• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh zikir (membaca al-qur'an terhadap perubahan kadar hormon T4 (Tetraiodotironin) pada qori dilingkunagan IPTIQ Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh zikir (membaca al-qur'an terhadap perubahan kadar hormon T4 (Tetraiodotironin) pada qori dilingkunagan IPTIQ Jakarta"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ZIKIR (MEMBACA AL-QURAN) TERHADAP PERUBAHAN KADAR HORMON T4 (TETRAIODOTIRONIN) PADA

QORI DILINGKUNGAN IPTIQ JAKARTA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Oleh: PRIMADONA NIM: 104102003257

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul

PENGARUH ZIKIR (MEMBACA AL-QURAN) TERHADAP PERUBAHAN KADAR HORMON T4 (TETRAIODOTIRONIN) PADA

QORI DILINGKUNGAN IPTIQ JAKARTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Farmasi Oleh :

PRIMADONA

NIM 104102003257

Disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. M. Yanis Musdja,M.Sc.Apt NIP. 330 003 139

Pembimbing II

Drs. H. Ahmad Ghalib, M.A NIP. 150 186 609

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja,M.Sc.Apt NIP. 330 003 139

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : PRIMADONA NIM : 104102003257

Judul : Pengaruh Zikir (Membaca Al-Quran) Terhadap Perubahan Kadar Hormon T4 (Tetraiodotironin) Pada Qori Dilingkungan IPTIQ Jakarta

Dinyatakan bahwa skripsi dari mahasiswa ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.

Pembimbing

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt Pembimbing I

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt NIP. 330.003.139

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp. And Tanggal Lulus : 28 Januari 2010

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Januari 2010

PRIMADONA NIM : 104102003257

(5)

ABSTRACT

Zikir is psycho-religious therapy which enhances peace in mind as well as soul and assists to improve body defense. This research aims to examine the influence of zikir (reciting Al-Quran) to T4 (tetraiodotironin) levels in the blood. This research was conducted over fifteen healthy volunteers who come from Lembaga Tahfizd and Tilawah Al-Quran at IPTIQ Jakarta. Those volunteers’ blood was taken before and after conducting zikir for an hour. Then, the blood was controlled and examined its T4 (tetraiodotironin) using ELISA method through IMMULITE equipment. The datas was then analyzed by using statistic method examination T-paired (paired T-tes) and showed significant result that was p = 0.251 (p>0.05). From this research was also found that zikir in an hour would not influenced significantly over kadar T4 (tetraiodotironin) levels of bloods of healthy volunteers.

Keywords : T4 (tetraiodotironin), Zikir.

(6)

ABSTRAK

Zikir merupakan terapi psikoreligius yang bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membantu meningkatkan ketahanan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh zikir (membaca Al-Quran) terhadap nilai kadar T4 (tetraiodotironin) didalam darah. Penelitiaan ini dilakukan terhadap sukarelawan sehat sebanyak 15 orang yang berasal dari Lembaga Tahfizd dan Tilawah Al-Quran di IPTIQ Jakarta. Sukarelawan sehat tersebut diambil darahnya sebelum dan sesudah melakukan zikir selama 60 menit. Kemudian darah tersebut diukur kadar T4 (tetraiodotironin) dengan metode ELISA menggunakan alat IMMULITE. Data tersebut dianalisis dengan metode statistik uji T-berpasangan (paired T-tes) dan menunjukkan hasil nilai signifikansi adalah p = 0.251 (p>0.05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa zikir selama 60 menit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar T4 (tetraiodotironin) didalam darah sukarelawan sehat.

Kata kunci : T4 (tetraiodotironin), Zikir.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala karunia rahmat dan kemudahan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Rasullah Muhammad S.A.W atas segala petunjuk dan bimbingannya menuju jalan yang diberkati Allah.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “PENGARUH ZIKIR (MEMBACA AL-QURAN) TERHADAP PERUBAHAN KADAR HORMON T4 (TETRAIODOTIRONIN) PADA QORI DILINGKUNGAN IPTIQ JAKARTA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa hormat penulis sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada yang terhormat.

Ayahanda Awizar dan Ibunda Rosmawati tercinta, yang telah melahirkan, mambesarkan, mendidik dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang. Penulis menyadari, mustahil penulis dapat mencapai pendidikan yang setingkat ini tanpa pengorbanan keduanya. Oleh karena itu, ayah dan bunda, penulis memohon kepada pencipta langit dan bumi, agar keduanya senantiasa dalam keadaan sehat dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Datuk Yusuf Ramli & Kakak Astri yang senantiasa membimbing penulis hidup kearah yang baik, dan selalu memberikan limpahan kasih sayang serta motivasi terhadap penulis dalam menyelesaikan pendidikan SI.

Adik tercinta Azwardi, Deni Asra, Adek Fitri dan Nur Anisa Ulfa, yang telah banyak memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp. And.

(8)

Drs. M. Yanis Musdja,M.Sc.Apt, sebagai pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Farmasi yang telah banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya serta selalu memberikan inspirasi dan mengembangkan wawasan penulis, terutama dalam konsep skripsi ini, serta selalu memberikan motivasi, dorongan dan juga konsep solusi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Drs. H. Ahmad Ghalib sebagai pembimbing II sekaligus Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan saran-saran, kemudahan, motivasi serta mengarahkan penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

Dra. Neneng Gusniarti sebagai Koordinator Laboratorium Makmal Terpadu FKUI yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir.

Seluruh staf pengajar Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak mengenal lelah dalam memberikan wawasan ilmunya, sehingga dapat mewarnai pola pikir dan pola laku penulis.

Drs. H. Abdur Rokhim Hasan, M.A, sebagai Rektor Lembaga Tahfizd dan Tilawah al-Quran Institut PTIQ Jakarta yang banyak membantu dalam penyelesain skripsi ini, terutama dalam memberikan izin kepada penulis menjadikan mahasiwa PTIQ sebagai objek penelitian.

Terima kasih penulis sampaikan kepada kawan yang terhormat saudara Marvel yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada kawan, khususnya kawan-kawan angkatan 2004-2005 program studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Hariri, Bonyx, Mamed, Zay, Fadhil, Purnama, Mu’min, Didin, Nanda, Ony, Arif, Ifeth, Fira, Titi, Mila, Ipeh, Wiwit, Dian, Dini, Achy, Tuti, Rakhma, Nenda, Yanti, Novi, Putri, Citra, Devy, Lela, Septi yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan berkenan memberikan berbagai buku, jurnal, untuk dikopikan.

Sahabat tercinta Himpunan Mahasiswa Riau (HIPEMARI) Jakarta yang telah mewarnai kehidupan penulis dan selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan SI.

(9)

Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada saudari Nuvuz yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, karena banyaknya pihak yang telah membantu penulis.

Kepada semuanya, semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa menerima segala amal-nya dan mengampuni segala kesalahan-nya dan penulis berharap semoga penelitian ini bermenfaat untuk kesehatan masyarakat dan mewarnai dunia ilmu pengetahuan. Amin.

Penulis

Jakarta, Januari 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.1.3. Macam dan Bentuk Zikir 10

2.1.4. Pengaruh Bacaan Zikir Bagi Kesehatan Jiwa 16

2.2. Hormon 18

2.2.1. Definisi Hormon 18

2.2.2. Hormon Tiroksin 18

2.2.3. Sekresi Hormon Tiroksin 19 2.2.4. Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroksin 22

(11)

2.2.5. Fungsi Dalam Jaringan 23 2.2.6. Efek Terhadap Pertumbuhan 25 2.2.7. Efek Pada Mekanisme Tubuh 25

2.3. Metoda ELISA 30

2.3.1. Pengenalan ELISA 30

2.3.2. Prinsip Tes ELISA 30

2.3.3. Komponen Pemeriksaan ELISA 32 2.3.4. Karakteristik Pemeriksaan 33

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.4.1. Prosedur Analisis Sampel Darah 38 4.4.2. Analisis Kadar Tetraiodotironin (T4) 39

4.5. Analisis Data 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 41

5.1.1. Hasil Pengukuran T4 41

5.2. Analisis Data dengan Metode Statistik (SPSS) 43

5.2.1. Test of Normality 43

5.2.2. Paired T-Test 43

5.3. Pembahasan 44

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 50

6.2. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

DAFTAR LAMPIRAN 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

I. Alat Immulite 55

II. Perangkat Alat Analisa Sample Darah 56

III. Gambar Kelenjar Tiroid 60

IV. Susunan Tiga Dimensi Hormon Tiroksin 60

V. Penampang Kelenjar Tiroid 61

VI. Alur Penelitian 62

VII. Data Hasil Analisa Sample Darah T4(tetraiodotironin) 63

VIII. Tabel Data Hasil Kuesioner 64

IX. Surat Pernyataan Kesedian Menjadi Subyek Penelitian 65 X. Kuesioner Sensus Responden Penelitian 66 XI. Surat Kerja Sama dengan Pihak Institut PTIQ Jakarta 68

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

(15)

Disamping mempunyai makna ibadah, zikir juga dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari berbagai penyakit.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh, mengurangi resiko terkena penyakit jantung, meningkatkan usia harapan (Mc. Leland, 1998). Begitu sebaliknya, kondisi tubuh yang tidak stabil menyebabkan rentan terhadap infeksi, dapat mempercepat perkembangan sel kanker, dan meningkatkan metastasis (Putra ST, 1997).

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan zikir mengandung unsur psikoterapieutik. Pasikoreligius terapi ini mengandung kekuatan spiritual kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confidence) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat essensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan (Hawari, 1998).

Dr. Moh. Sholeh, psikiater, penulis disertasi Pengaruh Salat Tahajjud terhadap Peningkatan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik, Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi (2000), menyatakan bahwa sholat, zikir dan doa merupakan autosugesti yang dapat mendorong seseorang berbuat sesuai dengan yang didoakan dan dapat membentuk keseimbangan tubuh (homeostasis) dan membantu meningkatkan respon ketahanan tubuh.

Secara fisiologis irama yang mengatur irama kehidupan manusia adalah hormon. Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Sekresi hormon diatur oleh hipotalamus, hipotalamus akan bekerja dengan baik dan maksimal apabila kondisi tubuh dalam keadaan yang stabil. Didalam penelitian ini, hormon yang dimaksud adalah

(16)

hormon T4 (tetraiodotironin). Hormon T4 (tetraiodotironin) mempunyai efek umum dan efek yang spesifik terhadap pertumbuhan. Efek hormon T4 (tetraiodotironin) terhadap pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Pada penderita hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. Pada penderita hipertiroidisme, seringkali terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan, sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi daripada anak lainnya. Akan tetapi, tulang akan menjadi lebih cepat matang dan pada umur yang muda epifisisnya sudah menutup, sehingga lama pertumbuhan lebih singkat dan tinggi badan akhir semasa dewasa mungkin malahan lebih pendek (Guyton, Hall 1997).

Ibadah zikir mengandung unsur spiritual, pikiran dipusatkan pada Allah SWT yang kemudian pada akhirnya muncul suatu harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) pada diri seseorang, sehingga membentuk kondisi tubuh yang homeostasis dan akhirnya kekebalan tubuh meningkat. Kondisi tubuh seperti ini akan membantu sekresi hormon T4 (tetraiodotironin) menjadi normal karena adanya respon emosional tubuh yang positif dari pengaruh berzikir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berzikir terhadap sekresi kadar hormon T4 (tetraiodotironin) didalam darah. Penelitian dilakukan dengan mengambil sukarelawan dari Qori penghapal Al Quran sebanyak 15 orang di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (IPTIQ) Jakarta. Pengujian dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan dianalisis dengan metode ELISA menggunakan alat IMMULITE terhadap hormon T4 (tetraiodotironin).

(17)

1.2. Batasan Penelitian

Zikir kepada Allah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat bentuk, hal ini didasarkan pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah:

1. Zikir pikir (tafakur)

2. Zikir dengan lisan atau ucapan 3. Zikir dengan hati (qalbu) 4. Zikir dengan amal perbuatan

Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah Qori penghapal Al-Quran. Bentuk zikir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah zikir dengan lisan atau ucapan disebut juga dengan zikir jahar. Zikir dalam penelitian ini dibatasi dalam bentuk membaca Al-Quran selama 60 menit. Untuk mengurangi faktor perbedaan umur dan faktor eksternal lainnya, dilakukan penyeleksian pada mahasiswa IPTIQ Jakarta. Jumlah sampel yang diambil dari Qori penghafal Al-Quran adalah 15 orang.

1.3. Rumusan Masalah

Didalam ibadah zikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang dipusatkan pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada akhirnya muncul suatu harapan, ketenangan, sehingga membentuk kondisi tubuh yang homeostasis sehingga kekebalan tubuh meningkat. Kondisi ini tidak terlepas dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan manusia yaitu hormon. Penelitian ini difokuskan pada hormon T4 (tetraiodotironin) didalam darah. Apakah ibadah zikir (membaca Al-quran) mempunyai pengaruh terhadap perubahan kadar hormon T4 (tetraiodotironin) didalam darah?

(18)

1.4. Hipotesa

Hipotesa yang diajukan adalah :

Ibadah zikir (membaca Al-quran) mempunyai pengaruh terhadap perubahan kadar hormon T4 (tetraiodotironin) didalam darah.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berzikir terhadap kadar hormon T4 (tetraiodotironin) didalam darah. Penelitian ini untuk membuktikan bahwa zikir bisa membentuk kondisi tubuh yang homeostasis dan dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Kemudian pada akhirnya, selain bermakna ibadah, zikir juga menjadi terapi kesehatan dalam masyarakat dan dunia medis. 1.6. Manfaat penelitian

• Memasyarakatkan zikir sebagai ibadah yang dapat meningkatkan takwa serta memberikan manfaat yang sangat baik untuk memelihara kesehatan. • Menjadikan kerangka dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam

rangka pengembangan terapi zikir khususnya tentang T4 (tetraiodotironin).

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Zikir

2.1.1. Pengertian Zikir

Zikir secara etimologi berasal dari asal kata bahasa arab zakara, artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Biasanya perilaku zikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk dengan membaca bacaan-bacaan tertentu. Sedangkan dalam pengertian terminologi zikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah. Berzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari rangkaian Iman dan Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al-Quran dan sunnah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang menyinggung dan membahas masalah ini. Al-Quran memberi petunjuk bahwa zikir itu bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu, zikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif (Alfandi Haryanto, 2008).

(20)

Allah SWT berfirman dalam surat Thaha :

(21)

tuduhan terhadap kalian, melainkan telah datang kepadaku bahwa Allah Swt

membanggakan kalian di kalangan para malaikat.”

Bilamana seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah , maka dia akan merasa dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan serta penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul pada dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Firman Allah SWT :

(22)
(23)

hamba-Nya yang bersedia melakukan perbuatan yang paling Allah sukai dan cintai, yakni banyak menggingat-Nya. Bukan hanya cinta dan kasih Allah yang kita peroleh jika kita bersedia mengisi hari dan hati kita dengan menggingat Allah, tetapi mengingat Allah juga akan memberikan kita perasaan aman dan tentram, ini artinya kita akan terbebas dari gundah, cemas, dan gelisah (Alfandi Haryanto, 2008).

(24)

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

(25)
(26)

manusia, sebagai karunia Allah kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al-Quran Allah memerintahkan agar manusia memelihara dan memanfaatkan potensi tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk memahami, berfikir dan memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan, dan menelaah Al-Quran, dan diri manusia sendiri. Berfikir dan bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi, bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok ciptaan dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan sempurna, merenungkan dan memikirkan makna dan serta kandungan Al-Quran adalah bentuk dari zikir kepada Allah, yakni zikir pikir. Sungguh betapa penting dan berharganya Al-Quran bagi manusia, oleh karena itu sudah seharusnya jika kita menjadikannya sebagai pegangan dan landasan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Serta menjadikanya sebagai bahan bacaan dan perenungan dalam keseharian kita. Karena membaca, merenungi dan men-tadabburi makna serta isi dan kandungan Al-Quran adalah perintah Allah, yang memiliki kualitas nilai pahala yang sangat besar di sisi Allah (Alfandi Haryanto, 2008).

2. Zikir Lisan

Zikir lisan dapat dimaknai dengan zikir yang diucapkan dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga, didengar oleh orang yang bersangkutan maupun orang lain. Menyebut dan mengingat Allah dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni zikir yang dilakukan dengan suara yang pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dengan zikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras dan bersama-sama (jahr), seperti tilawah (qori) istighatsah atau doa bersama yang dewasa ini sering dilakukan kelompok organisasi keislaman. Zikir dengan cara ini sangat baik bagi

(27)

pemula sebab dengan menyebut dan mengingat nama Allah dengan lisan, maksudnya diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga orang yang bersangkutan dapat membantunya untuk menghilangkan dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam pikiran selain Allah. Selain itu, zikir dengan lisan secara bersama-sama (tilawah, istighatsah, doa bersama dan lain-lain), juga dapat dijadikan sebagai metode dakwah Islamiah yang sangat baik bagi perkembangan dan kemajuan Islam di masa depan (Alfandi Haryanto, 2008).

(28)

dalam pandangan Allah jika hati kita buruk. Hati adalah komponen psikis manusia yang harus senantiasa dijaga agar tidak mudah sakit atau bahkan mati, karena sesungguhnya hati kita ini mudah terserang penyakit dan mati. Hati atau qalbu akan rusak ketika hati tidak diisi dengan energi dan makanan, dan sumber energi yang di butuhkan hati tiada lain adalah zikrullah (Muhammad Makhdlori, 2008).

(29)

kesengsaraan, dan ia tidak berarti berdiam disudut-sudut masjid atau diam dirumah dengan mempraktekan zikir tanpa memiliki pengaruh apapun didalam masyarakatnya, lingkungannya, keluarganya atau dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang berzikir kepada Allah ‘azzawa wa jalla dan bekerja adalah lebih disukai oleh Allah dan lebih dekat pada rahmat dan karunia-Nya dari pada seseorang yang berzikir yang tidak bekerja (Abdul Rosul, 2007).

2.1.4. Pengaruh Bacaan Zikir Bagi Kesehatan Jiwa

Berangkat dari kenyataan masyarakat modern, khususnya masyarakat barat yang dapat digolongkan the post industrial society telah mencapai puncak kejayaan dan kenikmatan materi justru berbalik dari apa yang diharapkan, yakni mereka dihinggapi rasa cemas, sehingga tanpa disadari integritas kemanusiaannya tereduksi, dan terperangkap dalam jaringan system rasionalitas teknologi yang sangat tidak manusiawi. Akhirnya mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang mapan. Lebih dari itu muncul dekadensi moral dan perbuatan brutal serta tindakan yang dianggap menyimpang. Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dan aspek nilai lainnya. Manusia mengalami kehampaan spiritual, yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin menawarkan suatu konsep dikembangkan nilai-nilai ilahiah dalam batin seseorang.

Banyak manusia yang gelisah hatinya ketika mereka tidak memiliki pegangan yang kuat dengan keimanan. Kegelisahan jiwa manusia modern khususnya dibarat dikarenakan tipisnya pegangan iman kepada Tuhan. Merebaknya paham materialisme dan individualisme serta kapitalisme membuat masyarakat modern kehilangan kendali. Nilai-nilai keagamaan tidak lagi

(30)

diangagap sakral, akibatnya banyak tempat-tempat agama dibarat kehilangan jemaatnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan berdampak pada masyarakat muslim. Akan tetapi dengan kuatnya iman dengan pendekatan zikir kepada tuhan, maka diharapkan kaum muslimin tetap terkendali dan spiritualisme akan tetap memiliki daya pengikat yaitu hati selalu tertuju kepada Allah. Kenyataan menunjukan bahwa orang-orang yang kehilangan kepercayaan diri lantaran banyaknya kesalahan atau dosa misalnya telibat masalah prostitusi, narkotika, dan obat-obatan terlarang, masalah kriminal, kesulitan ekonomi dan lain-lain. Mereka yang kehilangan pegangan keagamaan akan mampu bangkit dengan pencerahan keagamaan melalui zkir. Di pondok Nabah, pondok pesantren Suralaya Tasikmalaya, para pasien yang terlibat masalah kejiwaan seperti disebutkan diatas, sebagian besar bisa memperoleh kepercayaan diri dan bangkit rasa optimisme jiwanya karena melalui terapi atau penyembuhan zikir. Mereka melakukan zikir ditengah malam sekitar jam 01.00 WIB berjamaah dan berakhir sampai setelah subuh dengan melakukan zikir dengan bacaan tertentu. Hasilnya ternyata sebagian besar diatas 80% sembuh melalui terapi zikir. Pengalaman zikir ini mampu memberikan pencerahan bagi jiwa-jiwa yang kering dan gersang menjadi jiwa yang penuh optimisme. Dengan berzikir dilakukan dengan khusuk dan sungguh-sungguh dapat membangkitkan optmisme (Alfandi Haryanto, 2008).

(31)

2.2.Hormon

2.2.1. Definisi Hormon

Hormon adalah zat kimia yang di sekresi kedalam cairan tubuh oleh sebuah sel kelenjar buntu, dibawa oleh darah ke sel-sel target atau sasaran dan mengendalikan serta mengatur fungsi sel-sel tersebut di dalam tubuh. Pada tubuh manusia terdapat pengaturan terhadap metabolisme, pertumbuhan, dan berbagai fungsi yang ada di tubuh. Pengaturan ini menggunakan saraf, dan hormon. Hal yang sangat penting dalam pengaturan fungsi tubuh adalah hormon. Hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin yang tidak mempunyai saluran sendiri, karena hasil produksinya akan langsung masuk ke darah. Hormon mempunyai efek yang sangat penting karena mampu merangsang sel target untuk menjalankan, atau menghentikan aktivitasnya. Meskipun kadarnya dalam darah sangat kecil, hormon mampu mengaktifkan dengan kuat sel targetnya. Salah satu hormon yang mengatur metabolisme tubuh adalah hormon tiroksin dan hormon tetraiodotironin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid yang berada pada leher bagian depan. Produksi hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di hipotalamus dan hormon tiroid yang dihasilkan oleh dirinya sendiri dengan cara memacu atau mengahambat produksinya dengan mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormone, Thyroid Releasing Hormone (Davidson Sue, Tony Smith, 2006).

2.2.2. Hormon Tiroksin

Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah kedua sisi laring dan terletak disebelah anterior trakea. Kelenjar tiroid mensekresi dua macam hormon yaitu, tetraiodotironin dan triiodotironin yang biasa disebut T4 dan T3. Hormon ini sangat mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh (Guyton, Hall, 1997),

(32)

tiroksin atau T4 disebut juga dengan tetraiodotironin atau disebut juga denagan Levotiroksin (Ernst Mutschler, 1991).

Kekurangan sekresi hormon tiroid akan menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen dibawah normal, sedangkan kelebihan sekresi hormon tiroksin akan menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen diatas normal. Sekresi kelenjar tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior (Guyton, Hall, 1997).

2.2.3. Sekresi Hormon Tiroksin

Kelenjar tiroid mensekresikan dua macam hormon yaitu T4 (tetraiodotironin) dan T3 (triiodotironin). Kira-kira 93 persen kelenjar tiroid mensekresikan hormon tetraiodotironin dan 7 persennya adalah triiodotironin. Akan tetapi, hampir semua tetraiodotironin akhirnya diubah menjadi triiodotironin didalam jaringan, sehingga secara fungsional keduanya penting. Secara kualitatif, fungsi kedua hormon sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerjanya. Triiodotironin empat kali lebih kuat daripada tetraiodotironin, namun jumlah didalam darah jauh lebih sedikit dan keberadaannya dalam darah jauh lebih singkat daripada tetraiodotironin (Guyton, Hall, 1997).

Sekresi hormon tiroid diatur oleh system hipotalamus hipofisis. Mekanisme kerja system endokrin dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu suatu organ tubuh yang terletak dibawah otak sebesar biji kacang yang mempunyai system syaraf tertentu. Hipotalamus mempengaruhi kelenjar pituitary atau hipofisis yang dapat mengeluarkan hormon tiroksin (Anna Poedjiadi, 1994).

(33)

Kelenjar tiroid terdiri dari folikel-folikel yang tertutup, diameternya antara 100 sampai 300 mikrometer yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya kebagian folikel itu. Unsur utama dari koloid itu adalah glikoprotein tiroglobulin, yang mengandung hormon tiroid didalam molekul-molekulnya. Begitu hormon yang disekresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormon itu akan diabsorbsi kembali melalui epitel folikel kedalam darah, sebelum dapat berfungsi dalam tubuh. Setiap menit, jumlah aliran darah didalam kelenjar tiroid lima kali lebih besar daripada berat kelenjar tiroid itu sendiri, yang merupakan suplai darah yang sama banyaknya dengan bagian lain dalam tubuh (Guyton, Hall, 1997).

Untuk menjaga agar tingkat aktivitas metabolisme dalam tubuh tetap normal, maka setiap saat harus disekresikan hormon tiroid dengan jumlah yang tepat, dan agar hal ini dapat terjadi, ada mekanisme umpan balik spesifik yang bekerja melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior untuk mengatur kecepatan sekresi tiroid. Hormon perangsang tiroid (TSH), yang disebut juga dengan tirotropin, merupakan salah satu hormon kelenjar hipofisis anterior, yaitu suatu glikoprotein. Hormon ini meningkatkan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid. Sekresi TSH oleh hipofisis anterior diatur oleh satu hormon hipotalamus, Hormon Pelepas-Tirotropin (TRH), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf didalam eminensia mediana hipotalamus dan kemudian diangkut ke hipofisis anterior dalam darah porta hipotalamus-hipofisis. Sampai saat ini belum diketahui dengan tepat inti didalam eminensia mediana yang bertanggung jawab untuk menimbulkan sekresi TRH (Guyton, Hall, 1997).

(34)

Salah satu rangsangan yang telah diketahui dengan baik untuk meningkatkan kecepatan sekresi TRH oleh hipotalamus, dan sekresi TSH oleh hipofisis anterior adalah menempatkan tubuh pada rasa dingin, keadaan ini akan meningkatkan pengeluaran hormon tiroid dan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal. Berbagai reaksi emosional juga dapat mempengaruhi pengeluaran TRH dan TSH, secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi sekresi hormon tiroid. Sebaliknya, rasa gembira dan kecemasan yang merupakan kondisi yang sangat merangsang system saraf simpatis menyebabkan penurunan sekresi TSH, dan keadaan ini meningkatkan kecepatan metabolisme dan panas tubuh dan menyebabkan timbulnya suatu reaksi inversi terhadap pusat pengaturan panas (Guyton, Hall, 1997).

Meningkatnya hormon tiroid didalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Bila kecepatan sekresi hormon tiroid meningkat, maka kecepatan sekresi TSH akan menurun. Hampir semua efek penurunan umpan balik ini terjadi, walaupun seluruh hipofisis anterior telah dipisahkan dari hipotalamus. Oleh karena itu mungkin sekali bahwa peningkatan hormon tiroid menghambat sekresi TSH oleh hipofisis anterior terutama melalui suatu efek langsung terhadap hipofisis anterior itu sendiri, walaupun dapat juga secara sekunder karena banyak efek-efek yang lebih lemah, yang bekerja melalui hipotalamus (Guyton, Hall, 1997)

Mekanisme umpan balik juga dipakai untuk menjaga agar konsentrasi hormon tiroid dalam sirkulasi darah tetap berada dalam konsentrasi normal. Bila ada efek umpan balik yang melewati hipotalamus yang membantu umpan balik langsung pada kelenjar hipofisis sendiri, maka pengaruh keadaan ini menjadi

(35)

sangat lambat dan sedikitnya disebabkan oleh adanya perubahan pada kecepatan metabolisme dipusat pengatur suhu tubuh dalam hipotalamus, yang telah diketahui mempunyai efek yang bermakna pada pengaturan system hormon tiroid (Guyton, Hall, 1997).

2.2.4. Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid

Ada 7 tahap pembentukan dan sekresi hormon tiroid, yaitu (Sherwood, 1996) :

a. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.

b. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.

c. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi

(36)

dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.

d. Penimbunan (storage)

Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

e. Deiodinasi

Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

f. Proteolisis

TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.

g. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP.

2.2.5. Fungsi Dalam Jaringan

Efek yang umum dari hormon tiroid adalah untuk menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. Sel tubuh, enzim protein, dan zat lainnya dalam tubuh akan meningkat. Hasil akhir dari semua ini adalah peningkatan

(37)

menyeluruh aktivitas fungsional diseluruh tubuh. Dalam jaringan hampir semua tiroksin diubah menjadi triiodotironin, sekitar 90 persen molekul hormon tiroid yang akan berikatan dengan reseptor adalah triiodotironin, dan hanya 10 persen tiroksin yang berikatan dengan reseptor. Kemudian reseptor-reseptor hormon melekat pada rantai genetik DNA atau terletak berdekatan dengan rantai genetik DNA. Saat berikatan dengan hormon tiroid, reseptor menjadi aktif dan mengawali proses transkripsi. Kemudian dibentuk sejumlah besar tipe RNA messenger, dan kemudian diikuti dengan translasi RNA pada ribosom sitoplasma untuk membentuk ratusan tipe protein yang baru.

Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme seluruh atau sebagian besar jaringan tubuh. Bila sekresi hormon ini berlebihan, maka kecepatan metabolisme basal meningkat 60 sampai 100 persen diatas nilai normal. Kecepatan penggunaan makanan sebagai energi juga akan meningkat. Walaupun kecepatan sintesis protein pada saat itu meningkat, pada saat yang sama kecepatan katabolisme protein juga akan meningkat. Pada orang muda kecepatan pertumbuhan akan dipercepat. Proses mental menjadi tereksitasi, dan aktivitas kelenjar endokrin lainnya juga meningkat.

Bila seekor binatang diberikan tiroksin ataupun triiodotironin, maka ukuran maupun jumlah mitokondrianya meningkat. Proses ini merupakan suatu kesimpulan bahwa salah satu fungsi tiroksin yang utama adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria, dan selanjutnya tiroid meningkatkan kecepatan pembentukan adenosine trifosfat (ATP). Akan tetapi, bila konsentrasi hormon tiroid yang sangat tinggi, mitokondria akan membengkak secara tidak teratur (Guyton dan Hall, 1997).

(38)

2.2.6. Efek Terhadap Pertumbuhan

Hormon tiroid mempunyai efek yang umum dan efek yang spesifik terhadap pertumbuhan. Efek hormon tiroid terhadap pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Pada penderita hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. Pada penderita hipertiroidisme, seringkali terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan, sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi daripada anak lainnya. Akan tetapi, tulang akan menjadi lebih cepat matang dan pada umur yang muda epifisisnya sudah menutup, sehingga lama pertumbuhan lebih singkat dan tinggi badan akhir semasa dewasa mungkin malahan lebih pendek (Guyton, Hall 1997).

Efek yang penting dari hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama pascalahir. Bila janin tidak dapat mensekresi hormon tiroid maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat tebelakang dan otak tetap berukuran lebih kecil daripada normal.

2.2.7. Efek Pada Mekanisme Tubuh 1. Efek pada metabolisme karbohidrat

Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa yang tepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan kecepatan absorbsi dari saluran cerna, dan juga meningkatkan sekresi insulin dengan hasil akhirnya adalah efek terhadap metabolisme karbohidrat. Semua efek ini mungkin disebabkan oleh naiknya enzim akibat dari hormon tiroid.

(39)

2. Efek pada metabolisme lemak

Pada dasarnya semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan dibawah pengaruh hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber energi utama untuk suplai jangka panjang, maka lemak yang telah disimpan dalam tubuh akan lebih banyak dipecah daripada elemen-elemen jaringan lain. Khususnya lipid akan diangkut dari jaringan lemak, yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas didalam plasma. Hormon tiroid juga sangat mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.

3. Efek pada plasma dan lemak hati

Meningkatnya hormon tiroid akan menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid dan trigliserida dalam darah. Sebaliknya, menurunnya sekresi tiroid sangat meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid dan trigliserida plasma dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak yang berlebihan didalam hati. 4. Efek pada metabolisme vitamin

Hormon tiroid meningkatkan jumlah berbagai enzim, vitamin merupakan bagian penting dari beberapa enzim maka, hormon tiroid ini meningkatkan kebutuhan akan vitamin. Oleh karena itu, bila sekresi hormon tiroid ini berlebihan maka akan timbul defisiensi vitamin relative, kecuali pada saat yang sama kenaikan kebutuhan vitamin itu dapat dicukupi.

5. Efek pada laju metabalisme basal

Oleh karena hormon tiroid meningkatkan metabolisme sebagian basal sel tubuh, maka kelebihan hormon ini kadangkala akan meningkatkan laju metabolisme basal sampai setinggi 60 samapi 100 persen diatas nilai normalnya. Sebaliknya, bila tidak ada hormon tiroid yang dihasilkan, maka laju metabolisme

(40)

basal menurun sampai setengah dari nilai normalnya, menjadi -30 sampai -45 persen.

6. Efek pada berat badan

Bila produksi hormon tiroid meningkat, maka akan menurunkan berat badan, dan bila produksi hormon tiroid menurun maka akan menyebabkan kenaikan berat badan, karena hormon tiroid meningkatkan nafsu makan, dan keadaan ini dapat melebihi keseimbangan perubahan kecepatan metabolisme. 7. Efek pada sistem kardiovaskular

Aliran darah dan curah jantung

Meningkatnya metabolisme dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak jumlah produk akhir dari metabolisme yang dilepaskan dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah pada kulit terutama meningkat karena meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas. Sebagai akibat dari meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga akan meningkat sampai 60 persen atau lebih diatas normal bila terdapat kelebihan hormon tiroid, dan turun sampai 50 persen dari normal pada keadaan hipotiroidisme yang berat (Guyton, Hall, 1997).

Frekuensi denyut jantung

Frekuensi denyut jantung lebih meningkat dibawah pengaruh hormon tiroid daripada perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh karena itu, hormon tiroid ini mungkin berpengaruh langsung pada eksitabilitas jantung, yang selanjutnya akan meningkatkan frekuensi denyut jantung.

(41)

Kekuatan denyut jantung

Peningkatan aktivitas enzimatik yang disebabkan oleh peningkatan produksi hormon tiroid juga akan meningkatkan kekuatan denyut jantung bila sekresinya berlebih (Guyton, Hall, 1997).

Volume darah

Hormon tiroid menyebabkan volume darah meningkat. Efek ini disebabkan oleh vasodilatasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah darah yang terkumpul dalam sirkulasi.

Tekanan arteri

Tekanan arteri rata-rata biasanya tidak berubah. Akan tetapi, karena terdapat peningkatan aliran darah melalui jaringan diantara dua denyut jantung, maka tekanan nadi menjadi sering meningkat, bersama dengan kenaikan sistolik sebesar 10 sampai 15 mmHg pada hipotiroidisme, dan tekanan distolik secara bersamaan akan menurun (Guyton, Hall, 1997).

8. Efek pada respirasi

Meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbondioksida, efek-efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan.

9. Efek pada saluran cerna

Hormon tiroid meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, hormon ini meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna. Seringkali terjadi diare, dan kekurangan akan menyebabkan konstipasi.

(42)

10. Efek pada system saraf pusat

Pada umumnya hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi seringkali menimbulkan disosiasi pikiran kalau sekresi hormon berlebihan, sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid akan menyebabkan menurunnya fungsi ini. Penderita hipertiroidisme cendrung menjadi cemas dan psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kecemasan sangat berlebihan atau paranoia (Guyton, Hall, 1997).

11. Efek terhadap fungsi otot

Sedikit peningkatan hormon tiroid menyebabkan otot bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon tiroid berlebihan maka otot-otot manjadi lemah disebabkan karena berlebihannya katabolisme protein. Sebaliknya, kekurangan hormon tiroid akan menyebabkan otot sangat lamban, dan otot berelaksasi dengan perlahan setelah kontraksi. Salah satu gejala paling khas dari hipotiroid adalah timbulnya tremor halus pada otot.

12. Efek pada tidur

Efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan sisrem saraf pusat, maka penderita hipertiroid seringkali merasa kelelahan terus menerus, tetapi karena efek eksitasi dari hormon pada sinaps, maka timbul kesulitan tidur. Sebaliknya, somnolen yang berat merupakan gejal dari hipotiroid disertai waktu tidur yang berlangsung 12 sampai 14 jam sehari.

13 Efek pada fungsi seksual

Agar dapat timbul fungsi seksual yang normal maka dibutuhkan sekresi hormon tiroid yang normal. Pada pria, kurangnya sekresi hormon tiroid menyebabkan hilangnya libido, dan sebaliknya, kelebihan hormon tiroid

(43)

seringkali menyebabkan impotensi. Pada wanita, kekurangan hormon tiroid akan menyebabkan timbulnya menoragia dan polimenore, yang secara berurutan berarti timbulnya pendarahan mensturasi yang berlebihan dan lebih sering. Dan pada beberapa wanita lain, kekurangan hormon ini menimbulkan periode mensturasi yang tidak teratur kadangkala menimbulkan amenore.

2.3. Metoda ELISA 2.3.1. Pengenalan ELISA

Enzyme Linked Immunosorbent Assay adalah teknik berlabel untuk memperlihatkan adanya atau tidak adanya antigen atau antibody. Metoda ini tergantung pada pemakaian salah satu dari imunoreagen yang dilekati dengan enzim. Oleh karena itu perlu ditentukan pemisahan antara konjugat bebas dan terikat untuk mendapatkan hasil. Antigen adalah bahan asing yang terdapat pada tubuh manusia atau organisme multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibodi. Sifat antigenik juga ditentukan oleh berat molekul bahan tersebut. Pada umumnya bahan asing itu harus mempunyai berat molekul yang tinggi dan berat molekul 5000 dianggap sebagai berat molekul terendah yang masih dapat memberikan sifat antigenik. Bahan kimia yang memiliki berat molekul tinggi adalah golongan zat protein, polisakarida, lipida dan asam nukleat tetapi hanya zat protein dan polisakarida dapat bersipat sebagai antigen yang sempurna dan protein merupakan antigen yang terbaik (Ali zien & Taufik, 2007). 2.3.2. Prinsip Tes ELISA

Antigen atau antibodi dilabel pada fase padat. Metoda berikut kemudian dapat digunakan untuk suatu pemeriksaan (Melhuish, 1986).

(44)

1. Metoda Sandwich A. Sandwich Antigen

Fase padat dilabel dengan antibodi terhadap antigen yang akan dideteksi. Sample ditambahkan dan selama inkubasi antigen akan terikat pada fase padat. Kemudian tahap pencucian untuk menghilangkan semua bahan-bahan yang tidak terikat. Antibodi kedua lalu ditambahkan dilabel dengan enzim yang akan terikat pada antigen. Pencucian berikutnya untuk menghilangkan setiap konjugat antibodi/enzim yang tidak terikat, lalu substrat ditambahkan. Bila ada enzim yang terikat maka akan terjadi perubahan warna. Setelah selama waktu tertentu larutan penyetop ditambahkan.

B. Sandwich Antibodi

Suatu antigen yang khusus untuk antibodi yang akan dideteksi dilabel pada fase padat. Selama inkubasi sample, antibodi itu akan terikat pada fase padat. Setelah penghilangan bahan-bahan yang tidak terikat dengan cara pencucian, antibodi yang dilabel enzim ditambahkan yang akan terikat pada antibodi. Penambahan substrat akan menimbulkan warna bila terdapat enzim.

2. Metoda Sandwich Inhibasi

Tehnik ini biasa digunakan untuk mendeteksi antibodi. Sample di pre-inkubasi dengan antigen yang telah diketahui. Bila terdapat antibodi dalam sample, aktivitas antigen akan dihambat. Beberapa sample yang telah dipre-inkubasi dipindahkan kedalam lubang tes yang telah dilabel antibodi, kemudian dilanjutkan dengan metoda sandwich. Hasil positif akan memperlemah warna atau tanpa warna.

(45)

3. Metoda Kompetisi

Metoda ini paling sering digunakan untuk mendeteksi antibodi. Suatu antigen yang spesifik terhadap antibodi itu dilapiskan pada fase padat. Sample ditambahkan dan antibodi kedua dilabel dengan enzim juga ditambahkan. Selama inkubasi, antibodi dari sample dan antibodi berlabel enzim saling bersaing untuk mengikatkan diri ke fase padat tersebut. Setelah pencucian, substrat ditambahkan. Hasil positif akan membuat warna tidak ada atau berkurang.

4. Metoda Penangkapan Antibodi

Ini metoda yang paling efektif untuk mendeteksi antibodi IgM. Suatu antibodi terhadap IgM manusia dilabel pada fase padat. Sampel ditambahkan dan setiap IgM yang ada akan terikat pada fase padat itu. Setelah pencucian antigen tertentu ditambahkan dan diikuti dengan antibodi yang diikat dengan enzim. Berikutnya pencucian tahap kedua lalu substrat ditambahkan. Hasil positif menghasilkan perubahan warna.

5. Metoda Penentuan Satu Tahap

Metoda ini merupakan variasi dari metoda sandwich antigen. Fase padatnya dilapis dengan suatu antibodi, kemudian sample dan konjugat ditambahkan, diinkubasi pada saat yang berbarengan. Setelah pencucian, substrat ditambahkan dan bila ada enzimnya yang terikat maka substrat akan membentuk warna (Melhuish, 1986).

2.3.3. Komponen Pemeriksaan ELISA 1. Fase Padat

Fase padat dibutuhkan untuk memungkinkan perbedaan yang mana yang terikat dan mana yang bebas. Ada beberapa pilihan senyawa yang dapat

(46)

digunakan sebagai fase padat. Contohnya selulose, kaca atau plastik. Beberapa presentase dapat digunakan misalnya manik-manik (bead), tabung, atau plate mikro titer. Karena protein antibodi dan virus dapat dengan mudah dilabel pada permukaan plastik, seperti polivinil atau polistiren, maka plastik merupakan pilihan yang banyak menfaatnya untuk fase padat.

2. Enzim

Enzim digunakan dalam konjugat dimana enzim ini dapat dilabelkan pada antigen atau antibodi. Ada banyak enzim yang dianjurkan untuk digunakan sebagai label pada pemeriksaan ELISA. Yang paling umum dipakai adalah HRP (horseradish peroxidase), fosfat alkali dan glukosa oksidase. Tidak ada enzim yang ideal untuk label ELISA dan kriteria yang paling penting untuk seleksi enzim adalah sensitifitas deteksinya, mudah dan cepat pendeteksian enzimnya. 3. Substrat

Dengan enzim HRP ada beberapa substrat kromogen yang dapat digunakan. Ada dua yang paling umum dipakai : OPD (O-phenylenediamine dihydrochloride) dan TMB (3,3 ', 5,5'-tetramethylbenzidine). Organon tehnik pada

mulanya telah memilih OPD karena stabilitasnya dan mudahnya deteksi hasil akhir. Warna akhir yang dibaca pada panjang gelombang 492 nm, secara mudah dapat terlihat dengan mata telanjang sebagai warna jingga atau coklat dan warna ini tidak berubah setelah pemberhentian reaksi dengan asam sulfat. TMB dan OPD, urea peroxidase yang digunakan sebagai sumber oksigen pada reaksi substrat (Melhuish, 1986).

(47)

2.3.4. Karakteristik Pemeriksaan

Yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh pemakai Elisa adalah sensisitifitas, spesifisitas, dan kepraktisannya. Factor-faktor yang sangat mempengaruhi untuk masalah-masalah tersebut diatas adalah antibodi, label enzim dan deteksinya dan metoda pembeda yang terikat dan bebas yang digunakan pada assay itu.

1. Sensitivitas

Kebutuhan utama untuk test adalah sesuai tingkat sensitivitas yang dibutuhkan oleh suatu laboratorium. Hal ini dapat ditentukan oleh rekomendasi eksternal, misalnya level imunitasnya pada uji sering untuk vaksinasi, oleh kebutuhan legal, level deteksi minimal untuk uji saring HBsAg atau oleh kebutuhan klinis rutin laboratorium itu sendiri. Sensitivitas dapat dipengaruhi oleh seleksi antibodi yang mempunyai daya afinitas sangat tinggi, atau dengan mengurangi reaksi latar belakang sehingga menghasilkan konsentrasi rendah dari analit lebih mudah diteksi.

2. Spesifisitas

Kebutuhan uji saring mungkin paling baik diberikan oleh assay dengan spectrum poliklonal yang luas, sedangkan assay dengan monoklonal spesifik tinggi mungkin lebih ditujukan pada prognosis pada suatu penyakit atau untuk memonitor terapi obat. Spesifisitas biasanya diungkapkan sebagai presentase dari hasil positif dan negative yang dari pengetesan dibandingkan dengan panel serum yang sudah diketahui, panel serum negative yang mengandung sejumlah besar serum dan dengan menghubungkan dengan metoda lain (Melhuis, 1986).

(48)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, zikir mengandung unsur psikoterapiutik. Pasikoreligius terapi ini mengandung kekuatan spiritual kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat essensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh zikir (membaca Al-Quran) terhadap perubahan kadar hormon T4 (tetraiodotironin) di dalam tubuh. Zikir merupakan salah satu metode untuk mencapai keseimbangan tubuh. Dengan adanya kondisi yang tenang, respons emotional positif, maka sistem syaraf pusat akan bekerja lebih baik. Hipotalamus akan mempengaruhi kelenjar pituitari atau hipofisis untuk menghasilkan hormon dengan baik. Mekanisme kerja diatas akan menghasilkan kondisi tubuh yang sehat dikarenakan konsentrasi hormon tiroksin dalam darah selalu normal, tidak berlebih dan tidak berkurang.

(49)

Bagan kerangka konseptual penelitian Ibadah Zikir

Iman

Tenang

Pikiran dipusatkan Kepada Allah

Respons Emosional Positif

Konsentrasi Hormon Tiroksin didalam Darah Normal

Hipothalamic Pituitary

(50)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008 sampai Februari 2009. Penelitian ini dilakukan di IPTIQ Jakarta dan Makmal RSCM Jakarta.

4.2. Bahan dan Alat 4.2.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel darah dan analisa sampel darah adalah alcohol 70%, Kit Lot T4 (tetraiodotironin) IMMULITE® Total T4, Siemens Medical Solutions Diagnostics, Enzim Tetraioditironin, Beach, Aquabidest, chimiluminescent substrat, probabe wash. 4.2.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Timbangan Berat Badan Manusia, Pengukur Tinggi Badan, Spuit (alat suntik) 10 ml, alcohol, kapas, termos es, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sampel cup, pipet colum, sentrifuse, vortex, tip pipet mikro volume 20-200 µL. Kemudian untuk analisa sampel digunakan Immulite (ELISA Reader).

4.3. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan empat tahap : 1. Pengisian kuesioner

Menyeleksi sampel dengan beberapa kriteria, penyeleksian ini menggunakan tehnik kuesioner

(51)

2. Pengambilan darah

Pengambilan darah pada volunteer (sukarelawan sehat) sebanyak dua kali, pengambilan darah pertama dilakukan sebelum berzikir dan pengambilan darah kedua dilakukan setelah volunteer (sukarelawan sehat) berzikir selama 1 jam.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar hormon tetraiodotironin (T4) dilakukan di laboratorium Makmal RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo), Jakarta. Analisis Tetraiodotironin atau T4 dilakukan dengan menggunakan alat Immulite (ELISA Reader).

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan metoda statistik yaitu diuji dengan program SPSS 16.0.

4.4. Prosedur Kerja

4.4.1. Prosedur Analisis Sampel Darah

Darah diambil dua kali, sebelum dan sesudah berzikir. Darah diambil menggunakan spuit 10 ml sebanyak 10 ml. Pengambilan pertama dimulai jam 08-00 WIB sampai 09.08-00 WIB. Setelah itu volunteer berzikir selama 1 jam. Kemudian setelah 1 jam, dilakukan pengambilan darah yang kedua dengan menggunakan spuit 10 ml sebanyak 10 ml. kemudian darah disimpan didalam lemari pendingin pada suhu -20° agar darah tidak lisis sebelum dianalisa.

Darah kemudian disentrifuse dengan 3000 rpm selama 15 menit untuk dipisahkan dari sel darah merah yang kemudian diambil serumnya. Serum kemudian disimpan dalam lemari es dengan suhu -20°

Serum dibiarkan mencair, kemudian serum dipipet sebanyak 200 uL

(52)

dimasukan kedalam sample cup yang kemudian dimasukan kedalam wadah sampel cup. Kemudian wadah sampel cup dimasukan kedalam Immulite 1000 untuk dianalisa hormon T4 (Tetraiodotironin).

4.4.2. Analisis Kadar Tetraiodotironin (T4)

1. Dimasukan serum kedalam sampel cup minimal 200 uL.

2. Dimasukan kedalam rel Immulite dan barcode T4 begitu seterusnya sampai semua sampel diperiksa. Immulite memeriksa sampel secara otomatis. Dengan menggunakan metoda ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yaitu teknik pengukuran antigen dan antibodi.

3. Diproses menggunakan alat IMMULITE 1000 bekerja secara otomatis selama 30 menit.

4. Analisa data hasil T4 (Tetraiodotironin). 4.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik. Data hasil pengukuran hormon T4 (tetraiodotironin) pada volunteer sebelum berzikir dan sesudah berzikir kemudian diuji sebaran datanya (test of normality). Apabila sebaran datanya normal maka data dianalisis dengan menggunakan Paired T-test, apabila sebaran data tidak normal, maka dilakukan transformasi terhadap data. Apabila variabel baru hasil tranformasi mempunyai sebaran data yang normal, maka dipakai Paired T-test (Uji T berpasangan), tetapi apabila variable baru hasil transformasi data mempunyai sebaran data yang tidak normal maka dipilih dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Data hasil analisis kadar T4 (tetraiodotironin) dalam darah diuji dengan program SPSS 16.0 untuk mengetahui normalitas data tersebut (test of normality).

(53)

Alat untuk menguji kenormalan data adalah Kolmogorov-Smirnov (sama dengan uji Liliefor) dan Shapiro Wilk. Interpretasi data dengan uji ini adalah sebagai berikut:

o Nilai Sig. atau Signifikansi pada kedua uji tersebut < 0,05, Distribusi data

adalah tidak normal.

o Nilai Sig. atau Signifikansi pada kedua uji tersebut > 0,05, Distribusi data

adalah normal.

Setelah pengujian kenormalan distribusi data (test of normality), maka data diuji dengan Uji T-Berpasangan (Paired T-Test). Interpretasi dari pengujian dengan menggunakan Uji T-Berpasangan adalah sebagai berikut:

o Nilai Sig. atau Signifikansi pada kedua uji tersebut < 0,05, terdapat perbedaan

yang bermakna pada data analisis kadar T4 (Tetraiodotironin) sebelum dan sesudah berzikir.

o Nilai Sig. atau Signifikansi pada kedua uji tersebut > 0,05, terdapat perbedaan

yang tidak bermakna pada data analisis kadar T4 (Tetraiodotironin) sebelum dan sesudah berzikir.

(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Hasil Pengukuran T4

Kadar hormon tetraiodotironin diukur dengan menggunakan Immulite ELISA Reader. Hasil pengukuran kadar hormon T4 dapat dilihat pada tabel 1.

Kode

Tabel 1. Hasil pengukuran kadar Tetraiodotironin (T4)

(55)

Keterangan :

Kadar T4 (I) = Kadar Hormon Tetraiodotironin dalam darah volunteer yang diambil

sebelum zikir

Kadar T4 (II) = Kadar Hormon Tetraiodotironin dalam darah volunteer yang diambil

setelah zikir selama 1 jam

Sampel darah pada sukarelawan nomor 15 (Arief Maulana) lisis.

Diagram Hasil Pengukuran T4 Sebelum dan Sesudah Berzikir

Diagram Hasil Pengukuran T4 Sebelum dan Sesudah Berzikir

(56)

5.2 Analisis Data dengan Metode Statistik (SPSS)

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

Hasil pengujian sebaran data (test of normality) terhadap data kadar T4 (Tetraiodotironin) sebelum dan sesudah berzikir menunjukkan bahwa sebaran data tersebut adalah normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai significancy pada T4 sebelum berzikir adalah 0.920 dan pada data T4 sesudah berzikir adalah 0.755 (sig. > 0.05).

5.2.2 Paired T-Test

Paired Samples Test

Hasil pengujian data dengan menggunakan Paired T-Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) terhadap data hormon T4 (tetraiodotironin) sebelum dan sesudah berzikir dengan nilai signifikansi 0.251 (p > 0.05).

(57)

5.3. Pembahasan

Zikir merupakan salah satu metode untuk mencapai keseimbangan (homeostasis) tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berzikir terhadap kadar tetraiodotironin pada sukarelawan sehat. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian pendahuluan yang membahas pengaruh berzikir terhadap kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada sukarelawan sehat. Sukarelawan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukarelawan sehat yang dinyatakan sebagai sampel apabila memenuhi persyaratan. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner untuk mempermudah dalam pencarian sukarelawan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam mencari sukarelawan, yaitu pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, berat badan, tinggi badan dan umur. Untuk kriteria yang dijadikan volunteer adalah laki-laki, usia 18-25 tahun, mahasiswa, sehat jasmani dan rohani, dan bersedia menjadi sampel. Kemudian untuk parameter faktor lingkungan, agar kegiatan dan rutinitas yang dilakukan sukarelawan tidak jauh berbeda, sukarelawan yang digunakan adalah mahasiswa yang aktif di Lembaga Tahfizh dan Tilawah Alquran di IPTIQ Jakarta.

Sukarelawan yang diambil sebanyak 15 orang. Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah, pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak 2 kali, sebelum dan susudah melakukan kegiatan zikir selama 60 menit. Darah yang pertama diambil sebanyak 10 ml dan darah yang kedua diambil sebanyak 10 ml dilakukan setelah berzikir. Darah disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, teknik ini dilakukan untuk memisahkan serumnya dengan sel darah merah. Setelah itu, serum dianalisa dengan metoda ELISA menggunakan IMMULITE.

(58)

Pada penelitian ini dititik beratkan pada zikir 60 menit sebelum pengambilan darah kedua, yang pada akhirnya diharapkan adanya perubahan yang signifikan pada kadar T4 (tetraiodotironin) sampel darah pertama dibandingkan dengan sampel darah yang kedua. Pada penelitian ini kadar T4 (tetraiodotironin) pada sampel darah sukarelawan diharapkan kadarnya normal. Nilai range normal kadar T4 (tetraiodotironin) tersebut adalah 4.59-6.89 ug/dl.

Berdasarkan data T4 yang diperoleh, sampel dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu : 1. Tinggi menjadi normal, 2. Rendah menjadi normal, 3. Tetap normal, 4. Turun tetap tinggi, 5. Tetap tinggi, 6. Semakin tinggi

Kelompok 1 kondisi kadar T4 nya adalah tinggi pada sampel pengambilan darah pertama. Dan pada sampel darah yang kedua mengalami penurunan menjadi normal. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh zikir yang dilakukan selama 60 menit. Kadar hormon T4 pada T4.1 sebelum berzikir kadar hormon T4 (tetraiodotironin) diatas normal (tinggi) yaitu sebesar 7.6 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 turun menjadi normal yaitu sebesar 6.0 µg/dl, mengalami penurunan kadar T4 (tetraiodotironin) sebanyak 1.6 µg/dl. Kadar hormon T4 pada T4.2 sebelum berzikir kadar hormon T4 diatas normal (tinggi) yaitu sebesar 7.0 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 (tetraiodotironin) turun menjadi normal yaitu sebesar 6.4 µg/dl, mengalami penurunan kadar T4 (tetraiodotironin) sebanyak 0.6 µg/dl. Kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada T4.3 sebelum berzikir kadar hormon T4 diatas normal (tinggi) yaitu sebesar 6.7 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 turun menjadi normal yaitu sebesar 6.2 µg/dl, mengalami penurunan kadar T4 sebanyak 0.5 µg/dl. Kemungkinan yang terjadi adalah ketika kadar T3 (triiodotironin) mengalami kekurangan didalam darah

(59)

maupun jaringan, dan T4 secara otomatis mengalami deiodinasi menjadi T3 didalam jaringan. Pada orang dewasa normal, sepertiga T4 dalam darah diubah menjadi T3. Dalam penelitian ini penurunan T4 menjadi normal kemungkinan disebabkan oleh sukarelawan yang berzikir. Kondisi tubuh yang labil akan menghambat system kerja hipotalamus sehingga system syaraf dan kondisi tubuh lainnya akan terganggu (William F. Ganong, 2003). Dengan berzikir maka dapat mengembalikan kondisi tubuh yang labil menjadi stabil sehingga kerja system hipotalamus tidak terganggu dan pada akhirnya kondisi tubuh menjadi homeostasis.

Kelompok 2 kondisi kadar T4 (tetraiodotironin) nya adalah rendah pada sampel pengambilan darah pertama. Dan pada sampel darah yang kedua mengalami kenaikan menjadi normal. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh zikir yang dilakukan selama 60 menit. Kadar hormon T4 pada T4.4 sebelum berzikir kadar hormon T4 dibawah normal (rendah) yaitu sebesar 4.4 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 naik menjadi normal yaitu sebesar 5.0 µg/dl, mengalami kenaikan kadar T4 sebanyak 0.6 µg/dl. Pada kelompok kedua, yaitu kelompok kadar hormon T4 dari rendah menjadi normal. Ini disebabkan kurang maksimalnya kerja dari kelenjar tiroid dalam pengambilan iodida. Kelenjar tiroid bekerja dan mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi kedalam koloid. Mekanisme transport disebut dengan “iodide trapping”. Kondisi seperti ini kemungkinan besar disebabkan karena kebutuhan T3 yang terlalu tinggi, jadi T4 yang dibutuhkan otomatis menjadi tinggi. Kemudian pengambilan darah yang kedua nilai T4 menjadi normal. pada waktu pengambilan darah yang kedua kondisi tubuh sudah berbeda karena keadaan lebih tenang

(60)

disebabkan adanya aktifitas zikir yang dilakukan. Paling tidak dengan kondisi homestasis mencegah ambilan atau menghambat proses deiodinasi T4 menjadi T3 yang berlebihan.

Kelompok 3 kondisi kadar T4 nya adalah normal pada sampel pengambilan darah pertama. Dan pada sampel darah yang kedua tetap normal. Kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada T4.5 sebelum berzikir kadar hormon T4 normal yaitu sebesar 5.8 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 tetap normal yaitu sebesar 5.8 µg/dl. Kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada T4.6 sebelum berzikir kadar hormon T4 normal yaitu sebesar 6.8 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 tetap normal yaitu sebesar 6.8 µg/dl. Pada kelompok ini kadar hormon T4 tetap normal. Keadaan ini adalah keadaan dimana proses deiodinasi T4 menjadi T3 berjalan normal. Didalam kelenjar tiroid, 80 ug/h iodium disekresi dalam T3 dan T4, iodida sangat penting untuk kelanjutan fungsi tiroid normal tetapi defisiensi atau kelebihan iodida dapat menghambat fungsi tiroid. Keadaan kelompok ketiga ini mempunyai kondisi tubuh yang selalu homeostasis, jadi system kerja hormon dan jaringan lainnya tetap stabil.

Kelompok 4 kondisi kadar T4 nya adalah tinggi pada sampel pengambilan darah pertama. Dan pada sampel darah yang kedua mengalami penurunan tetapi tetap tinggi. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh zikir yang dilakukan selama 60 menit. Kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada T4.7 sebelum berzikir kadar hormon T4 diatas normal (tinggi) yaitu sebesar 7.6 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 turun tetapi tetap tinggi yaitu sebesar 6.0 µg/dl. Kadar hormon T4 (tetraiodotironin) pada T4.8 sebelum berzikir kadar hormon T4 diatas normal (tinggi) yaitu sebesar 8.0 µg/dl, namun setelah berzikir kadar T4 turun tetapi tetap

Gambar

Gambar Kelenjar Tiroid
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar Tetraiodotironin (T4)

Referensi

Dokumen terkait

- Hal-hal yang disebabkan secara langsung ataupun tidak langsung, sebagian atau seluruhnya dari kondisi yang termasuk dalam Daftar Kondisi Khusus* pada Polis (baik yang

[r]

mengevaluasi kinerja dan membandingkan pencapaian RKAP tahun sebelumnya untuk menetapkan program dan rencana kerja. b) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian

PURWOREJO, FP – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh SMK Kesehatan Purworejo setelah Group Nasyid Saka Kustik berhasil menjadi juara I Festival Nasyid dan Hadroh Pelajar

Hasil pensejajaran menggunakan BLAST terhadap bagian terkonservasi (conserved domain), tingkat homologi cDNA JJ3 dengan tanaman lain baik berdasarkan sekuen DNA atau asam

Menyiap kan makanan Menyaji kan makanan Meja makan Kursi Kompor Lemari penyimpanan bahan makanan Wastafel Pengunjung mal Karyawan. 99,5 m 2 (100

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread, market value, dan variance return secara simultan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui ada atau tidak perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara mengggunakan model pembelajaran konvensional dengan