• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG"

Copied!
543
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA

MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI

BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL

PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Ratna Wulandari

1401409095

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratna Wulandari NIM : 1401409095

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi :Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota

Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2013

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”, telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Selasa tanggal : 18 Juni 2013

Semarang, 18 Juni 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Sri Hartati, M.Pd Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd

NIP. NIP. 195805171983032002

Mengetahui,

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”, telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Selasa tanggal : 25 Juni 2013

Panitia Ujian Skripsi :

Ketua Sekretaris

Dra. Hartati, M.Pd. NIP. 19551005 198012 2 001

Penguji Utama

Drs. Purnomo, M.Pd NIP. 196703141992031005

Penguji I Penguji II

Dra. Sri Hartati, M.P d N . 19541231198301200

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”. (Aristoteles)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” ( Lessing )

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta (Bapak

Sukatno dan Ibu Retno Harpinasih) yang telah tulus mencurahkan kasih sayang,

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kekuatan, petunjuk dan kemudahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang” dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor UNNES yang telah memberikan kesempatan studi.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberikan pengarahan.

4. Dra. Sri Hartati, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir. 5. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing

dan mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir.

6. Segenap Dosen Jurusan PGSD FIP UNNES atas ilmu yang sudah diberikan. 7. Retno Ambarwati, S.Pd., kepala SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang

yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk mengadakan penelitian. 8. Bapak dan Ibu guru, serta siswa SD Mangkang Kulon 02 Kota Semarang atas

(7)

vii

9. Kedua orang tua, kakak-adik, dan sahabat di B‟kost yang telah memberikan motivasi dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Teman-teman mahasiswa PGSD atas segala bantuannya.

Skripsi ini disusun melalui berbagai tahapan ilmiah dan telah melalui kajian teoritis dan empiris. Tentunya apa yang ditemukan dalam pembuatan skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan dapat juga dijadikan referensi untuk pengembangan profesi khususnya keguruan.

Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para guru, mahasiswa PGSD, dan para pembaca pada umumnya.Amin.

Semarang, Juni 2013

(8)

viii

ABSTRAK

Wulandari, Ratna. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Sarjana PGSD Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Sri Hartati, M.Pd dan pembimbing II : Dr. Sri Sulistyorini,M.Pd.

Hasil observasi peneliti pada tanggal 5 September 2012 terkait pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 ditemukan data bahwa guru mengajar menggunakan model non inovatif. Rata-rata prestasi belajar siswa masih rendah yaitu berkisar 52,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 11,76%. Bertitik tolak dari kendala dan rendahnya kualitas pembelajaran tersebut, maka peneliti menawarkan solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 melalui model inkuiri berbantukan media audiovisual. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa serta meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam 3 siklus, dengan masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru dalam pembelajaran siklus I diperoleh persentase 64,28% dengan kategori tinggi, siklus II 74,99% dengan kategori tinggi, dan siklus III 87,49% dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas siswa pada siklus I diperoleh persentase 64,79% dengan kategori tinggi, siklus II 74,16% dengan kategori tinggi, dan siklus III 82,50% dengan kategori sangat tinggi. Hasil belajar siswa pada siklus I mendapat rata-rata klasikal 62,57 dengan ketuntasan belajar 55,88%, siklus II mendapat rata-rata klasikal 68,94 dengan ketuntasan belajar 67,64%, dan siklus III mendapat rata-rata klasikal 76,38 dengan ketuntasan belajar 85,29%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

(9)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ……….. i

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii

PERSENTUJUAN PEMBIMBING ………. iii

PENGESAHAN KELULUSAN ……….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….... v

PRAKATA ……… vi

ABSTRAK ……… viii

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR BAGAN ………... xiii

DAFTAR DIAGRAM ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ………. 9

1.2.1. Rumusan Masalah ………. 9

1.2.2. Pemecahan Masalah ……….. 9

1.3.Tujuan Penelitian ………. 11

1.3.1. Tujuan Umum ……… 11

1.3.2. Tujuan Khusus ………... 12

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 12

1.4.1. Manfaat Teoritis ………. 12

1.4.2. Manfaat Praktis ……….. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ……… 14

2.1.1. Hakikat Kualitas Pembelajaran ……….. 14

2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains ………. 30

2.1.3. Penerapan Model Inkuiri ……… 39

(10)

x

belajaran IPA ……… 52

2.1.6. Hubungan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual dengan Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa, dan Hasil Belajar ……….. 62

2.2. Kajian Empiris ………... 63

2.3. Kerangka Berpikir ……… 66

2.4. Hipotesis Tindakan ………... 69

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ..………. 70

3.2.Perencanaan Tahap Penelitian ……… 75

3.3. Subyek Penelitian ………. 98

3.4. Variabel Penelitian ……….. 99

3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data ………. 100

3.6. Teknik Analisis Data ………. 104

3.7. Indikator Keberhasilan ……….. 110

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ………. 112

4.1.1. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I ………... 112

4.1.2. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……….. 162

4.1.3. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III ……… 207

4.1.4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tindakan Siklus I, II, dan III …… 247

4.2. Pembahasan ……….. 252

4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ………. 252

4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian ………. 282

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ………... 285

5.2. Saran ………. 286

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tahapan Model Inkuiri yang Dikombinasikan dengan Tahapan

Media Audiovisual ……….. 10

Tabel 1.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerap- kan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual………….. 11 Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam Penelitian ……….... 28

Tabel 2.2 Keterampilan-keterampilan Proses ……… 37 Tabel 3.1 Pelaksanaan Tindakan ……….... 72

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Individual ……… .. 106

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ………. 107

Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ………. 109

Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ………... 110

Tabel 4.1 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/1 ……. 115

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/1………... 122

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ……… 128

Tabel 4.4 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/2 …… 137

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/2 ……… 144

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2………... 150

Tabel 4.7 Skor Keterampilan Guru Siklus I ……….. .158

Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ………... 159

Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus I ………... 160

Tabel 4.10 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada Siklus I ………... 161

Tabel 4.11 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/1 …… 164

(12)

xii

Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1……….. 176

Tabel 4.14 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/2…… 183

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II/2 ……….. 190

Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ………. 196

Tabel 4.17 Skor Keterampilan Guru Siklus II ………. 203

Tabel 4.18 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II……….. 204

Tabel 4.19 Hasil Belajar Siswa Siklus II ………. 205

Tabel 4.20 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada Siklus II ……….. 206

Tabel 4.21 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/1…... 209

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III/1 ……….. 216

Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……….. 221

Tabel 4.24 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/2….. 227

Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III/2 ………. 234

Tabel 4.26 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2 ……… 239

Tabel 4.27 Skor Keterampilan Guru Siklus III ……… 243

Tabel 4.28 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III ………. 244

Tabel 4.29 Hasil Belajar Siswa Siklus III ……… 245

Tabel 4.30 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada Siklus III ………. 246

Tabel 4.31 Skor Keterampilan Guru Siklus I, II, III ……… 247

Tabel 4.32 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III ……… 248

Tabel 4.33 Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III ……… 249

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi ……… 26

Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA ……… 34

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir ………... 68

(14)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Skor Keterampilan Guru Siklus I/1 ………117

Diagram 4.2 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/1 ………..123

Diagram 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ……….131

Diagram 4.4 Skor Keterampilan Guru Siklus I/2……… 139 Diagram 4.5 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/2 ……… 145

Diagram 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2………. 152

Diagram 4.7 Skor Keterampilan Guru siklus I ……… 158

Diagram 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I……… 160

Diagram 4.9 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………... 161

Diagram 4.10 Skor Keterampilan Guru Siklus II/1……….. 166

Diagram 4.11 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/1………... 172

Diagram 4.12 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1 ………. 179

Diagram 4.13 Skor Keterampilan Guru Siklus II/2 ………. 186

Diagram 4.14 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/2……….... 191

Diagram 4.15 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ……….. 199

Diagram 4.16 Skor Keterampilan Guru siklus II ……….. 204

Diagram 4.17 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ………... 205

Diagram 4.18 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II………... 206

Diagram 4.19 Skor Keterampilan Guru Siklus III/1 ……… 211

Diagram 4.20 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/1………... 217

Diagram 4.21 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……….. 224

Diagram 4.22 Skor Keterampilan Guru Siklus III/2………. 230

Diagram 4.23 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/2 ……….. 224

Diagram 4.24 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2………... 242

Diagram 4.25 Skor Keterampilan Guru siklus III ……….. 244

Diagram 4.26 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III ………. 245

Diagram 4.27 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ………. 246

(15)

xv

Diagram 4.29 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III ……….. 249 Diagram 4.30 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I, II, III …………... 250 Diagram 4.31 Nilai Rata-rata Siklus I, II, III ………. 250

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 292

Lampiran 2. Pedoman Indikator Keterampilan Guru dan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru ……… 296

Lampiran 3. Pedoman Indikator Aktivitas Siswa dan Instrumen Penelitian Aktivitas Siswa ………... 302

Lampiran 4. Instrumen Catatan Lapangan ……….. 309

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 312

Lampiran 6. Data Awal Sebelum Penelitian ……… 443

Lampiran 7. Data Keterampilan Guru Siklus I, II dan III ………... 446

Lampiran 8. Data Aktivitas Siswa Siklus I, II dan III ………. 449

Lampiran 9. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ……….. 462

Lampiran 10. Catatan Lapangan Siklus I, II dan III ……….. 469

Lampiran 11. Data Validasi Media Siklus I, II dan III ………. 482

Lampiran 12. Foto Penelitian ………. 490

Lampiran 13. LKPD Siklus I, II dan III ……… 509

Lampiran 14. LTPD Siklus I, II dan III ………. 517

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Pada pasal 37 (2006: 94) menetapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam me-nerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP 2006:143).

Mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan. Di antaranya yaitu memperoleh keyakinan terhadap keteraturan ciptaan-Nya, mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat), serta mengembangkan pemahaman konsep IPA dan keterampil-an proses IPA yketerampil-ang dapat diterapkketerampil-an dalam pemecahketerampil-an masalah kehidupketerampil-an sehari-hari (BSNP 2006:143).

(18)

dalam KTSP IPA, yaitu pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP 2006:143). Selain itu, juga belum terlaksana pembelajaran yang konstruktivistik, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented) dan guru berperan sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10). Begitu diutamakannya proses dalam pemerolehan konsep-konsep IPA maka guru dituntut untuk mampu menyesuaikan dan memilih model serta menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengakomodasi kemampuan siswa secara optimal. Hal tersebut sejalan dengan kurikulum IPA SD yang mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA pada dasarnya memuat tiga komponen (Bundu 2006:49). Pertama, mendorong pertumbuhan intelektual dan perkembangan siswa. Kedua,

melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan praktikum. Ketiga, mendorong ter-bentuknya sikap ilmiah, berpikir kritis dan rasional serta mengembangkan peng-gunaan keterampilan proses IPA.

(19)

mencerdaskan kurang optimal; (2) hasil penelitian Endang Widi Winarni yang berjudul “ Persepsi Guru SD Tentang Berbagai Pendekatan, Metode, dan Penilai -an Serta Implementasinya dalam Pembelajaran IPA” dengan sampel penelitian 35 guru kelas 5 atau sebanyak 44,87% dari 78 SD di kota Bengkulu http://isjd.pdii. lipi.go.id/admin/jurnal /151061119.pdf.

(20)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti secara kolaboratif meng-ambil tindakan dengan menerapkan pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme, pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator, mediator dan evaluator serta informator. Siswa belajar melakukan sendiri/ konstruktivis, yang ide pokoknya belajar mandiri, menemukan bersama kelompoknya, mengembangkan kreativitas belajar melalui interaksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran interaksinya multi arah. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi karakteristik pembelajaran inovatif di atas yaitu model pembelajaran inkuiri.

Menurut Joyce dan Weil (1996 : 187), the essence of the model is to involve students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of

investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem

within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming

that problem. ”Inti dari model inkuiri adalah melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu siswa mengidentifikasi sebuah konsep atau metode pemecahan masalah dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut”.

(21)

Anni 2009:225). Hal ini sejalan dengan model inkuiri yang menekankan agar peserta didik dipandang sebagai subyek belajar artinya proses pembelajaran berlangsung alamiah, peserta didik „bekerja‟ dan mengalami, bukan berupa

transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna (Yamin 2012: 24).

Pembelajaran sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti: (1) perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5) penarikan kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara sintaks dari model inkuiri menurut Hamruni (2012:95), yaitu: (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3) mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6) merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA, yaitu adanya metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran IPA cocok diterapi model inkuiri.

(22)

menganalisis informasi. Agar model ini dapat dilaksanakan dengan baik maka memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut: (1) kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi; (2) kondisi lingkungan yang responsif, (3) kondisi yang mudah untuk memusatkan perhatian; (4) kondisi yang bebas dari tekanan (Roestiyah 2008: 79).

Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media audiovisual. Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) media audiovisual adalah media yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis atau elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Menurut Sanaky (2011:105) alat-alat yang termasuk dalam kategori media audiovisual adalah televisi, video-VCD, soundslide, dan film.

Penggunaan media audiovisual ini didukung oleh teori pembelajaran visual yang menyebutkan bahwa pesan yang ditampilkan melalui gambar dapat men-dorong aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dalam desain pembelajaran melalui televisi atau video yang menonjolkan gambar sebagai alat yang dimuati pesan pendidikan (Uno 2008:55).

(23)

audio-visual menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) yaitu merepresentasikan fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak secara dinamis. Sehingga dapat mempermudah siswa menerima pelajaran dan menghindarkan salah pengertian, serta meningkat-kan minat (Suleiman 1988:17).

Dengan model inkuiri berbantukan media audiovisual pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam karena siswa membangun pengetahuannya secara mandiri, terbiasa berpikir kritis dan mengembangkan berbagai keterampilan. Selain itu, dengan media audiovisual mampu memperjelas konsep/ permasalahan sehingga memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan menarik perhatian siswa. Berdasarkan kelebihan model inkuiri dan media audiovisual di atas, peneliti bersama kolaborator menentukan solusi permasalahan pembelajaran IPA di kelas V SDN Mangkang Kulon 02 dengan menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan tahapan model inkuiri menurut Hamruni (2012:95) dan tahapan media audiovisual menurut Suleiman (1988:21), maka diperoleh sintak model inkuiri berbantukan media audiovisual yaitu: (1) penyampaian orientasi umum; (2) penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan; (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan; (4) membuat hipotesis; (5) mengumpulkan informasi dari sumber data; (6) menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil pengumpulan data; (7) penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk membuat kesimpulan.

(24)

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Ke -terampilan Proses Siswa pada Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Rejeni Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo” http://wacana.jurnal.unesa.ac.id. Selanjutnya penelitian oleh Sari (Jurusan PGSD, FIP, UNNES 2010:86) yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN I Maribaya Karanganyar Purbalingga”.

Penelitian ketiga oleh Winarso yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Sifat Cahaya dengan Metode Inkuiri” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ pgsd solo/article /view/428/214. Kemudian untuk penelitian yang menggunakan media audiovisual, diambil dari hasil penelitian Utami yang berjudul “Penggunaan

Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Daur Hidup Hewan” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33 1. Hasil dari keempat jurnal penelitian yang telah disebutkan, menunjukkan terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran.

(25)

1.2.

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media

audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

Rumusan masalah di atas dapat dirinci sebagai berikut :

1) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

2) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

3) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

(26)

Tabel 1.1

Tahapan model inkuiri yang dikombinasikan dengan tahapan media audiovisual Tahapan

Model Inkuiri

Tahapan Media Audiovisual

Tahapan Model Inkuiri+Media audiovisual

Persiapan

Orientasi Penyampaian orientasi umum

Merumuskan masalah

Penyajian Penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan

Penerapan

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan Mengajukan

hipotesis

Membuat hipotesis Mengumpulkan

data

Mengumpulkan informasi dari sumber data

Menguji hipotesis

Menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil pengumpulan data

Merumuskan kesimpulan

Kelanjutan Penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk membuat kesimpulan

(27)

Berdasarkan tahapan model inkuiri berbantukan media audiovisual di atas, maka diperoleh kegiatan guru dan kegiatan siswa sebagai berikut:

Tabel 1.2

Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual

Tahapan Model Inkuiri Berbantukan

Media Audiovisual

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Penyampaian orientasi umum Menyampaikan orientasi umum Memperhatikan penyampaian orientasi umum guru Penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan Menayangkan media audiovisual

permasalahan Memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan Membuat hipotesis Memfasilitasi siswa

mendiskusikan hipotesis

Mendiskusikan hipotesis secara berkelompok Mengumpulkan

informasi dari sumber data

Membimbing siswa melakukan

pengumpulan data

Mengumpulkan informasi dari sumber data

Menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil pengumpulan data

Mengecek hasil uji hipotesis siswa

Menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh

Penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk membuat kesimpulan Membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual Membuat kesimpulan berdasarkan tayangan balikan

1.3.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

(28)

Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mendeskrispsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

2) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42) reported that inquiry training resulted in increased understanding of science, greater

productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing

information. Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1.Manfaat Bagi Siswa

1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan logis.

(29)

3) Memberikan motivasi bagi siswa dengan kegiatan inkuiri yang menantang siswa.

1.4.2.2.Manfaat Bagi Guru

1) Sebagai sarana guru untuk mengevaluasi diri terhadap proses pembelajaran yang dilakukan .

2) Guru akan terampil menggunakan model inkuiri sehingga dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.4.2.3. Manfaat Bagi Sekolah

(30)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Kajian Teori

2.1.1.Hakikat Kualitas Pembelajaran 2.1.1.1. Pengertian Belajar

Belajar menurut Sanjaya (2008:89) bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya yang disadari. Belajar menurut Slavin (1994:152) learning is usually defined as a change in an individual caused by experience.

Artinya belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembang-an pribadi seutuhnya (Suprijono 2012:3). Duffy dperkembang-an Cunningham (dalam Pribadi 2011:159) mengemukakan pengertian belajar berdasarkan pandangan konstruk-tivistik, yaitu belajar adalah proses aktif membangun, daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan.

Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka peneliti dapatkan beberapa konsep mengenai belajar, yaitu :

1) Belajar adalah proses aktif membangun dalam diri seseorang. 2) Dilakukan secara sadar.

(31)

4) Menyebabkan perubahan perilaku untuk menuju ke perkembangan pribadi yang seutuhnya.

2.1.1.2. Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 20 (2006:74) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hakikatnya pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/ pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Kustandi dan Sutjipto 2011:5). Menurut Suprijono (2012:13) pembelajaran ber-arti proses atau upaya guru dalam mengorganisir lingkungan terjadinya pem-belajaran yang berpusat pada peserta didik. Pempem-belajaran menurut pandangan konstruktivistik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).

Jadi, dari berbagai pengertian pembelajaran di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan guru secara sengaja dengan cara menciptakan suatu lingkungan belajar yang memungkinkan terjadi-nya komunikasi peserta didik dengan guru dan didukung sumber belajar yang lain. Lingkungan belajar yang diciptakan ini berpusat pada siswa, artinya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan minat siswa serta mengutamakan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya.

2.1.1.3. Kualitas Pembelajaran

(32)

pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pem-belajaran (Hamdani 2011:194). Menurut Robbins (dalam Daryanto 2010:54) efektivitas juga dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang. Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum, dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas 2007:7).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian suatu tujuan/ tuntutan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya mencakup keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Berikut adalah penjelasan dari ketiga aspek tersebut:

2.1.1.3.1. Keterampilan Guru

(33)

1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran. Komponen keterampil-an membuka pelajarketerampil-an keterampil-antara lain:

a) Menarik perhatian siswa dengan cara memvariasikan gaya mengajar guru, menggunakan alat bantu mengajar yang menarik, penggunaan pola interaksi yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi dengan cara sikap hangat, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan dengan cara mengemukakan tugas dan batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan.

d) Membuat kaitan.

Selain keterampilan membuka pelajaran, seorang guru juga harus memiliki keterampilan menutup pelajaran.Keterampilan menutup pelajaran berkaitan dengan usaha guru mengakhiri pelajaran. Cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran yaitu meninjau kembali, mengevaluasi, memberi dorongan psikologi dan sosial (Marno dan Idris 2010:91).

2) Keterampilan Menjelaskan

(34)

yaitu kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan dan adanya balikan.

3) Keterampilan Menggunakan Variasi

Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni :

a) Variasi gaya mengajar : variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, dan perubahan dalam posisi guru.

b) Variasi pola interaksi dan kegiatan : kegiatan kelompok kecil, klasikal, berpasangan, perorangan.

c) Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran.

Variasi yang dapat dilakukan adalah variasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat, didengar dan diraba serta dimanipulasi. Sardiman (2011: 206) menjelaskan bahwa adanya variasi media akan lebih baik daripada hanya satu macam saja.

4) Keterampilan Memberikan Penguatan

(35)

dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang menyelesaikan tugas dengan baik; (3) pemberian penguatan dengan segera; (4) variasi dalam peng-gunaan.

5) Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/ balikan dari orang lain (Marno dan Idris 2010:115). Komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi: (1) pengungkapan per-tanyaan secara jelas dan singkat; (2) fokus perper-tanyaan; (3) pemindahan giliran; (4) pemberian acuan; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir; (7) dan pemberi-an tuntunpemberi-an (Rusmpemberi-an 2012:83).

6) Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan, memelihara dan mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Teknik mengelola kelas mencakup menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan, memodifikasi tingkah laku, dan pengelolaan kelompok.

7) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Agar guru dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif, ada 6 komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru. Keenam komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a) Memusatkan perhatian.

(36)

c) Menganalisis pandangan. d) Meningkatkan urunan.

e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. f) Menutup diskusi.

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Kegiatan kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari 4 komponen pokok. Kelompok komponen keterampilan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Meliputi: menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa, mendengarkan secara simpatik gagasan siswa, membangun hubungan saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan untuk mendominasi, menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan, berusaha mengendalikan situasi.

b) Keterampilan mengorganisasikan pembelajaran

(37)

c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Meliputi: memberikan penguatan yang sesuai, mengembangkan supervisi proses awal, mengadakan supervisi proses lanjut, dan melakukan super-visi proses pemaduan.

d) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran Meliputi: membantu siswa menerapkan tujuan pelajaran, membuat rencana kegiatan belajar bersama siswa, bertindak sebagai penasihat bagi siswa apabila diperlukan, membantu siswa melakukan evaluasi diri. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan guru adalah keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru ketika mengajar dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya menyampaikan orientasi umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, membimbing siswa melakukan pengumpulan data, mengecek hasil uji hipotesis siswa, dan membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.

(38)

1) Keterampilan membuka pelajaran tampak ketika guru menyampaikan orientasi umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mem-bimbing siswa melakukan pengumpulan data. Keterampilan menutup pelajaran tampak ketika guru membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.

2) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil tampak ketika guru memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis siswa,membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual. 3) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan tampak ketika guru memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis siswa.

4) Keterampilan menggunakan variasi tampak ketika guru mengecek hasil uji hipotesis siswa.

5) Keterampilan memberikan penguatan tampak ketika guru mengecek hasil uji hipotesis siswa.

6) Keterampilan mengelola kelas tampak ketika guru membimbing siswa me-lakukan pengumpulan data.

7) Keterampilan menjelaskan tampak ketika guru menayangkan media audio-visual permasalahan, membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.

(39)

2.1.1.3.2. Aktivitas Siswa

Menurut Hamalik (2008:170) siswa adalah individu dengan potensi yang tengah berkembang dan memiliki prinsip aktif, oleh karena itu pengajaran sebaik-nya menyediakan kesempatan belajar siswa sambil bekerja atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku (Sardiman 2011:95).

Mehl-Mills-Douglass (dalam Hamalik 2008:172) berpendapat mengenai The Principle of Activity, sebagai berikut: One learns only by some activities in the

neural system: seeing, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor

activity. The learner must actively engage in the “learning”, whether it be of

information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or

the nature of a task. “Pada intinya prinsip aktivitas adalah bahwa pembelajaran terdiri dari beberapa aktivitas syaraf yaitu: melihat, mendengar, tersenyum, merasakan, berpikir, kegiatan fisik ataupun aktivitas motorik. Pebelajar secara aktif melakukan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan untuk memperoleh keterampilan, pemahaman, kebiasaan, teori, sikap, ketertarikan, ataupun ke-mampuan dasar.

Paul D. Diedrich (dalam Sardiman 2011:101) membagi kegiatan belajar ke dalam delapan kelompok, yaitu :

(40)

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian percakapan, per-cakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percoba-an, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

(41)

Siswa SD memiliki karakteristik aktif bergerak dan pada fase berkembang, sehingga pembelajaran yang diciptakan harus memfasilitasi siswa belajar sambil bekerja dan memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal dan terarah. Aktivitas siswa dalam penelitian ini difokuskan dan terbatas pada enam aktivitas. Berikut uraiannya:

1) Visual activities, tampak ketika siswa mengumpulkan informasi dari sumber data.

2) Oral activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian orientasi umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan, mendiskusi-kan hipotesis secara berkelompok, mengumpulmendiskusi-kan informasi dari sumber data, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh, membuat kesimpulan berdasarkan tayangan balikan.

3) Listening activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian orientasi umum guru, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh.

4) Writing activities tampak ketika siswa menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh.

5) Mental activities tampak ketika siswa memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan, mengumpulkan informasi dari sumber data, membuat ke-simpulan berdasarkan tayangan balikan.

(42)

berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh, membuat kesimpulan berdasarkan tayangan balikan.

2.1.1.3.3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono 2012:5). Rifa‟i dan Anni (2009:85) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Menurut Sudjana (2011:49) tipe hasil belajar dikategorikan menjadi tiga bidang yakni :

1) Bidang Kognitif (Penguasaan Intelektual)

Benyamin S.Bloom menyusun kategori bidang kognitif dalam 6 level yang biasa disebut dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom direvisi pada tahun 2001, hasilnya proses kognitif disusun secara berjenjang meliputi; mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta (Yamin 2012:40). Keenam jenjang ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi

(43)

Kata kerja operasional Taksonomi Bloom menurut Overbaugh dan Schult http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/bloomstaxonomy.htm meliputi :

a) Mengingat: mendefinisikan, mengutip, mendaftar, mengingat, meng-hafal, meniru.

b) Memahami: mengklasifikasikan, mendeskripsikan, mendiskusikan, men-jelaskan, mengidentifikasi, menempatkan, mengakui, melaporkan, me-nyeleksi, mentranslasi, menerangkan.

c) Mengaplikasikan: memilih, mendemonstrasikan, mensimulasikan, meng-gunakan, mengilustrasikan, meramalkan, mengoperasikan, menyusun, mengkonsepkan, menyelesaikan, memakai, menulis.

d) Menganalisis: menilai, membandingkan, membedakan, mengkritisi, menguji, menyelidiki.

e) Mengevaluasi: menilai, menyalahkan, mempertahankan, memutuskan, menyeleksi, mendukung, mengevaluasi.

f) Mencipta: menghubungkan, membangun, mengkreasikan, membuat rancangan, mengembangkan, merumuskan, mengarang.

2) Bidang Afektif

(44)

3) Bidang Psikomotorik

Tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (dalam Rifa‟i dan Anni, 2009: 89) adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

Dari berbagai pengertian di atas peneliti dapat disimpulkan bahwa dari kegiatan belajar, siswa akan menghasilkan perubahan perilaku, baik perubahan secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya, tergantung apa yang dipelajari-nya dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, hasil belajar bidang kognitif diukur dengan soal tes pada akhir pembelajaran. Sementara hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik termuat dalam lembar pengamatan aktivitas siswa yang akan diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut uraiannya:

[image:44.595.114.512.596.752.2]

1) Ranah Kognitif

Tabel 2.1

Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam Penelitian

No Indikator Hasil belajar Tingkat

Kognitif

Siklus/ pert

1 Menjelaskan pengertian batuan C2 I /1

2 Menganalisis jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya

C4 3 Menyimpulkan darimana batuan berasal C5 4 Mengklasifikasikan berbagai gambar batuan

berdasarkan jenisnya

C3 5 Menentukan manfaat berbagai batuan C3 6 Menyebutkan kembali contoh teknologi pemanfaatan

batuan

(45)

No Indikator Hasil Belajar Tingkat Kognitif

Siklus/ pert 1 Menetapkan sifat atau ciri berbagai batuan C4 I /2 2 Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya berbagai

batuan

C2 3 Menyimpulkan penyebab perbedaan sifat batuan

karena mineral yang dikandungnya

C5 4 Memberikan contoh teknologi pemanfaatan batuan

berdasarkan sifatnya

C2 5 Membuat bagan pengelompokan batuan berdasarkan

jenisnya

C4 1 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan fisika

C5 II/1 2 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan kimiawi

C5 3 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan biologi

C5 4 Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perbedaan

kecepatan proses pelapukan secara fisika

C2 1 Membedakan bahan pembentuk tanah suatu tempat

dengan tempat yang lainnya

C2 II/2 2 Mengurutkan bahan pembentuk tanah dari yang

paling dasar

C3 3 Membuat bagan urutan bahan pembentuk tanah dari

yang paling dasar

C4 4 Menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah C5 5 Mengidentifikasi ciri setiap lapisan tanah C1 1 Mengurutkan kecepatan daya resap air dari berbagai

jenis tanah

C3 III/1 2 Menghubungkan kecepatan daya resap air dengan

tingkat kesuburan tanah

C6 3 Menetapkan sifat jenis-jenis tanah C4 4 Menjelaskan contoh pemanfaatan berbagai jenis tanah

dalam kehidupan sehari-hari

C2

1 menganalisis proses terjadinya bumi C4 III/2 2 menjelaskan mengapa bumi berbentuk bola bulat

yang tersusun atas batuan

C2 3 melaporkan keadaan masing-masing lapisan bumi C2

(46)

2) Ranah afektif

Misalnya: memperhatikan tayangan audiovisual (receiving), aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru (responding), mahir bekerjasama dalam kelompok (internalisasi nilai).

3) Ranah psikomotorik

Misalnya: mahir mencari informasi dari buku (gerakan kompleks), terbiasa tampil di depan kelas dengan adanya presentasi kelompok (penyesuaian). 2.1.2.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains

2.1.2.1.Pengertian IPA

(47)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli sains mengenai pengertian IPA, maka peneliti dapat simpulkan bahwa yang dimaksud IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang benar dan merupakan penerjemahan dari peristiwa-peristiwa alam dengan metode saintifik, teratur dan sistematik sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan hasil. Pada dasarnya setiap individu berhak mempelajari dan menemukan hal-hal baru mengenai alam, namun pengetahuan hasil pemikiran kita tidak begitu saja dapat menjadi sebuah ilmu, melainkan membutuhkan berbagai kriteria dan validasi dari orang lain agar dapat diterima oleh masyarakat luas.

2.1.2.2.Hakekat IPA

Hakekat IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/ perilaku/ karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia (Mariana dan Praginda 2009:6).

Menurut Bundu ( 2006:11) IPA secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Cain & Evans (https://hafis muaddab.wordpress.com//) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

(48)

2.1.2.2.1. IPA sebagai Proses

Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjut-nya, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen. Berikut ini adalah proses IPA yang akan dilakukan dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual, diantaranya adalah: mengamati permukaan batuan yang ditumbuhi lumut, mengklasifikasikan gambar batuan berdasarkan jenisnya, merumuskan hipotesis tentang darimanakah batuan berasal melalui pengamatan gambar siklus batuan, menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah, melakukan percobaan perlakuan suhu pada batuan untuk membuktikan pelapukan batuan secara fisika, dan lain-lain.

2.1.2.2.2. IPA sebagai Produk Ilmiah

IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Sains.

1) Fakta Sains

(49)

2) Konsep Sains

Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta Sains yang saling berhubungan. Contoh materi berupa konsep dalam penelitian ini misalnya pengertian pelapukan biologi, fisika, dan kimia.

3) Prinsip Sains

Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling keterhubungan sejumlah fakta.

4) Hukum Sains

Hukum Sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

5) Teori Sains

Teori Sains merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam (Iskandar 2001:4).

2.1.2.2.3. IPA sebagai Sikap Ilmiah

(50)

diri (self criticism); (7) sikap bertanggung jawab (responsibility); (8) sikap berfikir bebas (independence in thinking); (9) sikap kedisiplinan diri (self discipline). Berikut adalah beberapa contoh sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada siswa dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual, yaitu sikap bertanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok, sikap ingin tahu tampak ketika siswa mengamati bahan pembentuk tanah, sikap kerja keras tampak ketika siswa mengamati dan mendiskusikan gambar siklus batuan untuk dapat menyimpulkan darimana batuan berasal, dan lain-lain.

2.1.2.2.4. IPA sebagai Teknologi

Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan keterkaitan antara hakikat Sains dan teknologi menurut Mariana dan Praginda (2009:8) :

Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA

(51)

adalah contoh teknologi yang akan disampaikan dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual: (1) batu apung sebagai pondasi bangunan bersifat ringan dan tahan suhu panas, (2) batu granit untuk batu hias/ dekorasi; (3) budidaya dan komoditi ekspor salah satu bahan pembentuk tanah yaitu cacing untuk menyuburkan pertanian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA mengandung keempat komponen tersebut. Maka dalam pendidikan IPA di sekolah-sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat komponen tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Apabila tidak, maka mengajarnya dikatakan belum lengkap.

2.1.2.3.Pembelajaran IPA di SD

Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/ MI alinea 3 diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (BSNP 2006:143). Selain itu pembelajaran IPA yang benar haruslah mencakup keempat komponen hakikat IPA, yaitu proses, produk, teknologi dan sikap ilmiah. Dengan pembelajaran yang mencakup keempat komponen tersebut, maka pembelajaran menjadi lengkap dan optimal.

(52)

praktikum/ percobaan tentang hakikat IPA; (3) IPA pada sekolah dasar seharus-nya: mendorong dan merangsang terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan penggunaan keterampilan proses IPA, mengetahui pola dasar penguasaan IPA, merangsang tumbuhnya sikap berpikir kritis dan rasional.

Selain itu pembelajaran IPA di SD harus menggunakan keterampilan proses IPA. Menurut Semiawan (dalam Aisyah 2007:6.3) pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Ia juga mengemukakan alasan yang melandasi perlunya penerapan keterampilan proses, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini maka tidaklah mungkin seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada siswanya dan jika dipaksakan akibatnya siswa mungkin memiliki banyak penge-tahuan namun tidak dilatih untuk menemukan pengepenge-tahuan melalui berbagai keterampilan (dalam Nasution 2007:1.8).

(53)
[image:53.595.138.485.152.356.2]

Tabel 2.2

Keterampilan-keterampilan Proses Keterampilan dasar (basic

skills)

Keterampilan terintegrasi (integrate skills) 1) Mengobservasi 1) Memformulasi hipotesis

menamai variabel

2) Mengklasifkasi 2) Membuat definisi operasional 3) Memprediksi 3) Melakukan eksperimen

menginterpre tasikan data

4) Mengukur 4) Melakukan penyelidikan

5) Mengkomunikasikan 6) Menginferensi

7) Mengenal hubungan ruang dan waktu

8) Mengenal hubungan-hubungan angka

Sumber : Nasution 2007: 1.3-2.3

Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, keterampilan proses yang akan digunakan adalah keterampilan tingkat dasar dan keterampilan terintegrasi, diantaranya yaitu :

1) Keterampilan observasi tampak ketika siswa mengamati bahan-bahan pem-bentuk tanah.

2) Keterampilan klasifikasi tampak ketika siswa mengklasifikasi gambar ber-bagai batuan berdasarkan jenisnya.

3) Keterampilan mengukur tampak ketika siswa membandingkan volume air hasil resapan dari berbagai jenis tanah.

4) Keterampilan komunikasi tampak ketika siswa mengkomunikasikan urutan bahan-bahan pembentuk tanah dalam bentuk bagan.

(54)

6) Keterampilan memformulasi hipotesis, tampak ketika siswa mendiskusikan dugaan jawaban tentang darimanakah batuan berasal.

7) Keterampilan melakukan eksperimen tampak ketika siswa melakukan percobaan pelapukan batuan secara fisika dengan perlakuan suhu pada batuan.

Pembelajaran sains juga harus diterapi model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah model inkuiri. Pembelajaran sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti: (1) perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5) penarikan kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara ittu sintaks dari model inkuiri menurut Hamruni (2012: 95), yaitu : (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3) mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6) merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA, yaitu adanya metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran IPA cocok diterapi model inkuiri.

(55)

kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media audio-visual.

Tujuan pembelajaran IPA yang dikehendaki dalam KTSP IPA SD akan dapat dicapai dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum IPA sekolah dasar, pembelajaran yang disarankan dalam KTSP, menerapkan keterampilan proses, mencakup semua komponen hakikat IPA, serta diterapi model pembelajar-an inovatif yaitu model inkuiri berbpembelajar-antukpembelajar-an media audiovisual. Dengpembelajar-an pem-belajaran IPA yang demikian, maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. 2.1.3.Penerapan Model Inkuiri

2.1.3.1.Pengertian Model Inkuiri

Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman untuk membelajarkan siswanya pada proses penyelidikan dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa (Joyce and Weil 1996:193). Inquiry merupakan perluasan dari discovery, artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi

tingkatan-nya. Misalnya, merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya (Hamdani 2011:185).

Menurut Joyce dan Weil (1996:187), the essence of the model is to involve students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of

investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem

within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming

(56)

dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Pengajaran berdasarkan inkuiri (inquiry-based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik 2009:63). Selanjutnya inkuiri menurut Andersen dan Koutnik (1972:4) inquiry, as defined in this document, is a set of activities directed towards solving an open number of related problems in which the student has as

his principal focus a productive enterprise leading to increased understanding

and application. Maksudnya, inkuiri adalah sekumpulan aktivitas yang

mengarah-kan pada pemecahan masalah secara terbuka, berpusat pada siswa dengan kegiatan yang produktif untuk mengembangkan pemahaman dan aplikasi.

2.1.3.2. Kelebihan Model Inkuiri

(57)

bakat atau kecakapan individu; (7) dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2.1.3.3. Manfaat dan Tujuan Model Inkuiri

Manfaat model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42) reported that inquiry training resulted in increased understanding of science,

greater productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing

information. ”Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi”.

Menurut Joyce dan Weil (1996:194) the general goal of inquiry training is to help sutudents develop the intellectual discipline and skills necessary to raise

questions and search out answers stemming from their curiosity. ”Artinya,

pembelajaran inkuiri bertujuan membantu siswa mengembangkan kedisiplinan intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

2.1.3.4. Sintaks Model Inkuiri

Sintaks model inkuiri menurut Hamruni (2012:95), yaitu : 1) Orientasi

2) Merumuskan masalah 3) Mengajukan hipotesis 4) Mengumpulkan data 5) Menguji hipotesis

(58)

2.1.3.5.Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri

Langkah-langkah yang perlu diikuti dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut (Hamruni 2012:95):

1) Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: (1) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan; (2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan dan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah; (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memotivasi siswa

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya: (1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa; (2) masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti; (3) konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Proses mencari jawaban sangatlah penting dalam inkuiri, karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir (Jauhar 2012:67).

3) Mengajukan hipotesis

(59)

Perkiraan tetap harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat logis dan rasional.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data membutuh-kan ketekunan dan kemampuan siswa menggunamembutuh-kan potensi berpikirnya. Peran guru adalah mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data/ informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam tahap ini adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang dberikan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

Peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.

(60)

perhatian; (4) kondisi yang bebas dari tekanan (Roestiyah 2008:79). Jadi, dengan penerapan model inkuiri guru diharuskan memfasilitasi siswa berbagai sumber belajar sehingga siswa dapat belajar sambil bekerja dan memaknai pengetahuan-nya secara bermakna sehingga pembelajaran multiarah. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.1.3.6. Strategi Pembelajaran yang Mendukung Model Inkuiri

Strategi pembelajaran yang mendukung model inkuiri adalah strategi pembelajaran kooperatif. Dalam bukunya “Educational Psychology Theory and Practice” Slavin (1994:287) mendefinisikan pengertian pembelajaran kooperatif

yaitu cooperative learning refers to instructional methods in which students work together in small groups to help each other learn. Maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok. Menurut Hamruni (2012: 119) strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik (Jauhar 2012:52).

Kara

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 1.1
tabel di bawah ini :
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Pelaksanaan Penyitaan Aset Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Natar Lampung Selatan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu : (1) Pendataan

Untuk dapat lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil kepada Negara serta mewujudkan keadilan dalam memberikan penghargaannya, maka Peraturan

Angka tersebut mempunyai arti bahwa sebesar 18,80% variabilitas niat pembelian ulang konsumen Cafe Shisha Corner yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel kualitas

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi yang

Meningkatkan Motivasi Balajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Index Card Match Di kelas IV SD Negeri 064972 Medan Amplas

This study is conducted to answer two research problems namely 1) What are women language features express by the female students in Micro Teaching Class? and 2) What types of

ANALISIS PERMINTAAN EEWAN QURSAN DAN USAEA PETDPNAKANNYA DT KOTA

TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR BOYOLALI..