• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Penggunaan Obat Anti Amuba Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Penggunaan Obat Anti Amuba Pada Anak"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pengalaman Penggunaan Obat Anti Amuba Pada Anak

Pada akhir abad yang lalu Disenteri Amuba dan Abses Amuba Hati merupakan penyakit yang fatal. Beberapa jenis obat telah banyak digunakan untuk pengobatan Disenteri Amuba ini. Roger (1912) memperkenalkan Emetine Hydro chloride yang pada saat itu menjadi obat yang paling efektif terhadap amubiasis, yang pada saat sekarang diketahui mempunyai toksisitas pada dosis terapi dan sering dijumpai relaps pada pengobatan amubiasis usus. Tahun 1915 Du Mez memperkenalkan persenyawaan Emetine oral yang ternyata mempunyai angka penyembuhan tinggi pada amubiasis usus. Sekitar 1920 - 1940 sering digunakan preparat Quinoline dan Arsen. Pada 1945 adalah era antibiotika untuk pengobatan amubiasis dan Conan (1948) melihat Chloroquine mempunyai efek pada abaes amuba hati, tetapi efektifitasnya lebih rendah dari emetine. Brosi (1959) memperkenalkan Dehydroemetin, tetapi toksisitasnya masih diragukan apakah lebih rendah dari emetine sendiri. Metronidazole, suatu turunan dari Nitroimidazole dilaporkan sangat baik untuk amubiasis (Powel, 1966).

Dibagian IKA RSPM telah dilakukan 9 kali percobaan mengenai obat anti amuba yang dimulai oleh Jo dan kawan – kawan pada 1967. Lihat tabel ini

No Tahun Peneliti Anti amuba

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperoleh rangkuman tentang efektifitas, efek sampingan dan kejadian relaps pada penggunaan obat-obat anti amuba yang telah kami gunakan pada amubiasis usus pada anak di Bagian IKARSP sejak 1969 sampai dengan karang.

(2)

1. Nexaform (5)

Bahan : Pada 23 penderita amubiasis usus yang berusia dibawah 6 tahun diberikan pengobatan dengan Mexaform selama 7 hari berturut turut (10 anak) dan 13 anak selama 2 minggu. Dosis yang digunakan untuk usia 1-3 tahun sebanyak 11/2 tablet per hari dan pada usia 3-6 tahun sebanyak 3 tablet per hari.

Hasil : Pada 10 dari 23 penderita diobati selama 1 minggu dan 13 diobati selama 2 minggu, pada pemeriksaan tinja ulangan 12 penderita (52,15 %) sudah negatif terhadap E. histolitika tetapi 8 diantaranya kembali positif pada pemeriksaan minggu minggu berikutnya.

2.Entobex (5)

Bahan : Pada 18 penderita diberi pengobatan Entobex, dosis 3 tablet perhari selama 7-15 hari.

Hasil : Dari 18 penderita ini,16,1% sudah negatip terhadap E.histolitika pada hari ke 5 tetapi 6 diantaranya kembali positip pada pemeriksaan tinja pada minggu berikutnya.

3. Oral dehydroemetine (6)

Bahan : Pada 68 penderita diberikan pengobatan oral dehydroemetine 1mg/kgBB/hari selama 5 hari. Pada 45 diantaranya diteruskan pengobatannya selama 5 hari lagi dengan dosis 1mg/kgBB/hari, pada 34 anak dan pada 11 anak dengan dosis 2mg/kgBB/hari. Pada 10 dari 68 anak ini diteruskan pengobatannya selama 10 hari lagi dengan dosis 2mg/kgBB/hari.

Hasil : Dari 68 penderita dengan dosis 1mg/kgBB/hari selama 5 hari, dilakukan pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 5, 33 penderita (47,1%) sudah negatip terhadap E.histolitika. Pada 34 anak dari 68 diberi pengobatan lanjutan 5 hari dengan dosis yang sama, pada pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 10,74% sudah negatip terhadap E.histolitika. Sedang 11 penderita yang pada pemeriksaan hari ke 5 sesudah pengobatan masih positip terhadap E.histolitika, pengobatan diteruskan dengan 2mg/kgBB/hari selama 5 hari lagi. Pada pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 10, 7 penderita sudah negatip (64%) terhadap E.histolitika. Pada 10 anak yang diteruskan pengobatan dengan 2mg/kgBB/hari 6 diantaranya (60%) pada pemeriksaan ulangan sudah negatip. Efek sampingan yang dijumpai hanya berupa gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah dan rasa sakit diperut tetapi hal ini tidak mempengaruhi pemberian obat pada penderita.

4. Metronidazole (3,4,5,6).

Bahan: Pada 4 kelompok anak dengan jumlah 56, 51, 362 dan 55 anak. Kelompok 56 anak diberi dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 3 hari berturut turut, kelompok 51 anak dengan dosis tunggal 25mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut, kelompok 362 anak dengan dosis tunggal 50 mg/kgBB/hari dan kelompok 55 anak dengan dosis tunggal 25mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut dengan folow up lebih dari 2 minggu.

(3)

Evaluasi hari Jumlah anak Penyembuhan parasit (%)

Ke 2 45 73

Ke 3 47 83

Ke 4 43 91

Ke 7 32 89

Ke 14 17 100

Pada 51 anak dengan dosis 25 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut; penyembuhan terlihat pada tabel ini Evaluasi hari Jumlah anak Penyembuhan parasit (%) Ke 2 41 85

Ke 3 40 95

Ke 4 40 88

Ke 7 39 87

Ke 14 23 87

Pada 362 anak dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tungal penyembuhan parasit terlihat pada tabel ini Evaluasi minggu Jumlah anak Penyembuhan parasit (%) Ke I 162 96,9 Ke II 83 97,5 Ke III 47 97,8 Ke IV 14 85,7 Pada 55 anak dengan dosis 25 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut dengan folow up lebih dari 2 minggu, lihat tabel Evaluasi minggu Jumlah anak Penyembuhan parasit (%) Ke III 55 88

Ke IV 55 80

Tidak dijumpai efek sampingan yang berarti selama pengobatan.

5. Tinidazole (7)

Bahan : Pada 33 anak dengan dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut berupa dosis tungal.

Hasil : Dijumpai penyembuhan parasit 93,9%, 1 hari sesudah makan obat. Efek sampingnya yang berarti tidak dijumpai (lihat tabel)

Evaluasi hari Jumlah anak Penyembuhan parasit (%) Ke 2 33 66,66

(4)

6. Tinidazole versusu Ornidazole (9)

Bahan : Pada 40 anak dilakukan penelitian double blind dimana 20 anak diberi Tinidazole dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3x dan sisanya 20 anak diberi Ornidazole dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari.

Hasil : Hanya 17 anak dari group Tinidazole dan 18 anak dari group Ornidazole yang dapat dievaluasi. Pada 35 anak ini hasil pengobatan cukup baik (Cnrv, rate 94,1 – 100?). tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada pengobatan kedua obat ini. Efek sampingan pada kedua obat ini sangat minimal.

Jumlah anak Tinidazole Ornidazole

Penyembuhan Penyembuhan

Evaluasi

Tinidazole Ornidazole

Klinik Parasit (%) Klinik Parasit (%)

Hari ke 2 14 15 42,8 85,7 40 66,6

Hari ke 3 16 17 93,7 100 94,1 100

Hari ke 7 12 13 83,3 100 100 100

Minggu ke I 10 7 90 90 100 100

Minggu ke II 5 6 100 100 100 100

Minggu ke III 5 1 100 100 100 100

7. Tinidazole versusu Ornidazole (9)

Bahan : Pada 50 anak dengan pengobatan Tinidazole dan Ornidazole secara double blind. Pada 24 anak diberi Tinidazole 50mg/kgBB/hari 1 hari saja dan 26 anak diberi Ornidazole 50 mg/kgBB/hari 1 hari saja. Evaluasi dilakukan pada hari ke 2,3,4 dan 1 minggu kemudian.

Hasil : Hanya 41 anak (19 anak group Tinidazole dan 22 anak group Ornidazole yang dapat dievaluasi).

Jumlah anak Tinidazole Ornidazole

Penyembuhan Penyembuhan

Evaluasi

Hari ke Tinidazole Ornidazole

Klinik Parasit (%) Klinik Parasit (%)

2 19 22 72 58 82 82

3 19 22 94,73 100 100 95,45

4 13 17 100 100 100 100

11 8 10 100 100 100 100

*p<0,01

Hasil pengobatan dengan kedua obat ini tidak berbeda kecuali pada hari ke 2, dan efek sampingan yang berarti tidak dijumpai.

Kesimpulan

(5)

memberikan hasil 87% dan 85%. Ornidazole dan Tinidazole baik dosis tunggal ataupun 3 hari berturut turut memberikan hasil yang baik (100%).

Kepustakaan

1. Bintari Rukmo; Penyakit sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Pidato diucapkan pada upacara pengukuhan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Parasit dan Penyakit Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada 2-9-1972.

2. Bunnag D and Suntharasamai Prawan; Review of chemotherapy in Tropical Medicine and Public Health Bangkok, 26-30 October 1971.

3. Cross J H Clarke MD, Durfee PT, Irving GS, Taylor J,Partono F,Joescel A Hadoyo and Oemijati; Parasitology survey and sero epidemiology of Amubiasis in South Kalimantan (Borneo) Indonesia. The South East Asiaan Journal of Tropical Medicine and Public Health. Vol 6 No 1 March 1975 pp 52-54.

4. Jo Kian Tjaij; Pidato pengukuhan diucapkan pada penerimaan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran USU Medan 1965.

5. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid, Tjoet Irawati, Siregar Djumdjung, Kwo IH, Tan Bwe Eng Mexaform and Entobex therapy in Amubic dysentry, Pediatrica Indonesiana vol 9 No 5 oct 1969 pp 310-215.

6. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid and Sutanto AH; Clinical Studies of Oral Dehydro Emetine tablets (Ro 1-9334/10) in Amebic Dysentry in Children. Pediatrica Indonesiana vol 10 No 4 July-August 1970 pp 130-145.

7. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid, Sutanto AH; Flagyl (Metronidazole) in the Treatment of Intestinal Amoebiasis (Part I) Pediatrica Indonesiana 11;1-2, Jan-Feb. 1971.

8. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid, Sutanto AH; Flagyl (Metronidazole) in the Treatment of Intestinal Amoebiasis (Part II) The Journal of Singapore Pediatric Society vol 13 No 1 April 1971 pp 1-6.

9. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid, Sutanto AH; Flagyl (Metronidazole) in the Treatment of Intestinal Amoebiasis (Part III). Pediatrica Indonesiana 12; 82-86 Feb 1972

10. Jo Kian Tjaij, Nursida Raid, Sutanto AH; Trials with Amoebiasis on Intestinal Amoebiasis presented at XIIIth Internasional Kongres for Pediatric Colloquin

11. Jo Kian Tjaij, Sutanto AH,J. Simatupang; Flagyl (Metronidazole) in Treatment of Amoebiasis (Part IV) Pediatrica Indonesiana, vol 16 Sept-Oct 1976 No 9-10 pp 412. 12. Lubis CP,A Napitupulu, Rusdidjas, Sutanto AH dan Helena Siregar; Tinidazole pada

pengobatan Disenteri Amuba, Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Tahunan ke V BKGAI Parapat 9-12 Des. 1977 hal 385-389.

13. Lubis CP, Ny SM Rangkuti, Sutanto AH dan Helena Siregar; Kejadian muntah menceret pada bayi dan anak di Poliklinik anak RSUPP tahun 1976, 1977. Dipresentasikan di PIB VI BKGAI Ujung Pandang.

14. Panggabean A, Sutjipto A, Aldy D, Sutanto AH dan Helena Siregar; Penelitian Double Blind antara Tinidazole dan Ornidazole pada Anak dengan Disenteri Amuba. Dipresentasikan di PIB VI BKGAI Ujung Pandang.

15. Powell SJ; Therapy of Amoebiasis. Bull N.Y.Acta Meda 47 469.

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakhadiran Saudara dalam pembuktian kualifikasi dianggap mengundurkan diri dan dinyatakan gugur. Demikian undangan kami, atas perhatiannya disampaikan

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) UMUR 10 TAHUN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT..

Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem darah.. Dampak jangka panjang bayi yang

Pada hari ini, Kamis tanggal enam belas bulan Juni tahun Dua Ribu Enam Belas (12-06- 2016), Kami Pokja ULP Mahkamah Agung Koordinator Wilayah Bengkulu yang

23 IAS 34 Interim Financial Reporting PSAK 3 Laporan Keuangan Interim (revisi 2010). 24 IAS 36 Impairment of Assets PSAK 48 Penurunan Nilai

Metode Newton Ganda adalah salah satu metode iterasi yang digunakan untuk menentukan akar-akar persamaan nonlinier dengan konvergensi orde empat.. Banyaknya iterasi

Dia melihat bahwa “semua kota telah ditinggalkan, dan tidak ada lagi manusia yang tinggal di dalamnya.” Dengan kata lain, dia melihat perubahan dari kota yang ramai

Penelitian ini mencoba mengintergrasikan beberapa penelitian terdahulu seperti Phau et al., (2010) serta Phau dan Teah (2009) yang diadaptasikan kedalam konteks