• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

Nama : RAHMA DHANI K. LUBIS NIM : 072600100

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Penyayang, karena dengan berkah, rahmat, dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “Sistem Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan” ini sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Penulis menyusun laporan ini berdasarkan teori dari beberapa buku dan peraturan perundang-undangan perpajakan, serta dari data dan informasi yang penulis peroleh selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Adapun penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dinyatakan lulus pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis selama ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Kariono M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan masukan dan saran secara ikhlas meluangkan waktunya bagi penulis mulai dari awal pengerjaan sampai selesainya tugas akhir ini.

(3)

5. Bapak Drs. Korpen Damanik selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia beserta stafnya khususnya pada Kepala Seksi Penagihan yaitu Bapak Subianto SE dan Bang Edward SH Manik yang telah mengorbankan waktunya dalam membantu saya dalam mengerjakan tugas akhir ini.

6. Keluarga yang saya sayangi khususnya kepada kedua orang tua yang telah merawat, membimbing, mendidik, memberi semangat, memberi dukungan, memberi nasehat dengan tanpa kenal lelah dari saya kecil hingga saat ini.

7. Sahabat-sahabat saya di GeNk GR, Fadliah Ramadhani Hsb (yang paling narsis), Lida Nur Pratiwi (yang paling serius), Rini Handayani (TUTI alias TUkang TIdur), Rupina Tarigan (yang paling genit) yang selalu setia menemani dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun penyajian. Semua ini disebabkan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini di kemudian hari. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi tambahan referensi yang bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, 23 Juni 2010

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………. i

DAFTAR TABEL………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 2

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 4

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………. 4

E. Metode Pengumpulan Data………... 6

F. Sistematika Penulisan Laporan………. 7

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia……….. 10

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia………... 15

C. Tugas dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Polonia…………... 17

BABIII : GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan………... 22

B. Pengertian Penagihan Pajak……….26

(5)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

A. Penerapan Sistem Penagihan PBB pada KPP Pratama

Medan Polonia………36 B. Pencairan Tunggakan PBB pada KPP Pratama

Medan Polonia………37 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………41

B. Saran………..42

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL Tabel 1 B.1Pencairan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan

Periode Januari-Mei 2010………37 Tabel 2 B.2 Pencairan Tunggakan Terhadap Pokok Ketetapan

Pajak Bumi dan Bangunan Per Tahun Pajak

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, merata baik material maupun spiritual. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang dicita-citakan, diperlukan sarana dan prasarana yang dapat berupa sumber daya manusia, pengetahuan atau teknologi, situasi politik yang mantap dan dana yang memadai. Dalam hal memenuhi kebutuhan dana yang memadai guna pembiayaan pembangunan nasional, pemerintah mempunyai sumber-sumber penerimaan yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri. Salah satu contoh penerimaan yang berasal dari dalam negeri yang sangat penting dan potensial sekali untuk membiayai pembangunan nasional adalah dari sektor pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(8)

dengan Surat Paksa dan dilakukan tindakan penyitaan serta bila perlu dilakukan pelelangan (Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 503/PJ./2000).

Dengan adanya pajak dapat menunjang usaha pembangunan secara merata serta mendorong investasi yang lebih merata di seluruh wilayah Republik Indonesia, terutama untuk pembangunan daerah terpencil yang selama ini terbelakang atau terlambat perkembangannya. Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir dengan judul “ SISTEM PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada, maka secara objektif penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui penerapan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b. Mengetahui pencairan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Penulis

a. Sebagai motivasi untuk belajar.

b. Untuk menerapkan pengetahuan yang dipelajari secara teoritis ke linkungan kerja secara nyata.

c. Mempersiapkan pelajar/mahasiswa untuk bekerja nantinya.

(9)

e. Sebagai sarana untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik antar satu individu dengan individu lainnya

Bagi Universitas Sumatera Utara

a) Dapat meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

b) Dapat memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara

c) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

d) Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli di bidang perpajakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara

Bagi kantor/instansi

a) Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi pajak dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dilembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b) Untuk membantu instansi dalam mensosialisasikan perencanaan pajak.

c) Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada instansi pemerintahan khususnya di bidang perpajakan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(10)

a. Mengetahui penerapan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b. Mengetahui pencairan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis mempersiapkan hal-hal untuk melakukan PKLM seperti pengajuan judul, persetujuan penentuan judul, penentuan dosen pembimbing dan surat pengantar serta hal-hal yang mendukung untuk PKLM.

2. Studi Literatur

Di dalam tahap ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-Undang Peraturan Daerah, bahan-bahan kuliah, internet, majalah, berita, pajak, dan lain-lain maupun literatur yang berhubungan dengan obyek PKLM.

3. Observasi Lapangan

Didalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Mulai dari mencari key person, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar.

(11)

Penulis mulai mendapatkan gambaran tentang sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, maka dari itu data sudah dapat dikumpulkan dari apa-apa saja yang sudah dilihat dan tentu saja dari data yang diberikan pihak Kantor Pelayanan Pajak tersebut, baik itu data tetulis ataupun yang terjadi secara nyata ( langsung ).

Adapun pengumpulan data yaitu sebagai berikut: a. Data Primer

Data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dan berkaitan dengan objek topik PKLM.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku, Undang-Undang, dan referensi lain. 5. Analisis Data Dan Evaluasi

Setelah data yanng diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis sudah dapat mulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan secara objektif.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Daftar Pertanyaan, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

(12)

para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan kebutuhan penulis.

2. Daftar Observasi, yaitu menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati, melalui observasi peneliti akan memperoleh informasi/data yang tidak mungkin bisa dihimpun melalui wawancara. Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

3. Daftar Dokumentasi

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

(13)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi.

BAB III : GAMBARAN DATA

Dalam bab ini penulis memaparkan data yang berkaitan dengan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh, serta menganalisis masalah yang timbul serta alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah, serta menganalisa data untuk menjawab perumusan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. SEJARAH UMUM KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Sebelum disebut Kantor Pelayana Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1976, mulai bulan Juni Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri dua kantor yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli e. Kec. Medan Belawan f. Kotamadya Binjai g. Kab. Langkat

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan BaruA b. Kec. Medan Denai

c. Kec. Medan Deli Serdang d. Kab. Karo

(15)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 pada tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak.Pada tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak, dari dua KIP yaitu KIP Medan Utar a dan KIP Medan Selatan dipecah menjadi tiga KPP yaitu :

1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Belawan

2. KPP Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah

kerjanya meliputi: a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai

c. Kec Medan Polonia d. Kec. Medan Maimun

3. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(16)

b. Kec. Medan Sunggal c. Kec. Medan Binjai d. Kab. Langkat e. Kab. Karo

f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kab. Deli Serdang menjadi KPP Tebing Tinggi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 tanggal 29 Maret, Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera Utara terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4(empat) Kantor Pelayanan Pajak yang baru dibentuk yaitu: 1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya

meliputi:

a. Kec. Medan Belawan b. Kec. Medan Marelan c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli

2. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(17)

f. Kec. Medan Selayang g. Kec. Medan Sunggal h. Kec. Medan Helvetia i. Kec. Medan Tuntungan

3. KPP Medan Timur dengan alamat Jl. Diponegoro No. 30A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Perjuangan c. Kec. Medan Area d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Tembung f. Kec. Medan Kota g. Kec. Medan Amplas h. Kec. Medan Johor

4. KPP Binjai dengan alamat Jl. Asrama No. 7A Medan yang wilayah kerjanya meliputi: a. Kotamadya Binjai

b. Kab. Langkat c. Kab. Tanah Karo

d. Enam Kecamatan di Deli Serdang yaitu: - Kec. Medan Sunggal

(18)

- Kec. Sibolangit - Kec. Kutalinbaru - Kec. Labuhan Deli

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari:

1. KPP Pratama Binjai 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Belawan 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Petisah 6. KPP Pratama Medan Polonia 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Lubuk Pakam

(19)

B. STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Setiap Instansi atau perusahaan satu organisasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menerapkan struktur organisasi lini dan staff. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi

3. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI) 4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 6. Seksi Pemeriksaan

7. Kelompok Fungsional 8. Seksi Pelayanan

(20)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia merupakan struktur organisasi garis staff yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan Republik Indonesia.

C. TUGAS DAN FUNGSI PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Adapun tugas pokok dan fungsi pada masing-masing seksi pada KPP Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut sub bagian umum mempunyai fungsi:

a. Pengurusan tata usaha dan kepegawaian

b. Pengurusan keuangan kantor misalnya pengurusan gaji pegawai, pengajuan

usul pengangkatan bendahara, penyusunan daftar realisasi anggaran belanja, pembayaran tagihan, lembur pegawai dan lain-lain.

c. Pengurusan rumah tangga dan perlengkapan yang dibutuhkan.

(21)

2. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi:

a. Pendaftaran Ojek Pajak baru dengan penelitian kantor dan lapangan. b. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP

c. Pelaksanaan penilaian individual objek PBB d. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan. e. Pemeliharaan data ojek dan subjek PBB f. Pendaftaran Wajib Pajak

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan penerimaan dan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal penatausahaan dan pelaksanaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan untuk mernyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi sebagai berikut:

(22)

Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi.

b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak c. Usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak d. Penghapusan piutang pajak

e. Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang dan Permohonan Pembatalan Lelang

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Tanah dan bangunan dan pajak lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,

penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdapat empat seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.

6. Seksi Pemeriksaan

(23)

7. Kelompok Fungsional

Kelompok Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia. Dalam melaksanakan pekerjaannnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.

8. Seksi Pelayanan.

Memiliki tugas dalam hal penertiban dan penetapan produk hokum pewrpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,

Penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Unit Fiskal Luar Negeri

Unit Fiskal Luar Negeri bertugas memberi pelayanan fiskal luar negeri kepada warga Negara yang hendak berpergian ke luar negeri. Unit ini berada di Bandara Internasional Polonia Medan dan bertugas setiap hari.

KPP Pratama Medan Polonia struktur organisasinya terdiri dari:

- Kepala Kantor = 1 orang

- Kepala Seksi = 6 orang

- Supervisor = 2 orang

- Account Representative = 16 orang

- Pemeriksa Pajak = 6 orang

- Pelaksana

Jumlah = 85 orang

(24)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak yang terutang.

Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan kepada Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang telah disempurnakan dengan Undang-undang No.12 Tahun 1994 tentangperubahan atas Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan seterusnya di dalam tulisan ini disebut dengan UU PBB.

3. Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

(25)

Sedangkan permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan / atau perairan. Di dalam memori penjelasan UU PBB yang termasuk bangunan adalah :

• Jalan lingkungan dalam suatu komplek bangunan

• Jalan tol

• Kolam renang

• Pagar mewah, taman mewah

• Tempat olah raga

• Galangan kapal, dermaga

• Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

• Fasilitas yang memberi manfaat

Di dalam UU PBB juga diatur beberapa objek pajak yang tidak dikenakan PBB yaitu:

• objek yang digunakan semata-mata untuk kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

• Objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis

dengan itu.

• Objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

(26)

• Objek yang dipergunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas

perlakuan timbal balik.

• Objek yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Kuangan.

Subjek dari PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Apabila subjek pajak tersebut dikenakan kewajiban membayar pajak maka subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak.

4. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

PBB mempunyai tarif tunggal (single tariff) sebesar 0,5% yang berlaku sejak UU PBB tahun 1985 sampai dengan sekarang.

5. Pendaftaran dan Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak

a. Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak

- Wajib Pajak Aktif

- Menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yg dapat diperoleh pada :

- Kantor Pelayanan PBB - Dinas Pendapatan Daerah

- Kantor Camat atau Kantor Lurah - Tempat lain yang ditunjuk - SPOP harus diisi : - jelas, benar dan lengkap

(27)

- SPOP dikirim kembali ke KPPBB untuk diproses - KPPBB memproses SPOP :

- meneliti data isian SPOP - meng-entry data isian tersebut - mencetak data keluran berupa :

1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT ) 2. Surat Tanda Terima Setoran ( STTS )

3. Daftar Himpunan Ketetapan Pajak ( DHKP ) b. Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak

- Fiskus (Aparat PBB) aktif melakukan pendataan ke lapangan - Alternatif cara pendataan yang digunkan ada 4 :

1.Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP

2. Pendataan dengan cara identifikasi objek dan subjek pajak 3. Pendataan dengan cara verifikasi objek dan subjek pajak 4. Pendataan dengan cara pengukuran objek pajak

- Alat yang digunakan : SPOP, alat ukur dan alat tulis kantor - Hasil pendataan :

1. Peta yang terdiri dari : - Peta Blok

(28)

B. Penagihan Pajak

1. Pengertian

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Penjualan barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk aset-aset tertentu seperti surat berharga, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.

Yang dimaksud dengan Penanggung Pajak menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak atau memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(29)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (UU BPHTB) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000.

Dalam Pasal 18 ayat (1) UU KUP disebutkan:

“Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan,

Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak”.

Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) ini disebutkan:

” Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah, merupakan sarana administrasi bagi Direktur Jenderal Pajak untuk

melakukan penagihan pajak”.

Dalam Pasal 12 UU PBB disebutkan:

“Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), Surat Ketetapan (SKP), dan Surat

(30)

2. Dasar Pengenaan PBB

Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. NJOP

ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan

mendengar pertimbangan Bupati/Walikota serta memperhatikan:

a. Harga rata-rata diperoleh dari transaksi jual beli, yang terjadi secara wajar;

b. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenisyang letaknya berdekatan

dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;

c. Nilai perolehan baru;

d. Penentuan NJOP pengganti.

3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena

pajak. Besarnya NJOPTKPnuntuk setiap daerah Kabupaten/Kota

setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali

dalam satu Tahun Pajak.

b. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapat

pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan

tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

(31)

Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya

presentase NJKP adalah sebagai berikut:

• Objek pajak perkebunan adalah 40%

• Objek pajak kehutanan adalah 40%

• Objek pajak pertambangan adalah 40%

• Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):

- Apabila NJOP-nya > Rp 1.000.000.000,- adalah 40%

- Apabila NJOP-nya < Rp 1.000.000.000,- adalah 20%

5. Tata Cara Penagihan

Jatuh tempo SPPT adalah 6(enam) bulan. Pembayaran setelah lewat jatuh tempo WP akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan (48%). Setelah jatuh tempo dan WP belum juga membayar PBB akan dikeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang jatuh temponya 1(satu) bulan. Kemudian berturut-turut akan dikeluarkan Surat Paksa (SP), Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan akhirnya barang sitaan akan dilelang untuk membayar PBB (Tata Urutan Penagihan diatur lebih lanjut dalam Undang Undang Penagihan Pajak).

[image:31.612.109.494.646.715.2]

Tindakan penagihan pajak berdasarkan urutan proses pelaksanaannya, alasan dilakukannya tindakan penagihan tersebut, dan waktu pelaksanaannya disajikan dalam tabel berikut .

NO. JENIS TINDAKAN ALASAN

WAKTU

(32)

AN

1. Penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis

(Pasal 8 sampai Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 24/PMK.03/2008)

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan jatuh tempo

Setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo

2. Penerbitan Surat Paksa

(Pasal 7 UU No.19/2000 dan Pasal 15 sampai Pasal 23 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor:

24/PMK.03/2008)

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya dan

kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis

Setelah lewat 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran atau Surat

Peringatan atau surat lain yang sejenis

3. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

(Pasal 12 UU

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya dan

kepadanya telah

Setelah lewat 2x24 jam Surat Paksa

(33)

No.19/2000) diberitahukan Surat Paksa

kepada Penanggung Pajak

4. Pengumuman Lelang

Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 24/PMK.03/2008) Setelah pelaksanaan penyitaan ternyata Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya Setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan

5. Penjualan/Pelelangan Barang Sitaan

(UU No.19/2000 Pasal 26)

Pasal 28 Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

24/PMK.03/2008)

Setelah pengumuman lelang ternyata

Penangung Pajak tidak melunasi utang pajaknya Setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak Pengumuman Lelang

(34)

yang berkaitan dengan tindakan penagihan pajak. Tanpa pengetahuan yang memadai maka proses penagihan tidak akan berjalan sebagaimana diharapkan.

6. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) Sebab-sebab terbitnya SKP :

1. SPOP tidak kembali. SPOP yang dikirim ke Wajib Pajak harus dikembalikan dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal diterima oleh

2. WP. Lewat waktu akan ditetapkan secara jabatan dengan mengeluarkan SKP. Jumlah ketetapan pajak dalam SKP adalah jumlah pokok pajak (secara jabatan) ditambah denda administrasi sebesar 25%. Jatuh tempo SKP adalah 1(satu) bulan. Lewat jatuh tempo akan diberlakukan UU Penagihan Pajak.

3. SPOP dikembalikan oleh WP kemudian diproses menjadi SPPT. Setelah terbit SPPT terdapat data baru hasil pemeriksaan SPOP yang menyebabkan Pajak Terutang tambah besar. Atas kekurangan pajak tersebut akan diterbitkan SKP yang jumlahnya adalah sebesar kekurangan ditambah denda administrasi 25% dari kekurangan tersebut.

(35)

C. Bagan Penagihan dan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan

SPOP 30 HARI DIKEMBALIKAN TIDAK SKP + denda 25% Dari POKOK SPPT ya

6 bulan SPOP tdk BENAR SKP + 25% dari

Selisih Pajak

Jatuh Tempo

STP + Bunga 2% 1 bulan Jatuh Tempo 7 hari tegoran 21hari SP

Per bln maks 24 bl 2 x 24 jam

(36)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Penerapan Sistem Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Adapun penerapan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan pada KPP Pratama Medan Polonia yaitu apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam STP PBB tidak atau kurang bayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran (ST) sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera

setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Setelah lewat 21 hari sejak

diterbitkannya ST,jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

Penanggung Pajak, Kepala KP PBB atau Kepala KPP Pratama segera menerbitkan Surat

Paksa (SP). Setelah lewat 2x24 jam sejak SP diberitahukan kepada Penanggung Pajak,

jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak,

Kepala KP PBB atau Kepala KPP Pratama segera menerbitkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan(SPMP). Setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan

penyitaan, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masi harus dibayar tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KP PBB atau Kepala KPP Pratama segera

melaksanakan Pengumuman Lelang (PL). Setelah lewat wakktu 14 hari sejak tanggal

pengumuman lelang, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang harus dibayar tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KP PBB atau Kepala KPP Pratama segera

melaksanakan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang. Dalam

(37)

diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran atau tanpa menunggu

lewat tenggang waktu 21 hari sejak ST diterbitkan.

B. Pencairan Tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1. Tabel 1: Pencairan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Periode Januari-Mei 2010

dalam ribuan rupiah Bulan Piutang Awal Bulan Penambahan Pengurangan Piutang Akhir Bulan

Januari 84,375,829 1,134,547 83,241,281

Februari 83,241,281 515,173 82,726,108

Maret 82,726,108 72,317,691 837,195 154,206,605

April 154,248,526 41,921 950,830 153,297,696

Mei 153,255,775 1,858,759 151,397,016

Sumber: Seksi Penagihan

(38)

Dari tabel dan grafik di atas dapat di lihat bahwa piutang awal bulan Pajak Bumi dan Bangunan perode. Januari 2010 sebesar 84.375.829 adalah sisa piutang pajak sebelum tahun pajak 2010. Pada bulan Februari 2010 terdapat pencairan sebesar 515.173,di bulan Maret 2010 terjadi penambahan sebesar 72.317.691 adalah yang disokong oleh sebagian pokok ketetapan pajak tahun pajak 2010. Di bulan April adanya penambahan akibat pembetulan-pembetulan Surat Ketetapan Pajak. Di bulan Mei 2010 terjadinya pencairan lebih besar dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 1.858.759 dan akan terjadi peningkatan sampai dengan tanggal jatuh tempo.

2. Tabel 2: Pencairan Tunggakan Terhadap Pokok Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan Per Tahun Pajak (Januari s/d 31 Mei 2010)

Tahun Pajak Piutang Awal Tahun Penambahan Pengurangan Piutang Akhir Tahun

2010 71,511,753 1,658,897 69,852,856

2009 16,650,901 82,122 16,568,779

2008 17,477,925 39,584 17,438,341

2007 11,430,494 32,587 11,397,907

2006 6,805,933 19,872 6,786,061

< 2005 5,172,258 10,597 5,161,661

dalam ribuan rupiah

(39)

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa pencairan tunggakan terhadap pokok ketetapan PBB Per tahun Pajak Januari-Mei 2010 semakin meningkat begitu juga dengan piutang akhir tahun. Dalam menilai tahun pajak 2010, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat adanya kecenderungan sisa tunggakan tahun pajak 2010 semakin meningkat.

Hal ini disebabkan oleh:1

a. Meningkatnya ketetapan pajak akibat kenaikan NJOP

b. Meningkatnya ketetapan pajak akibat penerapan NJKP sebesar 40%

c. Adanya wajib pajak patuh yang selalu membayar pajak dan ada juga wajib pajak yang tidak patuh membayar pajak

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dan data yang telah diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak yang terutang.

3. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

(41)

B. SARAN

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin memberikan saran kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam meningkatkan tindakan pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu sebagai berikut:

1. Agar koordinasi serta kerja sama antar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan Pemerintah Daerah dapat ditingkatkan lagi.

2. Begitu juga koordinasi khususmya di seksi penagihan harus dapat lebih ditingkatkan lagi.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi , Yogyakarta.

Nurjanah,Ila, 2005, Sistem Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan, Semarang. Soemitro, 2000, Asas dan Dasar Perpajakan, PT Eresco , Jakarta.

Suandy, Erly, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat , Jakarta

Gambar

tabel berikut.

Referensi

Dokumen terkait

iii Much higher melting rates are needed for slabs and thin slabs than for billets and blooms iv Break temperatures should be adjusted to the type of steel grade being cast and it

privacy bagi wanita menopause juga sangat mempengaruhi dalam melakukan aktivitas seksual dalam hal ini adalah lingkungan dimana lansia tinggal, didukung dengan anggapan

Ira Valentina Meliala: Perencanaan dan Pengawasan Piutang Usaha Pada PT.Perkasa Mostindo Utama Medan, 2006... Ira Valentina Meliala: Perencanaan dan Pengawasan Piutang Usaha

Hal ini memicu keprihatinan mengingat bahasa dan budaya Jawa banyak mengandung nilai luhur yang berguna bagi bangsa dan negara.hal ini dikuatkan dengan pengalaman

Ekstrak kasar menghambat makan larva Plutella xylostella (L.) (Lepidopterea: Yponomeutidae) baik dengan metode pilihan maupun tanpa pilihan. Tidak a&amp; aktivitas makan

Modul diklat guru bahasa Inggris kelompok kompetensiG ini mencoba menguraikan materi yang harus dikuasai oleh guru tidak hanya untuk bahan mengikuti Uji Kompetensi Guru

2.3. franciscana EG-grade, INVE Aquaculture NV, Belgium cysts were decapsulated, incubated for 24 h at 28 8 C and 5‰ salinity under strong illumination and aeration, and fed for 3

The irrigation scheduling practices were: tensiometer-based with the tensiometers placed at 50% or 75% of the root-zone depth and irrigations started when tensiometer's readings

* Formutir Nomor : X.H.1-2 Laporan Butanan Kepemitikan Saham Emiten atau Perusahaan Pubtik dan Rekapitutasi yang tetah Ditaporkan.. * Laporan Penggunaan Btangko