• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh HERI RUSYADI

Tanaman manggis di Lampung tersebar di beberapa wilayah, namun saat ini belum terindentifikasi secara morfologi maupun genetik sehingga tidak diketahui jenis dan tingkat keragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakter morfologis dan tingkat keragaman tanaman manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung sebagai sumber plasma nutfah.

Penelitian dilakukan di dua lokasi di Bandar Lampung, yaitu di Sukadanaham dan Batu Putu. Penelitian dilakukan dengan lima sampel pada setiap lokasi. Pada setiap sampel diambil empat titik berdasarkan arah mata angin terutama untuk pengambilan sampel daun. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan uji t pada taraf nyata 5%.

(2)

tanaman manggis yang muncul bunga dan buah pada lokasi Sukadanaham adalah 13% dan Batu Putu sebesar 24%.

(3)
(4)

KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI

DI BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh HERI RUSYADI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Manggis ... 7

2.2 Perbanyakan Tanaman Manggis ... 8

2.3 Prospek Pengembangan dan Pemasaran Manggis ... 9

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2 Bahan dan Alat ... 11

3.3 Metode Penelitian ... 11

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.4.1 Pengamatan Kondisi Lingkungan ... 14

3.4.2 Pengamatan Kondisi Tanaman ... 14

3.4.2.1 Pengamatan daun ... 14

3.4.2.2 Pengamatan batang ... 18

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.1.1 Daun Manggis ... 22

4.1.2 Batang Manggis ... 28

4.2 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lokasi titik pengambilan sampel manggis di Sukadanaham, 2013. .... 12

2. Lokasi titik pengambilan sampel manggis di Batu Putu, 2013. ... 13

3. Bentuk daun. ... 15

4. Bentuk ujung daun. ... 15

5. Bentuk pangkal daun. ... 15

6. Tepi daun. ... 16

7. Bentuk kanopi. ... 18

8. Pola percabangan. ... 19

9. Kerapatan percabangan tanaman manggis. ... 19

10. Bentuk daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. .. ... 23

11. Bentuk ujung daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. .... 23

12. Bentuk pangkal daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. . 24

13. Susunan daun manggis. ... 27

14. Percabangan daun manggis. ... 30

15. Karakteristik permukaan batang manggis. ... 30

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat keragaman tanaman manggis. ... 21 2. Hasil pengamatan struktur daun manggis pada dua lokasi di

Bandar Lampung, 2013. ... 25 3. Data pengamatan struktur batang manggis pada dua lokasi di

Bandar Lampung, 2013. ... 29 4. Hasil pengamatan bobot daun manggis (gram) di lokasi Sukadanaham

dan Batu Putu, 2013. ... 42 5. Analisis bobot daun manggis dengan uji t. ... 42 6. Hasil pengamatan luas daun manggis (cm2) di lokasi Sukadanaham

dan Batu Putu, 2013. ... 43 7. Analisis luas daun manggis dengan uji t. ... 43 8. Data pengamatan nisbah panjang dan lebar daun manggis pada dua

lokasi di Bandar Lampung, 2013. ... 44 9. Titik koordinat pengambilan sampel manggis di dua lokasi

(9)
(10)
(11)

Kupersembahkan karya ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Pertanian dan tanda bakti, cinta, hormat, serta kasih sayangku

kepada

Almamaterku Tercinta,

Ayah dan Ibu tercinta

atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, serta doa yang senantiasa menyertai perjalanan hidupku,

&

Kakak-kakakku Fenita Yunistaty dan Heni Kurnia, adikku Hana Yulia Putri, Yuli Puspita, beserta seluruh keluarga besar, yang selalu memberikan

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat pada 7 Maret 1991, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Khairul Rizal dan Ibu Risnorita.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Nurul Islam Pasar Liwa yang diselesaikan pada tahun 1997, dilanjutkan ke SDN 02 Pasar Liwa yang diselesaikan pada tahun 2003. Setelah itu, penulis melanjutkan ke SMPN 01 Pahoman Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006, dan SMA Muhammadiyah 02 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2009.

(13)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., sebagai Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini, serta nasihatnya yang berharga.

2. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., sebagai Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Yohannes C. Ginting, M.P., sebagai Pembahas dan Penguji, yang

telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, atas bimbingan dan perhatiannya selama penulis menjalani studi.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(14)

7. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Agroteknologi dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Keluargaku tercinta Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, do’a tulus yang diberikan, serta nasehat dan pengorbanan yang tiada pernah putus diberikan, kakak-kakakku dan adikku yang telah memberikan keceriaan dan motivasi yang kuat untuk memperjuangkan hidup.

9. Yuli Puspita, S.Pd, terimakasih atas dukungan, kasih sayang, dan kesetiaannya dalam mendampingi penulis.

10.Sahabat-sahabatku: Catur Yuniarsih, Java, Ganda, Gagat, Doni, Suhendri, Syarif, Deni, Deri, Adam, Hardy, Andrian, Ricky, Putu, Komang, dan sahabat seperjuanganku lainnya angkatan 2009, atas kebersamaan mereka selama ini. 11.Teman-teman KKN: Rodi, Fadil, Edi, Ery, Ami, Habibi, Weni, Tina, dan Dini 12.Kanda, yunda, serta adinda anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila. 13.Seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga amal baik yang telah diberikan akan dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis

(15)
(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan batang dan cabang berkayu serta tumbuh tinggi tegak. Manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia tenggara, yaitu hutan belantara Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australia Utara (Sudarsono, Gunawan, Wahyuono, Donatus, dan Purnomo, 2002).

Buah yang mendapat julukan “Queen Of Fruits” ini memiliki banyak manfaat.

Kandungan senyawa yang terdapat dalam kulit buah manggis, antara lain xanton (mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B, garcinon B), flavonoid, dan tanin. Selain itu, kulit buahnya juga dikenal sebagai obat sariawan, penurun panas, obat disentri, dan sebagai antioksidan (Moongkarndi, Kosem, Kaslunga, Luanratana, Pongpan, dan Neungton, 2004). Antosianin yang memberikan warna ungu dalam kulit buah manggis dapat digunakan sebagai alternatif pewarna alami untuk makanan dan tekstil (Wijaya, Marcel, dan Fenny, 2009).

(17)

2

pada 2008 menjadi 105.558 ton pada 2009 dan belum dapat diikuti oleh peningkatan volume ekspor manggis. Manggis Saburai dari Lampung menyumbang sebesar 9.688 ton/tahun (9,2%) dari total produksi manggis nasional. Produktivitas manggis Saburai rata-rata 30-70 kg/pohon dengan luas areal pertanaman manggis di Kabupaten Tanggamus 1.468 ha (Syafrudin, 2011). Volume ekspor hanya berkisar 10% dari total produksi manggis nasional (Badan Pusat Statistik, 2009). Rendahnya volume ekspor manggis disebabkan oleh kualitas buah yang tidak baik, akibat dari pengelolaan budidaya yang kurang, serta penggunaan bibit yang tidak unggul (Badan Pusat Statistik, 2009).

Tanaman manggis di Indonesia sebagian besar adalah warisan dari zaman dahulu yang sudah berumur puluhan tahun. Untuk itu, manggis perlu perbaikan cara budidaya dengan manajemen kebun yang baik. Tanaman manggis dapat diperbanyak secara vegetatif ataupun secara generatif. Perbanyakan vegetatif dengan stek maupun cangkok belum berhasil untuk menumbuhkan akarnya. Karena itu, pada umumnya perbanyakan tanaman manggis dilakukan

menggunakan biji. Biji manggis termasuk biji apomiksis, sehingga itu individu tanaman baru yang dihasilkan sama dengan induknya.

(18)

3

sambungan harus jelas sumber induknya, terutama batang atas harus memiliki kriteria yang sesuai dengan keinginan konsumen, seperti halnya manggis Saburai yang telah menembus pasar ekspor.

Biji apomiksis adalah biji yang dihasilkan tanpa melalui penyerbukan dan pembuahan, melainkan hasil dari perkembangan jaringan nuselus. Hal ini menyebabkan tanaman manggis dan buah yang dihasilkan memiliki sifat yang seragam (Sobir dan Poerwanto, 2007). Namun pada kenyataannya, tanaman manggis yang dijumpai di lapangan relatif beragam. Keragaman yang terjadi tersebut dapat disebabkan oleh akumulasi mutasi gen atau karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap keragaman yang terjadi, untuk mengindentifikasi tanaman manggis pada beberapa daerah sebagai sumber plasma nutfah dan potensinya sebagai manggis unggulan.

Permasalahan pada budidaya manggis di lapangan adalah penggunaan bibit yang tidak bersertifikat. Di provinsi Lampung, bibit manggis yang telah bersertifikat hanya manggis Saburai yang terdapat di daerah Tanggamus. Manggis Saburai merupakan varietas unggul yang telah dirilis oleh Menteri Pertanian pada Mei 2010. Keunggulan manggis ini adalah buahnya manis segar, berdaging tebal, dan kulit buah yang mudah dibelah.

Manggis Saburai merupakan satu-satunya tanaman manggis di Lampung yang telah teridentifikasi dan dinyatakan unggul. Padahal tanaman manggis di Lampung cukup banyak dan tersebar di beberapa wilayah antara lain di

(19)

4

Putu memiliki kondisi lingkungan cukup panas karena daerahnya yang lebih dekat ke pantai dengan ketinggian tempat kurang dari 200 m dpl. Sampai saat ini, keberadaan pertanaman manggis di dua lokasi tersebut belum teridentifikasi secara morfologi maupun genetik. Identifikasi secara morfologi dapat

memberikan gambaran karakter manggis-manggis yang tersebar di setiap wilayah dan memiliki potensinya manggis ekspor seperti manggis Saburai.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengetahui perbedaan karakter morfologis tanaman manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung.

(2) Mengetahui tingkat keragaman tanaman manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung berdasarkan karakter morfologis sebagai sumber plasma nutfah.

1.3 Kerangka Pemikiran

Tanaman manggis merupakan tanaman buah yang kaya manfaat baik daging buahnya maupun kulitnya, sehingga kebutuhan dan permintaan buah ini

(20)

5

dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) adanya getah kuning pada daging buah, (2) burik pada kulit buah, dan (3) rendahnya selflife buah.

Manggis secara alami membiak dengan biji dan sifatnya apomiksis sehingga tanaman manggis yang berasal dari biji mempunyai kesamaan genotipe dengan induknya. Tanaman manggis yang diperbanyak dengan biji akan mempunyai susunan genetik yang sama dengan induknya (Bradshaw, 1965). Namun, Verheij (1991) menyatakan bahwa pada manggis terdapat variasi ukuran daun dan buah yang diduga disebabkan oleh lingkungan. Hasil pene1itian Mansyah, Edison, dan Winarno (1992) juga menunjukkan bahwa terdapat variasi fenotipe bentuk kanopi, ukuran daun, ukuran buah, tebal kulit buah, dan jumlah buah per tandan. Oleh karena itu, untuk memastikan adanya variasi pada kelompok tanaman manggis, khususnya di wilayah Bandar Lampung yaitu Sukadanaham dan Batu Putu perlu dilakukan identifikasi. Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi lingkungan pertanaman manggis di dua tempat tersebut berbeda.

Identifikasi pada tanaman merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dan memberikan informasi yang lebih detil terkait morfologis tanaman tersebut. Data identifikasi pada tanaman manggis akan sangat membantu dalam melihat potensi pada tanaman manggis, sehingga dalam pengadaan bibit yang digunakan dapat diketahui karakteristik keunggulannya.

(21)

6

homogen atau heterogen, dan memiliki kesamaan morfologis dengan manggis Saburai. Bila terdapat keragaman, kondisi tersebut akan menambah sumber plasma nutfah yang bisa dijadikan sebagai sumber pohon induk dan menambah koleksi varietas manggis di Lampung.

1.4 Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini adalah:

(1) Terdapat perbedaan karakter morfologis tanaman manggis pada dua lokasi di wilayah Bandar Lampung.

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 meter. Manggis mempunyai batang tegak, batang pohon jelas, kulit batang coklat, dan memiliki getah kuning. Daun manggis tunggal, duduk daun berhadapan atau bersilang berhadapan. Manggis mempunyai 1-3 bunga betina di ujung batang, susunan menggarpu, dan garis tengah 5-6 cm. Kelopak daun manggis dengan dua daun kelopak terluar berwarna hijau kuning, dua yang terdalam lebih kecil dengan tepi merah, melengkung, kuat, dan tumpul. Manggis mempunyai empat daun

mahkota, berbentuk telur terbalik, berdaging tebal, berwarna hijau kuning, bertepi merah atau hampir semua merah. Benang sari bersifat staminodia biasanya terletak dalam tukal (kelopak). Bakal buah manggis be-ruang 4-8, kepala putik berjari-jari 5-6. Buah manggis memiliki bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, warna ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, daging putih susu, dengan getah kuning. Dalam sebuah manggis terdapat 1-3 biji, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, berwarna putih, dan dapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempurna). Manggis

(23)

8

Manggis merupakan tumbuhan pepohonan, yang memiliki tinggi hingga 15 meter dengan batang berkayu, berbentuk bulat, tegak, dan bercabang simpodial.

Manggis berdaun tunggal, berbentuk lonjong, tebal, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm, dan tangkai silindris hijau. Bunga manggis berbentuk tunggal, berkelamin dua diketiak daun, dan buahnya seringkali bersalut lemak dengan warna coklat keunguan. Biji manggis berbentuk bulat, berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994).

2.2 Perbanyakan Tanaman Manggis

Perbanyakan manggis melalui biji merupakan cara yang paling umum dilakukan

petani karena murah dan lebih praktis dibandingkan dengan cara perbanyakan

lainnya, misalnya penyusuan dan sambung pucuk. Tanaman manggis bersifat

apomiksis sehingga tanaman yang berasal dari biji secara genetis akan sama

dengan induknya (Cox, 1976).

Apomiksis adalah metode reproduksi secara aseksual melalui biji, yaitu biji

terbentuk tanpa pengurangan jumlah kromosom dan fertilisasi (Den Nijs

dan Van Dijk, 1993). Tanda-tanda apomiksis pada manggis antara lain adalah

terjadinya pengecambahan biji tanpa adanya peran dari organ jantan, adanya

proembryoadventitious, pertumbuhan secara vegetatif dari jaringan integumen,

(24)

9

2.3 Prospek Pengembangan dan Pemasaran Manggis

Buah manggis saat ini mayoritas dikonsumsi dalam bentuk segar. Selain pasaran lokal, pemasaran buah manggis sudah merambah pasar ekspor. Taiwan adalah pasar terbesar manggis Indonesia. Selama tahun 1994, Taiwan mengimpor manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total ekspor buah Indonesia. Negara lain yang mengimpor manggis adalah Jepang, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, dan Amerika Serikat. Prospek pengembangan agribisnis manggis sangat cerah, perminat buah ini di luar negeri banyak dan harganya relatif mahal. Peluang pasar luar negeri diperkirakan terus meningkat dengan penambahan volume 10,7% per tahun (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).

Arah pengembangan agroindustri manggis menuju pada suatu sistem pertanian perdesaan yang terpadu pada 12 provinsi sentra manggis, sehingga dapat meningkatkan volume ekspor dan daya saing dengan produk luar negeri. Pengembangan agroindustri ini dilakukan secara bertahap pada tiap tahunnya (2006 - 2009), dengan tolok ukur pengembangan pada unit pasca panen dan pengolahan hasil di perdesaan serta pengembangan distribusi dan pemasaran (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).

(25)

10

(26)

1

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada September – November 2013 di dua lokasi dalam wilayah Bandar Lampung, yaitu Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara dan Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat.

3.2 Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kantung plastik transparan, alat tulis, cangkul, sprayer, tali plastik, timbangan, meteran, kertas label, styrofoam berwarna merah, gunting, milimeterblock, cutter, kamera digital, GPS, dan kertas koran.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lima sampel di setiap lokasi (Gambar 1 dan 2). Koordinat dan populasi tanaman manggis di masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 9, Lampiran. Pada setiap sampel tanaman manggis diambil dari empat titik berdasarkan arah mata angin untuk pengambilan sampel daun. Selain itu

(27)

2

Keterangan: : Sampel 1 : Sampel 2 : Sampel 3 : Sampel 4 : Sampel 5 : Tugu Durian

Gambar 1. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Sukadanaham, 2013.

(28)

3

Keterangan: : Sampel 1 : Sampel 2 : Sampel 3 : Sampel 4 : Sampel 5

: Wisata Kebun Binatang Bumi Kedaton

Gambar 2. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Batu Putu, 2013.

(29)

14

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengamatan Kondisi Lingkungan

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kondisi lingkungan pertanaman manggis. Pengamatan dimulai dari melihat pola tanam yang digunakan pada setiap titik pengamatan. Kemudian, mengukur jarak tanam yang digunakan untuk mengetahui kondisi pencahayaan yang diterima tanaman.

3.4.2 Pengamatan Kondisi Tanaman

3.4.2.1 Pengamatan daun

Sampel daun yang diamati pada setiap tanaman diambil dari empat arah mata angin, yaitu Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Variabel sampel daun yang diamati di lapangan meliputi: bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, tepi daun, tekstur permukaan atas dan bawah daun, tampilan tulang daun, warna daun muda, warna daun tua, kerapatan daun, dan susunan daun. Kriteria semua bentuk pada masing-masing variabel tersebut dikategorikan berdasarkan ketentuan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007).

(1) Bentuk daun

(30)
[image:30.595.174.456.87.184.2]

15

Gambar 3. Bentuk daun.

(2) Bentuk ujung daun

[image:30.595.152.465.372.442.2]

Bentuk ujung daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk ujung daun.

(3) Bentuk pangkal daun

[image:30.595.144.480.629.701.2]

Bentuk pangkal daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 5.

(31)

16

(4) Tepi daun

[image:31.595.187.439.188.243.2]

Tepi daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Tepi daun.

(5) Tekstur permukaan atas dan bawah daun

Tekstur permukaan atas dan bawah daun dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: tidak mengkilap (skor 1) dan mengkilap (skor 9).

(6) Tampilan tulang daun

Tampilan tulang daun dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: menonjol (skor 1), kurang menonjol (skor 2), dan tidak menonjol (skor 3).

(7) Warna daun muda

Warna daun muda dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: hijau muda (skor 1), hijau muda kecoklatan (skor 2), merah bata muda (skor 3), coklat merah (skor 4), keperak-perakan (skor 5), dan varigata (skor 6).

(8) Warna daun tua

(32)

17

(9) Kerapatan daun

Kerapatan daun ditentukan dengan cara menghitung jumlah daun dalam satu tangkai dan jarak antarruas buku. Setelah itu, dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: jarang apabila jarak antarruas buku daun lebih dari 4 cm (skor 3), sedang apabila jarak antarruas buku daun antara 3-4 cm (skor 5), dan rapat apabila jarak antarruas buku daun kurang dari 3 cm (skor 7).

(10) Susunan daun

Susunan daun dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: alternate (skor 1) dan opposite (skor 2).

Variabel daun yang akan diamati di laboratorium adalah bobot daun, luas daun, dan nisbah panjang lebar daun.

(11) Bobot daun

Sampel daun yang diambil adalah daun muda yang telah berkembang sempurna. Kemudian sampel daun ditimbang dan dicatat bobotnya. (12) Luas daun

Sampel daun yang telah dipilih, diukur luas daunnya dengan menggunakan kertas milimeterblock. Perhitungan luas daun dilakukan dengan cara

(33)

18

(13) Nisbah panjang lebar daun

Pengukuran nisbah panjang lebar daun dilakukan dengan cara mengukur panjang dan lebar daun menggunakan mistar. Kemudian dilakukan perbandingan nilai panjang dan nilai lebar daun tersebut.

3.4.2.2 Pengamatan batang

Pengamatan pada batang manggis dilakukan di lapangan, meliputi: bentuk kanopi, pola percabangan, lebar kanopi, kerapatan percabangan, karakteristik permukaan batang, lingkar batang, dan tinggi cabang pertama.

(1) Bentuk kanopi

[image:33.595.159.461.471.565.2]

Penentuan bentuk kanopi dilakukan berdasarkan hasil foto berbagai sudut dan berdasarkan ketetapan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Bentuk kanopi.

(2) Pola percabangan

(34)
[image:34.595.176.452.84.180.2]

19

Gambar 8. Pola percabangan.

(3) Lebar kanopi

Pengukuran lebar kanopi dilakukan dengan menggunakan meteran

berdasarkan arah cabang dominan terluar. Namun jika kondisi di lapangan tidak memungkinkan, pengukuran dilakukan berdasarkan arah yang paling memungkinkan untuk dilakukan pengamatan.

(4) Kerapatan percabangan

Kerapatan percabangan (Gambar 9) dilakukan dengan menghitung jumlah cabang dari cabang pertama hingga 50 cm. Selanjutnya. dikategorikan

berdasarkan dengan ketetapan yang telah dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: jarang apabila jumlah percabangan kurang dari 2 (skor 3), sedang apabila jumlah percabangan antara 2 – 4 (skor 5), dan rapat apabila jumlah percabangan di atas 4 (skor 7).

[image:34.595.245.380.583.713.2]
(35)

20

(5) Karakteristik permukaan batang

Pengamatan karakteristik permukaan batang dilakukan dengan cara meraba pada permukaan batang dan disesuaikan dengan ketetapan skor yang telah dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: halus apabila permukaan batang hanya terdapat retakan yang berupa garis-garis kurang dari 2 mm (skor 3), kasar apabila permukaan batang mengalami retakan yang lebih antara 2 mm - 4 mm (skor 5), dan sangat kasar apabila permukaan batang mengalami retakan lebih dari 4 mm dan terjadi

pengelupasan kulit (skor 7). (6) Lingkar batang

Pengamatan lingkar batang dilakukan menggunakan meteran dengan cara mengukur lingkar batang pada 50 cm di atas permukaan tanah.

(7) Tinggi cabang pertama

Pengamatan tinggi cabang pertama dilakukan dengan mengukur tinggi batang dari permukaan tanah sampai mencapai cabang pertama pada tanaman

menggunakan meteran.

3.5. Analisis Data

(36)
[image:36.595.108.503.113.170.2]

21

Tabel 1. Tingkat keragaman tanaman manggis

No Jumlah Variabel (tidak homogen) Tingkat Keragaman 1.

2. 3.

7 ≤ 8-14 ≥ 15

Rendah Sedang Tinggi

Hasil identifikasi tanaman manggis di wilayah Bandar Lampung juga

dibandingkan dengan karakter morfologi (fase vegetatif) manggis Saburai yaitu:

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

(1) Terdapat perbedaan karakter morfologi tanaman manggis pada fase vegetatif di Sukadanaham dan Batu Putu, yaitu bobot daun manggis di Batu Putu lebih berat dibandingkan di Sukadanaham.

(2) Tanaman manggis di Sukadanaham dan Batu Putu memiliki tingkat keragaman yang rendah. Dari 20 variabel pengamatan, hanya terdapat perbedaan pada ketebalan daun dan persentase manggis yang muncul bunga dan buah. Persentase tanaman manggis yang muncul bunga dan buah pada lokasi Sukadanaham adalah 13% dan Batu Putu sebesar 24%.

5.2 Saran

(38)

38

PUSTAKA ACUAN

Badan Pusat Statistik. 2009. Ekspor Hortikultura Indonesia. Nilai dan volume ekspor buah-buahan. http//www.BPS.go.id. diakses pada 28 Oktober 2013 pukul 19.15 wib.

Bradshaw, A.D. 1965. Evolutionary Significance of Phenotypic Plasticity in Plants. Advances in Genetics.13: 115-155.

Cox, J.E.K. 1976. Garcinia mangostana L., Mangosteen. Propagation of

Tropical Fruit Trees. 1st ed. Commonwealth Bureau. Farm Harn Royal, England. hlm. 8-12.

Den Nijs APM dan Van Dijk GE. 1993. Apomixis. In: M.D. Hayward, N.O. Bosemark and I. Romagosa (Eds). Plant Breeding Principles and Prospects. Chapman and Hall. London. 229 hlm.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Road Map Pengembangan Agroindustri Manggis. Jakarta. 19 hlm.

Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013. Kanker Batang atau Cabang. http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id. diakses pada 19 Juli 2014 pukul 07.59 wib.

Hutapea. 1994. InventarisTanaman Obat Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 332 hlm.

Mansyah, E., Edison Hs., dan M. Winarno. 1992. Eksplorasi dan studi keragaman tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) di Sumatera Barat. J. Hort. 5(1): 1-15.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2010. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Manggis Saburai sebagai Varietas Unggul No:

2047/Kpts/SR.120/5/2010. Menteri Pertanian. Jakarta.

(39)

39

Nurul, M. 2006. Karakterisasi morfologi dan perbedaan pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana L.) varietas ‘Wanayasa’ dan

‘Kiarapedes’. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 hlm.

Omran, H dan M. Masri. 1993. First fruiting behaviour of mangosteen tress (Garcinia mangostana L.). Proceeding of the fruit industry in Malaysia. Malaysia. hlm. 229-231.

Pitojo, S dan H.N. Puspita. 2007. Budidaya Manggis. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang. 106 hlm.

Poerwanto, R., D. Efendi, Sobir, dan R. Suhartanto. 2008. Improving

productivity and quality of Indonesian mangosteen. Acta Hort. 769: 285-288.

Poincelot P.R. 1979. Horticulture Principles and Practical Applications.

Departement of Biology Fairfield University, Fairfield Connecticut New Jersey. 652 hlm.

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2007. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman, dan Kestabilan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L). Departemen Pertanian. Jakarta. 17 hlm.

Richards, A.J. 1990. Studies in Garcinia, dioecious tropical forest trees: the origin of the mangosteen (Garcinia mangostana L.). Botanic J of the Lin Soc. 103: 301-308.

Rugayah. 2009. Kegiatan magang perbenihan tanaman hortikultura di

Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. (Laporan Hasil Magang). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. hlm. 30-31.

Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 54 hlm.

Sobir dan R. Poerwanto. 2007. Mangosteen Genetics and Improvement. International Journal of Plant Breeding. 1(2): 105-111.

Sudarsono, P.N., D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II. Yogyakarta: PSOT UGM, Deltomed, Java Plant. 192 hlm.

Syafrudin. 2011. Manggis Tanggamus Kini Diekspor. http://syafrudin52. wordpress.com/2011/12/01/ manggis-tanggamus-kini-diekspor/. diakses pada 08 Juli 2014 pukul 14.06 wib.

(40)

40

Gambar

Gambar
Gambar 1. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Sukadanaham, 2013.
Gambar 2. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Batu Putu, 2013.
Gambar 3. Bentuk daun.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tombol DO IT berfungsi untuk menambahkan G/M code yang belum tertulis dalam satu blok agar sesuai dengan standar penulisan mesin CNC Trainer yaitu N..G..X..Y..Z..F.. pada

INOVASI PRODUK ROTI GORENG ISI KACANG HIJAU (SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI DAGING DARI PROTEIN NABATI) SKRIPSI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kemudian adalah pengisian account pada masing-masing softphone, jika sesuai dengan data base pada asterisk maka user tersebut telah berhasil melakukan registrasi,

Melalui hasil penelitian terlihat bahwa dari ketiga variabel bebas yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat asma pada pasien rawat jalan di RSUD Banjar

Untuk kegiatan pembuktian kualifikasi dimaksud, diminta kepada seluruh peserta pelelangan yang diundang agar mempersiapkan dokumen asli atau dokumen rekaman yang

1 Metoda Pelaksanaan Pekerjaan yang ditawarkan menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan Memenuhi syarat 2 Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak

Please note that the Student Agreement acknowledges that the University must manage its resources efficiently and may change the content and/or method of delivery of programmes,

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan kelas ini, hipotesis yang menyatakan “Diduga dengan menggunakan strategi Peta Konsep mampu Meningkatkan Keaktifan