• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penyalahguna Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (NAPZA) Di Sibolangit Centre Rehabiltation For Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penyalahguna Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (NAPZA) Di Sibolangit Centre Rehabiltation For Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI SIBOLANGIT CENTRE

REHABILITATION FOR DRUG ADDICT

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2004-2007

SKRIPSI

Oleh :

NOVERRYANA SARAGIH NIM. 041000322

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI SIBOLANGIT CENTRE

REHABILITATION FOR DRUG ADDICT

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2004-2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NOVERRYANA SARAGIH NIM. 041000322

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

KARAKTERISTIK PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI SIBOLANGIT CENTRE

REHABILITATION FOR DRUG ADDICT

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2004-2007

Yang telah dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NOVERRYANA SARAGIH

NIM. 041000322

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada tanggal 18 Maret 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.kes drh. Rasmaliah, M.Kes

NIP. 131996168 NIP. 390009523

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Dra. Jumirah Apt, M.kes

NIP. 130702002 NIP. 131803342

Medan, Maret 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRACT

Abusive use of narcotics, psychotropic, and addictive substances (illicit drugs) has been threatening and destroying our young generation. A National Survey in 2004 reported that drug abuser in Indonesia is 6% of total population or equals to 13 millions people.

The objective of this research is to know the characteristics drug abuser in Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Deli Serdang Regency for period of 2004-2007. Design of the study was case series design and population is 159 drug abusers (total sampling)

Highest proportion of drug abuser at age group 20-29 years (70,4%), male (99,4%), Islam (79,2%), high school (70,5%), unemployed (45,3%), unmarried (71,7%), position among brothers and sisters is in the middle (48,4%), and from Medan City (50,9%), marijuana (49,1%), the last place for treatment is in hospital/mental hospital (76,1%), length of use 5 years (60,4%), average length of use 5,49 years, and average length of stay 11,48 months. There is no significant difference between age and the type of substance used (p=0,473), between the occupation and the type of substance used (p=0,262), and between average length of use and education level (p=0,463). It is found that the average length of use for the multiple substance users is significantly longer compares to the non multiple substance users (p=0,018), and average length of stay for multiple substance users is significantly longer compares to the non multiple substance users (p=0,046).

The role of families, educational institution, and communities have important role for forming children’s behavior, therefore it is necessary to give early promotion and socialization related to the danger of illicit drugs and the importance of rehabilitation for drug abuser.

(5)

ABSTRAK

Ancaman yang cepat atau lambat akan menghancurkan generasi muda kita adalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika ,dan Zat Adiktif (NAPZA). Dari survei nasional pada tahun 2004 pelaku penyalahguna NAPZA di Indonesia terdata sebanyak 6% dari total populasi atau sekitar 13 juta orang telah menyalahgunakan NAPZA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Jumlah populasi adalah 159 data (total sampling).

Hasil penelitian diperoleh penyalahguna NAPZA terbanyak pada kelompok umur 20-29 tahun (70,4%), jenis kelamin laki-laki (99,4%), agama Islam (79,2%), tingkat pendidikan menengah (70,5%), tidak bekerja (45,3%), status tidak kawin (71,7%), posisi dalam keluarga anak tengah (48,4%), dan daerah asal Kota Medan (50,9%), jenis zat ganja (49,1%), tempat pengobatan terakhir Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa (76,1%), lama pemakaian 5 tahun (60,4%), lama pemakaian rata-rata 5,49 tahun, lama rawatan rata-rata 11,48 bulan

Ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis zat yang dipakai (p = 0,473), pekerjaan berdasarkan jenis zat yang dipakai (p=0,262),dan lama pemakaian rata-rata berdasarkan tingkat pendidikan (p = 0,463). Ditemukan bahwa lama pemakaian rata-rata pada penyalahguna zat multiple secara bermakna lebih besar dibandingkan penyalahguna zat non multiple (p=0,018), dan lama rawatan rata-rata penyalahguna zat multiple secara bermakana lebih lama dibandingkan penyalahguna zat non multiple (p=0,046).

Peranan keluarga, lembaga pendidikan, dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku anak, oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya NAPZA sejak dini dan pentingnya rehabilitasi bagi penyalahguna NAPZA.

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Noverryana Saragih

Tempat/Tanggal Lahir : Purba Tongah, 10 november 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting gg. Pelita Jaya No.17 Padang Bulan, Medan.

Riwayat Pendidikan :

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan hormat hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih, berkat, dan anugerahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Karakteristik Penyalahguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua tercinta“Ayahanda S. Saragih dan Ibunda R. Sitorus” yang telah setia membesarkan penulis dengan penuh kasih, membimbing, berkorban materi maupun moril, dan selalu memberi dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Jemadi, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku dosen pembimbing serta kepada Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku dosen pembanding skripsi dan sekaligus Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, beserta Ibu Dra. Jumirah Apt, M.Kes selaku dosen pembanding skripsi, yang telah banyak memberi ilmu, kritik maupun saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Bapak T. Safawi Afin, SE selaku pelaksana harian dan seluruh staf Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang yang telah membantu penulis selama penelitian.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Abang Junri Friston, Adek Sanro, dan Adek Lenra tersayang yang selalu memberi semangat, motivasi serta perhatian dengan penuh kasih sayang dan doa yang tulus kepada penulis.

6. Sahabat- sahabatku tersayang : Aina, Gifani, Safrida, Efrika, Yanti, Irma yang senantiasa menemani dalam doa dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan terima kasih atas hari-hari yang kita lalui bersama.

7. Teman-temanku : Lastiar, Nerrida, Dameq, Imelda, Zaro, Rospida, Anie, Henny, Iwan, Frengki, Bang Ginting, Kak Mey, Kak Meirta, Kak Imelda, Ezra, Dori dan seluruh rekan mahasiswa peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas perhatian dan kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai kita semua. Amin.

Medan, Maret 2009

(9)

DAFTAR ISI

(10)
(11)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... 80 7.2. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Susunan Pelaksana Harian Sibolangit Centre Rehbilitation

for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang... 45 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Sosiodemografi di Sibolangit Centre Rehabilitation for

Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 47 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Jenis Zat yang Dipakai di Sibolangit Centre Rehabilitation

for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 . 49 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Kombinasi Jenis Zat yang di Rawat di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 49 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Tempat Pengobatan Terakhir di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 50 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Lama Pemakaian di Sibolangit Centre Rehabilitation for

Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 51 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Lama Pemakaian Rata-rata di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 52 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Lama Rawatan Rata-rata di Sibolangit Centre Rehabilitation

for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 . 53 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Zat yang

Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

(13)

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Pekerjaan Berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 54 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Lama Pemakaian Rata-rata Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2004-2007 ... 55 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Lama Pemakaian Rata-rata Berdasarkan

Jenis Zat yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2004-2007 ... 56 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan

Jenis Zat yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2004-2007 ... 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan Umur di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 58

Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug

Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 59 Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Agama di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 61 Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Sibolangit Centre Rehabilitation for

Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 62 Gambar 6.5 Diagram Bar Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Jenis Pekerjaan di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug

Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 63 Gambar 6.6 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Status Perkawinan di Sibolangit Centre Rehabilitation for

Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 65 Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Posisi dalam Keluarga di Sibolangit Centre Rehabilitation

for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 . 66 Gambar 6.8 Diagram Bar Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Daerah Asal di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug

Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 67 Gambar 6.9 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Jenis Zat yang Dipakai di Sibolangit Centre Rehabilitation

for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 . 69 Gambar 6.10 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan

Tempat Pengobatan Terakhir di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

(15)

Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan Lama Pemakaian di Sibolangit Centre Rehabilitation for

Drug Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 71 Gambar 6.12 Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Zat yang

Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 74 Gambar 6.13 Diagram Bar Proporsi Jenis Pekerjaan Berdasarkan Jenis Zat

yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004-2007 ... 75 Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Lama Pemakaian Rata-rata

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penyalahguna NAPZA di

Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 76 Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Lama Pemakaian Rata-rata

Berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2007 ... 77 Gambar 6.16 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan

Jenis Zat yang Dipakai Penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Salah satu ancaman yang cepat atau lambat akan menghancurkan generasi muda kita adalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.1

Dalam bidang kedokteran sebagian besar golongan NAPZA masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.1

(17)

pada tahun 2001 dan 2002 meningkat menjadi 146,2 juta, dan pada tahun 2003 dan 2004 mencapai 160,1 juta.2

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran NAPZA dengan bentuk dan dampak yang ditimbulkannya merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua negara di dunia.3 Laporan World Drug Report 2006 menunjukkan peningkatan penyitaan obat-obat berbahaya dari tahun 1990 hingga tahun 2004. Di Eropa penyitaan meningkat dari 2,4 milyar dosis obat berbahaya pada tahun 1990 menjadi 10,6 milyar dosis pada tahun 2004. Peningkatan juga terjadi di Asia dari 2,9 milyar dosis pada tahun 1990 menjadi 5,2 milyar dosis pada tahun 2004, dan di Afrika dari 1,3 milyar dosis pada tahun 1990 menjadi 4,8 milyar dosis pada tahun 2004. 2

Berdasarkan laporan WHO (2004) pada tahun 2002, penyalahgunaan obat-obat terlarang mengakibatkan 85.000 kematian diseluruh dunia yang terdiri dari 70.000 (82,35%) laki-laki dan 15.000 (17,65%) perempuan. Proporsi tertinggi terdapat di Mediterania Timur (35,47%) dan disusul di Asia Tenggara (27,10%).4

(18)

Dari survei nasional pada tahun 2004 pelaku penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terdata sebanyak 6% dari total populasi atau sekitar 13 juta orang telah menyalahgunakan NAPZA.6 Berdasarkan Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2003 diketahui bahwa dari 13.710 responden di 26 ibukota provinsi yang menggunakan Narkoba adalah 3,9% atau dengan kata lain sekitar 4 dari 100 responden adalah penyalahguna Narkoba. Wilayah ibukota provinsi dengan penyalahgunaan Narkoba tertinggi adalah Jakarta (23%), Medan (15%), dan Bandung (14%).7

Pada tahun 2000-2004 laporan RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) Jakarta menunjukkan angka kunjungan yang berfluktuasi. Jumlah kunjungan pasien penyalahguna NAPZA yang rawat jalan pada tahun 2000 mencapai 4.667 kunjungan, tahun 2001 mencapai 5.683 kunjungan, tahun 2002 mencapai 4.160 kunjungan, tahun 2003 mencapai 4.420 kunjungan, dan tahun 2004 mencapai 4.515 kunjungan.8

Dari Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2006 dengan responden sekitar 2000 orang setiap provinsi diketahui bahwa diantara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 5 orang dalam setahun terakhir memakai Narkoba. Penyalahgunaan lebih tinggi 3 sampai 6 kali lipat pada laki-laki dibanding perempuan dan lebih tinggi di sekolah/kampus swasta daripada negeri atau agama.9

(19)

psikotropika, 1.961 (6.29%) kasus bahan berbahaya dan Sumatera Utara merupakan peringkat ketiga kasus terbanyak setelah Jawa Timur dan Metro Jaya.10

Penyalahgunaan obat berbahaya atau NAPZA tidak hanya berdampak pada psikologis, sosial, dan ekonomi, tetapi juga pada permasalahan medis yang merupakan komplikasi dari efek pemakaian obat yang terus menerus. Hepatitis, infeksi HIV/AIDS, dan endokarditis bakterialis merupakan komplikasi medis dari penyalahgunaan obat, yang penyebarannya sangat cepat meluas di antara sesama pemakai.11

Kasus AIDS pada penyalahguna NAPZA suntik pertama dilaporkan pada tahun 1993 terdapat 1 kasus, kemudian tahun 1995 dan 1996 masing-masing terdapat 1 kasus. Sejak tahun 1999 jumlah kasus yang dilaporkan meningkat tajam yaitu 17 kasus, 69 kasus tahun 2000, 80 kasus tahun 2001, 114 kasus tahun 2002, 146 kasus tahun 2003 dan melambung tinggi menjadi 1.183 kasus tahun 2004.8

Menurut laporan Ditjen PPM-PL pada tahun 2004 terdapat 5 provinsi dengan kasus AIDS terbanyak yang disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA suntik yaitu Jakarta 846 dari 1272 total kasus (66,5%), Jawa Barat 66 dari 120 total kasus (55,0%), Sumatera Utara 34 dari 75 total kasus (45,3%), Bali 50 dari 128 total kasus (39,1%), dan Jawa Timur 83 dari 220 total kasus (37,7%),.8

(20)

sedangkan lembaga non medik adalah institusi pelayanan dibawah sektor kepolisian, sektor sosial, dan sektor agama.12

Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu tempat rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dengan menerapkan metode pengobatan yakni, pengobatan rohani, tradisional, medis, latihan fisik, dan kebatinan. Data yang diperoleh pada tahun 2004-2007 terdapat 159 kasus penyalahguna NAPZA yang dirawat di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 33 orang (20,7%) tahun 2004, 61 orang (38,4%) tahun 2005, 42 orang (26,4%)tahun 2006, dan 23 orang (14,5%) tahun 2007.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik penyalahguna NAPZA yang dirawat di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penyalahguna NAPZA yang dirawat di

(21)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penyalahguna NAPZA yang dirawat di

Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penyalahguna NAPZA berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status perkawinan, posisi dalam keluarga, dan daerah asal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penyalahguna NAPZA berdasarkan

jenis zat yang dipakai.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penyalahguna NAPZA berdasarkan tempat pengobatan terakhir.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penyalahguna NAPZA berdasarkan lama pemakaian.

e. Untuk mengetahui lama pemakaian rata-rata penyalahguna NAPZA. f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penyalahguna NAPZA.

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penyalahguna NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan penyalahguna NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai.

(22)

j. Untuk mengetahui lama pemakaian rata-rata penyalahguna NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai.

k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penyalahguna NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict dalam upaya peningkatan pencegahan dan rehabilitasi pasien penyalahguna NAPZA

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif . Kata narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Ada juga yang mengatakan narkotika berasal dari kata narcissus,

sejenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar.13

Pengertian yang paling umum dari narkotika adalah zat-zat atau obat baik dari alam atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan. Efek narkotika disamping membius dan menurunkan kesadaran juga mengakibatkan daya khayal/halusinasi serta menimbulkan daya rangsang/stimulant.13 Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, yang dimaksud dengan narkotika adalah obat atau zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.14

(24)

adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.14

Zat adiktif adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan dan kerugian bagi dirinya sendiri atau masyarakat sekelilingnya seperti alkohol, nikotin, kafein, dan sebagainya.3

2.2. Jenis-jenis NAPZA yang Disalahgunakan 2.2.1. Narkotika

1. Heroin

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, heroin merupakan Narkotika golongan I sama dengan kokain dan ganja. Nama heroin diambil dari kata hero yang artinya pahlawan. Heroin atau diasetilmorfin adalah obat semi sintetik dengan kerja analgetis yang 2 kali lebih kuat tetapi mengakibatkan adiksi yang cepat dan hebat sekali sehingga tidak digunakan dalam terapi, tetapi sangat disukai oleh penyalahguna NAPZA. Resorpsinya dari usus dan selaput lendir baik dan di dalam darah, heroin dideasetilasi menjadi 6-monoasetilmorfin dan menjadi morfin.15

(25)

Akibat pemakaian heroin selain ketergantungan fisik dan psikis seperti narkotika yang lain, juga dapat menyebabkan euphoria, badan terasa sakit, mual dan muntah, mengantuk, konstipasi, kejang saluran empedu, sukar buang air kecil, kegagalan pernapasan dan dapat menimbulkan kematian.13

2. Kokain/Cocain

Kokain adalah alkaloida yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh di Bolivia dan Peru pada lereng-lereng pegunungan Andes di Amerika Selatan. Kedua negara tersebut dianggap penghasil kokain dalam bentuk pasta koka mentah terbesar di seluruh dunia, sedang Negara Kolombia memurnikan pasta ini menjadi serbuk kokain murni. Dalam peredaran gelap kokain diberi nama cake, snow, gold dust, dan lady serta dijual dalam bentuk serbuk yang bervariasi kemurniannya.16

Pertama sekali kokain digunakan sebagai anastesi lokal pada pengobatan mata dan gigi. Berlainan dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap jasmani dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti psikostimulansia golongan amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu badan, juga menghambat perasaan lapar serta menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur.13

(26)

Dalam dosis kecil kokain yang dihisap melalui hidung menimbulkan euphoria tetapi disusul segera oleh depresi berat yang menimbulkan keinginan untuk menggunakannya lagi dalam dosis yang semakin besar dan meyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi untuk efek sentral. Pada keadaan kelebihan dosis timbul eksitasi, kesadaran yang berkabut, pernafasan yang tidak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, suhu badan naik, rasa cemas, dan ketakutan, serta kematian biasanya disebabkan pernafasan berhenti.13

Dalam bidang ilmu kedokteran, kokain digunakan sebagai anastesi lokal, seperti, dalam pembedahan pada mata, hidung, dan tenggorokan, menghilangkan rasa nyeri selaput lendir, menghilangkan rasa nyeri saat luka dibersihkan dan dijahit, menghilangkan rasa nyeri yang lebih luas denga menyuntikkan kokain kedalam ruang ekstradural bagian lumbal.15,16

3. Ganja/ Kanabis

Ganja berasal dari tanaman Cannabis yang mempunyai famili Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Americana.Nama yang umum untuk kanabis adalah marijuana, grass, pot, weed, tea, Mary Jane, has atau hashis.13 Kandungan kanabis adalah 0,3% minyak atsiri dengan zat-zat terpen terutama

tetrahidrokanabinol (THC) yang memiliki daya kerja menekan kegiatan otak dan memberi perasaan nyaman.16

(27)

kepekaan individual. Secara terapeutis, kadangkala zat ini digunakan pada glaukoma atau sebagai zat analgetik dan anti emetikum pada terapi dengan sitostatika guna menghindarkan nausea dan muntah bila kurang efektif.15

Bentuk kanabis yang biasa dipakai berupa tanaman yang sudah dikeringkan, dirajang dan dihisap seperti tembakau.13 Pemakaian kanabis yang kronis mempengaruhi berbagai organ tubuh, menyebabkan peradangan pada paru-paru sehingga fungsi paru-paru terganggu.Dahulu kanabis digunakan sebagai obat tidur, sedative, dan spasmolitium pada tetanus, dan digunakan pada umumnya dalam bentuk ekstrak 2-3 dd 30-50 mg, sedangkan sekarang kanabis banyak disalahgunakan sebagai zat penyegar.15

4. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hampir masak, getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menyerupai aspal lunak dan dinamakan candu mentah atau candu kasar.13

(28)

Candu mengandung ± 20 alkoloida yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :15 1) Kelompok fenantren yang disebut dengan analgesik opioid dan

mempunyai sifat-sifat seperti opium dan morphine.

2) Kelompok senyawa-senyawa isokinolin yang berkhasiat sangat berlainan seperti papaverin, narkotin, dan noskapin narsein.

Putus obat dari candu dapat menimbulkan gejala seperti gugup, cemas, gelisah, pupil mengecil, sering menguap, mata dan hidung berair, badan panas dingin dan berkeringat, pernafasan bertambah kencang dan tekanan darah meningkat, diare, dan lain-lain.13

5. Morphine/Morfin

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, morfin merupakan Narkotika golongan II. Morfin merupakan hasil olahan dari opium/candu mentah dan merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin

menimbulkan efek stimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP), seperti miosis (penciutan pupil mata), mual, muntah-muntah, eksitasi, dan konvulsi. Efek perifernya yang penting adalah obstipasi, retensi kemih, dan vasodilatasi pembuluh kulit.15

Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis seperti pasca bedah, setelah infark jantung, dan pada fase terminal dari kanker. Resorpsinya di usus baik dan di dalam hati zat ini diubah menjadi glukuronida kemudian di ekskresi melalui kemih, empedu dengan siklus enterohepatis, dan tinja. Pada intoksikasi digunakan antagonis morfin sebagai antidotum, yakni nalokson.15

(29)

terdapat pada sususnan saraf pusat dan perut. Dalam dosis lebih tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan ureter. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat yang dapat menyebabkan kematian.15

Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang abdominal, mata merah, dan gatal terutama disekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamine

dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria, dan lain-lain.16

6. Codein

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, codein merupakan Narkotika golongan III. Codein termasuk garam/turunan dari candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai

obat analgetik, ± 6 kali lebih lemah dari morphine.13,16

(30)

2.2.2. Psikotropika

Dalam United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance disebutkan batasan-batasan zat psikotropika yaitu bahan yang dapat mengakibatkan keadaan ketergantungan, depresi dan stimulant SSP, menyebabkan halusinasi, menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi.13

Dari ketentuan di atas maka pembagian psikotropika adalah : 1. Stimulansia

Yang digolongkan stimulansia adalah obat-obat yang mengandung zat-zat yang merangsang terhadap otak dan saraf. Obat-obat tersebut digunakan untuk meningkatkan daya konsentrasi dan aktivitas mental serta fisik.13

Obat-obat yang digolongkan dalam stimulansia antara lain : a. Amphetamine (Amfetamin)

Amfetamin adalah stimulansia susunan saraf pusat seperti kokain, kafein, dan nikotin. Pada waktu perang dunia ke II, senyawa ini banyak digunakan untuk efek stimulansnya yaitu meningkatkan daya tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih, kantuk dan lapar, serta meningkatkan kewaspadaan. Disamping itu, zazt ini juga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung yang dapat mengakibatkan stroke maupun sderangan jantung. Seusai perang zat-zat ini seringkali disalahgunakan mahasiswa dan pengemudi mobil truk untuk memberikan perasaan nyaman (euphoria) serta menghilangkan rasa kantuk dan letih.16

(31)

indikasi medis penggunaan amfetamin yaitu pengobatan narkolepsi, gangguan hiperkinetik pada anak, dan obesitas.15

Amfetamin dapat dipakai secara oral atau parenteral dan dimetabolisir di dalam hati. Sebagian kecil diekskresi melalui urine dan bertambah dalam keadaan asidosis. Dosis oral sebanyak 10-30 mg dapat meningkatkan kesiagaan seseorang, euphoria, meingkatkan rasa percaya diri, meningkatkan konsentrasi pikiran, banyak bicara, anoreksia, pernafasan bertambah cepat, dan nyeri kepala. Overdosis dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan aritmia jantung. Ketergantungan fisik maupun psikis dan toleransi dapat terjadi dengan cepat pada pengguna kronis. Bila penggunaan dihentikan dengan mendadak, timbul gejala putus obat (withdrawal symptooms) dan jika digunakan pada saat mengalami depresi, setelah menghentikan pemakaian maka depresinya akan semakin berat sampai menjurus pada percobaan bunuh diri.13

b. Ecstasy

Ecstasy pada tahun 1914 dipasarkan sebagai obat penekan nafsu makan. Pada tahun 1970-an, obat ini digunakan di Amarika Serikat sebagai obat tambahan pada psikoterapi dan kemudian dilarang pada tahun 1985. Sekarang ini ecstasy banyak digunakan oleh para pecandu di banyak negara juga di Indonesia terutama oleh para remaja dan kalangan eksekutif di tempat-tempat hiburan sehingga disebut juga party drug atau dance drug.15

(32)

agak singkat (4-6 jam) dan bekerja berdasarkan gangguan re-uptake dari serotonin di otak yang berperan penting pada suasana hati, proses berpikir, makan, dan tidur.15

Obat-obat ecstasy mempunyai efek kerja serotonergik dan dopaminergik pada SSP dan adakalanya dicampur dengan obat-obat lain dengan tujuan memperkuat efeknya seperti atropine yang sangat berbahaya kerena toksisitasnya juga meningkat. Pengobatan intoksikasi berupa cuci lambung, pemberian klorpromazin dan alfa/beta-blockers secara intravena. Efek buruk yang penting adalah gagal hati dan ginjal akut serta kerusakan pada saraf-saraf yang melepaskan serotinin akibat pembentukan radikal bebas yang merusak membran sel.15

Karena ecstasy dibuat dari bahan dasar amfetamin, maka efek yang ditimbulkannya juga mirip, seperti mulut kering, jantung berdenyut lebih cepat, berkeringat, mata kabur dan demam tinggi, ketakutan, sulit konsentrasi, dan seluruh otot nyeri.13

c. Shabu

Nama shabu adalah nama julukan terhadap zat metamfetamin yang mempunyai sifat stimulansia yang lebih kuat dibanding turunan amphetamine yang lain.11 Dalam perdagangan gelap atau nama dalam kalangan pengguna metamfetamin dikenal dengan sebutan meth, speed, ubas, as, sabu-sabu atau SS, dan mecin. Bentuk seperti kristal putih mirip bumbu penyedap masakan, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol serta rasanya menyengat.13

Setelah pemakaian shabu, pengguna akan merasakan hal-hal sebagai berikut : 1) Merasa bersemangat karena kekuatan fisiknya meningkat

(33)

3) Menambah daya konsentrasi

4) Menyebabkan rasa gembira luar biasa 5) Kemampuan bersosialisasi meningkat 6) Insomnia, mengurangi nafsu makan

7) Penyalahgunaan pada saat hamil bisa menyebabkan komplikasi pralahir, meningkatkan kelahiran premature atau menyebabkan perilaku bayi yang tidak normal.

Dalam pemakaian jangka panjang penggunaan shabu akan menimbulkan gangguan serius pada kejiwaan dan mental, pembuluh darah rusak, rusaknya ujung saraf dan otot, kehilangan berat badan, tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat, dan terjadi radang hati.13

2. Depresiva

Depresiva merupakan obat-obat yang bekerja mengurangi kegiatan dari SSP sehingga dipergunakan untuk menenangkan saraf atau membuat seseorang mudah tidur. Obat ini dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis dan pada umumnya sudah dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan secara terus-menerus.13

Golongan obat-obat depresiva antara lain :13,15,16 a. Barbiturat dan Turunan-turunannya

(34)

b. Benzodiazepin dan Turunan-turunannya

Benzodiazepin terutama digunakan sebagai obat tidur, spasmolitikum (zat pelepas tegang), dan sebagai premedikasi sebelum pembedahan. Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yakni zat-zat long acting, zat-zat short acting, dan zat-zat ultra short acting.

c. Metakualon / Methaqualon

Penggunaan Metakualon secara salah populer pada tahun 1970-1985 karena dianggap tidak beracun dan baik sebagai aphrodisial, namun sebenarnya banyak mengakibatkan keracunan yang serius. Pemakaian secara oral dalam dosis yang besar menyebabkan koma dan kejang sedangkan penggunaan secara terus menerus menyebabkan toleransi dan ketergantungan.

3. Halusinogen

(35)

Berdasarkan struktur kimianya, halusinogen dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :16

a. asam lisergik (LSD) b. fenetilamin (meskalin)

c. indolalkil amin (psilosibin, dimetriltriptamin) d. atropine

e. derivat opioida (nalorfin, siklazosin)

Resiko akan ketergantungan psikis bisa kuat sedangkan ketergantungan fisik biasanya ringan sekali. Toleransi dapat terjadi tetapi penghentian penggunaannya tidak menyebabkan abstinensia. Zat-zat ini menyebabkan distorsi penglihatan dan pendengaran antara lain mampu menimbulkan efek khayalan, juga menyebabkan ketegangan dan depresi. Salah satu kekhususan zat-zat ini adalah pengaruhnya terhadap akal budi dengan menghilangkan daya seleksi dan kemampuan mengkoordinasi persepsi dan rangsangan dari dunia luar. Dalam dosis lebih tinggi dapat mengakibatkan perasaan ketakutan, kebingungan, dan panik yang biasanya disebut bad trip/flip.15

2.2.3. Zat Adiktif Lainnya 1. Alkohol

(36)

alkohol mempengaruhi SSP yaitu merangsang dan kemudian menekan fungsi otak serta menyebabkan vasodilatasi. Bila diminum saat perut kosong, alkohol menstimulasi produksi getah lambung.16

Minum sedikit alkohol merangsang semangat, semua hambatan terlepas, dan berbicara banyak, sedangkan bila diminum terlampau cepat dan banyak hati tidak dapat mengolahnya sehingga menyebabkan mabuk dan pingsan. Overdosis dapat langsung mematikan dan pada pemakaian secara teratur dan banyak dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hati dan akhirnya sel-selnya mengeras (cirrhosis).13

Kadar Alkohol Darah (KAD) yang tinggi mengakibatkan berkurangnya daya prestasi, daya kritik dan efisiensi, letargi, amnesia, supresi medulla dan pernafasan, hipotermia, hipoglikemia, stupor, dan koma. Penggunaan dalam jangka waktu lama akan meningkatkan kapasitas tubuh untuk metabolisasi alkohol dan menurun kembali setelah abstinensia berminggu-minggu.15

Alkohol diserap dengan cepat dari usus halus kedalam darah kemudian disebarkan melalui cairan tubuh. Kadarnya dalam darah meningkat cepat karena absorpsinya lebih cepat dari pada penguraian dan ekskresinya dari tubuh. Didalam hati sebagian besar zat ini diuraikan oleh alkoholdehidrogenase menjadi asetaldehida.

Penggunaan lama dalam jumlah berlebihan merusak banyak organ terutama hati, otak, jantung, gastritis dan perdarahan lambung.15

(37)

bersantai, dapat berhenti minum tanpa kesulitan, namun apabila mulai tergantung pada alkohol (alkoholisme) maka tidak dapat lagi berhenti tanpa merasakan akibat buruk secara fisik maupun psikis.16

Gejala putus alkohol dapat berupa gemetaran, mual, muntah, lelah, jantung berdebar lebih cepat, tekanan darah tinggi, depresi, halusinasi, dan hipotensi ortostatik.13

2. Inhalansia dan Solvent (Pelarut)

Zat yang digolongkan inhalansia dan solvent adalah gas atau zat pelarut yang mudah menguap. Zat ini banyak terdapat pada alat-alat keperluan rumah tangga seperti perekat, hair spray, deodorant spray, pelumas mesin, bahan pembersih, dan

thinner. Penyalahgunaan inhalansia dan solvent terutama terdapat pada anak-anak usia 9-14 tahun. Yang banyak digunakan adalah cairan pelarut seperti toluen, etil asetat, aseton, amiln itrit, metiletilketon, ksilen, gas-gas “tertawa”, butan, propan,

dan fluorokarbon.15

(38)

Inhalansia bekerja pada membran sel terutama sel saraf pusat. Absorpsi tercepat melalui paru-paru dan dimetabolisir dalam hati serta diekskresi melalui ginjal dan paru-paru.15

3. Kafein

Kafein atau 1,3,7 trimetilsantin adalah alkaloida yang terdapat dalam tanaman

Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica yang berasal dari Arab, Etiopia, dan Liberia. Kopi mengandung sekitar 24 zat, namun yang terpenting adalah kafein (1-2,5%), hidrat arang (7%), zat-zat asam, tannin, zat-zat pahit, lemak , dan zat-zat aroma. Selain kopi minuman lain juga banyak yang mengandung kafein seperti daun teh (teh hitam dan teh hijau), kakao, dan coklat.16

Minum kopi terlalu banyak (lebih dari 3-4 cangkir/hari) dapat meningkatkan resiko terkena penyakit jantung karena memperbesar kadar hemosistein darah terutama bila bersamaan dengan kebiasaan merokok. Metabolisme kafein sangat kompleks dan berkaitan dengan distribusi, metabolisme, dan ekskresi banyak metabolit lain.15

Kafein biasa digunakan sebagai zat penyegar, menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk, juga meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan. Zat ini sering dikombinasikan dengan parasetamol atau asetosal guna memperkuat efek analgetiknya dan dengan ergotamin guna memperlancar absorpsinya.13

(39)

melebarkan bronkus, iritasi pada lambung, dan meningkatkan basal metabolisme rate.15

Toleransi terhadap kafein ada tetapi cepat menghilang dan intoksikasi ditandai dengan tangan gemetar dan perasaan gelisah, tidak tenang, penuh gairah, muka merah, ingatan berkurang, tidak dapat tidur, poliuria, mual, otot berkedut, banyak bicara, serta denyut jantung cepat dan tidak teratur.13

4. Nikotin

Nikotin terdapat pada tanaman tembakau atau Nikotiana tabacom yang diduga berasal dari Argentina. Kadar nikotin dalam tembakau berkisar 1-4%. Dalam asap rokok, nikotin tersuspendir pada partikel-partikel ter dan kemudian diserap dari paru-paru kedalam darah dengan cepat sekali. Didalam hati nikotin dioksidasi menjadi metabolit yaitu kotinin. Setelah diserap , nikotin mencapai otak dalam waktu 8 detik setelah inhalasi.16

(40)

2.3. Epidemiologi Penyalahgunaan NAPZA

2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyalahgunaan NAPZA

Prevalensi pengguna NAPZA semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menunjukkan fenomena gunung es (ice berg fenomena) dimana kasus yang tampak pada permukaan lebih sedikit dibandingkan kasus yang tidak tampak. Berdasarkan perhitungan WHO (World Health Organization) jumlah penyalahguna yang datang hanya 10% dari jumlah penyalahguna sebenarnya.8

Berdasarkan laporan WHO (2001) pada tahun 2000 diketahui bahwa 1 dari 3 orang dewasa di dunia atau 1,2 milyar orang adalah perokok dan pada tahun 2025 angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 1,6 milyar. Tembakau dinyatakan sebagai penyebab lebih dari 3 juta kematian setiap tahun pada tahun 1990, meningkat menjadi 4 juta kematian pada tahun 1998, diperkirakan 8,4 juta kematian pada tahun 2020 dan mencapai 10 juta kematian pada tahun 2030.17

(41)

Penyalahgunaan NAPZA dapat terjadi pada setiap orang dan keluarga dengan latar belakang pendidikan apapun, baik kaya maupun miskin, tua dan muda, dan dalam kedudukan apapun. Walaupun demikian resiko setiap orang berlainan, pemuda dan laki-laki setengah baya termasuk golongan beresiko tinggi, demikian pula anak

yang orangtuanya menyalahgunakan NAPZA.18 NAPZA yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari Kolombia, China, dan

Daerah Segi Tiga Emas (Golden Triangle) yang meliputi Negara Laos, Birma,dan Thailand. Berdasarkan data BNN tahun 2003, jumlah tersangka tindak pidana psikotropika yang melibatkan WNA (Warga Negara asing) dan WNI (warga Negara Indonesia) cenderung mengalami peningkatan. Jumlah tersangka pada tahun 2001 terdiri dari 4.874 orang WNI dan 50 orang WNA. Pada tahun 2002 tersangka WNI meningkat 7,3% menjadi 4.924 sedangkan tersangka WNA meningkat 64% menjadi 82 orang.19

(42)

Pada tahun 2003, dari 3.583 orang jumlah penyalahguna NAPZA, 40,0% adalah kelompok umur 20-24 tahun, diikuti dengan 28,3% dari kelompok umur 25-29 tahun, 10,9% dari kelompok umur 15-19 tahun, 10,2% kelompok umur 30-34 tahun, 9,4% kelompok umur >34 tahun, dan 1,3% kelompok umur 10-14 tahun. Tahun 2004, dari 6.218 orang penyalahguna NAPZA, 34,2% berumur 20-24 tahun, diikuti 28,9% yang berumur 25-29 tahun, 13,3% kelompok umur 30-34 tahun, 12,5% kelompok umur >34 tahun, 8,7% berumur 15-19 tahun, dan 0,5% kelompok umur 10-14 tahun.8

Berdasarkan data yang dikumpulkan BNN dari 641 responden tahun 2001, sebagian besar adalah penyalahguna yang menggunakan NAPZA dengan cara hisap (26,7%) dan suntik (22,2%). Pada tahun 2002, dari 1.936 penyalahguna NAPZA yang mengkonsumsi NAPZA dengan cara hisap adalah 42,3%, kemudian penggunaan NAPZA dengan cara suntik 24,4%, sisanya adalah dengan cara oral.8

Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat bahwa sejak tahun 2000-2005 peredaran NAPZA meningkat. Selama Januari hingga Juni 2005 disita barang bukti ganja seberat 18,6 ton, 15.151 gram heroin, 207.713 butir esctasy dan shabu-shabu seberat 82.472 gram, sedangkan sejak tahun 2000 – 2004 (Juni), BNN menyita 122,9 ton ganja, 87,7 kg heroin, 78,4 kg kokain, 621.830 tablet ecstasy dan lainnya.8 2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA

(43)

1. Faktor Zat

Tidak semua zat dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat, hanya zat dengan khasiat farmakologik tertentu dapat menimbulkan ketergantungan. Apabila disuatu tempat zat yang dapat menimbulkan ketergantungan zat mudah diperoleh, maka di tempat itu akan banyak terdapat kasus gangguan penggunaan zat. Oleh karena itu, zat yang dapat menimbulkan ketergantungan harus diatur dengan aturan-aturan yang efektif tentang penanamannya, pengolahannya, impornya, distribusinya, dan pemakaiannya.12

2. Faktor Individu

Resiko untuk menyalahgunakan zat berbeda-beda untuk semua orang. Faktor kepribadian dan faktor konstitusi seseorang merupakan dua faktor yang ikut menentukan seseorang tergolong kelompok beresiko tinggi atau tidak. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar gangguan penggunaan zat terdapat pada atau dimulai pada usia remaja. Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dapat menjuruskan seseorang kepada gangguan penggunaan zat. Masa remaja ditandai dengan perubahan yang pesat baik jasmani, intelektual, maupun kehidupan sosial. Perubahan yang cepat kadang-kadang menimbulkan ketegangan, keresahan, kebingungan, perasaan tertekan, rasa tidak aman, bahkan tidak jarang menjadi depresi.12

(44)

anak tengah di dalam keluarga diikuti anak bungsu sebanyak 24 orang (24,7%) dan anak sulung sebanyak 19 orang (19,6%).20

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penggunaan NAPZA. Kebaikan selalu dikaitkan dengan kewanitaan, ada kecenderungan bahwa laki-laki harus berprestasi dan menerima tanggung jawab dalam keluarga. Tekanan tersebut dapat menimbulkan ketegangan dan untuk mengatasinya seseorang akan memberontak yang salah satunya dengan menyalahgunakan NAPZA.12

Berdasarkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA dikalangan siswa SMU diketahui bahwa siswa laki-laki berpeluang 29,77 kali lebih besar untuk menyalahgunakan NAPZA dibanding siswa perempuan.21

3. Faktor Lingkungan

Berdasarkan penelitian BNN pada siswa SMU diketahui bahwa sebagian besar responden (89,9%) berada dalam keluarga yang komunikasinya buruk dan sebanyak 49,0% responden mempunyai teman yang menggunakan NAPZA.21

Faktor lingkungan meliputi :12 a. Lingkungan Keluarga

(45)

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna NAPZA merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA.12

c. Lingkungan Teman Sebaya

Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal yang penting bagi remaja agar diterima kelompok dan dianggap sebagai orang dewasa.12

d. Lingkungan Masyarakat / Sosial

Gangguan penggunaan zat dapat juga timbul sebagai suatu protes terhadap sistem politik atau norma-norma. Lemahnya penegak hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung mendorong untuk mencari kesenangan dengan menyalahgunakan zat.12

2.4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan

(46)

Pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun penderita mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat tersebut, atau tidak dapat menghentikan kebiasaannya menggunakan zat tersebut.16

Ketergantungan adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).13,23 Ketergantungan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan fisik atau psikis yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu mahkluk hidup dengan satu atau lebih jenis obat yang ditandai oleh perilaku yang terdorong oleh suatu hasrat kuat untuk terus menerus menggunakan obat tersebut. Hasrat tersebut menguasai seluruh pikiran dan tingkah laku pecandu dan keinginannya untuk memperoleh obat tersebut sangat kuat sehingga membuatnya bertindak asosial dan kriminal.15

2.5. Jenis Ketergantungan Zat 2.5.1. Ketergantungan Fisik

(47)

sifat spesifik untuk masing-masing jenis zatnya. Ketergantungan fisik ini dapat diikuti dengan ketergantungan mental.23

Ketergantungan fisik bercirikan terjadinya gejala abstinensia bila penggunaan obat yang berulangkali dihentikan. SSP menggunakan zat sejenis morfin (endorfin) sebagai neurotransmiter yang produksinya dihentikan bila diberikan suatu opiat. Bila kemudian pemberian opiat mendadak dihentikan, segera timbul kekurangan endorfin dan terjadilah gejala abstinensia.15

2.5.2. Ketergantungan Psikis

Ketergantungan psikis adalah suatu keadaan dimana suatu zat dapat menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk memakainya lagi secara terus menerus atau berkala, sehingga diperoleh kesenangan atau kepuasan terus menerus.23 Ketergantungan psikis berciri terjadinya gejala abstinensia psikis bila pemberian obat dihentikan karena telah terjalin suatu ikatan antara si pemakai dan obat.15

2.6. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

(48)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain: a. Penyuluhan tentang bahaya NAPZA

b. Penerangan melalui berbagai media mengenai bahaya NAPZA c. Pendidikan tentang pengetahuan NAPZA dan bahayanya. 2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini dilakukan pada penyalahguna pada tahap coba-coba serta komponen masyarakat yang berpotensi menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang dilakukan pada pencegahan ini antara lain :

a. Deteksi dini anak yang menyalahgunakan NAPZA b. Konseling

c. Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah

d. Penerangan dan pendidikan pengembangan individu. 3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan terhadap orang yang sedang menyalahgunakan NAPZA dan yang pernah menyalahgunakan NAPZA agar tidak kembali menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok lingkungannya

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna.25

(49)

menghilangkan pengaruh NAPZA dan menghambat pemakaian lebih lanjut yang pelaksanaannya dilakukan oleh dokter. Selanjutnya, penanganan perbaikan perilaku dilakukan oleh bagian rehabilitasi/panti rehabilitasi yang pada umumnya di luar institusi rumah sakit. Penanganan penyalahguna di institusi tersebut dilakukan melalui berbagai pendekatan non medis seperti sosial, agama, spiritual, therapeutic community dan pendekatan alternatif lainnya.8

Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna narkoba dilaksanakan sesuai Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN, meliputi :26

1. Pendekatan Awal

Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial lain guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.

2. Penerimaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a.Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up, test urine negatif, dan sebagainya).

(50)

c.Pencatatan residen dalam buku registrasi.

3. Assessment

Assesstment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi.

Kegiatan assessment meliputi :

a. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan residen. b. Melaksanakan diagnosa permasalahan.

c. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi.

d. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan. e. Menempatkan residen dalam proses rehabilitasi. 4. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik residen, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris dan olah raga.

5. Bimbingan Mental dan Sosial

Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan / spritual, budi pekerti individual dan sosial / kelompok dan motivasi residen (psikologis).

6. Bimbingan Orang Tua dan Keluarga

Bimbingan bagi orang tua / keluarga dimaksudkan agar orang tua / keluarga dapat menerima keadaan residen memberi dukungan, dan menerima residen kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah selesai.

(51)

Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan residen.

8. Resosialisasi / Reintegrasi

Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabiltasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini meliputi:

a.Pendekatan kepada residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.

b.Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali residen.

c.Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah.

9. Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare)

Dalam penyaluran dilakukan pemulangan residen kepada orang tua / wali, disalurkan ke sekolah maupun instansi / perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh /

relapse dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya. 10. Terminasi

(52)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.2. Defenisi Operasional

2.2.1. Penyalahguna NAPZA adalah orang yang menggunakan NAPZA diluar indikasi medis dan dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan.

2.2.2. Umur adalah usia penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas 3 kelompok, yaitu :

1. 19 tahun 2. 20 – 29 tahun 3. 30 tahun

Dalam tabulasi silang umur dikategorikan menjadi 2 yaitu : 1. 20 tahun

2. >20 tahun

2.2.3. Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang dimiliki penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas

Karakteristik Penyalahguna NAPZA

2. Jenis zat yang dipakai. 3. Tempat pengobatan terakhir 4. Lama pemakaian

(53)

1. Laki-laki 2. Perempuan.

2.2.4. Agama adalah kepercayaan yang dianut penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan

2.2.5. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir ditempuh penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Pendidikan Tingkat Dasar (SD,SLTP) 2. Pendidikan Tingkat Menengah (SLTA)

3. Pendidikan Tingkat Tinggi (Akademi/Sarjana)

2.2.6. Jenis pekerjaan adalah suatu aktivitas utama yang dilakukan penyalahguna NAPZA diluar atau didalam rumah sesuai dengan yang tercatat pada kartu

Dalam tabulasi silang pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu : 1. Bekerja

2. Tidak bekerja

2.2.7. Status perkawinan adalah ada tidaknya pasangan hidup penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas:

(54)

2.2.8. Posisi dalam keluarga adalah posisi penyalahguna berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :20

1. Anak sulung 2. Anak tengah 3. Anak bungsu

3.2.9. Daerah asal adalah daerah dimana penyalahguna tinggal dan menetap sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :

1. Kota Medan 2. Deli Serdang 3. Banda Aceh 4. Aceh Tenggara 5. Lhokseumawe 6. Tebing Tinggi 7. Dan Lain-lain

3.2.10.Jenis zat yang dipakai adalah jenis NAPZA yang digunakan penyalahguna NAPZA sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas: 1. Ganja

2. Shabu-shabu 3. Alkohol 4. Ecstacy 5. Putaw

6. Tidak tercatat

Dalam tabulasi silang jenis zat yang dipakai dikategorikan menjadi 2 yaitu : 1. Multiple (lebih dari 1 jenis zat)

2. Non Multiple (1 jenis zat saja)

(55)

1. Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa 2. Panti Rehabilitasi Lain

3. Tradisional

4. Tidak Ada/Langsung

3.2.12.Lama pemakaian adalah lamanya penyalahguna menggunakan NAPZA sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :

1. 5 tahun 2. 6-10 tahun 3. > 10 tahun

3.2.13.Lama pemakaian rata-rata adalah rata-rata lamanya penyalahguna memakai NAPZA sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.

3.2.14.Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penyalahguna NAPZA menjalani rehabilitasi di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict

Kabupaten Deli Serdang terhitung dari tanggal masuk sampai keluar sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.

(56)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case series yang dilanjutkan dengan analisa statistik.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict

Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu unit rehabilitasi yang menangani penyalahgunaan NAPZA, tersedianya data mengenai panyalahgunaan NAPZA., dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai Maret 2009, diawali dengan survei pendahuluan, penulisan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, penulisan skripsi sampai dengan ujian skripsi.

(57)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data penyalahguna NAPZA yang dirawat di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007 yang berjumlah 159 data.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data penyalahguna NAPZA yang dirawat di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007, dengan besar sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status dan data konsultasi penyalahguna NAPZA di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang tahun 2004-2007 dan dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan komputer dengan program SPSS, kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, uji

(58)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.1. Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

Sibolangit Centre merupakan tempat Pendidikan dan Pelatihan Pemberantasan Pencegahan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba (P4 HIV/AIDS PN) yang berlokasi di Jl. Medan – Berastagi Km.45 Sibolangit, Kab. Deli Serdang Sumatera Utara. Sibolangit Centre merupakan panti rehabilatasi swasta yang pemiliknya adalah HM Kamaluddin Lubis SH. Panti rehabilitasi ini dibangun di atas lahan seluas 4 hektare (ha) dan melatih 60 orang yang menjadi instruktur anti narkoba yang terdiri dari mahasiswa USU dan Gerakan Dai Anti Narkoba (Radar).

Panti rehabilitasi ini merupakan yayasan yang bersifat keagamaan dan pada awalnya berada dilokasi mesjid Al Kamal sebelum dibangun gedung yang baru di depan lokasi mesjid tersebut.

5.1.2. Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Sibolangit Centre dikelola oleh dua lembaga yaitu :

a. Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) yang berdiri pada tanggal 26 Mei 2000.

b. Gerakan Anti Narkoba (GAN) Indonesia yang berdiri pada tanggal 27 Mei 2000.

(59)

Tabel 5.1. Susunan Pelaksana Harian Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang

No Pelaksana Harian Jumlah (orang)

1

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari kantor, asrama, ruang kelas, ruang keterampilan, aula, dapur, ruang security, dan gazebo, sedangkan prasarana yang ada antara lain jalan, listrik, air minum, pagar, peralatan kantor, dan peralatan pelayanan.

5.1.3. Kegiatan Pelayanan

Adapun pelayanan yang diberikan terhadap penyalahguna NAPZA/klien antara lain :

a. Pendekatan dan Penerimaaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyampaian informasi mengenai prgraam yang dilaksanakan selama masa perawatan setahun dan penandatanganan perjanjian oleh orang tua yang berisi persetujuan bahwa penyalahguna harus dirawat selama satu tahun serta pengisian formulir data pribadi penyalahgunaa NAPZA.

b. Pemenuhan Kebutuhan Penyalahguna NAPZA

Kebutuhan pokok dipenuhi oleh pengelola patti rehabilitasi yang terdiri dari : i. Makan 3 kali sehari ditambah makanan tambahan berupaa jamu 3 kali

(60)

ii. Pengelola panti rehabillitasi bekerjasama dengan tenaga medis dan konselor dalam memantau perkembangan kesehatan penyalahguna NAPZA.

iii. Rekreasional dilakukan dengan kegiatan cross country, mandi air belerang, dan berenang.

c. Bimbingan Fisik, Mental,dan Keterampilan

Bimbingan fisik dilakukan untuk memulihkan kondisi fisik penyalahguna melalui kegiatan olahraga seperti basket, volley, badminton, lari-lari pagi, senam pagi, sepak bola, dan tennis meja. Kegiatan bimbingan mental meliputi keagamaan, konseling, dan penyuluhan yang dilakukan pengelola atau instruktur anti narkoba. Bimbingan keterampilan yang dilakukan berupa praktek komputer, pertanian, menyablon, dan sebagainya.

Bila dibandingkan dengan Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN, pelayanan di

Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten Deli Serdang sudah memenuhi standar dan tidak banyak ditemukan perbedaan pelayanan

5.2. Sosiodemografi

Hasil penelitian tentang karakteristik penyalahguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) di Sibolangit Centre Rehabilitation for drug Addict

(61)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penyalahguna NAPZA Berdasarkan Sosiodemografi di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drug Addict Kabupaten deli Serdang Tahun 2004-2007

Penyalahguna NAPZA

(62)

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa karakteristik penyalahguna NAPZA berdasarkan sosiodemografi yaitu sebagai berikut : proporsi penyalahguna NAPZA yang terbesar adalah umur 20-29 tahun yaitu sebesar 70,4%. Menurut jenis kelamin yang terbesar adalah laki-laki yaitu sebesar 99,4%. Menurut agama yang terbesar adalah agama Islam yaitu sebesar 79,2%.

Menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah pendidikan menengah yaitu sebesar 70,5% dan menurut pekerjaan yang terbesar adalah tidak bekerja yaitu sebesar 45,3%. Menurut status perkawinan yang terbesar adalah tidak kawin yaitu sebesar 71,7% dan menurut posisi dalam keluarga yang terbesar adalah anak tengah yaitu sebesar 48,4%. Menurut daerah asal yang terbesar adalah berasal dari Kota Medan yaitu sebesar 50,9%.

Pada pekerjaan yang tidak tercatat, analisa statistik tidak perlu dilakukan karena tidak menggambarkan jenis pekerjaan yang sebenarnya.

5.3. Jenis Zat yang Dipakai

Gambar

Tabel 5.10.   Distribusi Proporsi Pekerjaan Berdasarkan Jenis Zat yang
Tabel     5.1.  Susunan Pelaksana Harian Sibolangit Centre Rehabilitation for
Tabel 5.2.
Tabel     5.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dari penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan senjata tradisional serta merupakan penutur asli peristilahan

[r]

4 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 100% Tersedianya jasa pengelola administrasi keuangan 15 Orang Lancarnya pengelolaan administrasi keuangan 100% 117.894.000 BKD Kota

dilihat dari rasio Likwiditas bahwa PT.Metrodata Electronics,Tbk dalam keadaan likwid pada tahun 2002 dan 2003 dikarenakan tingkat likwiditas diatas 200% namun ditahun

Penulis tertarik untuk membuat situs dengan memanfaatkan teknologi komputer dan informatika agar dalam melakukan penjualan maupun pemesanan barang dalam hal ini AC akan menjadi

Rapat ) and copies of KTP or other identification. a) Shareholders who can not attend, can be represented by a proxy with valid Powers of Attorney as determined by

Sedangkan, faktor internal yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu, faktor fisik ibu, dan pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1997:17). Bayi

Tujuanya untuk mengetahui nota kesepahaman perlindungan dan pengembangan produk IG (indikasi Geografis) lada putih di Bangka Belitung yang mana dalam hal ini mutu