• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT

SAMBA WIRAHMA G24102025

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT

SAMBA WIRAHMA G24102025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(3)

Judul

: Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (

Cucumis melo

L.)

dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat.

Nama :

Samba

Wirahma

NRP :

G24102025

Menyetujui

Pembimbing Skripsi

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

Mengetahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131578806

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 6 Mei 1984 dari pasangan Dikdik Sadikin dan Iah Subadriah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur. Di tahun yang sama juga penulis diterima di Program Studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis pernah menjadi anggota Departemen Olah Raga dan Seni di Himpunan Profesi dan Mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi (HIMAGRETO). Selain itu penulis juga berprestasi dalam bidang olahraga yang diadakan oleh BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, diantaranya yaitu juara 1 Volley Putra pada tahun 2006, juara 2 Tenis Meja pada tahun 2005, 2006 dan 2008 serta menjadi top scorer futsal tahun 2003 yang diadakan oleh BEM TPB-IPB.

(5)

RINGKASAN

Samba Wirahma : Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.

Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan budidaya tanaman melon di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB.

Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani yang benar (intensifikasi) dan sistem perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi). Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula.

Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang tepat sesuai bagi pengembangan tanaman melon adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya, yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban udara. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah.

Dari hasil analisis dan pemetaan menunjukkan luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km2 atau sekitar 39% dari luas provinsi.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS selaku pembimbing penelitian yang telah banyak membimbing dan mengarahkan dari awal penelitian hingga selesainya laporan ini., juga kepada Bapak Ir.Impron, M.Agr.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama berada di bawah bimbingannya sekaligus sebagai Dosen Penguji dalam ujian sidang kelulusan penulis. Ungkapan terima kasih yang paling dalam disampaikan kepada Ayah, Ibu, Suri, Sera dan seluruh keluarga besarku atas doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, ucapan terima kasih juga diberikan kepada:

1. I Putu Santikayasa S.Si, M.Sc sebagai dosen penguji.

2. Seluruh dosen pengajar di Departemen Geofisika dan Meteorologi yang telah memberikan semua ilmunya kepada para mahasiswa

3. Para staf TU Departemen Geofisika dan Meteorologi : Bang Azis, Pak Toro, Pak Pono, Pak Udin, Pak Khairun, Mbak Wanti, Mbak Icha dan Bu Indah.

4. Seluruh teman–teman GFM 39 (kebersamaan dalam berangkat dan pulang kuliah, kebersamaan dalam tidur di kelas, kebersamaan gadang, kebersamaan cari makanan murah dan kebersamaan himakopa), selalu tersenyum dan riang gembira my bro n sis. 5. My bro-nya adalah : Basyarudin aeuhhh…, Deni penunjuk, Eko orang lo, Zainul hp di

atas kardus, Gian punya temaan, Ridwan hai wan, Mian ayumas, Dwi inter, Anton hihihi, Mas Joko, Aprian Epp, La Ode, Sapatu budak leungit di masigit adin, Wahyu apa sih, Rudi sisir kecil.

6. My sis-nya adalah : Hesti ningnong2, Kiki mantan mahasiswi lucu 2002, Bu Guru Fio, Nana Whahahaha, Ipit Arif, Ana black beautiful, Nida is my name, An-an si...., Lupi baju pink, Vivi baju kuning, Lina suka hyde, Aniyasa, Yuhanna don’t panic, Lindawatil, I Misna like crazy (The Moffats), Sasat pemilik kolam renang, Dwinita kemana sih? 7. Geofisika dan matematika dan tanah seperti Arif de gret, Toni jagalah kata-katanya,

David dave.

8. Keponakanku yang endut bernama Dada dan Tantenya yang bernama Eva. 9. Master Arc View Sopyan dan Fauzi.

10. Para pemilik kosan dimanapun anda berada..

11. Orang-orang yang menjadikan saya seperti sekarang ini (Yudha, Bolai, Cecep, Pandu, Gemi, Usep, Ikhsan dan semua teman di Cianjur), kalian yang membuatku selalu menikmati hidup.

12. Thom Yorke dan Damon Albarn. 13. Pandaku, Dewy Suryani Ullva.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Jika ada salah kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bogor, Mei 2008

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ……….. vi

I. PENDAHULUAN ………... 1

1. 1. Latar Belakang ……… 1. 2. Tujuan ………. 2

1. 3. Asumsi ……… 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 3

2. 1. Asal-usul Penyebaran Melon ……… 3

2. 2. Agronomi Tanaman Melon ……….. 3

2. 3. Tipe dan Varietas Melon ……….. 4

2. 4. Teknik Budidaya Melon ………... 4

2. 4. 1. Penyiapan Lahan ………... 4

2. 4. 2. Penyiapan Benih dan Pembibitan ……….. 5

2. 4. 3. Penanaman ………. 5

2. 4. 4. Pemeliharaan Tanaman ……….. 5

2. 4. 5. Panen dan Pasca Panen ……….. 5

2. 5. Hama dan Penyakit ……… 5

2. 6. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon ……….. 6

2. 7. Produksi Melon di Indonesia ………. 6

2. 8. Kesesuaian Agroklimat Tanaman melon ………... 7

2. 8. 1. Suhu Udara ……… 7

2. 8. 2. Curah Hujan dan Kelembaban Udara ……… 7

2. 8. 3. Tanah ………. 7

2. 9. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan ……….. 8

2. 10 Sistem Informasi Geografis ………... 8

III. METODOLOGI ………... 9

3. 1. Bahan dan Alat ……….. 9

3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 9

3. 3. Metode ………... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 11

4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat ……….. 11

4. 2. Kesesuaian Iklim dan Ketinggian ………. 11

4. 3. Kesesuaian Jenis Tanah ……… 13

4. 4. Kesesuaian Agroklimat ……… 14

4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat ... 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 17

5. 1. Kesimpulan ………... 17

5. 2. Saran ………. 17

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi buah melon di Indonesia ……….. 1

2. Jenis hama yang menyerang tanaman melon ……….. 6

3. Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon ………. 6

4. Defisiensi unsur hara pada tanaman melon ………. 6

5. Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan ………. 6

6. Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu ………. 7

7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat ……… 11

8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat ………. 12

9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat ………. 13

10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat ………. 13

11. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat ………. 14

12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat ………. 14

13. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat ……….………. 15

14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat ……….. 15

15. Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat ………. 16

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Buah melon ……….. 3

2. Berbagai tipe buah melon ……… 4

3. Bibit melon siap tanam ……… 5

4. Peta kesesuaian iklim dan ketinggian tanaman melon ……… 12

5. Peta kesesuaian jenis tanah tanaman melon ……… 13

6. Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon ……… 14

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi stasiun iklim di Provinsi Jawa Barat ……… 20

2. Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Jawa Barat (2001-2006) ... 21

3. Jenis-jenis tanah beserta sifat dan penggunaannya ………. 22

4. Persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) modifikasi dari Djaenudin et al, 2000 ………. 23

5. Berbagai varietas melon hibrida yang sedang beredar maupun yang pernah beredar di Indonesia ……….. 24

6. Berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman melon di Indonesia …. 26 7. Peta administrasi Provinsi jawa barat ………... 28

8. Peta sebaran suhu rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat ………. 29

9. Peta sebaran kelembaban udara rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat ……… 30

10. Peta sebaran curah hujan tahunan Provinsi Jawa Barat ………. 31

11. Peta kesesuaian ketinggian tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ….. 32

12. Peta kesesuaian iklim tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ……….. 33

13. Peta jenis tanah provinsi Jawa Barat ………. 34

14. Peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat … 35 15. Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat …. 36 16. Peta penutupan lahan Provinsi Jawa Barat ………... 37

17. Peta rekomendasi wilayah pengembangan tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ………... 38

(11)

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT

SAMBA WIRAHMA G24102025

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(12)

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT

SAMBA WIRAHMA G24102025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(13)

Judul

: Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (

Cucumis melo

L.)

dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat.

Nama :

Samba

Wirahma

NRP :

G24102025

Menyetujui

Pembimbing Skripsi

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

Mengetahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131578806

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 6 Mei 1984 dari pasangan Dikdik Sadikin dan Iah Subadriah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur. Di tahun yang sama juga penulis diterima di Program Studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis pernah menjadi anggota Departemen Olah Raga dan Seni di Himpunan Profesi dan Mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi (HIMAGRETO). Selain itu penulis juga berprestasi dalam bidang olahraga yang diadakan oleh BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, diantaranya yaitu juara 1 Volley Putra pada tahun 2006, juara 2 Tenis Meja pada tahun 2005, 2006 dan 2008 serta menjadi top scorer futsal tahun 2003 yang diadakan oleh BEM TPB-IPB.

(15)

RINGKASAN

Samba Wirahma : Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.

Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan budidaya tanaman melon di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB.

Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani yang benar (intensifikasi) dan sistem perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi). Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula.

Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang tepat sesuai bagi pengembangan tanaman melon adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya, yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban udara. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah.

Dari hasil analisis dan pemetaan menunjukkan luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km2 atau sekitar 39% dari luas provinsi.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS selaku pembimbing penelitian yang telah banyak membimbing dan mengarahkan dari awal penelitian hingga selesainya laporan ini., juga kepada Bapak Ir.Impron, M.Agr.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama berada di bawah bimbingannya sekaligus sebagai Dosen Penguji dalam ujian sidang kelulusan penulis. Ungkapan terima kasih yang paling dalam disampaikan kepada Ayah, Ibu, Suri, Sera dan seluruh keluarga besarku atas doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, ucapan terima kasih juga diberikan kepada:

1. I Putu Santikayasa S.Si, M.Sc sebagai dosen penguji.

2. Seluruh dosen pengajar di Departemen Geofisika dan Meteorologi yang telah memberikan semua ilmunya kepada para mahasiswa

3. Para staf TU Departemen Geofisika dan Meteorologi : Bang Azis, Pak Toro, Pak Pono, Pak Udin, Pak Khairun, Mbak Wanti, Mbak Icha dan Bu Indah.

4. Seluruh teman–teman GFM 39 (kebersamaan dalam berangkat dan pulang kuliah, kebersamaan dalam tidur di kelas, kebersamaan gadang, kebersamaan cari makanan murah dan kebersamaan himakopa), selalu tersenyum dan riang gembira my bro n sis. 5. My bro-nya adalah : Basyarudin aeuhhh…, Deni penunjuk, Eko orang lo, Zainul hp di

atas kardus, Gian punya temaan, Ridwan hai wan, Mian ayumas, Dwi inter, Anton hihihi, Mas Joko, Aprian Epp, La Ode, Sapatu budak leungit di masigit adin, Wahyu apa sih, Rudi sisir kecil.

6. My sis-nya adalah : Hesti ningnong2, Kiki mantan mahasiswi lucu 2002, Bu Guru Fio, Nana Whahahaha, Ipit Arif, Ana black beautiful, Nida is my name, An-an si...., Lupi baju pink, Vivi baju kuning, Lina suka hyde, Aniyasa, Yuhanna don’t panic, Lindawatil, I Misna like crazy (The Moffats), Sasat pemilik kolam renang, Dwinita kemana sih? 7. Geofisika dan matematika dan tanah seperti Arif de gret, Toni jagalah kata-katanya,

David dave.

8. Keponakanku yang endut bernama Dada dan Tantenya yang bernama Eva. 9. Master Arc View Sopyan dan Fauzi.

10. Para pemilik kosan dimanapun anda berada..

11. Orang-orang yang menjadikan saya seperti sekarang ini (Yudha, Bolai, Cecep, Pandu, Gemi, Usep, Ikhsan dan semua teman di Cianjur), kalian yang membuatku selalu menikmati hidup.

12. Thom Yorke dan Damon Albarn. 13. Pandaku, Dewy Suryani Ullva.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Jika ada salah kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bogor, Mei 2008

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ……….. vi

I. PENDAHULUAN ………... 1

1. 1. Latar Belakang ……… 1. 2. Tujuan ………. 2

1. 3. Asumsi ……… 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 3

2. 1. Asal-usul Penyebaran Melon ……… 3

2. 2. Agronomi Tanaman Melon ……….. 3

2. 3. Tipe dan Varietas Melon ……….. 4

2. 4. Teknik Budidaya Melon ………... 4

2. 4. 1. Penyiapan Lahan ………... 4

2. 4. 2. Penyiapan Benih dan Pembibitan ……….. 5

2. 4. 3. Penanaman ………. 5

2. 4. 4. Pemeliharaan Tanaman ……….. 5

2. 4. 5. Panen dan Pasca Panen ……….. 5

2. 5. Hama dan Penyakit ……… 5

2. 6. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon ……….. 6

2. 7. Produksi Melon di Indonesia ………. 6

2. 8. Kesesuaian Agroklimat Tanaman melon ………... 7

2. 8. 1. Suhu Udara ……… 7

2. 8. 2. Curah Hujan dan Kelembaban Udara ……… 7

2. 8. 3. Tanah ………. 7

2. 9. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan ……….. 8

2. 10 Sistem Informasi Geografis ………... 8

III. METODOLOGI ………... 9

3. 1. Bahan dan Alat ……….. 9

3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 9

3. 3. Metode ………... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 11

4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat ……….. 11

4. 2. Kesesuaian Iklim dan Ketinggian ………. 11

4. 3. Kesesuaian Jenis Tanah ……… 13

4. 4. Kesesuaian Agroklimat ……… 14

4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat ... 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 17

5. 1. Kesimpulan ………... 17

5. 2. Saran ………. 17

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi buah melon di Indonesia ……….. 1

2. Jenis hama yang menyerang tanaman melon ……….. 6

3. Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon ………. 6

4. Defisiensi unsur hara pada tanaman melon ………. 6

5. Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan ………. 6

6. Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu ………. 7

7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat ……… 11

8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat ………. 12

9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat ………. 13

10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat ………. 13

11. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat ………. 14

12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat ………. 14

13. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat ……….………. 15

14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat ……….. 15

15. Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat ………. 16

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Buah melon ……….. 3

2. Berbagai tipe buah melon ……… 4

3. Bibit melon siap tanam ……… 5

4. Peta kesesuaian iklim dan ketinggian tanaman melon ……… 12

5. Peta kesesuaian jenis tanah tanaman melon ……… 13

6. Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon ……… 14

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi stasiun iklim di Provinsi Jawa Barat ……… 20

2. Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Jawa Barat (2001-2006) ... 21

3. Jenis-jenis tanah beserta sifat dan penggunaannya ………. 22

4. Persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) modifikasi dari Djaenudin et al, 2000 ………. 23

5. Berbagai varietas melon hibrida yang sedang beredar maupun yang pernah beredar di Indonesia ……….. 24

6. Berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman melon di Indonesia …. 26 7. Peta administrasi Provinsi jawa barat ………... 28

8. Peta sebaran suhu rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat ………. 29

9. Peta sebaran kelembaban udara rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat ……… 30

10. Peta sebaran curah hujan tahunan Provinsi Jawa Barat ………. 31

11. Peta kesesuaian ketinggian tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ….. 32

12. Peta kesesuaian iklim tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ……….. 33

13. Peta jenis tanah provinsi Jawa Barat ………. 34

14. Peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat … 35 15. Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat …. 36 16. Peta penutupan lahan Provinsi Jawa Barat ………... 37

17. Peta rekomendasi wilayah pengembangan tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat ………... 38

(21)

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat seiring dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi, sehingga peningkatan hasil produksi pertanian sangat diperlukan.

Komoditas hortikultura sudah dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru dalam sektor pertanian, karena memiliki potensial pasar yang tinggi. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan masyarakat terhadap produk hortikultura di dalam negeri diperkirakan akan meningkat. Buah-buahan merupakan komoditas hortikultura selain sayuran, tanaman hias dan tanaman obat yang mempunyai peranan penting dalam hal pemenuhan gizi masyarakat dan potensi ekonomi (Harjadi, 1989).

Mayoritas penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di Jawa, Bali, Lampung dan Sumatera, sudah akrab dengan buah melon. Dahulu buah melon mendapat julukan “buah eksotik” karena harganya mahal sehingga hanya dikonsumsi golongan masyarakat kelas atas. Namun, saat ini buah melon sudah memasyarakat seperti halnya buah semangka non-biji, apel, anggur dan jenis buah lainnya. Sayang sekali pasokan buah ini secara kontinu masih terbatas. Kalaupun ada, buah itu belum tentu memenuhi standar kualitas ekspor yang harus bersaing dalam era pasar bebas (Prajnanta, 2004).

Melon termasuk salah satu jenis buah-buahan yang relatif belum lama dibudidayakan di Indonesia. Daya pikat buah melon bagi konsumen terletak pada cita rasanya yang enak, manis, beraroma wangi dan khas, serta menyegarkan. Sedangkan daya tarik melon bagi pembudidayanya adalah nilai ekonomi dan publisitasnya yang tinggi (Herlina, 1994)

Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan tanaman melon. Meskipun benih melon sampai saat ini harus diimpor (diintroduksi) dari luar negeri, namun pengembangan budidayanya berprospek cerah. Di samping untuk menekan impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan juga menambah keanekaragaman jenis

buah-buahan yang dihasilkan di Indonesia (Rukmana, 1994).

Tanaman melon sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan tanaman melon cepat menghasilkan buah, harga yang relatif stabil, nilai ekonomi yang tinggi, permintaan pasar yang meningkat, serta dikenal masyarakat secara luas. Berdasarkan Departemen Pertanian (2007), produksi buah melon terus mengalami peningkatan pada tahun 2001 - 2003 (secara berurutan) yaitu 37.141 ton, 59.106 ton, 70.560 ton, dan pernah mencapai 478.654 ton pada tahun 1996.

Menurut Muhtar (2005) konsumsi buah melon pada 2005 - 2008 diperkirakan mencapai 1,34 - 1,50 kg/kapita/tahun dikarenakan adanya perubahan pola makan masyarakat yang semakin membutuhkan gizi seimbang, bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Tabel 1 menunjukkan produksi buah melon di Indonesia selama kurun waktu tahun 2001-2006.

Tabel 1. Produksi buah melon di Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2001 3,927 37,141 9.46 2002 4,238 59,106 13.95 2003 3,329 70,560 21.20 2004 2,287 47,664 20.84 2005 3,245 58,440 18.01 2006 3,189 55,370 17.36 Sumber : Dinas Pertanian, 2007

Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani yang benar (intensifikasi) dan sistem perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi). Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula. Hal ini menyebabkan setiap tanaman belum tentu dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan baik. Untuk melakukan ekstensifikasi pertanian diperlukan sumber daya alam yang mendukung, baik untuk pertumbuhan, perkembangan atau produktivitas tanaman (Khomarudin, 1998).

(22)

pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah.

Pengembangan komoditas pada daerah yang tidak sesuai secara agroklimatnya dapat mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, produktivitas yang rendah, input produksi tinggi dan mutu hasil rendah (Darmaputra, 2006).

1. 2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan budidaya tanaman melon di Jawa Barat.

1. 3. Asumsi

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Asal-Usul dan Penyebaran Melon Menurut asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang merupakan perbatasan Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus ada yang menyebutkan bahwa melon berasal dari lembah Persia (Syria). Tanaman ini kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa (Denmark, Belanda, Jerman). Dari Eropa, melon dibawa ke Amerika pada abad ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California dan Texas. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama pada daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Korea, Australia, hingga berkembang di Indonesia.

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor yang dikonsumsi oleh kalangan atas terutama tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia. Peraturan pemerintah yang membatasi peredaran buah impor di Indonesia pada saat itu menyebabkan pengusaha agribisnis membudidayakan buah melon di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua-Bogor dan Kalianda-Lampung oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam berbagai varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman, bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidayanya. Tidak mengherankan bila kemudian varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan.

Perkembangan selanjutnya daerah sentra melon saat itu di wilayah Bogor yaitu di daerah Cisarua, Cibinong dan Darmaga. Dari Bogor kemudian petani mengembangkan penanamannya ke wilayah Sukabumi, yaitu di daerah Cicurug dan Jampang. Sejak PT Jaka Utama Lampung bubar maka tenaga kerjanya, yang sebagian besar berasal dari daerah Ngawi-Jawa Timur, berusaha menanam melon sendiri di daerah asalnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila melon kemudian berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten), bahkan untuk saat ini daerah-daerah tersebut merupakan pemasok terbesar buah melon di Indonesia dan mengalahkan daerah asal melon pertama ditanam yaitu daerah

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004).

2. 2. Agronomi Tanaman Melon

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Schard.), mentimun (Cucumis sativus L.), pare (Momordica charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Kedudukan tanaman melon dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Divisi : Spermatophyta 2) Sub-divisi : Angiospermae 3) Klas : Dicotyledonae 4) Sub-klas : Sympetalae 5) Ordo : Cucurbitales 6) Famili : Cucurbitaceae 7) Genus : Cucumis 8) Spesies : Cucumis melo L.

Gambar 1. Buah Melon. Sumber : Prajnanta, 2004

Melon termasuk tanaman semusim atau setahun (annual) yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar 15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm (Prajnanta, 2004)

Batang tanaman bisa mencapai ketinggian (panjang) antara 1,5 - 3,0 m, berbentuk segilima, lunak, berbuku-buku, sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan berlekuk-lekuk, diameternya antara 8 - 15 cm dan letak antara satu daun dengan daun lainnya berselang-seling (Gillivary, 1961).

(24)

macam, yaitu bunga betina, jantan dan bunga sempurna. Penyerbukan bunga dilakukan dengan bantuan serangga lebah, dapat juga dibantu oleh tangan manusia (Rukmana, 1994).

Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih-krem, hijau-krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda, kuning jingga sampai kombinasi dari warna-warni tersebut, bahkan ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus.

Daging buah melon berwarna jingga-tua hingga muda, kuning-jingga, hijau-muda, putih, putih-susu sampai putih kehijau-hijauan. Ketebalan daging buah antara agak tebal (sedang) sampai tebal dengan cita rasa manis beraroma harum yang khas. Kandungan kadar gulanya pada kisaran 10 - 16% dan berat buah antara 0,4 - 2,0 kg/butir. Umur buah dipanen antara 60 - 100 hari setelah pindah tanam, tergantung varietasnya (Rukmana, 1994).

2. 3. Tipe dan Varietas Melon

Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, Korea, Jerman, Denmark dan Belanda (Prajnanta, 2004).

Berdasarkan penampilan kulit buahnya, melon digolongkan menjadi melon tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Dari kedua tipe tersebut,

netted melon bernilai ekonomi lebih tinggi (Edmond, et al, 1957)

Tipe melon berjaring (netted melon) mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring dan tahan lama. Tipe

netted melon terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var. reticulatus) dan canteloupe (Cucumis melo var. cantelupensis). Tipe musk melon ini paling banyak ditanam di Indonesia, contohnya varietas Sky Rocket, Action, Aroma, Sweet Star, Select Rocket dan Emerald Sweet. Sedangkan tipe cantaloupe kurang digemari konsumen, sehingga telah hilang dari pasaran. Varietas yang masih bertahan saat ini adalah varietas New Century yang berbentuk lonjong.

Tipe melon tanpa jaring (winter melon) berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh tipe winter melon adalah casaba melon

(Cucumis melo var. inodorous). Contoh melon dalam tipe ini adalah varietas Honey Dew, Honey World, Sun dan Super Salmon.

Selain tipe netted dan winter melon,

terdapat pula tipe yang kulitnya semi berjaring (semi-netted melon). Varietas Jade Dew dan Ten-Me merupakan contoh melon tipe semi berjaring, tetapi mempunyai penampilan agak mirip winter melon (Prajnanta, 2004).

Gambar 2. Berbagai tipe Buah Melon. Sumber : Rukmana, 1994

Variasi dalam bentuk, ukuran, rasa dan aroma buah melon tergantung dari varietasnya (Tjahjadi, 1994). Meskipun varietas melon hibrida jumlahnya banyak dan dari waktu ke waktu bertambah terus, tetapi jenis atau varietas yang berkembang di lapangan masih relatif sedikit. Tanaman melon yang banyak diusahakan sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah varietas Sky Rocket yang termasuk tipe netted melon. Ciri-cirinya mempunyai kulit buah keras, kasar, berurat, bergambar seperti jala (net) dan tahan lama dengan umur panen antara 60 – 80 hari sejak berbunga (Sarwono, 1990).Varietas lain yang mulai banyak ditanam para petani di berbagai daerah adalah : Jade Dew, Ten-Me, Sun, Honey World dan New Century.

2. 4. Teknik Budidaya Tanaman Melon 2. 4. 1. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk tanaman melon disesuaikan dengan sistem tanam yang dipilih, yaitu sistem lanjaran dan dijalarkan di permukaan tanah. Pada sistem tanam lanjaran, lahan untuk kebun melon tanahnya diolah (dibajak) sampai berstruktur remah, kemudian dibuatkan bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm, tinggi 40 - 50 cm, selokan atau jarak antar bedengan 60 - 70 cm dan panjang bedengan sebaiknya tidak lebih dari 12 m untuk mempermudah pengelolaan (pemeliharaan) tanaman melon.

(25)

mulsa plastik ini berwarna hitam perak, sehingga popular disebut Mulsa Plastik Hitam Perak (Rukmana, 1994).

2. 4. 2. Penyiapan Benih dan Pembibitan Bersamaan dengan kegiatan penyiapan lahan, dilakukan penyiapan benih melon dan pembibitannya. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan benih melon sekitar 200 - 500 gram bila populasinya kurang lebih 12.000 tanaman atau tergantung jenis melonnya. Benih ini disemaikan dulu dalam polybag kecil ukuran 8 x 10 cm hingga bibitnya berdaun 2 - 3 helai (Rukmana, 1994).

2. 4. 3. Penanaman

Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur 12 - 14 hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik matahari dan suhu udara tinggi.

Gambar 3. Bibit Melon Siap Tanam. Sumber : Prajnanta, 2004.

2. 4. 4. Pemeliharaan Tanaman

Khusus pada sistem tanam yang dirambatkan, seawal mungkin dilakukan pemasangan lanjaran (turus) dari bilah bambu. Ukuran panjang lanjaran 175 - 200 cm dan lebar 3 - 4 cm, dipasang berjajar dekat batang tanaman melon, sehingga membentuk segitiga. Antara satu turus dengan turus yang lainnya dihubungkan dengan gelagar arah mendatar dan diikatkan tali rafia cukup kuat.

Pengairan dilakukan secara rutin pagi atau sore hari, terutama pada fase awal pertumbuhan, baik dengan cara dileb (digenangi) maupun disiram. Menjelang pembentukan jaring pada kulit buah melon tipe berjala, penyiraman dihentikan selama 1 minggu. Setelah jaringan jala mencapai sekitar 60% terbentuk, tanaman disiram lagi secukupnya. Hal ini bertujuan agar pembentukan jaring buah dapat sempurna dan merata.

Tanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, setelah

tumbuh memanjang sebaiknya diatur merambat membentuk siku-siku dengan barisan tanaman. Khusus pada pertanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, perlu penutupan serasah atau jerami seawal mungkin, terutama untuk melindungi buah agar tidak terkena tanah.

Penyerbukan bunga dilakukan bila tidak ada serangga lebah ataupun keadaan cuaca kurang baik (suhu udara terlalu rendah). Tata cara penyerbukannya adalah dengan mengoleskan serbuk sari dari bunga jantan kepada kepala putik dengan alat bantu kuas gambar (Rukmana, 1994).

2. 4. 5. Panen dan Pascapanen

Kematangan buah melon siap dipanen sangat tergantung pada varietasnya dan juga dipengaruhi keadaan iklim setempat. Beberapa varietas melon hibrida yang sudah banyak ditanam petani di berbagai daerah, umumnya dapat dipanen pada umur 75 - 100 hari setelah pindah tanam (hspt), atau kisaran 30 - 50 hari setelah berbunga (hsb).

Ciri-ciri umum buah melon siap panen antara lain beraroma harum, warna kulit kekuning-kuningan, tangkai buahnya retak dan garis pemisah antara tangkai dan buahnya tampak jelas. Pada jenis melon yang buahnya berjaring, struktur jaringnya harus sudah penuh dan sempurna. Pemanenan yang terlalu dini akan menyebabkan kualitas buah yang rendah, yakni kadar gulanya belum maksimum sehingga rasanya kurang manis.

Panen melon dapat dilakukan sekaligus total, tetapi dapat pula secara bertahap, tergantung kematangan buah. Pada sistem pemeliharaan yang intensif, produksi melon hibrida berkisar antara 25 - 30 ton/hektar (sistem tanam lanjaran) atau 15 - 20 ton/hektar untuk sitem tanam dijalarkan di permukaan tanah.

Di pasar-pasar swalayan, kualitas atau mutu buah melon diklasifikasikan dalam tiga kelas mutu berdasarkan bobot (berat); yaitu M1 beratnya diatas 1,5 kg/buah, M2 antara 1,0

- 1,5 kg/buah dan M3 dibawah 1,0 kg/buah.

Khusus pada jenis melon berjaring, klasifikasi tadi dilengkapi dengan kiteria struktur jaringnya merata, juga diisyaratkan dengan keseragaman buah, kemulusan, aromanya tajam dan tahan simpan (Prajnanta, 2004).

2. 5. Hama dan Penyakit

(26)

Tanaman melon juga dikenal peka terhadap kekurangan unsur hara tertentu.

Jenis-jenis hama dan penyakit serta gejala kekurangan unsur hara yang biasa menyerang tanaman melon diuraikan pada tabel-tabel dibawah ini.

Tabel 2. Jenis hama yang menyerang tanaman melon.

Hama

Lalat Buah (Bactrocera cucurbitae

Coquilett)

Thrips (Thrips parvispinus Karny) Kutu Aphids (Aphis gossypii Glover) Kumbang Daun (Aulacophora femoralis

Motschulsky) Ulat perusak daun Hama pemotong bibit Tungau

Nematoda

Sumber : Prajnanta, 2004

Tabel 3. Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon

Penyakit Layu bakteri (bacterial wilt) Embun bulu (downy mildew)

Busuk pangkal batang (gummy stem blight) Busuk leher batang

Layu fusarium Kudis Antraknosa

Busuk cabang/tangkai Busuk buah

Bercak bakteri (angular leaf spot) Powdery mildew

Penyakit virus

Sumber : Prajnanta, 2004

Tabel 4. Defisiensi unsur hara pada tanaman melon

Defisiensi Unsur Hara Defisiensi unsur boron

Defisiensi unsur kalium Defisiensi unsur magnesium

Sumber : Prajnanta, 2004

2. 6. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon

Melon saat ini tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar saja. Selain sebagai buah meja, melon juga dihidangkan dalam bentuk jus. Berbagai produk makanan maupun minuman seperti sirup, permen dan susu menyajikan melon sebagai pilihan rasa.

Melon menjadi salah satu sumber energi karena mengandung kalori, lemak dan

karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Saat ini melon sering digunakan sebagai buah untuk terapi kesehatan. Melon mengandung zat adenosine, yaitu suatu zat antikoagulan yang berfungsi menghentikan penggumpalan keping sel darah. Apabila penggumpalan sel darah ini berlanjut dan tidak dihentikan akan menyebabkan timbulnya stroke/sakit jantung. Penelitian lain menyebutkan bahwa zat karotenoid pada melon cukup tinggi sehingga dapat mencegah penyakit kanker, terutama kanker paru-paru (Wirakusumah, 1995).

Tabel 5. Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan

Kandungan Gizi Nilai Satuan Kalori (Energi) Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1

Vitamin B2

Vitamin C Niasin Serat Air

21,0 kal 0,6 g 0,1 g 5,1 g 15,0 mg 25,0 mg 0,5 mg 640,0 Sl 0,03 mg 0,02 mg 34,0 mg 0,8 g 0,3 g 93,5 g

Sumber : Wirakusumah (1995)

2. 7. Produksi Melon di Indonesia

Konsumsi buah melon semakin meningkat seiring dengan pola makan penduduk Indonesia yang membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi sehari-hari. Melon yang awalnya hanya dikenal sebagai buah untuk konsumsi masyarakat golongan atas, sekarang sudah mulai dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat meskipun belum mampu menjangkau seluruh pelosok Indonesia.

(27)

Klaten dan Magelang) seluas 500 hektar; Jawa Barat (Sukabumi dan Cisarua, Bogor) seluas 400 hektar, serta sisanya seluas 50 hektar tersebar di beberapa daerah seperti DIY, Lampung, Aceh, Medan dan Riau (Prajnanta, 2004).

2. 8. Kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon

2. 8. 1. Suhu Udara

Melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah sub tropis dan tropis. Di daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara menurun 0.6 0C tiap kenaikan 100 mdpl.

Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal.

Persyaratan kebutuhan iklim tanaman melon adalah sebagai berikut: suhu rata-rata berkisar antara 18 - 35 0C dan suhu yang optimum sekitar 22 - 30 0C (Djaenudin, et al, 2000)

Tabel 6. Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu.

Ketinggian Tempat (mdpl)

Suhu Udara (0C)

Tipe/Varietas Melon

0 – 200 200 – 600

650 – 1000

1000 – 2000

3000 ke atas

27.5 – 25.0 25.0 – 23.5 26.0 – 24.0

23.5 – 18.7

24.0 – 19.0

18.7 – 12.0

< 10 Musk Melon Musk Melon Oriental Sweet Melon Cantaloupe Melon Casaba Melon (Winter Melon) Cantaloupe, Casaba melon ---

Sumber : Setiadi (1987)

Suhu udara yang sangat rendah menyebabkan : (a) pertumbuhan daun dan buah menurun; (b) pertambahan cabang tersier dan sekunder berkurang; (c) distribusi hasil fotosintesis dari tajuk akan terganggu; (d) respirasi menurun, dan (e) pembungaan dan terjadinya buah meningkat terutama oleh suhu

udara pada malam hari yang rendah (William dan Joseph, 1973).

Sementara itu keadaan suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman layu, pada keadaan ekstrim dapat mati, karena laju kehilangan air (transpirasi) melebihi absorbsi air oleh akar. Juga akan mempengaruhi pembungaan dan pembuahan yaitu gagalnya penyerbukan bunga karena mengeringnya tepung sari (Thompson dan Kelly, 1957).

Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Lama penyinaran matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar 10 - 12 jam sehari. Sinar matahari membantu proses pembentukan zat gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon menjadi besar dan manis (Prajnanta, 2004)

2. 8. 2. Curah Hujan dan Kelembaban Udara

Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000 - 3000 mm/tahun. Tanaman melon kurang bagus bila diusahakan di musim hujan. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk. Curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelembaban tinggi di sekitar pertanaman dan akan merangsang perkembangbiakkan hama lalat buah dan berbagai penyakit terutama downy mildew dan kresek daun. Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24 - 80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat asalkan sirkulasi udara lancar (Tjahjadi, 1994).

2. 8. 3. Tanah

Pertumbuhan tanaman melon akan optimal apabila dibudidayakan pada tanah dengan kisaran pH 5.8 - 7.6, namun demikian tanaman melon masih dapat tumbuh dan berproduksi pada pH 5.0 - 8.2.

Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem drainase menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

(28)

regosol dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik maupun pemupukan (Setiadi, 1987).

2. 9. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan

Pewilayahan tanaman merupakan salah satu metode evaluasi lahan yang mengidentifikasi lahan yang dapat digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman dan diperoleh lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman.

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna tanah dan juga suatu proses dalam menduga potensi lahan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, lereng, topografi dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Inti dari evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian untuk jenis penggunaan lahan tersebut (Khomarudin, 1998).

Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu. Penilaian kesesuian lahan dibedakan menurut tingkatannya yaitu, pada tingkat orde dan kelas. Pada tingkat orde kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai (N), sedangkan pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan menjadi tiga kelas. Pertama adalah lahan sangat sesuai (S1), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti dan nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan dan tidak akan mereduksi produktivitas secara nyata. Kedua yaitu lahan sesuai (S2), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, tetapi biasanya faktor pembatas tersebut mampu diatasi oleh petani itu sendiri. Ketiga adalah lahan sesuai marjinal (S3) merupakan kelas kesesuaian lahan dimana lahan mempunyai faktor

pembatas yang berat, memerlukan tambahan input yang lebih banyak daripada kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatasnya diperlukan modal yang tinggi. Ketiga kelas ini didasarkan pada faktor pembatas yang mempengaruhi kelanjutan penggunaan lahan (Irawan, 2007).

2. 10. Sistem Informasi Geografis

Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan alam, yaitu mempelajari bumi yang mencakup bentuk dan pengembangannya, gejala-gejala yang terjadi di atasnya, tampakan vegetasi, hidrologi, lahan dan penggunaannya yang berkaitan dengan kehadiran dan kegiatan manusia dalam konteks keruangan, lingkungan dan wilayah. Oleh karena itu ilmu geografi erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu lain, baik sosial maupun ilmu pengetahuan alam (Purwadhi, 1999).

(29)

III. METODOLOGI

3. 1. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1). Data iklim Provinsi Jawa Barat berupa suhu rata-rata, kelembaban udara dan curah hujan dari tahun 2001-2006 yang diperoleh dari BMG.

2). Peta tanah dan data topografi Provinsi Jawa Barat yang diperoleh dari Puslitanak.

3). Peta penunjang lainnya seperti peta administrasi dan peta penutupan lahan daerah Jawa Barat.

4). Seperangkat PC (Personal Computer) dan perangkat lunak (software) pengolah data, ArcView 3.3, ER Mapper dan Adobe Photoshop 7.0.

3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB.

3. 3. Metode

Sebagai langkah awal, yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1). Pengumpulan data dan studi pustaka. Studi pustaka dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi mengenai tanaman melon baik itu kriteria tanaman dan syarat tumbuh tanaman melon. Selanjutnya adalah penyiapan data spasial berupa peta iklim dan tanah. Kegiatan ini mencakup pengumpulan dan pembuatan peta spasial suhu, kelembaban, curah hujan dan tanah.

2). Klasifikasi Kesesuaian

Pada tahap ini, setiap peta diklasifikasikan dan diberi nilai berdasarkan tingkat kelas kesesuaian tanaman melon, yaitu :

ƒ Sangat Sesuai (S1)

Daerah sangat sesuai untuk pengembangan tanaman melon, dimana tidak ada faktor pembatas terhadap penggunaannya secara bekelanjutan. ƒ Sesuai (S2)

Daerah sesuai untuk pengembangan tanaman melon, dimana tidak ada faktor pembatas terhadap penggunaanya secara berkelanjutan, atau memiliki faktor pembatas yang

sifatnya minor (dapat diatasi) serta tidak akan menurunkan hasil produksi. ƒ Kurang Sesuai (S3)

Daerah cukup sesuai atau sesuai marjinal yang memiliki faktor pembatas yang sangat perlu untuk diperhatikan, agar tidak menurunkan hasil produksi.

ƒ Tidak Sesuai (N)

Daerah yang tidak cocok untuk pengembangan komoditas tanaman melon lebih lanjut, karena memiliki faktor pembatas yang sangat besar.

3). Penentuan tingkat kesesuaian iklim Tingkat kesesuaian iklim tanaman melon didasarkan dari data iklim provinsi Jawa Barat yang berupa suhu udara rata, kelembaban udara rata-rata dan curah hujan tahunan dari tahun 2001 – 2006 serta data topografi Provinsi Jawa Barat.

Suhu udara rata-rata untuk daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat diduga dengan menggunakan hukum Braak, dimana diasumsikan bahwa suhu akan turun 0.6 0C tiap kenaikan 100 meter. Sebagai patokan suhu digunakan suhu rata-rata dari Stasiun Meteorologi Sukapura, Cirebon (ketinggian 7 m dpl). Hal ini dilakukan karena letak stasiunnya yang hampir mendekati permukaan laut (0 m dpl). Suhu udara rata-rata diduga menggunakan persamaan Braak, dengan rumus:

T = X - 0,0061h pada 0<h<2000 mdpl T = X - 0,0052h pada h>2000 mdpl

Dimana T = Suhu udara rata-rata (dalam 0C)

h = Ketinggian tempat di atas permukaan laut (dalam meter)

X = Suhu rata-rata stasiun acuan (dalam 0C)

Proses interpolasi adalah mengisi kekosongan data dengan metoda tertentu dari suatu kumpulan data untuk menghasilkan sebaran yang kontinu. Dalam studi ini, digunakan metode

(30)

dibandingkan sel yang lebih jauh. Titik-titik pada radius tertentu dapat digunakan dalam menentukan nilai luaran untuk setiap lokasi.

Hasil dari interpolasi ini akan diperoleh peta isoplet (sebaran spasial kelembaban udara) dan peta isohyet (sebaran spasial curah hujan).

Ketiga data tersebut ditumpangsusunkan (overlay) sehingga menghasilkan informasi baru berupa peta tingkat kesesuaian iklim tanaman melon.

Penentuan kelas kesesuaian berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga unsur iklim tersebut mempunyai peranan sama penting, sehingga jika salah satu unsur memiliki tingkat kesesuaian yang lebih rendah maka kelas kesesuaian tersebut akan mengikuti yang lebih rendah.

4). Penentuan kesesuaian tanah

Parameter yang diuji dalam penentuan kelas kesesuaian tanah adalah jenis tanah. Penentuan kelas kesesuaian untuk tanaman melon disusun sama seperti pada proses penentuan tingkat kesesuaian iklim

5). Penentuan kesesuaian agroklimat

Pewilayahan kesesuaian agroklimat tanaman tidak dapat dilihat

dari satu unsur tertentu saja, tetapi memerlukan penggabungan beberapa unsur diantaranya kesesuaian iklim dan tanah.

Hasil overlay dari kedua peta tersebut adalah peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5° 54' - 7° 45' LS dan 106° 22' - 108° 50’ BT dengan areal seluas 37.034,95 km2 atau 3.703.495 ha. Jawa Barat merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten.

Iklim di daerah Jawa Barat termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang beragam antara 2.000 - 5.000 mm/tahun. Curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 - 5.000 mm/tahun. Suhu udara beragam antara 90 C – 34 0C dengan suhu 90 C di Puncak Gunung Pangrango dan 340 C di Pantai Utara. Provinsi

Jawa Barat merupakan wilayah dengan beragam topografi yang berupa dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, berbukit dan pulau-pulau kecil, yang berada pada ketinggian antara 0 - 3.300 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Wilayah ini memiliki perairan umum yang berupa danau, sungai dan waduk.

Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Jawa Barat antara lain meliputi areal hutan seluas 8.486 km2 (19,6%), areal alang-alang dan padang rumput seluas 432 km2 (1,0%), areal tegalan seluas 3.584 km2 (8,3%),

[image:31.612.343.493.111.319.2]

areal perkebunan seluas 3.022 km2 (7,0%), areal kebun campuran seluas 8.160 km2 (18,9%), areal kolam dan tambak seluas 820 km2 (1,9%), areal pemukiman atau perumahan seluas 3.368 km2 (7,8%), dan areal lainnya seluas 15.305,22 km2 (35,4%) dari seluruh luas wilayah. Pada saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari 16 kabupaten dan 9 kotamadya, dan terdiri dari 584 kecamatan, 5.201 desa dan 609 kelurahan.

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten Luas (km2) Tasikmalaya 2934.39 Sumedang 1583.36 Subang 2147.53 Purwakarta 948.48 Majalengka 1307.92 Kuningan 1220.32 Sukabumi 4287.56 Cirebon 1083.63 Bogor 3236.92 Bandung 3241.71 Karawang 1874.96 Indramayu 2057.13 Garut 3097.69 Cianjur 3716.82 Ciamis 2853.14 Bekasi 1443.39 Total 37034.95

4. 2. Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Hasil tumpang tindih dari unsur iklim (suhu udara rata-rata, kelembaban udara dan curah hujan) menggambarkan daerah-daerah yang memiliki kesesuaian iklim untuk tanaman melon. Seluruh wilayah kajian penelitian pada umumnya memiliki kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.

Suhu udara memiliki variasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat. Suhu udara rata-rata berkisar antara 16 0 – 28 0C, dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Hal ini diakibatkan variasi ketinggian di daerah Provinsi Jawa Barat dari mulai 0 meter sampai 3.300 meter dpl.

Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 65 % - 90 % dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24 - 80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat.

(32)

kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan kurang sesuai (S3).

Topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Bahkan jenis melon yang ditanam pun tergantung dari ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal.

Saat ini daerah sentra penanaman melon justru berpusat di dataran rendah seperti Ngawi, Madiun, Sragen, Ponorogo, Sukoharjo dan Jampang (Sukabumi) (Prajnanta, 2004).

Gambar 4 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim dan ketinggian untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N).

Berdasarkan peta kesesuaian iklim dan ketinggian ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 25983,68 km2

. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai

[image:32.612.330.506.145.300.2]

(S1) mencakup area seluas 6012,13 km2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 3710,32 km2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km2.

Gambar 4. Peta Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Tanaman Melon.

[image:32.612.191.450.478.686.2]

Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 1786,58 km2, disusul oleh Kabupaten Garut yaitu seluas 1180,80 km2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 3903,75 km2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Ciamis masing-masing seluas 2587,55 km2, 2483,81 km2 dan 2457,43 km2.

Tabel 8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten S1 (km2) S2 (km2) S3 (km2) N (km2) Tasikmalaya 562.7 2151.46 189.03 29.01 Sumedang 894.17 504.67 161.78 25.5 Subang 248.82 1833.18 52.75 7.03 Purwakarta 309.49 630.4 10.55 0.88 Majalengka 201.34 1021.66 14.95 72.1

Kuningan 0 1137.72 0 80.01

Sukabumi 0 3903.75 292.78 72.1

Cirebon 0 1077.93 0 0

Bogor 0 2587.55 617.22 24.62

Bandung 1786.58 86.16 822.95 544.24

Karawang 35.17 1840.21 0 0

Indramayu 0. 2058.26 0 0

Garut 1180.8 778.11 835.26 307.73 Cianjur 482.69 2483.81 641.83 103.75

Ciamis 310.37 2457.43 71.22 5.28

Bekasi 0 1431.38 0 0

(33)

Tabel 9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat

Kelas Kesesuaian

Luas (km2) % Luas Total S1 6012.13 16

S2 25983.68 71 S3 3710.32 10

N 1272.23 3 Total 36978.4 100

4. 3. Kesesuaian Jenis Tanah

Parameter yang diuji dalam menentukan kelas kesesuaian tanah adalah jenis tanah. Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya akan bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem pembuanagan air (drainase) menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

Hampir semua jenis tanah cocok ditanami melon asalkan dikelola secara sempurna. Tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol dan grumosol.

Kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan

[image:33.612.127.312.133.216.2]

pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.

[image:33.612.331.504.178.326.2]

Gambar 5 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3).

Gambar 5. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Tanaman Melon.

Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2811.34

km2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung masing-masing seluas 2673.41 km2, 2333.41 km2 dan 2064.58 km2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Indramayu yaitu seluas 1902.05 km2, disusul oleh Kabupaten Karawang yaitu seluas

1436.42 km2.

Tabel 10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten S1 (km2) S2 (km2) S3 (km2) N (km2) Tasikmalaya 759.94 1543.6 627.28 0

Sumedang 1326.6 256.53 0 0

Subang 1238.75 904.9 0 0

Purwakarta 848.67 103.67 0 0

Majalengka 774 533.28 0 0

Kuningan 763.45 455.96 0 0 Sukabumi 2811.34 1292.34 179.22 0

Cirebon 442.79 640.46 0 0

Bogor 2673.41 533.28 27.24 0

Bandung 2064.58 1178.13 0 0

Karawang 416.43 1436.42 20.21 0

Indramayu 151.99 1902.05 0 0

Garut 1538.33 1519 42.17 0

Cianjur 2333.41 1377.56 0 0

Ciamis 1693.83 854.82 305.73 0

Bekasi 394.47 1035.8 1.76 0

[image:33.612.189.450.502.708.2]
(34)

Daerah yang sangat sesuai (S1) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 20231,96 km2. Untuk daerah dengan kelas sesuai (S2) mencakup area seluas 15567,78 km2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 1203,60 km2.

Tabel 11. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat.

Kelas Kesesuaian

Luas (km2) % Luas Total S1 20231.96 55 S2 15567.78 42 S3 1203.6 3

N 0 0 Total 37003.3 100

4. 4. Kesesuaian Agroklimat

Faktor kesesuaian tanaman tertentu terhadap kondisi lingkungannya tidak dapat dipisahkan dari unsur iklim dan tanah (agroklimat). Interaksi kedua unsur tersebut merupakan penentu, karena apabila suatu daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah yang sesuai maka kondisi lingkungan tersebut tidak bisa dikatakan sesuai untuk suatu tanaman (Ansari, 2002).

Gambar 6 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim, ketinggian dan tanah (kesesuaian agroklimat) untuk

[image:34.612.330.504.145.300.2]

tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N).

Gambar 6. Peta kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon.

Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 874,83 km2, disusul oleh Kabupaten Sumedang yaitu seluas 728,88 km2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas

3721.75 km2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2868,03 km2, Kabupaten Bogor seluas 2559,42 km2, Kabupaten Ciamis seluas 2326,42, Kabupaten Tasikmalaya seluas 2083,76 km2 dan Kabupaten Indramayu seluas 2052,11 km2.

Tabel 12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat

Kabupaten S1 (km2) S2 (km2) S3 (km2) N (km2) Tasikmalaya 0 2083.76 818.56 29.01 Sumedang 728.88 669.97 161.78 25.5 Subang 247.94 1833.18 52.75 7.03 Purwakarta 288.39 651.5 10.55 0.88 Majalengka 171.45 1051.55 14.95 72.1

Kuningan 0 1137.72 0 80.01

Sukabumi 0 3721.75 473.9 72.1

Cirebon 0 1077.05 0 0

Bogor 0 2559.42 644.47 24.62

Bandung 874.83 997.92 822.95 544.24

Karawang 35.17 1819.11 20.22 0

Indramayu 0 2052.11 0 0

Garut 168.81 1747.9 877.47 307.73 Cianjur 98.47 2868.03 641.83 103.75 Ciamis 135.4 2326.42 374.55 5.28

Bekasi 0 1429.62 1.76 0

[image:34.612.128.310.217.302.2] [image:34.612.191.450.503.711.2]
(35)

Berdasarkan peta kesesuaian agroklimat ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 28027 km2. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai (S1) mencakup area seluas 2749,33 km2, kelas

kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 4915,74 km2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km2.

Tabel 13. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat

Kelas Kesesuaian

Luas (km2) % Luas Total S1 2749.33 7 S2 28027 76 S3 4915.74 14

N 1272.23 3 Total 36964.3 100

Wilayah yang berpotensi merupakan gabungan dari kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimatnya cukup luas yaitu sekitar 30776,33 km2 atau sekitar 83% dari keseluruhan luas Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah-wilayah tersebut membuktikan bahwa terdapat banyak potensi untuk daerah pengembangan tanaman melon di daerah Provinsi Jawa Barat.

Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian kurang sesuai (S3) akan kurang berpotensi dalam pengembangan tanaman melon di Provinsi Jawa Barat, karena wilayah ini akan memberikan banyak faktor pembatas yang dapat menghambat produksi tanaman dan pada akhirnya akan menghambat perkembangan ekstensifikasi tanaman melon. Sedangkan pada kelas tidak sesuai (N) daerah tersebut dapat dikatakan tidak cocok untuk pengembangan tanaman melon.

4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat

Pemetaan wilayah kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat yang telah disusun hanya berdasarkan sifat fisik yaitu iklim, ketinggian dan tanah. Oleh karena itu juga harus dipertimbangkan dari segi sosial ekonomi yaitu faktor penggunaan lahan.

Lahan-lahan pertanian, hutan daratan rendah dan perkebunan secara ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai wilayah ekstensifikasi yang potensial. Lahan kering tidak produktif dan waduk merupakan wilayah yang mutlak tidak bisa dilakukan ekstensifikasi.

Gambar 7. Wilayah yang Potensial untuk Ekstensifikasi Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat terlihat hampir semua wilayah di Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan tanaman melon, meskipun ada sebagian wilayah yang kurang mempunyai potensi tersebut. Wilayah yang kurang dan tidak berpotensi sebagian besar disebabkan oleh faktor penutupan lahan dimana wilayah tersebut merupakan daerah kota, rawa, tambak, waduk dan lahan kering yang tidak produktif.

Tabel 14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten Baik Kurang Tidak Ada

Tasikmalaya 1479.96 699.04 758.03 Sumedang 838.14 70.43 673.51

Subang 1226.4 51.06 866.32

Purwakarta 401.46 4.40 542.33 Majalengka 892.73 11.45 402.34

Kuningan 924.42 0 292.29

Sukabumi 2477.45 418.19 1372.55

Cirebon 713.13 0 363.61

Bogor 1218.48 297.58 1712.38

Bandung 755.38 475.42 2010.84

Karawang 1008.06 0 866.32

Indramayu 1508.13 0 542.33

Garut 675.27 558.17 1862.05

Cianjur 2197.48 525.60 990.45

Ciamis 2058.38 313.42 466.61

Bekasi 773.87 0.88 662.94

[image:35.612.328.505.156.319.2] [image:35.612.126.312.252.335.2] [image:35.612.325.507.498.701.2]
(36)

Wilayah yang memiliki potensi yang baik terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km2.

Luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km2 atau sekitar 39% dari luas provinsi.

Tabel 15. Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat.

Potensi Luas (km2) % Luas Total

Baik 19148.73 52

Kurang 3425.64 9 Tidak Ada 14384.88 39

Total 36959.25 100

Tabel 16 menunjukkan produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tahun 2001-2006.

Tabel 16. Produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat.

Tahun Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2001 480 4400 9.17

2002 240 7200 30

2003 170 1280 7.53 2004 250 2220 8.88 2005 60 1160 19.33 2006 230 1670 7.26

[image:36.612.130.312.252.365.2] [image:36.612.132.312.441.545.2]
(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Provinsi Jawa Barat memiliki potensi dalam pengembangan tanaman melon karena kondisi alam berupa jenis tanah, topografi dan unsur cuaca yang mendukung kebutuhan agroklimat tanaman melon. Analisis dilakukan terhadap peta provinsi dengan menggunakan lima buah faktor pembatas pertumbuhan yaitu suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian tempat dan jenis tanah.

Dari hasil analisis dan pemetaan menunjukkan luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km2 atau sekitar 39% dari luas provinsi.

Daerah paling luas yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman melon adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km2.

Perlu diperhatikan bahwa luasan wilayah yang didapat masih berupa luasan potensial bukan aktual. Luasan wilayah sebenarnya di lapangan bisa jadi lebih sedikit karena wilayah tersebut sudah digunakan untuk sektor lain seperti pemukiman, perkebunan, industri, dan lain sebagainya, sehingga lahan tersebut sulit untuk dikonversi penggunaanya menjadi lahan penanaman tanaman melon.

5. 2. Saran

Penelitian ini hanya mengkaji dan didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga diperhatikan fakto

Gambar

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Gambar 4. Peta
Gambar 5. Peta
Tabel 12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, akan dikaji lebih lanjut dengan menggunakan metode terbaru yaitu percampuran batu kapur (limestone) dengan bahan bakar batubara kualitas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di SDI Al-Hidayah Pamulang bahwasannya, proses pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Tilawati ini berjalan

Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan pada 6 kelompok, yaitu 4 kelompok yang diberi ekstrak etanol daun Notika dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg

Dari beberapa penjelasan di atas, apabila tersebut dihubungkan dengan istilah pendidikan, secara sederhana teori pen-didikan dapat diartikan sebagai berikut: Teori

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

Usaha peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilakukan kepala sekolah sebagai agen perubahan adalah melalui kegiatan pembenahan manajemen sekolah antara lain pembinaan

Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan kinerja dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, serta

Brosur merupakan alat pengenalan kepada calon nasabah, akan tetapi brosur bukan menjadi alat yang paling unggul untuk merekrut nasabah karena di BMT Fajar Mulia