• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Peranan Uni Eropa Dan International Monetary Fund Sebagai Organisasi Internasional Dalam Penanganan Krisis Uni Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Peranan Uni Eropa Dan International Monetary Fund Sebagai Organisasi Internasional Dalam Penanganan Krisis Uni Eropa"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI

PERANAN UNI EROPA DAN

INTERNATIONAL MONETARY

FUND

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM

PENANGANAN KRISIS UNI EROPA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RESZKI ANANIAS 100200078

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI

PERANAN UNI EROPA DAN

INTERNATIONAL MONETARY

FUND

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM

PENANGANAN KRISIS UNI EROPA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O l e h :

R E S Z K I A N A N I A S 1 0 0 2 0 0 0 7 8

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Internasional

Arif, S.H., M.Hum NIP : 196403301993031002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum NIP : 197302202002121001 NIP : 197308012002121002

PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Not because of who i am, but because of what You’ve done. Not because

of what i’ve done, but because of who You are. You’re grace is enough, Lord JC”.

Syukur atas kemurahan Yesus Kristus yang memampukan penulis untuk

merampungkan penelitian skripsi berjudul “TINJAUAN HUKUM

INTERNASIONAL MENGENAI PERANAN UNI EROPA DAN

INTERNATIONAL MONETARY FUND SEBAGAI ORGANISASI

INTERNASIONAL DALAM PENANGANAN KRISIS UNI EROPA” ini. Berbekal antusias dan keinginan untuk lebih mempelajari kondisi faktual

di tengah kawasan bermata uang nomor dua terbesar di dunia dari, sehingga

penulis memilih judul dan menyelesaikan penelitian skrispi ini. Tidak dapat

dipungkiri, sejak 2008 kemunculan berita krisis ekonomi Uni Eropa sempat

membuat dunia internasional mengalami chaos hampir di seluruh bidang di semua

negara. Katakan saja, pengangguran, kemampuan daya beli masyarakat, kejatuhan

nilai mata uang, collapse-nya beberapa perusahaan keuangan diikuti merosotnya

efektivitas sektor lain bahkan hubungan bilateral antara dua negara tak luput dari

pergesekan akibat krisis ini, mengingat berlakunya era globalisasi yang

menimbulkan interdependensi antara satu kawasan dengan kawasan lain.

Masyarakat internasional, negara-negara, organisasi regional juga

internasional bahkan perundingan tingkat regional maupun supranasional

mendesak terurainya masalah krisis ini. Pendekatan hukum organisasi

internasional dalam hal ini bisa digunakan ketika mempelajari dua institusi

(4)

perpanjangtanganannya dan forum tertingggi yaitu European Commission.

Meninjau apakah tidak ada overlapping antara kedua institusi ini pasalnya wacana

pembentukan Uni Eropa sejak mulanya adalah menyaingi peranan dolar di dunia

dan kokohnya federasi Amerika Serikat, sementara di satu sisi IMF didominasi

pemegang dolar.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

ketidaksempurnaan akibat keterbatasan kemampuan penulis juga minimnya

literatur mengenai krisis Uni Eropa dari pendekatan hukum organisasi

internasional. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini, juga

perkembangan hukum internasional pada umumnya.

Sepanjang penelitian skripsi ini, banyak pihak yang memeri dukungan

moril mauun materiil yang sangat berharga, yaitu:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan;

2. Prof. Dr. Runtung Sitepu., S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan beserta seluruh jajaran

pimpinan Fakultas Hukum USU;

3. Arif, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan;

4. Dr. Mahmul Siregar S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I penulis

yang luar biasa. “Inspire to learn, learn to inspire” demikian potret Beliau

(5)

arahan dan dorongan semangat dalam rangka perampungan penelitian

skripsi ini. Keberadaannya juga sebagai dosen pengasuh Meriam Debating

Club (MDC) Fakultas Hukum USU dalam memberikan pembekalan baik

akademis maupun praktis sangat memberi teladan bagi penulis secara

pribadi;

5. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang

telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran bahkan rekomendasi berkualitas

selama pengerjaan penelitian ini. Baik diskusi substansial maupun

dorongan semangat juga sangat membantu penulis dalam hal ini;

6. Prof. Syaffrudin Kalo, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan dukungan akademis selama penulis

duduk sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan;

7. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berbagi ilmu selama

penulis mengikuti kegiatan perkuliahan;

8. Seluruh civitas Fakultas Hukum, jajaran staf administrasi dan segenap

pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan;

9. Papa R. Nadeak dan Mama R. br. Meliala selaku orangtua penulis, untuk

setiap kasih sayang, pengertian, dukungan dan terlebih doa-doa tak putus

yang menemani penulis sejak awal mengikuti perkuliahan sampai jenjang

akhir penyusunan penelitian skripsi ini. Kebaikan dan perhatian kalian

(6)

10.Edwart dan Jogi, saudara-saudara penulis yang menjadi motivasi tersendiri

bagi penulis;

11.Mendiang N.Meliala selaku kakek penulis yang beberapa waktu lebih

dahulu pergi sebelum bersukacita bersama dalam akhir studi strata satu

penulis. Mengingat kebaikan dan ketegasannya sangat membantu penulis

dalam penyelesaian penelitian ini walaupun sambil menemani dalam

proses pemulihannya. Begitu juga T.br.Sitepu selaku nenek penulis yang

memberikan dukungan melimpah;

12.Segenap keluarga besar dari Nadeak dan Meliala dimanapun berada yang

tak henti-hentinya mendukung penulis selama ini. Pribadi-pribadi luar

biasa dari Silalahi, Ka Risma, Bg Anto, Ka Evi, Bg Os, dll. Tak lupa si

kecil Abigail dan Zeimora Zucheta dan yang lainnya yang tak dapat

disebutkan satu persatu

13.Teman-teman terbaik penulis Jeanifer Qiu, Glory dan Maria Indriya,

beserta Euginia Natalia, Karina Tiani, Irma dan teman-teman di Jakarta;

14.Kelompok Kecil penulis, khususnya Ka Yenni, Dessy, Defina, Yessika

dan mendiang Nurmawati, Andre, Mardo, Moria, Nanda, Sam, Tesa, untuk

setiap kontribusi dan semangatnya;

15.Segenap teman-teman dalam pelayanan mahasiswa UKM Kebaktian

Mahasiswa Kristen (UKM KMK USU) Medan. Khususnya koordinasi UP

FH 2012-2013 untuk setiap dukungan, doa, dan pencarian kebenaran-Nya

yang bersama-sama dikerjakan;

(7)

17.Teman-teman: Yeoppo Diana Wijaya, Cynthia Wirawan, Rivera Wijaya,

Ekpi Yossara, angkatan 2010 khususnya Grup B, teman bertumbuh

bersama sepanjang perkuliahan yang tidak dapat disebut satu persatu;

18.Meriam Debating Club (MDC) wadah canonners yang membantu penulis

dalam pembekalan akademis juga Gemar Belajar (GEMBEL);

19.ILSA Angkatan 2010, komunitas mahasiswa hukum internasional terbaik

yang pernah ada. Terkhusus partner: Saka, Maharanni, Bang Dedi. Serta

teman-teman lain melalui kebersamaan, dukungan, dan setiap kebaikan

yang menginspirasi penulis;

Kiranya kemurahan Tuhan memberkati dan menyertai kalian dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, Maret 2014

Hormat Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... vi

Daftar Singkatan ... ix

Abstraksi ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 14

C. TUJUAN PENELITIAN ... 15

D. MANFAAT PENELITIAN ... 15

E. KEASLIAN PENELITIAN ... 16

F. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 17

G. METODE PENELITIAN ... 19

1. Tipe Penelitian ... 19

2. Data Penelitian ... 20

3. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4. Analisis Data ... 21

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 23

(9)

A. Pengertian dan Jenis Subjek Hukum Internasional ... 26

B. Personalitas Organisasi Internasional sebagai Subjek Hukum

Internasional ... 33

C. Wewenang Organisasi Internasional dalam Hukum Internasional ... 41

D. Personalitas Uni Eropa dan International Monetary Fund sebagai

Subjek Hukum Internasional menurut Hukum Internasional yang

Berlaku ... 44

BAB III PENGATURAN DALAM LISBON TREATY MENGENAI HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA UNI EROPA DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI UNI EROPA ... 58

A.Pembentukan Uni Eropa ... 58

B.Pengaturan tentang kompetensi dan persatuan ekonomi - moneter Uni

Eropa menurut Lisbon Treaty. ... 75

C.Kronologi dan Perkembangan Krisis Ekonomi Uni Eropa ... 85

D. Hak dan Kewenangan Uni Eropa dalam Penanganan Krisis Uni Eropa

menurut Lisbon Treaty ... 93

BAB IV KEWENANGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI GLOBAL DIKAITKAN DENGAN KEBERADAAN DAN KEWENANGAN UNI EROPA DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI UNI EROPA ... 99

(10)

B. Mandat International Monetary Fund (IMF) dalam penanganan krisis

ekonomi secara global ... 106

C. Peranan International Monetary Fund (IMF) dalam menangani krisis

ekonomi secara global ... 117

D. Kewenangan International Moneter Fund (IMF) dikaitkan dengan

kewenangan Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi Uni Eropa

... 121

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

(11)

DAFTAR SINGKATAN

CFSP : Common Foreign and Security Policy

CoA : Court of Auditors

CS : European Coal and Steel Community Treaty

EA : European Atomic Energy Community Treaty

EC : European Community

ECB : European Central Bank

ECJ : European Court Justice

ECSC : European Coal and Steel Community

ECtHR : European Court of Human Rights

EEA : European Economic Area

EEC : European Economic Community

EESC : European Economic and Social Committee

EFTA : European Free Trade Association

EFSF : European Financial Stability Facility

EFSM : European Financial Stabilisation Mechanism

EMS : European Monetary System

EMU : European Monetary Union

EP : European Parliament

ES : European Coal and and Steel Community Treaty

ESCB : European System of Central Banks

ESDP : Common European Security and Defence Policy

(12)

Euratom: European Atomic Energy Community

IMF : International Monetary Fund

TEU : Treaty on European Union/ Treaty of Maastricht

TFEU : Treaty on the Functioning of the European Union

ToA : Treaty of Amsterdam

ToL : Treaty of Lisbon

(13)

ABSTRAKSI

*) Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum **) Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum

***) Reszki Ananias

Perkembangan kehadiran kerjasama bidang ekonomi yang bersifat regional- internasional, seperti Uni Eropa, tentu memberikan dampak terhadap tata hukum internasional serta tata hukum ekonomi global umumnya. Jika persoalan ini dibawa dalam konteks krisis ekonomi tentu dampak negatif yang laten dapat melanda seluruh aspek kehidupan dunia. Kesatuan mata uang negara-negara berdaulat ini menjadi penyebab prioritas merosotnya perekonomian dunia. Uni Eropa dilengkapi dengan sebuah parlemen dan sebuah bank sentral, yang menjalankan fungsi pemerintah pusat terkhusus kewenangan moneter Euro. Perspektif lain, keberadaan dan keterlibatan IMF selama hampir enam tahun menandai lenturnya hukum dasar Uni Eropa sebagai pemerintahan supranasional bagi negara anggotanya.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebenarnya kedudukan Uni Eropa dan IMF dalam tata hukum internasional, bagaimana anggaran dasar Uni Eropa yaitu Lisbon Treaty itu sendiri mengatur mengenai kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis di wilayah Uni Eropa serta bagaimana kedudukan IMF sebagai organisasi keuangan internasional yang selama ini menangani krisis secara global dikaitkan dengan kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis Uni Eropa.

Metode penulisan yang dipakai dalam menyusun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan melalui inventarisir bahan-bahan dari buku, jurnal, internet, instrumen hukum internasional dan hasil tulisan ilmiah terkait lainnya dengan satu tujuan yang termaksud dalam penyusunan penelitian ini.

Pada dasarnya baik Uni Eropa maupun IMF memiliki kedudukan di mata hukum internasional melalui kepemilikan personalitas hukum menurut anggaran dasarnya masing-masing. Personalitas ini juga yang memampukan kedua organisasi internasional ini melakukan hubungan hukum dalam penuangan perjanjian internasional berupa Memorandum of Economic and Financial Policies

tanggal 3 Mei 2010 dalam rangka penanganan krisis Uni Eropa. Hanya saja, kapasitas dan kewenangannya masing-masing dibatasi oleh anggaran dasar dan perjanjian internasional. Tindakan dalam bentuk apapun yang melampaui ketentuan tersebut tidak dibenarkan. Oleh karena itu, sepanjang tetap taat terhadap perjanjian internasional diantara kedua organisasi internasional tersebut, maka tidak didapati kewenangan yang tumpang tindih.

Kata Kunci : Organisasi Internasional, IMF dan Uni Eropa, Krisis Ekonomi

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II

(14)

ABSTRAKSI

*) Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum **) Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum

***) Reszki Ananias

Perkembangan kehadiran kerjasama bidang ekonomi yang bersifat regional- internasional, seperti Uni Eropa, tentu memberikan dampak terhadap tata hukum internasional serta tata hukum ekonomi global umumnya. Jika persoalan ini dibawa dalam konteks krisis ekonomi tentu dampak negatif yang laten dapat melanda seluruh aspek kehidupan dunia. Kesatuan mata uang negara-negara berdaulat ini menjadi penyebab prioritas merosotnya perekonomian dunia. Uni Eropa dilengkapi dengan sebuah parlemen dan sebuah bank sentral, yang menjalankan fungsi pemerintah pusat terkhusus kewenangan moneter Euro. Perspektif lain, keberadaan dan keterlibatan IMF selama hampir enam tahun menandai lenturnya hukum dasar Uni Eropa sebagai pemerintahan supranasional bagi negara anggotanya.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebenarnya kedudukan Uni Eropa dan IMF dalam tata hukum internasional, bagaimana anggaran dasar Uni Eropa yaitu Lisbon Treaty itu sendiri mengatur mengenai kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis di wilayah Uni Eropa serta bagaimana kedudukan IMF sebagai organisasi keuangan internasional yang selama ini menangani krisis secara global dikaitkan dengan kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis Uni Eropa.

Metode penulisan yang dipakai dalam menyusun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan melalui inventarisir bahan-bahan dari buku, jurnal, internet, instrumen hukum internasional dan hasil tulisan ilmiah terkait lainnya dengan satu tujuan yang termaksud dalam penyusunan penelitian ini.

Pada dasarnya baik Uni Eropa maupun IMF memiliki kedudukan di mata hukum internasional melalui kepemilikan personalitas hukum menurut anggaran dasarnya masing-masing. Personalitas ini juga yang memampukan kedua organisasi internasional ini melakukan hubungan hukum dalam penuangan perjanjian internasional berupa Memorandum of Economic and Financial Policies

tanggal 3 Mei 2010 dalam rangka penanganan krisis Uni Eropa. Hanya saja, kapasitas dan kewenangannya masing-masing dibatasi oleh anggaran dasar dan perjanjian internasional. Tindakan dalam bentuk apapun yang melampaui ketentuan tersebut tidak dibenarkan. Oleh karena itu, sepanjang tetap taat terhadap perjanjian internasional diantara kedua organisasi internasional tersebut, maka tidak didapati kewenangan yang tumpang tindih.

Kata Kunci : Organisasi Internasional, IMF dan Uni Eropa, Krisis Ekonomi

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam bukunya berjudul “The Structure of Scientific Revolution”,

Thomas S. Kuhn, menuliskan bahwa dunia mengalami pergeseran paradigma

yang akan melahirkan terobosan-terobosan baru di berbagai bidang kehidupan,

termasuk dalam perkembangan hukum internasional, yang kini telah mengalami

perubahan secara drastis.1

Salah satu terobosan tersebut adalah Perang Dingin (Cold War), yang

menjadi periode polarisasi yang mendorong setiap kawasan baik negara

berkembang maupun negara maju berusaha mempertegas kembali keadaannya

dengan kecenderungan mengkonsolidasikan dirinya dalam skema kerja sama dan

perjanjian yang melibatkan hubungan antar bangsa (hubungan internasional).

2

Adapun timbulnya hubungan internasional ini disebabkan kepentingan dua

negara saja tidak dapat menampung kehendak banyak negara sehingga diperlukan

suatu pengaturan internasional yang mengorganisir setiap upaya untuk mencapai

tujuan bersama sekaligus kepentingan masing-masing negara tetap terjamin.3

1

Thomas S. Kuhn, “The Structure of Scientific Revolution”, (US: University Of Chicago Press, 1962), hlm.2

2 Anthonius Sitepu, “Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional”,

sebagaimana dimuat dalam

November 2013

3 Sumaryo Suryokusumo,”Hukum Organisasi Internasional” Cet.Pertama, (Jakarta: Penerbit

(16)

Sejak pertengahan abad ke-17 perkembangan kerja sama antar negara ini

semakin kompleks dengan rupa kerjasama ekonomi, politik, pertahanan dan

keamanan, lingkungan, serta berbagai bidang lainnya yang diwujudkan dalam

konferensi-konferensi internasional dan melembaga menjadi: komisi

(commission), serikat (union), dewan (council), liga (league), perserikatan

bangsa-bangsa (united nations), persemakmuran (commonwealth), komunitas

(community), kerja sama (cooperation);4

Pada dasarnya integrasi ekonomi, menurut Tinbergen, merupakan

penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dan

menghapuskan semua pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya

perdagangan bebasdengan membentuk kerja sama dan unifikasi.

Namun, dewasa ini yang kerap ditemui

adalah kerjasama di bidang pembentukan pusat-pusat kekuatan ekonomi baru atau

integrasi ekonomi.

5

Secara teoritis, Salvatore menguraikan integrasi ekonomi menjadi

beberapa bentuk: pengaturan perdagangan preferensial (preferential trade

arrangements), kawasan perdagangan bebas (free trade area), persekutuan pabean

(customs union), pasar bersama (common market) dan uni ekonomi (economic

union). Klasifikasi terakhir dapat diberikan contoh salah satunya Uni Eropa.6

Studi integrasi ekonomi regional seperti ini juga termasuk bagian yang

perlu diperhatikan dalam hukum internasional, mengingat eksistensinya

berdampak masif mempengaruhi dunia. Konsep integrasi ekonomi regional

4

Ibid., hlm 2

5

Tinbergen, ” Intangible Barriers to International Trade”, sebagaimana dimuat dalam 2013, 07:06 WIB

6

(17)

sendiri melintasi batas kedaulatan setiap negara dimana aliran dana bebas keluar

masuk dari satu negara ke negara lainnya dengan regulasi moneter yang beragam

dari satu pemerintah ke pemerintah lainnya, bukan tidak mungkin jika kawasan

integrasi ini berisiko terimbas krisis yang terjadi di satu negara.7

Krisis dapat dipahami dalam banyak pengertian. Dalam pendekatan

terminologi ekonomi krisis merupakan istilah yang digunakan pada bidang

ekonomi dan mengacu pada perubahan drastis perekonomian mengarah pada

turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi.

8

Pendapat Harberler, krisis adalah penyimpangan kegiatan ekonomi yang

mencolok dan merupakan titik awal gerak kegiatan ekonomi yang menurun atau

down-turn/ the upper turning point. Menurut Mitchell krisis adalah suatu kondisi

ekonomi yang sudah mengalami/agak resesi (rather than recession). 9

Definisi krisis untuk negara-negara maju di Utara sangat seragam, yakni

serbuan atas meluasnya kesulitan-kesulitan untuk melayani tumpukan hutang

negara-negara berkembang yang telah mengancam stabilitas sistem finansial

internasional. 10

Sementara dalam pendekatan keuangan, krisis diartikan sebagai situasi

dimana lembaga keuangan atau aset kehilangan nilai dalam jumlah besar. Abad 19

dan 20 menilai krisis sebagai gejolak yang melanda dunia perbankan dan

7

Departemen Keuangan, Depkominfo, dan Bappenas, “Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Harus Bersikap”, 2008, hlm.2

8 Wikipedia,”Krisis Ekonomi”, penelusuran melalui id.wikipedia.org/wiki/krisis_ekonomi,

diakses pada tanggal 24 November 2013, 22:00 WIB

9

James Arthur Estey, “Business Cycles, Their Nature, Causes and Control”, (Prentice-Hall,1960), hlm.65.

10

(18)

sejumlah resesi dengan dampak besar. Termasuk dalam kategori krisis keuangan

ini adalah krisis bursa saham, krisis mata uang dan juga sovereignity. 11

Demikianpun pengertiannya, krisis menempatkan pada situasi yang penuh

kemelut bagi sebuah negara. Sejarah mencatat beberapa kasus krisis ekonomi

yang pernah terjadi di dunia diantaranya: Great Depression pada tahun 1929-1930

yang menjadi catatan ekonomi terburuk dalam sejarah AmerikaSerikat disebabkan

oleh runtuhnya pasar saham (stock market crash). 12

Krisis ini berdampak pada menjamurnya pengangguran, jatuhnya sektor

perdagangan padahal tingkat kebergantungan akan perdagangan kala itu sangat

tinggi, harga dan pendapatan turun, pengurangan akan akses produsen ke Cuba

bahkan investasi ke Amerika Latin pun melemah.

13

Pada pertengahan tahun 2007, Amerika Serikat dilanda krisis subprime

mortgage dan memuncak pada September 2008, yang ditandai dengan

pengumuman kebangkrutan beberapa lembaga keuangan menimbulkan

permasalahan likuiditas perusahaan perusahaan keuangan Amerika Serikat.

Sebagai pionir pelaku nomor satu ekonomi dunia saat ini, dampak krisisnya terasa

pada lebih banyak bidang dan melibatkan lebih banyak negara. Mulai dari dalam Pengalaman Indonesia pada

krisis 1997-1998, yang berawal dari kegagalan pasar kemudian berdampak buruk

bagi perekonomian hingga pemerintah harus mengatasi dampak krisis dengan

mengalirkan dana untuk menyelamatkan perekonomian nasional.

11 Wikipedia, “Financial Crisis”, sebagaimana dimuat dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Financial_crisis/ diakses pada tanggal 24 November 2013

12

Ibsen Martinez ,”Latin America and the Great Depression”, Library of Economic and Liberty. pada tanggal 31 Desember 2013.

13 Arminio Fraga, “Latin America since the 1990s: Rising from the Sickbed”, Journal of

(19)

Amerika Serikat sendiri seperti jatuhnya Lehman Brothers, resesi yang

mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat Amerika Serikat bahkan pada

anjloknya pasar saham di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Menyusul dalam daftar berikutnya juga masih ada krisis ekonomi

Argentina (1999-2002), krisis ekonomi Amerika Selatan 2002, termasuk krisis

ekonomi Eropa tahun 2011.14

Sejak krisis ekonomi mulai pada tahun 2008, hampir separuh negara

anggota Uni Eropa mengalami ancaman kemiskinan yang meningkat namun tidak

merata. Jerman, misalnya, krisis tersebut tidak begitu parah mempengaruhi

kehidupan sosial penduduknya atau mengharuskan organisasi-organisasi bantuan

untuk memberikan bantuan pangan.

15

Data juga menunjukkan sejak bangkrutnya Yunani, krisis berantai

melanda satu demi satu negara di benua tersebut seperti Irlandia, Spanyol,

menjalar ke Italia, Inggris, Jerman dan terakhir melanda Perancis, yang masuk ke

jurang krisis akibat utang.

Sebaliknya di Yunani, banyak warga yang

tidak mampu lagi membayar asuransi kesehatan. Menurut organisasi bantuan,

Medico Internasional, Spanyol dan Irlandia menderita krisis akibat runtuhnya

pasar properti yang sekaligus memicu krisis perbankan. Tahun 2011, Portugal

menyerah pada tekanan pasar keuangan. Dalam rentang waktu satu tahun, negara

ini telah menghabiskan lebih dari setengah fasilitas kredit dari pemimpin Eropa.

16

14 Wikipedia, “Krisis Ekonomi”, sebagaimana dimuat dalam

id.wikipedia.org/wiki/krisis_ekonomi, diakses pada tanggal 24 November 2013, 22:00 WIB

15

Bernd Riegert,” Negara Uni Eropa yang Tergantung pada Dana Penyelamatan” sebagaimana dimuat dalam

16

(20)

Sebagaimana Charles Kindleberger menggambarkan pola krisis oleh

karena faktor demikian: default oleh negara debitur utama (domino default) oleh

debitur-debitur besar dan kecil, diikuti oleh kegagalan dari bank utama dan

bank-bank lainnya. Runtuhnya kepercayaan atas sistem finansial internasional tersebut

pada akhirnya mengakibatkan terjadinya penyusutan atas berbagai aktifitas

ekonomi dan perdagangan internasional.17

Ada juga faktor lain seperti: kredit macet, meningkatnya suku bunga

dunia, resesi global dan harga-harga komoditas yang rendah maka tingkat

pinjaman negara mulai menghadapi kegagalan dalam melakukan pembayaran

pinjaman.

18

Kecenderungan terjadinya satu per satu kejatuhan perekonomian dunia

mendorong berkumpulnya para pakar dan pengambil kebijakan ekonomi berbagai

negara untuk serius mengambil waktu memformulasikan strategi sampai akhirnya

lahir tiga institusi penting: dua lembaga keuangan internasional yaitu Bank Dunia,

IMF dan suatu lembaga perdagangan internasional ITO.

Variasi kausa krisis tersebut bermuara pada satu hal yang sama yaitu

betapa berpengaruhnya konsekuensi sebuah krisis bagi kehidupan internasional.

19

17 Miles Khaler, Loc.Cit.

ITO sendiri

eksistensinya tidak bertahan begitu lama. Hal ini ditandai dengan peristiwa ketika

hendak diratifikasi oleh berbagai negara, organisasi yang semula ditujukan untuk

menciptakan liberalisasi perdagangan, mengatasi monopoli, dan

18

Vanessa Baird, “Currencies of Desire”, (New Internationalist Magazine, October 1998) sebagaimana dimuat dalam: http:www2.gol.com/users/bobkeim/money/debt.html diakses pada 10 Oktober 2013 16:47 WIB

19 Cyrillus Harinowo, “IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca IMF”, (Jakarta: PT

(21)

mengkoordinasikan kebijakan perdagangan negara-negara ini tidak dapat

terwujud. 20

Sementara untuk International Monetary Fund (IMF), keberadaannya

dapat diperhitungkan sebagai salah satu organisasi keuangan internasional yang

memegang peran utama dalam memberikan pinjaman internasional:

In effect, the IMF with the strong support of the creditor nations, asserted

international control over the commercial banks and the international financial

system… Through the use of promises and threats on such…. matters as future

access to finance or export markets, the IMF and the creditor coalition defeated

calls for a debtor’s cartel and easier terms. 21

Alasan lain kelanjutan eksistensi IMF sebagaimana tertuang dalam Pasal 1

Anggaran Dasar IMF bahwa tujuan pendirian IMF adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui sebuah

lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi

dan kerjasama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional;

b. Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan

perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat

pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya

produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan

ekonomi;

20 Huala Adolf, A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan

Internasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 6. Berbeda dengan IMF dan Bank Dunia, ITO tidak dilanjutkan pembentukannya. Amerika Serikat sebagai negara yang pertama kali mengusulkan perlunya pembentukan suatu Organisasi Perdagangan Dunia (ITO) menolak karena adanya kekhawatiran berkurangnya kewenangan Amerika Serikat dalam menentukan kebijakan.

21 Robert Gilpin, Jean M. Gilpin, “The Political Economy of International Relations”, (New

(22)

c. Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar

yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya

persaingan untuk melakukan depresiasi mata uang;

d. Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antar

negara anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing, yang

menghambat pertumbuhan perdagangan dunia;

e. Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan

memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap

memperhatikan unsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat

memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan neraca

pembayaran tanpa harus menggunakan cara-cara yang merusak

kemakmuran nasional atau internasional. 22

Berdasarkan uraian tersebut, secara konkret kiprah IMF didominasi pada

pemberian pinjaman bagi anggota yang menghadapi masalah neraca pembayaran.

Selain itu IMF juga mendukung proses penyesuaian dan kebijakan reformasi

untuk mengoreksi permasalahan mendasar perekonomian sebagai berikut:

a. Tahun 1947, Pasca Perang Dunia Kedua, Inggris mengalami kejatuhan

secara perekonomian yang kemudian mengantarnya menjadi pasien

pertama IMF dan bahkan untuk selama lebih dari dua puluh tahun

berikutnya.23

b. Tahun 1947, Meksiko meminta bantuan dana dari IMF. Negara-negara

lain mengikuti hal yang sama yaitu Amerika Latin selama periode satu

22 Cyrillus Harinowo, Op.Cit., hlm.80 23

(23)

dasawarsa. Region Amerika Latin mengalami kesulitan pembayaran

kewajiban utang bahkan sebelum Perang Dunia Kedua.24

c. Norwegia dan Finladia melakukan pinjaman dari IMF25

d. Pada tahun 1956, Prancis melakukan Stand by Arrangement yang

berjangka waktu satu tahun dan jika diakumulasikan keseluruhan yang

dicairkan menjadi 125 juta dollar AS.26

e. Selama krisis keuangan Asia tahun 1997–1998, IMF bertindak cepat untuk

menolong Korea dengan memperkuat cadangan devisanya. IMF

menyediakan 21 miliar dollar AS untuk membantu Korea mereformasi

perekonomianya, merestrukturisasi sektor-sektor korporat dan

keuangannya, dan memulihakan perekonomiannya dari resesi. Dalam

waktu empat tahun, Korea telah cukup pulih kembali untuk melunasi

pinjaman tersebut sekaligus membangun kembali cadangan devisanya.

f. Bulan Oktober 2000, IMF menyetujui pinjaman tambahan sebesar 52 juta

dollar AS kepada Kenya untuk membantu mengatasi permasalahan akibat

kekeringan yang hebat. Pinjaman tersebut merupakan bagian dari program

pinjaman tiga tahun sebesar 193 juta dollar AS di bawah fasilitas pinjaman

untuk “Pertumbuhan dan Pengurangan Kemiskinan” yaitu sebuah

program peminjaman konsensional bagi negara-negara berpendapatan

rendah.27

24

Ibid., hlm. 142.

25

Ibid., hlm. 133.

26

Press Release dari IMF pada tanggal 18 Oktober 1956

27 Seksi Grafik IMF, “Buku Pedoman tentang IMF: Apakah Dana Moneter Internasional

(24)

g. Indonesia juga pernah terikat kontrak pinjaman dengan IMF pertama kali

pada tahun 1968 dan pada tahun 1997.28

Lantas, bagaimanan peranan IMF terhadap penanganan krisis di Uni

Eropa?. Sebelum pembahasan ke arah sana, perlu diketahui sebelumnya mengenai

kronologi krisis ekonomi di kawasan tersebut.

Perjalanan sejarah Uni Eropa selalu kental dengan keberhasilan.

Menginjak tahun 1995 hampir seluruh negara Eropa Barat bergabung. Pada tahun

1998 sistem keuangan Eropa terintegrasi dalam mata uang tunggal: Euro. Hal ini

menempatkan Uni Eropa sebagai kekuatan ekonomi besar di dunia sekaligus

menjadi contoh organisasi regional terbaik di dunia. Pada tahun 2012 Uni Eropa

mendapatkan hadiah nobel untuk perannya menyatukan benua biru tersebut.29

Pada tahun 2011, krisis mulai terjadi ketika jatuhnya perekonomian negara

anggota Uni Eropa, utamanya Yunani. Lynn dalam buku “BUST Greece, the

Euro, and the Sovereign Debt Crisis” tahun 2011, menuliskan bahwa belum

terselesaikannya krisis di zona Eropa dikarenakan terlambatnya para petinggi

petinggi di zona Eropa dalam menyadari kondisi keuangan Yunani yang sudah

tidak mampu membayar jatuh tempo utangnya.30

Keadaan ini membuat empat negara Uni Eropa yaitu Yunani, Siprus,

Portugal, dan Irlandia, mengakses bantuan IMF melalui Stand-By Arrangements

(SBA), the Flexible Credit Line (FCL), the Precautionary and Liquidity Line

28

Cyrillus Harinowo, Op.Cit., hlm. 294

29

Thomson Reuter , “ Reuters Central& East Europe News Service” sebagaimana dimuat dalam thomsonreuters.com , diakses pada tanggal 24 November 2013, 21:00 WIB

30 Matthew Lynn, ”BUST: Greece, The Euro and The Sovereign Debt Crisis”, (Hoboken, N.J

(25)

(PLL), and the Extended Fund Facility (EFF)31. Mei 2010, IMF memberikan

kontribusi sebesar 30 miliar Euro.32 Desember 2008, IMF menyetujui Stand-By

Arrangements (SBA) dengan Latvia.33 Maret 2009, melalui Stand-By

Arrangements (SBA), IMF meminjamkan 13 juta Euro ke Rumania.34 Pada 12

September 2013 IMF telah menetapkan dana sebesar 103 juta Euro kepada 7

negara Eropa. Ini berarti secara kumulatif IMF telah melakukan pembayaran dan

pencegahan sebanyak 60 persen kepada Eropa secara keseluruhan. 35

Bersampingan dengan IMF, ada sebuah lembaga dimana negara-negara

Uni Eropa bersepakat untuk menyerahkan kedaulatan moneter nasionalnya kepada

lembaga yang berkewenangan dalam hal itu yaiu Bank Sentral Eropa atau

European Central Bank (ECB). ECB menjadi pemegang kewenangan moneter

terlebih sejak kerangka European Monetary Union disepakati dan lahirnya mata

uang Euro sebagai mata uang tunggal.

Idealnya dalam sebuah skema integrasi ekonomi regional, permasalahan

termasuk krisis ekonomi ini ditangani di dalam penyelesaian regional, seperti

yang ditegaskan Uni Eropa untuk meminimalisir keterlibatan IMF di Yunani.36

31

IMF Communications Departments, “International Monetary Fund FactSheet: The IMF

and Europe”, Washington DC, hlm.2 dimuat dalam

07:16 WIB

32

Ibid

33

IMF, “IMF Executive Board approves € 1.68 billion (US$ 2.35 Billion) Stand-By Arrangement for Latvia”, Press Release No. 08/345, December 23, 2008 sebagaimana dikutip pada Franz Seitz dan Thomas Jost, “The Role of the IMF in the European Debt Crisis”, HAW im dialog Diskussionspapier Nr. 23 Januar 2012.

34 IMF, “IMF announces staff-level agreement with Romania on € 12.95 billion loan as part

of coordinated financial support”, Press Release No. 09/86, March 25, 2009 sebagaimana dikutip pada Franz Seitz dan Thomas Jost, Ibid.

35

IMF Communications Departments, Op.Cit.

36 Rachmat Adhani,” Perekonomian Yunani: Yunani, Bom Waktu Kejatuhan Uni Eropa” 24

(26)

Hal ini berarti setiap negara anggota Uni Eropa menyerahkan urusannya kepada

satu pemerintahan supranasional yang juga memiliki organ tersendiri yang fokus

dalam kebijakan perekonomian dan moneter. Organ ini bertindak sebagai

peminjam usaha terakhir (lender last resort) yang tentunya didasari kebijakan

yang telah disepakati dan diterapkan bersama di Uni Eropa, seperti halnya

European Central Bank 37, bersama dengan Komisi Eropa atau European

Commission bertindak memegang fungsi eksekutif dan bertanggung jawab untuk

memprakarsai legislasi dan kepemimpinan harian Uni Eropa. 38

Sehubungan dengan langkah penyelesaian terdekat, Huelshoff

menjelaskan pendapatnya bahwa perlu sebuah pemahaman jelas akan dinamika

internal dari negara tersebut dan memperhatikan signifikasi dari konteks politik

domestik. Berdasarkan pendekatan tersebut maka perlu melibatkan pakar negara

dalam pengambilan kebijakan-kebijakan, dinamika nasional dan pendapat rakyat

negara-negara anggota mengenai penanganan krisis Uni Eropa tersebut.39

review.com/content_detail.php?lang=id&id=1545&type=6#.UpLtdfvDuKE pada 11 November 2013

37

Wikipedia, “Bank Sentral Eropa”, sebagaimana dimuat dalam WIB: Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral Eropa pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka Bank Sentral akan mengeluarkan kebijakan moneter yang dapat dipakai untuk memulihkan keadaan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral Eropa akan berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali. Terutama jika mulai terjadi gejala kemerosotan keuangan negara-negara anggotanya. Namun, pemberian bailout ataupun bantuan tetap didasari oleh kesepakatan yang dibicarakan tentunya.

38

Wikipedia, “Uni Eropa” sebagaimana dimuat dalam

39 Huelshoff, “Mediating Domestic and International Discourses” sebagaimana dimuat

(27)

Akan tetapi tercatat menurut data yang menyorot pendapat masyarakat Uni

Eropa terhadap institusi-institusi Uni Eropa yaitu European Central Bank,

Council of the European Union, European Parliament dan European

Commission, keempat institusi tersebut justru mengalami penurunan kepercayaan

yang signifikanantara tahun 2008–2011. 40

Menurunnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah Uni Eropa

mempengaruhi pesatnya kiprah IMF. Seiring berjalannya waktu peran serta IMF

terlihat nyata sebagai organisasi keuangan internasional dalam melakukan

pemberian pinjaman kepada Yunani. Meskipun dalam sudut pandang politis IMF

yang notabene diisi oleh negara-negara bermata uang dollar AS tengah

berhadapan dengan organisasi internasional dengan negara-negara berdaulat

pemegang euro yang di dalamnya tentu setiap kebijakan dan tindakan

berpengaruh masif dan berbau kepentingan kedaulatan negara.

Konklusi ironis bahwa krisis ekonomi

negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi

ekonominya yang terus meningkat.

41

Uni Eropa awalnya menginginkan penyelesaian internal diantara mereka sendiri, seperti dengan bantuan finansial atau pembentukan European Monetary Fund (EMF). Namun, sepertinya Yunani tidak bisa menunggu terlalu lama karena mereka harus segera membayar utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Jika Uni Eropa masih sibuk berdebat, mungkin IMF merupakan pilihan yang paling rasional. Jerman, inisiator pembentukan EMF, kini justru berubah sikap. Saat ini, Jerman menyatakan terbuka apabila IMF ingin mengambil peran dalam Seperti termuat

dalam pemberitaan internasional akan kredibilitas Uni Eropa yang dipandang

akan menurun apabila IMF ikut menangani masalah di wilayah mereka.

40

European Commission 2012

41

(28)

penyelamatan Yunani. Jika diperlukan, intervensi IMF dinilai memang tidak bisa terhindarkan. 42

Persoalan-persoalan akan ketidakmampuan Uni Eropa dalam menangani

krisis ekonomi ini menuai berbagai pendapat dan kebijakan baik dari subjek

hukum internasional seperti negara anggota Uni Eropa, negara-negara lain dan

organisasi internasional seperti Uni Eropa dan IMF itu sendiri. IMF memang

memiliki kewenangan intervensi, tetapi jauh lebih baik kekuatan regional dengan

otoritas lembaga berkaitan yang menangani. Hal ini disebabkan menurut

ketentuan Artikel 13 Treaty of European Union, Uni Eropa memiliki tujuh

lembaga penting dengan tugas dan kewajiban yang telah ditentukan

masing-masing.43

B. RUMUSAN MASALAH

Salah satu institusi ini yaitu Bank Sentral Eropa (European Central

Bank) merupakan tulang punggung dari alur pembuatan keputusan moneter Uni

Eropa. Perlu pengkajian lebih mendalam secara hukum internasional untuk

melihat bagaimana kewenangan-kewenangan Uni Eropa dengan kewenangan IMF

dalam penanganan krisis di wilayah integrasi regional.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini, sebagaimana berikut:

1. Bagaimanakah personalitas Uni Eropa dan International Monetary Fund

(IMF) menurut Hukum Internasional yang berlaku?

42 “Yunani, Bom Kejatuhan Dunia”, sebagaimana dimuat dalam http://www.theglobal

review.com/content_detail.php?lang=id&id=1545&type=6#.UpLtdfvDuKE pada tanggal 21 November 2013 09:36 WIB

43

(29)

2. Bagaimanakah Lisbon Treaty mengatur mengenai kewenangan Uni

Eropa dalam partisipasinya terkait penanganan krisis ekonomi Uni

Eropa?

3. Bagaimanakah kewenangan International Monetary Fund (IMF) dalam

penanganan krisis ekonomi global dikaitkan dengan keberadaan

kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis ekonomi regional?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui kedudukan Uni Eropa dan International Monetary

Fund (IMF) menurut Hukum Internasional yang berlaku.

2. Untuk mengetahui pengaturan kewenangan Uni Eropa menurut Lisbon

Treaty dalam partisipasinya terkait penanganan krisis ekonomi Uni

Eropa.

3. Untuk mengetahui kewenangan International Monetary Fund (IMF)

dalam penanganan krisis ekonomi global dikaitkan dengan keberadaan

kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis ekonomi Uni Eropa.

D. MANFAAT PENELITIAN

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan secara umum bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan secara khusus bagi ilmu hukum

(30)

minimnya literatur serta bahan pustaka yang membahas mengenai

penanganan krisis ekonomi ditinjau dari peranan organisasi keuangan

regional maupun internasional yang diperkirakan semakin dituntut

peranan dan kapasitasnya di era globalisasi yang semakin kompleks.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini, kiranya dapat memberi pemahaman mendalam

dan masukan bagi pemerintah Republik Indonesia, berkenaan dengan

kerangka kerja sama regional Asean Economic Community 2015

mendatang yang sempat menimbulkan wacana pemberlakuan mata

uang tunggal. Apa yang terjadi dalam masyarakat Eropa terkhusus

dalam penanganan krisis ekonomi di tengah kesamaan mata uang

dapat menjadi pertimbangan sendiri terhadap wacana tersebut.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian berjudul “Tinjauan Hukum Internasional mengenai Peranan

Uni Eropa dan International Monetary Fund sebagai Organisasi Internasional dalam Penanganan Krisis Uni Eropa” dapat dijamin orisinalitasnya. Gagasan awal penelitian ini lahir dari pengamatan pribadi sejak

awal mula kegoyahan perekonomian satu persatu negara anggota Uni Eropa

sampai pada akhirnya mempelajari khususnya mata kuliah Hukum Internasional

dan Hukum Organisasi Internasional. Penuangan setiap ide dari keseluruhan

konsep penelitian ini juga didukung dengan adanya perspektif netral atau objektif,

(31)

yang menaungi masing-masing organisasi ini khususnya keefektifan peranan

keduanya dalam penanganan krisis yang sedikit banyak berdampak ke dunia.

Jika dilihat dari keberadaannya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, karya tulis berjudul sama belum pernah ditulis sebelumnya.

Hanya saja, tidak dapat dipungkiri ada beberapa penelitian yang menyinggung

mengenai perananan International Monetary Fund (IMF) dalam memberikan

bantuan namun tidak untuk krisis ekonomi regional seperti Uni Eropa. Hal ini

data dipastikan mengingat adanya penegasan serupa dari pihak administrasi baik

di bagian perpustakaan maupun jurusan hukum internasional.

F. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dalam skema hukum internasional, seperti yang diuraikan J.G Starke

bahwa hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law) yang

sebagian terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan

negara-negara itu sama lain44

Pasal 102 ayat (1) Piagam PBB menguraikan bahwa Hukum Organisasi

Internasional ialah cabang dari Hukum Internasional yang dipersatukan oleh

badan PBB

, dikenal juga cabang ilmu hukum organisasi

internasional, hukum perjanjian internasional dan hukum ekonomi internasional.

45

44 J.G Starke.,”An Introduction to International Law”, (London: Butterworth, 1984) hlm.3

dan yang semata-mata menyangkut organisasi internaisonal publik

serta terdiri dari perangkat-perangkat norma-norma hukum yang berhubungan

dengan organisasi internasional termasuk badan di bawah naungannya dan pejabat

sipil internasionalnya.

45

(32)

Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional

tidak dapat diragukan lagi, meskipun pada awalnya belum ada kepastian tentang

hal itu46

If fully sovereign state possesses a treaty power when acting alone, it is

not surprising to find the same power attribute to an international organization

which they have created from the members of which usually sovereign states. sehingga memberikan kewenangan baginya sebagaimana diatur hukum

internasional, misalnya membuat perjanjian. Seperti pendapat Mc Nair dalam

bukunya The Law of Traties tentang kewenangan organisasi internaisonal:

47

Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar

kewajiban sebagai organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban

negara-negara yang menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual.48

Dalam pembahasan isu internasional juga melibatkan sumber-sumber

hukum internasional sebagaimana termuat dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta

Mahkamah Internasional (International Court of Justice) yaitu:

a. Perjanjian-perjanjian Internasional (International Conventions) ;

b. Hukum Kebiasaan Internasional (International Custom);

c. Prinsip umum hukum Internasional (The general principlesof Law

Recognized by Civilized Nations);

d. Putusan-putusan Pengadilan Internasional dan ajaran sarjana ahli

(Subject to the Provisions of Article of 59, Judicial Decisions and the

46

Mochtar Kusumaatmadja, “Pengantar Hukum Internasional” Buku I Bagian Umum (Bandung: Penerbit Bina Cipta, 1982), hlm. 95.

47

Mc Nair, “The Law Of Trreaties”, (Oxford: The Claredon Press, 1961), hlm.50

48

(33)

teachings of the most highly qualified publicists of the various nations,

as subsidiary means for the determination of rules of law. 49

Dengan demikian Article Agreement of International Monetary Fund dan

Lisbon Treaty: Treaty of European Union (TEU), Treaty On the Functioning of

European Union (TFEU) terhitung sebagai perjanjian internasional yang memiliki

kekuatan sebagai sumber hukum internasional.

G. METODE PENELITIAN

Demi ketertiban dan keteraturan secara ilmiah, maka metode penelitian

yang digunakan ialah:

1. Tipe Penelitian

Secara umum, menurut Soerjono Soekanto dalam penelitian ilmu hukum

dikenal dua jenis penelitian yaitu:

a. Penelitian Yuridis Normatif meliputi:

(i) Penelitian terhadap asas-asas hukum

(ii) Penelitian terhadap sistematika hukum

(iii) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum

b. Penelitian Yuridis Sosiologis atau Empiris meliputi:

(i) Penelitian terhadap identifikasi hukum

(ii) Penelitian terhadap efektivitas hukum50

Maka penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif yang hendak

meneliti ketentuan hukum internasional yang berlaku khususnya dalam

49

Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (Statute of The International Court of Justice)

50

(34)

konstitusi organisasi internasional Uni Eropa yaitu Treaty of European Union

(TEU), Treaty On the Functioning of European Union (TFEU) dan Perjanjian

International Monetary Fund (Article of Agreements of The International

Monetary Fund) mengenai kompetensi dan kewenangan masing-masing.

Penelitian bertujuan melihat keefektifan kedua organisasi tersebut dalam

penanganan krisis ekonomi Uni Eropa yang tentunya menurut perspektif hukum

internasional.

2. Data Penelitian

Adapun sumber data dari penelitian ini berasal dari penelusuran bahan

pustaka (library research) yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer (primary research / authoritative records) 51

Merupakan bahan-bahan yang memiliki kekuatan hukum mengikat

masyarakat (untuk anggota Uni Eropa) karena dibuat pejabat

berwenang. Dalam penelitian ini yang ditelusuri ialah dokumen

berupa traktat atau perjanjian internasional sebagai anggaran dasar

dari organisasi ekonomi seperti Hukum Uni Eropa Lisbon Treaty

yang terdiri dari Treaty of European Union (TEU), Treaty On the

Functioning of European Union (TFEU) diikuti protokol dan

deklarasi yang juga menjadi kesatuan dalam dokumen tersebut

serta Article of Agreements International Monetary Fund (IMF).

Lebih jauh juga penelitian ini menjajaki tulisan ilmiah dalam buku,

jurnal, surat kabar, serta bahan-bahan lain yang berkaitan.

51 Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(35)

b. Bahan hukum sekunder (secondary research/ not authoritative

records) 52

Merupakan bahan hukum yang dapat memberi penjelasan

mengenai bahan hukum primer, dalam hal penelitian ini ialah

penjajakan literatur ilmiah seperti buku, jurnal, hasil penelitian,

makalah, kutipan seminar, surat kabar, serta bahan-bahan lain yang

berkaitan

c. Bahan hukum tersier (tertiary research)

Merupakan bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk guna

kejelasan dalam memahami bahan hukum primer dan sekunder, 53

1. Teknik Pengumpulan Data

seperti kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

Dalam penelitian ini digunakan kamus Bahasa Indonesia untuk

fungsi penerjemahan.

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam sebuah penelitian

maka digunakan teknik penelitian kepustakaan (library research) akan

bahan-bahan pustaka atau data sekunder, yaitu penelusuran buku dan

jurnal terkait baik milik perpustakaan maupun pribadi.

Alat Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah

studi dokumen yakni meneliti dokumen-dokumen perjanjian

internasional terkait.

52 Ibid. 53

(36)

Untuk memudahkan penelitian, dilakukan juga pengelompokkan data

yang relevan kemudian tahap penganalisisan untuk pembahasan

permasalahan tersebut.

2. Analisis Data

Penelitian ini melakukan analisis data secara kualitatif. Pendekatan

kualitatif digunakan dengan mengutamakan kalimat-kalimat bukan

angka sepertihalnya pendekatan kuantitatif. Selain itu pendekatan

kualitatif lebih mengutamakan dalamnya data dibanding banyaknya

data.

Oleh karena itu penelitian ini akan memfokuskan pada dua

kewenangan yaitu: kewenangan organisasi moneter internasional yaitu

IMF menurut konstitusi atau anggaran dasarnya Article of Agreements

International Monetary Fund dan organisasi internasional Uni Eropa

menurut Lisbon Treaty: Treaty of European Union (TEU), Treaty On

the Functioning of European Union (TFEU). Secara keseluruhan

penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan menjabarkan

secara mendalam konsep yang diperlukan dan kemudian diuraikan

secara komprehensif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian

ini serta penarikan kesimpulan dengan pendekatan atau metode

berikut:

a. Metode induktif

Proses yang berawal dari proposisi-proposisi khusus sebagai hasil

(37)

baru yang bersifat empirik. Data-data yang telah diperoleh selain

dibaca ditafsirkan, dibandingkan juga diteliti demi konfirmasi akan

kebenarannya sebelum dituangkan dalam skripsi.

b. Metode deduktif

Proses yang bertolak dari proposisi umum yang telah diketahui dan

diyakini umum kebenarannya yang merupakan kebenaran ideal

bersifat aksiomatik, tidak perlu diragukan lagi dan berujung pada

kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus.

c. Metode komparatif

Sebuah metode yang melibatkan proses perbandingan (komparasi)

antara satu sumber bahan hukum dengan bahan hukum lainnya.54

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Demi kemudahan dalam memahami setiap pembahasan skripsi ini, penulis

melakukan pembabakan pembahasan menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I : Bab I memuat hal yang menjadi latar belakang diangkatnya judul dan permasalahan tersebut. Adapun gagasan awal ini

beranjak dari pengamatan proses penyelesaian krisis Uni

Eropa sejak 2008 khususnya peranan otoritas tertinggi

pemegang kebijakan ekonmi moneter Eurozone yaitu

European Central Bank dan otoritas organ lain dalam Uni

54

(38)

Eropa itu sendiri dengan hubungannya terhadap IMF sebagai

organisasi keuangan internasional diikuti dengan perumusan

masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian dan ditutup dengan

sistematika bab.

BAB II :Menguraikan mengenai pengertian subjek hukum internasional itu sendiri berikut hak dan kewajibannya.

Kemudian dibahas secara komprehensif mengenai

personalitas Uni Eropa ditinjau dari hukum dasar baik dari

Lisbon Treaty: Treaty of European Union (TEU), Treaty On

the Functioning of European Union (TFEU) maupun regulasi

terkait dan IMF dari Article of Agreements International

Monetary Fund.

BAB III :Pembahasan spesifik mengenai Uni Eropa personalitas sendiri menurut hukum internasional seperti yang sudah

dibahas di bab sebelumnya, juga mengenai krisis ekonomi

yang sampai saat ini sedang memasuki tahap penanganan

masih menjadi permasalahan utama di tersebut.

Perkembangan krisis itu sendiri, dampak dan setiap langkah

penanganan yang telah dilakukan Uni Eropa, terkhusus

menurut kacamata hukum internasional.

(39)

fungsi utamanya ialah memberi bantuan pinjaman bagi

negara yang mengalami krisis. Hanya saja yang perlu

dicermati adalah Uni Eropa yang sendiri memiliki Bank

Sentral dan unit-unit lain. Penelusuran lebih lanjut membahas

kewenangan IMF dan Uni Eropa ditinjau dari hukum

internasional.

BAB V :Sebagai penutup, dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang menjadi kesimpulan dari tujuan penelitian hingga akhir

pembahasan dilanjutkan dengan saran-saran yang timbul

selama pengerjaan skripsi yang dianggap perlu bagi

(40)

BAB II

KEDUDUKAN UNI EROPA DAN INTERNATIONAL MONETARY FUND

(IMF) SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL MENURUT

HUKUM INTERNASIONAL YANG BERLAKU

A. Pengertian dan jenis subjek hukum internasional

Subjek hukum atau subject van een recht dalam kajian ilmu hukum

diartikan sebagai sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk

melakukan perbuatan hukum atau siapa saja yang mempunyai hak dan cakap

bertindak dalam hukum, atau sesuatu pendukung hak yang menurut hukum

berwenang/berkuasa bertindak menjadi pendukung hak (rechtsbevoegheid) dan

kewajiban.55

Adanya kemampuan sebagai pemilik hak dan pemikul kewajiban tersebut

menempatkan subjek hukum dapat melakukan hubungan hukum dengan subjek

hukum lainnya. Secara umum, yang dapat dikatakan sebagai subjek hukum ialah:

a. Individu atau perorangan (Natuurlijk persoon)

b. Badan hukum (Recht persoon/ Legal person)56

Sebagai subjek hukum, individu atau perorangan memiliki derajat yang

sama dihadapan hukum tanpa memandang asal usulnya, agama atau kepercayaan,

ras atau etnis, maupun jenis kelamin. Padanya juga melekat hak-hak asasi

manusia yang dewasa ini, khususnya pada negara hukum modern, sangat diatur,

55

R Soeroso, “Pengantar Ilmu Hukum”, (Jakarta: Sinar Grafika,2005), hlm.227

56 C.S.T Kansil, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, (Jakarta: Balai

(41)

dilindungi serta dijunjung tinggi. Badan hukum merupakan suatu konstruksi

yuridis yang dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang kegiatan.57

Pendapat tersebut secara sederhana dapat dibawakan pada taraf

internasional bahwa yang disebut subjek hukum internasional ialah setiap

pemegang segala hak dan kewajiban menurut ketentuan hukum internasional.

Tidak dapat dipungkiri jika negara mengambil tempat sebagai pribadi utama,

mengingat pada awal mula kelahiran hukum internasional, hanya negaralah

satu-satunya entitas yang dipandang sebagai subjek hukum internasional.

Pendefinisian hukum internasional (international law) sendiri diberikan

karena hukum ini mengatur hubungan antara bangsa dengan bangsa atau dapat

dikategorikan sebagai negara pada masa itu (inter: antara, nation: bangsa dan law:

hukum).58 Dahulu, banyak bermunculan negara merdeka seperti perkembangan di

negara Kota Yunani, begitu juga pasca reruntuhan kekuasaan Romawi.

Negara-negara tersebut menaati adat-istiadat yang muncul diantara mereka59

Sudah menjadi kodratnya ketika lebih dari satu individu hidup sebagai

masyarakat maka dibutuhkan ketentuan untuk mengatur segala yang mereka

lakukan. Dalam hal ini negara memiliki kesederajatan makna dengan masyarakat

internasional yang membutuhkan regulasi. Seperti yang diungkapkan Brierly:

Law exists only in a society and society can not exists without a system of law to

regulate the relations of its members with one another.”

.

60

57

Ibid.

58

J.L Brierly, “The Law of Nations”,(5th Edition,1955), hlm.1

59

J.G Starke, “Pengantar Hukum Internasional”, Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 10

60

(42)

Kedua, pada perkembangannya negara diperhitungkan sebagai aktor

hukum yang memberi sumbangsih besar bagi hukum internasional. Dalam

berbagai hubungan internasional, perjanjian internasional maupun

keputusan-keputusan dan resolusi internasional, pendapat negara selalu dipertimbangkan

dalam hubungan internasional.61

Dalam praktik yuridis, negara juga menjadi pihak yang dibebankan

kewajiban dengan klausula “Duty on State” seperti pada sejumlah perjanjian

maupun konvensi internasional berikut: United Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS), Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM), maupun

Konvensi Keanekaragamanhayati.

Uraian tersebut memberi arti betapa primernya posisi sebuah negara

sehingga tidak ada kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan

keputusan-keputusannya kepada negara atau yang acap kali disebut dengan kedaulatan

negara. Hanya saja, tidak semua negara dapat diikutkan sebagai subjek hukum

internasional. Ketentuan administratif dan limitatif telah dicanangkan dalam

hukum internasional, yaitu dalam hal ini ketentuan Articles 1 Montevideo (Pan

American) The Convention on Rights and Duties of State of 1933. Untuk

menyebut sebuah entitas sebagai negara ada empat kriteria yang telah dianggap

mencerminkan hukum kebiasaan internasional. Pasal tersebut berbunyi demikian:

“The States as a person of international law should possess the following qualification: a permanent population; a defined territory; a government; and a capacity to enter into relations with other States.”62

61

Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”, (Bandung: PT. Alumni, 2011),hlm.3

62

(43)

Studi kemudian hari menuai sebuah perdebatan pasalnya berdasarkan

hukum kebiasaan internasional, dibutuhkan juga subjek hukum lain yang perlu

mendapat kedudukan sebagai subjek hukum internasional. Jadi dapat diuraikan

bahwa subjek hukum internasional adalah sebagai berikut:

1. Negara yang berdaulat

Henry C. Black memberikan pengertian negara sebagai berikut:

The political system of a body of people who are politically organized;

the system of rules by which jurisdiction and authority are exercised over

such a body of people”63. Awalnya memang hanya negara merdeka dan

berdaulat saja yang diperhitungkan, tetapi pada perkembangannya ada

negara bagian yang mempunyai hak dan kewajiban terbatas atau dilakukan

oleh pemerintah federalnya, seperti Bellorusia dan Ukraina pada masa Uni

Sovyet64

Negara termasuk subjek hukum istimewa dan terpenting (par excellence)

dan lebih lanjut negara tersebut haruslah memuat unsur-unsur tertuang

dalam Pasal 1 Montevideo Convention on Right and Duties of States 1993.

yang mendapat tempat sebagai subjek hukum internasional.

2. Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan (Stato della Citta del Vaticano) merupakan subjek

hukum internasional yang telah ada sejak dahulu. Hal ini didasarkan pada

sejarah bahwa pada zaman dahulu Paus tidak hanya Kepala Gereja Roma

melainkan juga memiliki kekuasaan duniawi.65

63

Bryan A. Garner (Ed.), “Black’s Law Dictionary” Seventh Edition, (St. Paul-Minnessota: West Publishing Co.), hlm.1415

64 Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit..,hlm.70-71 65

(44)

Kewenangan Tahta Suci awalnya memang terbatas masalah kemanusiaan

dan perdamaian umat, sehingga terkesan sebagai kekuatan moral belaka.

Namun dalam perjalanannya pengaruh Paus sebagai Kepala Tahta Suci

atau pemimpin Gereja Katolik diakui dalam hal sekuler di seluruh penjuru

dunia,khususnya di semenanjung Italia. Tepatnya pada tahun 1870, dalam

gerakan penyatuan Italia daerah yang dikuasai Paus disita menjadi wilayah

bagian Italia termasuk ketika Roma dianeksasi. Hal ini diresponi Gereja

katolik Roma dan sempat menimbulkan konflik yang akhirnya

diselesaikan melalui Perjanjian Lateran (Laterant Treaty 1929) dimana

pemimpin Italia mengakui Negara Vatikan sebagai negara merdeka dan

berdaulat dibawah pemerintahan Tahta Suci. Italia juga memberikan ganti

rugi terhadap penderitaan yang dialami Vatikan.66

3. Organisasi internasional

Keterbatasan pengertian organisasi internasional secara definitif, tidak

membuat para ahli berhenti mengemukakan pendapatnya. Dalam literatur

internasional, seperti D.W Bowett, merumuskan:67

“In general, however, they were permanent association i.e postal or

railway administration, based on upon a treaty of multilateral than a

bilateral type and with some define criterion of purpose”

Oranisasi internasional dewasa ini muncul disebabkan 1) pesatnya

perkembangan teknologi dan komunikasi, sehingga timbul keinginan

66

Taufik Adi, “Ensiklopedi Pengetahuan Dunia Abad 20”, (Yogyakarta: Javalitera, 2010), hlm.107

67 D.W Bowett, “The Law of International Institutions”, Second Edition, (London: Butter

(45)

untuk mengatur secara kolektif dan 2) meluasnya hubungan internasional

serta banyak hal yang tidak dapat diselesaikan secara bilateral atau saluran

diplomatik sehingga para ahli hukum beberapa negara menggagas

pembentukan organisasi internasional.68

4. Individu

Secara khusus mengenai

organisasi internasional akan dibahas dalam bagian lain penelitian ini.

Individu dijadikan sebagai subjek hukum internasional (dalam arti

terbatas) pertama kali sejak diadakannya Perjanjian Perdamaian Versailles

(1919), 69

Contoh dalam pasal-pasal Perjanjian Versailles tersebut telah

dimungkinkan individu (perseorangan) mengajukan perkara ke hadapan

Mahkamah Arbiter Internasional.

ia dapat bertindak atas nama dan untuk dirinya sendiri dalam

wilayah hukum internasional. Demikian pula individu dapat dibebani

kewajiban-kewajiban internasional dan dimintakan pertanggungjawaban

atas perbuatannya yang bertentangan dengan hukum internasional.

70

Tendensi hukum internasional memberikan pertanggungjawaban langsung

kepada individu telah dikukuhkan dalam Genocide Convention dimana

kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Jerman pada Perang Dunia II

mengedepankan 'individual criminal responsibility' yang kemudian

diterima oleh Majelis Umum PBB tanggal 9 Desember 1948.71

68

Syahmin A.K., Ibid.

69

Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit.., hlm. 74

70

Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit.., hlm. 74

71 L.J Le Blanc, “The Intend to Destroy Groups in the Genocide Convention” seperti dikutip

(46)

5. Komite Internasional Palang Merah Internasional (International

Committee of Red Cross)

Contrary to popular belief, the ICRC, is not a non- governmental

organization in the most common sense of term, nor is it an inter-state

organization such as the United Nations. Because it limits its membership

to Swiss nationals only, and because new members are selected by the

Committee itself (a process called cooptation), it does not have a policy of

open and unrestricted membership for individuals like other legally

defined NGOs.72

ICRC merupakan subjek hukum internasional yang mempunyai arti

tersendiri dalam hukum internasional. Lahir dari perkembangan sejarah

dan kemudian diakui sebagai subjek hukum internasional dalam konvensi

yaitu Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang.

73

6. Pihak Bersengketa atau Pemberontak (Belligerent)

Menurut Mochtar Kusumatmadja pengakuan belligerensi berawal dari

munculnya konsepsi baru tentang pengertian bangsa-bangsa yang dianut

negara dunia ketiga, yaitu bangsa-bangsa yang pada hakekatnya

mempunyai hak asasi: hak untuk menentukan nasib sendiri; untuk bebas

memilih sistem ekonomi, politik dan sosial sendiri; untuk menguasai

sumber kekayaan alam dari wilayah yang didudukinya. 74

72 “International Comimitee of The Red Cross”, dikutip dari

pada Minggu, 01

Desember 2013 16:38 WIB

73

Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., hlm.120

74 Ibid., hlm.79 Adapun syarat diakuinya kaum beligeren adalah: a) kelompok tersebut telah

Referensi

Dokumen terkait