laboratorium Peneli-tian FMIPA USU. Karakteristik dan pengujian menggunakan peralatan seperti

dibawah ini:

3.3.1 Pembuatan Larutan Asam Asetat 1 %

Di pipet sebanyak 10 ml asam asetat glasial 99 % dimasukkan kedalam labu takar 1 L ditambahkan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.2 Penyediaan Larutan Kitosan Dengan Berat Molekul Sedang Dan Berat Molekul Tinggi Dengan Variasi Persentase.

(44)

26

Percobaan ini diulang dengan variasi berat kitosan 0,50 g, 0,75 g, 1,00 g, 1,25 g dan 1,50 g.

Hal yang sama dilakukan untuk kitosan dengan berat molekul tinggi.

3.3.3 Pembuatan Kitosan nanopartikel

Ambil larutan kitosan sebanyak 100 ml yang telah dibuat kemudian dima-sukkan kedalam beaker glass yang berisi 200 ml dan 0,75 mg/ml larutan sodium polipospat (TPP).

Kemudian beaker glass dimasukkan kedalam bejana ultrasonic sampai ter-jadi endapan halus. Selanjutnya larutan ini disaring untuk menghilangkan sisa dari TPP. Kitosan nanopartikel yang dihasilkan disimpan di dalam air suling agar tidak membentuk gumpalan kembali.

3.3.4 Penyediaan Vitamin E Bersalut Kitosan nanopartikel

10 g vitamin E diaduk dengan 20 ml larutan kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang dan dengan variasi persentase, kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 3 hari. Perlakuan yang sama juga untuk kitosan nanopartikel dengan berat molekul tinggi dengan variasi persentase.

3.3.5 Preparasi Terhadap Sampel (Ketaren, 2005).

(45)

27

3.3.6 Penentuan Daya Serap Vitamin E Bersalut Kitosan nanopartikel Terhadap Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Curah. Ditimbang 2 g vitamin E bersalut kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang dengan variasi persentase, lalu dimasukkan 50 g minyak goreng curah (sampel) kemudian diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 30 menit dan disar-ing dengan menggunakan kertas sardisar-ing. Filtrat yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein sampai muncul warna merah mu-da pucat yang timu-dak hilang selama 20-30 detik.

Perlakuan yang sama juga untuk kitosan nanopartikel dengan berat molekul tinggi dengan variasi persentase.

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Kitosan nanopartikel 0,25 % berat molekul sedang

1. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi massa 0,50 g, 0,75 g, 1,00 g, 1,25 g dan 1,50 g.

(46)

28

3.4.2 Pembuatan Film Kitosan nanopartikel

3.4.3 Penyediaan Vitamin E Bersalut Kitosan nanopartikel

1. Prosedur yang sama dilakukan untuk kitosan nanopartikel berat molekul sedang dengan konsentrasi 0,50 %, 0,75

(47)

29

3.4.4 Penentuan Daya Serap Vitamin E Bersalut Kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang

1. Prosedur yang sama dilakukan untuk kitosan nanopartikel dengan berat molekul sedang, dengan konsentrasi 0,50 %, 0,75

(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

4.1 Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel berat molekul sedang dan tinggi

Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dapat dilihat pada tabel 4.1. dan 4.2.

Tabel 4.1 Kitosan nanopartikel berat molekul sedang

(49)

31

4.2 Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dan vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel

Analisis penyerapan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah oleh vitamin E bersalut kitosan nanopartikel berat molekul sedang dan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4.

Tabel 4.3 Kitosan nanopartikel berat molekul sedang bersalut vitamin E

(50)

32

4.3 Spektrum FT-IR Kitosan nanopartikel

Dari gambar 4.5. Spektrum Analisis FT-IR pada kitosan nanopartikel de-ngan berat molekul sedang dan tinggi ditunjukkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data FT-IR Kitosan Nanopartikel

(51)

33

Gambar 4.2 Grafik spektrum FT-IR Kitosan nanopartikel dengan berat molekul tinggi

4.4 Spektrum FT-IR pada vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel Dari gambar 4.3 dan 4.4 spektrum analisis FT-IR pada vitamin E bersalut kitosan nanopartikel berat molekul sedang dan tinggi ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data FT-IR vitamin E bersalut kitosan nanopartikel

(52)

34

Gambar 4.3 Grafik spektrum FT-IR vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel berat molekul sedang

Gambar 4.4 Grafik spektrum FT-IR vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi

4.5 Uji Miskroskopi (SEM) pada Kitosan nanopartikel

Analisis Uji Mikroskopi (SEM) dapat ditunjukkan pada gambar 4.5 di-lapisi permukaan penampang melintang dan membujur terlihat spesimen secara mikroskopi dengan pembesaran 1.000 kali sehingga topografi pori-pori pada per-mukaan dapat terlihat dengan ukuran nanopartikel 116,6 nm.

(53)

35

Gambar 4.5 Foto SEM Kitosan nanopartikel dengan pembesaran 1.000 Kali

4.6 Uji Mikroskopi (SEM) vitamin E bersalut Kitosan nanopartikel Analisa ini dilakukan alat mikroskopi (SEM) dapat ditunjukkan pada gam-bar 4.6. Pada gamgam-bar tersebut terlihat permukaan penampang melintang dan membujur suatu spesimen secara mikroskopis dengan pembesaran 1.000 kali,

se-hingga topografi lekukan dan pori-pori pada permukaan terlihat jelas bahwa selu-ruh vitamin E telah tersalut oleh kitosan nanopartikel. Perubahan struktur dari permukaan vitamin E telah mengalami perubahan seluruhnya seperti pada gam-bar 4.6.

(54)

36

Tabel 4.7 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel berat molekul sedang

No Kadar Kitosan-nanopartikel (%)

Berat Sampel(g) Volume KOH 0,1 N (ml)

Kadar ALB(%)

1 Blanko 10 4,33 1,11

2 0,25 10 3,60 0,92

Pengukuran Asam Lemak Bebas (ALB) pada minyak goreng curah%ALB=

N xAxBM AsalLemak

W x1000 x100%

Dimana:

N : Normalitas larutan KOH (0,1 N)

A : Volume KOH yang dipakai untuk titrasi sampel (ml)

W : Berat sampel (g)

(55)

37

Tabel 4.8 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi

No Kadar Kitosan-nanopartikel (%)

Berat Sampel(g) Volume KOH 0,1 N (ml)

Kadar ALB(%)

1 Blanko 10 4,33 1,11

2 0,25 10 2,83 0,72

Tabel 4.9 Kadar ALB dalam minyak goreng curah oleh Kitosan nanopartikel berat molekul sedang yang bersalut vitamin E

No Kadar Kitosan-nanopartikel (%)

Berat Sampel(g) Volume KOH 0,1 N (ml)

Tabel 4.10 Kadar ALB dalam minyak goreng curaholeh Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi yang bersalut vitamin E

No Kadar Kitosan-nanopartikel (%)

(56)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi (800-1.200) mempunyai daya ser-ap lebih besar terhadser-ap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dibanding dengan kitosan nanopartikel berat molekul sedang (400-800).

2. Kitosan nanopartikel berat molekul tinggi (800-1.200) yang bersalut vitamin E mempunyai daya serap lebih besar terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dibanding kitosan nanopartikel berat molekul sedang (400-800).

3. Kitosan nanopartikel yang bersalut vitamin E mempunyai daya serap yang lebih besar terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah dibanding kitosan nanopartikel yang tidak bersalut vitamin E.

4. Pada gambar SEM kitosan nanopartikel berat molekul tinggi yang bersalut vitamin E mempunyai permukaan yang lebih luas dibanding kitosan nanopar-tikel berat molekul sedang yang mengakibatkan daya serap terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam minyak goreng curah lebih besar.

5.2 Saran

(57)

ki-DAFTAR PUSTAKA

Alimuniar, A. dan R. Zainuddin. 1992, An. Economical Technique for Product Chitosan. In : ”Advances in Chitin and Chitosan”, Brine, C.J. P.A. Sanford, J.P. Zikakis (Eds). Elsevier Applied Sciences, London, PP. 627-638.

Chang, K.L.B, J.Lee, W.R. Fu. 2000, HPLC Analysis of N-acetyl-chito-oligosassharides during the acid Hidrolysis of Chitin, in : ”Journal of Food and Drug Analysis”, Vol. 8 : 2, 75-83.

Fauzan A. Hamdan S. Sarifah S. Abdul Azis dan Ambar Y, 1995, ”Chitosan Asam Absorbant of Free Fatty Acid in Palm Oil”, Collection of Working Paper Chitin and Chitosan, UKM Malaysia, PP 249-257.

Ketaren, 2005, ”11 Minyak dan Lemak Pangan”, Universitas Indonesia.

Laleg, M, Pikulik, 1991, ”Wet Web Strenght Increase by Chitosan”, Paper Makers.

Muzzarelli, R.A.A. 1977, ”Chitin”, Pergamon press Ltd. Oxford, England.

Peberdy, J.F. 1999,”Biotechnologycal Approaches to the Total Utilisation of Crus-tacean Shellfish Waste”, Biological Sciences, University of Nottingham.

Purwantining Sugito, Tuti Wukirsari, Ahmad Sjahriza, Dwi Wahyono, Institut Pertanian Bogor.

Roberts, G.A.F, 1992,”Chitin Chemistry”, The Macmillan Press Ltd, London.

Shahidi, F, J.K.V, Arachchi, Y. Jeon, 1999, Food Application of Chitin and Chi-tosan, in : ”Trends in Food Science & Technology”, Vol. 10, 37-51.

Traber MG, Arai H : ”Molekul Mekanisme Vitamin E Transportasi”, Annu Rev Nutr 19 : 343-355, 1999.

(58)

40

LAMPIRAN 1

Kurva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul sedang

LAMPIRAN 2

(59)

41

LAMPIRAN 3

Kurva kadar ALB dalam minyak goreng curah dengan kitosan nanopartikel berat molekul sedang yang bersalut vitamin E

LAMPIRAN 4

Gambar

Gambar 2.1Struktur Kitosan, (Mazzarelli, 1977)
Tabel 2.1Pemanfaatan Kitosan Pada Beberapa Industri
Tabel 2.2Bentuk dan Sifat Kitosan
Gambar 2.2Struktur kimia vitamin E (Guyton & Hall 1996)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

The articles in this issue of Topics underline our desire not just to keep pace, but to stay one step ahead at all times: whether we are talking about our joint efforts with the

Tulisan ini hanyalah telaah awal dan terbatas untuk mengamati dari kacamata outsider (bukan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut ataupun dalam rangka riset yang

Dalam t at aran sim bol budaya, pengem bangan yang perlu dilakukan adalah m enggant i. sim bol-sim bol budaya yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai -nilai agam

Pada saat ini Kota Bogor membutuhkan 5 (lima) hektar lahan TPU, strategi Pemerintah Kota Bogor dalam mengelola TPU hasil wawancara terstruktur menyatakan

Hasil penelitian Samsiah (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan langsung yang signifikan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja manajerial, dan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Adanya permasalahan teknis pertanian di Indonesia juga menjadi kendala dalam hal produksi pertanian nasional. Beberapa permasalahan teknis pertanian Indonesia yaitu : 1)