Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007 307 Dharma Lindarto
Divisi Endokrin-Metabolik
Depatemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan
Abstract: Galactorrhea, or inappropriate lactation, is a relatively common problem that occurs in approximately 20 to 25 percent of women. In response to the hypothyroid state, a compensatory increase in the discharge of central hypothalamic thyrotropin releasing hormone results in increased stimulation of prolactin secretion. Furthermore, prolactin elimination from the systemic circulation is reduced, which contributes to increased prolactin concentrations, diffuse pituitary enlargement, which will reverse with appropriate thyroid hormone replacement therapy.
Keywords: hypothyroidism, myxedema and galactorrhea
PENDAHULUAN
Galaktorrea adalah pengeluaran air susu atau seperti susu dari payudara yang bukan karena melahirkan atau setelah enam bulan melahirkan dari ibu yang tidak menyusukan. Pengeluaran ini berhubungan dengan peningkatan hormon prolaktin, dapat bersifat menetap atau kadang-kadang dengan jumlah sedikit atau banyak dari satu atau kedua payudara(1,2).
Penyebab terbanyak galaktorrea adalah tumor pituitari kemudian rangsangan neurogenik, kelainan tiroid dan gagal ginjal kronik(3).
Dari data-data bahwa insiden galaktorrea antara 3-7.4% (4),
tetapi insiden sebenarnya tidak diketahui(5).
KASUS
Seorang wanita, nama: PMT, umur: 42 tahun, suku Mandailing, janda, masuk RS tanggal 18 Mei 2007, dengan keluhan utama: (Allow) kesadaran menurun sejak 3 hari terakhir, disertai bengkak kedua lengan dan tungkai, sesak nafas, kram otot, ganguan bicara, kedinginan sampai menggigil, nyeri dada kiri dan sulit BAB. OS mempunyai 2 anak remaja dan mempunyai penyakit yang sama pada salah satu kakaknya. Riwayat menghentikan pemakaian obat Thyrax selama ± 6 bulan.
Tanda vital:
Kesadaran: somnolen, TD; 130/90 mmHg, Nadi 68x/mnt teratur, pernafasan 26 x/mnt,
tempratur (Axilla) 36,5°C. edema nonpitting (+).
Pemeriksaan Fisik: pucat, dingin; rambut menipis dan kasar, sembab kedua kelopak mata, struma tidak teraba. Pada Dada: payudara, paru, jantung; normal; perut: gerak usus melemah, anggota gerak atas dan bawah; edema nonpitting dan reflek tendon menurun.
Laboratorium:
Hb; 10,5 gr%, Erit; 3,8 jt/mm3
, Ht: 31,9%, lekosit; 9000/mm3
, Trombosit; 381.000/mm3 , LED; 100 mm/jam, Gula darah sewaktu; 140 mm/dl, Bilirubin total; 0,37 mg/dl, Bil direk; 0,09, AST; 36 U/L, ALT 25, ALP 71 U/L, Gamma GT; 15 u/L, Ureum 22 mg/dl, kreatinin; 0,9 mg/dl. Na; 142 mmol/L, Kalium; 2,9 mg/dl, Klorida; 95 mmol/L. Kolesterol total: 147, Tg 111, HDL 55, LDL 70 mg/dl, T3= 0,00 ug/dl (N; 0,51-1,65), T4= 0,41 ug/dl (N 4,5-12), TSH > 40 uIU/ml (N 0,32-5,0), TPO Ab > 1300 U/L (N< 60).
Pemeriksaan:
Foto Dada: jantung dan paru normal. EKG; SR, VR; 59 x/m, T- Inv; I, II dan aVL, V2-V6. Diagnosa: Miksedem dengan Penyakit Arteri Koroner.
Pengobatan:
Penanganan miksedem, L- thyroxin 1x100 µg ac pagi, clopidogrel 1 x 75 mg, atorvastatin 1x10 mg, diltiazem 1x30 mg, isosorbid dinitrat 1x10mg.
Laporan Kasus
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007 308
Dua minggu setelah perawatan OS mengalami galaktorrea dari kedua payudara dalam jumlah banyak, dan berhenti setelah diberi bromocriptine mesylate 1x 2,5 mg (selama 3 hari). Empat hari berikutnya OS dipulangkan dan hanya diberikan L- tirksin 1x100 µg dan tidak pernah mengalami kekambuhan galaktorrea.
DISKUSI
Miksedem adalah komplikasi hipotiroidism berat yang jarang dan bersifat fatal, mengakibatkan kelainan beberapa organ dan perburukan mental. Ini dapat terjadi jika keadaan hipotiroidism mengalami kegagalan mengkompensasi faktor pencetus seperti infeksi(6)
.
Diagnosa miksedem adalah gejala klinis hipotiroidism disertai penurunan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan peningkatan thyroid stimulating hormone (TSH)(7),
dan hipotiroidism jarang menyebabkan galaktorrea pada anak maupun dewasa(8)
.
Ada beberapa mekanisme keadaan galaktorrea hipotiroidism menyebabkan/ hiperprolaktinemia, diantaranya adalah pada keadaan miksedem/hipotiroidism menyebab-kan peningkatan kompensasi dari thyrotropin releasing hormone (TRH) sentral yang merangsang peningkatan sekresi prolaktin dan pembesaran diffus pituitary(9).
Hiperprolaktin dapat juga disebabkan karena penurunan sekresi dopamin dan penurunan kliren metabolik prolaktin(10).
Semua keadaan ini dapat diperbaiki dengan pemberian hormon tiroid(9)
.
OS mengalami kesadaran menurun, disertai bengkak kedua lengan dan tungkai, sesak nafas, kram otot, gangguan bicara, kedinginan sampai menggigil, nyeri dada kiri dan sulit BAB, riwayat menghentikan pemakaian Thyrax 1x100 µg/hari selama ± 6 bulan, terdapat penurunan T3 dan T4, peningkatan TSH, TPO Ab. Foto dada: jantung dan paru normal. EKG; SR, VR; 59 x/m, T- Inv; I, II dan aVL, V2-V6, dan berdasarkan data-data di atas ditegakan diagnosa Miksedem dengan Penyakit arteri koroner.
Galaktorea adalah gejala klinik penting akibat hipotiroidism terhadap sekresi prolaktin(11),
untuk menegakan diagnosa harus disingkirkan penyebab sekunder, kemudian
dilakukan pemeriksan prolaktin serum, follicle-stimulating hormone, luteinizing hormone dan thyroid stimulating hormone (TSH), karena sekresi prolaktin bersifat labil, kadang-kadang dan harus dikonfirmasi dengan sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan. Prolaktin serum 20 - 200 µg/L terdapat oleh
karena berbagai penyebab, sedangkan nilai > 200 µg/L indikasi adanya adenoma
lactotroph(10) .
Pengobatan galaktorrea jika memungkinkan ditujukan terhadap penyakit dasarnya dan nilai kadar prolaktin serum. Obat pilihan hiperprolaktinemia adalah agonis dopamin sedangkan Bromocriptin diindikasikan pada hyperprolactin induced anovulatory infertility (3)
.
OS mengalami galaktorrea dari kedua payudara tanpa tanda infeksi setelah dua minggu perawatan miksedem, dan tetap diberikan dosis L-tiroksin 100 µg/hari untuk penyakit dasar, bromocriptine 2,5 mg/hari selama 3 hari, pemeriksaan prolaktin serum tidak dilakukan.
KESIMPULAN
Dilaporkan satu kasus hipotiroidism kronis yang mengalami miksedem dengan gejala galoktorrea. Galaktorrea mengalami perbaikan setelah diberikan L-tiroksin dan dosis kecil bromocriptin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jardines L. Management of nipple discharge. Am Surg 1996;62:119-125.
2. Wilson JD, Frantz AG. Endocrine disorders of breast. In: Wilson JD, Foster DW. Williams Textbook of Endocrinology.9th
Edition. Philadelphia: Saunders; 1998. p 877-910.
3. Leung A, Pacaud D. Diagnosis and Management of Galactorrhea. Am Fam Physician 2004; 70:543-50,553-4.
4. Dietz JR. Nipple discharge. Prob in Gen Surg. 2003;20(4),42-55.
5. Rosenfeld JA. Evaluation and treatment of galactorrhea. Am Fam Physician. 2001; 63(9):1763-70.
Dharma Lindarto Galaktorrea pada Miksedem
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007 309
6. Jordan RM. Myxedema coma:
Pathophysiology, therapy, and factors affecting prognosis. Med Clin North Am 1995;79:185-94.
7. Wall CR. Myxedema Coma: Diagnosis and Treatment. Am Fam Physician 2000; 62:2485-90.
8. Raber W, Gessl A, Nowotny P, Vierhapper H. Hyperprolactinaemia in hypothyroidism: clinical significance and impact of TSH normalization. Clin Endocrinol [Oxf] 2003; 58:185-91.
9. Asa SL, Ezzat S. The pathogenesis of pituitary tumours. Nat Rev Cancer 2002; 2:836-49.
10. Serri O, Chik CL, Ur E, Ezzat S. Diagnosis and management of hyperprolactinemia. CMAJ 2003; 169: 575-81.
11. Contreras P, Generini G, Michelsen H, et al. Hyperprolactinemia and galactorrhea: spontaneous versus iatrogenic hypothyroidism. J. Clin Endocrinol Metab 1981; 53:1036.