• Tidak ada hasil yang ditemukan

Madzhab Madzhab Ilmu Pengetahuan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Madzhab Madzhab Ilmu Pengetahuan Hukum"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam pergaulan sehari-hari selalu berhadapan dengan hukum.

Hukum mengatur proses interelasi dan interaksi antara manusia. Hukum itu pula

memaksa setiap orang dikenai sanksi ketika melanggarnya. Hukum merupakan

alat untuk menyelesaikan perselisihan dan menjamin adanya ketertiban dalam

masyarakat. Untuk menjawab apakah sebenarnya hukum itu, mengapa memiliki

kekuatan yang mengikat, dari mana hukum tersebut berasal dan sebagainya, para

sarjana hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Akibat dari perbedaan

sudut pandang yang berbeda, maka timbullah teori-teori yang memunculkan

berbagai aliran-aliran dalam ilmu hukum.

Teori dalam dunia ilmu menempati kedudukan yang penting. Menurut

Kartini Kartono, teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk

menerangkan sekelompok gejala yang saling berkaitan.1 Teori memberikan sarana

untuk dapat merangkum serta memahami masalah yang sedang dibicarakan secara

lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat

disatukan dan dikaitkan satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian

memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan

masalah yang dibicarakan. Teori dapat disebut sebagai kelanjutan dari usaha

(2)

mempelajari hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah dapat

direkonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.2

Timbulnya ketaatan seseorang terhadap hukum terlepas dari adanya sanksi

baik secara sadar maupun tidak sadar, pada umumnya karena bermacam-macam

sebab sebagaimana di kemukakan oleh Utrecht. Petanyaan-pertanyaan yang timbul

atas dari mana hukum tersebut berasal, mengapa manusia harus mentaati hukum

dan sebagainya, mengakibatkan berbagai madzhab bermunculan. Untuk

mengetahui lebih lanjut tentang madzhab-madzhab ilmu pengetahuan hukum,

maka akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa saja madzhab-madzhab yang timbul dalam ilmu pengetahuan hukum ?

2. Bagaimana pengertian madzhab-madzhab tersebut ?

C. Tujuan

1. Mengetahui madzhab-madzhab apa saja yang timbul dalam ilmu pengetahuan

hukum

2. Mengetahui pengertian madzab-madzhab tersebut

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

Persoalan terhadap hukum banyak menimbulkan berbagai teori dan aliran atau

madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum. Teori-teori yang terdapat dalam

kurun waktu abad yang tidak sama selalu harus berada dalam suasana harmoni.

Pertentangan-pertentangan yang ada bukan merupakan suatu hal yang mustahil. Teori

pemikiran dalam hukum timbul karena adanya perbedaan sudut pandang dalam

mengkaji ilmu hukum. Berikut ini akan dibahas mengenai aliran-aliran atau

madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum.

A. Madzhab Hukum Alam

Teori tentang hukum alam telah ada sejak zaman dahulu. Madzhab hukum

alam merupakan suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak pada

keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak dapat diganggu. Apabila

keadilan tersebut terganggu, maka akan menimbulkan reaksi manusia yang akan

berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula yaitu situasi yang adil

menurut pandangan orang yang berpikir sehat. Jadi hukum alam adalah yang tidak

bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa

saja, dan jelas bagi semua manusia.3 Hukum alam yang antara lain dikemukakan

oleh sebagai berikut:

1. Ajaran Hukum Alam Aristoteles

(4)

Terdapat dua macam hukum yang diajarkan oleh Aristotleles, yaitu:

a) Hukum yang berlaku karena penetapan pemimpin negara

b) Hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia tentang baik

buruknya hukum yang asli 4

Macam hukum yang kedua merupakan hukum alam, yaitu hukum yang

tidak tergantung dari pandangan manusia, akan tetapi berlaku untuk semua

manusia kapan saja dan dimanapun berada. Menurut Aristoteles, keadilan tidak

sama, sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam yang asli, namun harus

diakui terdapat hukum yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, bukanlah syarat

mutlak bahwa hukum alam berlaku di zaman apa saja dan dimana saja,

melainkan lazimnya yaitu dalam keadaan biasa, hukum alam tersebut memang

didapati dimana saja dan di zaman apa saja. Jadi, hukum alam itu ialah hukum

yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat

alam.5

2. Ajaran Hukum Alam Thomas van Aquino

Thomas van Aquino berpendapat bahwa hukum kodrat itu ada, yaitu

dalam hukum abadi yang merupakan ratio ke-Tuhanan (lex aeterna) yang

menguasai seluruh dunia sebagai dasar atau landasan bagi timbulnya segala

undang-undang atau berbagai peraturan hukum lainnya dan memberikan

kekuatan mengikat pada masing-masing peraturan hukum tersebut.6

4 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 59

5Ibid, hlm. 68

(5)

Lex aeterna merupakan kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan

dunia. Manusia oleh Tuhan dikaruniai kemampuan berpikir dan kecakapan

untuk membedakan baik dan buruk serta mengenal berbagai

peraturan-peraturan yang berasal dari undang-undang abadi tersebut dan oleh Thomas van

Aquino dinamakan hukum alam (lex naturalis). Hukum alam tersebut hanyalah

memuat asas-asas umum seperti misalnya:

a) Berbuat baik dan jauhi kejahatan

b) Bertindaklah menurut pikiran yang sehat7

Hukum alam abadi (lex aeterna) itu sendiri pada dasarnya terdiri atas

hukum positif Tuhan (lex divina) dan hukum alam (lex naturalis). Hukum

positif Tuhan (lex devina) bersumber pada kemauan Tuhan, sedangkan hukum

alam (lex naturalis) bersumber pada ratio ke-Tuhanan. Disamping itu, dalam

hukum alam (lex naturalis) terdapat pula:

a) Principia prima, yang merupakan norma-norma kehidupan yang berlaku

secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala

bangsa dan masa)

b) Principia secundaria, yang merupakan norma-norma kehidupan yang tidak

fundamental, tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif, tergantung

pada manusianya. Meskipun demikian, principia secundaria ini pada

dasarnya dapat dikatakan merupakan sebagai aktualisasi principia prima.

(6)

Principia scundaria inilah yang menghasilkan lex humana (hukum yang

dibuat oleh manusia).8

Konsep ajaran Thomas Aquino dapat digambarkan sebagai berikut:

Hukum Abadi (lex aeterna)

Hukum Positif Tuhan (lex devina) Hukum Alam (lex naturalis)

Principia prima Principia secundaria

3. Ajaran Hukum Alam Hugo de Groot

Pada abad ke-17, muncullah seseorang yangn meletakkan dasar bagi

hukum alam modern, yaitu Hugo de Groot yang menjadikan akal sebagai

barang yang sama sekali berdiri sendiri, dasar baru untuk pandangannya tentang

negara dan hukum.9 Hugo de Groot berpendapat bahwa sumber hukum alam

ialah pikiran atau akal manusia. Menurutnya hukum alam adalah pembawaan

dari setiap manusia dan merupakan hasil pertimbangan dari akal manusia yang

menunjukkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Manusia harus

hidup sesuai dengan kodratnya, karena menurut kodratnya manusia mempunyai

akal maka manusia harus hidup menurut kehendak akalnya. Hukum alam

8 Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hlm. 122-123

(7)

tersebut merupakan suatu pernyataan pikiran manusia yang sehat mengenai

persoalan apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia dan karena itu

apakah perbuatan tersebut diperlukan atau harus ditolak.10

4. Ajaran Hukum Alam Rudolf Stammler

Rudolf Stammler berpendirian bahwa kebenaran hukum selalu tergantung

pada keadaan, waktu dan tempat. Ia tidak sependapat dengan ajaran hukum

alam yang yang mengatakan bahwa hukum alam berlaku dimana saja, kapan

saja, dan bagi siapa saja. Pendirian Rudolf Stammler tersebut didasari suatu

kenyataan bahwa adanya hukum adalah memenuhi kebutuhan manusia dalam

masyarakat yang tidak sama satu sama lain. Maka, hukum yang berlaku di

masyarakat yang satu dan lainnya berbeda karena hukum diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. Rudolf Stammler

berkesimpulan bahwa tidaklah mungkin hukum yang sama berlaku di semua

tempat, semua waktu dan semua orang. Ukuran hukum yang sesuai menurut

Rudolf Stammler ialah hukum yang berlaku dalam masyarakat yang

anggotanya terdiri dari orang-orang yang berkehendak bebas.11 Masyarakat

demikian olehnya dinamakan sebagai suatu social ideal, yaitu masyarakat yang

dicita-citakan. Keadaan masyarakat tersebut dapat dicapai dengan syarat:

a) Ada asas saling menghormati dalam masyarakat yang mengandung arti

bahwa diantara anggota masyarakat harus saling menghormati hak dan

kewajiban masing-masing

10 C.S.T Kansil, Op.Cit., hlm. 59-60

(8)

b) Ada asas turut ambil bagian (principle of participation) yang berarti setiap

masyarakat harus diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam

kehidupan sosial masyarakat tersebut.12

B. Madzhab Sejarah

Reaksi terhadap para pengikut hukum alam, timbul suatu aliran baru di

Eropa yang dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Lahirnya madzhab ini

dipengaruhi oleh Montesquieu yang lebih dulu mengemukakan tentang adanya

hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukum dan pengaruh paham

nasionalisme yang mulai timbul di awal abad ke-19. Von Savigny berpendapat

bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa dan rohani

bangsa, selalu ada hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu

bangsa. Hukum bukanlah disusun atau diciptakan oleh orang, tetapi tiap-tiap

hukum timbul sendiri di tengah-tengah rakyat. Madzhab sejarah menitik beratkan

pandangannya pada jiwa atau semangat suatu bangsa (volksgeist) yang pada suatu

saat juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya. Maka

berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa hukum merupakan suatu rangkaian

kesatuan dan tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa dan karena itu hukum

selalu berubah-ubah menurut tempat dan waktu.13

Madzhab sejarah merupakan cerminan suatu reaksi yang sangat gigih

terhadap dua kekuatan yang sangat dominan pada masa itu, yakni:

12 Daliyo,dkk, Op.Cit., hlm. 124-125

(9)

1. Aliran rasionalism abad ke-18 dengan kepercayaannya kepada hukum alam,

daya kemampuan akal dan prinsip-prinsip utama yang semuanya

mengkombinasikan pembentukan sebuah disiplin ilmu dengan metode deduksi

umum tanpa mempedulikan sejarah, watak kebangsaan, dan kondisi-kondisi

sosial

2. Kepercayaan dan semagat revolusi Prancis dengan pemberontakannya melawan

kekuasaan dan tradisi, keyakinannya terhadap rasio dan daya kekuatan tekad

manusia untuk mengatasi lingkungannya ialah seruan kesegala penjuru dunia.14

Hukum timbul melalui proses yang perlahan-lahan. Menurut madzhab

sejarah, hukum bersumber pada perasaan keadilan naluriah yang dimiliki setiap

bangsa. Karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang

sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menimbulkan hukum positif.

Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara sadar

menghendakinya, tetapi hukum positif tersebut tumbuh dan berkembang di dalam

kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh dan berkembangnya hukum tersebut

bersama-sama dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa. 15Ius constitutum atau

hukum positif menurut W.L.G Lemaire ialah hukum yang berlaku di daerah

(negara) tertentu pada suatu waktu tertentu.16

C. Teori Teokrasi

14 Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 19

15 Daliyo, dkk, Log.Cit, hlm. 125

(10)

Teori tentang hukum alam merupakan bagian dari filsafat hukum yang

bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan dari manakah asal hukum dan

mengapa manusia harus tunduk pada hukum. Pada masa lampau di Eropa, para

filosof menganggap dan mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan dan oleh

karena itu maka manusia diperintahkan Tuhan harus tunduk pada hukum.

Perintah-perintah yang datang dari Tuhan dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan mengenai

hukum yang dikaitkan dengan kepercayaan, agama dan ajaran tentang legitimasi

kekuasaan hukum didasarkan atas kepercayaan dan agama. Teori-teori yang

mendasarkan hukum atas kehendak Tuhan dinamakan teori ke-Tuhanan. Teori ini

mengaggap bahwa hukum merupakan kemauan Tuhan. Berhubung

perundang-undangan ditetapkan oleh pemimpin negara, maka oleh penganjur teori teokrasi

bahwa pemimpin negara mendapat kuasa dari Tuhan seolah-olah mereka adalah

wakil Tuhan.17 Oleh karena itu, pelanggaran terhadap kekuasaan pemimpin negara

merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Teori teokrasi di Barat diterima sampai

zaman Renaissance. Penganjur teori ini ialah Federich Stahl.

D. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarakat)

Pada zaman Renaissance, timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar

hukum ialah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, raja atau

pemimpin negara lainnya memperoleh kekuasaan bukan dari Tuhan melainkan

dari rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja berasal

(11)

dari suatu perjanjian antara raja dan rakyatnya. Pada abad ke-18, Jean Jacques

Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah

perjanjian masyarakat (contrac social) yang diadakan oleh dan antara anggota

masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Penganut teori kedaulatan rakyat

lainnya diantaranya ialah Montesquieu dan John Locke.18

Teori Rousseau yang menjadi dasar dari teori kedaulatan rakyat mengajarkan

bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua

peraturan perundangan adalah penjelmaan dari kemauan rakyat tersebut. Orang

menaati hukum karena sudah berjanji menaati hukum. Pada buku karangannya le

contract social mengajarkan bahwa, dengan perjanjian masyarakat, orang

menyerahkan hak serta wewenangnya kepada rakyat seluruhnya, sehingga suasana

kehidupan alamiah berubah menjadi suasana kehidupan bernegara, dan natural

liberty berubah menjadi civil liberty.19

Menurut aliran ini, hukum merupakan kemauan semua orang yang telah

mereka serahkan kepada suatu organisasi (negara) yang telah terlebih dahulu

mereka bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam suatu

masyarakat.20

E. Teori Kedaulatan Negara

Pada abad ke-19 teori perjanjian masyarakat ditentang oleh teori yang

menyatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan

18 Soeroso, Op.Cit, hlm. 72-73

19 Ishaq, Op.Cit, hlm 204

(12)

bersama seluruh anggota masyarakat. Adapun pencetus teori ini adalah Han

Kelsen. Pada karyanya yang berjudul rene rechtslehre, ia menyatakan bahwa:

1. Hukum ialah kehendak negara (eille des staates). Hukum bukan kemauan

bersama dari anggota masyarakat dan negara tersebut mempunyai kekuatan

yang tak terbatas.

2. Hukum ditaati karena negaralah yang menghendakinya. Ditaatinya hukum oleh

masyarakat bukan kerena negara menghendaki melainkan karena merasa wajib

mentaati sebagai perintah negara. 21

F. Teori Kedaulatan Hukum

Pada abad ke-20, teori kedaulatan negara ditentang oleh Cruot, Duguit, dan

Krabbe. Teori kedaulatan hukum timbul sebagai reaksi penyangkalan terhadap

teori kedaulatan negara yang menyatakan bahwa kedudukan hukum lebih rendah

dari pada kedudukan negara. Akan tetapi menurut teori kedaulatan hukum yang

memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum.22 Menurut Krabbe dalam bukunya

Die Lehre der Rechtssouvereinteit menyebutkan bahwa :

1. Rasa keadilan merupakan sumber hukum

2. Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak

3. Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat

mengikat

21 Soeroso, Op.Cit, hlm. 75

(13)

4. Hukum itu ada karena masyarakat mempunyai perasaan bagaimana hukum

seharusnya. 23

G. Aliran Sociological Jurispundence

Aliran sociological jurispundence dipelopori oleh Eugen Ehrlich, Benyamin

Cardozo, Gurvitch, dll. Madzhab ini menganggap bahwa hukum yang baik ialah

hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Sociological

jurispundence merupakan suatu madzhab yang mempelajari timbal balik antara

hukum dan masyarakat yang cara pendekatannya bermula dari hukum ke

masyarakat. Madzhab ini mempunyai ajaran pentingnya living law. Namun,

madzhab ini lahir dari anti these positivisme hukum. karena sociological

jurispundence menganut paham bahwa hanya hukum yang mampu menghadapi

ujian akal dapat hidup terus. Unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah

pernyataan akal yang berdiri di atas pengalaman akal dan diuji oleh pengalaman.24

H. Madzhab Fungsional

Tokoh madzhab fungsional ialah Rosco Pound. Menurutnya hukum bukan

hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau tertib hukum saja tetapi

hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara

kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Hukum merupakan alat untuk

menjamin pemuasan kebutuhan-kebutuhan semaksimal mungkin, tetapi dengan

23 Soeroso, Op.Cit, hlm. 76

(14)

friksi yang seminimal mungkin. Untuk menjelaskan pendiriannya, Roscoe Pound

menggunakan istilah social engineering sebagai analogi. Hukum dalam hal ini

sebagai alat sosial. Hukum yang berlaku mungkin sangat berbeda dengan hukum

yang terdapat dalam buku-buku hukum atau kitab-kitab hukum.25

I. Asas Keseimbangan

Murid dari dan pengganti Krabbe bernama Kranenburg berusaha mencari

dalil yang menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum. ia membela ajaran

Krabbe bahwa kesadaran hukum orang itu menjadi sumber hukum. menurut

Kranenburg, hukum berfungsi sebagai suatu dalil yang nyata. Dalil yang menjadi

dasar fungsi kesadaran hukum yang dirumuskan oleh Kranenburg ialah bahwa tiap

orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang

telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu. Hukum atau dalil oleh

Kranenburg dinamakan asas keseimbangan.26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keadaan hukum yang harus ditaati menimbulkan berbagai madzhab seperti

madzhab hukum alam, madzhab sejarah, teori teokrasi, teori kedaulatan rakyat,

25 Daliyo, dkk, Op.Cit, hlm. 130

(15)

teori kedaulatan negara, teori kedaulatan hukum, aliran sociological

jurispundence, madzhab fungsional dan asas keseimbangan.

2. Madzhab hukum alam bertitik tolak pada keadilan mutlak. Madzhab sejarah

menyebutkan bahwa hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang

bersama masyarakat. Teori teokrasi menyatakan bahwa hukum berasal dari

Tuhan, sehingga peraturan perundangan yang dibuat oleh pemimpin negara

yang dianggap sebagai wakil dari Tuhan harus dilaksanakan karena

melanggarnya dianggap menentang Tuhan. Pada teori kedaulatan rakyat, hukum

merupakan penjelmaan dari kemauan rakyat. Pada teori kedaulatan negara,

hukum dianggap sebagai kehendak negara. Teori kedaulatan hukum

menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara adalah

hukum. Aliran sociological jurispundance menitikberatkan pada hukum dan

memandang masyarakat dalam hubungan hukum. Menurut madzhab

fungsional, hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan

antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Asas keseimbangan

berfungsi sebagai dalil kesadaran hukum.

B. Saran

1. Adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam memahami

madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum sebagai salah satu komponen dalam

(16)

2. Makalah ini meskipun jauh dari kata sempurna diharapkan dapat bermanfaat

bagi mahasiswa prodi ilmu syari’ah konsentrasi hukum keluarga khususnya dan

masyarakat luas pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989.

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan 3 pilar misi pembangunan kelautan dan perikanan yakni kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan melalui berbagai kebijakan yang telah ditempuh serta program

Sebuah penelitian pada 9 kasus dengan kariotip yang mengandung isodisentrik kromosom Y, memperlihatkan fenotip yang sangat bervariasi, yaitu 75-80% penderita memiliki tubuh

Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut kelompok kami mencoba untuk membuat layout baru untuk tempat produksi Lapis Sumedang “Kartika Rasa”

Setelah intervensi latihan fisik diperoleh p = 0.198, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kemampuan kognitif kelompok perlakuan dan kontrol

Mata kuliah ini menyajikan berbagai konsep dasar statistik, yang mencakup : pengertian, kegunaan dan ruang lingkup statistik, penyajian data, ukuran kecenderungan

Quay Crane merupakan salah satu peralatan yang berperan penting pada proses bongkar muat yang berfungsi untuk memindahkan kontainer dari kapal menuju truk dan sebaliknya.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru

Karena keterbatasan kajian yang telah dilakukan tidak menyeluruh melainkan terbatas pada silabus Kurikulum 2013 Kelas VII Mata Pelajaran IPA khusus pada