• Tidak ada hasil yang ditemukan

82700095 Belajar Dan Teori Kognitifputri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "82700095 Belajar Dan Teori Kognitifputri"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Belajar dan Teori Kognitif

Teori-teori di bagian ini merupakan dasar bagi teori-teori lain yang termasuk dalam buku ini dan untuk banyak yang tidak disertakan. Mereka mengkategorikan belajar dan berpikir, menjelaskan bagaimana fungsi pikiran, menggambarkan

bagaimana kita mengatur apa yang kita pelajari, menggambarkan lingkungan belajar dan bagaimana pengetahuan dibangun dan mengingat. Teori ini memberikan bahasa yang umum bagi instruktur dan desainer instruksional dan telah digunakan sebagai dasar untuk strategi yang dijelaskan dalam sisa buku ini.

1. Teori Belajar Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari

pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak

(2)

Teori perkembangan kognitif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)  Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode sensorimotor

(3)

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.

2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

[sunting] Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

(4)

perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

[sunting] Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

(5)

dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

[sunting] Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

[sunting] Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.

 Universal (tidak terkait budaya)

 Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

 Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

 Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

(6)

[sunting] Proses perkembangan

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga

menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena

seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

(7)

[sunting] Isu dalam perkembangan kognitif[1]

Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.

[sunting] Tahapan perkembangan

 Perbedaan kualitatif dan kuantitatif

Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.

 Kontinuitas dan diskontinuitas

Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.

 Homogenitas dari fungsi kognisi

Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu

[sunting] Natur dan nurtur

Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa

kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.

[sunting] Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

(8)

[sunting] Sudut pandang lain

Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.

Teori perkembangan kognitif neurosains[2]

Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu

1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses

2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur

 Teori Konstruksi pemikiran-sosial

Selain biologi, kontekssosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello

 Teori Theory of Mind (TOM)

Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff

[sunting] Referensi

(9)

 Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing

 Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.

 Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.

 Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.

 Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.

 Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.

 Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.

 Seifer, Calvin "Educational Psychology"

Taksonomi Bloom

Pada tahun 1948, Benjamin Bloom terorganisir dan memimpin sekelompok pendidik yang, selama delapan tahun, diklasifikasikan tujuan pendidikan dan tujuan yang akhirnya bernama Taksonomi Bloom. Direvisi pada tahun 2003, Taksonomi Bloom adalah dikategorikan ke dalam tiga domain pembelajaran: kognitif, afektif (dibahas pada bab

selanjutnya), dan psikomotor. Domain kognitif dibagi menjadi enam tingkatan berurutan berpikir. Tiga tingkat pertama atau lebih rendah-kecakapan meliputi: mengingat, memahami dan menerapkan. Tiga terakhir tingkat atau lebih

tinggi-kecakapan meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Menurut Bloom dan Krathwohl (1956), tujuan untuk mengembangkan taksonomi ini adalah untuk, "membantu pembangun rencana kurikulum pengalaman belajar dan

mempersiapkan perangkat evaluasi; memperjelas arti dari sebuah tujuan belajar (apa tingkat 'pemahaman' yang berusaha untuk dicapai) , dan menyediakan kerangka kerja untuk penelitian pada pengajaran dan pembelajaran, dalam hal

mengingat, berpikir dan pemecahan masalah (hal. 2-3) ".

(10)

Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan. Ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual atau intellectual behavior. Saya suka-suka menyebutnya dengan daya-daya kemampuan manusia.

Tujuan pendidikan (“daya-daya kemampuan manusia”) itu dalam garis besarnya, menurut Bloom, terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (domain).

Pertama, ranah kognitif, yaitu yang berkaitan dengan kognisi atau penalaran (pemikiran). Dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta.”

Kedua, ranah afektif, yaitu yang berkaitan dengan afeksi, yang dalam istilah pendidikan Indonesia disebut “rasa.” Para guru (dan penatarnya) suka menyempitkannya sebagai sikap, padahal bukan hanya itu.

Ketiga, ranah psikomotor, yang berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, yaitu gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa. Padanan yang mirip dalam khazanah istilah pendidikan Indonesia adalah “karya,” walau sebenarnya tidak sama persis. Para guru suka menyempitkannya dengan keterampilan, padahal bukan hanya itu.

Di buku lain ada “daya kemampuan manusia” selain kognisi, afeksi, dan psikomotor itu yang disebut dengan “konasi.” Konasi itu kemauan atau motivasi. Dalam istilah pendidikan Indonesia disebut “karsa.” Unsur konasi (ranah konatif) ini tampaknya oleh Bloom digabungkan ke dalam ranah afektif.

(11)
(12)

Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan ada tiga golongan (“domain”, ranah) kemampuan intelektual (“intellectual behaviors”)–seperti telah disebutkan di muka, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif terdiri atas enam aras (level), yaitu: (1) knowledge (tahu; “ke-tahu-an”; —umumnya diindonesiakan dengan “pengetahuan” sehingga suka salah tangkap meniadi ilmu), (2) comprehension (paham, kepahaman–berbeda dari pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian, penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation

(penilaian).

Taksonomi Bloom

Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para ahli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi (overlapping). Ketiga kategori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1965. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Pada awalnya munculnya taksonomi bloom hanya terdiri 2 bagian yaitu: Kognitif domain dan Afektif domain (Simpson 1966) dan kemudian (Arikunto, 2008) melengkapi dengan psikomotor domain. Bloom dkk merumuskan Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,

seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,

(13)

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini

Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi ,

menemukan kembali dsb.

Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,

mebeberkan dsb.

Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih,

menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb

Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah

struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.

Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan,

menyalahkan, dsb.

Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui,

(14)

Sistem hirarkhis yang dulu digunakan dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut, yaitu dimensi proses kognitif. Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan berikut ini.

Tingkatan / Ranah

Lama Baru/ Dimensi Proses Kognitif

C1 Pengetahuan Mengingat

C2 Pemahaman Pemahaman

C3 Aplikasi Aplikasi

C4 Analisis Analisis

C5 Anastesis Evaluasi

C6 Evaluasi Create

Referensi

Dokumen terkait

Semua sampel temulawak dan kunyit dalam uji most probable number dari toko A, B dan C terindikasi mengandung bakteri koliform, sampel simplisia temulawak dari toko

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik ingin mengetahui dan menguji teori-teori dari para ahli mengenai hubungan antara kepercayaan diri dan self regulated

3.1 Model Antrian M/M/1 Dengan Pola Kedatangan Berkelompok Acak Model antrian ini para pelanggan datang secara berkelompok pada waktu yang sama dan mendapat pelayanan

Untuk mempercepat proses pada saat pelaksanaan desk registrasi obat copy baru, industri farmasi diminta membawa dokumen lengkap produk sesuai data terkini (misal data

Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Patin Hasil Hibridisasi antara Betina Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dengan Jantan Ikan Patin Jambal

Perangkat lunak yang digunakan dalam perekayasaan yaitu menggunakan Macromedia Dreamweaver, dan basis data menggunakan MySQL.Hasil peneltian ini adalah terwujudnya

Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah hanya faktor social influence yang berpengaruh terhadap niat seseorang dalam menggunakan e- commerce XYZ,

Metode pemulusan eksponensial ganda dari Holt memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret asli.. Ramalan dari