PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP
KETERAMPILAN LOMPAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5
METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
HENDRIK PRANOTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP
KETERAMPILAN LOMPAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5
METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh Hendrik Pranoto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan lompat harimau melalui model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Metro. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, pelatih, dan guru penjaskes dalam mengembangkan model pembelajaran bagi siswa-siswi sekolah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Objek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A yang berjumlah 30 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang diperoleh dari tes pengukuran pada penelitian ini adalah: Rata-rata keterampilan lompat harimau melalui model pembelajaran kooperatif meningkat sebesar 25,3. Demikian pula rata-rata keterampilan lompat harimau dengan model pembelajaran langsung meningkat sebesar 30,3. Hasil analisis uji beda ternyata keterampilan lompat harimau menggunakan model pembelajaran langsung lebih meningkat signifikan dari pada model pembelajaran kooperatif.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan lompat harimau menggunakan model pembelajaran langsung lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Metro.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 2
C. Pembatasan Masalah ... 2
D. Rumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Mannfaat Penelitian ... 4
G. Ruang ingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 7
B. Belajar dan Pembelajaran ... 9
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11
D. Model Pembelajaran Langsung ... 16
E. Sejarah Senam ... 19
F. Nomor-nomor Senam Artistik ……… ... 22
G. Lompat Harimau ………... ... 23
H. Tahapan Lompat Harimau ... 25
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 29
B. Rancangan Penelitian ……… ... 30
C. Populasi dan Sampel ………... ... 32
D. Variabel Penelitian ……… ... 33
E. Teknik Pengumpuan data ... 34
F. Teknik Analisis Data ………. 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
B. Analisis Data ... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Senam lantai adalah salah satu bahan ajar yang diterapkan oleh pendidik ke
peserta didik. Senam lantai pada saat ini adalah suatu bahan pendidikan untuk melakukan aktifitas pembelajaran yang dilakukan terhadap peserta didik adapun
gerak dasar yang diterapkan adalah gerakan rool depan dan belakang, lompat harimau dan meroda.
Berdasarkan hasil obeservasi di SMP Negeri 5 Metro, pada saat pembelajaran
pendidikan jasmani materi pembelajaran senam lantai, ternyata penguasaan gerak dasar lompat harimau pada siswa relatif rendah, kenyataan ini ditunjukan dengan masih banyak siswa tidak berani melakukan gerakan lompat harimau. Namun,
bila dianalisis lebih jauh lagi mengenai gerak dasar lompat harimau gerak tersebut memerlukan koordinasi gerak yang komplek dari seluruh anggota tubuh mulai
dari lengan sampai dengan tungkai. Disisi lain, tugas gerak lompat harimau menuntut unsur keberaniaan anak dalam melakukanya.
Selain itu juga mengapa penulis tertarik meneliti Perbandingan model
pembelajaran Kooperatif dan model pembelajaran Langsung terhadap
yang cocok, efektif dan efisien dalam memberikan materi pelajaran lompat
harimau pada siswa di sekolah SMP Negeri 5 Metro.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang akan di tentukan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Sulitnya menguasai teknik gerak dasar lompat harimau.
2. Rendahnya keterampilan teknik lompat harimau pada siswa kelas VII A
SMP Negeri 5 Metro.
3. Banyaknya model pembelajaran teknik gerak dasar dalam Pendidikan
Jasmani yang perlu dipertimbangkan guru Pendidikan Jasmani di sekolah sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menguasai keterampilan lompat harimau.
4. Kenyataan menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa masih kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalah dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini
dibatasi hanya pada :
1. Perbandingan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa kelas VII A
D. Rumusan Masalah
Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya lompat harimau biasanya terkendala dengan jumlah siswa yang banyak sehingga dalam proses pembelajaran
kurang efektif apalagi dengan alokasi waktu yang sedikit. Melalui pembelajran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung diharapkan siswa akan terkontrol dan terbimbing. Model pembelajaran
kooperatif merupakan proses pembelajaran dengan berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkontruksi konsep atau memecahkan masalah secara
berkelompok sedangkan model pembelajran langsung yaitu guru sebagai sumber utama bagi siswa, di mana siswa harus mengikuti apa yang di perintahkan oleh
guru. Artinya dalam pendekatan kooperatif menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pembimbing dan motivator belajar siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah keterampilan gerak dasar lompat harimau dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif akan berhasil?
2. Apakah keterampilan gerak dasar lompat harimau dengan menggunakan model pembelajaran langsung akan berhasil?
3. Manakah model pembelajaran yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah penelitian yang akan diungkapkan dan dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Menganalisis model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa VII A SMP Negeri 5 Metro.
2. Menganalisis model pembelajaran langsung terhadap keterampilan lompat
harimau pada siswa SMP Negeri 5 Metro.
3. Membandingkan dan menganalisis kedua model pembelajaran tersebut
terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa SMP Negeri 5 Metro.
F. Manfaat Penelitian
Jika tujuan ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini di antaranya :
1. Bagi Siswa
a. Siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran baru dengan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung.
b. Meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa dalam pembentukan karakter bekerjasama dan kreatif dalam pembelajaran lompat harimau.
2. Bagi Guru
a. Dengan adanya penelitian ini guru diharapkan mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran mengenai keterampilan lompat
harimau.
b. Memberikan masukan kepada guru Pendidikan Jasmani khususnya tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
keterampilan lompat harimau.
c. Pemahaman guru akan proses pembelajaran tentang keterampilan lompat harimau meningkat.
3. Bagi Sekolah
a. Penelitian yang diadakan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya keterampilan lompat
harimau, yang selanjutnya model pembelajaran kooparatif dan model pemebalajaran langsung dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya. b. Sebagai acuan dalam meningkatkan hasil belajar di SMP Negeri 5
Metro.
4. Bagi Peneliti
Memperoleh dan menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan peneliti khususnya terkait dengan penelitian yang menggunakan model
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Obyek Penelitian : Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran kooperatif dan langsung terhadap ketrampilan lompat harimau.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
1. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Di dalam suatu kurikulum pendidikan terdapat macam-macam model kurikulum salah satunya yaitu Pendidikan Jasmani. Pendidikan Jasmani
merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan, bentuk-bentuk aktivitas fisik yang lazim digunakan oleh siswa akan sesuai dengan muatan yang tercantum dalam kurikulum adalah bentuk
gerak-gerak olahraga dengan tujuan untuk menggali potensi siswa. Hal ini sesuai yang disampaikan Beley dan Field (dalam Suranto, dkk, 1994) yang menyatakan
bahwa :
“ Mendefinisikan pendidikaan jasmani sebagai proses yang menguntungkan
dalam penyesuaian dari belajar gerak, neuro-muscular, intelektual, social,
Hal tersebut juga dikatakan oleh J.B. Nash (dalam Suranto, dkk, 1994) mendefinisikan : “Pendidikan Jasmani sebagai sebuah aspek dari proses
pendidikan keseluruhan dengan menggunakan/menekankan pada aktifitas fisik
yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular, kekuatan intelektual, dan pengendalian emosi “.
Dengan demikian, guru sebagai pengelola dalam proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani harus terampil, terutama dalam menentukan tujuan
pembelajaran tersebut, yang diharapkan bisa mendorong dan mengarahkan siswa
pada aktivitas belajar yang akan dilaksanakan. Karena pada dasarnya tujuan mengajar adalah mendorong siswa untuk belajar. Banyak guru Pendidikan
Jasmani yang masih menjawab bahwa tujuan Pendidikan Jasmani adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga, ada pula yang mengatakan tujuan Pendidikan Jasmani yaitu untuk meningktakan kebugaran jasmani,
memang semua yang diungkapkan itu benar, tapi kurang lengkap sebab yang paling penting dari semuanya yaitu tujuannya bersifat menyeluruh. Dalam kegiatan aktivitas jasmani dalam pengertian ini telah dijelaskan bahwa pelaku
gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial.
Aktifitas ini harus dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswanya melalui kegiatan Pendidikan Jasmani ini diharapkan siswa akan tumbuh berkembang secara sehat dan segar jasmaninya. Dari berbagai
penejelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Jasmani di sekolah adalah mengembangkan setiap unsur yang ada pada diri
yang dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan
seseorang, sehingga menghasilkan perkembangan secara menyeluruh sebagai manusia secara seutuhnya.
B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa karena adanya interaksi dengan
lingkungannya. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh pendapat Husdarta dan Yudha (2000:2) bahwa “belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya”.
Selanjutnya Slameto (2010:2) menejelaskan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Selanjutnya senada dengan yang telah diungkapkan oleh Husdarta dan Yudha (2000 :2) mengungkapkan bahwa “perubahan tingkah laku dalam proses belajar
merupakan akibat dari interaksi siswa dengan lingkungannya”. Interaksi ini
berlangsung secara disengaja”. Hal ini terbukti dari adanya tujuan yang ingin
dicapai, motivasi untuk belajar baik secara fisik maupun psikis.
Dalam proses pembelajaran guru memiliki peranan penting dalam
memberikan pelajaran, dimana guru harus bisa mengelola dan merencanakan dalam pembelajaran hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Knirk dan Gustapon , dalam Tile (2011:6) “ Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang oleh
guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran”.
Pada intinya proses pembelajaran harus bersifat mendidik siswa agar
memahami bagaimana proses belajar yang benar dan bisa mendororng
kemampuan mereka berkembang secara maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyanti dalam Tite (2011:6) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.Selanjutnya pembelajaran
merupakan proses interaksi antar individu dalam lingkungannya yang
mengakibatakan perubahan pola pikir yang lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Dini Rosdiani (2012:87) “pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Dalam interaksinya tersebut banyak sekali faktor mempengaruhinya,
baik faktor internal (dalam diri), maupun faktor eksternal (lingkungan). Jadi pada dasarnya pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajaran yang memiliki motivasi
tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut dan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat
Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah
dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya guru
mendidik siswa dalam proses pembelajaran secara terprogram sistematis dan bersifat mendidik guna membantu siswa agar terjadi proses belajar dalam hal ini sehingga terjadi adanya interaksi dalam proses pembelajaran.
C. Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani model
pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung merupakan dua model
pembelajaran yang sering digunakan. Pembelajaran kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi – komunikasi –
sosialisai karena kooperatif adalah miniatur dari hidup masyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model pembelajaran
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ( Johnson, et al, 1994 ; Hamid
Hasan, 19 96 ; Dra. Hj. Etin Solihatin, M. Pd. Dalam Cooperative Learning ). Slavin (1984 ; dalam Cooperative Learning) mengatakan bahwa
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru,
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan seting kelompok-kelompok
kecil dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan
teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Sarana dan Prasarana yang tidak memadai merupakan salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, permainan
yang membutuhkan lapangan luas seperti, kolam renang, softball, sepakbola, lempar lembing, dan lain sebagainya. Seperti yang disampaikan Roskam
(1983:362-369) dalam Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani dan Olahraga sebagai berikut : “fasilitas olahraga(sport) mencakup perlengkapan seperti :
pengembangan ekspresi fasilitas olahraga adalah setiap kegiatan yang
berhubungan dan perencanaan tuntutan atau permintaan (request), persiapan perencanaan, dan pengembangan fasilitas untuk rekreasi, bermain (olahraga permainan), dan fasilitas sport, termasuk konsekuensi untuk pelayanan (service) fasilitas olahraga”.
Salah satu upaya dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menentukan
model dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani salah satunya yaitu dengan model pembelajaran kooperatif. Dimana model pembelajaran ini cocok diterapkan dalam proses pembelajaran lompat harimau. Hasan (1996) “ model pembelajaran
kooperatif menekankan pada nilai gotong royong, kepedulian sosial, saling
terhadap dirinya maupun terhadap anggota kelompoknya. Dalam kelompok belajar tersebut sikap, nilai dan moral dikembangkan secara mendasar”.
Hal ini diperkuat oleh Michaels (1977) dalam Cooperatif Learning (2012:5) bahwa : “ model pembelajarn kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar”.
Berdasarkan hal tersebut dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani model pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu model yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pemberian kesempatan yang luas, mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan secara
berkelompok, tetapi mereka mempunyai tugasnya masing-masing secara terstruktur. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi
mereka berperan untuk menemukan sendiri bahwa secara berkelompok. Inti dari materi pelajaran itu sendiri dimana siswa menjadi lebih kreatif. Di dalam model
pembelajaran kooperatif guru sabagai fasilitator dan penyelenggaraan proses belajar mengajar, walaupun siswa mengerjakan suatu tugas terstruktur secara bersama-sama dan bekerja sama dengan sesama siswa, tetapi guru tidak
meninggalkan perannya begitu saja, guru tetap menjadi pembimbing dan
pengawas selama proses belajar mengajar berlangsung dengan tujuan agar seluruh
Seperti yang dijelaskan oleh M. Faiq Dzaki (2009) dalam Cooperatif
Learning , kelebihan dan kekurangan yang disajikan sebagai berikut :
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif :
1. Meningkatkan harga diri dalam keterampilan tiap individu. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
3. Konflik antar pribadi berkurang dalam proses pembelajaran lompat
harimau.
4. Sikap apatis berkurang dalam proses pembelajaran lompat harimau.
5. Pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran lompat harimau.
6. Retensi atau penyimpangan lebih lama setelah mengikuti pembelajaran lompat harimau.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi dalam proses
pembelajaran lompat harimau.
8. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran lompat harimau. 9. Meningkatkan kemajuan belajar dalam pembelajaran lompat harimau.
10.Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif dalam proses pembelajaran lompat harimau.
b. Kekurangan model pembelajaran kooperatif :
1. Proses pembelajaran lompat harimau ini harus dilakukan di ruangan
2. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
di dalam proses pembelajaran lompat harimau. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka.
3. Banyak siswa takut bahwa materi pembelajaran lompat harimau tidak bisa mereka kuasai. Dalam pemebejaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah
dipelajarinya tentang lompat harimau sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang bisa memberikan kesempatan kepada siswa yang luas secara berkelompok untuk lebih ekspresif, kreatif, dan inovatif. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing saja. Bahkan
bisa menemukan masalah dan memecahkan masalahnya secara berkelompok tersebut, sehingga siswa tidak lulus diberi materi oleh guru saja, melainkan mereka bisa memecahkan masalah tersebut. Jadi inti kekurangan dan kelebihan
model pembelajaran kooperatif dapat mempengaruhi keterampilan lompat harimau siswa di sekolah SMPN 5 Metro. Akan tetapi kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif ini hanya siswa yang bisa berpikir kreatif secara berkelompok yang bisa meningkatkan keterampilan lompat harimau, sedangkan siswa yang tidak berfikir kreatif atau siswa yang selalu diberi materi oleh guru
D. Model Pembelajaran Langsung
Selanjutnya model pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung dalam pelaksanaanya berorientasi pada penguasaan teknik, merupakan model pembelajaran yang sangat lazim digunakan di sekolah, proses pembelajaran dalam model ini adalah guru sebagai sumber utama pembelajaran
dan guru sangat mendominasi pembelajaran siswa hampir tidak diberi peluang untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Semua harus sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh gurunya. Tujuan utama dalam model ini adalah
bagaimana siswa dapat menguasai suatu teknik gerak tertentu dengan panduan
dan tuntutan yang selalu diberikan dan didemontrasikan oleh guru.
(Anonim : 2005) dalam Model pembelajaran langsung Pendidikan Jasmani : “ Model pembelajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang
menuntut guru sebagai model yang menarik bagi siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah “. Sedangkan menurut Dra. Dini Rosdiana, M. Pd ; 2012
“Pembelajaran / pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang
menuntut guru sebagai model yang menarik bagi siswa dalam mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah”.
Model pembelajaran langsung merupakan model yang tepat untuk
pembelajaran lompat harimau di sekolah dimana model pembelajaran ini selain efektif untuk digunakan oleh siswa untuk menguasai pengetahuan juga efektif
(2003:1) bahwa “ model pembelajaran langsung selain efektif untuk digunakan
oleh siswa menguasai suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural maka juga efektif digunakan untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa”.
Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan dan kekurangan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh
Dini Rosdiani (2012:153) model pembelajaran langsungpun mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang disajikan sebagai berikut :
a. Kelebihan model pembelajaran Langsung :
1. Dengan model pembelajaran langsung guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai siswa.
2. Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan
yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.
3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dilaksanakan.
4. Model pembelajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
5. Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori
6. Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas
yang kecil.
7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. 9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
b. Kekurangan model pembelajaran Langsung :
1. Karena guru memainkan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada kemampuan guru. Jika guru tidak
tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.
3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pengajaran langsung mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan
yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
4. Jika terlalu sering digunakan model pengajaran langsung akan membuat
siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai
5. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang bergantung kepada guru, dimana siswa
hanya sebagai objek penyampaian guru, dan siswa aktif pada saat guru memberi kesempatan saja. Dari semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu dimana siswa bisa berpikir kreatif secara berkelompok dengan tugasnya masing-masing dan kekurangan
model pembelajaran kooperatif ini siswa yang mampu bekerja kelompok saja yang bisa menggali potensinya karena model pembelajaran kooperatif ini tidak tergantung pada guru. Sedangkan kelebihan dari model pembelajaran langsung
yaitu proses pembelajaran bisa lebih aktif karena langsung dibimbing oleh guru, dan kekuranganya ialah siswa hanya sebagai objek guru saja. Jadi kedua model pembelajaran ini memilki kekurangan dan kelebihan masing-masing untuk
pembelajaran keterampilan lompat harimau di SMPN 5 Metro.
E. Sejarah Senam
Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau
Menurut Hidayat (1995:27), kata gymnastiex tersebut dipakai untuk
menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa
terjadi, karena pada waktu itu teknologi pembuatan bahan memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Menurut Hidayat (1995), senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan
di konstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan
keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.
Menurut Werner (1984), Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh
pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.
Tujuan dari latihan senam adalah : (1) menambah pengetahuan dan
penegetian tentang pentingnya senam, (2) menambah pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan dan kondisi badan, (3) menambah kemampuan untuk menilai bagaimana gerakan itu seharusnya, (4)
menambah kelentukan, kekuatan, daya tahan, keterampilan dan efsiensi gerak. Manfaat dari senam adalah ; (1) pelentukan, penguatan, peregangan dan
pelemasan otot-otot, (2) keseimbangan dan ketangkasan, (3) pertumbuhan yang selaras (harmonis), (4) pengoreksian sikap dan bentuk tubuh yang salah.
Pada zaman modern ini perkembangan olahraga senam banyak sekali
di Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam
dibagi menjadi 6 kelompok.
1. Senam artistik (artistic gymnastics).
2. Senam ritmik sportif (sportif rhytmic gymnastics). 3. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics).
4. Senam aerobik sport (sports aerobic).
5. Senam trampolin (trampolinning). 6. Senam umum (general gymnastic).
1. Senam artistic (artistic gymnastics) diartikan sebagai senam yang
menggabungkan aspek tumbeling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistic dari gerakan-gerakan yang dilakukan. Efek artistic dari besran
(amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan sebagai posisi. Gerakan- gerakan tumbling digabung
dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, mampu
memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan. 2. Senam ritmik sportif ( sportive rhythmic gymnastic ) adalah senam yang
dikembangkan dari senam irama sehingga dapat diperbandingkan. Komposisi gerak yang diantarkan melalui tuntunan irama music dalam
menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat artistic, menjadi cirri senam ritmik sportif ini.
3. Senam akrobatik ( acrobatic gymnastic ) adalah senam yang
sulit. Misalnya mendarat di atas tangan pasangan atau bahunya. Senam
akrobatik biasanya dilakukan secara tunggal atau berpasangan.
4. Senam aerobic sport ( sport aerobics ) merupakan pengembangan dari
senam aerobic. Agar pantas dipertandingkan, latihan-latihan senam aerobic yang berupa tarian atau kalistenik tertentu digabung dengan gerakan-gerakan akrobatik yang sulit.
5. Senam trampoline ( trampolinning ) adalah merupakan pengembangan dari satu bentuk latihan yang dilakukan diatas trampoline. Trampolin
adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki daya pantul
yang sangat besar.
6. Senam umum ( general gymnastic ) adalah segala jenis senam diluar kelima jenis senam diatas. Dengan demikian senam-senam seperti aerobic,
senam pagi, SKJ, senam wanita, termasuk kedalam senam umum.
Pada dasarnya dalam cabang olahraga senam mempergunakan seluruh komponen gerak untuk memudahkan dalam gerak-gerak seperti jalan, lari, lompat, loncat,
mengayun, memanjat, menolak, mendarat.
F. Nomor - nomor Senam Artistik
Nomor senam artistik terbagi dua kelompok, yaitu kelompok putera dan kelompok puteri.
Nomor Artistik Putera :
1. Senam Lantai ( floor exercise )
3. Kuda Pelana ( pommel horse)
4. Palang Sejajar ( parallel bars ) 5. Palang Tunggal ( horizontal bars )
6. Gelang-gelang ( rings )
Nomor Artistik Puteri :
1. Senam Lantai ( floor exercise ) 2. Kuda Lompat ( vaulting horse )
3. Balok Titian/ Keseimbangan ( balance beam ) 4. Palang Bertingkat ( uneven bars )
G. Lompat Harimau
Kegiatan lompatan dalam senam memiliki peranan yang sangat penting,
karena berhubungan dengan gerak pendahuluan dari keterampilan umumnya. Artinya, hampir semua gerakan dalam senam, terutama di lantai dan di kuda lompat, selalu didahului oleh gerak melompat atau menolak. Keberhasilan
gerakan yang dilakukan, biasanya banyak ditentukan oleh bagaimana lompatan atau tolakan yang dilakukan. Tidak heran, lompatan dianggap sabagai salah satu
pola gerak dominan dalam senam.
Untuk dapat melompat dengan baik, tentu diperlukan hadirnya koordinasi
gerak lompatan yang baik. Ini perlu, karena gerak lompatan bukan hanya bermula dari bertolaknya kaki atau tangan saja, tetapi bergabung dengan gerak
Lompat harimau merupakan salah satu dari berbagai macam gerakan dalam
senam lantai. Lompat harimau adalah merupakan pengembangan dari gerakan guling depan, akan tetapi gerakan lompat harimau dilakukan dengan gerakan
lompatan dan melayang diudara jaraknya lebih jauh dan tinggi. Untuk dapat melakukan gerakan lompat harimau seorang siswa terlebih dahulu harus menguasai gerakan guling depan. Pada dasarnya gerakan lompat harimau sama
dengan berguling kedepan akan tetapi gerakannya didahului dengan lompatan ke depan atas. Dalam pembelajaran lompat harimau guru sangat berperan penting
dalam keberhasilan, tidak hanya itu guru juga berperan penting dalam keselamatan siswa. Guru berada di sisi matras dengan menempatkan tangan
ditekuk siswa dan membantunya dengan agak mengangkat atau mengungkitnya. Cara membantu seperti ini dilakukan bantuan dalam latihan lompat harimau (dalam Muhajir, 2004 : 147).
Gerakan lompat harimau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a) berdiri dengan sikap badan tegak dan kedua lengan disamping badan, (b) siap mengambil ancang – ancang untuk melakukan gerakan, (c) pandangan kearah
depan, (d) bertolak dengan kedua kaki ke depan atas, ketika melayang kedua lengan lurus ke depan, (e) saat telapak tangan menyentuh matras, segera
masukkan bahu di antara kedua tangan sehingga bahu menyentuh matras untuk diteruskan mengguling dan (f) sikap akhir jongkok, lalu kemudian berdiri seperti posisi semula.
diperhatikan, yaitu kecepatan horizontal yang diperoleh dari awalan dan
kecepatan vertikal (kecepatan saat bertolak). Kecepatan horizontal yang lebih besar akan menghasilkan jarak yang lebih jauh dan kecepatan vertikal yang lebih
kuat akan menghasilkan ketinggian yang lebih tinggi.
Dengan demikian akan diketahui pengaruh gravitasi terhadap titik berat badan. Dengan memperbaiki bentuk cara-cara melompat dan mendarat, akan
memperbaiki hasil lompatan. Perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan saat di udara tidak akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna
untuk menjaga keseimbangan serta pendaratan yang menguntungkan. Tidak hanya tolakan, meletakkan tangan sejauh mungkin di atas matras merupakan faktor yang mempengaruhi dalam memaksimalkan gerakan lompat harimau, selain itu
kekuatan tangan pun menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan gerak dasar lompat harimau agar semakin maksimal.
H. Tahapan dalam Lompat Harimau
Lompat harimau adalah melakukan awalan lari dan dapat pula dengan awalan melangkah, akan tetapi hasil antara awalan lari dan awalan melangkah akan
menghasilkan tolakan yang berbeda. Setelah kaki menolak, kemudian tangan lurus kedepan melewati alat bantu modifikasi dalam posisi parabola dan diletakkan di
atas matras, lalu melakukan gerakan guling depan, yaitu masukan bahu di antara dua tangan, kemudian pungung dan pinggang, pada punggung dan pinggang memutar tangan menjadi titik tumpu oleh karena itu kekuatan tangan sangat
Adapun pelaksanaan lompat harimau adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Rangkaian gerak dasar lompat harimau
a. Sikap Awalan
1.Posisi badan tegap.
2.Buka kaki selebar bahu, posisi tangan di samping badan.
3.Pandangan ke arah depan.
b. Pelaksanaan
1. Berlari 3 – 5 langkah menuju matras.
2. Tolakkan kaki sekuat mungkin.
3. Badan melayang di udara dengan posisi badan, kaki dan tangan dalam
keadaan parabol (lengkung).
4. Letakkan kedua telapak tangan di atas matras, di ikuti dengan kepala, punggung, seperti gerakan guling depan.
c. Sikap Akhir
1. Setelah gerakan berguling ke depan secara bulat.
2. Sikap akhir jongkok dengan kedua lutut ditekuk.
I. Kerangka Pemikiran
Kedudukan model pembelajaran dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran sangatlah penting, hal ini berkaitan dengan interaksi belajar yang
akan dilaksanakan oleh guru kepada siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Joyce dan Well dalam Tite (2011:2) bahwa “model pembelajaran yaitu suatu pola atau rencana yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas bahkan yang lain”.
Sedangkan menurut Dini Rosdiana (2012:4) bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merangcang isi yang
terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan begitu dalam proses pembelajaran lompat harimau harus dapat menggunakan model pembelajaran
manakah yang cocok untuk diajarkan, yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran langsung dimana kedua model pembelajaran
ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di dalam model
pembelajaran kooperatif guru tidak terlalu penting dalam proses pembelajaran lompat harimau, lebih menekankan kepada kelompok siswa tersebut dan guru
hanya sebagai pengawas mereka saja. Sedangkan model pembelajaran langsung guru sangat berperan dalam proses pembelajaran lompat harimau karena guru mentranformasikan informasi atau keterampilannya secara langsung kepada siswa
secara langsung. Pada umumnya akhir-akhir ini pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah kurang efektif karena kurang di dukung oleh sarana prasarananya,
manakah yang cocok untuk di terapkan dalam pembelajaran lompat harimau di
SMP Negeri 5 Metro.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertnyaan. (Sumadi S,1983). “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih harus di uji secara empiris”.
Berdasarkan beberapa teori di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif kurang efektif untuk meningkatkan
keterampilan lompat harimau pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Metro. 2. Model pembelajaran langsung dapat meningkatkan keterampilan lompat
harimau pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Metro.
3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan lompat
harimau pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Metro.
4. Hasil keterampilan lompat harimau model pembelajaran kooperatif lebih rendah dibandingkan dengan hasil keterampilan lompat harimau dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan rancangan true exsperimental design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas (treatment) terhadap variabel terikat dengan cara
memanipulasi variabel bebas untuk kemudian melihat efeknya pada variabel terikat.
Uhar Suharsaputra (2012:151) menjelaskan bahwa “metode eksperimen
merupakan salah satu metode penelitian (inkuiri) dengan pendekatan kuantitatif yang dipandang paling kuat dalam mengkaji berbagai gejala yang ada khususnya
berkaitan dengan hubungan pengaruh suatu faktor/variabel terhadap faktor/variabel lainnya.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian eksperimen
merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri dengan adanya perlakuan (treatment) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan mengenai besarnya pengaruh
variabel bebas (treatment) model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap variabel terkait (Y) keterampilan lompat
harimau.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan: “Pretest dan Post test
Disign”. Mengenai desain penelitian ini Arikunto (1997) Rancangan penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut: Kelompok A X1 O1 X2
Kelompok B Y1 O2 Y2
Gambar 2. Rancangan penelitian
Keterangan:
Kelompok A = Model pembelajaran kooperatif
Kelompok B = Model pembelajaran langsung
X1 danY1 = Tes awal
X2 dan Y2 = Tes akhir
O1 = Kelompok pembeajaran kooperatif
Pembagian kelompok di dasarkan pada tes awal yaitu gerakan koordinasi
lengan, badan, lari, toakan, dan berguling depan. Setelah hasil tes awal dirangking kemudian subjek yang memiliki prestasi setara dipasang-pasangkan kedalam
kedua kelompok. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat suatu
perbedaan, maka hal ini disebabkan adanya perlakuan yang diberikan.
Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini menggunakan ordinal
pairing sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
[image:38.595.133.306.354.525.2]9 dst.
Adapun langkah-langkah penelitian penulis deksripsikan sebagai berikut :
Gambar 4. Langkah-langkah penelitian
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek/objek yang akan diteliti, meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu sendiri. Uhar
Suharsaputra (2012:115) mendefinisikan bahwa: “populasi merupakan langkah
yang sangat penting, dari sini dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-populasi
sampel
Tes awal
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Langsung
Tes akhir
Analisis data
sub unit populasi, karakteristik umum populasi serta keluasaan dari populasi tersebut.”
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP
Negeri 5 Metro tahun 2012/2013, yang berjumlah 30 siswa.
2. Sampel
Penetapan sampel dalam penelitian ini mengacu pendapat Suharsimi Arikunto (1997:120), yaitu: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila obyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih.
Seluruh populasi yang ada dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa, yang
berarti kurang dari 100 siswa.Berdasarkan pendapat tersebut, maka seluruh anggota populasi harus diambil. Dengan demikian teknik pengambilan sampel
atau teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
D. Variabel Penelitian
Dalam konsep penelitian eksperimen yang digunakan terdapat satu variabel
bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen)
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah keterampilan lompat harimau
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Adapun tes yang digunakan adalah tes keterampilan lompat harimau. Untuk mengukur hasil
keterampilan lompat harimau alat yang digunakan antara lain: 1. Matras
2. Alat tulis
Tabel 1 : Format analisis penilaian tes keterampilan lompat harimau
LEMBAR PENILAIAN
Nama : ...
Kelas : ...
No Gerakan Kriteria Penilaian Nilai Nilai Akhir 1 2 3 4 5
1 Sikap Awal
1. Berdiri tegak
2. Kaki selebar bahu, posisi tangan disamping badan
3. Pandangan lurus kedepan
2 Pelaksan aan
1. Posisi sikap siap berlari
2. Mengambil tolakan dengan kedua kaki
3. Posisi badan saat melompat melewati penanda
4. Sikap melayang 5. Berguling ke depan
3 Sikap Akhir
1. Jongkok kedua tangan diangkat lurus kedepan
2. Kedua kaki menapak sehingga posisi badan seimbang
Sumber: Jubaedi Ade. 2009
Keterangan Nilai :
1. Bobot 1 Nilainya = 0 – 20 (Kurang Sekali) 2. Bobot 2 Nilainya = 21 – 40 (Kurang) 3. Bobot 3 Nilainya = 41 – 60 (Cukup)
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik.Data yang dianalisis adalah data tes hasil menendang bola kearah gawang.Setelah
dataterkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Sebelum dilakukan pengolahan atau analisis data penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat
analisis yang meliputi:
1. Menguji homogenitas dari dua kelompok sebelum eksperimen, Sudjana (1992):
v = � � � � �
� � � � � �
2. Uji t
Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika -t1–1/2α ≤ t ≤ t1 -1
/2 α. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t pada tingkat kepercayaan atau
taraf signifikasi α = 0.05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1. Untuk lebih
jelasnya lagi mengenai uji hipotesis nol (Ho), hipotesis statistika dirumuskan sebagai berikut :
H0 : � = 0
HA : � ≠ 0
Uji satu pihak menggunakan rumus :
2 = �1 −1 1 2
− �2 −1 2 2
= � 1− � 2
1 2
�1
+ 2
2
�2
Keterangan :
S : Simpangan baku
n1 :Jumlah sampel kelompok 1
n2 : jumlah sampel kelompok 2
� 1: Rata – rata kelompok 1
� 2: Rata – rata kelompok 2
Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1 – α untuk
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang didukung dengan kerangka
pikir dan kemudian dibuktikan dengan analisis data maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan lompat harimau dengan rata-rata keterampilan sebesar 25,3. 2. Model pembelajaran langsung dapat meningkatkan kemampuan keterampilan
lompat harimau dengan rata-rata keterampilan sebesar 30,3.
3. Model pembelajaran langsung lebih baik peningkatannya dari pada model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan lompat harimau pada siswa
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini maka dapat disarankan untuk dijadikan bahan masukkan bagi:
1. Guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam melakukan pembelajaran agar dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga hasil belajar gerak pada setiap cabang olahraga akan meningkat secara efektif.
2. Untuk mengefektifitaskan model pembelajaran langsung hendaklah pihak sekolah meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya keterampilan
lompat harimau.
3. Pada guru dan siswa, hendaknya memahami hukum-hukum mekanik,
sehingga pelaksanaan model pembelajaran langsung dapat menghasilkan kemampuan serta keterampilan lompat harimau lebih optimal.
4. Peneliti, perlu dikaji lebih komperhensif dengan objek penelitian yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1990. Diktaktik Metodik. Semarang: C.V. Toha.
Alwi, Hasan, dkk. 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsmi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Bahri Syaiful dan Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar.. Jakarta: Rineka Cipta.
Faisal, Sanafiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UNY.
Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: P2LPTK.
Husdarta dan Yudha M. Saputra 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Erlangga.
Imam, Hidayat. 1966. Senam. Bandung: FPOK IKIP.
Jubaedi, Ade. 2009. Bahan Ajar Senam 1. Bandar Lampung: FKIP UNILA.
Juliantine, Tite, Dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI
Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga.
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta:Erlangga Nurhasanah. 1986. Tes dan Pengukuran. Jakarta: Kurunika.
Sudjana. 2003. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Sumardi, S. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supandi. 1991. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.