ABSTRACT
AGRONOMIC EVALUATION OF 114 F1 CASSAVA (
Manihot
esculenta
Crantz) CLONES DERIVED FROM FEMALE
PARENTS OF UJ 3 IN THE RESEARCH STATION OF
BPTP NATAR SOUTH LAMPUNG
By
M. DICKA LAKSMANA
The objective of this study was to evaluate the diversity of 114 F1 clones of cassava (Manihot esculentaCrantz) derived from female parents of UJ 3 at research station of BPTP Natar, Lampung Selatan. The study was conducted from March 2013–March 2014. A total of 114 F1 clones offspring of female parents UJ 3 were evaluated. Clones derived from botanical seeds was harvested from the farmers field in the village Masgar, Sub-District of Tegineneng, District of Pesawaran. The seeds were sown in the land of 300 seeds/m2in November 2012. Subsequently, the clones were transferred to the field in March 2013.
potato skins outer and qualitative character clones F1 offspring female parents UJ 3 shows a narrow diversity in the variable part of the potato skin.
The quantitative character of clones F1 showed high diversity for the variables of number of lobes leaf, petiole length, leaf lobe length, width lobe leaves, plant height, stem
diameter, the tuber distribution, tuber number, fresh weight, and starch content. A wide diversity of qualitative characters may be an indication that the quantitative character also has a wide diversity. The extent of the value of genetic diversity in a qualitative and quantitative character indicates that the character's appearance is supported by genetic factors that exist in each of the clones F1 offspring female parents UJ 3. Ten promising clones based on the width of the lobe leaf, stem diameter, number of tubers, fresh weight and starch content wereTB 17-11, TB 14-5, TB 14-13, TB 14-18, TB 19-6, TB 18-2, TB 18-4, TB 16-15, TB 15-10, TB 18-5
ABSTRAK
EVALUASI KARAKTER AGRONOMI 114 KLON F1 UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) KETURUNAN TETUA
BETINA UJ 3 DI KEBUN PERCOBAAN BPTP NATAR LAMPUNG SELATAN
Oleh
M. DICKA LAKSMANA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman ubi kayu (Manihot
esculentaCrantz) klon F1 keturunan tetua betina UJ 3. Keragaman merupakan
parameter genetik dalam proses mengevaluasi klon. Penelitian dilakukan di
Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan dari bulan Maret 2013 sampai
dengan Maret 2014. Sebanyak 114 klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 dievaluasi
nilai tengah dan keragamannya. Klon-klon tersebut berasal dari biji botani yang
dipanen dari lahan petani di Desa Masgar, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten
Pesawaran. Klon-klon yang ditanam petani tersebut meliputi UJ 3 dan UJ 5.
Benih disemai di lahan 300 biji/m2pada bulan November 2012. Selanjutnya, klon
Klon yang dipindahtanam ke lahan dengan diameter stek berkisar 0,4 cm–0,6 cm
dan tinggi stek berkisar 40 cm–50 cm. Jarak tanam yang digunakan yaitu
100 cm x 50 cm.
Karakter kualitatif klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 menunjukkan keragaman
luas pada variabel warna permukaan atas tangkai daun, permukaan bawah tangkai
daun dan daging ubi memiliki keragaman yang luas sedangkan karakter kualitatif
klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 menunjukkan keragaman sedang pada
variabel warna pucuk daun, batang bagian atas, batang bagian bawah, dan kulit
ubi bagian luar dan karakter kualitatif klon F1 keturunan tetua betina UJ 3
menunjukkan keragaman sempit pada variabel kulit ubi bagian dalam.
Karakter kuantitatif klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 menunjukkan keragaman
yang luas pada variabel jumlah lobus daun, panjang tangkai daun, panjang lobus
daun, lebar lobus daun, tinggi tanaman, diameter batang, diameter penyebaran
ubi, jumlah ubi, bobot basah, dan kadar aci.Keragaman karakter kualitatif yang
luas dapat merupakan indikasi bahwa karakter kuantitatif juga memiliki
keragaman yang luas. Luasnya nilai keragaman genetik dalam suatu karakter
kualitatif dan kuantitatif mengindikasikan bahwa penampilan karakter tersebut
didukung oleh faktor genetik yang ada pada masing-masing klon F1 keturunan
tetua betina UJ 3.Sepuluh klon-klon harapan berdasarkan lebar lobus daun,
diameter batang, jumlah ubi, bobot basah dan kadar aci yaitu TB 17-11, TB 14-5,
TB 14-13, TB 14-18, TB 19-6, TB 18-2, TB 18-4, TB 16-15, TB 15-10, TB 18-5
.
EVALUASI KARAKTER AGRONOMI 114 KLON F1 UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) KETURUNAN TETUA
BETINA UJ 3 DI KEBUN PERCOBAAN BPTP NATAR LAMPUNG SELATAN
Oleh
M. DICKA LAKSMANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EVALUASI KARAKTER AGRONOMI 114 KLON F1 UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) KETURUNAN TETUA
BETINA UJ3 DI KEBUN PERCOBAAN BPTP NATAR LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
M. DICKA LAKSMANA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
iv DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak penanaman klon-klon F1 keturunan tetua betina
UJ 3 ... 14
2. Warna pucuk daun ... 18
3. Warna permukaan atas tangkai daun ... 19
4. Warna batang bagian atas dan bawah ... 19
5. Cara mengukur panjang dan lebar lobus daun. ... 20
6. Warna kulit ubi bagian luar. ... 21
7. Warna kulit ubi bagian dalam. ... 22
8. Warna daging Ubi. ... 22
9. Box and whiskerplot sebaran jumlah lobus daun (JLD) keturunan tetua betina UJ 3. ... 30
10. Box and whiskerplot sebaran panjang tangkai daun (PTD) daun keturunan tetua betina UJ 3. ... 31
11. Box and whiskerplot sebaran Panjang Lobus Daun (PLD) keturunan tetua betina UJ 3. ... 32
12. Box and whiskerplot sebaran lebar lobus daun (LLD) daun keturunan tetua betina UJ 3. ... 32
13. Box and whiskerplot sebaran tinggi tanaman (TT) keturunan tetua betina UJ 3. ... 33
v 15. Box and whiskerplot diameter penyebaran (DPU) keturunan
tetua betina UJ 3. ... 34
16. Box and whiskerplot jumlah umbi (JU) keturunan
tetua betina UJ 3. ... 35
17. Box and whiskerplot bobot basah (BB) keturunan
tetua betina UJ 3 ... 36
18. Box and whiskerplot kadar aci (KA) keturunan tetua betina
iv
1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kerangka Pemikiran... 4
1.4 Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1 Ubi Kayu ... 7
2.1.1 Sistematika Tanaman Ubi Kayu... 7
2.1.2 Morfologi Ubi Kayu... 7
2.1.3 Syarat Tumbuh Ubi Kayu... 9
2.1.4 Manfaat Ubi Kayu... 9
2.2 Tahap-tahap Perakitan Klon Unggul Ubi Kayu... 10
2.3 Pemuliaan Ubi Kayu di Universitas Lampung ... 11
III. BAHAN DAN METODE... 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 13
3.2 Bahan dan Alat... 13
3.3 Metode Penelitian ... 14
3.4 Analisis Lintas ... 15
3.5 Pelaksanaan Penelitian... 16
3.5.1Persiapan Media Tanam dan Pengolahan Lahan ... 16
3.5.2 Penanaman ... 16
v
3.6 Variabel Pengamatan ... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24
4.1 HasilPenelitian ... 24
4.1.1 Karaker Kualitatif ... 24
4.1.2 Karakter Kuantitatif... 29
4.2 Pembahasan... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 49
5.1 Kesimpulan... 49
5.2 Saran ... 50
PUSTAKA ACUAN... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Identitas klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ3 yang berasal dari
Tegineneng, Pesawaran. ... 14
2. Persentase fenotipe parental dan fenotipe rekombinan pada warna pucuk daun, warna permukaan atas tangkai daun, dan warna prmukaan bawah tangkai daun klon-klon F1 keturunan tetua betina
UJ3 ... 26
3. Persentase fenotipe parental dan fenotipe rekombinan pada warna batang bagian atas, warna batang bagian bawah, dan kulit ubi
bagian luar klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ3 ... 28
4. Persentase fenotipe parental dan fenotipe rekombinan pada, warna kulit ubi bagian dalam, dan warna daging ubi klon-klon F1
keturunan tetua betina UJ 3. ... 28
5. Karakter kuantitatif klon F1 keturunan tetua betina UJ 3. ... 29
6. Peringkat 10 klon tertinggi berdasarkan jumlah lobus daun dan
panjang tangkai daun ... 37
7. Peringkat 10 klon tertinggi berdasarkan panjang lobus daun dan
lebar lobus daun. ... 37
8. Peringkat 10 klon tertinggi berdasarkan tinggi tanaman dan diameter
batang. ... 38
9. Peringkat 10 klon tertinggi berdasarkan diameter penyebaran ubi
dan jumlah ubi. ... 38
10. Peringkat 10 klon tertinggi berdasarkan bobot basah dan kadar aci.
... 39
11. Jumlah variabel yang termasuk dalam 10 terbaik.. ... 39
13. Deskripsi klon UJ3. ... 42
14. Identitas warna pucuk, warna tangkai daun atas, warna tangkai daun bawah, Panjang tangkai, panjang lobus daun, lebar daun, jumlah lobos, warna batang atas, warna batang bawah, dan
tinggi tanaman. ... 56
15. Identitas penyebaran ubi, jumlah ubi, bobot basah, warna kulit ubi, bagian dalam, warna kulit ubi bagian luar, warna daging ubi, bobot ubi setelah di kupas, bobot parutan, bobot aci+wadah, diameter batang, bobot nampan, faktor x, berat aci,
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6). Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain (7), dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamuberharap (8).” [QS. Al-Insyirah (94): 6-8]
“Don’t be afraid to move, because the distance of 1000 miles starts by a single step.”(Anonim, 2015)
“Bahagiakanlah kedua orang tua mu semasa mereka hidup dan jangan pernah lupa untuk senantiasa mendoakannya”
Yang Utama Dari Segalanya...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Papa, Mama dan Adik Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Papa dan Mama yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta
dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Papa dan Mama bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Papa dan Mama yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Desember 1992. Penulis adalah
putra pertama dari pasangan Kamaluddin dan Tri Mayeni. Penulis menyelesaikan
pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Al-Azhar 2 Way Halim pada 1998, Sekolah
Dasar (SD) Negeri 1 Sepang Jaya Kedaton pada tahun 2004, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis
melanjutkan studi di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Pengelolaan Kebun Karet pada Semester Genap Tahun 2013/2014 dan Dasar- Dasar
Budidaya Tanaman Ubi dan Kacang pada Semester Ganjil tahun 2014/2015. Penulis
juga pernah aktif dalam UKMF LS-MATA (Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian) dan
menjadi Kepala Bidang Hubungan Masyarakat pada periode kepengurusan 2012/2013
serta aktif dalam PERMA AGT (Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) dan menjadi
Wakil Ketua Umum pada periode 2013-2014.
Pada Juli 2013 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT. Perkebunan
Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu, Desa Kebagusan, Kecamatan
kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Lampung (KKN) di Desa Tulung Kakan,
Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.
i SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan
kerendahan hati, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku pembimbing pertama dan dosen
pengajar yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasehat, dan,
pemikiran yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan pada Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian.
2. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.S., selaku pembimbing kedua dan dosen pengajar
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasehat, dan pemikiran yang
diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian.
3. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku penguji, dosen pengajar yang telah
memberikan saran, nasehat, motivasi, pemikiran, dan bimbingan yang diberikan
selama penulis menyelesaikan pendidikan.
4. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan yang diberikan selama penulis menyelesaikan
ii 5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
7. Kedua orang tua tersayang, Kamaluddin dan Tri Mayeni, Adik M. Iqbal syahputra,
Almarhum Kakek dan Nenek tercinta Syamsuar dan Rukmaini, Paman tercinta, Tri
Andi firdian, Tri Mulyadi (Alm), Tri Yulfadeli, Dhani Santoso, Tante tercinta Tri
Korneli, Tri Masliati, Adik Sepupu tercinta Mutia, Aisyah, Nabil, Annisa,
Al-Ghazali, Yusuf dan seluruh keluarga besar; atas seluruh doa, kasih sayang, cinta,
dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian kepada penulis.
8. Saudara seperjuangan dalam penelitian Vetty Oktari Fratiwy dan Iqbal Lika Astama
atas persaudaraan, kebersamaan, dan bantuannya sehingga dapat diselesaikannya
skripsi ini.
9. Tibor Eka Saputra, S.P, Shinta Anisya S.P, dan Adawiah, S.P yang telah
memberikan masukan serta saran kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 03 Juli 2015 Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) merupakan salah satu tanaman pangan
daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan
jagung. Ubi kayu juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti bahan
baku industri, pakan ternak, dan bioetanol (Purwono dan Heni, 2009).
Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman ubi kayu cukup baik. Kandungan
karbohidrat yang terdapat pada ubi kayu sebesar 34,7 gram/100g dan protein
sebesar 1,2 gram/100g (Soetanto, 2008). Bagian tanaman pada ubi kayu hampir
seluruhnya dapat dimanfaatkan, seperti daun yang dapat dijadikan sebagai pakan
ternak dan sayur, batang yang dapat dijadikan sebagai kayu bakar, pagar, dan
sebagai bahan tanam selanjutnya, biji yang dapat dijadikan minyak, dan ubi yang
dapat diolah menjadi tepung tapioka, gaplek, bioetanol melalui proses fermentasi,
atau pun olahan langsung seperti singkong goreng, singkong rebus, dan keripik
singkong (Sholihin, 2009).
Seiring perkembangan teknologi, ubi kayu sebagai sumber utama pati dapat
dijadikan sebagai bahan dasar pada industri makanan. Pati atau tapioka tersebut
diperoleh melalui pengolahan dalam industri tapioka. Produksi ubi kayu yang
2 tapioka termasuk salah satu industri yang berkembang baik di Lampung. Tercatat
pada Dinas Pertanian Lampung Timur, saat ini terdapat 31 perusahaan industri
tapioka dengan kapasitas 56.927,08 ton (Dinas Pertanian Lampung Timur, 2007).
Indonesia merupakan produsen ubi kayu ke-4 terbesar di dunia. Sekitar 60 persen
produksi ubi kayu dunia diproduksi oleh 5 negara, yaitu Nigeria, Brasil, Thailand,
Indonesia dan Republik Demokrasi Congo. Thailand merupakan suplier terbesar
untuk pasar ubikayu dunia, terhitung sampai dengan 80 persen dari total
perdagangan dunia; Vietnam dan Indonesia berkontribusi sekitar 8 persen; dan
sisanya dipenuhi oleh sebagian kecil negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika
Latin (Asriani, 2011). Oleh karena itu, peningkatan produksi ubi kayu penting
dilakukan melalui program ekstensifikasi ke lahan marginal dengan penggunaan
klon unggul. Menurut Notowijoyo (2005) dan Asriani (2011), klon unggul
memiliki keunggulan pada produksi dan mutu hasil, respon terhadap pemupukan,
toleran terhadap hama penyakit utama, memiliki umur genjah, tahan terhadap
kerebahan, dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim.
Meskipun telah dirakit varietas unggul ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan ubi
kayu dalam negeri, namun proses perakitan varietas unggul ubi kayu di Indonesia
masih tergolong lambat dibandingkan padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, dan ubi jalar (Subandi dkk., 2005). Perakitan klon unggul ubi kayu di
Indonesia pada umumnya dilakukan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan
Ubi (Balitkabi) Malang, Jawa Timur. Klon unggul dapat diperoleh melalui
perakitan secara genetik oleh pemulia tanaman. Klon ubi kayu dirakit melalui
3 karakter agronomi dan seleksi kecambah dan tanaman yang tumbuh dari biji
botani, evaluasi dan seleksi klon, uji daya hasil pendahuluan, dan uji daya hasil
lanjutan (Sithuprama dkk., 1987 ; Soenarjo dkk.,1987).
Seleksi dalam perakitan klon unggul ubi kayu pada umumnya dilakukan pada
generasi F1 (Sithuprama dkk., 1987). Sehingga klon-klon ubi kayu tersebut
secara genetic bersifat sangat heterozigot (Sholihin, 1997). Untuk menjaga
keseragaman dan kestabilan karakter dilakukan perbanyakan secara vegetatif
(stek) pada tahapan seleksi selanjutnya. Tanaman yang menyerbuk silang,
susunan genetik antara satu tanaman dengan tanaman yang lain dalam suatu klon
unggul memiliki perbedaan. Keanekaragaman sifat individu setiap populasi
tanaman tersebut dinamakan keragaman genotipe. Keanekaragaman mempunyai
arti yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan seleksi. Seleksi dapat
dilaksanakan apabila memiliki keragaman genetik luas. Apabila keragaman
sempit maka seleksi tidak dapat dilaksanakan karena populasi tersebut relatif
seragam (Baihaki, 2000 ; Suhartini dan Hadiatmi, 2010). Adanya keragaman
genetik yang luas akan memberikan peluang untuk melakukan seleksi pada
populasi yang bersangkutan (Barmawi, 2007; Putri dkk., 2013).
Keragaman menjadi begitu penting dalam pemuliaan tanaman agar pemulia
mampu bekerja dengan baik untuk menseleksi. Karena itu, besarnya keragaman
genetik merupakan dasar untuk menduga keberhasilan perbaikan genetik di dalam
program pemuliaan tanaman (Rachmadi, 2000 dalam Anisya, 2015; Martono,
2011; Putri dkk., 2013). Keragaman genetik merupakan landasan bagi seorang
4 jika keragaman luas dan tidak efektif jika keragaman sempit (Rachmadi, 2000
dalam Anisya, 2015; Martono, 2011; Putri dkk., 2013).
Penelitian ini berada pada tahap evaluasi karakter agronomi klon, genotipe hasil
introduksi dapat langsung diseleksi dan dibandingkan dengan varietas standar
pada suatu daerah dengan evaluasi karakter agronomi meliputi karakter kualitatif
dan kuantitatif melalui penilaian fenotipe/penampilan suatu genotipe tertentu pada
suatu lingkungan tertentu di tempat mereka tumbuh (Mangoendidjojo, 2003).
Melalui penelitian ini diharapkan setelah dilakukan pengujian dan terbukti galur
introduksi memiliki penampilan lebih baik dibandingkan varietas standar, maka
galur introduksi tersebut sangat berpotensi untuk dilepas sebagai varietas unggul
baru setelah melalui tahap uji daya hasil lanjutan. Berdasarkan latar belakang dan
masalah yang telah diuraikan, maka disusun perumusan masalah yaitu apakah
terdapat keragaman ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) klon F1 keturunan tetua
UJ 3 di kebun percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keragaman ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) klon
F1 keturunan tetua UJ 3 di kebun percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan.
1.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Biro Pusat Statistik pada tahun 2012,Provinsi Lampung merupakan salah
satu daerah pusat terbesar penghasil singkong di Indonesia, akan tetapi produksi
5 2012, luas panen yang ditanami singkong di Provinsi Lampung adalah 324.749 ha
dengan total produksi 8.387.351 ton yang berarti produktivitas lahan sekitar
25.827 ton/ha. Luas lahan yang ditanami singkong dari tahun 2007 sampai 2012
terus meningkat.
Nilai penting dari tanaman ubi kayu ini diperkirakan akan terus meningkat setiap
tahun. Hal ini karena sudah banyak pabrik-pabrik pengolahan ubi kayu yang
mampu mengolah tanaman ubi kayu menjadi produk industri yang semakin
beragam dan memiliki nilai yang tinggi seperti pabrik bioetanol, pakan ternak,
dan tepung tapioka. Peningkatan permintaan terhadap ubi kayu tersebut semakin
besar dan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada petani ubi
kayu. Oleh karena itu, tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang mempunyai
nilai sosial cukup tinggi terutama di Provinsi Lampung karena merupakan salah
satu provinsi penghasil ubi kayu terbesar (Biro Pusat Statistik, 2012).
Faktor utama rendahnya produksi dan produktivitas ubi kayu adalah sedikitnya
penggunaan klon–klon unggul. Oleh karena itu, perlu dilakukan perakitan
varietas unggul baru yang memiliki produksi dan produktivitas yang tinggi yang
mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Teknologi yang mungkin
digunakan ialah menggunakan klon–klon ubi kayu yang unggul untuk merakit
suatu varietas baru yang unggul.
Tahap awal dari perakitan varietas ubi kayu yaitu penanaman benih F1 untuk
mengetahui keragaman pada keturunan yang dihasilkan dari klon-klon tetuanya.
Tahap tersebut diharapkan dapat menghasilkan klon-klon F1 ubi kayu yang
6 persilangan dari tetua-tetua yang memiliki genotipe heterozigot sehingga terjadi
segregasi (Barmawi, 2007; Racmadi, 2000 dalam Anisya, 2015; Putri dkk., 2013).
Keanekaragaman pada populasi tanaman yang akan digunakan mempunyai arti
yang sangat penting untuk menentukan keefektifan suatu seleksi dalam program
pemuliaan tanaman (Barmawi, 2007). Semakin luas ragam genetik suatu populasi
maka semakin besar keefektifan dalam memilih karakteristik yang diinginkan.
Sedangkan apabila keragaman yang sempit, maka seleksi tidak efektif. Dengan
demikian, informasi genetic merupakan hal yang sangat penting untuk
memperoleh klon unggul yang diharapkan (Sumarno dan Zuraida, 2008).
Benih botani yang dikoleksi Unila diantaranya UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik
Urang. Benih tersebut diharapkan memiliki keragaman luas. Dengan demikian,
varietas unggul yang diiinginkan dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
terhadap ubi kayu.
1.4 Hipotesis
Dari perumusan masalah dan kerangka pemikiran, hipotesis yang diajukan adalah
terdapat keragaman yang luas pada ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) klon F1
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Ubi kayu
2.1.1 Sistematika tanaman ubi kayu
Klasifikasi tanaman ubi kayu dapat dilihat sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculentaCrantz
2.1.2 Morfologi tanaman ubi kayu
Ubi kayu memiliki batang yang berkayu, beruas-ruas, dan panjang dengan
ketinggiannya hingga mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi
tergantung dari kulit luar, batang yang masih muda umumnya berwarna hijau, dan
setelah tua berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat
kelabu. Empulur batang berwarna putih, dan strukturnya empuk seperti gabus
(Rukmana, 2000). Ubi kayu mempunyai susunan daun yang berurat menjari dan
8 Tanaman ubi kayu temasuk jenis tanamanmonoeciousdan proses
penyerbukannya dengan cara menyerbuk silang. Ubi kayu cenderung menyerbuk
silang karena bunga betina membuka 10 - 14 hari sebelum bunga jantan
membuka. Meskipun demikian, penyerbukan sendiri dapat terjadi secara alamiah.
Penyerbukan sendiri secara alamiah terjadi jika bunga jantan dan betina dari
tangkai bunga berbeda (dalam satu tanaman) membuka bersamaan (Kawano dkk.,
1978 dalam Poespodarsono, 1992). Penyerbukan biasanya dilakukan oleh
serangga.
Setelah penyerbukan dan fertilisasi, indung telur berkembang menjadi buah.
Buah matang dalam waktu 100 - 135 hari. Buah yang sudah matang berupa
kapsul dengan diameter 1 - 1,5 cm akan pecah secara alamiah ketika kering atau
layu. Biji ubi kayu berbentuk elips dengan panjang sekitar 10 mm. Biji
mempunyai kulit biji (testa) yang rapuh, mudah pecah. Biji berwarna abu-abu,
kecoklatan atau abu-abu tua dengan bintik-bintik gelap (Wargiono dkk., 2009).
Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan. Ubi biasanya memiliki bentuk yang
bulat memanjang, daging ubi memiliki kandungan zat pati, berwarna putih gelap
atau kuning gelap dan tiap tanaman dapat menghasilkan 5 - 10 umbi (Rukmana,
2000).
2.1.3 Syarat tumbuh ubi kayu
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1.500–2.500 mm/tahun.
9 minimal bagi tumbuhnya ubikayu sekitar 10◦C. Jika suhunya < 10◦C ,
pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil
karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang
dibutuhkan bagi tanaman ubikayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan
daun dan perkembangan ubinya.
Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah
dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu
adalah jenis tanah aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol,
dan andosol. Di Indonesia ubi kayu tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi, daerah yang paling baik untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah
daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10 - 700 m dpl (Rukmana, 2000).
2.1.4 Manfaat ubi kayu
Ubi kayu dapat dimanfaatkan menjadi pangan pokok setelah beras dan jagung.
Daun ubikayu dapat diolah sebagai sayuran. Batang dapat digunakan untuk
membuat pagar kebun dan kayu bakar. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi pada saat ini, tanaman ubikayu dapat digunakan sebagai bahan
dasar pada industri makanan, pakan ternak, dan bahan baku pembuatan etanol
dengan produktivitas 2.000–7.000 liter etanol per hektar (Purwono dan Heni,
10 2.2 Tahap-tahap Perakitan Klon Unggul Ubikayu
Tahap-tahap perakitan klon unggul ubi kayu meliputi penciptaan atau perluasan
keragaman genetik populasi awal, evaluasi karakter agronomi dan seleksi
kecambah dan tanaman yang tumbuh dari biji botani, evaluasi dan seleksi klon, uji
daya hasil pendahuluan, dan uji daya hasil lanjutan (Sithuprama dkk., 1987 ;
Soenarjo dkk., 1987). Menurut Ceballos dkk. (2007) klon unggul ubi kayu pada
umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Sebagian besar
menyerbuk silang dan seleksi dilaksanakan pada generasi F1, klon-klon ubikayu
secara genetik bersifat sangat heterozigot.
Suatu populasi tanaman bila diperhatikan dan dicermati, akan terlihat bahwa
setiap individu anggota tanaman memiliki perbedaan antara tanaman yang satu
dengan tanaman lainnya berdasarkan sifat yang dimiliki. Keanekaragaman sifat
individu setiap populasi tanaman tersebut dinamakan keragaman dan proses
mengenali karakter-karakter pada tanaman biasa disebut karakterisasi. Adapun
macam karakter yang diamati dalam karakterisasi, yaitu karakter kualitatif dan
karakter kuantitatif. Kegiatan karakterisasi dalam pemuliaan tanaman adalah
untuk mengetahui karakter-karakter penting yang merupakan penciri dari suatu
varietas atau juga yang bernilai ekonomi (Kurniawan dkk., 2004).
Dalam pemuliaan tanaman, adanya keanekaragaman genotipe pada populasi
tanaman yang akan digunakan mempunyai arti yang sangat penting. Ukuran luas
sempitnya keragaman dinyatakan dengan ragam, yaitu besarnya simpangan dari
nilai rata-rata (Saputra, 2011). Keragaman genetik sangat menentukan
11 dilaksanakan dengan efektif (Barmawi, 2007). Sedangkan apabila keragaman
sempit maka seleksi tidak dapat dilaksanakan karena populasi tersebut relatif
seragam (Baihaki, 2000).
Genotipe introduksi dapat langsung dievaluasi untuk dibandingkan kinerjanya
dengan varietas standar yang berlaku di suatu negara atau daerah. Jika galur
introduksi terbukti berpenampilan lebih baik atau berdaya hasil lebih tinggi
daripada varietas standar, galur introduksi tersebut berpotensi besar untuk dilepas
sebagai varietas unggul baru setelah melalui tahap uji daya hasil lanjutan.
2.3 Pemuliaan Ubi kayu di Universitas Lampung
Sesuai dengan pola ilmiah pokok Universitas Lampung yaitu Pengelolaan Lahan
Kering Berbasis Kearifan Lokal, ubi kayu merupakan komoditas strategis dan
sangat penting di Provinsi Lampung. Berdasarkan pengujian yang dilaksanakan
tahun 2008 yang didanai DIPA Unila, tim peneliti Unila menyimpulkan bahwa
klon Kasetsart memiliki tinggi tanaman lebih tinggi daripada klon Mulyo, tetapi
klon Mulyo menunjukkan hasil ubi yang lebih tinggi daripada hasil ubi per
tanaman varietas Kasetsart (Yuliadi dan Utomo, 2008).
Pemuliaan ubi kayu di lahan ultisol pada tahun 2009 dan hingga tahun 2010
sebanyak 2.035 benih botani berhasil dikoleksi dan juga dilakukan uji daya hasil
terhadap koleksi klon unggul dalam bentuk stek sebanyak 40 klon unggul.
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suminar (2012) terhadap 3 klon (UJ 3, CMM 25-27, dan Malang
12 yang akan diseleksi lanjut sehingga nantinya akan dihasilkan klon unggul baru
yang lebih baik daripada klon ubi kayu yang telah ada. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk melanjutkan dan menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan apakah terdapat keragaman yang luas pada ubi kayu (Manihot
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung
Selatan mulai bulan Maret 2013 sampai dengan Maret 2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit ubi kayu yang telah disemai dari klon F1
keturunan tetua betina UJ 3 (Tabel 1) sebanyak 114 klon. Klon–klon tersebut
berasal dari biji botani yang dipanen dari lahan petani di Desa Masgar,
Kecamatan Tegineneg, Kabupaten Pesawaran. Klon-klon yang ditanam petani
tersebut adalah UJ 3 dan UJ 5. Benih disemai dilahan 300 biji/m2pada bulan
November 2012. Selanjutnya, klon dipindahtanamkan ke lahan Percobaan BPTP
Natar pada bulan Maret 2013. Klon memiliki diameter stek berkisar 0,4–0,6 cm
dan tinggi stek berkisar 40 cm–50 cm. Bahan lain berupa air, pupuk NPK
Mutiara (15:15:15) sebanyak 25 g/tanaman atau 500 kg/ha, tanah,polybag,dan
insektisida Furadan. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spidol,
14 3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini mengevaluasi 114 klon F1 keturunan tetua UJ 3. Tata letak
penanaman klon - klon F1 ditanam berdasarkan asal tetua betina yang sama
(Gambar 1). Tahap evaluasi dilakukan pada karakter kualitatif dan kuantitatif.
Karakter kualitatif yang diamati meliputi warna pucuk daun, warna permukaan
atas tangkai daun, warna permukaan bawah tangkai daun, warna batang bagian
atas, warna batang bagian bawah, warna kulit ubi bagian luar, warna kulit ubi
bagian dalam, dan warna daging ubi. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi
panjang tangkai daun, panjang lobus daun, lebar lobus daun, jumlah lobus daun,
diameter batang, diameter penyebaran ubi, jumlah ubi, bobot ubi per tanaman, dan
kadar aci.
Utara
Keterangan :
: Plot tanaman yang digunakan peneliti : Plot tanaman Peneliti lain
: Plot tanaman Peneliti lain : Stek tetua betina
: Arah mata angin
14 Tabel 1. Identitas klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 yang berasal dari
Tegineneng, Pesawaran.
No. Identitas klon F1 No. Identitas klon F1 No. Identitas klon F1
1 TB 14-1 39 TB 16-14 77 TB 20-8
15 3.4 Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi nilai maksimum, nilai minimum, kisaran (range),
nilai tengah, ragam, simpangan baku (standar deviation), kisaran (Range) dan
persentase untuk karakter warna. Sebaran data suatu karakter ditunjukkan oleh
Box and Whisker Plotdengan menggunakansoftware The SAS System for
Windows9.0.
Rumus:
1. Rata-rata populasi (μ ) = ∑ X (Walpole, 1995). N
2. Kisaran = maksimum-minimum (Walpole, 1995).
i
Kriteria tingkat keragaman fenotipe (KF) karakter kualitatif dinyatakan dalam tiga
kelas, yaitu:
a) Luas, Jika KF≥ 67%
b) Sedang, jika 33%≤ KF < 67%
16 Keragaman karakter kuantitatif dinyatakan luas jika kisaran total lebih besar atau
sama dengan daripada dua kali kisaranya dalambox and whisker plot.
Sebaliknya, keragaman karakter kuantitatif dinyatakan sempit jika kisaran total
lebih kecil dari pada dua kali kisaran dalambox and whisker plot. Fenotipe
parental merupakan fenotipe yang sesuai dengan tetua betina yang ditanam di
lokasi dan musim yang sama, atau berdasarkan penelitian sebelumnya atau
berdasarkan deskripsi varietas. Sedangkan fenotipe rekombinan merupakan
fenotipe yang berbeda (tidak sama) dengan tetua betina, mungkin mirip dengan
tetua jantan, atau merupakan segregasi dariselfingtetua betina yang heterozigot.
Peringkat tertinggi dan terendah klon dapat diperoleh dengan menggunakan
menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Data yang akan diurutkan diblok,
lalu diklik simbol A-Z yang terletak disebelah kanan, pojok bagian atas.
3.5.1 Penyiapan media tanam dan pengolahan lahan
a. Media tanam persemaian
Polybagberukuran 2 kg diisi dengan tanah yang gembur.
b. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan cangkul.
Lahan yang digunakan untuk pindah tanam seluas 80 m2.
3.5.2 Penanaman
Pada saat penyemaian, masing-masing polibag ditanam satu benih dengan
kedalaman 2 cm, kemudian di sekitar lubang tanam ditaburi insektisida Furadan
17 (hst), stek yang berdiameter 0,4 cm–0,6 cm dipindahtanam ke lahan yang telah
disiapkan dengan jarak tanam 100 cm x 50 cm.
3.5.3 Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan berdasarkan curah hujan. Pupuk NPK Mutiara (15:15:15)
diberikan sebanyak 25 g/tanaman saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam
(mst). Pembersihan gulma dilakukan secara manual (pencabutan) saat tanaman di
polybagdan dengan menggunakan arit atau cangkul pada saat di lahan.
Pemeliharaan dilakukan sampai tanaman berumur 36 mst.
3.6 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap variabel vegetatif pada 30 mst dengan jumlah
yang diamati sebanyak 114 klon tanaman dan generatif pada 36 mst dengan
jumlah sampel sebanyak 39 klon tanaman. Variabel vegetatif yang diamati
meliputi tinggi tanaman, warna pucuk daun, warna permukaan atas tangkai daun,
warna permukaan bawah tangkai daun, panjang tangkai daun, panjang lobus daun,
lebar lobus daun, jumlah lobus daun, diameter batang, warna batang bagian atas,
dan warna batang bagian bawah. Variabel generatif yang diamati meliputi
sebaran ubi, jumlah ubi, warna kulit ubi bagian luar, warna kulit ubi bagian dalam,
warna daging ubi, bobot ubi per tanaman, dan kadar aci. Pengamatan mengikuti
panduan karakterisasi ubi kayu.
1. Warna pucuk daun
Pengamatan dilakukan dengan melihat warna pucuk daun dan disesuaikan
18 muda, hijau, hijau kecoklatan, coklat muda, coklat, dan merah (Gambar 2)
(Fukuda dkk., 2010).
2. Warna permukaan atas tangkai daun
Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan atas tangkai daun
yang ke-10 dari pucuk dan disesuaikan dengan pilihan warna yang ada pada
prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu merah, merah kehijauan, hijau
kemerahan, dan hijau (Gambar 3) (Fukuda dkk., 2010).
3. Warna permukaan bawah tangkai daun
Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan bawah tangkai daun
yang ke-10 dan disesuaikan dengan pilihan pada prosedur karakterisasi ubi
kayu yaitu merah, merah kehijauan, hijau kemerahan, dan hijau (Fukuda dkk.,
2010).
Hijau muda Hijau Hijau kecoklatan
Coklat muda Coklat Merah
19
Gambar 3. Warna permukaan atas tangkai daun
4. Warna batang bagian atas
Pengamatan warna batang bagian atas dilakukan dengan melihat batang yang
terletak 10 cm dari pucuk dan disesuaikan dengan pilihan warna pada prosedur
karakterisasi ubi kayu. Pilihan warnanya adalah hijau, hijau tua, merah,
gading,
hijau kemerahan, dan abu-abu (Gambar 4) (Fukuda dkk., 2010).
5. Warna batang bagian bawah
Pengamatan warna batang bagian bawah dilakukan dengan melihat bagian
batang yang terletak 10 cm dari permukaan tanah bawah dan disesuaikan
dengan pilihan warnanya yaitu, hijau, hijau tua, merah, gading, hijau
kemerahan, dan abu-abu (Gambar 4) (Fukuda dkk., 2010).
1 2 3 4
20 6. Tinggi tanaman
Tinggi diukur dari permukaan tanah sampai pucuk daun (Fukuda dkk., 2010).
7. Rata-rata diameter batang
Pengukuran diameter batang dilakukan pada batang bagian tengah, kira-kira
50% dari tinggi tanaman. Pengukuran diameter batang dilakukan
menggunakan alat jangka sorong (Fukuda dkk., 2010).
8. Panjang tangkai daun
Pengukuran panjang tangkai daun dilakukan dari pangkal hingga ujung
tangkai daun. Tangkai daun yang dipilih terletak di bagian tengah tanaman
ubi kayu pada daun yang ke-10 (Fukuda dkk., 2010).
9. Panjang lobus daun
Pengukuran panjang lobus daun dimulai dari pangkal lobus daun sampai
dengan ujung lobus daun. Lobus yang diamati yaitu lobus yang terletak di
tengah pada daun yang ke-10 dari pucuk (Gambar 5) (Fukuda dkk., 2010).
10. Lebar lobus daun
Pengukuran lebar lobus daun dilakukan dengan mempertemukan ujung lobus
daun dengan pangkal lobus daun sehingga diperoleh garis tengah pada daun
yang berada di tengah pada daun yang ke-10, kemudian diukur menggunakan
penggaris (Gambar 5) (Fukuda dkk., 2010).
Gambar 5. Cara mengukur panjang dan lebar lobus daun. Panjang lobus daun
21 11. Jumlah lobus daun
Pengukuran jumlah lobus daun dilakukan dengan menghitung daun yang
menjari pada satu tangkai daun yang telah dilakukan pengamatan (Fukuda
dkk., 2010).
12. Diameter penyebaran ubi
Pengamatan dilakukan pada 39 tanaman. Pengukuran diameter sebaran ubi
merupakan jarak terjauh dari ujung-ujung ubi. Diukur dengan menggunakan
meteran.
13. Jumlah ubi
Pengamatan dilakukan pada 39 tanaman. Pengukuran jumlah ubi dilakukan
dengan menghitung jumlah ubi per tanaman.
14. Warna kulit ubi bagian luar
Pengamatan dilakukan pada 39 tanaman contoh dari masing-masing klon
dengan dilihat warna kulit ubi bagian luar dari setiap tanaman dan disesuaikan
pada pilihan prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 6) (Fukuda dkk., 2010).
15. Warna kulit ubi bagian dalam
Pengamatan dilakukan pada 38 tanaman contoh dari masing-masing klon
dengan mengelupas kulit ubi bagian luar, setelah itu dilihat warna kulit ubi Keterangan
1. Coklat
2. Coklat muda
1 2
22 bagian dalam dari setiap tanaman dan disesuaikan dengan pilihan warna pada
prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 7) (Fukuda dkk., 2010).
16. Warna daging ubi
Pengamatan dilakukan pada 39 tanaman contoh dengan mengupas kulit ubi
bagian dalam, dan dilihat warna daging ubi kemudian disesuaikan dengan
pilihan warna (Gambar 8) (Fukuda dkk., 2010).
17. Bobot ubi per tanaman
Ubi ditimbang dari setiap tanaman pada 49 tanaman contoh dari
masing-masing klon yang sudah dibersihkan tanahnya dan dinyatakan dalam gram
(Fukuda dkk., 2010).
18. Kadar aci
Menurut Sunyoto (2013) dalam perhitungan kadar aci, langkah-langkah yang
harus dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan semua peralatan diantaranya mesin parutan, pisau, timbanagn
listrik nampan, dan baskom.
putih kuning
Rose muda Rose
Putih
Kuning
Gambar 7. Warna kulit ubi bagian dalam
23 2. Menyiapkan ubi kayu yang akan diukur kadar acinya per tanaman yang
telah dipanen .
3. Mengupas kulit ubi kayu dengan pisau, kemudian dicuci dan ditimbang,
misalnya: X gram.
4. Melakukan pemarutan dengan mesin parutan. Apabila ada sisa bahan
yang tidak terparut, maka bahan ini sebagai “koreksi” yaitu bobot kupasan
dikurangi bahan yang tidak terparut, misal: Y gram.
5. Hasil parutan ditambahkan air dan diperas, dibilas 3 kali.
6. Menimbang wadah nampan dan mencatat beratnya, misal: A gram. Hasil
perasan ditampung dalam wadah nampan.
7. Mengendapkan perasan dengan meletakkan di tempat yang teduh.
8. Membuang air yang bukan endapan dan melalakukan pengontrolan selama
7 hari endapan dikerngkan dengan cara dijemur.
9. Meniimbang wadah beserta acinya, misal: B gram.
10. Menghitung kadar aci dari persentase hasil aci yang diperoleh. Dengan
rumus sebagai berikut: B: Berat wadah beserta acinya C: Berat aci
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1. Karakter kualitatif klon F1 keturunan tetua betina UJ 3 pada warna
permukaan atas tangkai daun, permukaan bawah tangkai daun, dan daging ubi
memiliki keragaman luas dengan persentase fenotipe rekombinan
berturut-turut sebesar 71,9%; 72,8%; dan 100,0%. Variabel warna pucuk daun, batang
bagian atas, batang bagian bawah, dan kulit ubi bagian luar memiliki
keragaman sedang dengan persentase fenotipe rekombinan berturut-turut
sebesar 51,8%; 33,3%; 40,4%; dan 38,5%. Pada warna kulit ubi bagian
dalam memiliki keragaman sempit dengan persentase fenotipe rekombinan
sebesar 12,8%.
2. Karakter kuantitatif terhadap klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ 3,
menunjukkan keragaman yang luas untuk jumlah lobus daun, panjang tangkai
daun, panjang lobus daun, tinggi tanaman,diameter batang, lebar lobus daun,
jumlah ubi, diameter penyebaran ubi, bobot basah, kadar aci.
3. Berdasarkan lebar lobus daun, diameter batang, jumlah ubi, bobot basah dan
kadar aci dipilih 10 klon harapan yaitu TB 17-11, TB 5, TB 13, TB
50 5.2 Saran
Untuk meningkatkan produksi usaha tani ubi kayu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terhadap klon-klon pilihan berdasarkan karakter vegetatif dengan
menambahkan karakterisasi tentang indeks panen, kadar HCN, dan ketahanan
51
PUSTAKA ACUAN
Aldiansyah. 2012. Evaluasi karakter vegetatif klon-klon ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) di Natar Lampung Selatan. Skripsi. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. 101 hlm.
Anggarini, S. A. 2011. Pemuliaan Tanaman. http://blog.ub.ac.id. Diaksespada10 November 2013.
Anisya, J. 2015. Pendugaan Parameter GenetikKarakterKetahanandan AgronomiKedelai (Glycine Max[L.]Merrill) Generasi F3
yangTerinfeksiSoybean Mosaic Virus. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 51 hlm.
Asriani, P.S. 2011. Analisis Daya Saing Ekspor Ubikayu Indonesia.
J. Agroland. 18 (1) : 65 - 70
Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan. Bandung: Diktat UniversitasPadjajaran. 91 hlm.
BB-Biogen. 2011. PanduanKarakterisasiUbikayu (Manihot esculenta Crantz). www.biogen.litbang.deptan.go.id. Bogor. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013.
Balitkabi. 2011. Deskripsi Varietas Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 180 hlm.
Balitkabi2. 2011. Deskriptor tanaman ubikayu. www.balitkabi.litbang.deptan.id. Diakses bulan September 2013.
Balittan. 2011. Jenis Tanah di Lampung. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada Agustus 2013.
Barmawi, M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai terhadap cowpea mild mottle virus populasiWilis x Malang2521.
52 Bigcassava.com. 2007. Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas
Darul Hidayah Sebagai Upaya Meningkatkan Tarap Kehidupan Ekonomi Petani, Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku
Biofuel. http://www.bigcassava.com. Diakses pada Agustus 2013.
BeMiller, JW and RL. Whistler. 2009. Starch :Chemistry and Technology. Food Science and Technology, International Series. ISBN 978-0-12-746275-2. http://books.google.co.id/books. Diakses 19 April 2015.
BPS. 2012. Produksi singkong di Indonesia. www.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga. 438 hlm.
Ceballos, H., J. C. Perez, F. Calle, G. Jaramillo, J. I. Lenis, N. Morante, and J. Lopez. 2007. A New Evaluation Scheme For Cassava Breeding At CIAT. In Proceedings 7thRegional Workshop held in Bangkok,
Thailand. www.ciat.cgiar.org. Diakses bulan Juni 2012. Hlm.125-135.
Dinas Pertanian lampung Timur. 2007. Pengolahan Tepung Tapioka. Sipuk-Bank Sentral Republik Indonesia.
Fukuda, W. M. G., C. L. Guevara, R. Kawuki, and M. E. Ferguson. 2010. Selected Morphological and Agronomic Descriptors for The Characterization of Cassava.International Institute of Tropical Agriculture(IITA), Ibadan, Nigeria. Nigeria. www.iita.org. Diakses pada 10 November 2011. Hlm. 1 - 19.
Kurniawan, H., I.H. Somantri, T. S. Silitonga, S. G. Budiarti, Hadiatmi, Asadi, S.A Rais, N. Zuraida, T. Suhartini, N. Dewi, M. Setyowati. 2004.
Katalog Data Paspor Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Bogor: BB-Biogen. 265 hlm.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta: RinekaCipta. 77 hlm.
Mangoendidjojo, W. 2003.Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 182 hlm.
Martono, B. 2011. Keragaman Genetik, Heritabilitas dan Korelasi antar Karakter kuantitatif Nilam (Pogestemon sp.) Hasil Fusi Protoplas. Jurnal Litri.
53 Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan Sifat-Sifat Utama
Pada Seleksi Lanjut Klon-Klon Ubikayu. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Bogor: Balittan. Hlm. 11 - 15.
Noerwijati, K. 2012. Keragaan Klon-Klon Ubi Kayu Dengan Potensi Hasil Umbi dan Pati Tinggi Sebagai Bahan Baku Industri. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang. 9 hlm.
Notowijoyo, S.I.T. 2005. Kamus Pertanian. Semarang: CV Aneka Ilmu. 514 hlm
Poespodarsono, S. 1992. Pemuliaan ubi kayu. Dalam A. Kasno, M. Dahlan, dan Hasnam. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia Komda Jawa Timur. 27-28 Agustus 1991 di Malang, Jawa Timur. Hlm. 69 - 78.
Purwono dan Heni. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Depok: Penebar Swadaya. 139 hlm.
Putri, D.I. 2012. Evaluasi Karakter Agronomi Klon-klon F1 Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. 52 hlm.
Putri, D.I., Sunyoto, E. Yuliadi., dan S. D. Utomo 2013. Keragaman Karakter Agronomi Klon-Klon F1 Ubikayu (Manihot esculentaCrantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, dan MentikUrang. J. Agrotek Tropika.
1(1): 1–7.
Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif.
Universitas Padjajaran: Bandung. 159 hlm.
Reny, H., B. S. Purwoko dan I. S. Dewi. 2009. Keragaman Genetik dan Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-Sifat Tipe Baru Hasil Kultur Antera. J. Agron. Indonesia. 37 (2): 87 -94.
Rostini, N., Y Giametri, S. Amien. 2006. Korelasi Hasil dan Komponen Hasil dengan Kualitas Hasil pada 100 Genotip Nenas (Ananas
comosus[L.])Merr.) dari Beberapa Seri Persilangan Generasi F1. Zuriat.
2 (XVII):103-113.
54 Saputra, A. 2011. Keragamaan, heritabilitas, dan kemajuan seleksi kacang
panjang (Vigna sinensisVar. Sesquipedalis[L.] Koern.) populasi F4 keturunan persilangan testa coklat x coklat putih. Skripsi. Program Studi Agronomi, Jurusan BDP Unila. Bandar Lampung. 77 hlm.
Sholihin. 1997. Pembentukan Populasi F1 pada Tanaman Ubikayu Sebagai Unit Seleksi Klon Unggul. Edisi Khusus Balitkabi. (9). 371–380.
Sholihin. 2009. Genotypes X Environment Interaction for Starch Yield in Nine Month Old Cassava Promising Clones. Balitkabi : Indonesian Journal of Agricultural Science. 10 (1): 12-18.
Simatupang, D. 2012. Evaluasi Karakter Generatif Klon-klon UbiKayu (Manihot esculentaCrantz) Di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.
Sinthuprama, S. C. Tiraporn, dan W. Watananonta. 1987. Cassava Breeding in Thailand. Proceedings of a Regional Workshop Held in Rayong.CIAT. Hlm. 9-19.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta. 412 hlm.
Soenarjo, R., S. Poespodarsono, dan J. H. Nugroho. 1987. Cassava Breeding In Indonesia. Proceedings of a Regional Workshop Held in Rayong: CIAT. Hlm. 27-33.
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh, L. J. Santoso. 2005. Inovasi Teknologi Produksi Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan.Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 14 hlm
Suhartini, T. dan Hadiatmi. 2010. Keragaman Karakter Morfologi Tanaman Ganyong. Buletin Plasma Nutfah. 16 (2) : 118–125.
Suminar, R. 2012. Keragaman Karakter Agronomi Klon-klon F1 Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, dan Malang 6. Skripsi. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian Unila. Bandar Lampung. 95 hlm.
Suryadi, Luthfy, K. Yenni, dan Gunawan. 2004. Karakterisasi dan deskripsi plasma nutfah tomat lokal dan inrtoduksi. Buletin plasma Nutfah.
10(1) : 72-75
Wargiono, J., Sholihin, T. Sundari, dan Kartika. 2009. Ubikayu Inovasi
55 Yuliadi, E. dan S. D. Utomo. 2008. Pengujian Dua Varietas Ubikayu (Manihot
utilissimaPohl atauManihot esculentaCrantz) pada Dua Kepadatan Populasi Tanam yang Berbeda dalam Pola Tanam Tumpang Sari dengan Jagung. Laporan Akhir Penelitian yang dibiayai DIPA PNB Universitas
LampungNo.481/H.26/KU/2008.