• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM

Oleh :

EFRI MALISA DWI PUTRI 1111101000131

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Efri Malisa Dwi Putri, NIM : 1111101000131

Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 xii+ 69 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 1 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan biologis sesuai PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, pemilihan air minum isi ulang menjadi salah satu alternatif karena harganya murah. Depot sebagai penyedia air minum, harus memenuhi standar hygiene sanitasi dan air minum harus terbebas dari bakteri. Berdasarkan survei lapangan diketahui bahwa depot air minum tidak terdaftar di Dinas Kesehatan sehingga kemungkinan besar dapat terjadi pencemaran bakteri seperti coliform

karena tidak ada pengawasan dari pihak terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hygienesanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang. Metode penelitian cross sectional dengan sampel sebesar 30 depot dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pemeriksaan laboratorium mengenai ada tidaknya bakteri coliform

pada air minum isi ulang.

Berdasarkan uji laboratorium di dapatkan 76,7% depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat dan ditemukan bakteri coliform. Setelah dilakukan analisis diperoleh faktor yang berhubungan dengan kontaminasi bakteri coliform

pada air minum isi ulang yaitu akses terhadap fasilitas sanitasi (p = 0,002), sarana pengolahan air minum (p = 0,038), hygiene proses pelayanan konsumen (p = 0,036) dan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani konsumen (p = 0,000).

(6)

The Relationship Of Hygiene Sanitation With Coliform Bactery Contamination In Refillable Drinking Water At Seberang Ulu Subdistrict, Palembang, 2015 (xii+ 69 pages, 13 tables, 2 diagrams, 1 picture, 7 appendix)

ABSTRACT

Water is one of the most important human needs, in order to keep being healthy, a drinking water must fulfilling a biological conditions as written in

PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010. To fulfill the needs of

community’s drinking water, a selection of refillable drinking water becoming to be one of the alternative because of its cheap price. The water depot as a drinking water provider, must fulfilling the standard of hygiene sanitation and the drinking water must free from bacteries. Based on a field survey it is known that a drinking water depot is not listed in the Health Department so it is most likely to contained bacteries, such as coliform because there is no monitoring from a concerned party. The purpose of this research is to knowing the relationship of hygiene sanitation with colliform bactery contamination in refillable drinking water in Seberang Ulu 1 Subdistrict, Palembang. The methode of this research is a cross sectional study with 30 water depot samples and the extraction samples is total sampling. Data collected by an observation, an interview and a laboratory examination whether the colliform bactery is exist or not in drinking water.

Based on laboratory examination, it is known that 76,7% refillable drinking water depot does not fulfill the conditions and colliform bactery was found. After analysis, it is known that factors that related to colliform bactery contamination in refillable drinking water is the access to sanitation facility (p=0,002), the drinking water manufactur facility (p=0,038), the hygiene of consumers serving process (p=0,036) and the behavior of washing hands before and after serving consumers (p=0,000).

A suggestion for local government is to record the water depot that does not listed in health department, oblige every depot to has a certificate of drinking water quality, and the health department should do a counseling to every water depot. And a suggestion for a worker/organizer of water depot is that they must applying a hygiene sanitation, doing a drinking water quality check up regularly and reporting to the local Health Department, increasing the personal hygiene and the water depot organizer must looking out for validity date of every machines.

Reference : 54 (1996-2015)

(7)

Segala Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa

memberikan rahmat dan karunia-Nya atas segala keberanian, kelancaran, kekuatan,

kesabaran, serta ketenangan yang Engkau berikan. Terimakasih Rabb atas kasih sayang-Mu

yang selalu terpancarkan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum

Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015” ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Rasullah SAW beserta

keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan

dan peradaban serta jalan yang di ridhai oleh Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan kesulitan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph. D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat dan selaku Pembimbing kedua yang telah banyak memberikan masukan

dan saran perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah banyak

memberikan masukan dan saran perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peminatan Kesehatan

Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang

(8)

6. Puspita Selviani, sahabat yang sangat berperan dan banyak memberikan bantuan,

semangat serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Balerina Fam’s (Ajeng, Aqmarina, Dwi, Kartika, Lidya) sahabat yang telah

memberikan dukungan, semangat kepada penulis. Terimakasih atas kebersamaan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman merantau seperjuangan Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan (SJD-SS)

2011 yang terus saling memberikan motivasi dan semangatnya.

9. Dukungan-dukungan teman-teman seperjuangan Kesling 2011 (alifia, almen, awal,

ayu, betti, chandra, cepol, eka, feela, fiya, hari, inu, ika, ila, manyun, niken, pewe,

rahmatika, rois, sarah, sarjeng, shela, tika).

10.Teman-teman PAMI Nasional yang telah memberikan semangat kepada Penulis.

11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara keseluruhan.

Terakhir, skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis

harapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca semua yang sifatnya membangun demi

untuk perbaikan bagi penulisan penulis dimasa yang akan datang. “Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu”

Jakarta, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

CURRICULUM VITAE ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan... 6

1.5 Manfaat... 8

1.6 Ruang Lingkup ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Air Minum ... 11

2.1.1 Urgensi Kasus Keracunan Air Minum ... 11

2.1.2 Keracunan Air Minum oleh Bakteri ... 12

2.1.3 Potensi Dampak Kesehatan ... 13

2.1.4 Penyakit yang Dapat di Tularkan Melalui Air ... 13

2.1.5 Syarat Kualitas Air Minum ... 15

2.2 Depot Air Minum ... 17

2.2.1 Pengertian Depot Air Minum ... 17

2.2.2 Pengawasan Depot Air Minum ... 19

2.2.3 Proses Produksi Pengolahan Air Minum ... 20

2.3 Hygiene Sanitasi ... 23

(10)

2.3.2 Hygiene Sanitasi pada Depot Air Minum ... 24

2.4 Personal Hygiene Penjamah pada Depot Air Minum ... 33

2.5 Kerangka Teori ... 36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 39

3.1 Kerangka Konsep ... 39

3.2 Definisi Operasional ... 41

3.3 Hipotesis ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 44

4.1 Desain Studi ... 44

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

4.3 Populasi dan Sampel ... 44

4.3.1 Populasi ... 44

4.3.2 Sampel ... 44

4.3.3 Besar Sampel ... 45

4.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data... 46

4.4.1 Pengumpulan Data ... 46

4.4.2 Pengolahan Data ... 47

4.5 Teknik dan Analisa Data ... 48

4.5.1 Univariat ... 48

4.5.2 Bivariat ... 48

4.6 Metode Laboratorium Uji MPN ... 49

4.6.1 Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 49

4.6.2 Peralatan dan Bahan ... 49

4.6.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN ... 52

5.1 Gambaran Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 52

5.2 Gambaran Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi ... 53

5.3 Gambaran Sarana Pengolahan Air Minum... 53

5.4 Gambaran Air Baku ... 54

(11)

5.6 Gambaran Perilaku Mencuci Tangan ... 54

5.7 Hubungan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 55

5.8 Hubungan Sarana Pengolahan Air Minum dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 55

5.9 Hubungan Air Baku dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 56

5.10Hubungan Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 56

5.11Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 58

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 58

6.2 Gambaran Jumlah Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 58

6.3 Gambaran Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 61

6.4 Gambaran Sarana Pengolahan Air Minum dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 62

6.5 Gambaran Air Baku dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 64

6.6 Gambaran Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 66

6.7 Gambaran Perilaku Mencuci Tangan dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ... 67

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

7.1 Kesimpulan... 69

7.2 Saran ... 70

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 41

Tabel 4.1 Daftar Coding ... 47

Tabel 5.1 Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 52

Tabel 5.2 Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi pada Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 53

Tabel 5.3 Sarana Pengolahan Air Minum pada Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 53

Tabel 5.4 Air Baku pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1

Kota Palembang Tahun 2015 ... 54

Tabel 5.5 Hygiene Proses Pelayanan Konsumen pada Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 54

Tabel 5.6 Perilaku Mencuci Tangan pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 55

Tabel 5.7 Hubungan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi

Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang

Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 55

Tabel 5.8 Hubungan Sarana Pengolahan Air Minum dengan Kontaminasi

Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang

Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 56

Tabel 5.9 Hubungan Air Baku dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air

Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang

(13)

Tabel 5.10 Hubungan Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dengan Kontaminasi

Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang

[image:13.595.133.543.210.539.2]

Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ... 57

Tabel 5.11 Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kontaminasi Bakteri

Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 38

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 40

[image:14.595.118.552.186.548.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Distribusi Kasus Keracunan Nasional yang Terjadi di Tahun 2014

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu gejala yang di timbulkan akibat

kontaminasi bakteri coliform dan escerichia coli dan juga diare menjadi

masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Ada sekitar 2

milyar kasus diare diseluruh dunia setiap tahun, dan 1,9 juta anak lebih muda

dari 5 tahun meninggal akibat diare. Dari semua kematian anak akibat diare,

78% terjadi di Afrika dan Kawasan Asia Tenggara (WGO, 2012).

Sampai saat ini kasus diare masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia dan menimbulkan banyak kematian terutama pada

bayi dan balita. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk,

sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 Kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian (CFR 1,74%) (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014) penyakit

diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama dan

tergolong dalam penyakit lima besar setelah ISPA dan penyakit kulit. Jumlah

penderita diare pada tahun 2014 sebanyak 325.986 orang. Berdasarkan data

tersebut Kecamatan Seberang Ulu 1 merupakan penderita diare tertinggi di

Kota Palembang dengan jumlah 36.353 penderita (11,2%) dibandingkan

dengan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Ilir Timur II sebanyak 34.976

(16)

(8,6%). Faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya diare di Indonesia

yaitu salah satunya diakibatkan oleh kontaminasi bakteri, diantaranya adalah

coliform.

Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

terjadi kasus keracunan tingkat nasional dimana BPOM mengelompokkan 13

penyebab dan minuman termasuk dalam peringkat tiga. Pada kasus keracunan

yang diakibatkan oleh minuman berjumlah 515 data, tetapi tidak dijelaskan

secara rinci penyebab dari keracunan dari minuman tersebut apakah dari

bakteri atau bahan kimia (BPOM, 2014). Namun, secara teori bakteri

coliform juga menyebabkan kontaminasi makanan dan minuman, yang

menyebabkan salah satu gejalanya yaitu diare.

Air minum merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum (Kemenkes, 2010). Dalam data BPOM (2014) bahwa tingginya

kasus keracunan penyebab minuman, kemungkinan dapat disebabkan oleh

bakteri coliform, namun belum banyak diungkap dalam penelitian serta

data-data yang ditemukan. Air minum merupakan sumber konsumsi utama pada

keluarga, yang mana salah satunya yaitu air minum isi ulang karena secara

harga tentunya dirasakan manfaat ekonomis bagi keluarga yang ekonomi

kelas menegah ke bawah. Namun, tidak semua depot air minum memberikan

jaminan kualitas yang baik terhadap produk yang dihasilkannya.

Dalam kajian pemetaan yang dilakukan Balai Teknik Kesehatan

(17)

didapatkan bahwa hampir semua sampel memenuhi syarat kimiawi

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Sedangkan

untuk pemeriksaan secara biologi didapatkan hasil bahwa ada enam sampel

yang tidak memenuhi syarat sesuai baku mutu. Dalam penelitian Jayadisastra

(2013) di Ciputat Timur menyebutkan bahwa ada hubungan antara

keberadaan bakteriologi Escherichia coli pada air minum dengan kejadian

diare pada konsumen air minum isi ulang.

Berdasarkan penelitian Wandrivel (2012) terdapat 55,6% sampel tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Dari sampel yang didapatkan dua

mengandung bakteri coliform dan tiga sampel lainnya tercemar bakteri

Escherichia coli. Hal tersebut diakibatkan karena buruknya kualitas mutu

produk air minum isi ulang yang dihasilkan. Karena bakteri tersebut secara

alami terdapat di lingkungan pada feses manusia dan binatang.

Hal tersebut dapat terjadi karena higiene sanitasi pada depot air

minum isi ulang masih kurang baik yang dapat menyebabkan pencemaran

pada air minum. Penelitian yang dilakukan Indirawati (2009) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dengan kualitas

mikrobiologi air minum isi ulang di mana nilai p = 0,00. Penelitian Novita

(2004) dikota Palembang juga menunjukkan hasil yang sama untuk higiene

sanitasi berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan higiene sanitasi

depot mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas air minum

(18)

membuat masyarakat khawatir untuk mengonsumsi air tanah. Namun,

sayangnya pemilihan depot air minum isi ulang sebagai alternatif air minum

menjadi risiko yang dapat membahayakan kesehatan jika kualitas depot air

minum isi ulang masih diragukan, terlebih jika konsumen tidak

memperhatikan keamanannya.

Dilihat dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukannya karena

belum ada informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang

peredaran dan pengawasannya. Bila ditinjau dari harganya, air minum isi

ulang lebih murah dari air minum dalam kemasan, bahkan ada yang mematok

harga hingga 1/4 dari harga air minum dalam kemasan. Air minum dalam

kemasan lebih mahal karena distribusinya tidak tersebar secara merata di

Kota Palembang khususnya Kecamatan Seberang Ulu 1.

Berdasarkan penjelasan diatas, higiene sanitasi merupakan faktor

penyebab kontaminasi bakteri, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform pada air

minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Air minum merupakan komponen utama dalam tubuh sehingga

kebutuhan air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sebagai

penyedia air minum, depot air minum isi ulang harus memenuhi standar

sanitasi higiene dan kualitas air salah satunya adalah kualitas air secara

(19)

yaitu higiene sanitasi penyelenggaraan depot air minum di Kota Palembang

yang belum berjalan dengan baik, sedangkan depot air minum di kecamatan

Seberang Ulu 1 memberikan pelayanan yang cukup tinggi pada tingkat

konsumsi air minum isi ulang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota

Palembang jumlah penderita diare paling banyak yaitu pada kecamatan

Seberang Ulu 1 sebesar (11,2%). Melihat keadaan tersebut maka perlu

dilakukan penelitian higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform

pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran jumlah bakteri coliform pada depot air minum isi

ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?

2. Bagaimana gambaran akses terhadap fasilitas sanitasi pada depot air

minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?

3. Bagaimana gambaran sarana pengolahan air minum pada depot air minum

isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?

4. Bagaimana gambaran kualitas air baku pada depot air minum isi ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1?

5. Bagaimana gambaran higiene proses pelayanan konsumen pada depot air

minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?

6. Bagaimana gambaran perilaku mencuci tangan pekerja pada depot air

(20)

7. Apakah ada hubungan antara akses terhadap fasilitas sanitasi dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan

Seberang Ulu 1 Kota Palembang?

8. Apakah ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan

Seberang Ulu 1 Kota Palembang?

9. Apakah ada hubungan antara kualitas air baku dengan kontaminasi bakteri

coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota

Palembang?

10.Apakah ada hubungan antara higiene proses pelayanan konsumen dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan

Seberang Ulu 1 Kota Palembang?

11.Apakah ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi

bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1

Kota Palembang?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi

bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu

(21)

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran jumlah bakteri coliform pada depot

air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

2. Untuk mengetahui gambaran akses terhadap fasilitas sanitasi pada

depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

3. Untuk mengetahui gambaran sarana pengolahan air minum pada

depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

4. Untuk mengetahui gambaran kualitas air baku pada depot air

minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

5. Untuk mengetahui gambaran higiene proses pelayanan konsumen

pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

6. Untuk mengetahui gambaran perilaku mencuci tangan pekerja pada

depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.

7. Ada hubungan antara akses terhadap fasilitas sanitasi dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di

Kecamatan Seberang Ulu1.

8. Ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1.

9. Ada hubungan antara kualitas air baku dengan kontaminasi bakteri

(22)

10.Ada hubungan antara higiene proses pelayanan konsumen dengan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di

Kecamatan Seberang Ulu 1.

11.Ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi

bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang

Ulu 1.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Pemerintah Daerah

Meningkatkan peranan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan

dalam pembinaan dan pengawasan kualitas air yang digunakan pada

Depot Air Minum Isi Ulang.

1.5.2 Bagi Pengelola DAMIU dan Sumber Air Baku

Pengelola Depot Air Minum Isi Ulang mengetahui kualitas air baku

dan air minum yang diproduksi, serta kondisi lingkungan yang perlu

diperbaiki, sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau gangguan

kesehatan akibat terpapar oleh agent atau faktor-faktor resiko yang

berada di dalam lingkungannya. Pengelola sumber air baku

mengetahui kualitas air bakunya dan kondisi lingkungan yang perlu

diperbaiki.

1.5.3 Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

(23)

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini ingin mengetahui higiene sanitasi depot dan

kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri

coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota

Palembang tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan

Februari-Juni 2015. Sasaran penelitian ini adalah depot air minum isi ulang yang

berada di Kecamatan Seberang ulu 1 yang bersedia untuk menjadi subjek

penelitian. Desain studi penelitian ini menggunakan cross sectional. Untuk

uji laboratorium menggunakan metode MPN (Most Probable Number) untuk

mengetahui keberadaan bakteri coliform dan membandingkan Peraturan

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum.

2.1.1 Kontaminasi Bakteri pada Air Minum

Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya kontaminasi

pada air minum, salah satunya yaitu bakteri coliform. Bakteri coliform

merupakan bakteri patogen yang hadir di lingkungan berasal dari

kotoran hewan dan manusia. Bakteri coliform ada dalam jumlah besar

di usus dan tinja manusia serta hewan berdarah panas lainnya. Bakteri

coliform memiliki kemungkinan kecil untuk menyebabkan penyakit.

Namun, kehadiran bakteri coliform dalam air minum merupakan

indikasi kuat dari kontaminasi limbah atau kotoran hewan (DOH,

2011).

Kontaminasi bakteri coliform tidak dapat dideteksi oleh

penglihatan, penciuman, atau rasa. Satu-satunya cara untuk

mengetahui apakah pasokan air mengandung bakteri yaitu diuji oleh

laboratorium. Semua air memiliki bakteri coliform. Kehadiran bakteri

(25)

dapat menyebabkan penyakit yang dikenal yaitu bakteri

patogen (Skipton dkk., 2014)

Air minum harus terbebas dari coliform agar meyakinkan aman

untuk dikonsumsi. Apabila air minum mengandung coliform dalam

jumlah besar hal tersebut dapat menyebabkan penyakit bagi

konsumen. Secara teori bakteri juga dapat menjadi penyebab

keracunan pada minuman terutama bakteri coliform yang merupakan

bakteri patogen dan menjadi indikator kebersihan air, pengolahan

makanan atau kebersihan diri (Indrati dan Gardjito, 2014).

2.1.2 Potensi Dampak Kesehatan

Bakteri Total coliform pada umumnya tidak berbahaya.

Coliform Fecal dan bakteri Escherichia coli dalam air minum

menunjukkan bahwa air minum terkontaminasi dengan kotoran

manusia atau hewan, dan mungkin mikroba tambahan yang terkait

dengan kotoran. Beberapa mikroba ini dapat menyebabkan efek

jangka pendek, seperti diare, kram, mual, sakit kepala, atau gejala

lainnya. Bayi, anak-anak, beberapa orang tua dan orang-orang dengan

sistem kekebalan tubuh yang terganggu mungkin lebih rentan daripada

masyarakat umum. mikroba lainnya dapat menyebabkan sakit yang

lebih parah, termasuk infeksi intestinal, hepatitis, demam tifoid, dan

(26)

2.1.3 Penyakit yang Dapat di Tularkan Melalui Air

Menurut Chandra (2007), dilihat dari sudut ilmu kesehatan

masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas

memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok

berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit dibagi

menjadi empat, antara lain :

1. Water Borne Disease

Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan

penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem

pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme

ini antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan

poliomyelitis.

2. Water Washed Disease

Penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan

perseorangan. Dalam hal ini terjadi tiga cara penularan, yaitu :

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak,

berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan

kurangnya ketersediaan air untuk makan, minum, dan memasak

serta kebersihan alat-alat makan.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma,

(27)

kurangnya ketersediaan air bersih untuk higiene perorangan

(mandi dan cuci)

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit

leptospirosis, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya

dengan kurangnya ketersediaan air untuk higiene perorangan

yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada

tubuh dan pakaian.

3. Water Based Disease

Penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki agen penyebab

yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam tubuh vektor atau

sebagai intermediat host yang hidup didalam air, contohnya

Schistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis penyakit ini

adalah badan air yang terdapat di alam, yang berhubungan erat

dengan kehidupan sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci

dan sebagainya.

4. Water-related insect vector

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang

berkembang biak di dalam air. Air merupakan salah satu unsur

alam yang harus ada dalam lingkungan dan manusia merupakan

media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Contoh

penyakit melalui cara ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan

(28)

.

2.1.4 Syarat Kualitas Air Minum

Air bersih harus memenuhi standar kualitas dan kuantitasnya.

Untuk pengelolaan air minum, kualitas airnya harus dilakukan

pemeriksaan sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air

baku belum tentu memenuhi standar, sehingga sering dilakukan

pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Kualitas air yang

digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,

meliputi:

a. Parameter wajib

1) Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik

yaitu, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal

15 TCU), suhu udara maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh

(maksimum 5 NTU)

2) Persyaratan mikrobiologi

Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi

kuman Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab

keberadaan bakteri Escherichia coli merupakan indikator

terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan

Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0

(29)

b. Parameter Tambahan

1) Persyaratan Kimia

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung

bahan-bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan)

melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan

menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.

2) Persyaratan Radioaktivitas

Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak

boleh melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

2.2 Depot Air Minum

2.2.1 Pengertian Depot Air Minum

Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada

konsumen (Kepmenperindag, 2004). Kualitas air produksi depot air

minum isi ulang akhir-akhir ini semakin menurun, dengan

permasalahan secara umum antara lain pada peralatan DAM yang tidak

dilengkapi alat sterilisasi, atau mempunyai daya bunuh rendah terhadap

bakteri, atau pengusaha belum mengetahui peralatan DAM yang baik

dan cara pemeliharaannya. Dasar pelaksanaan penyehatan depot air

minum adalah keputusan menteri kesehatan RI Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan

(30)

Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dalam kaitan dengan

depot air minum ini antara lain mengatur:

Pasal 2:

Jenis air minum meliputi (harus memenuhi syarat kesehatan air

minum):

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;

b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;

c. Air kemasan;

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman

yang disajikan kepada masyarakat

Pasal 6:

Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium

pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Pasal 9:

Pengelola penyediaan air minum harus:

a. Menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat

kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala

memeriksa kualitas air yang diproduksi mulai dari:

1) pemeriksaan instalasi pengolahan air;

2) pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;

3) pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen;

(31)

b. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya

dari segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan

yang berlaku.

2.2.2 Pengawasan Depot Air Minum

Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi

persyaratan, dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan

Kualitas Air Minum, depot air minum wajib melaksanakan pengawasan

eksternal dan internal terhadap kualitas air yang siap dimasukkan ke

dalam galon/wadah air minum.

a. Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap

air minum untuk tujuan komersial dan bukan komersial oleh Dinas

Kesehatan Kota/ Kabupaten.

b. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap air

minum untuk tujuan komersial dan bukan komersial oleh

penyelenggara air minum.

Dalam rangka pengawasan kualitas air minum Pemerintah

Provinsi/Kota bertanggungjawab:

a. Menetapkan laboratorium penguji kualitas air minum.

b. Menetapkan parameter tambahan persyaratan kualitas air minum

dengan mengacu pada daftar parameter tambahan.

(32)

d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan

pengawasan kualitas air minum di wilayahnya.

e. Dalam kondisi khusus dan kondisi darurat mengambil langkah

antisipasi/pengamanan terhadap air minum di wilayahnya.

2.2.3 Proses Produksi Pengolahan Air Minum

Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum

dan Perdagangannya, yaitu :

a. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan

menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau

tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari

bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat

atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari bahan-bahan yang dapat

mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang

terdiri atas :

1) Khusus digunakan untuk air minum

2) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

3) Harus mempunyai manhole

(33)

5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku

harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan

dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari

bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat

atau poly vinyl carbonat, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat

mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan dan

desinfeksi bagian luar minimal tiga bulan sekali. Air baku harus

diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk

diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan.

b. Penyaringan bertahap terdiri dari :

1) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif

dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah

menyaring pertikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai

adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80 %.

2) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok

kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor

dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

3) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

(34)

c. Desinfeksi

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen.

Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi

ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian

berkisar antara 0,06-0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain

menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra

Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan

25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

1) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari

bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly

carbonat atau poly vinyl carbonat dan bersih. Depot air minum

wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen, dan menolak

wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai

tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di sanitasi

dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus

dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara

pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar

60-850C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk

secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang

(35)

2) Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis

3) Penutupan

Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa

konsumen atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.

Dalam penelitian Rahayu dkk. (2013) menyatakan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara kualitas disenfeksi dengan

kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi ulang dengan

nilai p=0,000. Hal tersebut juga terbukti pada penelitian yang

dilakukan oleh Novita (2004) menunjukkan bahwa proses

desinfeksi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas

air minum dengan nilai p=0,027.

2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

2.3.1 Pengertian Higiene Sanitasi

Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk

mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

pencemaran air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang

dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan

kesehatan lainnya (Kemenkes, 2010).

Penelitian yang dilakukan Sembiring (2008) menunjukkan ada

(36)

dengan nilai (p=value 0,003). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Indirawati (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara higiene sanitasi dengan kualitas mikrobiologi

air minum isi ulang di mana nilai p = 0,00 dengan hasil Ho ditolak.

Namun sebaliknya, pada penelitian Pangandaheng (2014) menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi depot dengan keberadaan

Escherichia coli pada air minum isi ulang (p=0,071) karena kualitas

sanitasi depot yang ada di wilayah kerja puskesmas Bahu telah

memenuhi syarat.

2.3.2 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Menurut Kemenkes RI (2010), Higiene sanitasi depot air

minum isi ulang meliputi :

a. Lokasi

1) Lokasi depot air minum harus berada didaerah yang berada

bebas dari pencemaran lingkungan.

2) Tidak pada daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan

kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau

bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang

diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air minum.

b. Bangunan

1) Bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta

mudah pemeliharaannya.

(37)

a) Ruangan proses pengolahan

b) Ruangan tempat penyimpanan

c) Ruangan tempat pembagian / penyediaan

d) Ruang tunggu pengunjung

3) Lantai

Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a) Bahan kedap air

b) Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap

debu dan mudah dibersihkan.

c) Kemiringannya cukup untuk memudahkan membersihkan

d) Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu

4) Dinding

Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a) Bahan kedap air

b) Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah

dibersihkan

c) Warna dinding terang dan cerah

d) Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari

(38)

5) Atap dan Langit-langit

a) Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan

terhadap air dan tidak bocor

b) Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)

c) Bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap

debu

d) Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang

e) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai

6) Pintu

a) Bahan pintu harus kuat dan tahan lama

b) Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah

dibersihkan

c) Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik

7) Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran

cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux

8) Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi

yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

a) Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik

b) Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum

(39)

c. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Sedikitnya depot air minum harus memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi yaitu:

1) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih

dan saluran limbah.

2) Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)

3) Tempat sampah yang memenuhi persyaratan

4) Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel

setiap pengisian air baku.

Seperti peneletiannya Yunus, Umboh dan Pinontoan

(2015) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

fasilitas sanitasi pengelolaan sampah dengan kontaminasi

Escherichia coli dengan nilai p= 0,032. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Kurniadi, dkk (2013) bahwa fasilitas sanitasi yang

tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi bakteri

Escherichia Coli sebesar 6,667 kali di bandingkan dengan

fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat.

.

d. Sarana Pengolahan Air Minum

1) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan

air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan

persyaratan kesehatan (food grade), antara lain :

(40)

b) Tandon air baku

c) Pompa penghisap dan penyedot

d) Filter

e) Mikro Filter

f) Kran pengisian air minum curah

g) Kran pencucian/ pembilasan botol

h) Kran penghubung (hose)

i) Peralatan sterilisasi

2) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung

unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb),

Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

3) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter

dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

Dalam penelitian Asfawi (2004) menunjukkan hasil

bahwa ada hubungan yang signifikan, antara kondisi pemrosesan

air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis dengan nilai

(p=0,035). Namun sebaliknya dalam penelitian Maharani (2007)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara proses pengolahan

dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang dengan nilai

p=0,655.

Peralatan sangat berperan dalam mengolah air baku

menjadi air minum. Kondisi peralatan dalam proses pengolahan

(41)

menghasilkan air minum yang baik juga. Dan sebaliknya apabila

proses pengolahan kurang optimal dapat menyebabkan adanya

kontaminasi bakteri (Natalia, Bintari dan Mustikaningtyas, 2014).

e. Air Baku

1) Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai

dengan peraturan Menteri Kesehatan No.

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.

2) Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu

sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat

menghasilkan air minum.

3) Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan

sampel secara periodik.

Dalam penelitian Rahayu dkk. (2013) menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologi air

baku dengan kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi

ulang dengan nilai p=0,0001. Hal tersebut sejalan dengan

Sembiring (2008) menyatakan kuatnya hubungan antara sumber

air baku dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p=0,000.

Namun penelitan tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Maharani (2007) didapatkan hasil bahwa tidak ada

hubungan antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis

(42)

Kualitas air baku sangat menentukan kualitas air minum

yang dihasilkan. Penyimpanan air baku lebih dari 3 hari dapat

menurunkan kualitas air minum yang dihasilkan (Abdilanov,

2012). Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat

penampungan dapat mempengaruhi kualitas sumber air baku serta

adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki

pengangkutan (Nuria, 2009).

f.Air Minum

1) Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan

Menteri kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang

syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

2) Pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dilakukan setiap

kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan

metode H2S.

3) Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan

sampel secara periodik.

g. Pelayanan Konsumen

1) Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan

bersih.

2) Proses pencucian botol dapat disediakan oleh

(43)

3) Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup

wadah yang saniter.

4) Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan

kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di depot air

minum (> 1x24 jam).

h. Karyawan

1) Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

2) Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat

menjadi sumber pencemaran.

3) Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2

kali setahun).

4) Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.

5) Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.

6) Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk,

mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen

7) Memiliki Surat Keterangan telah mengikuti kursus Operator

Depot Air Minum

Penelitian yang di lakukan Mirza (2014) hasil yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara higiene operator

DAMIU dengan jumlah coliform air minum pada depot air

minum isi ulang di Kabupaten Demak dengan nilai p sebesar

(44)

i.Pekarangan

1) Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi

genangan.

2) Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.

3) Bebas dari kegiatan lain atau bebas dari pencemaran lainnya.

j.Pemeliharaan

1) Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara

sarana yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat,

meliputi :

a) Tugas dan kewajiban karyawan

b) Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern

c) Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan

investigasi dan pembuktian)

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

RI No. 651 Tahun (2004) tentang persyaratan Teknis Depot Air

Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang

meliputi :

1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI)

(45)

2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air

Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki izin

Pengambilan Air dari Instansi yang berwenang.

3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum

yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang

ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.

2.4 Personal Hygiene Penjamah pada Depot Air Minum

Proses pengolahan air di depot air minum isi ulang yang tidak

seluruhnya dilakukan secara otomatis juga dapat mempengaruhi kualitas air

yang dihasilkan Athena dkk. (2004). Salah satu langkah yang tidak dilakukan

dengan otomatis adalah pembersihan galon air dan proses pengisian air ke

dalam galon. Pada proses ini galon mengalami kontak langsung dengan

penjamah/pekerja.

Pekerja adalah sumber kontaminasi terbesar dari semua sumber

pajanan mikroorganisme pada air minum. Pekerja yang tidak mengikuti

latihan saniter berpotensi dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang

mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik. Tangan yang mengandung

mikroorganisme yang dapat berpindah ke produk selama pemrosesan,

pencucian serta pengisian galon melalui pelayanan lewat sentuhan. Kemudian

hidung dapat menyalurkan bakteri melalui pernapasan, batuk atau bersin.

Manusia merupakan makhluk berdarah panas, mikroorganisme dapat

berproliferasi di dalam tubuh manusia dengan cepat khususnya jika tidak

(46)

Pekerja yang sedang sakit tidak diizinkan untuk melakukan kontak

dengan peralatan yang digunakan dalam tahap proses pengisian air galon.

Dalam banyak kasus, penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme bisa

saja masih melekat pada pekerja pada masa pemulihan sehabis sakit atau

bahkan setelah sembuh dari sakit (Marriott and Gravani, 2006).

Dalam penelitian Novita (2004) di Palembang menyatakan bahwa

higiene sanitasi personal mempunyai hubungan yang bermakna dengan

kualitas air minum dengan nilai p=0,007. Berdasarkan Permenkes (2014)

penjamah harus berperilaku higinis dan saniter dalam melayani konsumen

seperti selalu mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan air yang

mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian bersih dan rapi,

dan tidak merokok setiap melayani konsumen.

Operator atau pekerja pada semua depot tidak berperilaku hidup

bersih dan sehat karena saat bekerja tidak menggunakan pakaian kerja yang

bersih dan rapih, tidak mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan dan

merokok pada saat bekerja, hal ini dapat mencemari air minum yang

dihasilkan (Randang dkk., 2014).

Higiene perorangan merupakan usaha untuk membatasi penyebaran

penyakit, terutama yang ditularkan secara langsung lewat kontak individu.

Setiap pekerja mempunyai tanggungjawab untuk menjaga kebersihan diri.

Langkah dalam menjaga kebersihan pekerja untuk mencegah terjadinya

(47)

1. Mencuci tangan sebelum bekerja secara menyeluruh setelah

menggunakan toilet, merokok, mengusap hidung. Mencuci tangan

dilakukan pada air mengalir dengan menggunakan sabun, dilakukan

dengan menggosokkan kedua tangan secara bersama-sama minimal 30

detik disertai dengan membersihkan sela-sela jari dan kuku.

2. Selalu menggunakan sarung tangan yang dapat di daur ulang

3. Menjaga kebersihan tangan dan memastikan kuku selalu pendek dan

bersih.

4. Menggunakan pakaian yang bersih dan memakai tutup kepala saat

bekerja

5. Menutup hidung dan mulut menggunakan tissue saat bersin atau batuk,

lalu membuang dan mencuci tangan. Pekerja tidak diperbolehkan

merokok saat beraktivitas di depot air minum isi ulang. Bakteri dapat

tumbuh dan mudah tersebar saat pekerja sedang sakit atau batuk.

6. Menjaga kebersihan tempat pengolahan air dan peralatan yang digunakan

agar selalu tetap kering dan terlindungi dari berbagai macam vektor

penyebab penyakit.

Dalam penelitian Cahyaningsing (2009) menyatakan bahwa mencuci

tangan sebelum bekerja menunjukkan (p=0,003) yaitu ada hubungan yang

sangat signifikan antara mencuci tangan sebelum bekerja dengan jumlah

angka kuman dan jumlah E.Coli. Tangan yang tidak bersih dapat menjadi

sumber kontaminasi bakteri patogen yang dapat meningkatkan resiko

(48)

bekerja juga diperlukan sebagai salah satu pencegahan terjadinya

kontaminasi.

Kebiasaan mencuci tangan sebelum bekerja dapat membantu

memperkecil risiko terjadi kontaminasi bakteri dari tangan ke makanan

(Puspita dkk., 2014) Hasil penelitian Susanna (2003) yang menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara kuku tangan dengan kontaminasi

bakteri. Kuku tangan sering menjadi sumber kontaminan atau mengakibatkan

kontaminasi silang.

Dalam praktek higiene perorangan aspek-aspek yang tidak terpenuhi

akan berdampak terhadap terjadinya pencemaran, seperti terjadinya

pencemaran oleh bakteri Escherichia coli yang diakibatkan oleh tangan

pekerja yang kotor, kuku pekerja yang kotor, tidak mencuci tangan dengan

sabun dan tidak menggunakan alat saat bekerja dan sebagainya sehingga

pekerja dapat menjadi sumber penularan penyakit yang diakibatkan bakteri

kepada konsumen (Setyorini, 2013).

2.5 Penentuan Skoring dengan Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2011) skala Guttman yaitu skala pengukuran yang

akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif

-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau

rasio. Skala Guttman selalu dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga

dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu

dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak

(49)

Apakah tempat kerja anda dekat jalan Protokol?

a. Ya

b. Tidak

Dalam lembar checklist dan lembar wawancara modifikasi dari

PERMENKES No. 43 tahun 2014 yang ada dalam penelitian ini

menggunakan jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, sehingga skala Guttman

cocok untuk diterapkan dalam penentuan skoring dalam penelitian ini.

2.6 Kerangka Teori

Keberadaan bakteri tidak lepas kaitannya dengan higiene sanitasi dan

personal higiene. Higiene sanitasi merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran

air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin

dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Permenkes,

2010). Higiene sanitasi yang ada di depot meliputi akses terhadap fasilitas

sanitasi, sarana pengolahan air minum, air baku, pelayanan konsumen, serta

perilaku mencuci dari personal higiene, hal tersebut merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang.

Kontaminasi bakteri dapat terjadi apabila faktor-faktor higiene sanitasi tidak

dilakukan sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku. Maka dari itu

diperlukan penerapan higiene sanitasi dan personal higiene yang baik agar

(50)

Keterangan:

---- : Faktor yang tidak diteliti

: Faktor yang diteliti Bagan 2.1 Kerangka Teori

Jumlah Bakteri

Coliform

Akses terhadap fasilitas sanitasi

Sarana Pengolahan Air Minum

Air Baku

Higiene proses pelayanan konsumen

Mencuci Tangan Perilaku

Merokok Disenfeksi

Manusia

Diare Pengawasan

(51)

37

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Higiene sanitasi merupakan usaha yang dilakukan agar air minum isi

ulang aman dan terbebas dari kontaminasi bakteri coliform. Dari kerangka

teori yang telah dibuat, peneliti tidak meneliti semua faktor yang ada untuk

dijadikan sebagai variabel independen. Variabel yang tidak di teliti yaitu

dampak langsung terhadap manusia akibat dari bakteri coliform yaitu

penyakit diare, karena banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab

seseorang terkena diare. Kemudian pengawasan depot tidak diteliti karena

untuk pengawasan hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan/dinas

kesehatan setempat yang mempunyai izin kelayakan untuk mengawasi

depot. Variabel yang tidak diteliti selanjutnya yaitu perilaku merokok,

karena untuk perilaku merokok diperlukan waktu tidak sekali atau tidak

dapat dilakukan observasi secara bersamaan dalam satu waktu.

Variabel yang di teliti yaitu akses terhadap fasilitas sanitasi karena

apabila tidak sesuai dengan standar yang berlaku, bakteri coliform dapat

mengontaminasi air minum. Kemudian sarana pengolahan air minum perlu

di teliti karena apabila peralatan yang digunakan tidak memenuhi

persyaratan kesehatan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan

peralatan yang sudah habis masa pakainya dapat menyebabkan bakteri

berkembangbiak. Untuk variabel air baku perlu diteliti karena kemungkinan

(52)

mempengaruhi bakteri berkembangbiak. Variabel higiene proses pelayanan

konsumen juga dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri karena hal ini di

lakukan oleh pekerja depot air minum secara langsung tanpa menggunakan

peralatan yang otomatis. Selanjutnya perilaku mencuci tangan juga dapat

menjadi faktor penyebab karena tangan merupakan tempat berkumpulnya

bakteri, apabila pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah

melayani konsumen dapat menjadi sumber bakteri.

Dari penjelasan diatas maka kerangka konsep pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kelengkapan

fasilitas sanitasi

Sarana Pengolahan Air Minum

Air Baku

Higiene proses Pelayanan Konsumen

Mencuci Tangan

Jumlah Bakteri

(53)
[image:53.842.86.826.65.476.2]

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen

1. Jumlah Bakteri

Coliform dalam Air Minum

Kandungan bakteri coliform yang terdapat pada air minum isi ulang berdasarkan hasil pemeriksaan uji MPN

Lembar hasil Pengukuran

Laboratorium (Uji Most Probable Number)

Jumlah koloni bakteri yang di temukan dalam air minum isi ulang

Rasio

Variabel Independen

2 Kelengkapan

fasilitas sanitasi

Keberadaan fasilitas yang terdapat pada depot air minum isi ulang seperti sarana air bersih dan mengalir, tempat cuci tangan, sabun untuk mencuci tangan, tempat sampah dan toilet

Lembar Checklist

Observasi 1. Memenuhi syarat jika semua

checklist terpenuhi

2. Tidak memenuhi syarat jika tidak terpenuhi checklist

Ordinal

3 Sarana

Pengolahan Air

Minum

Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan

Lembar Wawancara

Wawancara 1. Memenuhi syarat jika semua

checklist terpenuhi

2. Tidak memenuhi syarat jika tidak terpenuhi checklist

Ordinal

4 Air Baku Sumber air yang digunakan dalam air

minum isi ulang

Lembar Wawancara

Wawancara 1. Memenuhi syarat jika semua

checklist terpenuhi

(54)

5 Higiene proses Pelayanan

Konsumen

Kemungkinan untuk risiko

kontaminasi bakteri pada perlakuan pekerja depot mulai dari sumber air, proses pencucian, pengisian ke dalam wadah air minum hingga diberikan kepada pelanggan.

Lembar Checklist

Observasi 1. Memenuhi syarat jika semua

checklist terpenuhi

2. Tidak memenuhi syarat jika tidak terpenuhi checklist

Ordinal

6 Mencuci Tangan Perilaku yang dilakukan oleh pekerja

sebelum dan sesudah melayani konsumen dengan menggunakan sabun

Lembar Checklist

Observasi 1. Mencuci Tangan

2. Tidak Mencuci Tangan

(55)

Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.

2. Ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan kontaminasi bakteri

Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.

3. Ada hubungan antara air baku dengan kontaminasi bakteri Coliform pada air minum

isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.

4. Ada hubungan antara hygiene proses pelayanan konsumen dengan kontaminasi

bakteri Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota

Palembang.

5. Ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi bakteri Coliform

(56)

42

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Studi

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana peneliti akan

melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen

pada waktu (periode) yang bersamaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota

Palembang. Sebanyak 30 depot yang tersebar di setiap kelurahan yaitu ,

1 Ulu terdapat 3 terdapat, 2 Ulu terdapat 3 depot, 3-4 Ulu terdapat 6

depot, 5 Ulu terdapat 4 depot, 7 Ulu terdapat 3 depot, 8 Ulu terdapat 2

depot, 9/10 Ulu terdapat 4 depot, 15 Ulu terdapat 3 depot, Sila Beranti

terdapat 1 depot dan Tuan Kentang terdapat 1 depot. Pengambilan

sampel, wawancara dan observasi dilakukan pada depot air minum

yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1.

4.2.2 Waktu Penelitian

(57)

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh depot air minum isi ulang

yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.

4.3.2 Sampel

Jenis pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability Sampling

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel, dikarenakan jumlah populasi yang ada relatif kecil.

Metode pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini

yaitu dengan total sampling merupakan sampel yang mewakili semua

jumlah populasi. Hal tersebut dikarenakan jumlah populasi relatif

sedikit dan peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang

sangat kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah depot air minum isi

ulang yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1 yang berjumlah 30

depot air minum dan 30 orang pekerja.

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

(58)

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

= 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%

= Derajat presisi yang diinginkan = 10%

= Besar populasi depot air minum yaitu sebanyak 30

= Perkiraan proporsi 50% (belum ada penelitian

sebelumnya di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota

Palembang)

Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

= 24 depot

Pada perhitungan diatas diketahui bahwa sampel minimal yang harus

diambil adalah 24 depot. Untuk mengantisipasi adanya faktor-faktor

yang tidak diinginkan, peneliti mengambil semua sampel yang ada pada

populasi untuk di jadikan subjek penelitian yang berjumlah 30 depot air

minum isi ulang.

4.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.4.1 Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium

mengenai ada tidaknya bakteri coliform yang terkandung dalam air

(59)

Menteri Kesehatan No 43 tahun 2014.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang

mengenai jumlah penderita diare.

c. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitia

Gambar

Tabel 5.11 Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kontaminasi Bakteri
Gambar 2.1 Distribusi Kasus Keracunan Nasional yang Terjadi  di Tahun 2014
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Jumlah Depot di Kecamatan Seberang Ulu 1 Berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arnis Putri Rosyani, J500120030, 2012, HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KAWASAN UNIVERSITAS

Banyaknya depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat pengawasan internal mengindikasian bahwa pengelola depot air minum isi ulang belum mampu untuk

Faktor yang mungkin menyebabkan hasil positif dari uji praduga MPN ini adalah terjadinya kontaminasi air minum isi ulang pada proses pengolahannya antara lain

Banyaknya depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat pengawasan internal mengindikasian bahwa pengelola depot air minum isi ulang belum mampu untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemeriksaan Coliform dan Coliform fecal pada air minum isi ulang dengan mengunakan metode MPN (Most

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kandungan kekeruhan,pH,nitrat,besi,mangan, bakteri E.coli dan Coliform pada air minum isi ulang dibeberapa depot yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri Coliform pada air minum isi ulang dan berapa kadar MPN/100 ml serta untuk

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kandungan kekeruhan,pH,nitrat,besi,mangan, bakteri E.coli dan Coliform pada air minum isi ulang dibeberapa depot yang