BENTUK PERTUNJUKAN KESENIAN LINTAU PADA
MASYARAKAT DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SANDRA JULIANA SAMOSIR NIM 2103140045
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
SANDRA JULIANA SAMOSIR, NIM 2103140045 Bentuk Seni Pertunjukan Kesenian Lintau Pada Masyarakat Deli Serdang. Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah Kesenian Lintau dan Bentuk pertunjukkan Kesenian Lintau pada masyarakat Deli Serdang.
Landasan teoritis yang di gunakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan topik pembahasan, seperti teori bentuk, pengertian sejarah, serta kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat di dalamnya.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, memberikan gambaran, uraian, keterangan tentang suatu keadaan yang sedang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, dokumentasi, pengumpulan data dan wawancara. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seniman dan pemain Lintau, masyarakat yang mengetahui tentang kesenian Lintau.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian Lintau merupakan seni bela diri, berdasarkan sejarah bahwa Silat Lintau dibawa oleh Syekh Batu Mandi, dari Minangkabau khususnya di desa Lintau Kabupaten Tanah Datar. Silat (silek) lintau adalah suatu teknik atau seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat yang telah diwariskan sejak turun-temurun. Kemudian menyebar melalui pedagang hingga ke tanah Melayu, Silat Lintau digunakan sebagai bela diri oleh masyarakat dan disebarkan pada orang-orang yang berada di Kesultanan Serdang. Seiring perkembangan, dulunya Silat Lintau dipertunjukkan hanya di istana oleh orang-orang tertentu, di karenakan adanya tahapan-tahapan sebelum dan sesudah mempelajari. Saat ini Silat Lintau tidak mengutamakan tahapan tersebut, dan sudah menjadi pertunjukkan rakyat yang lebih dikenal orang dengan Kesenian Lintau. Bentuk pertunjukan Kesenian Lintau terdiri dari ragam-ragam gerak yang terdiri dari hormat pembuka posisi duduk, jurus terdiri atas 4 (empat) jenis pukulan dan elak, 4 (empat) jenis pukulan, yaitu bermula dari tumbuk, simbor, tetak, dan cucuk. Selanjutnya langkah satu papan dan terakhir hormat penutup.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Bentuk Pertunjukan Kesenian Lintau pada Masyarakat Deli Serdang”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Tari Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. Shalawat
dan salam dipersembahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW sebagai
pembawa rahmat bagi alam semesta.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapan terimakasih yang sedalam-dalam nya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Nurwani, S.S.T., M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Tari Jurusan
Sendratasik dan juga selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
5. Yusnizar Heniwati, S.S.T., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing skripsi I.
6. Martozet, S.Sn., M.A, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberi banyak ilmu
iii
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Abdi Sabar Samosir dan Ibunda Yetty
Tobing yang telah memberikan segenap kasih saying serta dukungan penuh
kepada penulis serta doa yang selalu menyertai sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi ini dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Medan.
9. Keluarga tersayang Fauzia Nora Samosir, S.pd., Syawaluddin, Boyke, Erik,
Kurniawan dan Faisal Doli yang telah memberi doa dan semangat bagi penulis
untuk dapat dengan segera menyelesaikan Skripsi ini.
10. Sahabat tersayang Hasvara Dhiba Inanta Lubis, Harrini Maelini Mubarrak
Lubis, Jelita Chayang, Lusiana Rusadi yang telah membantu dan
memberikan semangat kepada penulis.
11. Tengku M. Muhar Omtatok MBA, M.Si, selaku narasumber I. O.K SUEB
selaku narasumber II dan O.K RIZAL selaku narasumber III.
Disadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kelemahan baik isi maupun
tatabahasa, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi sempurnanya Skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Medan, Maret 2015 Penulis
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KOSEPTUAL ... 9
A. Landasan Teoritis ... 9
A. Gambaran Umum Masyarakat Deli Serdang ... 20
B. Kesenian Lintau ... 26
C. Sejarah Kesenian Lintau ... 33
a. Gerak Deskripsi Ragam Gerak Kesenian Lintau ... 35
b. Musik ... 44
c. Busana ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka Konseptual ... 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka Konseptual ... 12
DAFTAR FOTO
Foto 4.1 Hormat Pembuka ... 37
Foto 4.2 Tumbuk ... 37
Foto 4.3 Simbor ... 38
Foto 4.4 Tetak ... 38
Foto 4.5 Cucuk ... 38
Foto 4.6 Elakan Untuk Tumbuk ... 39
Foto 4.7 Elakan Untuk Simbor ... 39
Foto 4.8 Elakan Untuk Tetak ... 39
Foto 4.9 Elakan Untuk Cucuk ... 39
Foto 4.10 Hormat Pembuka Berdiri ... 41
Foto 4.11 Langkah Satu Papan Dalam Gerak ... 41
Foto 4.12 Mundur Selangkah Dengan Tangkisan ... 41
Foto 4.13 Langkah Mundur Dan Persiapan Serangan Balik ... 42
Foto 4.14 Langkah Maju Bersiap Menangkap ... 42
Foto 4.15 Langkah Satu Bersiap Menyerang ... 42
Foto 4.16 Serangan Balik Dengan Langkah Maju ... 43
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia yang
penduduknya terdiri dari berbagai etnis, seperti Batak Toba, Batak Simalungun,
Karo, Nias, Mandailing, Melayu dan lain-lain. Ada juga etnis pendatang di
antaranya Jawa, Aceh, Padang (Minangkabau). Setiap etnis memiliki ciri
tersendiri, baik dari adat istiadatnya, kesenian, maupun latar belakang yang
membentuknya. Keragaman ciri tersebut tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu
mengembangkan kebudayaan masing-masing tanpa merubah ciri khas dari budaya
itu sendiri.
Kebudayaan merupakan perwujudan dari hasil pemikiran manusia yang di
aplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Begitu
banyaknya suku budaya yang tersebar di seluruh nusantara memiliki warisan
kebudayaan yang berbeda-beda, itu menyimbolkan sebagai pencerminan karakter
atau ciri khas dari masing-masing manusia yang ada pada tiap suku budaya. Di
dalam kebudayaan mencakup begitu banyak aspek-aspek kehidupan baik dari segi
nilai-nilai dalam kehidupan, hukum adat, bahasa, organisasi sosial, kesenian dan
lain sebagainya
Koentjaraningrat (1925 : 25) menyatakan “kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapat dengan cara belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk nyata atau wujud dari kebudayaan yang merupakan kompleks ide-ide, gagasan serta hasil karya manusia adalah kesenian”.
Kalimat terakhir dari pendapat Koentjoraningrat diatas menyatakan
perwujudan yang kompleks dari suatu kebudayaan adalah kesenian. Semua suku
budaya di dunia pastilah memiliki berbagai bentuk kesenian sesuai dengan ciri
khas budayanya masing-masing. Begitu juga dengan kesenian yang ada di
kawasan Sumatera Timur.
Kawasan Sumatera Timur sebenarnya juga mencakup wilayah-wilayah
yang dihuni Suku Melayu di pantai Timur Pulau Sumatera (Kerajaan Tamiang,
Kesultanan Siak, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Indragiri, dan Kesultanan
Riau-Lingga). Sumatera Timur, sebuah daerah yang dihuni oleh mayoritas Suku
Melayu, berdampingan dengan serumpun lainnya seperti Minangkabau, Aceh,
Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, dan pendatang berbagai
bangsa seperti Tionghoa, Arab, dan Tamil. Menurut para tetuah adat setempat
(wawancara dengan narasumber II, O.K SUEB : 12 Desember 2014), awalnya
daerah Sumatera Timur merupakan wilayah "jajahan" dari Kesultanan Aceh dan
Kesultanan Siak. Wilayah ini terdiri dari beberapa monarki Melayu, yaitu
Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan
Asahan. Pada abad ke 18, wilayah ini merdeka dari Aceh maupun Siak, dan para
penguasa monarki-monarki tersebut berhak bergelar "sultan".
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Kabupaten Deli
Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk
Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan, dan
Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 Km dari Kota Medan menuju
dari 25 Kabupaten atau Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang
memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan
daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Suku melayu
merupakan suku terbesar yang mendiami kabupaten Deli Serdang, suku melayu
sama halnya dengan suku yang lainnya yang ada diseluruh pelosok Indonesia,
memiliki suatu kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebagai
identitas masyarakat tersebut.
Suku Melayu mempunyai banyak tradisi kebudayaan dan merupakan salah
satu warisan untuk suku asli di Indonesia. Tradisi yang sudah menjadi bagian dari
adat istiadat dan kesenian daerah ini di antaranya adalah kesenian Lintau. Lintau
merupakan salah satu seni yang sudah berkembang dari zaman kerajaan-kerajaan,
sebelum masa kolonial penjajahan Belanda. Lintau merupakan seni olah batin
dengan perpaduan unsur seni serta teknik membela diri, digunakan sebagai
pertahanan diri yang didalamnya terdapat muatan seni dan budaya masyarakat
dimana Lintau itu lahir dan berkembang. Perkembangan kesenian Lintau terus
berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya dimasyarakat dan
mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi perkembangan seni budaya
masyarakat suatu daerah.
Munculnya kesenian Lintau di Sumatera Timur khususnya Deli Serdang
diperkirakan pada abad ke 18 dimana penyebarannya tidak terlepas dari adanya
proses perpindahan penduduk dari satu kota ke kota lain atau disebut juga dengan
urbanisasi. Masyarakat Minangkabau telah melakukan perpindahan ke tempat lain
termasuk kesenian Lintau. Di tempat yang baru mereka membuat perkumpulan
untuk tetap menjaga dan menjalin silaturahmi diantara mereka termasuk dengan
penduduk setempat. Kesenian Lintau tidak hanya di pertunjukkan pada
masyarakat Minangkabau saja karena perkumpulan yang telah mereka buat,
mereka juga melaksanakan berbagai kegiatan seperti di daerahnya, dan Lintau
menjadi salah satu bentuk kesenian yang dipertunjukkan dan dipertahankan
keberadaannya.
Provinsi Sumatera Barat, yang dikenal dengan ranah Minangkabau
merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya dan menjadi identitas
dari daerah ini. Keanekaragaman budaya yang mereka miliki tertuang dan menjadi
media dalam berbagai kegiatan adat maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya
hiburan dan pertunjukkan. Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh
masyarakat Minangkabau, juga menjadi pedoman dalam mencipatakan
bentuk-bentuk kesenian.
Kesenian awalnya muncul di Surau, kesenian di daerah Sumatera Barat
muncul dari kebiasaan masyarakat tersebut dalam mengisi kekosongan waktu
dengan kegiatan-kegiatan kesenian. Kebiasaan masyarakat tersebut yang menjadi
sebuah kesenian digunakan dalam acara-acara atau kegiatan masyarakat yang
berfungsi menjadi hiburan. Bentuk-bentuk kesenian ini menjadi ungkapan kaum
pria, karena setiap anak laki-laki yang sudah dewasa biasanya tidur di Surau. Di
surau, mereka tidak hanya diajarkan ilmu keagamaan, tetapi juga diajarkan ilmu
bela diri yang disebut juga dengan silek (silat) yang menjadi modal dalam
maupun di luar daerah mereka (merantau). Kebiasaan masyarakat Minangkabau
pergi merantau untuk mencari kepentingan diri dan keluarga, karena dengan
merantau mereka bisa memenuhi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat Lintau dan merupakan dasar dalam terciptanya bentuk-bentuk
kesenian, salah satunya adalah kesenian lintau. Lintau merupakan sebuah
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Masyarakat Lintau yang
merantau selain bertujuan untuk pergi berdagang mereka juga mengembangkan
budaya dan kesenian. Kesenian tersebut adalah seni tari, seni musik, seni rupa dan
salah satunya adalah silat Lintau dimana sudah cukup berkembang di daerah
Sumatera Timur.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, peneliti penulis untuk mengkaji
Kesenian Lintau. Sehingga peneliti mengangkat Kesenian Lintau yang dimiliki
masyarakat Deli Serdang sebagai satu topik penelitian dengan judul “Bentuk
pertunjukkan kesenian Lintau pada masyarakat Deli Serdang”.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian merupakan hal yang sangat
penting.Hal ini disebabkan karena dalam identifikasi masalah, penulis dapat
menemukan hal-hal atau pertanyaan yang ada dalam masa penelitian.Identifikasi
masalah didapatkan dari latar belakang penelitian. Adanya identifikasi masalah,
berarti upaya penulis untuk mendekatkan permasalahan sehingga masalahan yang
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi menjadi beberapa hal, di antaranya
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah kesenian Lintau di Deli Serdang ?
2. Bagaimana bentuk kesenian Lintau pada masyarakat Deli Serdang ?
3. Apakah kesenian Lintau hanya dipertunjukkan untuk masyarakat
Minangkabau saja ?
4. Bagaimanakah tanggapan masyarakat Minangkabau tentang Kesenian
Lintau yang berkembang di Deli Serdang ?
C.Pembatasan masalah
Seperti yang telah diungkapkan dalam identifikasi masalah di atas, ada
beberapa masalah yang diuraikan pada identifikasi masalah. Penulis membatasi
beberapa masalah tersebut menjadi satu titik fokus permasalahan yaitu mengenai :
1. Bagaimana sejarah kesenian Lintau di Deli Serdang ?
2. Bagaimana bentuk kesenian Lintau pada masyarakat Deli Serdang
D.Rumusan Masalah
Melihat uraian dan penjabaran dari latar belakang di atas maka akan
muncul berbagai macam masalah dan pertanyaan-pertanyaan. Maka agar
penelitian ini lebih terarah, lebih fokus dan tidak terlalu melebar maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini mengenai “Bagaimana bentuk
E.Tujuan Penelitian
Dari penjelasan di atas, penulis memiliki beberapa tujuan dalam penelitian
ini, dimana tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk memperjelas tentang
catatan hasil yang akan di capai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi
Arikunto (1978:69) yang menyatakan “Penelitian adalah rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”. Pada
dasarnya penelitian ini berusaha menggali suatu bentuk kesenian yang ada pada
masyarakat Deli Serdang. Penelitian ini difokuskan pada kesenian Lintau yang
menggambarkan seni dalam gerak. Penelitian ini merupakan langkah untuk
merealisasikan, melestarikan serta menyebarluaskan kesenian tradisional sehingga
perlu dikaji keberadaan kesenian ini dalam seni budaya daerah. Didorong
keinginan untuk menerapkan pengetahuan diperoleh semasa kuliah. Keberhasilan
suatu penelitian dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan penelitian yang
telah ditetapkan. Sehingga penulis memiliki beberapa tujuan dalam penelitian
yang akan diperjelas pada pembahasannya. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan sejarah kesenian Lintau pada masyarakat Deli Serdang?
2. Mendeskripsikan bentuk pertunjukkan kesenian Lintau pada masyarakat
Deli Serdang?
F. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian sudah tentu hasilnya akan bermanfaat. Hal ini di
yang terjadi selama masa penelitian. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan segala komponen masyarakat baik instansi yang
bersangkutan, lembaga kesenian maupun praktisi kesenian. Setelah penelitian ini
dilaksanakan, diharapkan peneliti dapat memberi beberapa manfaat penelitian
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai kesenian Lintau.
2. Sebagai sumber informasi dan bahan motivasi bagi setiap pembaca
mengenai kesenian, khususnya kesenian dibidang tradisional.
3. Sebagai motivasi agar lebih membangkitkan rasa cinta akan tradisi dan adat
istiadat yang dimiliki serta turut andil dalam menjaga dan melestarikannya.
4. Sebagai sumber informasi semua pihak tentang suatu potensi kesenian.
5. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti-peneliti
49 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap kesenian
Lintau yang hingga saat ini masih berkembang di Deli Serdang dapat diambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A.Kesimpulan
Dari beberapa penelitian yang telah diteliti dan dijabarkan dari latar
belakang sampai dengan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan dari
keseluruhan penelitian kesenian Lintau pada bentuk pertunjukkan pada
masyarakat Deli Serdang.
Kesimpulan tersebut menjelaskan bahwa :
1. Lintau adalah kesenian beladiri yang berasal dari desa Lintau, Kecamatan di
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
2. Lintau merupakan seni olah batin dengan perpaduan unsur seni serta teknik
membela diri, digunakan sebagai pertahanan diri yang didalamnya terdapat
muatan seni dan budaya masyarakat dimana Lintau itu lahir dan
berkembang.
3. Lintau telah beralih fungsi, yang pada mulanya kesenian Lintau berkembang
di Sumatera Timur sebagai pertunjukan di istana untuk penyambutan tamu
kerajaan yang hendak bersilahturahmi. Tetapi sekarang kesenian tersebut
50
4. Bentuk kesenian Lintau di Deli Serdang tidak jauh berbedaannya dengan
daerah asal yaitu Sumatera Barat. Hanya saja terdapat perbedaan pada
pemilahan gerak.
B.SARAN
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka dapat memberikan
beberapa saran yaitu :
1. Perkembangan masa yang setiap waktu akan terus maju dan berkembang,
seni tradisi harus tetap dipertahankan nilai tradisinya walau sekalipun seni
tradisi tersebut bukan berasal dari suku sendiri.
2. Dikarenakan pada saat penelitian, sedikitnya para generasi muda yang
mempelajari kesenian ini. Kepada generasi muda diharapkan untuk dapat
mempelajari lebih dalam lagi kesenian-kesenian lokal mau pun luar.
3. Agar kesenian lintau dapat dikembangkan, diperlukan upaya
pengembangan yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah dan
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1928. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Renika Cipta.
Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Aziz, Alimut Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanandan Teknik Analisis Data. Surabaya Salemba Media.
Buhan, 2003 .Analisis Data Penelitan Kualitatif (pemahaman Filosofisdan Metodologis kearah penguasaa model aplikasi). PT. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Kairuna , 2012. Keberadaan dan Bentuk Penyajian Randai Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan.Skripsi.Medan :Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat, 1925.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Irwan, Syainul. 2008. Tari Melayu Sumatera Timur, Kajian Terhadap Perubahan Fungi Dan Bentuk Pertunjukan. Tesis. Medan. Universitas Negeri Medan.
Langer, Suzanne K, 1988. Problematika Seni Alih Bahasa. Terjemahan F. X Widaryanto. Bandung :Akademi Seni Tari Indonesia.
Muhammad, Ali, 1978. Penelitian Pendidikan Ilmiah dan Metode Teknik.Tarsiro : Bandung.
Pranoto W, Suhartono, 2006. Teoridan Metodologi Sejarah. PT. GrahaIlmu : Yogyakarta.
Surachman. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung :Tarsito.
Wiratha I Made, 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian. Skripsi dan Tesis, C. V Andi Off Set : Yogyakarta.
51
DAFTAR ACUAN INTERNET http://wikipedia.org/wiki/Deli Serdang