UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN / KOTA DI SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : AGAVE SIANTURI
NIM : 060503199
DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”, adalah benar hasil karya saya
sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Reguler Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
Agave Sianturi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas
Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama semua pihak yang telah
turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini oleh karena itu peneliti
ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan
4. Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji
I dan Ibu Risanty, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji II
yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti,
5. Ayahanda AKP. Talas Sianturi dan Ibunda Herlina Siregar yang senantiasa
melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan
mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun pembahasannya. Dengan
demikian peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi banyak pihak.
Medan, 10 Juni 2010 Peneliti,
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ...
B. Perumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teoritis ...
1. Pendapatan Asli Daerah ...
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ...
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah ...
b. Pajak Kabupaten/Kota ...
3. Retribusi Daerah...
a. Retribusi Jasa Umum ...
b. Retribusi Jasa Usaha ...
c. Retribusi Perizinan tertentu...
4.Belanja Modal ...
a. Pengertian Belanja Modal ...
b. Klasifikasi Belanja Modal ...
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...
B. Populasi dan Sampel Penelitian...
C. Jenis dan Sumber Data ...
D. Teknik Pengumpulan Data ...
E. Defenisi Operasional dan Pengumpulan Variabel ...
F. Metode Analisis Data...
1. Pengujian Asumsi Klasik ...
a. Uji Normalitas ...
b. Uji Multikolinieritas ...
c. Uji Heterokedastisitas ...
G. Jadwal Penelitian...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ...
B. Analisis Hasil Penelitian...
1. Statistik Deskriptif ...
2. Pengujian Asumsi Klasik ...
a. Uji Normalitas...
b. Uji Multikolinearitas ...
c. Uji Heteroskedastisitas...
d. Uji Autokorelasi...
3. Analisis Regresi ...
4. Pengujian Hipotesis ...
a. Uji parsial (Uji-t) ...
b. Uji simultan (Uji-F) ...
5. Pembahasan Hasil Penelitian...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...
B. Keterbatasan Penelitian ...
DAFTAR TABEL
Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal ...
Tinjauan Penelitian Terdahulu ...
Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ...
Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara...
Defenisi Operasional Variabel...
Jadwal Penelitian...
Descriptive Statistic ...
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test sebelum transformasi data ...
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test setelah transformasi data ...
Hasil Uji Multikolinieritas sebelum transformasi data ...
Hasil Uji Multikolinieritas setelah transformasi data ...
Hasil Uji Autokorelasi ...
Hasil Analisis Regresi...
Uji statistik t ...
Uji statistik F...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Kerangka Konseptual ...
Histogram sebelum transformasi data ...
Normal P-Plot sebelum transformasi data ...
Histogram setelah transformasi data...
Normal P-Plot setelah transformasi data...
Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 23
37
38
40
41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i
Lampiran ii
Lampiran iii
Lampiran iv
Daftar Sampel Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ...
Tabulasi Data ...
Hasil Uji Regresi Berganda Sebelum Tranformasi ...
Hasil Uji Regresi Berganda Setelah Tranformasi...
58
59
62
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia
sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber
penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah ini
berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada
pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi
penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah.
Untuk merealisasikan pelaksanaan Otonomi Daerah maka sumber
pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah dimana peranan PAD diharapkan dan diupayakan
dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di
daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan
memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri.
Pendapatan Asli Daerah itu sendiri terdiri dari 4 komponen yaitu : pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada penelitian ini peneliti membatasi objek
penelitian dengan hanya melingkupi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal
ini dikarenakan 2 komponen penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar adalah
Pajak daerah dan Retribusi daerah sehingga kedua komponen tersebut diharapkan
telah mewakili komponen Pendapatan Asli Daerah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib
rakyat kepada negara. Dari pajak tersebut yang akhirnya akan digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, Pajak daerah juga berperan
serta dalam membiayai pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka
kebutuhan akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena kita telah
mengetahui bahwa sebagian besar pendapatan negara kita adalah berasal dari
pajak yaitu sekitar 75 %. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus
ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi daerah dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah sejak otonomi daerah setiap daerah
berusaha mengali potensi keuangannya melalui Pendapatan Asli Daerah. Dengan
demikian seharusnya Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terbesar dalam
penerimaan daerah namun pada praktiknya, Dana Alokasi Umum (DAU) lebih
sebagai dana utama untuk membiayai belanja daerah. Berdasarkan pengumpulan
data awal terdapat gambaran adanya kesenjangan antara komposisi Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel
penerimaan daerah di bawah ini,
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaaan Daerah (dalam ribuan rupiah)
No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak Daerah
1 Kota Asahan 2005 13.965.406 5.770.773 0 3.363.822 356.321.599 2006 12.173.766 5.711.817 2.447.888 8.810.029 602.742.168 2007 10.048.285 5.608.640 1.922.566 13.450.632 660.286.677
2008 6.902.929 5.148.872 2.308.979 8.282.091 549.266.559
2. Kab. Langkat 2005 10.180.800 4.493.468 0 2.160.475 391.758.815
2006 9.640.259 4.344.635 0 4.655.610 645.263.025
2007 12.636.889 3.750.163 0 15.735.039 723.227.494
2008 9.853.627 4.892.039 0 10.311.084 764.050.826
3. Kota Tnjg. Balai 2005 4.220.611 3.323.962 80.000 1.950.000 132.140.530
2006 3.449.309 2.214.363 1.079.218 3.576.844 214.777.303
2007 3.500.900 2.821.798 849.690 4.525.637 232.135.285
2008 3.945.401 3.281.261 1.125.190 4.284.325 271.398.621
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama
pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal
dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah
akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau
pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran. Berdasarkan fakta empirik
retribusi daerah yang terus mengalami penurunan. Sebaliknya dari sisi belanja
modal mengalami kenaikan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
selamanya perubahan Pendapatan Asli Daerah seiring dengan perubahan Belanja
Daerah.
Tabel 1.2
Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal Periode 2005-2008 (dalam Rp .000)
No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak
Daerah ∆
Sepanjang tahun 2005-2008 Kabupaten Asahan terus mengalami penurunan
pajak daerah dan retribusi daerah antara lain, tahun 2005-2006 pajak daerah
menurun sebesar 14,71%. Tahun 2006-2007 menurun sebesar 21,15% dan pada
tahun 2007-2008 menurun sebesar 45,56%. Begitu juga dengan retribusi daerah
pada tahun 2005-2006 menurun sebesar 1,03%, tahun 2006-2007 menurun
sebesar 1,93% dan tahun 2007-2008 menurun sebesar 8,92% namun bila dilihat
2005-2006 sebesar 35,95% dan tahun 2005-2006-2007 naik sebesar 46,34% kecuali pada
tahun 2007-2008 belanja modal kabupaten asahan mengalami penurunan sebesar
14,43%. Hal yang sama juga terjadi pada Kabupaten Langkat dan Kota Tanjung
Balai, dimana penurunan pendapatan berbanding terbalik dengan peningkatan
belanja.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan
pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini
diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di
daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah
dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari berbagai
jenis anggaran belanja daerah Pemerintah Daerah mengalokasikan dana berbentuk
anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .
Terkait dengan hal ini, Irma Syahfitri (2008) melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan penelitian dimana variabel
independen yang digunakan kurang spesifik dan sampel hanya berjumlah 11
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Selain itu penelitian ini juga hanya dilakukan
pada periode 2004-2006. Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut,
berjudul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian
Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. apakah Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian
Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,
2. apakah Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian
Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,
3. apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan
terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap
pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara,
2. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap
pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
3. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. bagi peneliti untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti
khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pengalokasian belanja modal,
2. bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan sumbangan informasi dalam hal
pengelolaan keuangan daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, serta
pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga Pemerintah
Daerah dapat memanfaatkan potensi daerah dengan optimal,
3. bagi pihak lain sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya
khususnya yang berminat melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil
perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Undang-Undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari :
1) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.
pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan.
Menurut Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang
dimaksud pajak daerah adalah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu :
a) Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000
yakni :
(1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,
(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,
(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
b) Pajak Kabupaten / Kota
Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain :
(1) Pajak Hotel,
(2) Pajak Restoran,
(3) Pajak Hiburan,
(4) Pajak Reklame,
(5) Pajak Penerangan Jalan,
(6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C,
(7) Pajak Parkir.
2) Retribusi daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :
a) Retribusi Jasa Umum,
b) Retribusi Jasa Usaha,
c) Retribusi Perizinan Tertentu.
3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan
Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik
Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
b) Bagian Laba Lembaga Keuangan Daerah,
c) Bagian Laba Lembaga Keuangan Non bank,
d) Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain
milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
b) Penerimaan jasa Giro,
c) Penerimaan bunga deposito,
d) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah.
2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas
kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
yaitu semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang
digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk
sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air adalah
pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadan yang
terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam
badan usaha.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan baker
yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk
bahan baker yang digunakan untuk kendaraan diatas air.
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Tanah
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah
tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang pribadi atau badan,
kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.
Tarif Pajak Provinsi adalah :
1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%,
2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%,
3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%,
4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
b. Pajak kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu bangunan yang
khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau beristirahat,
memperoleh pelayanan dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran
termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang
sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2) Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran, yaitu tempat yang disediakan untuk menyantap makanan
dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi , kedai
mie, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan berkaraoke,
usaha jasa katering dan usaha jasa boga.
3) Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan, yaitu semua
jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan
nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan
dipungut bayaran tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga.
4) Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu benda,
alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk
tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau
kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat,
dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh
pemerintah.
5) Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan
yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C
Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak atas
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7) Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat
parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan
bermotor yang memungut bayaran.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah :
2) pajak restoran 10%,
3) pajak hiburan 35%,
4) pajak reklame 25%,
5) pajak penerangan jalan 10%,
6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%,
7) pajak parkir 20%.
3. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum :
1) pelayanan Kesehatan,
2) pelayaran Persampahan/Kebersihan,
3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil,
4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.
5) Pelayanan Parkir di tepi jalan
6) Pelayanan Pasar
7) Pengujian Kendaraan Bermotor
9) Penggantian biaya cetak peta
10) Pengujian Kapal Perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi pelayanan
dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal
dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan
swasta karena pada dasarnya dapat pula disediakan pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha :
1) Pemakaian Kekayaan Daerah,
2) Pasar Grosir/Pertokoan,
3) Tempat Pelelangan,
4) Terminal,
5) Tempat Khusus Parkir,
6) Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa,
7) Penyedotan Kaskus,
8) Rumah Potong Hewan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang,
prasarana, sarana ataupun fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu :
1) Izin mendirikan bangunan,
2) Izin tempat Penjualan minuman Beralkohol,
3) Izin gangguan,
4) Izin Trayek.
4. Belanja Modal
a. Pengertian Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja
modal dibagi menjadi :
1) belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan
jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian
mobil ambulans,
2) Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh
operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas,
Menurut Halim (2004:73), “belanja modal merupakan belanja yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan,
peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain
belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya
menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan
kapasitas dan kualitas aset.
b. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu:
1) Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai,
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari
12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai,
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan
bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai,
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan
pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai,
5) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan /
pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan
ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan
bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan
jurnal ilmiah.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
1. Irma Daerah (PAD), dan Dana Alokasi
/Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera
1. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
2. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi
Utara 3. Abdullah
Syukriy (2006)
Studi atas Belanja
Modal pada Sumber pendapatan
Independen
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah.
1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan
Retribusi Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli
Daerah. Disini peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh
terhadap Belanja Modal.
2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian
sebelumnya, sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota,
sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 19
kabupaten/kota.
3. Tahun penelitian pada penelitian ini lebih banyak daripada penelitian
sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya
tahun yang digunakan untuk penelitian mulai dari tahun 2004-2007,
sedangkan pada penelitian ini, peneliti menambah tahun penelitian dari
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep
teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya
otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber
keuangan sendiri dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber
penerimaan keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan
Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah itu sendiri bersumber dari masyarakat dan sudah selayaknya
Pemerintah Daerah mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk
mendukung kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian
masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk pelayanan publik
lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas layanan publik.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Retribusi Daerah (X2)
Belanja Modal Pajak Daerah
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka
hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian
Belanja Modal.
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap
pengalokasian Belanja Modal.
H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat.
Menurut Umar (2003:30) “Desain kausal berguna untuk mengukur
hubungan-hubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Rochaety (2009:63) “ Populasi : sekelompok orang, kejadian, atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terdapat di Sumatera
Utara pada tahun 2005-2008. Jumlah populasi adalah 33 Kabupaten/Kota yang
terbagi atas 25 Kabupaten dan 8 Kota yang ada di Sumatera Utara.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. Kabupaten Batubara Kabupaten Dairi Kabupaten Deli serdang
Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Karo
Kabupaten Labuhan Batu
Kabupaten Labuhan Batu Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Kabupaten Langkat
Kabupaten Mandailing Natal
1.
Kota Gunung Sitoli Kota Medan
Kota Padang Sidempuan Kota Pematang Siantar Kota Sibolga
12. Kanupaten Nias Barat Kabupaten Nias Selatan Kabupaten Nias Utara Kabupaten Padang Lawas Kabupaten Padang Lawas Utara Kabupaten Pakpak Barat
Kabupaten Samosir
Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
Menurut Rochaety (2009:63) “Sampel : sebagian dari unit-unit populasi
yang diperoleh melalui sampling tertentu”. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel karena
memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :
1. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
Laporan keuangan nya secara konsisten dari tahun 2005-2008,
2. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah
pemekaran selama tahun 2005-2008.
Berdasarkan kriteria diatas, maka Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 kabupaten/kota yang terdiri dari
Tabel 3.2
Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1.
Kabupaten Deli serdang Kabupaten Toba samosir Kabupaten Tapanuli selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Nias
Kabupaten Karo
Kabupaten Mandailing natal Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Labuhan Batu
1.
Kota Pematang Siantar Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi Kota Sibolga
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data seperti
Badan Pusat Statistik (BPS) dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna
data. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder merupakan data primer yang telah
diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan
sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data time series. Data time
series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat
dalam beberapa internal waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan,
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi
yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara yaitu internet. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data-data
dari Laporan Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota sejak
tahun 2005-2008 dengan bersumber dari laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. variabel independen atau bebas (X)
Menurut Umar (2003:50), “Variabel Independen (bebas) adalah variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”.
2. variabel dependen atau terikat (Y)
Menurut Umar (2003:50), “Variabel dependen (tergantung) adalah variabel
yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen”.
Tabel 3.3
Defenisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Nama Variabel Definisi
Independen (X1) Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/ kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dependen (Y) Belanja Modal Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan bantuan program Software SPSS for
windows 16.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengujian asumsi klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum
melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu
pengujian asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
maka uji statistik t dan F tidak dapat diterapkan. Pengujian tentang normal atau
tidaknya suatu data dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan analisis grafik dan uji
statistik. Analisis grafik untuk melihat distribusi normal dapat dilihat dengan
grafik histogram dan grafik normal Probability-Plot. Sedangkan dengan uji
statistik dapat dilakukan dengan uji non parametric Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Jika variabel
bebas (independen) saling berkolerasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal.
Variabel Orthogonal adalah adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas didalam suatu model regresi adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolonieritas VIF =1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance =
1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang
dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik
multikolonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang
3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-square diatas
0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap
variabel dependen, maka dimodel terkena multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastistas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi
Heteroskedasitas (Homoskedastisitas). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas :
1) melihat Grafik Plot,
2) uji Park,
3) uji Glejser,
4) uji White.
Kebanyakan data crosssection mengandung situasi Heterokedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,
besar).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
ini muncul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi
ke obsertvasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time
series) karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung
mempengaruhi seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda (multiple regressions).
Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan model regresi
linear sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal secara terpisah sedangkan
Hipotesis ketiga dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh
seluruh variabel secara serentak. Hipotesis ini juga dapat dianalisis dengan
melakukan uji:
a. Uji statistik “t” atau uji signifikan parameter individual, untuk
menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
Pengujian hipotesis pertama (H1) dianalisis dengan regresi sederhana
untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal
Y = a + b1X1 + e
Pengujian hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan regresi sederhana untuk
melihat pengaruh variabel retribusi daerah terhadap belanja modal secara
parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan :
Y = a + b2X2 + e
b. Uji statistik “F” atau uji signifikansi simultan ; untuk melihat apakah
semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen.
Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi berganda untuk
melihat pengaruh varibel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan
terhadap belanja modal yang digambarkan dengan persamaan :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Belanja Modal
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi variabel X1,X2
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi daerah
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Pengajuan Judul
2 Pengumpulan Data
3 Penyelesaian Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengolahan dan analisis
data
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Pulau Sumatera yang berada di
bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas
wilayah Sumatera Utara sebagai berikut :
Utara : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Selat Malaka,
Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Samudera
Indonesia,
Barat : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Samudera
Indonesia,
Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.
Berbatasan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3
kelompok wilayah yaitu :
1. pantai barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias),
2. daratan tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan
Dairi),
3. pantai timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung
Balai, dan Labuhan Batu).
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di Kota Medan. Sebelumnya,
pada tahun 1945. Pada Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi
sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari
Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680
km2 dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan
5.456 kelurahan/desa.
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu,
Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti
Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan berbagai aliran keperayaan lainnya. Menurut
hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 2000, penduduk Sumatera Utara
berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia)
dengan pertumbuhan 1,20 % per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut
bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil
Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk.
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus
terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/kota yang telah ditentukan sebagai
sampel. Adapun kabupaten/kota yang terpilih menjadi sampel penelitian
berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak 19
sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang digunakan dalam
penelitian.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Belanja Modal 76 10708482 413093932 113172619.96 83000232.880
Pajak Daerah 76 1298681 197114410 16985017.14 40810852.142
Retribusi
Daerah 76 917305 141054830 11421625.74 27910736.928 Valid N
(listwise) 76
Dalam ribuan rupiah
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran iii)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa (dalam ribuan rupiah) :
a. Rata-rata dari belanja modal adalah 113172619.96 dengan standard deviasi
83000232.880 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai belanja modal (Y)
tertinggi adalah 413093932 dan nilai belanja modal terendah adalah
10708482,
b. Rata-rata dari pajak daerah adalah 16985017.14 dengan standard deviasi
40810852.142 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai pajak daerah (X1)
tertinggi adalah 197114410 dan nilai pajak daerah terendah adalah 1298681,
c. Rata-rata dari retribusi daerah adalah 11421625.74 dengan standard deviasi
(X2) tertinggi adalah adalah 141054830 dan nilai retribusi daerah terendah
adalah 917305.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak.
Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat
dideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, ditunjukkan sebagai
berikut :
Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram
terebut memberikan pola distribusi data megikuti kurva berbentuk lonceng yang
tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut adalah normal.
Gambar 4.2
Normal P-Plot sebelum transformasi data
Berdasarkan pada gambar 4.2, Ghozali (2005) menyatakan bahwa “jika
distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya”. Dari hasil
uji normalitas diatas, dengan menggunakan grafik normal plot, terlihat titik-titik
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi
terdistribusi secara normal.
2) Uji statistik
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
H0 diterima apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, sedangkan
H0 ditolak jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Adapun hasil pengujian
terdapat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebelum transformasi data
Unstandardized Residual
N 76
Mean .0000000
Normal Parametersa
Std. Deviation 64934374.06367595
Absolute .103
Positive .103
Most Extreme Differences
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .900
Asymp. Sig. (2-tailed) .392
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)
Hasil analisis metode one Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,90 dan tidak signifikan pada 0,05
yang mengatakan bahwa residual terdistibusi secara normal atau dengan kata lain
variabel residual berdistribusi normal.
Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik diatas
menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, namun pada saat melakukan uji
multikoloniearitas, hasilnya mengindikasikan telah terjadi multikolinearitas pada
model regresi, sehingga dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan melakukan
transformasi seluruh variabel penelitian kedalam fungsi Logaritma Natural (Ln).
Hasil pengujian data ulang menghasilkan :
1) Analisis grafik
Gambar 4.3
Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data diatas
memperlihatkan bahwa pada grafik histogram diatas distribusi data mengikuti
kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng
kanan atau bisa disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Gambar 4.4
Normal P-Plot setelah transformasi data
Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik P-Plot terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi
setelah ditransformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural juga terdistribusi
2) Uji Statistik
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah transformasi data
Unstandardiz ed Residual
N 76
Mean .0000000
Normal Parametersa
Std. Deviation .65132621
Absolute .105
Positive .090
Most Extreme Differences
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .915
Asymp. Sig. (2-tailed) .372
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Hasil análisis metode One Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.915 dan tidak signifikan pada 0,05
{karena Asymp.Sig. (2tailed 0.372 > dari 0.05)}. Kita tidak dapat menolak H0
yang mengatakan data residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain
variabel residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Menurut Ghozali (2005) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value
adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10
= terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas sebelum transformasi Coefficientsa
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance
pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) > 0,10 dan VIF nya > 10. Hasil
Pengujian ini mengindikasikan bahwa terjadi multikolonieritas diantara variabel
independen dalam penelitian. Tindakan perbaikan yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan salah satu dari beberapa cara yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel
penelitian ke dalam fungsi Logaritma Natural (LN), sehingga data pajak daerah
dan retribusi daerah menjadi LN_pajak daerah atau LN(X1) dan LN_retribusi
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas setelah transformasi Coefficientsa
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance LN_pajak
daerah LN(X1), LN_retribusi daerah LN(X2) > 0,10 dan VIFnya < 10. Pengujian
ini mengindikasikan tidak terjadi multikolonieritas diantara variabel independen
dalam penelitian.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadi
heterokedastisitas. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model
regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika :
1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar angka 0,
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas
Gambar scatterplot diatas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar scatterplot ini
mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga
modal) berdasarkan masukan variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi
daerah.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu (t) dengan variabel pengganggu
periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan
pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil dari uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi
adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari
Prof.Singgih sebagai berikut :
1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 , berarti tidak ada autokorelasi
Pada bagian model summary, hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka
D-W sebesar +0,489 (-2<0,489<+2) karena angka D-W diantara -2 sampai +2,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi.
3. Analisis Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, beberapa
tahapan dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi
daerah) terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi yang dapat
disusun untuk variabel pajak daerah dan retribusi daerah adalah (dalam ribuan
Y = 12.215 + 0.334 X1 + 0.057 X2
Dimana :
Y = Logaritma Natural Realisasi Belanja Modal
X1 = Logaritma Natural Realisasi Pajak Daerah
X2 = Logaritma Natural Realisasi Retribusi Daerah
Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah :
a. Konstanta (a) sebesar 12.215, menyatakan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan, maka nilai belanja modal adalah sebesar 12.215
b. Koefisien X1 (b1) = 0.334, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi
perubahan variabel pajak daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja modal
sebesar 0,334 atau 33,4% dengan asumsi variabel lainnnya konstan
c. Koefisien X2 (b2) = 0.057, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi
perubahan retribusi daerah sebesar 1% maka akan menaikkan belanja modal
sebesar 0,057 atau 5,7 % dengan asumsi variabel lainnya konstan.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat
Tabel 4.8 Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah sebagai
berikut:
a. pajak daerah (LN_X1) mempunyai nilai signifikansi 0.025 yang berarti
nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung 2.295 > t tabel 1,992997.
{t-tabel = (α,0.05 ; df, 73 = 1,992997)}. Berdasarkan kedua nilai tersebut
disimpulkan bahwa H0 ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial pajak
daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal,
b. retribusi daerah (LN_X2) mempunyai nilai signifikansi 0.803 yang jauh
lebih besar dari 0.05, dan nilai t hitung 0.250 < t tabel 1,992997 {t-tabel = (α,0.05 ; df,
73 = 1,992997). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi daerah
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
b. Uji Simultan (Uji F)
Menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama
terhadap belanja modal digunakan uji statistik F, yang dapat dilihat pada tabel