• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar Lampung)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

POLITICAL STRATEGY IN WINNING WOMEN CANDIDATE IN GENERAL ELECTION OF LEGISLATIVE 2014

(Study on PKS, PDI-P and NasDem Bandar Lampung City)

Dwi Rosa Evaliani

The purpose of this reserch was to determine how the strategies of political parties in winning female candidates for the legislative elections legislative 2014. The research method used was a qualitative research method, which is used to know the winning strategies of political parties in the legislative members of female candidates in the 2014 legislative elections.

(2)

department of womanhood as a central activity of the party's national to the regional level.

(3)

ABSTRAK

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN

PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

(Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar Lampung)

Dwi Rosa Evaliani

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi partai politik dalam pemenangan calon anggota legisatif perempuan pada pemilu legislatif 2014. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif, yang digunakan mengetahui strategi partai politik dalam pemenangan calon angota legislatif perempuan pada pemilu legislatif 2014.

(4)

populis lebih memprioritaskan pada terjun langsung ke masyarakat terutama masyarakat kecil. Partai NasDem sebagai partai baru membentuk departemen keperempuanan sebagai sentral aktivitas partai dari tingkat nasional hingga regional.

(5)
(6)

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN

PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

(Studi Pada Partai PKS, PDI-P dan Nasdem Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

DWI ROSA EVALIANI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

DAFTAR ISI

D. Kegunaan Penelitian ... 16

1.Kegunaan Teoritis Penelitian ... 16

2.Kegunaan Praktis Penelitian ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gender ... 17

1. Definisi Gender ... 17

2. Teori Gender (Feminisme) ... 18

3. Kesetaraan dan Keadilan Gender ... 20

4. Konsep Gender ... 24

B. Pemilihan Umum ... 26

1. Definisi Pemilihan Umum ... 26

2. Pemilihan Umum di Indonesia ... 27

3. Tujuan Pemilihan Umum ... 28

4. Fungsi Pemilihan Umum ... 29

5. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia ... 29

C. Legislatif…. ... 30

1. Definisi Legislatif ... 30

2. Fungsi Badan Legislatif/Dewan Perwakilan ... 32

D. Pemilihan Umum Legislatif…. ... 33

1. Definisi Pemilu Legislatif ... 33

E. Strategi ... 34

1. Definisi Strategi ... 34

2. Konsep Strategi Politik ... 36

3. Strategi Komunikasi Politik ... 37

(11)

F. Keterlibatan Perempuan Dalam Politik ... 42

G. Kerangka Pikir ... 43

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 46

B. Fokus Penelitian ... 46

C. Lokasi Penelitian ... 47

D. Informan ... 47

E Jenis Data ... 48

1. Data Primer ... 48

2. Data Sekunder ... 48

F.Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Observasi ... 49

H. Metode Penelitian... 51

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 52

B. Gambaran Umum Partai Keadilan Sejahtera... 54

1. Sejarah Singkat Partai Keadilan Sejahtera ... 54

2. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera ... 55

3. Tujuan dan Usaha Partai Keadilan Sejahtera ... 56

4. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera ... 57

5. Perekrutan Calon Anggota Legislatif Perempuan ... 57

C. Gambaran Umum Partai Demokrasi Indonesia ... 59

1. Sejarah Singkat Partai Demokrasi Indonesia ... 59

2. Visi dan Misi Partai Demokrasi Indonesia... 60

3. Fungsi dan Tugas Partai Demokrasi Indonesia ... 62

4. Keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia ... 62

5. Perekrutan Calon Anggota Legislatif Perempuan ... 63

D. Gabaran Umum Partai Nasional Demokrasi ... 64

1. Sejarah Singkat Partai Nasional Demokrasi ... 64

2. Cita-Cita Partai Nasional Demokrasi ... 65

3. Visi dan Misi Partai Nasional Demokrasi ... 66

4. Tujuan dan Fungsi Partai Nasional Demokrasi ... 67

5. Perekrutan Calon Anggota Legislatif Perempuan ... 68

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 69

1. Informan Partai Keadilan Sejahtera ... 69

2. Informan Partai demokrasi Indonesia ... 70

(12)

4. Informan Masyarakat ... 71

B. Kelemahan dan Hambatan Calon Anggota legislatif Perempuan ... 72

B.1 Terbatasnya Dana ... 72

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 73

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 74

c. Partai Nasional Demokrasi ... 74

B.2 Tidak Adanya Keberanian untuk Terjun Ke Dunia Politik ... 75

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 75

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 76

c. Partai Nasional Demokrasi ... 76

B.3 Tidak Memiliki Keterampilan di Bdang Politik ... 77

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 77

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 78

c. Partai Nasional Demokrasi ... 78

B.4 Kurangna Jaringan ... 79

C. Peran Pemerintah dan Partai Politik dalam Merespon Keterwakilan Perempuan di Parlemen... 80

D. Strategi Partai Politik Mengatasi Hambatan dan Kelemahan Perempuan pada Pemilu Legislatif 2014... 82

D.1 Membuat Kebijakan ... 85

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 86

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 87

c. Partai Nasional Demokrasi ... 88

D.2 Memberikan Sarana Prasarana ... 88

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 88

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 89

c. Partai Nasional Demokrasi ... 90

D.3 Membentuk Jaringan Untuk Caleg Perempuan ... 91

a. Partai Keadilan Sejahtera ... 91

b. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 92

c. Partai Nasional Demokrasi ... 92

E. Kesiapan Partai Politik dalam Merespon Keterwakilan Perempuan di Parlemen ... 105

1. Partai Keadilan Sejahtera ... 105

2. Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan ... 106

3. Partai Nasional Demokrasi ... 107

F. Kendala-Kendala yang Menyebabkan Keterwakilan Perempuan di Parlemen sangat Rendah ... 108

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persentase Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Legislatif 2009…..….3 Tabel 2. Perolehan Suara dan Persentase Perolehan Suara Partai Politik

Pada Pemilu Anggota DPRD Kota Bandar Lampung

Tahun 2009………..….3

Tabel 3. Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen ………..7 Tabel 4. Perasentase Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Bandar Lampung Manurut Agama, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Pendidikan Dan Usia Periode 1999-2004 dan

2009-2014………...……….……...9

Tabel 5. Jumlah Calon Anggota Legislatif Perempuan per Partai Politik

Pada Pemilu Legislatif 2014 ………...………10 Tabel 6. Daftar Informan ………..49 Tabel 7. Matrik Strategi Partai PKS, PDI-Perjuangan dan NasDem

dalam Mengatasi Hambatan Caleg Perempuan Pada Pemilu

(14)

MOTO

Do Whatever You Like, Be Consistent, and

Success Will Come Naturally”

Lakukan Apapun yang Kamu Sukai, Jadilah Konsisten

dan Kesuksesan Akan Datang Dengan Sendirinya.

“Tidak Ada 1 Apapun Yang Terjadi Tanpa Kehendak

Allah SWT

(15)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepadaku.

Ibu wanita terhebat yang aku cintai dan aku sayangi

Nur Sila Evaliani, sebagai tanda terima kasih dan

baktiku, karena kalian aku belajar bertahan dan

berjuang dalam hidup.

Mbak ku Ama Lina Evaliani, Kakak ku Rizky

Aminullah Amd serta Keponakan Tercinta Maulidia

Afiqa Ricky yang selalu mendukungku.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwodadi pada tanggal 17 juni 1992, anak kedua dari dua bersaudara, buah cinta dari Bapak Sadi Amansyah dan ibu Nur Sila Evaliani.

Jenjang Akademisi Penulis dimulai dengan menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah Gisting diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Gisting Bawah diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadiyah 1 Gisting pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah Gisting yang diselesaikan pada tahun 2010.

(17)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Strategi Partai Politik dalam Pemenangan Calon Anggota Legislatif Perempuan pada Pemilihan Umum Legislatif 2014

(Studi pada Partai PKS, Partai PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar

Lampung)” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(18)

dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Robi Cahyadi Kurniawan, S.IP, M.A selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan masukan, saran, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ari Darmastuti selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini..

7.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, mb Nurma (pengawas ruang baca) yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

9. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, Mama Nur Sila Evaliani terimakasih telah menjadi Ibu dan Bapak yang Kuat, yang selalu memberikan motivasi, yang selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah SWT selalu memberikan nikmat-Nya untuk Mama. Papa Sadi Amansyah terimakasih karena bayanganmu Penulis mampu memotivasi diri, hingga mampu menjalani hidup tanpa dirimu. Ku persembahkan karya kecilku ini untuk kalian.

10.Spesial untuk Kakak ku Ama Lina Evaliani, yang paling cerewet dan bawel

udah gitu judes pula “ayo jadi anak yang membanggakan dan bermanfaat

(19)

“makasih untuk segala dukungannya terlebih lagi secara material” hehe

Adek Maulidia Afiqa Rizky “jadi anak yang membanggakan papa mama ya

dek, jangan nakal, jadi anak yang pinter dan cerdas. Tambah gendut ya

saying hehehe…”. Yang pasti kalian telah memberikan motivasi.

SEMANGAATT….!!!!

11.Kakak M. Yahya Kurniawan terimakasih atas dukungan dan semangat yang

diberikan☺makasih udah mau di repotin sama aku, mau nganterin aku kesana

kemari untuk turun lapangan. Semangat ya kak semoga dapet kerjaan yang

nyaman dan berkah. Salam sayang☺

12.Terima kasih kepada para responden, kepada caleg-caleg perempuan PKS ibu Farida dan Ibu Helma, caleg perempuan PDI-P ibu Aprilliati dan ibu Evi, caleg NasDem ibu devita dan ibu Erika, terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis butuhkan.

13.Terima Teman-teman seperjuangan SMA Muhammadiyah Gisting Bawah: Ditha Amelia (Ngook), Dara Fajar Anisa (Goth), Anissa Ul-Halimah (unie), Ona Indar Melisa (Kakak), Riva (Adek), Nurma Okviani (Aunty), Salma (Mbe) dkk yang gak bisa gua sebutin yang menjadi motivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi. You’re My Best Gokil terimakasih dukungannya

yee☺

14.Teman-teman tercinta yang tetap ada dari awal semester sampe akhir Ety Nur Rahmawati semoga tetap sabar karena mau di repotin, terimakasih udah ada

(20)

semangat mengejar pangeran impiannya heheheheh ☺; Yurike Suparman alias si kecil ayo-ayo urus skripsi jangan tekno mulu, biar cepet lulus ☺; Riska Ersi alias ratu galau, jangan galau-galau lagi bey di facebook, penuh tu beranda gara-gara kamu..hehe, semangat skripsinya yaa☺; Yosita Manara, semangat skripsinya jangan maen mulu apa lagi pacaran sama iwul mulu hohoho ☺; Terimakasih banyak atas bantuan kalian semua bukan hanya pada saat skripsi tapi selama kita kuliah. Walaupun sering berantem tapi ga pernah pecah kongsi #ahaiii, Good Luck buat kalian!!!! Semoga persahabatan sampai tua. Love you all

15.Teman-teman MSS KFC: Viola Indora, Ali Wirawan, Erlangga, Putu, Icha, Rengga, Kris, Edy, Maritha, Eko, Jhon, dkk terimakasih untuk pengalamannya, untuk sama-sama berjuang tapi ternyata bubar karena sibuk masing-masing.☺

16.Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2010 yang tergabung di SEMPAK Group: Rangga yang rela di repotin sama temen-temen, makasih ya; mawat, anta, andri, komang, putra, dicky, mijo, dkk selalu ngomongin tentang skripsi dan saling nyemangatin; untuk anak-anak pemerintahan 2010 Semangat ya teman-teman semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rizki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. 17.Temen-temen KKN yang gokil abizzz…: Nona Ria Kharisma (Onah) yang

(21)

stok abis, Ruslan Okta Gani (tante rambut helm), sukses untuk skripsinya; Ricky Ardian semangat ya ate buat ngurus skripsinya, sama-sama kita berjuang di pemerintahan☺.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 17 Juni 2013 Penulis

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menganut konsep demokrasi yang ditandai dengan adanya pemilihan umum (pemilu) yang melibatkan masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara, kepala daerah hingga pemilihan legislatif. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang berprogres pada masyarakat dalam menentukan pemimpin negara, maupun daerah sehingga memberikan warna baru untuk sistem politik di Indonesia. Demikian pentingnya hal tersebut memberikan peluang bagi warga Negara Indonesia untuk dipilih dan memilih.

(23)

organisasi.Pemilihan umum legislatif di lampung telah dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014. Pada tahun 2014 pemilihan ini akan memutuskan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Pemilihan Gubernur (PilGub), Pemilihan tersebut tidak terlepas dari peran aktif partai politik.

Partai politik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembentukan kekuasaan negara. Melalui partai politik inilah berbagai kepentingan masyarakat akan diserap dan diadopsi dalam bentuk kebijakan negara. Fungsi-fungsi partai politik dalam negara adalah melaksanakan fungsi sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemandu kepentingan, dan kontrol politik. Partai politik juga diartikan sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijakan publik dalam rangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan umum. Partai politik dapat didefinisikan sebagai sebuah organisasi untuk memperjuangkan nilai atau ideologi tertentu melalui penguasaan struktur kekuasaan dan kekuasaan itu diperoleh melalui keikutsertaannya di dalam pemilihan umum.

(24)

mencapai 66%, memperoleh jumlah suara sebesar 365.808. Hal tersebut dapat di lihat dari tabel 1 dan 2, yaitu data persentase tingkat partisipasi pemilih dan perolehan suara sekaligus persentase perolehan suara partai politik pemilu legislatif tahun 2009 kota Bandar Lampung.

Tabel 1. Persentase Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Legislatif 2009 No Kabupate/Kota Pemilu Legislatif

2009

Sumber: KPU Provinsi Lampung Tahun 2009

Tabel 2. Perolehan Suara dan Persentase Perolehan Suara Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Kota Bandar Lampung Tahun 2009 serta Persentase Perolehan Suara Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Kota Bandar Lampung Tahun 2014

(25)

16 PDP 1.743 0.48% -

Sumber: KPU Kota Bandar Lampung Tahun 2009 dan 2014.

(26)

legislatif yang telah di tetapkan di Daftar Calon Tetap (DCT) untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Perekrutan dalam partai politik merupakan proses dimana individu atau kelompok-kelompok individu dilibatkan dalam peran-peran politik aktif. Perekrutan partai politik tidak hanya melibatkan kandidat laki-laki tapi juga melibatkan kandidat perempuan. Keikutsertaan perempuan dalam partai politik merupakan pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan di parlemen. Hak perempuan untuk ikut serta dalam pemerintahan diadopsi menjelang Pemilihan Umum 2009, dengan di keluarkannya kebijakan penting terkait dengan permasalahan kuota perempuan dalam politik Indonesia. Salah satu kebijakan penting itu ialah adanya kuota untuk bakal calon wakil rakyat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Pemilihan Umum merupakan kebijakan inti mengenai isu representasi politik perempuan yang di dalamnya ditegaskan mengenai kuota perempuan di parlemen. Setelah keluarnya kebijakan tersebut, perempuan diberi kesempatan untuk berperan lebih banyak di kancah politik. Seperti

(27)

keterwakilan prempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat”, dan Undang-Undang nomor 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum anggota dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah pada pasal 53 menyebutkan bahwa “daftar bakal calon anggota DPR, DPR Provinsi, DPR Kabupatn/Kota memuat paling sedikit 30% (tiga

puluh perseratus) keterwakilan perempuan.”

Lahirnya kuota perempuan melalui undang-undang tersebut menjadi berita baik bagi kaum perempuan. Secara tekstual, undang-undang tersebut mengakui adanya kebutuhan untuk melibatkan perempuan dalam partai politik sebagai upaya agar perempuan dapat memperoleh akses yang lebih luas dalam pengambilan keputusan. Namun dalam prakteknya, partai politik terkesan setengah-setengah dalam mengimplementasikannya karena dianggap sebagai persyaratan administratif yang sifatnya hanya formalitas. Dalam perjalanan sejarah perpolitikan di Indonesia, jumlah perempuan dalam parlemen memang belum menunjukkan angka yang signifikan. Perempuan masih dalam posisi yang lemah baik secara kualitas maupun kuantitas.

(28)

tersebut sering diabaikan. Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap sistem politik ialah adanya persepsi yang menganggap perempuan hanya pantas menjadi ibu rumah tangga. (Kalyanamitra, laporan hasil penelitian kualitas perempuan politisi di legislative, 2008 hal 66).

Hasil pemilihan umum 2009, kuota 30% keterwakilan perempuan di DPR belum terpenuhi karena baru mencapai 17,32% dari jumah anggota DPR. Setiap partai politik peserta pemilihan umum memuat paling sedikit 30% dalam daftar bakal calon sebagaimana yang dimaksud pada pasal 55 pada ayat (2), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon, namun karena pemilihan dengan sistem terbuka dan yang jadi anggota adalah yang memperoleh suara terbanyak dari daftar peserta partai politik itu sesuai persyaratan yang berlaku. Hal tersebut dapat dilihat dari masih kecilnya persentase perempuan yang duduk dalam parlemen. Berikut data mengenai jumlah anggota legislatif perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat.

Tabel 3. Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen

Pemilu Persentase Perempuan Jumlah Kursi DPR

(29)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada pemilu yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1955, perempuan yang berhasil menduduki kursi parlemen hanya 5,9% dari jumlah anggota DPR (1955-1960). Pemilu pada orde baru berlangsung pada 1971, hasil dari pemilu tersebut sebanyak 6,7% legislatif perempuan duduk disenayan. Terjadi kenaikan di banding pemilu 1955. Angka persentase perempuan dalam parlemen terus menaik, hasil pemilu 1977 mendudukan 8% perempuan dalam lembaga DPR (periode 1977-1982). Kenaikan jumlah perempuan di parlemen terus menunjukkan kenaikan yang signifikan selama beberapa pemilu pada masa orde baru, yaitu: pemilu 1982 (9,1% anggota DPR kalangan perempuan) lalu pemilu 1987 (11,8%), kemudian pada pemilu 1992 persentase perempuan menjadi legislatif naik lagi menjadi 12,4%. Namun pada tahun 1997-1999 keterwakilan perempuan dalam parlemen pada DPR menurun menjadi 11,6%, kondisis ini makin memprihatinkan karena pada pemilu 1999 dengan jumlah kursi masih tetap 500 dengan jumlah caleg perempuan hanya 44 orang (8,8%). (sumber: Majelis Edisi No.04/TH.VI/April 2012).

(30)

Keterwakilan perempuan di DPRD kota Bandar Lampungpun mengalami peningkatan dari tahun 1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2014. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 4. Perasentase Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Manurut Agama, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Pendidikan Dan Usia Periode 1999-2004 dan 2009-2014.

Periode

1999-2004 2004-2009 2009-2014

Agama Sumber:KPU kota Bandar Lampung Tahun 2014

Dari tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan dari periode 1999-2004, 2004-2009 sampai dengan 2009-2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu 15,1 persen pada periode 1999-2004, 16,8 persen periode 2004-2009 dan meningkat menjadi 23,6 persen pada periode 2009-2014.

(31)

kursi di DPRD Kota Bandar Lampung dengan hasil perhitungan cepat partai politik pemiu 2014 mencapai 100%. Hal tersebut dapat dilihat dari data di bawah ini:

Tabel 5. Jumlah Calon Anggota Legislatif Perempuan Pada Pemilu Legislatif 2014 Kota Bandar Lampung

No Nama Partai Politik Jumlah Caleg

Perempuan

1 Partai Nasdem 18

2 Partai Kebangkitan Bangsa 20

3 Partai Keadilan Sejathera 18

4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 18

5 Partai Golkar 18

6 Partai Gerindra 18

7 Partai Demokrat 18

8 Partai Amanat Nasional 18

9 Partai Persatuan Pembangunan 19

10 Partai Hanura 17

11 Partai Bulan Bintang 15

12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 14

Total Jumlah 211

Sumber:KPU Kota Bandar Lampung tahun 2014.

(32)

produk kebijakan yang menyuarakan aspirasi perempuan. Menurut Musdah (2005: 25) ada 6 alasan perempuan enggan terlibat dalam dunia politik: 1. Kurangnya dukungan secara penuh dari partai politik yang bersangkutan. 2. Perempuan hanya dijadikan pelengkap partai politik agar memenuhi

kuota 30%

3. Perempuan bakal calon bukan hanya harus berjuang agar namanya masuk di dalam daftar jadi partainya, tetapi harus berada pada urutan pertama atau kedua dalam daftar calon. Alasannya, Pasal 107 (2) UU Pemilu 2003 menyebutkan bahwa a) nama calon yang mencapai angka Bilangan Pembagi Pemilih (BPP, jumlah suara dibagi kursi yang diperebutkan) ditetapkan sebagai calon terpilih dan b) nama calon yang tidak mencapai angka BPP, penetapan calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut. 4. Perempuan menghadapi dua tahap yakni tahap penentuan bakal caleg

merupakan titik kritis untuk terpenuhinya jumlah 30% perempuan di parlemen, serta tahap pemilihan yang notebene dibutuhkan kemampuan berkompetensi dengan laki-laki.

5. Hambatan besar lain akan dihadapi perempuan caleg adalah dana kampanye. Untuk membantu perempuan caleg mengatasi hambatan dana, solusi yang ditawarkan atara lain menggalang dana masyarakat khusus untuk membantu perempuan caleg, sebut saja denga pundi dana itu sebagai Dana Kuota Perempuan. Sebenarnya untuk masalah ini menurut Safinaz Asari dari Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, kantor ini memiliki anggaran yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kampanye perempuan caleg

6. Kendala lain yang akan dihadapi perempuan setelah lolos menjadi calon legislatif partai adalah besarnya daerah pemilihan. Semakin kecil kursi yang diperebutkan di suatu daerah pemilihan, semakin kecil perempuan akan terpilih. Sebaliknya, semakin besar daerah pemilihan, semakin besar peluang perempuan caleg untuk terpilih asalkan kandidat perempuan ini berada pada nomor urutan jadi.

Adapun permasalahan-permasalahan perempuan dalam ranah politik menurut Anugerah (2009: 85), yaitu:

1. Kultural

(33)

pengambilan keputusan dan kebijakan adat bagi masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan kultur peran partai politik diperlukan agar terbangun komitmen untuk mendukung perjuangan perempuan dalam politik.

2. Sumber Daya Manusia

Dilihat dari 3 periode pemilu kualitas sumber daya manusia perempuan tidak berkembang secara signifikan, dikarnakan calon anggota legislatif perempuan sebagian besar belum sepenuhnya mampu tampil secara maksimal karena, sumber daya yang dimiliki masih terbatas. Sumber daya manusia lebih banyak dgunakan untuk kepentingan mengurus keluarga dan rutinitas budaya, perempuan hanya dijadikan objek dalam setiap kegiatan termasuk ajak demokrasi seperti pemilu legislatif dan kecenderungan perempuan sebagai pelengkap.

3. Teknis

Masih banyak kecurangan-kecurangan dalam teknis perekrutan calon anggota legislatif perempuan pada partai politik. Perekrutan calon anggota legislatif perempuan hanya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan didalam partai politik serta untuk memenuhi syarat kuota 30% yang telah di sediakan oleh pemerintah untuk perempuan.

4. Politik Internal Partai

Permasalahan politik internal partai dikarenakan partai politik belum siap mengajukan caleg perempuan yang berkualitas dan potensial. Sebab, selama ini ada tradisi dalam struktur organisasi untuk menempatkan perempuan hanya dalam bidang-bidang yang mengurusi bidang keperempuanan seperti: bendahara, bidang atau urusan perempuan, urusan social dan semacamnya bukan pada posisi strategis. Kondisi ini yang kemudian mendorong partai politik untuk mengajukan caleg lain yang bukan kader partai politik yang bersangkutan.

(34)

Strategi dalam pemilihan legislatif telah dilakukan oleh calon anggota legislatif untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, terlebih lagi strategi yang dilakukan oleh calon anggota legislatif perempuan untuk mendapatkan tempat di parlemen. Strategi tersebut dapat dilihat dari berbagai kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif. Beberapa kampanye yang dilakukan oleh calon anggota legislatif yaitu membagikan kaos, memasang baliho dengan gambar-gambar yang aneh, membagi-bagikan sembako, dan sosial keliling. Kenyataannya masih banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh calon legislatif untuk mendapatkan suara melalui kampanye yang tidak lazim, yaitu: membagi-bagikan uang kepada masyarakat, untuk memilih calon legislatif tersebut, sehingga pemilih/masyarakat memilih calon legislatif tersebut hanya karena uang dan bukan karena memilih secara rasional, hal tersebut di lakukan para calon legislatif perempuan semata-mata untuk memenangkan kursi DPRD yang telah di sediakan oleh pemerintah.

Strategi yang digunakan para calon legislatif perempuan merupakan bentuk strategi untuk meraih dukungan yang maksimal. Sehingga partai politik perlu memberikan dukungan dan bantuan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang di miliki oleh calon anggota legislatif perempuan untuk mempersiapkan strategi dengan baik, kelemahan-kelemahan tersebut menurut Waring dalam

Politics: women’s insight (2000: 72-78) adalah: 1. Terbatasnya Dana

(35)

untuk membentuk kelompok dengan otorisasi partai untuk menjalankan dana untuk kampanye perempuan.

2. Tidak memiliki keberanian

Selama ini kaum perempuan beranggapan bahwa politik merupakan pekerjaan laki-laki dan banyaknya persaingan yang terjadi di politik. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi perempuan untuk ikut terlibat di dunia politik dan rendahnya pendidikan perempuan yang membuat kaum perempuan menjadi pesimis dan takut untuk bersaing. 3. Tidak memiliki keterampilan

Kurangnya pelatihan tentang politik terhadap kaum perempuan menjadi salah satu permasalahan perempuan enggan terjun ke dunia politik. Sehingga partai politik perlu memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada caleg perempuan agar mereka memahami dan mengerti tentang dunia politik.

4. Kurangnya jaringan

Kendala selanjutnya adalah caleg perempuan yang tidak memiliki jaringan. Sehingga mereka tidak dapat mempublikasikan diri mereka secara maksimal kepada masyarakat. Hal ini juga menjadi tugas bagi partai politik untuk memberikan bantuan jaringan secara luas untuk caleg perempuan.

(36)

Peneliti mengambil objek calon anggota legislatif perempuan khususnya pada partai PKS, PDI-P dan NasDem Kota Bandar Lampung dikarenakan partai PKS merupakan partai yang berbasis dakwah atau agama, partai PDI-P merupakan partai nasional sedangkan partai NasDem merupakan partai baru.

Dalam konteks ilmu pemerintahan persoalan-persolan yang berkaitan dengan upaya partai politik dalam pemenangan calon anggota legislatif perempuan ini masih memerlukan beberapa penelitian yang lebih mendalam. Jika melihat kedudukan perempuan yang diatur di dalam Undang-Undang mengenai ketentuan calon 30%, seharusnya dapat lebih meningkatkan jumlah keterwakilan perempuan dalam kursi parlemen. Oleh karena itu penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dengan judul “Strategi

Partai Politik Dalam Pemenangan Calon Anggota Legislatif Perempuan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014 (Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai Nasdem Kota Bandar Lampung)”.

B. Rumusan Masalah

(37)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi partai politik dalam pemenangan calon anggota legislatif perempuan pada pemilihan umum legislatif 2014 (Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai Nasdem Kota Bandar Lampung)?

D. Kegunaan Penelitian

Adanya hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan studi tentang ilmu pemerintahan khususnya studi tentang pemilu legislatif.

2. Secara Praktis

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gender

1. Definisi Gender

Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Menurut Cixous dalam Tong (2004:41), gender diartikan sebagai

“perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari

segi nilai dan tingkah laku”. Sedangkan menurut Kristeva dalam Tong

(2004:42) dijelaskan bahwa gender adalah “suatu konsep cultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan social budaya”.

Gender merupakan aturan atau norma prilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat, karena gender sering kali diidentikkan dengan jenis kelamin atau seks.(http://kamusq-definisi-gender.com)

Menurut Muhtar dalam Froom (2002:56) gender dapat diartikan sebagai

“jenis kelamin social aau konotasi masyarakat untuk menentukan peran

(39)

sebagai “suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural”

Dari beberapa definisi tentang gender dapat ditarik kesimpulan bahwa gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik secara kultural dan emosional namun memiliki hak yang sama.

2. Teori Gender (Feminisme)

Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837 yang berpusat di Eropa dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill dengan judul "Perempuan sebagai Subyek" ( The Subjection of Women ) pada tahun 1869. Pada awalnya gerakan ini ditujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik.

Menurut Bhasin dan Khan dalam Lippa (2005:20) feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.

(40)

keluarga maupun masyarakat, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.

Tahun 1960, merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut ranah politik kenegaraan dengan diikutsertakan perempuan dalam hak suara parlemen. Adapun aliran feminisme yang akan mendukung kaum perempuan dalam kesetaraan gender, yaitu:

a. Feminis Liberal

Menurut Wolf dalam Friedan (1963:38) Feminisme liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia pribadi dan public karena, setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Teori feminis liberal bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki.

Menurut Mill dan Taylor dalam Tong (2004:7) pemikiran feminisme liberal pada abad ke-19 beranggapan bahwa:

“Jika masyarakat ingin mancapai kesetaraan seksual dan

(41)

perempuan hak politik dan kesempatan, serta pendidikan yang sama yang dinikmati oleh laki-laki.”

Menurut Tong dalam Feminist Thought (2004: 16) Feminism liberal berupaya untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif, yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi perempuan, baik didalam akademi, forum maupun pasar. Feminis liberal menekankan bahwa masyarakat patriaki mencampuradukkan seks dan gender, dan mengganggap hanya pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminism yang layak untuk perempuan.

Dari penjelasan diatas maka penggunaan feminis liberal sesuai dengan penelitian ini karena,feminism liberal bersikeras bahwa laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama sebagai seseorang yang setara, sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai dan feminis liberal memberikan kesempatan untuk kaum perempuan untuk terlibat langsung dalam dunia politik.

3. Kesetaraan dan Keadilan Gender

(42)

berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam pembangunan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Keadilan gender adalah suatu kondisi dan perlakuan yang adil terhadap perempuan dan laki-laki. Keadilan gender terjadi bila peluang yang diberikan baik bagi laki-laki maupun perempuan untuk mengejar berbagai minat, karir, gaya hidup dan kebutuhan spesifik perempuan atau laki-laki. Keadilan gender tercapai ketika upaya dan kebijakan khusus dibuat untuk memberikan peluang yang setara bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan. Dengan demikian, semua perempuan dan laki-laki memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan segenap keterampilan dan bakatnya.

Untuk mmbangun keadilan dan kesetaraan gender maka pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional dan adanya rancangan undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG).

Pengurusutamaan Gender (PUG)

(43)

perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. (Soejipto,2010:48)

Inpres No.9 Tahun 2000 merumuskan PUG sebagai suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan.

Sementara itu, UN. Escol, 1997 dalam Soejipto (2010:48) menyatakan Pengarusutamaan Gender sebagai salah satu strategi untuk memasukkan isu dan pengalaman perempuan dan laki-laki ke dalam satu dimensi yang integral dalam rancangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program dalam setiap bidang agar perempuan dan laki-laki mendapat manfaat yang sama.”

(44)

1. Kebijakan dan pelayanan publik serta program dan perundang-undangan yang adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil bagi semua rakyat perempuan dan laki-laki.

2. PUG merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di asyarakat.

3. PUG mengantar kepada pencapaian kesetaraan gender dan karenanya PUG meningkatkan akuntabilitas pemerintah terhadap rakyatnya. 4. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial politik

dan ekonomi suatu bangsa.

Dasar Hukum pelaksanaan PUG, selain UU No. 25/2000 Tentang PROPENAS dan Inpres No. 9/2000 Tentang Pelaksanaan PUG Dalam Pembangunan, terdapat pula Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di daerah.

Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG)

(45)

Inequality Index (GII) dan persentase keterwakilan perempuan di parlemen nasional yang masih mengkhawatirkan. CEDAW merupakan instrumen hukum internasional pertama dan utama yang mengatur secara khusus mengenai penegakan hak asasi perempuan, Demikian pula pertama kali menegaskan adanya dan penting dihapusnya “diskriminasi

terhadap perempuan” (“discrimination against women”). Pendefinisian

ini menegaskan makna diskriminasi berbasis gender yang pada faktanya menimpa perempuan.

RUU KKG diharapkan menjadi bagian dari pertangungjawaban Negara dalam upaya pemenuhan hak perempuan untuk terbebas dari segala perlakukan diskriminasi serta berhak mendapat perlakuan dan perlindungan hukum yang sama tanpa adanya pembedaan.

4. Konsep Gender

Konsep dalam gender terbagi menjadi 2, yaitu: konsep nature dan konsep nurture

a. Nature

(46)

Dalam kajian gender, nature diartikan sebagai teori atau argumen yang menyatakan bahwa perbedaan sifat antar gender tidak lepas dan bahkan ditentukan oleh perbedaan biologis. Dinyatakan sebagai teori nature karena perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah natural dan dari perbedaan alami tersebut timbul perbedaan bawaan berupa atribut maskulin dan feminim yang melekat pada laki-laki dan perempuan secara alami.

b. Nurture

Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan atau pemeliharaan, pelatihan, serta akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak. Nurture dapat diartikan sebagai suatu faktor kepribadian tentang kekuatan lingkungan yang mengatur perkembangan manusia. Nurture dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat bahkan faktor ekonomi dan budaya.

(47)

B. Pemilihan Umum

1. Definisi Pemilihan Umum

Menurut Rudy dalam Anugerah (2009:87) Pemilihan umum adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilihan umum adalah pengejawantahan system demokrasi. Melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan.

Menurut Ranney dalam Tim (2012:34) pemilihan umum dikatakan demokratis apabila memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan secara periodic b. Pilihan yang bermakna

c. Kebebasan untuk mengusulkan calon d. Hak pilihan umum bagi kaum dewasa e. Kesetaraan bobot suara

f. Kebebasan untuk memilih

g. Kejujuran dalam perhitungan suara dan perolehan hasil.

(48)

Pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolok ukur, dari demokrasi. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

2. Pemilihan Umum Di Indonesia

Menurut Pasal 2 ayat (2) UU No. 42 Tahun 2008 pemilu di Indonesia,

menganut asas “Luber” yang merupakan singkatan dari, “Langsung,

Umum, Bebas dan Rahasia”. Pemilu dengan asan “Luber” sudah dipakai

sejak zaman Orde Baru. Hal tersebut berarti :

a. Langsung, memiliki arti yaitu untuk setiap pemilih diwajibkan untuk memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan oleh siapapun.

b. Umum, berarti pemilihan umum yang diselenggarakan dapat diikuti seluruh warga negara, yang sudah memiliki hak suara untuk memilih tanpa terkecuali.

c. Bebas berarti pemilihan umum akan dijalankan secara bebas untuk memilih, dan dapat memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.

(49)

Lalu pada era reformasi, asas pemilu sering disebut “Jurdil’ yakni singkatan dari Jujur dan Adil

a. Jujur, memiliki arti bahwa pemilihan umum di Indonesia, harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang belaku. Hal tersebut, untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang telah memiliki hak memilih, dapat memilih sesuai dengan kehendaknya. Tidak ada perbedaan untuk setiap nilai suara pemilih terhadap wakil rakyat yang dipilih.

b. Adil, yakni memberikan perlakuan yang sama pada setiap peserta pemilu, tanpa ada pengecualian terhadap peserta atau pemilih tertentu.

Dalam asas jujur dan adil hal tersebut akan mengikat. Jadi, tidak hanya pada peserta pemilu, tetapi juga terhadap penyelenggara pemilu. Kemudian sampai pada pemilihan umum Indonesia yang dilakukan setelah amandeman keempat UUD 1945 ini, asas pemilu tersebut semua dilakukan secara efektif dan efisien berdasarkan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

3. Tujuan Pemilihan Umum

Tujuan dari pada penyelenggaraan pemilihan umum (general election) menurut Jimly dalam Pengantar Hukum Tata Negara (2011:415) dapat dirumuskan dalam empat bagian yakni:

(50)

2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan

3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.

4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga Negara.

4. Fungsi Pemilihan Umum

Menurut Ranney dalam Tim (2012:38) Fungsi pemilihan umum yang pokok adalah sebagai berikut.

a. Pemilihan umum adalah sarana untuk menyalurkan hak politik warga negara sesuai dengan pilihan agar aspirasinya dapat tersalur melalui wakilnya yang terpilih.

b. Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat dalam suatu negara.

c. Pemilihan umum berfungsi sebagai sarana untuk menegakkan pemerintahan yang demokratis karena melalui Pemilu rakyat dapat memilih para wakilnya secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.

5. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia

Di Indonesia sudah menyelenggarakan sepuluh kali pemilihan umum sejak kemerdekaan Indonesia hingga tahun 2009. Sistem pemilihan umum yang dianut oleh Indonesia dari tahun 1945-2009 adalah sistem pemilihan proporsional. Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik.

(51)

daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitu pun sebaliknya. Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang

diperoleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi

kursi yang diperoleh partai politik tersebut.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya, menurut Surbakti dalam memahami ilmu politik (1999:44) sistem pemilihan umum berkisaran pada dua prinsip pokok, yaitu:

a. Single-member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut Sistem Distrik).

b. Multi-member constituenty ( satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional.

Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pemilihan umum merupakan tempat dimana masyarakat dapat memilih langsung dan ikut berpartisipasi untuk memilih pemimpin, baik pemimpin Negara maupun daerah yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan rakyat.

C. Legislatif

1. Definisi Legislatif

(52)

kongres, dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam sistem Presidentil, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang. (sumber: http://wikipedia-definisi-legislatif.org).

Menurut Budiardjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik (2010:315) badan

legislatif adalah lembaga yang ”LEGISLATE” atau membuat Undang

-Undang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat; maka dari itu badan ini sering dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); nama lain yang sering dipakai adalah parlemen. Dewan Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan kemauan rakyat atau umum ini dengan jalan menentukan kebijaksanaan umum (public policy) yang mengikat seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuat mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dapat dikatakan bahwa badan legislatif merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum.

Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut: a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;

b. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak 100 orang;

(53)

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.

2. Fungsi Badan Legislatif /Badan Perwakilan

a. Fungsi menentukan policy (kebijaksanaan) dan perundang – undangan yang dimaksud fungsi perundang-undangan adalah membentuk undang-undang, untuk melaksanakan fungsi ini DPR diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan hak budget. Dalam hal membuat undang-undang biasa seperti: Undang-Undang kewarganegaraan, Undang-Undang Pajak dan Undang-Undang tentang APBN, selain itu meratifikasi perjanjian-perjanjian dengan luar negeri dan sebagainya.

(54)

1) Hak meminta keterangan (interpelasi) 2) Hak mengadakan penyelidikan (angket)

3) Hak bertanya

4) Hak mengadakan perubahan RUU (amandemen)

5) Hak mengajukan rancangan undang-undang (usul inisiatif)

6) Hak Mengajukan atau menganjurkan seseorang bila ditentukan oleh peraturan perundang-undangan

7) Hak protokol dan Hak keuangan atau administrasi

c. Fungsi sebagai sarana pendidikan yang dimaksud dengan sarana

pendidikan politik, artinya bahwa rakyat dididik untuk mengetahui persoalan yang menyangkut kepentingan umum melalui pembahasan-pembahasan, pembicaraan-pembicaraan serta kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan yang dimuat dalam media massa atau melalui pemberitaan di media elektronik, agar rakyat mengetahui dengan sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai warga negara.(Budiardjo 2010:322-323)

D. Pemilu Legislatif

1. Definisi Pemilu Legislatif

(55)

diakui oleh aturan-aturan organisasi, memilih sejumlah orang atau satu orang untuk memegang suatu jabatan dalam suatu organisasi.

E. Strategi

1. Definisi Strategi

Menurut Cangara dalam komunikasi politik (2009:291-292) istilah strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi diaksud adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan.

(56)

strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi.

Menurut Clausewit dalam Schroder dalam Nursal (2004:55) berpendapat bahwa pengertian strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas hampir dalam semua bidang ilmu. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan.

Menurut Hamel dan Prahalad dalam Nursal (2004:57) pengertian strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan komptensi inti

(core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

(57)

Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa strategi adalah ilmu dan seni tentang penggunaan kekuatan-kekuatan politik, yang memungkinkan dukungan maksimal kepada kebijakan yang telah ditetapkan.

2. Konsep Strategi Politik

Menurut Prihatmoko dan Moesafa dalam Menang Pemilu di Tengah Oligarki Partai (2008:158) strategi adalah segala rencana dan tindakan yang dilakukan untuk memperoleh kemenangan dalam pemilu. Strategi mencakup berbagai kegiatan diantaranya menganalisa kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh, juga untuk mengetahui metode pendekatan yang diperlukan terhadap pemilih.

Agar suatu kontestan dapat memenangkan pemilihan umum, ia harus dapat membuat pemilih berpihak dan memberikan suaranya. Hal ini hanya akan dapat dicapai apabila kontestan memperoleh dukungan yang luas dari pemilih, dan metode dan cara yang dapat digunakan oleh kontestan yaitu apakah dan bagaimana marketing dapat membantu politikus dalam mengembangkan hubungan dengan pemilih. Menurut Newman and Sheth dalam Nursal (2004: 159-160) ada beberapa strategi yang harus dilakukan yaitu:

(58)

Formulasi dan implementasi kebijakan pro-publik, anggaran berorientasi gender, dan sebagainya bisa digunakan untuk menguatkan image kandidat untuk pilkada selanjutnya

b. Strategi rasionalisasi (Rationalization strategy), strategi ini diambil ketika kinerja kandidat/partai tidak sesuai dengan citra yang telah dibangunnya. Rasionalisasi strategi perlu diambil agar tidak mematikan citra di mata para pemilih (voters) pada saat pilkada.

c. Strategi bujukan (Inducement strategy), diterapkan manakala citra kandidat tidak sesuai dengan persepsi warga walau kinerjanya baik di mata pemilih.

d. Strategi konfrontasi (Confrontation strategy), strategi ini harus diterapkan oleh para kandidat yang salah membangun citra. Citra yang dibangun ternyata tidak sesuai dengan kinerjanya, oleh karena itu ia harus merombak habis citra dan kinerjanya dalam pilkada berikutnya agar dapat dipilih oleh pemilih yang semakin cerdas dan kritis.

3. Strategi Komunikasi Politik

(59)

dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik.

a. Merawat Ketokohan

Ketokohan adalah orang yang memiliki kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan. Dengan kata lain, ketokohan sama dengan ethos, yaitu gabungan antara kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi khalayak tentang sifat-sifat komunikator.

Menurut Berlo dalam Arifin (2011:237) menjelaskan bahwa kredibilitas seseorang dapat timbul jika memiliki:

1. Communication skill yaitu keterampilan berkomunikasi

2. Knowledge yaitu pengetahuan yang luas tentang substansi yang disampaikan

3. Attitude yaitu sikap jujur dan bersahabat

4. Social and cultural system yaitu mampu beradatasi dengan sistem social budaya.

Menurut McCroskey dalam Arifin (2011:237-238) menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat dimiliki karena:

1. Competence, yaitu kemampuan atau penguasaan terhadap substansi yang disampaikan.

2. Attitude yaitu sikap tegas terhadap prinsip 3. Intention tujuan yang baik

4. Personality yaitu kepribadian yang hangat dan bersahabat 5. Dynamism yaitu dinamika yang menunjukkan cara penyajian

yang menarik dan tidak membosankan.

(60)

b. Memantapkan kelembagaan

Menetapkan kelembagaan merupakan faktor yang mendasar dalam komunikasi politik, terutama yang berkaitan dengan kampanye dan pemberian suara dalam pemilihan umum. Lembaga yang dimaksud adalah wadah kerjasama beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam dunia politik lembaga itu dapat berupa partai politik, parlemen, dan pemerintahan atau birokrasi.(Arifin, 2011:241)

Komunikasi politik berkaitan erat dengan partai politik, karena partai politik di negara demokrasi menyelenggarakan fungsi sebagai sarana komunikasi politik. Selain itu partai politik juga berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik dan rekrutmen politik. Partai politik dapat dibedakan dalam beberapa bentuk basis sosiologis yang dimiliki, yaitu:

1. Partai massa 2. Partai kader 3. Partai lindungan 4. Partai ideology.

(61)

ada di dunia. Duverger dalam Arifin (2011:31), mengklasifikasikan

Dalam mencapai tujuan yang diharapkan, maka partai politik harus mepersiapkan berbagai perencanaan yang baik dan tepat dalam pelaksanaan kampanye dan perencanaan dan strategi ini dituangkan dalam strategi kampanye. Menurut Kotler dan Roberto Cangara, (2009:284)

Campaign is an organized effort conducted by one group (the chang agent) which intends to persuade others (the target adopter) to accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes, practices, and behavior.” (Kampanye adalah sebuah upaya yang dikelola oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu). Menurut Larson dalam Cangara (2009:249) kampanye sendiri dibagi dalam 3 kategori yakni :

a. Product-oriented campaigns (commercial campaigns atau

corporate campaigns) atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis

b. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik.

c. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan social.

(62)

Merunjuk dari semua definisi-definisi yang ada di atas maka sebuah kampanye mengandung beberapa hal yaitu :

a. Tindakan kampanye yang ditunjukan untuk memberikan efek atau dampak tertentu.

b. Jumlah khalayak sasaran yang luas.

c. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu yang tertentu

d. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. (Antar, 2004:7-8)

Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003, kampanye telah ditentukan antara lain:

a. Kampanye pemilu dilakukan melalui berbagai kegiatan misalnya, pertemuan terbatas, penyiaran melalui radio dan atau televisi, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, dan rapat umum.

b. Media elektronik dan media cetak memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilu untuk menyampaikan tema dan materi kampanye pemilu.

c. Peserta pemilu dalam melaksanakan kampanye juga melakukan pemasangan alat peraga kampanye.

(63)

F. Keterlibatan Perempuan Dalam Politik

Hak perempuan untuk berpartisipasi dalam politik adalah termasuk Hak Asasi Manusia, karena adanya kesetaraan gender yang berarti perempuan dan laki-laki memiliki status dan kondisi yang sama untuk menggunakan hak-haknya dan kemampuannya secara penuh dalam memberikan konstribusinya kepada pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kesetaraan gender merupakan penilaian yang sama yang diberikan masyarakat kepada laki-laki dan perempuan. Perjuangan kesetaraan gender adalah salah satu upaya mewujudkan demokratisasi karena dengan adanya kesetaraan gender maka seluruh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai akses untuk melakukan proses demokratisasi itu sendiri. Adanya penekanan yang jelas mengenai kesetaraan dan keadilan gender dalam rekrutmen politik dan juga dalam pendidikan politik merupakan terobosan bagi peningkatan kualitas dan pemberdayaan kaum perempuan. Keterlibatan perempuan dalam politik menjadi harapan baru bagi kaum perempuan untuk mengambil lebih banyak peran dalam dunia politik. Selama ini rekrutmen politik lebih mengutamakan kaum laki-laki daripada kaum perempuan, meskipun kaum laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam ranah politik.

(64)

peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Ketentuan ini merupakan penguatan kerangka hukum perlindungan terhadap perempuan melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. (Musdah, 2005:35).

G. Kerangka Pikir

Dalam perpolitikan Indonesia peserta pemilu umumnya di dominasi oleh kaum laki-laki, sehingga porsi perempuan di dalam parlemen menjadi tidak terwakili, dengan demikian kaum perempuan tidak ikut berpartisipasi langsung dalam dunia politik. Dalam kondisi dan konteks kebijakan seperti itulah ketimpangan gender terjadi.

Seiring dengan bergulirnya era reformasi, masalah kesetaraan dan keadilan gender pun sudah dituangkan dalam Propenas 2000-2004, yakni program untuk meningkatkan kualitas peranan perempuan dalam bidang hukum, politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya, dan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarus utamaan gender dalam pembangunan nasional. Pada kenyataanya kaum perempuan hanya di jadikan formalitas yang syarat dengan kepentingan kelompok tertentu. Selain itu, kaum perempuan juga dianggap sebagai pelengkap di dalam keterwakilan pada kepengurusan partai politik.

(65)

dari pemilihan umum legislatif 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada lagi kesenjangan dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keterwakilan perempuan di legislatif sangat diperlukan untuk mendorong kebijakan yang bersifat gender. Perundang-undangan yang memiliki perspektif gender, seperti UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU Perlindungan Saksi dan Korban.

(66)

pemenangan dengan sumberdaya yang dimiliki oleh partai politik seperti jaringan, Sumber Daya Manusia (SDM), citra maupun struktur.

(67)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Nawawi (2001:63), “metode deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran suatu gejala social atau keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001:66), adalah “salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang

diamati”.

Penelitian ini membahas masalah yang terjadi didalam calon anggota legislatif perempuan khusunya memaparkan atau menggambarkan strategi partai politik dalam pemenangan calon anggota legislatif perempuan pada pemilihan umum legislatif 2014.

B. Fokus Penelitian

(68)

2014 khususnya pada partai PKS, PDI-P dan partai NasDem Kota Bandar Lampung.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu melihat dari intensitas aktivitas calon legislatif perempuan pada 3 partai besar yaitu partai PKS, Partai PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar Lampung.

D. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah 3 partai politik yang tiap-tiap partainya di ambil 2 kandidat calon anggota legislatif perempuan, ketua partai politik dan ketua tim sukses dari masing-masing partai. Selain itu akan mewawancarai masyarakat dan akademisi untuk mendapatkan informasi yang di perlukan.

Tabel 6. Daftar Informan No

Nama Partai Politik Jumlah

Informan 1 Caleg Perempuan PKS Kota Bandar Lampung 2 2 Caleg Perempuan PDI-P Kota Bandar Lampung 2 3 Caleg Perempuan Partai NasDem Kota Bandar

Lampung 2

4 Ketua PKS Kota Bandar Lampung 1

5 Ketua PDI-P Kota Bandar Lampung 1

6 Ketua Partai Nasdem Kota Bandar Lampung 1 7 Ketua Tim Sukses PKS Kota Bandar Lampung 1 8 Ketua Tim Sukses PDI-P Kota Bandar Lampung 1 9 Ketua Tim Sukses NasDem Kota Bandar Lampung 1

10 Masyarakat 2

(69)

Berdasarkan data diatas maka informan pada penelitian ini adalah 3 partai politik dan tiap-tiap partainya di ambil 2 kandidat calon anggota legislatif perempuan, 1 ketua partai politik, 1 ketua tim sukses, 2 masyarakat, maka informan pada penelitian ini berjumlah 14 jiwa.

E. Jenis Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2001:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder

(70)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan Observaasi, Wawancara, Studi Pustaka, Dokumentasi.

1. Observasi

Melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung terhadap obyek penelitian, subyek penelitian dan keadaan tempat penelitian.

2. Wawancara

Peneliti mengumpulkan data dan menggali informasi dengan cara melakukan Tanya jawab dan bertatap muka secara langsung dengan nara sumber atau informan terkait penelitian tersebut, sehingga informasi yang diperoleh lebih jelas dan akurat. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan calon anggota legislatif perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung.

(71)

3. Studi Pustaka

Untuk menunjang demi kelengkapan informasi dan fakta-fakta mengenai penelitian ini, maka peneliti mengambil sumber data dari buku serta media massa seperti internet, dengan cara mengumpulkan dan memilih literatur yang disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas.

4. Dokumentasi

Pengambilan data yang diperoleh berdasarkan informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk mendukung keterangan maupun fakta yang berhubungan dengan obyek penelitian.

G. Teknik Pengeolaan Data

Data yang terkumpul tidak langsung dianalisis, tetapi lebih dulu diperiksa kembali dengan tujuan apakah data yang terkumpul tersebut mempunyai kekurangan maupun kesalahan agar tidak mempengaruhi hasil penelitian. Tahapan-tahapan tersebut yaitu:

1. Tahap Editing

(72)

2. Tahap Coding

Langkah penting pertama sebelum analisis dilakukan adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan membuat sistematis data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya. Semua peneliti kualitatif menganggap coding adalah tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dan yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara coding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya.

H. Teknik Analisa Data

Gambar

Tabel 1. Persentase Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Legislatif 2009
Tabel 3. Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen
Tabel 4. Perasentase Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Manurut Agama, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Pendidikan Dan Usia Periode 1999-2004 dan 2009-2014
Tabel 5. Jumlah Calon Anggota Legislatif Perempuan Pada Pemilu Legislatif 2014 Kota Bandar Lampung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Cs-137 inventory total pada lokasi pembanding la adalah 169 bq/m2• Pada lokasi pembanding IIa dapat dijelaskan bahwa pada kedalaman (16-18) em konsentrasi lebih tinggi, hal

Kewarganegaraan ada siswa kelas IV SD Negeri Karaban 2 Pati tahun ajaran 2010/2011”.7 Hasil dari penelitian ini adalah 1 ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepribadian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Korelasi dengan pendekatan cross sectional , karena peneliti ingin melihat hubungan kadar kolesterol dengan tekanan

representasional yaitu gambar pada siklus berikutnya. Hasil observasi dan refleksi guru pada pembelajaran dengan media representasional, siswa dapat belajar dengan

“Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan yang bersifat perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk pada jaringan atau ruas

Sebuah buku memiliki besaran seperti berikut: Dari data tersebut yang merupakan besaran pokok adalah ….. Bahan untuk melapisi gagang pengangan setrika, yang paling baik dengan

dilakukan selama 20 menit. Setelah pemajanan, telur kemudian dipindahkan ke wadah penetasan. Prevalensi telur yang terserang jamur diamati setelah pemajanan sebelum