SKRIPSI
PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS
EKONOMI YUNANI (2008-2014)
Oleh:
AINUL ICHSAN
20090510133
PROGRAM HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Alasan pemilihan Judul……… 1
B. Tujuan Penulisan……….. 2
C. Latar Belakang Masalah………... 2
D. Rumusan Pokok Permasalahan……….... 4
E. Kerangka Dasar Teori………... 4
1. Teori Peranan………... 4
2. Konsep Organisasi Internasional……….. 10
3. Teori Structural Adjusment……….. 15
F. Hipotesis………... 19
G. Teknik Pengumpulan Data……… 19
H. Sistematika Penulisan……… 20
BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI A. Integrasi Uni Eropa……… 22
1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)... 23
B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa
1. Komisi Eropa………... 28
2. Dewan Uni Eropa……… 30
3. Parlemen Eropa………... 31
4. Bank Sentral Eropa……….. 31
C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa………. 33
D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalism………. 41
BAB III : KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA A. Krisis Yunani………. 45
B. Kondisi Eropa Dalam Menghadapi Kisis Yunani………….. 57
BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI A. Skema Bantuan Fiskal Uni Eropa Terhadap Yunani………... 70
1. Mendirikan The Eropean Stabiliti Facility (EFSF)….. 70
2. Bantuan Melaui ESM TerhadapYunani………... 72
3. Pembentukan Satuan Tugas Pemberian Bantuan Terhadap Yunani………. 74
B. Program Penyesuaian Ekonomi Untuk Yunani………... 75
1. Program Penyesuaian Ekonomi Pertama yunani……. 76
2. Program Penyesuaian Ekonomi Kedua yunani……… 77
BAB V : KESIMPULAN……… 94
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa SKRIPSI ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi Lain.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, 26 December 2016
ii MOTTO
“Kebenaran sejati adalah ketika orang meyakini hal itu dengan keyakinannya”
Ainul Ichsan
“You don’t get another chance, life is no nitendo game”
Eminem
“Dead people receive more flowers than the living ones because regret is stronger than gratitude
Anna Frank
“Keep it simple and be yourself”
Bilhuda Amirur Rachman
“Lets find some fun”
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Kedua orang tua
Bapak H. Arkoni Md dan Ibu Hj. Najla Husni yang telah melahirkan saya, dan membesarkan saya hingga saat ini. Terima kasih atas kesabaran yang luar biasa besar
buat saya. Dan kalian terlalu istimewah untuk dijadikan rangkaian kalimat.
Kakak dan adikku
M.Iqbal huseini, M.Irfan Ilhami dan Warda Soraya, terima kasih atas dukungan yang diberikan, kalianlah orang yang selalu menjadi garda utama ketika saya butuh motivasi.
HOW CAN WE NOT TALK ABOUT FAMILY
WHEN FAMILYS ALL THAT WE GOT
Pasukan stabil kos
Abang-abang ku, Billy, Sogan, Imam, Husan, Bams, Ai. Dan para sahabat seperjuangan yang selalu ada kapanpun dibutuhkan, Yahya safrian, Dzikie, Hendy, Maleo, Apex, terima kasih atas semua waktu yang telah kita lewati bersama, semoga persahabatan kita
terus berlanjut hingga anak cucu. Hhaaa
HI C 09
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji shukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan hidayah Nya serta junjunganku Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh rasa shukur penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari berkah yang di berikan Allah SWT sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul : PERAN UNI
EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI
(2008-2014),
yang mana dalam penyusunanya telah dibantu oleh banyak pihak agar dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) Ilmu Hubungan Internasional. Penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :1. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si sebagai pemimbing saya 2. Ibu Siti Muslihati, S,IP, M.Si selaku penguji 1 skripsi
3. Ibu Drs. Nur Azizah, M.Si
4. Para dosen HI yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat berharga.
5. Bapak Waluyo, Bapak Ayub, Bapak Jumari yang telah membantu melayani semua dengan baik.
6. Almamater
7. Dan semua pihak yang tidak bisa diseutkan satu persatu yang telah membantu saya.
v
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan………... i
Pernyataan Keaslian………. ii
Motto……… iii
Halaman Persembahan………. iv
Kata Pengantar………. v
Daftar Isi……….. vi
BAB I : PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan Judul……… 1
B. Tujuan Penulisan……….. 2
C. Latar Belakang Masalah………... 2
D. Rumusan Pokok Permasalahan……….... 4
E. Kerangka Dasar Teori………... 4
1. Teori Peranan………... 4
2. Konsep Organisasi Internasional……….. 10
3. Teori Structural Adjusment……….. 15
F. Hipotesis………... 19
G. Teknik Pengumpulan Data……… 19
vi
BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI
A. Integrasi Uni Eropa……… 22
1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)... 23
2. Perjanjian Maastricht, Treaty on European Union 1992……… 24
B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa 1. Komisi Eropa………... 28
2. Dewan Uni Eropa……… 30
3. Parlemen Eropa………... 31
4. Bank Sentral Eropa……….. 31
C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa………. 33
D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalism………. 41
BAB III : KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA A. Krisis Yunani………. 45
vii
BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI
A. Skema Bantuan Fiskal Uni Eropa Terhadap Yunani………... 70
1. Mendirikan The Eropean Stabiliti Facility (EFSF)….. 70
2. Bantuan Melaui ESM TerhadapYunani………... 72
3. Pembentukan Satuan Tugas Pemberian Bantuan
Terhadap Yunani………. 74
B. Program Penyesuaian Ekonomi Untuk Yunani………... 75
1. Program Penyesuaian Ekonomi Pertama yunani……. 76
2. Program Penyesuaian Ekonomi Kedua yunani……… 77
3. Program Penyesuaian Ekonomi Ketiga yunani……… 86
BAB V : KESIMPULAN……… 94
ABSTRACT
As one of the largest regionalism in the world, the Eroupean Union has a duty to provide help member countries that are affected by the problem in a variety of sectors, including in the economic sector. Yunani is the one of the countries in the EU are affected by the global economic crisis in 2008. As a regionalism thaht overshadow yunani, the European Union has a duty to help yunani out of the economic crisis. The mechanism that is run by the European Union is to establish EFSM, a mechanism to overcome the problem yunani crisis. The mechanism will be established an agreement between the yunani with the European Commision by yunani and European Central Bank to create targets to be achived by yunani for getting financial from the European Commision with Economic Adjustment Programme.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Integrasi negara-negara Eropa yang berujung pada pembentukan Uni Eropa memiliki motif ekonomi yang sangat signifikan. Motif ekonomi integrasi di Eropa ini adalah keyakinan bahwa bahwa dengan pasar yang lebih besar dapat meningkatkan persaingan, yang akhirnya juga akan meningkatkan produktivitas dan standar hidup yang lebih tinggi. Ini didukung dengan kekuatan hubungan internasional telah berubah secara drastis pasca Perang Dingin, dunia diwarnai oleh polarisasi yang telah mendorong kawasan Dunia Berkembang dan Dunia Maju mempertegas kembali keberadaannya. Dengan perkembangan massif dari pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak terkontrol, terdapat masalah-masalah lain yang timbul kemudian, masalah yang menyangkut utang luar negeri, pertumbuhan penduduk, macetnya arus modal, korupsi, pemerintahan yang tumpul yang dahulu hanya terjadi di bagian selatan dunia, sekarang mulai menggerogoti Uni Eropa.
2
penelusuran lebih jauh terkait upaya-upaya Uni Eropa dalam perannya yang memiliki posisi penting dalam perdagangan internasional untuk mengatasi kebangkrutan ekonomi Yunani.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan ini selain memang ketertarikan penulis tentang upaya Uni Eropa dalam mengatasi krisis ekonomi yang melanda Yunani. Terlepas dari itu alasan utama pemilihan judul ini adalah untuk sebagai gambaran awal dan sebagai tambahan pengetahuan tentang fenomena krisis ekonomi negara Yunani dan pengaruh Uni Eropa di dunia Internasional. Tujuan akhir dari penulisan ini dimaksudkan sebagai manifestasi dan implementasi dari penerapan teori yang pernah diperoleh penulis dibangku kuliah yang juga akan dijadikan Skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S-1 pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadyah Yogyakarta.
C. Latar Belakang Masalah
3
tersebut tetapi tetap terus berani memberikan hutang pada pemerintah di negara negara tersebut.
Imbas dari itu semua membuat negara-negara ini mengalami kesulitan membayar hutang mereka. Kalau mereka gagal membayar hutang merekaakan ada banyak pihak pemberi hutang, yang akan menderita rugi besar. Yang jugaakan menjalar ke pihak lain. Kesaling-terkaitan antara berbagai bank dan lembaga keuangan akan berdampak pada meluasnya dampak krisis keuangan ini ke banyak negara Eropa. Regionalism Unieropa yang sedari dahulu kuat perlahan mulai menemukan titik nadirnya
Negara yang paling merasakan akibat dari krisis ini adalah Yunani. negara ini sedang berjuang untuk menyelesaikan krisis moneter yang terjadi di negaranya. Meskipun memang tidak dapat dipungkiri bahwa ini juga merupakan imbas dari buruknya stabilitas ekonomi politik dunia yang menyebabkan krisis. Negara ini tengah berusaha menangani utang luar negri yang semakin menumpuk. Ironisnya dari segi pendapatan negara ini termasuk kecil tapi dengan pengeluaran yang boros.
4
Yunani adalah salah satu anggota Uni eropa yang menggunakan mata uang Euro sehingga ketika salah satu negara anggotanya mengalami krisis dapat diperkirakan negara-negara lain khususnya yang menggunakan mata uang Euro akan terkena efek dari krisis ini secara langsung sejalan dengan Domino effect Theory yang sering digunakan oleh banyak ekonom untuk menggambarkan penyebaran krisis ekonomi di seluruh dunia.
Karena itu sangat menarik membahas peran Uni eropa sebagai sebuah organisasi Internasional dan juga kerjasama regional di eropa. Di skripsi ini penulis mencoba untuk mengelaborasi lebih lanjut tentang bagaimana peran unieropa terhadap krisis di Yunani.
D. Rumusan Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penyusun dapat merumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana Peran Uni Eropa sebagai organisasi Internasional dalam
mengatasi krisis yang melanda ekonomi Yunani tahun 2008-2014 ?”
E. Kerangka Dasar Teori 1. Teori Peranan
5
sosial. Peran (role) adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi. Baik posisi berpengaruh dalam organisasi maupun dalam sikap negara. Setiap orang yang menduduki posisi itu diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu. (Holsti, 1987)
Menurut John Wahlke, teori peranan memiliki dua kemampuan yang berguna bagi analis politik. Pertama, ia menunjukkan bahwa aktor politik pada umumnya berusaha menyesuaikan perilakunya dengan norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Jadi kegiatan politik individu selalu ditentukan oleh kontek sosialnya. Kerangka berpikir teori peranan memandang individu sebagai seorang yang tergantung pada dan bereaksi terhadap perilaku orang lain. Kedua, teori peranan mempunyai kemampuan mendeskripsikan institusi secara behavioral. Dalam pandangan teorisasi peranan, institusi politik adalah serangkaian pola perilaku yang berkaitan dengan peranan.Model teori peranan langsung menunjukkansegi-segi perilaku yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi.Dengan demikian teori peranan menjembatani jurang yang memisahkan pendekatan individualistic dengan pendekatan kelompok. Dalam kata lain institusi bisa didefinisikan sebagai serangkaian peran yang saling berkaitan yang berfungsi mengorganisasikan dan mengkoordinasikan perilaku demi mencapai suatu tujuan.(Holsti, 1987)
Teori peranan menegaskan bahwa ”perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik”. Teori ini berasumsi bahwa perilaku politik adalah akibat
6
dijalankannya. Jadi kegiatan politik individu selalu ditentukan oleh konteks sosialnya. (Mas’oed, 1989)
Dalam pengertian ini peranan dilihat sebagai suatu tugas atau kewajiban dan hak suatu posisi. Suatu posisi merupakan apa yang menjadi tujuan dari keberadaan organisasi itu. Mohtar Maso’ed juga menyatakan bahwa peranan adalah suatu
organisasi. Secara umum peranan dapat dikatakan sebagia pelaksanaan dari fungsi oleh ogranisasi tertentu dan harapan lingkungan sekitar terhadap keberadaan dari organisasi tersebut.
Mengacu pada hal diatas, peranan sangat terkait dengan fungsionalitas yang berhubungan erat dengan sejauh manakah fungsi dan kedudukan dapat diimplemantasikan dalam perwujudan dilapangan.Dalam hal ini, tidak ada lagi kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan aturan-aturan, nilai-nilai yang melekat pada fungsi dan kedudukan tersebut.
7
mendorong negara lain untuk mengajukan bailout (dana pinjaman). Akan tetapi, ada klausa pengecualian yaitu klausa pada pasal 122 Perjanjian Lisboa yang dapat dijadikan dasar bagi Uni Eropa untuk memberikan bantuan ekonomi kepada Yunani. Pasal 122 Perjanjian Lisboa mengenai fungsi Uni Eropa menyebutkan bahwa pemberian bantuan ekonomi memungkinkan untuk dilakukan tapi hanya apabila terjadi kondisi luar biasa.
Krisis Ekonomi Yunani dirasa dapat digolongkan sebagai kondisi luar biasa yang diatur oleh klausa ini.
“Apabila suatu negara anggota dalam kesulitan atau sangat terancam dengan
kesulitan yang disebabkan oleh bencana alam atau kejadian luar biasa di luar kendali, Dewan, pada proposal dari Komisi, dapat memberikan, dalam kondisi tertentu, Union bantuan keuangan kepada negara anggota” (Valiante, 2011:45).
8
melainkan juga untuk menahan Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol dari kejatuhan perekonomian.
Dengan memberikan bailout (dana pinjaman) kepada Yunani akan menjaga likuiditas Yunani, sehingga dapat memberikan waktu kepada Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol untuk merekapitalisasi perbankan dan memangkas defisit. Namun dalam hal ini ada beberapa langkah konkrit Uni Eropa untuk menyelamatkan Yunani dari masalah utang dan defisit anggaran serta fiskal sangatlah diperlukan. Karena bila tidak segera dilakukan, akibatnya akan fatal yaitu dapat meruntuhkan kepercayaan para investor kepada Yunani secara khusus dan Uni Eropa secara umum dan hal itu sangat mengancam eksistensi negara dan regional. Uni Eropa memiliki tugas yang cukup berat, dimana pejabat kawasan ini harus bisa meyakinkan pasar atas pemecahan masalah defisit anggaran. Jika gagal mencari solusi atau masalah kian meningkat, pemodal akan semakin bertambah lari ke pasar (negara/kawasan) lain. Kondisi ini dapat menyebabkan tergantikannya posisi Uni Eropa sebagai kawasan dengan iklim usaha yang prospektif. Uni Eropa harus segera menerapkan sejumlah aturan dan menjaga kestabilan instrumen dan lembaga-lembaga mereka agar krisis tidak menyebar ke wilayah lain di dunia.
9
Adanya kesadaran (awareness) dari Uni Eropa akan tanggung jawab moralnya sebagai organisasi regional yang telah menyatukan 28 negara di kawasan benua Eropa dalam satu mata uang tunggal yakni euro terkecuali bagi beberapa negara yang belum mau bergabung (negara non zona euro). Situasi ini dipahami oleh Uni Eropa, dan lembaga-lembaga keuangan untuk ikut terlibat dalam masalah krisis ekonomi tersebut.
Uni Eropa bertanggung jawab bagi negara anggotanya sebagai satu kesatuan. Apalagi setelah dibentuknya European Central Bank (Bank Sentral Eropa) dalam tubuh Uni Eropa yang memiliki tanggung jawab dalam masalah moneter negara zona euro serta adanya bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh ECB, IMF dan Uni Eropa melalui Economic Adjustment Programme (Program Penghematan Ekonomi), The European Financial Stability Facility dan The Stability and Grow Pact yang merupakan bentuk program Uni Eropa yang diterapkan untuk perekonomian yunani.
Alasan kenapa Uni Eropa dan lembaga lainnya memilih untuk tidak membiarkan Yunani sebagai akar krisis ekonomi zona Eropa bangkrut adalah karena mereka telah terlibat jauh dan banyak lembaga keuangan Eropa turut menggelontorkan dananya. Jika Yunani tidak diselamatkan maka akan terjadi reaksi berantai dan turut meruntuhkan negara-negara lainnya di kawasan.
10
Uni Eropa. Dicermati kebijakannya dalam berbagai hal seperti dalam hal pengambilan keputusan (decision making) karena keputusan ini merupakan suara bersama dari semua negara anggota. Untuk itu, Uni Eropa tentu berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi Yunani meskipun itu mungkin dalam waktu yang cukup lama. Namun ada beberapa langkah program yang dilakukan oleh Uni Eropa untuk mengatasi krisis ekonomi di Yunani, baik itu berupa kesepakatan yang dilakukan oleh ketiga troika (European Commision, European Central Bank and International Monetary Fund) dalam menjalankan programnya (Verney. 2009:77).
2. Konsep Organisasi Internasional
Organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai :
“ Suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu
kesepakatan antara angggota ( pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih
Negara berdaulat dengan tujuan mengejar kepentingan bersama para
anggotanya”.(Yani, 2005)
Perkembangan pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi internasional, telah makin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan hanya melibatkan Negara beserta pemerintah saja. Negara tetap merupakan aktor paling dominan didalam Bentuk-bentuk kerjasama internasional, namun perlu diakui eksistensi organiasasi-organisasi internasional non-pemerintah yang makin hari semakin banyak jumlahnya.
11
didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapankan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesame kelompok non-pemerintah pada Negara yang berbeda”. (Drs. Teuku May Rudy, 1993)
Perkembangan organisasi internasional merupakan kebutuhan yang timbul dari pergaulan Internasinal dimana dituntut untuk dapat mengatur permasalahan yang muncul darinya ( pergaulan Internasional). Isu perdamaian semakin berkembang seiring meningkatnya permaslahan internasioanal. Maka semakin penting peran organisasi internasioanal yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk membantu Negara dalam menyelesaikan konflik yang dialami.
Menurut Holsti Administrasi dan Organisasi Internasional :
“Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala
bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik
oleh pelaku Negara-negara (state-actors), maupun oleh pelaku-pelaku buakan Negara
( non- state actors)”.
12
suatu hubungan kerjasama dimana hubungan tersebut akan menghasilkan keuntungan terhadap semua pihak yang berkecimpung.
Karen Mingst memberikan jabaran yang lebih luas lagi tentang fungsi Organisasi internasioanal. Ada beberapa fungsi yang bisa diajalankan oleh Organisasi internasional baik ditingkat internasional, Negara, maupun individu. (Mingst, 1999)
Dalam tingkat internasional, Organisasi Internasioanal berperan/ berfungsi dalam
1. Memberikan kontribusi untuk terciptanya suasana kerja sama diantara Negara/aktor. Dengan adaya Organisai internasional, diharapkan Negara dapat bersosialisasi secara regular sehingga dapat tercipta suatu kondisi yang dianjurkan oleh kaum fungsionalis.
2. Menyediakan informasi dan pengawasan. Fungsi ini sejalan dengan pemikiran tentang Collective Good, dimana Organisasi Internasioanal menyediakan informasi, hasil-hasil survey dan pengawasan.
3. Memberikan bantuan terhadap penyelesaian krisis yunani yang merupakan isu internasional dan menyita perhatian dunia, terutama Uni Eropa sebagai Organisasi internasional yang sangat memperhatikan persoalan di benua Eropa.
4. Menyediakan arena untuk bargaining bagi Negara-negara dalam menyelesaikan suatu masalah.
13
Oleh karena itu setiap masalah yang terjadi disebuah negara di eropa yang berkaitan dengan masalahekonomi maka secara otomatis dunia internasional akan ikut didalamnya.
Krisis yang terjadi di Yunani sudah menjadi isu internasioanal dan menajadi perhatian bagi organisasi internasional untuk berperan didalamnya. Yunani yang beberapa tahun belakangan mengalami krisis yang sangat mempengaruhi perekonomian eropa menjadi perhatian khusus bagi Uni Eropa yang merupakan organisasi yang berwenang penuh dalam permasalahan yang terjadi di benua Eropa.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Uni Eropa untuk membantu menyelamatkan Yunani dan negara-negara anggota EU yang menjadi suspect krisis. Pertemuan para petinggi Uni Eropa dilakukan di Brussel, Belgia pada 28-29 Juni 2012. European Council telah berjuang selama 2,5 tahun dengan tujuan agar krisis yang melanda Yunani tidak meluas dan menimbulkan efek buruk di kawasan tersebut.
14
Beberapa point yang dihasilkan dalam Uni Eropa Summit tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membentuk pengawas tunggal bagi bank-bank di wilayah Uni Eropa baik itu Bank Sentral Eropa/European Central Bank (ECB) atau badan di bawahnya.
b. Setelah hal itu dilakukan, dua lembaga Eurozone yaitu EFSF (European Financial Stability Facility) dan ESM (European Stability Mechanism), akan dapat merekapitulasi bank-bank secara langsung daripada menyerahkan dana tersebut kepada pemerintah di negara basis bank-bank tersebut. Langkah ini bertujuan untuk menghentikan penumpukan utang bank-bank tersebut kepada pemerintah yang tengah mengalami krisis.
c. Negara-negara Uni Eropa bersepakat bahwa negara-negara yang bekerja untuk mengontrol anggaran mereka, bisa memanfaatkan dana penyelamatan tersebut tanpa perlu melaksanakan langkah-langkah penghematan seperti yang dipaksakan kepada Yunani, Irlandia dan Portugal.
d. Obligasi yang dibeli EFSF/ESM untuk dana penyelamatan Spanyol tidak akan lagi menikmati perlakukan istimewa dibandingkan dengan pemegang obligsi lainnya jika terjadi default. Hal ini dilakukan karena sebelumnya mereka menikmati fasilitas senior bond (senior status) yang secara tidak sengaja,telah menjauhkan investor swasta.
15
dan pengawasan terhadap bank-bank besar akan ditangani di tingkat Eropa,daripada di tingkat nasional masing-masing negara.
f. Negara-negara Uni Eropa juga menginginkan sertifikat fiskal yang lebih besar sehingga Brussel (Belgia) akan memiliki suara yang lebih besar atas anggaran nasional. Namun begitu, sebagai prasyarat untuk keanggotaan di Eurozone,semua negara telah sepakat untuk membatasi defisit anggaran hingga 3% terhadap PDB dan tingkat utang total tidak lebih dari 60% terhadap PDB.
Apa yang dihasilkan oleh EU Summit ini telah memberikan sentimen positif terhadap pasar. Hal ini tandai dengan hampir semua seluruh pasar ( Forex, Indeks, Commodity ) mengalami penigkatan yang cukup signifikan seperti mata uang Euro menguat lebih kurang 260 pips daily range terhadap Us Dollar.
3. Teori Structural Adjusment
16
berkembang untuk menjadi lebih berorientasi pasar. Hal ini kemudian memaksa mereka untuk lebih berkonsentrasi pada perdagangan dan produksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka. (Greenberg, 1997)
Pada perkembangannya structural adjusment tidak hanya diterapkan oleh IMF dan Bank Dunia, melainkan telah diadopsi oleh sejumlah lembaga keuangan internasional International Finance Institutions (IFI). Hal ini kemudian diterapkan oleh Eropean Central Bank (ECB) yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter untuk 16 negara yang menggunakan mata uang euro.
Program ini termasuk perubahan internal (terutama privatisasi dan deregulasi) maupun perubahan eksternal, terutama pengurangan hambatan dalam perdagangan. Negara-negara yang gagal untuk menetapkan program-program ini dapat dikenakan disiplin fiskal parah. Beberapa kondisi untuk Structural Adjustments atau juga sering juga disebut sebagai The Washington Consensus dapat mencakup: (Ibid)
Memotong pengeluaran, juga dikenal sebagai Austerity.
Fokus output ekonomi terhadap ekspor langsung dan ekstraksi
sumberdaya,
Devaluasi mata uang,
Liberalisasi perdagangan, peningkatan impor dan pembatasan ekspor, Meningkatkan stabilitas investasi (dengan melengkapi investasi
langsung asing dengan pembukaan pasar saham domestik), Menyeimbangkan anggaran dan tidak overspending,
17
Privatisasi, atau pelepasan semua atau bagian dari perusahaan milik
negara,
Meningkatkan hak-hak investor asing vis-a-vis hukum nasional, Meningkatkan tata pemerintahan dan memerangi korupsi.
Dalam kaitannya dengan krisis yang terjadi di Yunani, terdapat tiga lembaga yang terlibat dalam menyelesaikan permasalahan krisis Yunani, yaitu Uni Eropa (UE), International Monetary Funds (IMF) dan European Central Bank (ECB). Hutang Yunani dimulai sejak tahun 1947, dengan banyaknya penggunaan alokasi dana hingga akhirnya gagal membayar hutangnya. Dana pinjaman tersebut terus saja menumpuk, hingga diperkirakan mulai tahun 1993 nilai hutang Yunani telah melampaui GDP-nya. Bahkan saat ini hutang Yunani diperkirakan telah mencapai 120% dari posisi GDP negaranya (Gunawan, 2012). Hingga kemudian memerlukan suntikan dana untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara tersebut, Yunani mengajukan bail out terhadap Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar € 110 milyar untuk Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja. (Sari, 2016) Yunani juga diberikan konsekuensi-konsekuensi atas bantuan dana talangan tersebut diantaranya:
1. Yunani harus menerapkan kebijakan penghematan yang sistematik (Austerity) dimana hal ini akan memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat Yunani
18
19 F. Hipotesa
Berdasarkan kerangka teori diatas maka penulis mengambil hipotesa sebagai berikut.
1. Uni Eropa membentuk European Financial Stabilisation Mechanism (EFSM) dan Fasilitas Stabilisasi Keuangan Eropa (European Financial Stability Facility/EFSF)
2. Uni Eropa meminta Yunani untuk menyetujui Economic Adjustment Programme (Program Penghematan Ekonomi) yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa sebagai timbal balik atas pinjaman yang diberikan.
G. Teknik Pengumpulan Data
20 H. Sistematika Penulisan
Penulisan yang sistematis merupakan salah satu syarat mutlak untuk kaidah penulisan ilmiah, karena itu baik dan buruknya hasil penelitian akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara menyajikan hasil penelitian. Adapun sistematika yang terdapat dalam skripsi ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari Latar Balakang Masalah, Tujuan Penelitian,Pokok Permasalahan, Kerangka Teoritik, Hipotesa, Merode Penelitian,Jangkauan Penelitian, Sistematika Penulisan, Kerangka Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI
Pada bab ini akan mendeskripsikan gambara tentang fungsi-fungsi Uni Eropa dan harapan dengan adanya bantuan Uni eropa pada anggotanya yang mengalami krisis ekonomi.
21
BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA KEPADA YUNANI
Pada bab ini akan dibahas tentang peran Uni Eropa dalam menangani dan membantu yunani dalam menyelsaikan masalah krisis ekonominya serta kendala-kendala Uni Eropa dalam menanganinya.
BAB V : KESIMPULAN
22
BAB II
FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS
EKONOMI
Bab ini akan mendeskripsikan gambara umum tentang Uni Eropa kaitannya dengan integrasi Uni Eropa hingga terbentuknya masyrakat ekonomi eropa sebagai pilar dalam transaksi ekonomi antar negara serta fungsi-fungsi badan di Uni Eropa dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi di negara-negara di wilayah Eurozone.
A. Integrasi Uni Eropa
Gagasan untuk menyatukan negara-negara Eropa telah dimulai sejak akhir abad ke-18 ketika Napoleon berupaya menyatukan Eropa di bawah kekaisaran Perancis. Kemudian berulan ketika Adolf Hitler mencoba menundukkan Eropa dengan gerakan Nazi nya. Upaya menyatukan Eropa secara damai dimulai pada tahun 1923 oleh PAN-European Movement dari Austria melalui gagasan “United States of Europe”. Pada
tahun 1929, Menteri Luar Negeri Perancis, Aristide Briad mengusulkan dibentuknya “Eropean Union” dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa. Akan tetapi usaha gagal
terutama disebabkan oleh kuatnya rasa nasionalitas dan kekuatan imperialitas pada saat itu. Pemikiran untuk membentuk Eropa bersatu kembali diperkenalkan oleh Perdana Menteri Inggris, dimana Winston Churchill dalam pidatonya di Basel, Swiss tahun 1946. Churchill mengharapkan bahwa masyarakat Eropa dapat hidup secara damai dalam rasa aman dan kebebasan melalui suatu “Eropa Serikat”. (Muclis, 1997)
23
Serikat dan beberapa Negara Eropa Barat membentuk aliansi keamanan North Atlantic Treaty Organization (NATO), sejak saat itu Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi, Marshall Plan tergabung dalam Organization For Europa Econimic Develoment (OEED). Tujuan utama Amerika Serikat pada saat itu adalah berupaya menciptakan suatu aliansi di kawasan Eropa Barat untuk menghadapi kekuatan komunis serta mencegah konflik di kawasan ini. (mansbach, 1997)
1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)
Sebelum Uni Eropa terbentuk pada tahun 1993, negara-negara kawasan Eropa terlebih dahulu terjadi pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community) melalui Pakta Roma pada bulan Maret 1957 yang negara perintisnya adalah Jerman Barat, Perancis, Italia, Belgia, Belanda dan Luxemburg. Di mana saat itu telah terjadi kesepakatan kebijakan ekonomi berkenaan dengan penurunan hambatan perdagangan diantara mereka dan penyeragaman tarif kepada non-anggota yang secara resmi dipraktikan mulai 1 Januari 1958.
Uni Eropa yang berawal dari European Community terbentuk atas tiga traktat yang menjadi dasar pendirian European Coal, Steel Commmunity, The European Economic Community, dan European Atomic Energy Community. Ketigatraktattersebut incorporated menjadi European Community. Setelahmelalui proses dantahapantertentu, berhasildiformasikantraktat yang mengaturpersekutuan Negara-negaraeropa yang di kenaldengan ECT (European Community Treaties), yang menjadikonstitusimasyarakatEropa.
24
bertambahnya anggota baru, yakni Inggris, Irlandia dan Denmark pada tahun 1973, kemudian Yunani menyusul pada 1981, dan selanjutnya pada 1986 diikuti oleh Portugal dan Spanyol. Selain perkembangan jumlah anggota, seiring dengan waktu komunitas ini juga mengembangkan berbagai kesepakatan strategis yang berorientasi utama pada aspek ekonomi. Seperti penghapusan segala bentuk hambatan perdagangan demi menstimulasi kemudahan perpindahan arus barang dan jasa antar anggota. Hasilnya adalah terjadi peningkatan perdagangan yang signifikan di dalamnya. Dan pada masa sekarang, integrasi ekonomi di negara-negara eropa telah mencapai tahap paling dewasa yakni Economic Union (EU). Di mana telah tercapai penyeragaman kebijakan fiskal dan moneter. Salah satu praktiknya yakni penyamaan mata uang antar anggota. Akhirnya hingga kini dikenal mata uang Euro sebagai mata uang resmi yang dipakai dalam Uni Eropa.
2. Perjanjian Maastricht, Treaty on European Union 1992
25
Ketiga pilar tersebut adalah perpanjangan dari struktur kebijakan sebelumnya. Pilar Komunitas Eropa adalah kelanjutan Komunitas Ekonomi Eropa dengan kata "Ekonomi" dihapuskan untuk mewakili dasar kebijakan yang lebih luas sesuai Perjanjian Maastricht. Koordinasi kebijakan luar negeri dilaksanakan sejak awal 1970-an di bawah nama Kerjasama Politik Eropa (EPC), yang telah dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian oleh Undang-Undang Eropa Tunggal, namun bukan sebagai bagian dari EEC. Sementara pilar Urusan Keadilan dan Dalam Negeri memperpanjang kerjasama dalam hal penegakan hukum, keadilan kriminal, perlindungan, dan imigrasi dan kerjasama yudisial pada masalah-masalah publik, sejumlah bidang tersebut telah dijadikan agenda kerjasama antarpemerintah di bawah Konvensi Implementasi Schengen 1990.
26 a) Kriteria Maastricht
Perjanjan Maastricht menetapkan kriteria Maastricht dan pasar tunggal UE yang menjamin kebebasan pergerakan barang, modal, manusia dan jasa. (prangko Jerman tahun 2003 yang merayakan ulang tahun ke-10 pemberlakuan Perjanjian Maastricht tahun 1993)
Kriteria Maastricht (juga dikenal sebagai kriteria pergeseran) adalah kriteria bagi negara-negara anggota Uni Eropa untuk memasuki tahap ketiga Persatuan Ekonomi dan Moneter Eropa (EMU) dan mengadopsi euro sebagai mata uangnya. Keempat kriteria utama ini didasarkan pada Pasal 121(1) Perjanjian Komunitas Eropa.
1) Tingkat inflasi: Tidak boleh lebih dari 1,5 poin persen lebih tinggi daripada rata-rata tiga negara anggota dengan inflasi terendah di UE.
2) Keuangan pemerintah:Defisit pemerintah tahunan, Rasio defisit pemerintah tahunan dengan produk domestik bruto (PDB) tidak boleh lebih dari 3% pada akhir tahun fiskal selanjutnya. Jika tidak, negara tersebut diwajibkan mencapai tingkat mendekati 3%. Hanya ekses pengecualian dan sementara yang diperbolehkan untuk dikecualikan.
27
3) Nilai tukar: Negara pendaftar harus menjalani mekanisme nilai tukar (ERM II) di bawah Sistem Moneter Eropa (EMS) selama dua tahun berturut-turut dan tidak boleh mendevaluasi mata uangnya selama periode tersebut.
4) Tingkat suku bunga jangka panjang: Tingkat suku bunga jangka panjang nominal tidak boleh lebih dari 2 poin persen lebih tinggi daripada di tiga negara anggota yang mengalami inflasi terendah.
Tujuan penetapan kriteria ini adalah untuk mempertahankan harga kestabilan di Zona Euro meski ada negara anggota baru sekalipun.
b) Penandatanganan
Penandatanganan Perjanjian Maastricht dilakukan di Maastricht, Belanda pada tanggal 7 Februari 1992. Pemerintah Belanda, yang memegang jabatan Kepemimpina Dewan Uni Eropa selama negosiasi pertengahan kedua tahun 1991, mengadakan upacara di dalam gedung pemerintahan provinsi Limburg di sungai Meuse. Perwakilan dari 12 negara anggota Komunitas Eropa hadir, dan menandatangani Perjanjian ini sebagai plenipotensiari, sehingga menandakan akhir masa negosiasi.
c) Ratifikasi
28
Perjanjian tersebut akhirnya diratifikasi tahun selanjutnya pada 18 Mei 1993 setelah referendum kedua diadakan di Denmark.Pada bulan September 1992, sebuah referendum di Perancis mendapatkan perolehan suara tipis yang mendukung ratifikasi perjanjian ini, sebanyak 51,05%. Ketidaktentuan pada referendum Denmark dan Perancis adalh salah satu penyebab krisis pasar mata uang September 1992, yang mendorong penarikan pound Britania dari Mekanisme Nilai Tukar Eropa.
Di Britania Raya, sebuah opsi keluar dari pengawasan sementara sosial perjanjian ini ditentang di Parlemen oleh AP oposisi Buruh dan Liberal Demokrat dan perjanjian itu sendiri oleh Pemberontak Maastricht di dalam tubuh Partai Konservatif yang berkuasa. Jumlah pemberontak melebihi mayoritas Konservatif di Majelis Umum, sehingga pemerintahan John Major hampir kehilangan kepercayaan Majelis.
B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa
Dalam Uni Eropa, terdapat beberapa lembaga yang menjalankan roda pemerintahan dan menjaga agar arah dan tujuan organisasi agar dapat dicapai. Beberapa lembaga tersebut di antaranya
1. Komisi Eropa (Commission of the European Communities)
29
penggunaan dana-dana Uni Eropa. Komisi Eropa memastikan pula agar setiap warga mematuhi Traktat Eropa dan hukum yang berlaku di Eropa. Komisi Eropa terdiri dari 25 komisioner yang dibantu oleh kurang lebih 25.000 pegawai negeri. Presiden komisi Eropa dipilih oleh pemerintah para negara anggota Uni Eropa dan harus mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa. Komisi Eropa bertindak secara independen dan tidak bisa mengikuti instruksi dari negara yang menunjuk mereka.
Komisi Eropa merupakan lembaga eksekutif independen UE. Tugas utamanya adalah merepresentasikan dan menjaga kepentingan Uni Eropa secara keseluruhan. Komisi Eropa bertanggung jawab dalam membuat draft proposal untuk hukum-hukum Eropa yang harus dipresentasikan ke parlemen dan dewan menteri. Sebagai lembaga eksekutif, komisi Eropa menjalankan segala keputusan yang ditetapkan oleh parlemen UE dan dewan menteri, dengan kata lain lembaga yang menjalankan tugas harian UE, menerapkan kebijakan, menjalankan program-program dan mendistribusikan dana serta mewakili UE di forum-forum internasional. (Kajian Eropa, 2009)
30 2. Dewan Uni Eropa
31 3. Parlemen Eropa
Badan yang berbentuk parlementer di Uni Eropa ini dipilih oleh warga sipil masing-masing negara setiap 5 tahun sekali. Badan ini melakukan fungsi pengontrolan terhadap Komisi Eropa namun tidak bisa merumuskan undang-undang baru. Parlemen Eropa hanya bisa mengamandemen atau memveto undang-undang yang diajukan. Dalam beberapa kebijakan, parlemen hanya dijadikan sebagai konsultan karena dinilai ada beberapa kebijakan yang memang tidak menjadi wewenang parlemen. Anggaran Uni Eropa juga dikontrol oleh badan ini. Dengan kata lain, parlemen bertindak sebagai democratic supervisor karena memang dipilih langsung oleh warga sipil Uni Eropa dengan kebijakan pemilihan oleh masing-masing negara anggota yang jumlahnya ditentukan minimal 5 orang perwakilan setiap negara dan satu negara tidak bisa memiliki lebih dari 99 kursi dalam parlemen. Sehingga segala kebijakan yang diambil oleh parlemen murni untuk rakyat Uni Eropa sebagai penentu hukum dan kebijakan tertinggi yang menjunjung asas-asas demokrasi.
4. Bank Sentral Eropa
32
bersama. Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral Eropa pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka Bank Sentral akan mengeluarkan kebijakan moneter yang dapat dipakai untuk memulihkan keadaan ekonomi. Kebijakan moneter yang diupayakan adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral Eroap akan berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali. Terutama jika mulai terjadi gejala kemerosotan keuangan negara-negara anggotanya. Namun, pemberian bailout ataupun bantuan tetap didasari oleh kesepakatan yang dibicarakan tentunya.
Selain beberapa lembaga tersebut, ada lembaga lain yang juga memiliki peranan penting yakni Dewan Eropa dan Mahkamah Eropa yang didirikan sejak tahun 1952. Badan ini merupakan badan hukum tertinggi di Uni Eropa. Seperti badan hukum lainnya, Mahkamah Eropa memiliki beberapa tugas inti yaitu:
a. Menafsirkan hukum yang berlaku di Uni Eropa dengan bentuk-bentuk mekanisme peraturan.
b. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Uni Eropa (negara, korporasi, maupun individu).
33
Mahkamah Eropa dibantu oleh pengadilan-pengadilan negeri masing-masing anggota. Terdapat 27 jaksa dalam mahkamah ini karena setiap negara hanya mengirimkan satu jaksanya untuk duduk dalam majelis. Semua jaksa ini dipimpin oleh seorang presiden yang ditunjuk oleh 27 jaksa anggota.
C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa
Sebagai sebuah organisasi internasional Uni Eropa mempunyai landasan dalam melakukan kerjasama dalam kaitannya untuk pengambilan keputusan. Struktur organisasi Uni Eropa dipayungi oleh tiga pilar kerjasama:
1. Komunitas Eropa (”European Community”) merupakan kerangka hokum yang mewadahi kebijakan komunitas yang berhubungan dengan pasar tunggal (“single market), perdagangan international, bantuan pembangunan,
kebijakan moneter, pertanian, perikanan, lingkungan, pembangunan daerah, energi dstnya.
2. Kebijakan keamanan dan hubungan luar negeri (“Common Foreign and Security Policy/CFSP”);
34
Ketiga pilar ini diarahkan pada tujuan-tujuan utama dan diatur menurut prinsip-prinsip dasar dan sebagian dengan satu kerangka institusi. Tujuan-tujuan utama dari Uni Eropa adalah meningkatkan kemajuan ekonomi dan sosial, terutama dengan penciptaan pasar bebas, pemerataan ekonomi dan sosial serta melalui pendirian integrasi ekonomi dan moneter termasuk mata uang tunggal (EURO). Untuk hubungan eksternal keluar, tujuan utama Uni Eropa adalah untuk lebih menonjolkan identitas ataupun peranan Uni Eropa dalam percaturan internasional, khususnya kebijakan bersama di bidang keamanan dan hubungan luar negeri termasuk pembangunan kebijakan pertahanan bersama.
Adapun prinsip-prinsip dasar yang dianut Uni Eropa adalah menghargai identitas nasional anggota, demokrasi, dan menjunjung hak azasi manusia.
Tabel 1: Decision Making di Uni Eropa
35
Prosedur pengambilan keputusan standar Uni Eropa dikenal sebagai 'Ordinary Prosedur Legislatif' (ex "codecision"). Ini berarti bahwa Parlemen Eropa dipilih secara langsung harus menyetujui undang-undang Uni Eropa bersama-sama dengan Dewan (pemerintah dari 28 negara Uni Eropa).
Sebelum Komisi mengusulkan inisiatif baru itu menilai konsekuensi ekonomi,sosial dan lingkungan yang potensial yang mereka miliki. Hal ini dilakukan dengan mempersiapkan penilaian dampak yang menetapkan keuntungan dan kerugian dari pilihan-pilihan kebijakan yang mungkin.
Komisi Eropa juga berkonsultasi pihak yang berkepentingan seperti lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah dan perwakilan dari industri dan masyarakat sipil. Kelompok ahli memberikan saran pada masalah teknis. Dengan cara ini, Komisi memastikan bahwa usulan legislatif sesuai dengan kebutuhan mereka yang paling prihatin dan menghindari birokrasi yang tidak perlu.
36
Diagram 1: Distribusi Kekuatan di Uni Eropa
Parlemen Eropa dan Dewan Ulasan proposal oleh Komisi dan mengusulkan amandemen. Jika Dewan dan Parlemen tidak dapat setuju atas amandemen, pembacaan kedua berlangsung.
Dalam pembacaan kedua, Parlemen dan Dewan dapat kembali mengusulkan amandemen. Parlemen memiliki kekuasaan untuk memblokir undang-undang yang diusulkan jika tidak setuju dengan Dewan. Jika kedua lembaga sepakat amandemen, undang-undang yang diusulkan dapat diadopsi. Jika mereka tidak setuju, sebuah komite konsiliasi mencoba untuk menemukan solusi. Baik Dewan dan Parlemen dapat memblokir proposal legislatif di pembacaan akhir. (European Parliament, 2016)
37
tentang pengajuan draft proposal ke parlemen dan dewan menteri dilakukan berdasarkan “simple majority vote”
Uni Eropa menerapkan sistem bikameral atau sistem “dua kamar” legislatif.
Dalam hal ini, Council of Ministers tidaklah menjadi satu-satunya institusi legislatif Uni Eropa, melainkan terdapat Parlemen Eropa (European Parliament) yang juga menjadi pelaksana fungsi legislatif. Bersama dengan Palemen Eropa (European Parliament), sebuah kebijakan pada skala Uni Eropa akan dibahas dan dilegalkan.
Council of Ministers dan Parlemen Eropa memiliki kedudukan yang setara sebagai pelaksana fungsi legislatif Uni Eropa. Wewenang tersebut diatur dalam co-decision procedure yang memungkinkan pembuatan kebijakan untuk dilakukan melalui persetujuan di kedua institusi legislatif tersebut. Codecision procedure mulai diterapkan sejak disetujuinya Maastrict Treaty atau Treaty of the European Union (TEU) pada awal 1990an. Sebelum diberlakuakannya codecision procedure, Uni Eropa menerapkan sistem yang berbeda, yaitu consultation procedure dan cooperation procedure. Baik consultation maupun cooperation procedures, keduanya menempatkan Parlemen Eropa di posisi yang tidak setara dengan Council of Ministers dalam ranah legislatif. Sebagai implikasinya, Council of aMinister memiliki kewenangan lebih tinggi dibanding parlemen yang hanya menjadi lembaga konsultatif tanpa kewenangan legislatif yang kuat. Meskipun demikian, sejak diberlakuakannya codecision procedure, kebijakan yang akan diambil oleh Uni Eropa haruslah mendapat
38
Benturan kepentingan di Uni Eropa adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam pengambilan keputusan. Kepentingan Umum idealnya lebih didahulukan dari pada kepentingan pribadi. Jadi, kepentingan Regional seharusnya merupakan representasi dari keseluruhan kepentingan nasional. Salah satu tujuan Uni Eropa adalah membangun kekuatan secara bersama, dan hal ini bisa diimplementasikan dalam proses pembuatan keputusan. Seperti halnya penetapan mata uang standar regional, meskipun ada tiga negara yang hingga saat ini belum meratifikasinya, namun hal ini cukup untukmenunjukkan bahwa mereka mau secara bersama membangun kekuatan ekonomi atas dasar regional.
Krisis finansial yang terjadi di Yunani juga dipengaruhi oleh krisis finansial global yang berpengaruh pada sistem finansial negara-negara zona euro terutama yang memiliki defisit anggaran tinggi. Hal ini terjadi karena faktor globalisasi dalam sistem finansial dunia yang menciptakan keterkaitan antara sektor finansial hampir di setiap negara di dunia termasuk antara Amerika Serikat yang menjadi tempat berawalnya krisis finansial global akibat krisis subprime mortgage yang dialaminya dengan negara-negara Uni Eropa. Menurut pengamat ekonomi David Sumual, eksposur Amerika Serikat pada surat utang Uni Eropa secara keseluruhan mencapai US$3,4 triliun pada 2010, angka ini belum termasuk eksposur reksadana yang diperkirakan mencapai US$1 triliun.
39
tersebut juga terjadi karena faktor mata uang tunggal (euro) yang mereka gunakan. Dengan menggunakan mata uang bersama negara-negara tersebut kehilangan kekuasaannya untuk mendevaluasi nilai mata uangnya ketika terjadi penurunan aktivitas ekonomi. Kondisi finansial Yunani semakin melemah hingga berdampak pada resesi ekonomi. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran yang besar tidak hanya di pihak pemerintah Yunani tetapi juga Uni Eropa karena dampak yang ditimbulkan telah berpengaruh pada level regional. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka dapat mengancam ketahanan ekonomi Uni Eropa dan nilai mata uang euro.
Kelima negara zona euro tersebut rata-rata memiliki utang pemerintah yang melebihi 50% dari total jumlah PDB-nya. Antara lain Yunani dengan rasio utang tertinggi yakni 150% per PDB dan Spanyol 80% per PDB pada 2012
40
Perlahan krisis perekonomian di Uni Eropa tidak dapat terelakkan lagi. Bantuan paket likuiditas untuk Yunani pada tanggal 9 Mei 2010 sebanyak 750 miliar Euro begitu mengejutkan. Ditambah Yunani tidak ingin menjalankan persyaratan dari troika (pemberi pinjaman dana) untuk melakukan penghematan. Akibatnya mata uang Euro merosot tajam ditambah dengan perhitungan hutang Eropa yang diukur dalam besaran triliun Euro. Hal tersebut dihadapi Uni Eropa dengan persiapan reformasi pemerintahan ekonomi secara tersistematis. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa adalah dengan melakukan beberapa program baru untuk dijalankan para Negara Anggota dan juga negara sekitar di wilayah benua Eropa. Selain itu dengan Perjanjian Euro Plus, Negara-negara Anggota akan melakukan pertemuan serta membuat perjanjian yang sebagian besar membicarakan pemerintahan ekonomi dan komitmen tersebut termasuk dalam Program Reformasi Nasional.
41
Pada Mei 2010, para pemimpin Eurozone dan IMF mengumumkan paket tiga tahun
dari € sekitar $ . . . dala e tuk pi ja a u tuk Yu a i pada
tingkat bunga berbasis pasar. Dari € . . . , ya g Negara Eurozone erja ji u tuk e erika ko tri usi € sekitar $ iliar
da IMF erja ji u tuk erko tri usi € $ iliar . Pe aira da a dilakuka
dengan syarat pelaksanaan reformasi ekonomi. Mencari untuk mencegah penyebaran krisis di luar Yunani, para pemimpin Uni Eropa juga menciptakan Mei 2010 sebuah Mekanisme Eropa baru untuk memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara anggota Eurozone di bawah tekanan Pasar. Mekanisme ini terdiri dari dua, fasilitas pinjaman sementara tiga tahun
ya g isa e erika pi ja a se esar € . . . $ iliar u tuk Eurozone
anggota menghadapi krisis. Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM),untuk menggantikan fasilitas sementara setelah mereka berakhir pada pertengahan 2013. (Nelson M, Rebecca , Et all, 2010 : 5-6)
D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalisme Banyak ahli yang berpandangan kawasan (region) adalah daerah yang secara geografis berdekatan. Menurut Mansbaach, region atau kawasan adalah “pengelempokan regional diidentifikasi dari basis kedekatan geografis, budaya,
perdagangan dan saling ketergantungan ekonomi yang saling menguntungkan, komunikasi serta keikutsertaan dalam organisasi internasional”. (Raymond F. Hopkins
42
Sedangkan regionalisme tidak selalu didefinisikan berdasarkan letak geografis yang berdekatan. Berdasarkan kedekatan letak geografis, maka regionalisme berarti konsentrasi tidak seimbang dari aliran ekonomi atau koordinasi kebijakan-kebijakan ekonomi luar negeri antara sebuah kelompok negara-negara yang berdekatan secara geografis dengan yang lainnya. Dapat juga berarti konsentrasi hubungan-hubungan politik-militer antara negara-negara yang secara geografis berdekatan (Edward D. Mansfield dan Helen V. Milner, 1997: 3).
Sedangkan apabila tidak memasukkan letak geografis sebagai kriteria definisi regionalisme, Benjamin Cohen mengatakan bahwa sebuah kelompok dari negara-negara yang secara bersama mengandalkan mata uang salah satu negara-negara anggotanya berarti sebuah kawasan mata uang, walaupun negara-negara tersebut tidak harus berada di lokasi yang berdekatan. Lebih jauh, negara-negara yang berbagi budaya, bahasa, agama, atau latar belakang etnis yang sama -tetapi tidak berdekatan secara geografis- dapat dianggap sebagai rekan regional (Edward D. Mansfield dan Helen V. Milner, 1997: 3-4).
Uni Eropa adalah sebuah IGO (International Governmental Organization) yang pada dasarnya negara-negara anggotanya telah menyerahkan sebagian kedaulatan mereka kepada Uni Eropa, sehingga ia dikatakan Supranational IGO. Bahkan UE telah menjadi salah satu dari tujuan-tujuan yang diungkapkan melalui penyatuan kebijakan politik, ekonomi, sosial, luar negeri, dan pertahanan negara-negara anggotanya (Daniel S. Papp, 2002: 84).
43
Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer (1983: 136-137) adalah sebagai berikut (T. May Rudy, 2005: 29):
1) Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai kesepakatan, menekan intensitas konflik (jika ada) dan menyelaraskan tindakan.
2) Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun berkonsultasi dan memprakarsai pembuatan keputusan secara bersama-sama atau perumusan perjanjian-perjanjian internasional (convention, treaty, protocol, agreement dan lain sebagainya).
3) Pelaku (aktor), bahwa organisasi interasional juga bisa merupakan aktor yang autonomous dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya
Untuk fungsi dari organisasi internasional, menurut Clive Archer (1983: 152-169) ada sembilan fungsi dari organisasi internasional yakni sebagai berikut (T. May Rudy, 2005: 29):
1) Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota; 2) Menghasilkan norma-norma (rejim);
3) Rekrutmen; 4) Sosialisasi;
5) Pembuatan keputusan (rule making); 6) Penerapan keputusan (rule application);
7) Penilaian/penyelarasan keputusan (rule adjunstion); 8) Tempat memperoleh informasi;
44
Saat ini melihat keadaan Uni Eropa yang ingin menstabilkan dan memperbaiki perekonomian. Selain itu beberapa partner di Eropa lebih sering mendahulukan kepentingan nasional masing-masing dibanding kepentingan kolektif dan solidaritas yang dibutuhkan. Harapan selanjutnya adalah agar negara-negara di Uni Eropa mengurangi kepentingan masing-masing dan memberikan bantuan satu sama lain. Upaya Uni Eropa dalam Menangani Krisis Finansial Yunani.
45
BAB III
KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA
Pada bab ini akan menjelaskan secara singkat tentang krisis yunani, dan faktor-faktor major penyebab adanya krisis yunani. Faktor-faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu faktor internal dan eksternal
A. Krisis Yunani
Permasalahn ekonomi Yunani dimulai pada tahun 1947, pada saat itu Yunani mulai memasuki babak baru dalam pemerintahannya setelah berganti status dari junta militer menjadi sosialis. Lahirnya pemerintahan baru ini kemudian memaksa Yunani untuk mendapatkan pinjaman dana untuk membangun infrastrukturnya. Seiring dengan pembangunan infarstruktur tersebut, dana utang banyak tersedot untuk biaya subsidi, dana pension gaji PNS dll yang berujung pada kegagalan Yunani membayar hutangnya. Hingga mulai tahun 1993 nilai hutang Yunani telah melampaui GDP-nya, bahkan saat ini hutang Yunani telah memiliki beban utang yang sangat besar, mencapai 177 persen dari produk domestik bruto, atau PDB. (The New York Times, 2012)
46
mampu menyelamatkan kondisi finansialnya. Keadaan ini berujung pada kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US$1,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional, atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan, menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman untuk sementara waktu.
Untuk mengatasi permasalahan utang tersebut, Yunani yang merupakan anggota Uni Eropa kemudian mengganti mata uangnya drachma menjadi euro dengan harapan akan mampu memperbaiki perekonomian Yunani. Penyeragaman mata uang menjadi euro tidak diimbangi dengan kesiapan Yunani dalam menghadapinya, ini dapat dlihat dari budaya konsumsi, Yunani yang nilai pendapatan perkapitanya hanya mencapai $6340, tentu tidak mampu menyaingi daya konsumsi negara lain seperti Perancis dengan GNP $20.380, Jerman dengan GNP $ 23.650, atau bahkan negara kecil tapi maju seperti Luxemburg dengan GNP $ 31.271. Akibat hal tadi adalah adanya arus perputaran uang yang tidak seimbang antara Yunani dengan negara-negara tetangganya. Pada tahun 2008 krisis keuangan mulai benar-benar melanda Yunani, hingga kemudian pada tahun 2010 kondisi perekonomian nya sudah mengarah pada kebangkrutan dan menyatakan moratorium pada pembayaran hutangnya. (The Economist, 2012)
47
mereduksi resiko-resiko keuangan yang dihadapi negara. Eurozone menerapkan sistem sedemikian rupa untuk bank-bank sentral agar mampu saling terikat satu sama lain. Hal ini kemudian memudahkan bank-bank komersial di dalam mengakumulasikan negara-negara anggota lemah.
Namun hal ini tidak sejalan dengan praktek yang terjadi, euro menjadi sistem mata uang yang justru mengikat negara-negara lain di dalam suatu krisis keuangan. Soros melihat bahwa Jerman lah yang memiliki posisi menentukan mengenai masa depan dari adanya eurozone. Hal ini mengingat bahwa Jerman merupakan negara kreditur terbesar dalam eurozone dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Soros berpendapat bahwa Jerman mempunyai dua pilihan, tetap bertahan di dalam eurozone atau keluar dari eurozone. Jika Jerman tetap bertahan, maka Jerman perlu untuk melakukan sejumlah perubahan besar. Jerman tidak lagi seharusnya melakukan permintaan pengetatan anggaran bagi negara-negara yang yang tengah dilanda krisis. Sebab hal ini tidak cukup efektif dan justru semakin memperparah krisis di Benua Eropa. Soros lebih menyarankan agar Jerman keluar dari eurozone. Jika Jerman keluar dari eurozone maka akan terjadi gejolak politik yang akan berlangsung sementara. Namun dalam dampak jangka panjang, hal ini akan lebih menstabilkan kondisi euro sebagai mata uang. (Soros, 2012)
48
dapat dipandang bahwa Yunani tidak mampu untuk turut tergabung di dalam eurozone ini. Hal ini turut pula membawa kepada perdebatan mengenai keefektifan mata uang bersama untuk diaplikasikan di suatu kawasan. Terjadi perdebatan pada penentuan nasib Yunani di dalam eurozone, dimana 80% masyarakat Yunani lebih memilih agar Yunani bertahan dengan mata uang euro. Mayoritas masyarakat ini memilih tetap menggunakan euro sebagai mata uangnya untuk menghindari semakin terpuruknya perekonomian Yunani jika harus kembali menggunakan mata uang drachma. Ketakutan akan menurunnya investor dan inflasi yang meninggi menjadi faktor-faktor mengapa beberapa pihak tetap menginginkan Yunani berada dalam eurozone. Hal ini dapat saja terjadi jika Yunani mampu untuk mengatasi kebijakan pengetatan anggarannya. Namun jika pengetatan anggaran ini diingkari oleh Yunani, maka Yunani dapat saja keluar dari eurozone untuk selanjutnya kembali menggunakan drachma sebagai mata uangnya. Kebijakan pengetatan anggaran ini perlu untuk dilakukan Yunani setelah Uni Eropa, yang dipimpin oleh Jerman, mengucurkan dana bantuan atau bailout guna mengatasi krisis Yunani. (The Economist, 2012)
Banyak kalangan berpendapat terkait krisis yang melanda Yunani, Lynn dalam “Bust: Greece, the Euro and the Sovereign Debt Crisis” menuliskan bahwa belum
49
Ada Faktor-faktor Internal Penyebab terjadinya Krisis Yunani:
1. Pengeluaran pemerintah yang besar dan kurang mencapai target yang tepat, kurang adanya program-program yang meningkatkan pendapatan, anggaran militer yang besar.
2. Terlampau banyaknya jumlah pegawai negeri dan biaya dana pensiun yang dikeluarkan pemerintah Yunani, besarnya upah minimun yang ditetapkan Yunani. 3. Tingginya tingkat korupsi di Yunani, yang berakibat pula pada birokrasi yang
buruk. Banyak juga penggelapan dana pajak yang dilakukan pemerintah Yunani.
4. Peraturan dalam ECB dengan mata uang tunggal yang menyebabkan tidak mampunya negara Eurozone untuk mengatur sistem moneter negaranya sendiri, dan dapat menyebabkan daya saing negara berkurang.
Adapun faktor-faktor Eksternal Penyebab terjadinya Krisis Yunani:
1. Mudahnya mendapatkan dana pinjaman hutang anggota Eurozone dan kurang ketatnya pengawasan akan negara anggota yang melanggar Stability and Growth Pact(SGP).
2. Krisis Finansial Global pada tahun 2008. Hal ini berakibat pada rendahnya tingkat investasi dan kepercayaan investor dalam menyimpan dana.
50
khususnya yang menggunakan mata uang Euro akan terkena efek dari krisis ini secara langsung sejalan dengan Domino effect Theory yang sering digunakan oleh banyak ekonom untuk menggambarkan penyebaran krisis ekonomi di seluruh dunia.
Dalam keanggotaaan Uni Eropa, Yunani sebenarnya memiliki potensi investasi yang cukup menarik bagi para investor, namun krisis yang melanda daratan Eropa belakangan ini telah menimbulkan ketidakpercayaan para investor terhadap sektor keuangan di Eropa khususnya Yunani dan hal ini tentu akan memperparah krisis di Yunani dan jika krisis ini tidak ditanggulangi maka Yunani terancam benar-benar bangkrut
Krisis Eropa yang diawali dengan kejatuhan perekonomian Negara anggota Uni Eropa yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit fiskal negara anggota Uni Eropa, utamanya Yunani. Keserakahan pemerintah di beberapa negara Eropa, seperti Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol. Manajemen budget pemerintah amat buruk. Pengeluaran pemerintah, yang dibiaya hutang, amat boros. Akibatnya, mereka kesulitan membayar hutang. Keserakahan pemerintah ini juga ditopang dengan keserakahan lembaga pemberi hutang, yang terus berani memberikan hutang pada pemerintah di negara negara tersebut.
51
ini ke banyak negara Eropa, termasuk Jerman dan Perancis. Di luar Eropa, negara yang keuangan pemerintahnya tidak baik akan mudah terkena dampak ini, termasuk Jepang. Negara yang amat menggantungkan pada ekspor akan sangat terkena dampak krisis keuangan ekonomi global ini.
IMF memperkirakan aksi jual aset oleh perbankan tersebut muncul karena ketidakpercayaan pelaku pasar pada efektivitas kebijakan Eropa. Selain itu, faktor naiknya biaya dana serta makin tertekannya sistem perbankan juga memicu aksi bank tersebut. Sejumlah aksi yang telah dibuat memang telah menciptakan keuntungan namun upaya itu dianggap tak cukup untuk menciptakan stabilitas yang berkesimbangunan. Dari skenario yang dibuat IMF, aksi jual aset bank di Eropa itu bisa membuat pasokan dana pinjaman untuk wilayah tersebut mengecil hingga 4,4 persen. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Eropa dipastikan melemah 1,4 persen.
52
Italia jumlahnya di atas 50 juta orang. Ukuran ekonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar dari Yunani.
Salah satu lembaga pemeringkat utang terkemuka, Moody’s Investors Service, masih menetapkan rating utang Yunani pada salah satu level terendah, yaitu CCC. Tantangan yang begitu hebat dihadapi para pemimpin Eropa, sejak bangkrutnya Yunani, disusul Irlandia, Spanyol, merembet ke Itali, Inggris, dan terakhir melanda Perancis, yang masuk ke jurang krisis akibar utang. Perancis nasibnya sama seperti Amerika Serikat yang telah diturunkan peringkat rating kreditnya dari AAA menjadi AA+. Perancis yang mempunyai utang yang setara dengan 95 % PDB nya, sudah tidak lagi mampu mengatasinya. Tidak banyak pilihan yang bisa dilakukannya, kecuali hanya dengan memotong defisit anggaran, dan itu pasti akan membawa malapetaka kepada krisis politik dan sosial. Ujungnya terjadinya pemberontakan rakyat. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan langkah-langkah kebijakan mengatasi krisis utang, tetapi tidak mempunyai dampak positif di pasar. Bursa saham di Uni Eropa terus berguguran sampai titik yang paling rendah. (Prijambodo, 2016)
Antara tahun 1980-1990-an, Yunani memiliki hutang yang besar terkait dengan defisit anggaran. Sehingga ketika dilakukan Maastrict Treaty (Perjanjian Uni Eropa), 7 Februari 1992, Yunani menjadi satu-satunya anggota masyarakat Eropa (Europe Community (EC)) yang tidak dapat memenuhi kriterianya.
53
dikenal sebagai ”kriteria pergeseran”) pada dasarnya adalah adalah kriteria dalam mengadopsi mata uang euro sebagai mata uang masyarakat Eropa. Dimana tujuan penetapan kriteria ini adalah untuk mempertahankan harga kestabilan di Eurozone meski ada negara anggota yang baru bergabung. Keempat kriteria utama ini didasarkan pada Pasal 121(1). (Perjanjian Maastricht, 2016)
1. Tingkat inflasi:
Tidak boleh lebih dari 1,5 poin persen lebih tinggi daripada rata-rata tiga negara anggota dengan inflasi terendah di Uni Eropa.
2. Keuangan pemerintah:
Defisit pemerintah tahunan:
a. Rasio defisit pemerintah tahunan dengan produk domestik bruto (PDB) tidak boleh lebih dari 3% pada akhir tahun fiskal selanjutnya. Jika tidak, negara tersebut diwajibkan mencapai tingkat mendekati 3%. Hanya ekses pengecualian dan sementara yang diperbolehkan untuk dikecualikan.
54
3. Nilai tukar: Negara pendaftar harus menjalani mekanisme nilai tukar (ERM II) di bawah Sistem Moneter Eropa (EMS) selama dua tahun berturut-turut dan tidak boleh mendevaluasi mata uangnya selama periode tersebut.
4. Tingkat suku bunga jangka panjang: Tingkat suku bunga jangka panjang nominal tidak boleh lebih dari 2 poin persen lebih tinggi daripada di tiga negara anggota yang mengalami inflasi terendah.
Inflasi, defisit anggaran, hutang, dan suku bunga yang tinggi membuat Yunani tidak dapat begabung dalam masyarakat Uni Eropa. Namun Yunani terus berusaha memperbaiki perekonomiannya dengan berbagai program penghematan hingga usaha ini membuahkan hasil. Yunani akhirnya dapat memenuhi kriteria: inflasi 2,1%, defisit anggaran 1,7% dari GDP, dibawah 3% ketetapan Perjanjian Maastricht.
Inti dari upaya ‘mati-matian Yunani untuk bergabung dengan masyarakat Uni Eropa adalah untuk “mendompleng” kestabilan ekonomi Eropa. Namun harapan
55
Grafik 1. Tingkat pengangguran Yunani Source: www.tradingeconomics.com
56
Grafik 2: Index Korupsi Yunani Source: www.tradingeconomics.com