• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Siklus Menstraasi dan Berat Badan pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Helvetia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Siklus Menstraasi dan Berat Badan pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Helvetia Medan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH: TARI LISTIORINI

101101106

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

(2)
(3)

Tahun Akademik : 2013/2014

ABSTRAK

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Terdapat sediaan kombinasi (Cyclofem) dan long action progestin atau Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA). Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya siklus menstruasi juga terdapat gangguan haid seperti amenorrhea, menoragia, metroragia dan spotting, dan peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan siklus menstruasi dan perubahan berat badan yang terjadi pada akseptor kb suntik. Penelitian dilakukan dengan design deskriptif komparatif, dengan tehnik pengambilan sampel total sampling sebanyak 34 orang menggunakan kuesioner pada maret-april 2014 dan uji t-Independent. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden kb suntik 1 bulan tidak mengalami perubahan siklus menstruasi 12 responden (70,6%) dan mengalami perubahan berat badan 10 responden (58,8%) kemudian mayoritas kb suntik 3 bulan mayoritas mengalami perubahan siklus menstruasi 15 responden (88,2%) dan perubahan berat badan 13 responden (76,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan perubahan siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan (p=0,000),kemudian diperoleh tidak ada perbedaan perubahan berat badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan (p=0,285). Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu ada perbedaan perubahan siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan, kemudian tidak ada perbedaan perubahan berat badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan. Saran penelitian sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kb suntik dan menjelaskan efek samping dari kb suntik.

Kata kunci: Kb suntik, Menstruasi, Berat-badan.

(4)

Department : Science of Nursing Academic Year : 2013/2014

ABSTRACT

One of popular contraception in Indonesia is Injectable Contraception. It's provided supply of combination (Cyclofem) and long action progestin or Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA). The minus of injectable contraception is the disturbance on menstruation cycle and another menstruation disturbance like amenorrhea, menoragia, metroragia, spotting, and the increase of body weight. The purpose of this research is to know difference of the change in menstruation cycle and the change in body weight of injectable contraception acceptor. This research is conducted by comparative descriptive design. The technique of sampling is total sampling with the number of sample is 34 persons using questionnaires on March-April 2014 and t-independent test. The result of this research shows that from the respondents of one month-injectable contraception, there are 12 respondents (70.6%) who don't experience any change in menstruation cycle and 10 respondents (58.8%) experience the change in body weight. Then from the respondents of three months-injectable contraception, there are 15 respondents (88.2%) who experience the change in menstruation cycle and 13 respondents (76.5%) experience the change in body weight. From the result of statistic test it is obtained that there is difference between the change in menstruation cycle which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception (p=0.000), no difference between the change in body weight which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception (p=0.285). The conclusion of this research is there is difference between the change in menstruation cycle which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception, and there's no difference between the change in body weight which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception. It is suggested to the health workers to increase the service of injected contraception and explain the negative effect of injectable contraception.

Keywords: Injected contraception, Menstruation, Body weight

(5)

atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Adapun judul skripsi ini

yaitu “PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN”.

Penyusunan skripsi penelitian ini penulis telah banyak memperoleh

bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asiah, S.Kep. Ns. M.Biomed Selaku dosen pembimbing skripsi

penelitian yang telah sabar membimbing dan telah banyak memberikan

masukan dan nasehat pada penulis.

3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed penguji I yang telah memberikan masukan

dan saran demi perbaikan skripsi penulis.

4. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi penulis.

5. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua saya Imran

Yatim S.P dan Efrita serta abang Jolli Imrianto S.T, kak Yesi Imriana S.Pd

dan orang teristimewa Ferdiansyah S.Komyang penulis cintai yang telah

(6)

Cristine, Mekar Hasianna, Tri Putri Rizky beserta AnindiahWidyaningrum.

7. Teman sedoping Priskawati, Ivan dan Sartina yang telah banyak membantu

saya dalam mengejakan skripsi penelitian ini.

8. Seluruh staf dan dosen Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi penelitian

ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, 12 Juli 2014 Penulis

Tari Listiorini 101101106

(7)

Abstrak ... iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi ... 6

2.1.1. Defenisi ... 6

2.1.2. Macam-macam Kontrasepsi ... 6

2.2. Kontrasepsi Suntikan... 8

2.2.1. Efektivitas Kontrasepsi Suntikan... 9

2.2.2. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan ... 9

2.2.3. Kerugian Kontrasepsi Suntikan ... 10

2.2.4. Indikasi Kontrasepsi Suntikan ... 10

2.2.5. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik ... 11

2.2.6. Waktu pemberian kontrasepsi suntik ... 11

2.2.7. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntikan... 12

2.2.8. Efek Samping Kontrasepsi Suntik ... 12

2.3. Menstruasi ... 13

2.3.1. Definisi Menstruasi ... 13

2.3.2. Siklus Menstruasi ... 14

2.3.3. Mekanisme Menstruasi ... 14

2.3.4. Gangguan Menstruasi ... 16

2.3.5. Mekanisme KB Suntik DMPA terhadap Perubahan SiklusMenstruasi ... 17

2.4. Berat Badan ... 19

2.4.1. Definisi ... 19

2.4.2. Pengukuran Berat Badan ... 19

2.4.3. Mekanisme KB Suntik DMPA pada Perubahan Berat Badan ... 20

(8)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

4.7. Prosedur Pengumpulan Data... 27

4.8. Analisis Data ... 28

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.2. Pembahasan ... 36

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesmpulan ... 41

6.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN

Lembar Penjelasan Kepada Responden Lembar Persetujuan Menjadi Responden Instrumen Penelitian

Jadwal Penelitian Hasil Analisa Data

(9)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik

Responden ... 31

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Sebelum danSesudah Menggunakan

Kb Suntik 1 Bulan ... 32

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Sebelum dan Sesudah Menggunakan

Kb Suntik 3 Bulan ... 33

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perubahan Berat Badan Setelah Menggunakan Kb Suntik 1 Bulan dan 3 bulan ... 33

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang

dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan ... 34

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang

dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan ... 34

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan

dan 3 Bulan ... 35

Tabel 5.8 Perbedaan Siklus Menstruasi Akseptor KB Suntik 1 Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan (n=17) di Puskesmas Helvetia

Medan ... 35

Tabel 5.9 Perbedaan Perubahan Berat Badan Akseptor KB Suntik 1 Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan (n=17)

di Puskesmas Helvetia Medan ... 36

(10)
(11)

iii

Judul : Perubahan Siklus Menstraasi dan Berat Badan pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Helvetia Medan

Penulis : Tari Listiorini

NIM : 101101106

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

ABSTRAK

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Terdapat sediaan kombinasi (Cyclofem) dan long action progestin atau Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA). Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya siklus menstruasi juga terdapat gangguan haid seperti amenorrhea, menoragia, metroragia dan spotting, dan peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan siklus menstruasi dan perubahan berat badan yang terjadi pada akseptor kb suntik. Penelitian dilakukan dengan design deskriptif komparatif, dengan tehnik pengambilan sampel total sampling sebanyak 34 orang menggunakan kuesioner pada maret-april 2014 dan uji t-Independent. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden kb suntik 1 bulan tidak mengalami perubahan siklus menstruasi 12 responden (70,6%) dan mengalami perubahan berat badan 10 responden (58,8%) kemudian mayoritas kb suntik 3 bulan mayoritas mengalami perubahan siklus menstruasi 15 responden (88,2%) dan perubahan berat badan 13 responden (76,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan perubahan siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan (p=0,000),kemudian diperoleh tidak ada perbedaan perubahan berat badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan (p=0,285). Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu ada perbedaan perubahan siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan, kemudian tidak ada perbedaan perubahan berat badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan. Saran penelitian sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kb suntik dan menjelaskan efek samping dari kb suntik.

(12)

iv

Title : Changes in Menstruation Cycle and Body Weight on Acceptors of Injectable Contraception in Puskesmas of Helvetia Medan

Writer : Tari Listiorini Student Number : 101101106

Department : Science of Nursing Academic Year : 2013/2014

ABSTRACT

One of popular contraception in Indonesia is Injectable Contraception. It's provided supply of combination (Cyclofem) and long action progestin or Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA). The minus of injectable contraception is the disturbance on menstruation cycle and another menstruation disturbance like amenorrhea, menoragia, metroragia, spotting, and the increase of body weight. The purpose of this research is to know difference of the change in menstruation cycle and the change in body weight of injectable contraception acceptor. This research is conducted by comparative descriptive design. The technique of sampling is total sampling with the number of sample is 34 persons using questionnaires on March-April 2014 and t-independent test. The result of this research shows that from the respondents of one month-injectable contraception, there are 12 respondents (70.6%) who don't experience any change in menstruation cycle and 10 respondents (58.8%) experience the change in body weight. Then from the respondents of three months-injectable contraception, there are 15 respondents (88.2%) who experience the change in menstruation cycle and 13 respondents (76.5%) experience the change in body weight. From the result of statistic test it is obtained that there is difference between the change in menstruation cycle which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception (p=0.000), no difference between the change in body weight which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception (p=0.285). The conclusion of this research is there is difference between the change in menstruation cycle which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception, and there's no difference between the change in body weight which occurs between acceptors of one month-injectable contraception and acceptors of three months-injectable contraception. It is suggested to the health workers to increase the service of injected contraception and explain the negative effect of injectable contraception.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang,

seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan

laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan

serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana

(KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga

Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan

juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2004).

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui

demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan

salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita

harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya

jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin

tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan Nasional KB, kesehatan

individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.

(14)

kontrasepsi yang merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Seperti

yang kita ketahui ada beberapa metode kontrasepsi seperti metode sederhana,

kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi mantap (BKKBN,2004).

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi

suntik. Terdapat dua jenis suntikan yakni sediaan kombinasi dan long action

progestin. Kontrasepsi suntikan progestin ( long action progestin) terdiri dari dua

jenis Depo Medroksi Enatat (Depo Noristat) dan Depo Medroxi Progesteron

Asetat (DMPA). Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya

adalah amenorrhea, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya

kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan

(Saifuddin, 2006).

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun

2007, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa, terbanyak keempat

di dunia. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 250 juta penduduk (BKKBN). Dari

segi pemakaian jumlah kontrasepsi, terdapat pengguna kontrasepsi Suntikan

57,12%, Pil24,67%, IUD/AKDR/Spiral 10,46%, Sterilisasi wanita 4,86%,

AKBK/inplant/susuk 2,78%, Kondom 2,19%, Pantang berkala/kalender 0,78%,

Sanggama terputus 0,47%, kontrasepsi lain 0,59% (BPS, 2013).

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada tahun 2013 di

Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 16.243 yang terdiri dari : Kontrasepsi

Suntikan 5255 peserta, IUD 2310 peserta, pil 4577 peserta, kondom 1242 peserta,

(15)

sebanyak 1468 peserta, Implant sebanyak 1324 peserta (Puskesmas Helvetia,

2013).

Ekawati pada tahun 2010 telah melakukan penelitian mengenai “Pengaruh

KB Suntik DMPA Terhadap Peningkatan Berat Badan di BPS Siti Syamsiyah

Wonokarto Wonogiri”. Disimpulkan akseptor KB DMPA lebih berisiko

mengalami kenaikan berat badan dan KB DMPA bukan faktor utama yang

menyebabkan kenaikan berat badan. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian case controldan analisa old ratio cochran dan mantel haenszel.

Kemudian dilakukan juga penelitian oleh Sumardiani yaitu: “Perubahan Pola

Mentruasi Pada 9 Bulan Pertama Akseptor KB Suntik DMPA”. Disimpulkan

akseptor KB DMPA mengalami perubahan pola menstruasi. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian total sampling dengan analisa univariat.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

“Perbedaan perubahan siklus menstruasi dan perubahan berat badan pada

akseptorKB suntik di Puskesmas Helvetia Medan”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat

drumuskan masalah penelitian “Apakah terjadi perbedaan perubahan siklus

(16)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan perubahan siklus menstruasi dan perubahan berat

badan yang terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan

kontrasepsi 3 bulan

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui perubahan siklus menstruasi pada akseptor

kontrasepsi suntik 1 bulan dalam 1 tahun pertama.

b. Untuk mengetahui perubahan siklus menstruasi pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dalam 1 tahun pertama.

c. Untuk mengetahui perubahan berat badan pada akseptor kontrasepsi

suntik 1 bulan dalam 1 tahun pertama.

d. Untuk mengetahui perubahan berat badan pada akseptor kontrasepsi

suntik 3 bulan dalam 1 tahun pertama.

e. Untuk mengetahui perbedaan siklus menstruasi pada akseptor

kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan.

f. Untuk mengetahui perbedaan berat badan pada akseptor kontrasepsi

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Petugas Kesehatan.

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka

meningkatkan pelayanan KB sehingga masyarakat dapat memilih metode

kontrasepsi yang sesuai.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan.

Sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam kegiatan proses

belajar dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

1.4.3. Bagi Bidang Penelitian.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar atau bahan

perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan menjadi

(18)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi

2.1.1. Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan (BKKBN,2002). Kontrasepsi suntikan adalah

kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di

daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2000).

2.1.2. Macam-macam Kontrasepsi

Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara

lain; a.Metode kontrasepsi sederhana yang meliputi; (1) Metode kalender, metode

ini didasarkan pada suatu perhitungan yangdiperoleh dari informasi yang

dikumpulkan dari sejumlahmenstruasi secara berurutan. Untuk mengidentifikasi

hari subur,dilakukan pencatatan waktu ovulasi dari data haid selama 6-12 bulan

terakhir untuk menjamin efektivitas maksimum (Hartanto,2010); (2) Metode

Amenorea Laktasi (MAL), merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian

ASI secara eksklusif yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi bila menyusui

secara penuh, selama klien belum mendapat haiddan waktunya kurang dari enam

bulan pasca persalinan.Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila

menyusui lebihdari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per

laktasi (Saroha, 2009); (3) Metode suhu tubuh, saat ovulasi peningkatan

(19)

0,2°C-0,5°C.peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadiovulasi. Selama

3 hari berikutnya (memperhitungkan waktuekstra dalam masa hidup sel telur)

diperlukan pantangberhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir

masasubur bukan awalnya (Hartanto,2010); (4) Sanggama terputus (koitus

interuptus) adalah metode keluarga berencanatradisional, dimana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis)dari vagina sebelum pria mencapai

ejakulasi. Efektifitasbergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan

sengamaterputus setiap pelaksanaanya (angka kegagalan 16-23 kehamilanper 100

perempuan) (Hartanto,2010).

b. Metode barrier, metode ini meliputi; (1) Kondom yang merupakan selubung

atau sarung karet yang dapatdibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),

plastik(vinil), atau bahan kulit (dari membran usus biri-biri) yang dipasang

padapenis saat berhubungan seksual. Menghalangi masuknya sperma ke dalam

genitalia interna wanita. Kondom tidak hanya mencegahkehamilan tetapi juga

mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (Hartanto,2010); (2) Diafragma adalah kap

berbentuk bulat cembung, terbuatdari lateks (karet) yang di insersikan ke dalam

vagina sebelumberhubungan seksual dan menutup serviks (Hartanto,2010); (3)

Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakanuntuk menonaktifkan

atau membunuh sperma. Dikemas dalambentuk aerosol (busa), tablet vaginal

suppositoria, ataudissolvable film, dan dalam bentuk krim(Saifuddin, 2006).

c. Metode Kontrasepsi Modern, menurut Saifuddin (2006) meliputi; (1)

Kontrasepsi pil, merupakan jenis kontasepsi oral yang harusdiminum setiap hari

(20)

Terdapat dua macam yaitukontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil

kombinasi yangmengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi

pilprogestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung hormon

progesteron; (2) Konrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisihormon

jenis progesteron levonogestrol yang ditanamkandibawah kulit, yang bekerja

mengurangi transportasi sperma; (3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)adalah alat kontrasepsi yangdimasukkan dalam rongga rahim wanita yang

bekerjamenghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii; (4) Kontrasepsi Mantap

(KONTAP) adalah suatu cara permanen baikpada pria dan pada wanita, dilakukan

dengan tindakan mengoklusi tuba falopi (mengikat atau memasang cincin),

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (tubektomi) atau

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan okulasi vasa

defensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak

terjadi (vasektomi); (5) Kontrasepsi Suntikanadalah kontrasepsi yang

diberikandengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah ototpantat

(gluteus maximus).

2.2.Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan ialah jenis kontrasepsi yang paling banyak

digunakan. Jenis kontrasepsi suntikan yang berdaya kerja lama tetapi masih

banyak digunakan yaitu: DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat) atau Depo

Provera. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara

(21)

(Norethindrone Enanthate) atau Noresterat. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali

setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3 kali suntikan

pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Hartanto,2010). Jenis

kontrasepsi lain yaitu kontrasepsi suntikan kombinasi. Kontrasepsi jenis ini

mengandung 25 mg Depo Medroksiprogestron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat

yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg

Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan injeksi

intramuskular sebulan sekali (Saifuddin,2006).

Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus

serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut

juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa

pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada

penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan

berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit

hormon estrogen pada suntikan Cyclofem akan merangsang timbulnya haid setiap

bulan (Saifuddin,1996).

2.2.1. Efektivitas Kontrasepsi Suntikan

Memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,1-0,4 kehamilan per 100

perempuan / tahun, asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadwal yang

ditentukan (Saifuddin, 2006).

2.2.2. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan

Menurut Saifuddin (2006) keuntungan kontrasepsi suntik antara lain:

(22)

hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki

pengaruh terhadap ASI, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa

penyebab penyakit radang panggul, dapat digunakan oleh wanita usia > 35 tahun

sampai perimenopause, pada suntikan Cyclofem terdapat hormon estrogen dalam

dosis rendah untuk memacu terjadinya haid setiap bulan.

2.2.3. Kerugian Kontrasepsi Suntikan

Menurut Saifuddin (2006) kerugian kontrasepsi suntik antara lain: Pola

haid yang normal dapat berubah menjadi amenorrhea, menoragia,metroragiadan

spotting. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian.Klien sangat

tergantung pada sarana pelayanan kesehatan oleh sebab itu tidak dapat dihentikan

sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. Kontrasepsi suntik juga tidak

menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual, hepatitis B

virus, atau infeksi virus HIV. Juga dapat terjadi berat badan yang berubah.

Kemudian akan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pemakaian dihentikan.

2.2.4. Indikasi Kontrasepsi Suntikan

Indikasi Kontrasepsi Suntikan antara lain : Untuk usia reproduksi, nulipara

dan yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai,

setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, tidak

(23)

sering lupa memakai pil, dan mendekati usia menopause yang tidak mau atau

tidak boleh menggunakan pil kombinasi (kontrasepsi progestin) (Saifuddin, 2006).

2.2.5. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik

Kontraindikasi kontrasepsi suntik yaitu : Hamil atau dicurigai hamil,

perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima

terjadinya gangguan haid terutama amenorhea (suntikan progestin), kemudian

yang mempunyai riwayat penyakit jantung, kanker payudara, stroke, dan diabetes

mellitus yang disertai dengan komplikasi (Saifuddin, 2006).

2.2.6. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik

Menurut Saifuddin (2006) waktu pemberian kontrasepsi suntik yaitu:

Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil, kemudian mulai hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid, selanjutnya pada ibu yang tidak haid,

penyuntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan dapat dipastikan ibu

tersebut tidak hamil dan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7

hari setelah suntikan, pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

ingin ganti dengan kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat segera diberikan

asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil, dan pada ibu yang sedang

menggunakan AKDR dan ingin ganti dengan kontrasepsi suntik, suntikan pertama

dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat

diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid asal yakin ibu tersebut tidak

(24)

2.2.7. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan diberikan dengan cara disuntik intramuskular di

daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja dan efektif.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi

etil isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit

kering baru disuntik (Saifuddin, 2006).

2.2.8. Efek Samping Kontrasepsi Suntik

Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA Menurut Saifuddin (2006) yaitu:

a. Gangguan haid, gejala/ keluhan yang sering terjadi seperti: Tidak mengalami

haid (amenorhea), perdarahan berupa tetesan/ bercak-bercak (spotting),

perdarahan di luar siklus haid (metroragia/breakthroughbleeding), perdarahan

haid yang lebih lama dan lebih banyak daripadabiasanya (menoragia). Penyebab

gangguan haid dikarenakan adanya ketidakseimbangan hormon

sehinggaendometrium mengalami perubahan histologiterutama pada bulan-bulan

pertama penggunaan. Siklus haid akan kembali normal setelah 3 - 6 bulan

penggunaan KB suntik dihentikan.

b. Mual / Sakit Kepala/Migrain, keluhan yang dirasakan sakit kepala yang sangat

pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa

mual yang amat sangat dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua

atau ketiga. Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh

(25)

c. Perubahan Berat Badan, keluhan yang dirasakan yaitu naiknya berat badan,

rata-rata dalamsetahun bervariasi antara 1-5 kg atau berat badan berkurang/turun.

Setiap tahun rata-ratapenurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg. Kenaikan berat

badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah

perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit

bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan

bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat

menyebabkan berat badan bertambah dalam tahun pertama penggunaan.

d. Gangguan emosi (jarang terjadi), keluhan merasa lesu (lethargi), tidak

bersemangat dalam kerja/kehidupan. Penyebabnya diperkirakan dengan adanya

hormone progesterone terutamayang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya

Vitamin B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh.

e. Jerawat, keluhan adalah timbul jerawat pada wajah. Penyebabnya adalah

hormon progestin terutama 19-norprogestinemenyebabkan peningkatan kadar

lemak.

2.3.Menstruasi

2.3.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi ialah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses

deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang

keluar melalui vagina. Merupakan perubaha

terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen

(26)

ini biasanya terjadi setiap bulan antara usi

2008).

2.3.2. Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari pertama perdarahan dikatakan

hari pertama siklus. Siklus normalnya yaitu berada pada interval 21-35 hari,

dengan rata-rata panjang siklus 28 hari (Winkjosatro, 2005) dengan lamanya

perdarahan 3-7 hari dengan jumlah darah selama haid berlangsung tidak melebihi

80 ml (Anwar, Baziad, Prabowo, 2011).

2.3.3. Mekanisme Menstruasi

Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan

endometrium.Pada siklus 28 hari, hari hari ke-5 sampai 14 hari adalah fase

folikular atau proliferasiyangdipengaruhioleh hormon estrogen yang dimulai

setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Fase ini berguna

untuk menumbuhkan endometrium agar siap menerima ovum yang telah dibuahio.

Pada fase ini ovarium terjadi pematangan folikel akibat pengaruh FSH. Folikel ini

akan menghasilkan estradiol dalam jumlah banyak. Pembentukan estradiol terus

menigkat sampai kira-kira hari ke-13.

Puncak sekresi LH akan memacu terjadinya ovulasi pada hari ke-14.

pengaruh progesteron terhadap endometrium paling terlihat pada hari ke-22, yaitu

saat nidasi seharusnya terjadi. Bila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron

akan menghambat FSH dan LH sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang

(27)

pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemia. Dengan demikian,

endometrium akan terlepas dan diikuti oleh perdarahan yang terkenal dengan

nama haid (Bobak, 2004).

Mekanisme menstruasi belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah

dikenal beberapa faktor yangmemegang peranan dalam hal ini, selain faktor

hormonal yakni;(1)Faktor-Faktor Enzim. Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta

merangsang pembentukan glikolagen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat

yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium. Pada pertengahan

fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi

permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak

permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan

mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum,

apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan terjadi, maka dengan menurunnya kadar

progestoren, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, dan merusakkan bagian dari

sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam

metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan

perdarahan; (2) Faktor-Faktor Vaskularyaitu mulai fase proliferasi terjadi

pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada

pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena hubungan

antaranya, seperti digambarkan di atas. Dengan regresi endometrium timbul statis

dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri,

(28)

baik dari arteri maupun dari vena; (3) Faktor Prostaglandindimana endometrium

mengandung banyak prostaglandin. Dengan desintegrasi endometrium,

prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai

suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid (Pillitery, 2003 dalam

Sumardiani, 2010).

2.3.4. Gangguan Menstruasi

Gangguan haid pada masa reproduksi diantaranya seperti:

a. Amenorea yaitu suatu keadaan atau kondisi dimana pada seorang wanita tidak

mengalami menstruasi pada masa menstruasi sebagaimana mestinya atau

secara sederhana disebut dengan tidak haid pada suatu periode atau masa

menstruasi.

b. Polimenorhoeyaitu haid sering datang dan siklus yang pendek, kurang dari 21

hari. Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan terjadistadium

proliferasi pendek, stadium sekresi pendek, atau keduanya memendek.Yang

paling sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi. Kalau siklus

lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi

pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi

pendek. Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena

corpus luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena disfungsi ovarium pada

climacterium, pubertas, penyakit. Terapi yang digunakan untukstadium

proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dengan

(29)

c. Oligomenorhoeyaitu haid jarang dan siklus yang panjang.Oligomenorrhoe

terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang

asthenis. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat dari perpanjangan

stadium follikuler, perpanjangan stadium luteal, kedua stadium di atas

menjadi panjang. Pada umumnya oligomenore yang ovulatoar tidak

memerlukan terapi. Kalau mendekati amenorea maka dapat diusahakan

mengadakan ovulasi.

d. Hipomenoreayaituperdarahan haid dalam jumlah sedikit, ganti pembalut 1-2

kali/hari. Etiologi kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis

hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri ( sindrom asherman). Lamanya

Perdarahan Secara normal haid sudah berhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih

lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang, Misalnya pada

endomeritis, myoma atau carcinoma dari corpus uteri.

e. Hipermenorea(Menorrhagia)adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak

biasanya lebih dari 80 ml / menstruasi, kadang disertai dengan bekuan darah

sewaktu menstruasi, terjadi pada siklus yang teratur.

f. Menometroragia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya

lebih dari 80 ml / menstruasi, terjadi diluar siklus dengan periode perdarahan

lebih dari 7 hari (Anwar, Baziad, Prabowo, 2011).

2.3.5. Mekanisme Kontrasepsi Suntik DMPA pada Perubahan Siklus Menstruasi

Kontrasepsi suntik DMPA mengandung hormon progestin yang

(30)

golongan steroid yang berpengaruh pada siklus menstruasi perempuan. Hormon

ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh kelenjar dan

berasal dari kolesterol darah. Progesteron bertanggung jawab pada perubahan

endometrium pada paruh kedua siklus menstruasi dan perubahan siklik dalam

serviks serta vagina. Progesteron menyiapkan lapisan uterus (endometrium) untuk

penempatan telur yang telah dibuahi dan perkembangannya, dan mempertahankan

uterus selama kehamilan.

Progesteron diproduksi dan disekresi di ovarium, terutama dari korpus

luteum pada fase luteal atau sekretoris siklus haid. Sintesis dan sekresinya

dirangsang oleh LH. Pada pertengahan fase luteal kadarnya mencapai puncak

kemudian akan menurun dan mencapai kadar paling rendah pada akhir siklus

haid, yang diakhiri dengan perdarahan haid.Sehingga pada saat pemberian

suntikan DMPA, pada fase luteal kadar hormon progesteron tetap tinggi dan

hormon esterogen menurun sehingga tidak terjadi pelepasan lapisan uterus

(endometrium) yang mengakibatkan sering terjadinya gangguan pola haid

amenorrhea (tidak haid). Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin

menyebabkan fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid sehingga

menghambat folikulogenesis. Hormon progesterone juga mempermudah

perubahan karbohidrat menjadi lemak, salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi

atau berikatan dengan air, sehingga organ yang mengandung banyak lemak

cenderung mempunyai mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi

ini juga terjadi pada vagina sehingga vagina menjadi kering sebagai akibat

(31)

Selain amenorrheagangguan pola haid lain yang terjadi karena

penggunaan DMPA seperti spotting disebabkan karena menurunnya hormon

estrogen (Hartanto, 2010), gangguan pola haid metroraghia yang disebabkan oleh

kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding

uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat

disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional

(Depkes RI, 2000), gangguan pola haid menorragia disebabkan karena

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan

endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Hartanto, 2010).

2.4. Berat Badan 2.4.1. Definisi

Berat badan adalah hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada

pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

mencakup faktor-faktor hereditas seperti gen, regulasi termis,dan metabolisme.

Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan (Ekawati,2010).

2.4.2. Pengukuran Berat Badan

Keseimbangan berat badan bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui

makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan

berat badan ideal/normal. Cara mudah untuk menentukan tinggi badan ideal orang

(32)

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan(cm) - 100) - ( 10% tinggi badan)

Berat badan ideal ini bergantung pula pada besar kerangka dan komposisi tubuh

dalam hal otot dan lemak. Seorang yang berkerangka besar dan atau mempunyai

komposisi otot relatif lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar.

Untuk hal inidiberi kelonggaran ± 10-20% (Almatsier,2009).

2.4.3. Mekanisme Kontrasepsi DMPA Pada Perubahan Berat Badan

Kontrasepsi suntik DMPA atau Depoprovera ialah

6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral,

mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam tahun pertama

penggunaan turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kekeringan pada

vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama

dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh

sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal.

Perubahan Berat Badan, keluhan yang dirasakan yaitu naiknya berat badan,

rata-rata dalamsetahun bervariasi antara 1-5 kg atau berat badan berkurang/turun.

(Saifuddin, 2006). Hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat

menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah yang menyebabkan

berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual. Kenaikan berat badan

disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan

gula menjadi lemak, sehingga terjadi penumpukan lemak, selain itu hormon

progesteron di DMPA juga merangsang pusat pengendali nafsu makan di

(33)

aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan progesteron dapat menyebabkan

(34)

22 BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang

ingin di amati melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2003).

Kerangka konsep yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

perubahan siklus menstruasi dan kenaikan berat badan pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Helvetia Medan.

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

Akseptor kb suntik 3 bulan − Perubahan siklus

menstruasi − Perubahan berat

badan Akseptor kb suntik 1 bulan

− Perubahan siklus menstruasi

(35)

3.2. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Perubahan

Hipotesa dalam penelitian ini yaitu ada perbedaansiklus menstruasi dan

(36)

24 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif komparatif untuk

mengetahui perbedaan perubahan siklus menstruasi dan perubahan berat badan

pengguna kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan di Puskesmas Helvetia Medan

Tahun 2013.

4.2. Sampling Desain 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor kontrasepsi suntik di

Puskesmas Helvetia Medan pada Januari sampai oktober tahun 2013 sebanyak 34

responden.

4.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

metode total sampling. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh aseptor KB

suntik pada Januari sampai Oktober tahun 2013 yang tercatat di register

Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 34 responden (Arikunto, 2002). Adapun

sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria responden :

1) Yang menggunakan KB suntik dalam satu tahun pertama.

2) Bertempat tinggal di daerah Helvetia Medan

(37)

4.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April tahun

2014. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Medan.Pertimbangan

peneliti memilih lokasi ini adalah untuk efisiensi dan efektifitas waktu dan lokasi

mudah dijangkau oleh peneliti.

4.4.Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini dilakukan setelah sidang skripsi selesai

kemudian peneliti mengajukan permohonan etika penelitian dari komite etika

setempat yaitu dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara, peneliti kemudian mengajukan izin penelitian kepada Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, setelah surat izin diberikan peneliti

kemudian mengajukan permohonan penelitian ke lokasi penelitian melalui

pemimpin didaerah tersebut yaitu Kepala Puskesmas Helvetia Medan. Sedangkan

pada responden, peneliti telah menjelaskan manfaat dan tujuan dari penelitian,

serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang terjadi selama

pengumpulan data yaitu responden tidak akan dikenakan sanksi atau denda

apabila responden berpartisipasi dalam penelitian ini.Untuk menjaga kerahasiaan,

peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner. Semua

data yang diperoleh semata-mata digunakan untuk perkembangan ilmu

pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden

(38)

respondendiminta untuk menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan

pengisian kuesioner secara sukarela.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk metode

observasi langsung ke responden kemudian lembar kuesioner disusun dalam

metode check list yang sudah dipersiapkan. Dalam instrumen penelitian terdapat

lembar penjelasan kepada responden, lembar persetujuan untuk menjadi

responden, lembar untuk data demografi kemudian alat penimbang berat badan.

Lembar pertanyaan untuk mengidentifikasi perubahan siklus menstruasi dan

perubahan berat badan yang terjadi sebelum dan setelah penggunaan KB suntik.

Jumlah pertanyaan untuk mengetahui perubahan menstruasi terdiri dari 6

pertanyaan dan perubahan berat badan terdiri dari 4 pertanyaan. Untuk alat

penimbang berat badan menggunakan timbangan yang ada di Puskesmas Helvetia

Medan, yang akan diuji oleh ahli gizi setempat bahwa alat tersebut layak untuk

digunakan dalam penelitian saya.

4.6. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalalah pengukuran pengamatan yang berarti keandalan

instrument dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur.Uji Validitas instrumen telah diuji kelayakannya oleh ahli

dibidangnya dari Universitas Sumatera Utara dan di Puskesmas Helvetia Medan.

(39)

Setelah uji validitas dilakukan dan dinyatakan valid maka dilanjutkan

dengan uji reabilitas, uji reabilitas untuk kuesioner perubahan siklus menstruasi

dan kenaikan berat badan telah dilakukan di Puskesmas Biak Muli Kec.Bambel

Kutacane. Jumlah responden untuk uji reabilitas adalah 20 orang pada ibu yang

menggunakan kontrasepsi suntik diluar sampel, penelitian menggunakan

komputerisasi dan ujireliability statistic Kuder Richardson-21 (KR-21)

(Notoatmodjo, 2010). Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner perubahan berat badan

yaitu sebesar 0,798 dan perubahan menstruasi yaitu sebesar 0,7074.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan beberapa langkah-langkah

yaitu setelah permohonan izin dari Fakultas Keperawatan USU telah diberikan,

peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota

Medan untuk meneliti di Puskesmas Helvetia Medan,setelah mendapatkan izin

penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan setempat, kemudian peneliti telah

melakukan penelitian di Puskesmas Helvetia Medan, peneliti melaksanakan

pengumpulan data dari buku register Puskesmas Helvetia Medan, setelah jumlah

responden telah mencukupi, peneliti telahmelakukan pendekatan pada responden

yang datang ke puskesmas, kemudian peneliti menjelaskan kepadaresponden

tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner, responden yang bersedia

akan diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan),

selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh

(40)

mendampingi responden apabila responden kurang memahami isi pertanyaan

dalam kuesioner maka peneliti akan menjelaskan maksud dari pertanyaan, setelah

responden selesai mengisi kuesioner maka peneliti telah memeriksa kelengkapan

dari kuesioner, apabila ada yang belum lengkap maka peneliti telah menanyakan

langsung dan menyelesaikannya dalam waktu itu juga dan peneliti telah

melakukan perlakuan yang sama pada responden selanjutnya sampai terkumpul

semua data yang ingin diteliti.

4.8. Analisis Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan

memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan

data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data

diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data. Data yang dibersihkan

kemudian dimasukkan kedalam program komputer (entri). Setelah data

dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap

terakhir yaitu melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). Analisa

data dilakukan dengan menggunakan analisa univariatmeliput i data demografi

berupa usia, jenis kontrasepsi, agama, suku, serta data yang berhubungan dengan

karakteristik responden yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase. Kemudian analisa bivariat yang digunakan untuk mengidentifikasi

(41)

dengan melihat perbedaan perubahan siklus menstruasi dan berat badan dengan

akseptor kb suntik 1 bulan dengan kb suntik 3 bulan yaitu menggunakan uji

t-Independent dan hasil analisis akan disajikan dalam bentuk tabel.Selanjutnya

dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang

(42)

30 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan kb

suntik 1 bulan dan 3 bulan terhadap siklus menstruasi dan berat badan yang

dilakukan sejak 11maret-19 April 2014 di Puskesmas Helvetia Medan yang terdiri

dari 34 responden dengan 17 responden akseptor kb suntik 1 bulan dan 17

responden akseptor kb suntik 3 bulan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh deskripsi karakteristik responden mencakup

usia, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, jumlah anak, lama penggunaan

kontrasepsi, jumlah penyuntikan, perubahan berat badan dan hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.1.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel

5.1.) menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada rentang 20–35

tahun sebanyak 29 responden (85,3%), bersuku batak sebanyak 23 responden

(67,6%), beragama Islam sebanyak 22 responden (64,7%), berpendidikan SMU

sebanyak 17 responden (50,0%), bekerja sebagai IRT (ibu rumah tangga)

sebanyak 24 responden (70,6%), mempunyai 2 anak sebanyak 14 responden

(41,2%), menggunakan kb suntik selama 9-12 bulan sebanyak 26 responden

(43)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(44)

5.1.2 Siklus Menstruasi Ibu Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan

Hasil penelitian terhadap siklus menstruasi didapati 17 responden (100%)

menyatakan sebelum menggunakan kb suntik 1 bulan siklus menstruasi yang

dialami selama 21-35 hari dan setelah menggunakan kb suntik 1 bulan didapati

mayoritas responden menyatakan siklus menstruasi selama 21-35 hari sebanyak 12

responden (70,6%). Hasil penelitian perubahan siklus menstruasi pada akseptor kb suntik 1 bulan di Puskesmas Helvetia Medan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Sebelum dan Sesudah Menggunakan Kb Suntik 1 bulan

Siklus

5.1.3 Siklus Menstruasi Ibu Sebelum Dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan

Hasil penelitian terhadap siklus menstruasi didapati 17 responden (100%)

menyatakan sebelum menggunakan kb suntik 3 bulan siklus menstruasi yang

dialami selama 21-35 hari dan setelah menggunakan kb 3 bulan didapati mayoritas

responden menyatakan tidak mengalami haid/menstruasi sebanyak 9 responden (52,9%).

Hasil penelitian perubahan siklus menstruasi pada akseptor kb suntik 3 bulan di

(45)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 bulan

Siklus

5.1.4. Perubahan Berat Badan yang Dialami Ibu Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulandan 3 Bulan

Hasil penelitian terhadap perubahan berat badan yang dialami oleh ibu

mayoritas responden menyatakan terjadi perubahan berat badan setelah

menggunakan kb suntik 1 bulan sebanyak 10 responden (58,8%) dan kb suntik 3

bulan sebanyak 13 responden (76,5%) . Hasil penelitian perubahan berat badan pada

akseptor kb suntik 1 bulan dan 3 bulan di Puskesmas Helvetia Medan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perubahan Berat Badan Setelah Menggunakan Kb Suntik 1 Bulan dan 3 bulan

Perubahan BB Kb suntik 1 bulan Kb suntik 3 bulan

f % F %

5.1.5 Berat Badan yang Dirasakan Ibu Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan

Hasil penelitian terhadap berat badan yang dirasakan oleh ibu setelah

menggunakan kb suntik 1 bulan mayoritas responden menyatakan berat badan

(46)

penelitian berat badan yang dirasakan pada akseptor kb suntik di Puskesmas Helvetia

Medan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan

Berat Badan Frekuensi Persentase (%)

Berat badan bertambah

5.1.6 Berat badan yang Dirasakan Ibu Setelah Menggunakan kb Suntik 3 Bulan

Hasil penelitian terhadap berat badan yang dirasakan oleh ibu setelah

menggunakan kb suntik 3 bulan mayoritas responden menyatakan berat badan

bertambah dan menjadi lebih gemuk sebanyak 12 responden (70,6%). Hasil

penelitian berat badan yang dirasakan pada akseptor kb suntik di Puskesmas Helvetia

Medan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan

Berat Badan Frekuensi Persentase (%)

Berat badan bertambah

5.1.7 Perubahan Berat Badan yang Dirasakan Ibu Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulandan 3 Bulan

Hasil penelitian terhadap perubahan berat badan yang dirasakan oleh ibu

setelah menggunakan kb suntik 1 bulan dan 3 bulan mayoritas responden

(47)

penelitian perubahan berat badan yang dirasakan pada akseptor kb suntik di Puskesmas

Helvetia Medan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang dirasakan Setelah Menggunakan KB Suntik 1 Bulan dan 3 Bulan

Perubahan berat badan

5.1.2 Analisa Bivariat

a. Perubahan Siklus Menstruasi

Perbedaan perubahan siklus menstruasi dengan kb suntik 1 bulan dan kb

suntik 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perubahan siklus

menstruasi pada akseptor kb suntik 1 bulan 1,29 dan akseptor kb suntik 3 bulan

1,88. Standar Deviasi yang menggunakan kb suntik 1 bulan 0,47 dan yang

menggunakan kb suntik 3 bulan 0,332. Hasil uji statistik diperoleh beda mean

0,588 dan nilai P diperoleh 0,000. Sehingga terdapat perbedaan perubahan siklus

menstruasi yang menggunakan kb suntik 1 bulan dengan kb suntik 3 bulan di

Puskesmas Helvetia Medan.

Tabel 5.8. Perbedaan Siklus Menstruasi Akseptor KB Suntik 1 Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan (n=17) di Puskesmas Helvetia Medan

(48)

b. Perubahan Berat Badan

Perbedaan perubahan berat badan dengan kb suntik 1 bulan dan kb suntik

3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perubahan berat badan pada

akseptor kb suntik 1 bulan 1,59 dan akseptor kb suntik 3 bulan 1,76. Standar

Deviasi yang menggunakan kb suntik 1 bulan 0,507 dan yang menggunakan kb

suntik 3 bulan 0,437. Hasil uji statistik diperoleh beda mean 0,176 dan nilai P

diperoleh 0,285. Sehingga terdapat tidak terdapat perbedaan perubahan berat

badanpada akseptor kb suntik 1 bulan dengan kb suntik 3 bulan di Puskesmas

Helvetia Medan.

Tabel 5.9. Perbedaan Perubahan Berat Badan Akseptor KB Suntik 1 Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan (n=17) di Puskesmas Helvetia Medan

Variabel Mean SD Mean

5.2.1 Perubahan Siklus Menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh responden

akseptor kb suntik 1 bulan mayoritas tidak mengalami perubahan siklus

menstruasi sebanyak 12 responden (70,6%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Saifuddin (1996) yang

(49)

bulan atau Cyclofem akan merangsang timbulnya haid setiap bulan. Hal ini juga

sesuai dengan teori keuntungan pemakaian Cyclofem menurut Hartanto (2010)

yang berdampak terhadappola perdarahan seperti siklus haid menjadi teratur

sehingga pengguna kb suntik 1 bulan mayoritas tidak mengalami perubahan siklus

menstruasi.

Berdasarkan hasilpenelitian pada akseptor kb suntik 3 bulan menunjukkan

bahwa dari seluruh responden mayoritas mengalami perubahan siklus menstruasi

sebanyak 15 responden (88,1%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Sumardiani (2010)

menunjukkan adanya pengaruh penggunaan kontasepsi DMPA terhadap

perubahan pola menstruasi. Dari 30 responden yang diamati 22 responden

mengalami perubahan pola menstruasi.

Hal ini diperkuat dengan teori pemakaian DMPA menurut Hartanto (2010)

yaitu dapat tejadi gangguan pola haid dan menurut Saifuddin (2006) sering

ditemukan gangguan haid sepertiamenorrhea, menoragia,metroragiadan spotting.

Didalam DMPA terdapat kandungan progesteron,progesteron bertanggung jawab

pada perubahan endometrium pada siklus menstruasi dalam serviks serta

vagina.Sehingga pada saat pemberian suntikan DMPA, pada fase luteal kadar

hormon progesteron tetap tinggi dan hormon esterogen menurun sehingga tidak

terjadi pelepasan lapisan uterus (endometrium) yang mengakibatkan sering

terjadinya gangguan pola haid amenorhea (tidak haid).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas adalah 0,000

(50)

siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor kontrasepsi 1 bulan dengan

kontrasepsi 3 bulan.

5.2.3 Perubahan Berat Badan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh responden

akseptor kb 1 bulan mayoritas mengalami perubahan berat badan sebanyak 10

responden (58,8%) dan pada seluruh akseptor kb 3 bulan mayoritas mengalami

perubahan berat badan sebanyak 13 responden (76,5%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Agustina (2008) yang

menunjukkan adanyapengaruh yang penggunaan kontasepsi DMPA terhadap

perubahan beratbadan. Dari 57 responden yang diamati 31 mengalami perubahan

beratbadan dan 19 tidak mengalamai perubahan berat badan. Hasil

penelitiantersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan

kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan.

Hal ini diperkuat dengan teori menurut Saifuddin (2006) yakni DMPA

atau Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang terkandung didalan

kontrasepsi suntikan mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif.

Dalam tahun pertama penggunaan turut memicu terjadinya peningkatan berat

badan karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengganggu keseimbangan

hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi

perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Risiko kenaikan berat badan

kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan

karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah,

(51)

menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan

berat badan bertambah.

Hasil pengamatan pada tabel 5.7 juga menunjukkan rata-ratakenaikan

berat badan hanyalah 1-5 kg, hanya 2 responden yangmengalami kenaikan berat

badan di atas 5 kg. Hasil penelitian inimenunjukkan adanya kesamaan dengan

dugaan para ahli yangmenyatakan umumnya pertambahan berat badan tidak

terlalu besar,bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama

penyuntikan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas adalah 0,285

(p<0,05) dengan demikian Ho diterima. Kesimpulannya tidak ada perbedaan

perubahan berat badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan kb

suntik 3 bulan.

5.3 Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk

memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan

proses dan hasil penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jarang

muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan

penelitian ini, antara lain :

5.3.1 Keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti

Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari peneliti maka

jumlah sampel yang diambil adalah 34 responden, dimana jumlah sampel

(52)

5.3.2 Keterbatasan alat pengumpul data

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang mempunyai

dampak yang sangat subyektif sehingga kebenaran data sangat bergantung

pada kejujuran dari responden. Peneliti belum menemukan standar baku

kuesioner sehingga instrumen tersebut dibuat berdasarkan pemahaman dari

(53)

41 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang perubahan siklus menstruasi

dan berat badan pada akseptor kb suntik di Puskesmas Helvetia Medan, maka

dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap perubahan perubahan siklus

menstruasi pada aksepstor kb suntik 1 bulan dan 3 bulan maka dapat diambil

kesimpulan yaitu: Ada perbedaan siklus menstruasi yang terjadi antara akseptor

kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3 bulan dan tidak ada perbedaan berat

badan yang terjadi antara akseptor kb suntik 1 bulan dengan akseptor kb suntik 3

bulan.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka

meningkatkan pelayanan KB juga dapat memberikan konseling

tentangefek samping KB suntik sehingga tidak ada kekhawatiran

dariakseptor KB tersebut.

6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam kegiatan proses

belajar, sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya dan juga dapat

(54)

kontrasepsi suntiksehingga masyarakat mendapatkan informasi yang

benar.

6.2.3. Bagi Bidang Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar atau bahan

perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang, dan

keterbatasan penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya dengan

menggunakan metode penelitian yang berbeda dan peneliti selanjutnya

dapat meneliti model perubahan berat badan dengan lebih spesifik dengan

melihat perubahan berat badan lebih banyak terjadi didaerah lengan, paha,

atau perut. Juga dapat dteliti untuk pemilihan kontrasepsi suntik apakah

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anggraini, Mekar Dwi, dkk. (2009). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA di wilayah kerja puskesmas sokaraja I purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman,Volume 4, No:2 Juli 2009. Purwokerto: Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Anggraeni, Yetty. (2012). Pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: Rohima Press.

Anwar, M. Baziad, A.R. Prabowo, P. (2011). Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bobak, Irene, M (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Ekawati, Desi. (2010). Pengaruh KB suntik DMPA terhadap peningkatan berat badan di BPS siti syamsiah wonokarto wonogiri. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Handayani, Sri. (2010). Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Hartanto, Hanafi. (2010). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. (1996). Buku acuan nasional pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(56)

Selma, S, dkk. (2013). Analisis pelayanan KB mandiri wanita usia subur berdasarkan status ekonomi. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol 16 No;1.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Speroff, Leon. (2005). Pedoman klinis kontrasepsi edisi 2. Jakarta: EGC.

Sumardiani, lilis. (2010). Perubahan pola menstruasi pada 9 bulan pertama KB suntik DMPA di klinik maria delitua. Karya Tulis Ilmiah. Medan: DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Walsh, L.V. (2008). Buku ajar kebidanan komunitas. Jakarta: EGC.

(57)

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Tabel 5.2.  Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Sebelum dan Sesudah Menggunakan Kb Suntik 1 bulan
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perubahan Berat Badan Setelah Menggunakan Kb Suntik 1 Bulan dan 3 bulan
Tabel 5.6.  Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan yang dirasakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tindak tutur menyatakan yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Lintau Buo ini dapat dilihat pada tuturan berikut. Informasi indeksal: dituturkan oleh

hubungan terjadinya cidera jarum suntik dan benda tajam dengan jenis kelamin, jam kerja.. / minggu, usia, pengalaman kerja, dan

adalah benar-benar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang telah melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah (Tugas Akhir) berupa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana pencurian di Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka

Buku Putih Utilisasi Reaktor Riset BATAN 22 Fasilitas iradiasi yang ada di dalam teras reaktor Irradition Position (IP).. dapat digunakan untuk memproduksi

keterampilan anak melalui pemberdayaan meskipun pada kenyataannya masih banyak anak-anak rawan khususnya di Yogyakarta yang kurang mendapat perhatian dari

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, dalam pembelajaran matematika untuk konsep persamaan kuadrat siswa mengalami hambatan epistemologi sebagai

dan kegiatan ekonomi masyarakat transmigran, analisis potensi ekonomi sumberdaya alam lokal, analisis potensi ekonomi sumberdaya manusia lokal, analisiskondisi