• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH

KABUPATEN / KOTA DI SUMATERA UTARA

OLEH :

NAMA : AGAVE SIANTURI

NIM : 060503199

DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada

Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”, adalah benar hasil karya saya

sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh

mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Reguler Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan

informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.

Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 10 Juni 2010

Yang membuat pernyataan,

Agave Sianturi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas

Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama semua pihak yang telah

turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini oleh karena itu peneliti

ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.

Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan

(4)

4. Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji

I dan Ibu Risanty, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji II

yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti,

5. Ayahanda AKP. Talas Sianturi dan Ibunda Herlina Siregar yang senantiasa

melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan

mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun pembahasannya. Dengan

demikian peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi banyak pihak.

Medan, 10 Juni 2010 Peneliti,

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.

The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.

Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ...

B. Perumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis ...

1. Pendapatan Asli Daerah ...

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ...

b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah ...

(8)

b. Pajak Kabupaten/Kota ...

3. Retribusi Daerah...

a. Retribusi Jasa Umum ...

b. Retribusi Jasa Usaha ...

c. Retribusi Perizinan tertentu...

4.Belanja Modal ...

a. Pengertian Belanja Modal ...

b. Klasifikasi Belanja Modal ...

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...

B. Populasi dan Sampel Penelitian...

C. Jenis dan Sumber Data ...

D. Teknik Pengumpulan Data ...

E. Defenisi Operasional dan Pengumpulan Variabel ...

F. Metode Analisis Data...

1. Pengujian Asumsi Klasik ...

a. Uji Normalitas ...

b. Uji Multikolinieritas ...

c. Uji Heterokedastisitas ...

(9)

G. Jadwal Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ...

B. Analisis Hasil Penelitian...

1. Statistik Deskriptif ...

2. Pengujian Asumsi Klasik ...

a. Uji Normalitas...

b. Uji Multikolinearitas ...

c. Uji Heteroskedastisitas...

d. Uji Autokorelasi...

3. Analisis Regresi ...

4. Pengujian Hipotesis ...

a. Uji parsial (Uji-t) ...

b. Uji simultan (Uji-F) ...

5. Pembahasan Hasil Penelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...

B. Keterbatasan Penelitian ...

(10)

DAFTAR TABEL

Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal ...

Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ...

Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara...

Defenisi Operasional Variabel...

Jadwal Penelitian...

Descriptive Statistic ...

One-Sample Kolmogorov Smirnov Test sebelum transformasi data ...

One-Sample Kolmogorov Smirnov Test setelah transformasi data ...

Hasil Uji Multikolinieritas sebelum transformasi data ...

Hasil Uji Multikolinieritas setelah transformasi data ...

Hasil Uji Autokorelasi ...

Hasil Analisis Regresi...

Uji statistik t ...

Uji statistik F...

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Kerangka Konseptual ...

Histogram sebelum transformasi data ...

Normal P-Plot sebelum transformasi data ...

Histogram setelah transformasi data...

Normal P-Plot setelah transformasi data...

Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 23

37

38

40

41

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i

Lampiran ii

Lampiran iii

Lampiran iv

Daftar Sampel Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ...

Tabulasi Data ...

Hasil Uji Regresi Berganda Sebelum Tranformasi ...

Hasil Uji Regresi Berganda Setelah Tranformasi...

58

59

62

(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.

(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.

The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.

Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia

sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal. Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah ini

berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi

penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah.

Untuk merealisasikan pelaksanaan Otonomi Daerah maka sumber

pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah

mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam

pelaksanaan Otonomi Daerah dimana peranan PAD diharapkan dan diupayakan

dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di

daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan

(16)

memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai

kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri.

Pendapatan Asli Daerah itu sendiri terdiri dari 4 komponen yaitu : pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada penelitian ini peneliti membatasi objek

penelitian dengan hanya melingkupi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal

ini dikarenakan 2 komponen penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar adalah

Pajak daerah dan Retribusi daerah sehingga kedua komponen tersebut diharapkan

telah mewakili komponen Pendapatan Asli Daerah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib

rakyat kepada negara. Dari pajak tersebut yang akhirnya akan digunakan untuk

membiayai kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, Pajak daerah juga berperan

serta dalam membiayai pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka

kebutuhan akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena kita telah

mengetahui bahwa sebagian besar pendapatan negara kita adalah berasal dari

pajak yaitu sekitar 75 %. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus

ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi daerah dapat

dimanfaatkan dengan baik.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah sejak otonomi daerah setiap daerah

berusaha mengali potensi keuangannya melalui Pendapatan Asli Daerah. Dengan

demikian seharusnya Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terbesar dalam

penerimaan daerah namun pada praktiknya, Dana Alokasi Umum (DAU) lebih

(17)

sebagai dana utama untuk membiayai belanja daerah. Berdasarkan pengumpulan

data awal terdapat gambaran adanya kesenjangan antara komposisi Pendapatan

Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel

penerimaan daerah di bawah ini,

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaaan Daerah (dalam ribuan rupiah)

No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak Daerah

1 Kota Asahan 2005 13.965.406 5.770.773 0 3.363.822 356.321.599 2006 12.173.766 5.711.817 2.447.888 8.810.029 602.742.168 2007 10.048.285 5.608.640 1.922.566 13.450.632 660.286.677

2008 6.902.929 5.148.872 2.308.979 8.282.091 549.266.559

2. Kab. Langkat 2005 10.180.800 4.493.468 0 2.160.475 391.758.815

2006 9.640.259 4.344.635 0 4.655.610 645.263.025

2007 12.636.889 3.750.163 0 15.735.039 723.227.494

2008 9.853.627 4.892.039 0 10.311.084 764.050.826

3. Kota Tnjg. Balai 2005 4.220.611 3.323.962 80.000 1.950.000 132.140.530

2006 3.449.309 2.214.363 1.079.218 3.576.844 214.777.303

2007 3.500.900 2.821.798 849.690 4.525.637 232.135.285

2008 3.945.401 3.281.261 1.125.190 4.284.325 271.398.621

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama

pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal

dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah

akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau

pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran. Berdasarkan fakta empirik

(18)

retribusi daerah yang terus mengalami penurunan. Sebaliknya dari sisi belanja

modal mengalami kenaikan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

selamanya perubahan Pendapatan Asli Daerah seiring dengan perubahan Belanja

Daerah.

Tabel 1.2

Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal Periode 2005-2008 (dalam Rp .000)

No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak

Daerah ∆ 

Sepanjang tahun 2005-2008 Kabupaten Asahan terus mengalami penurunan

pajak daerah dan retribusi daerah antara lain, tahun 2005-2006 pajak daerah

menurun sebesar 14,71%. Tahun 2006-2007 menurun sebesar 21,15% dan pada

tahun 2007-2008 menurun sebesar 45,56%. Begitu juga dengan retribusi daerah

pada tahun 2005-2006 menurun sebesar 1,03%, tahun 2006-2007 menurun

sebesar 1,93% dan tahun 2007-2008 menurun sebesar 8,92% namun bila dilihat

(19)

2005-2006 sebesar 35,95% dan tahun 2005-2006-2007 naik sebesar 46,34% kecuali pada

tahun 2007-2008 belanja modal kabupaten asahan mengalami penurunan sebesar

14,43%. Hal yang sama juga terjadi pada Kabupaten Langkat dan Kota Tanjung

Balai, dimana penurunan pendapatan berbanding terbalik dengan peningkatan

belanja.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan

pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini

diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di

daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah

dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari berbagai

jenis anggaran belanja daerah Pemerintah Daerah mengalokasikan dana berbentuk

anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja

modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik

untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .

Terkait dengan hal ini, Irma Syahfitri (2008) melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah, dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran

belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.

Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan penelitian dimana variabel

independen yang digunakan kurang spesifik dan sampel hanya berjumlah 11

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Selain itu penelitian ini juga hanya dilakukan

pada periode 2004-2006. Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut,

(20)

berjudul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian

Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. apakah Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian

Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,

2. apakah Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian

Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,

3. apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan

terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap

pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara,

2. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap

pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di

(21)

3. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. bagi peneliti untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti

khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

pengalokasian belanja modal,

2. bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan sumbangan informasi dalam hal

pengelolaan keuangan daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, serta

pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga Pemerintah

Daerah dapat memanfaatkan potensi daerah dengan optimal,

3. bagi pihak lain sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya

khususnya yang berminat melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal sehingga

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil

perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan

Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Undang-Undang No. 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak.

b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa

Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari :

1) Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.

(23)

pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan.

Menurut Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang

dimaksud pajak daerah adalah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa

pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam

Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya

digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.

Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu :

a) Pajak Provinsi

Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000

yakni :

(1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,

(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,

(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

(24)

b) Pajak Kabupaten / Kota

Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain :

(1) Pajak Hotel,

(2) Pajak Restoran,

(3) Pajak Hiburan,

(4) Pajak Reklame,

(5) Pajak Penerangan Jalan,

(6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C,

(7) Pajak Parkir.

2) Retribusi daerah

Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi

daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :

a) Retribusi Jasa Umum,

b) Retribusi Jasa Usaha,

c) Retribusi Perizinan Tertentu.

3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan

Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik

Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis

Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

(25)

b) Bagian Laba Lembaga Keuangan Daerah,

c) Bagian Laba Lembaga Keuangan Non bank,

d) Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain

milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,

b) Penerimaan jasa Giro,

c) Penerimaan bunga deposito,

d) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,

e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah.

2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas

kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

yaitu semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang

digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

(26)

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air adalah

pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadan yang

terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam

badan usaha.

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan baker

yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk

bahan baker yang digunakan untuk kendaraan diatas air.

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan Tanah

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah

tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang pribadi atau badan,

kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.

Tarif Pajak Provinsi adalah :

1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%,

2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%,

3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%,

4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

(27)

b. Pajak kabupaten/Kota

1) Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu bangunan yang

khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau beristirahat,

memperoleh pelayanan dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran

termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang

sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

2) Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di restoran, yaitu tempat yang disediakan untuk menyantap makanan

dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi , kedai

mie, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan berkaraoke,

usaha jasa katering dan usaha jasa boga.

3) Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan, yaitu semua

jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan

nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan

dipungut bayaran tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga.

4) Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu benda,

alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk

tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau

(28)

kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat,

dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh

pemerintah.

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,

dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan

yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C

Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak atas

pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

7) Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat

parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan

bermotor yang memungut bayaran.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa

pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam

Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya

digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.

Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah :

(29)

2) pajak restoran 10%,

3) pajak hiburan 35%,

4) pajak reklame 25%,

5) pajak penerangan jalan 10%,

6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%,

7) pajak parkir 20%.

3. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi

daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum :

1) pelayanan Kesehatan,

2) pelayaran Persampahan/Kebersihan,

3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil,

4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.

5) Pelayanan Parkir di tepi jalan

6) Pelayanan Pasar

7) Pengujian Kendaraan Bermotor

(30)

9) Penggantian biaya cetak peta

10) Pengujian Kapal Perikanan

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi pelayanan

dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal

dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan

swasta karena pada dasarnya dapat pula disediakan pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha :

1) Pemakaian Kekayaan Daerah,

2) Pasar Grosir/Pertokoan,

3) Tempat Pelelangan,

4) Terminal,

5) Tempat Khusus Parkir,

6) Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa,

7) Penyedotan Kaskus,

8) Rumah Potong Hewan.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan

(31)

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang,

prasarana, sarana ataupun fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu :

1) Izin mendirikan bangunan,

2) Izin tempat Penjualan minuman Beralkohol,

3) Izin gangguan,

4) Izin Trayek.

4. Belanja Modal

a. Pengertian Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya

operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja

modal dibagi menjadi :

1) belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara

langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan

jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian

mobil ambulans,

2) Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh

operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas,

(32)

Menurut Halim (2004:73), “belanja modal merupakan belanja yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya

pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi

antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan,

peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain

belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode

akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan

yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan

kapasitas dan kualitas aset.

b. Klasifikasi Belanja Modal

Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu:

1) Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,

pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan

pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai

tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai,

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang

(33)

peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari

12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai,

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang

digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran

untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan

bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan

bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai,

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang

digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan

pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk

perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang

menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi

siap pakai,

5) Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan

untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan /

pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan

ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan

bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah

(34)

purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan

jurnal ilmiah.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1. Irma Daerah (PAD), dan Dana Alokasi

/Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera

1. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum

2. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,,

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi

(35)

Utara 3. Abdullah

Syukriy (2006)

Studi atas Belanja

Modal pada Sumber pendapatan

Independen

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah.

1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan

Retribusi Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli

Daerah. Disini peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh

terhadap Belanja Modal.

2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian

sebelumnya, sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota,

sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 19

kabupaten/kota.

3. Tahun penelitian pada penelitian ini lebih banyak daripada penelitian

sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya

tahun yang digunakan untuk penelitian mulai dari tahun 2004-2007,

sedangkan pada penelitian ini, peneliti menambah tahun penelitian dari

(36)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep

teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya

otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber

keuangan sendiri dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber

penerimaan keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan

Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah itu sendiri bersumber dari masyarakat dan sudah selayaknya

Pemerintah Daerah mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk

mendukung kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian

masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk pelayanan publik

lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas layanan publik.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Retribusi Daerah (X2)

Belanja Modal Pajak Daerah

(37)

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka

hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian

Belanja Modal.

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap

pengalokasian Belanja Modal.

H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat.

Menurut Umar (2003:30) “Desain kausal berguna untuk mengukur

hubungan-hubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu

variabel mempengaruhi variabel lain”.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Rochaety (2009:63) “ Populasi : sekelompok orang, kejadian, atau

segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terdapat di Sumatera

Utara pada tahun 2005-2008. Jumlah populasi adalah 33 Kabupaten/Kota yang

terbagi atas 25 Kabupaten dan 8 Kota yang ada di Sumatera Utara.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara

No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. Kabupaten Batubara Kabupaten Dairi Kabupaten Deli serdang

Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Karo

Kabupaten Labuhan Batu

Kabupaten Labuhan Batu Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Kabupaten Langkat

Kabupaten Mandailing Natal

1.

Kota Gunung Sitoli Kota Medan

Kota Padang Sidempuan Kota Pematang Siantar Kota Sibolga

(39)

12. Kanupaten Nias Barat Kabupaten Nias Selatan Kabupaten Nias Utara Kabupaten Padang Lawas Kabupaten Padang Lawas Utara Kabupaten Pakpak Barat

Kabupaten Samosir

Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara

Menurut Rochaety (2009:63) “Sampel : sebagian dari unit-unit populasi

yang diperoleh melalui sampling tertentu”. Pengambilan sampel dalam penelitian

ini menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel karena

memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan

sampel adalah sebagai berikut :

1. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan

Laporan keuangan nya secara konsisten dari tahun 2005-2008,

2. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah

pemekaran selama tahun 2005-2008.

Berdasarkan kriteria diatas, maka Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 kabupaten/kota yang terdiri dari

(40)

Tabel 3.2

Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara

No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1.

Kabupaten Deli serdang Kabupaten Toba samosir Kabupaten Tapanuli selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Nias

Kabupaten Karo

Kabupaten Mandailing natal Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Labuhan Batu

1.

Kota Pematang Siantar Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi Kota Sibolga

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data seperti

Badan Pusat Statistik (BPS) dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna

data. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder merupakan data primer yang telah

diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan

sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data time series. Data time

series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat

dalam beberapa internal waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan,

(41)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi

yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh secara tidak langsung melalui

media perantara yaitu internet. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data-data

dari Laporan Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota sejak

tahun 2005-2008 dengan bersumber dari laporan Realisasi Pendapatan Asli

Daerah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. variabel independen atau bebas (X)

Menurut Umar (2003:50), “Variabel Independen (bebas) adalah variabel

yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”.

2. variabel dependen atau terikat (Y)

Menurut Umar (2003:50), “Variabel dependen (tergantung) adalah variabel

yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen”.

Tabel 3.3

Defenisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Nama Variabel Definisi

Independen (X1) Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/ kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.

(42)

yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dependen (Y) Belanja Modal Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik dengan menggunakan bantuan program Software SPSS for

windows 16.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Pengujian asumsi klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari

penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat

tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung

multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum

melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu

pengujian asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau

(43)

maka uji statistik t dan F tidak dapat diterapkan. Pengujian tentang normal atau

tidaknya suatu data dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan analisis grafik dan uji

statistik. Analisis grafik untuk melihat distribusi normal dapat dilihat dengan

grafik histogram dan grafik normal Probability-Plot. Sedangkan dengan uji

statistik dapat dilakukan dengan uji non parametric Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Jika variabel

bebas (independen) saling berkolerasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal.

Variabel Orthogonal adalah adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolonieritas didalam suatu model regresi adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolonieritas VIF =1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance =

1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang

dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik

multikolonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang

(44)

3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-square diatas

0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap

variabel dependen, maka dimodel terkena multikolonieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan dengan

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastistas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi

Heteroskedasitas (Homoskedastisitas). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada

atau tidaknya heteroskedastisitas :

1) melihat Grafik Plot,

2) uji Park,

3) uji Glejser,

4) uji White.

Kebanyakan data crosssection mengandung situasi Heterokedastisitas

karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,

besar).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah

(45)

masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah

ini muncul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi

ke obsertvasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time

series) karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung

mempengaruhi seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda (multiple regressions).

Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan model regresi

linear sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal secara terpisah sedangkan

Hipotesis ketiga dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh

seluruh variabel secara serentak. Hipotesis ini juga dapat dianalisis dengan

melakukan uji:

a. Uji statistik “t” atau uji signifikan parameter individual, untuk

menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel penjelas atau

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen.

Pengujian hipotesis pertama (H1) dianalisis dengan regresi sederhana

untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal

(46)

Y = a + b1X1 + e

Pengujian hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan regresi sederhana untuk

melihat pengaruh variabel retribusi daerah terhadap belanja modal secara

parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan :

Y = a + b2X2 + e

b. Uji statistik “F” atau uji signifikansi simultan ; untuk melihat apakah

semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen.

Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi berganda untuk

melihat pengaruh varibel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan

terhadap belanja modal yang digambarkan dengan persamaan :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Belanja Modal

a = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi variabel X1,X2

X1 = Pajak Daerah

X2 = Retribusi daerah

(47)

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Pengajuan Judul

2 Pengumpulan Data

3 Penyelesaian Proposal

4 Seminar Proposal

5 Pengolahan dan analisis

data

(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Pulau Sumatera yang berada di

bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas

wilayah Sumatera Utara sebagai berikut :

Utara : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Selat Malaka,

Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Samudera

Indonesia,

Barat : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Samudera

Indonesia,

Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.

Berbatasan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3

kelompok wilayah yaitu :

1. pantai barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias),

2. daratan tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan

Dairi),

3. pantai timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung

Balai, dan Labuhan Batu).

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di Kota Medan. Sebelumnya,

(49)

pada tahun 1945. Pada Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi

sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari

Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680

km2 dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan

5.456 kelurahan/desa.

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya

di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu,

Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti

Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan berbagai aliran keperayaan lainnya. Menurut

hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 2000, penduduk Sumatera Utara

berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia)

dengan pertumbuhan 1,20 % per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut

bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil

Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk.

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus

terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/kota yang telah ditentukan sebagai

sampel. Adapun kabupaten/kota yang terpilih menjadi sampel penelitian

berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak 19

sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian

(50)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang digunakan dalam

penelitian.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Belanja Modal 76 10708482 413093932 113172619.96 83000232.880

Pajak Daerah 76 1298681 197114410 16985017.14 40810852.142

Retribusi

Daerah 76 917305 141054830 11421625.74 27910736.928 Valid N

(listwise) 76

Dalam ribuan rupiah

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran iii)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa (dalam ribuan rupiah) :

a. Rata-rata dari belanja modal adalah 113172619.96 dengan standard deviasi

83000232.880 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai belanja modal (Y)

tertinggi adalah 413093932 dan nilai belanja modal terendah adalah

10708482,

b. Rata-rata dari pajak daerah adalah 16985017.14 dengan standard deviasi

40810852.142 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai pajak daerah (X1)

tertinggi adalah 197114410 dan nilai pajak daerah terendah adalah 1298681,

c. Rata-rata dari retribusi daerah adalah 11421625.74 dengan standard deviasi

(51)

(X2) tertinggi adalah adalah 141054830 dan nilai retribusi daerah terendah

adalah 917305.

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang akan digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak.

Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat

dideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik.

1) Analisis Grafik

Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, ditunjukkan sebagai

berikut :

(52)

Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram

terebut memberikan pola distribusi data megikuti kurva berbentuk lonceng yang

tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tersebut adalah normal.

Gambar 4.2

Normal P-Plot sebelum transformasi data

Berdasarkan pada gambar 4.2, Ghozali (2005) menyatakan bahwa “jika

distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar

garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya”. Dari hasil

uji normalitas diatas, dengan menggunakan grafik normal plot, terlihat titik-titik

(53)

garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi

terdistribusi secara normal.

2) Uji statistik

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

H0 diterima apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, sedangkan

H0 ditolak jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Adapun hasil pengujian

terdapat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebelum transformasi data

Unstandardized Residual

N 76

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 64934374.06367595

Absolute .103

Positive .103

Most Extreme Differences

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .900

Asymp. Sig. (2-tailed) .392

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)

Hasil analisis metode one Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan

bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,90 dan tidak signifikan pada 0,05

(54)

yang mengatakan bahwa residual terdistibusi secara normal atau dengan kata lain

variabel residual berdistribusi normal.

Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik diatas

menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, namun pada saat melakukan uji

multikoloniearitas, hasilnya mengindikasikan telah terjadi multikolinearitas pada

model regresi, sehingga dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan melakukan

transformasi seluruh variabel penelitian kedalam fungsi Logaritma Natural (Ln).

Hasil pengujian data ulang menghasilkan :

1) Analisis grafik

Gambar 4.3

(55)

Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data diatas

memperlihatkan bahwa pada grafik histogram diatas distribusi data mengikuti

kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng

kanan atau bisa disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.

Gambar 4.4

Normal P-Plot setelah transformasi data

Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik P-Plot terlihat titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan

garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi

setelah ditransformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural juga terdistribusi

(56)

2) Uji Statistik

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah transformasi data

Unstandardiz ed Residual

N 76

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation .65132621

Absolute .105

Positive .090

Most Extreme Differences

Negative -.105

Kolmogorov-Smirnov Z .915

Asymp. Sig. (2-tailed) .372

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)

Hasil análisis metode One Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan

bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.915 dan tidak signifikan pada 0,05

{karena Asymp.Sig. (2tailed 0.372 > dari 0.05)}. Kita tidak dapat menolak H0

yang mengatakan data residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain

variabel residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model. Menurut Ghozali (2005) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari

tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value

adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10

= terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak

(57)

Tabel 4.4

Uji Multikolinearitas sebelum transformasi Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance

pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) > 0,10 dan VIF nya > 10. Hasil

Pengujian ini mengindikasikan bahwa terjadi multikolonieritas diantara variabel

independen dalam penelitian. Tindakan perbaikan yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan salah satu dari beberapa cara yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel

penelitian ke dalam fungsi Logaritma Natural (LN), sehingga data pajak daerah

dan retribusi daerah menjadi LN_pajak daerah atau LN(X1) dan LN_retribusi

(58)

Tabel 4.5

Uji Multikolinearitas setelah transformasi Coefficientsa

a. Dependent Variable: Ln_Y

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance LN_pajak

daerah LN(X1), LN_retribusi daerah LN(X2) > 0,10 dan VIFnya < 10. Pengujian

ini mengindikasikan tidak terjadi multikolonieritas diantara variabel independen

dalam penelitian.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan

variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot

digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadi

heterokedastisitas. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model

regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika :

1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar angka 0,

(59)

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :

Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas

Gambar scatterplot diatas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar scatterplot ini

mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga

(60)

modal) berdasarkan masukan variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi

daerah.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu pada periode tertentu (t) dengan variabel pengganggu

periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan

pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil dari uji

autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6

a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi

adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari

Prof.Singgih sebagai berikut :

1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 , berarti tidak ada autokorelasi

(61)

Pada bagian model summary, hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka

D-W sebesar +0,489 (-2<0,489<+2) karena angka D-W diantara -2 sampai +2,

maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi.

3. Analisis Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, beberapa

tahapan dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen, melalui pengaruh LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi

daerah) terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000

Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025

1

Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803

a. Dependent Variable: Ln_Y

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)

Berdasarkan nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi yang dapat

disusun untuk variabel pajak daerah dan retribusi daerah adalah (dalam ribuan

(62)

Y = 12.215 + 0.334 X1 + 0.057 X2

Dimana :

Y = Logaritma Natural Realisasi Belanja Modal

X1 = Logaritma Natural Realisasi Pajak Daerah

X2 = Logaritma Natural Realisasi Retribusi Daerah

Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah :

a. Konstanta (a) sebesar 12.215, menyatakan bahwa jika variabel independen

dianggap konstan, maka nilai belanja modal adalah sebesar 12.215

b. Koefisien X1 (b1) = 0.334, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi

perubahan variabel pajak daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja modal

sebesar 0,334 atau 33,4% dengan asumsi variabel lainnnya konstan

c. Koefisien X2 (b2) = 0.057, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi

perubahan retribusi daerah sebesar 1% maka akan menaikkan belanja modal

sebesar 0,057 atau 5,7 % dengan asumsi variabel lainnya konstan.

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel

independennya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat

(63)

Tabel 4.8 Uji Statistik t Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000

Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025

1

Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803

a. Dependent Variable: Ln_Y

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah sebagai

berikut:

a. pajak daerah (LN_X1) mempunyai nilai signifikansi 0.025 yang berarti

nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung 2.295 > t tabel 1,992997.

{t-tabel = (α,0.05 ; df, 73 = 1,992997)}. Berdasarkan kedua nilai tersebut

disimpulkan bahwa H0 ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial pajak

daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal,

b. retribusi daerah (LN_X2) mempunyai nilai signifikansi 0.803 yang jauh

lebih besar dari 0.05, dan nilai t hitung 0.250 < t tabel 1,992997 {t-tabel = (α,0.05 ; df,

73 = 1,992997). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi daerah

secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.

b. Uji Simultan (Uji F)

Menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama

terhadap belanja modal digunakan uji statistik F, yang dapat dilihat pada tabel

Gambar

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaaan Daerah (dalam ribuan rupiah)
Tabel 1.2 Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal
Tabel 2.1  Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

From the article linked with BMKN above we can see a definitive scope BMKN is: moving / immovable objects controlled / owned by the government of which the acquisition is at

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Perlu ditingkatan pengawasan terhadap kawasan perairan Taman Nasional Baluran agar kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat dicegah.Kerjasama yang

Namun ROA juga dapat berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan asumsi bahwa meningkatnya dividen yang dibagi kepada pemegang saham akan menurunkan laba ditahan yang

Nota: PT no califica el comando switchport port-security mac-address sticky ; no obstante, este comando es fundamental en la configuración de la seguridad de puertos.. Paso

Jadi dari uraian di atas dapat dipahami bahwa yang paling dahulu dicari oleh penulis (baca juga peneliti) adalah masalah atau tot&gt;&amp; tulisan (penelitian): bahan -

Akibat bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan badannya akan lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka menyebabkan