• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PERTUNJUKAN TARI ZAPIN ELANG PADA MASYARAKAT MELAYU LABUHAN DELI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PERTUNJUKAN TARI ZAPIN ELANG PADA MASYARAKAT MELAYU LABUHAN DELI."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PERTUNJUKAN TARI ZAPIN ELANG PADA

MASYARAKAT MELAYU LABUHAN DELI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

KIKI RAMADANI

NIM 2103140023

PROGRAM STUDI SENI TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini diajukan oleh: Kiki Ramadani, NIM 2103140023 Jurusan Sendratasik

Program Studi Pendidikan Tari Strata Satu Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Panitia Ujian

Medan, Agustus 2015 Ketua,

Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. NIP 19641207 199103 2 002

Sekretaris

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul Skripsi ini adalah “Bentuk

Pertunjukan Tari Zapin Elang Pada Masyarakat Melayu Labuhan Deli”.

Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk meraih Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari. Tiada kata yang dapat diungkapkan untuk menyampaikan rasa terima kasih. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

 Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

 Uyuni Widiastuti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

 Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Prodi Seni Tari yang telah memberikan banyak informasi dan masukan kepada penulis.

 Yusnizar Heniwati, S.S.T, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis pada proses penelitian.

 Irwansyah, S.Sn, M.Sn, selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam proses penelitian.

 Dra. Rr RHD Nugrahaningsih, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan, masukan dan banyak pengalaman kepada penulis selama perkuliahan sekaligus sahabat bagi penulis.

 Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu.

 Teristimewa kepada orang tua penulis Ayahanda Rahman yang menjadi inspirator dan Ibunda Suminah yang selalu mendoakan dan berjuang untuk penulis serta Atik, Heri, Kak Upik, dan Suhar yang memberikan semangat kepada penulis.

 Kepada Muhammad Fhadly, Nuriana Sari Sihaloho, Reysita Damanik, dan Novia Marissa, Andri Pranata, Suriya Setiawan, Indra Wahyudi, Arifin Syahputra, Putri Sinal Sally, Abror, Wardah yang selalu mendukung penulis dan juga kepada seluruh Stambuk 2010.

(7)

Penulis berterima kasih kepada semuanya yang mungkin juga tidak dapat disebutkan semoga selalu berada dalam lindungan Tuhan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini ataupun penelitian ini masih banyak kekurangan, selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

Penulis,

Kiki Ramadani

(8)

ABSTRAK

Kiki Ramadani, NIM 2103140023, Bentuk Pertunjukan Tari Zapin Elang Pada Masyarakat Melayu Labuhan Deli. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2015

Tari Zapin Elang merupakan tarian yang berasal dari suku Melayu yang mendiami daerah Labuhan Deli. Tariannya memiliki ciri khas pada gerak sambar elang dan kepak elang. Tujuan penelitian yaitu membahas tentang bentuk tari Zapin Elang yang dilihat dari elemen-elemen tari dan etika berdasarkan tari Zapin Melayu.

Teori-teori yang digunakan berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori bentuk, teori etika, pengertian tari, dan pengertian Zapin.

Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang tari Zapin Elang pada masyarakat Labuhan Deli dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada pertengahan bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Populasi pada penelitian adalah masyarakat Labuhan Deli yang mengetahui tari Zapin Elang, seniman-seniman dan penari-penari, sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi, yaitu seniman dan empat penari yang mengerti tentang tari Zapin Elang. Tekhnik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bentuk tari Zapin Elang dilihat dari elemen tari seperti tema (nondramatik tetomistis), gerak (tahsyim, isi, tahtum), iringan musik (marwas, gambus, akordion), tata rias dan busana (rias natural, pakaian teluk belanga, kain samping, tengkuluk), tempat (panggung arena), waktu (sesudah Is’ya), pola lantai (lurus, memutar, berkeliling) dan struktur gerak yang merupakan bagian dari tahapan gerak tahsyim, isi, tahtum). Berdasarkan etika dalam tari Zapin ditemukan sopan santun yang tercermin melalui tata rias dan busana, tempat pertunjukan, iringan musik, dan tertib yang tercermin melalui gerak, pola lantai, waktu dan struktur.

(9)

DAFTAR ISI

(10)

2. Letak Geografis Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan dan Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan

Pekan Labuhan ... 35

3. Mata Pencaharian ... 37

B. Suku Melayu ... 37

1. Upacara Dalam Suku Melayu ... 39

2. Kesenian Dalam Suku Melayu... 40

C. Sejarah Masuknya Zapin Melayu Labuhan ... 40

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan Ragam Gerak Tari Zapin Elang ... 49

Tabel 4.2 Iringan Musik Tari Zapin Elang Pada Lagu Pound Ringgit Kepala Raja ... 62

Tabel 4.3 Iringan Alat Musik Tari Zapin Elang ... 65

Tabel 4.4 Busana Tari Zapin Elang ... 78

Tabel 4.5 Struktur Tari Zapin Elang ... 79

(12)

DAFTAR FOTO

1. Foto 1 Peta Sumatera Utara ... 33 2. Foto 2 Peta Kotamadya Kecamatan Medan Labuhan Dan Kecamatan

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medan merupakan kota metropolitan di provinsi Sumatera Utara yang didalamnya terdiri dari 21 Kecamatan. Salah satu diantaranya adalah Kecamatan Labuhan Deli merupakan mayoritas penduduk aslinya sebagian besar bersuku Melayu. Melayu merupakan suku yang sangat kental dengan unsur-unsur aturan Islami. Segala tindakan dan perilaku tidak terlepas dari kaidah-kaidah Islami, hal ini sesuai degan pernyataan Judith A. Nagata dalam Tuanku Luckman Sinar Basarsah-II (2007:02) “A Malay = one who is a Muslim, who habitually speaks Malay, who practice Malay adat, and who fullfils certain residence requirement

(Seorang Melayu ialah seorang Islam yang sehari-hari berbahasa Melayu, yang melaksanakan adat Melayu dan yang memenuhi syarat-syarat setempat tertentu”.

(14)

Menurut Goldsworthy (2008:358) : Tari–tarian Melayu Sumatera Timur didasarkan kepada adat–istiadat dan dibatasi oleh pantangan adat”. Begitu juga dengan Tari Zapin1

. Menurut Muhammad Takari (2008:152) : “Tari Zapin yang menjadi salah satu tari tradisi

Melayu yang sangat populer dari dulu hingga saat ini, merupakan tarian yang berasal dari Bangsa Arab. Memiliki ciri khas pada gerak kaki, tarian ini juga mengandung unsur agama Islam dilihat dari konsep koreografi berdasarkan etika dalam tarian”. Tradisi suku Melayu

sangat menjaga aturan, norma, dan kaidah yang berhubungan dengan ajaran Islam.

Dari segi sejarah, dapat diketahui bahwa Zapin ini masuk ke dunia Melayu selaras dengan datangnya agama Islam ke kawasan ini, yaitu dibawa oleh orang-orang Arab dari Hadhramaut (Republik Yaman sekarang). Beberapa pakar ada yang menyatakan masuk pada abad ke-13 M, namun ada pula yang menyatakan masuk pada abad ke-19 M. Namun kapan pastinya zapin masuk ke kawasan ini semua pakar seni dan sejarah mengakui bahwa zapin Melayu berasal dari Hadhramaut (Yaman). Zapin merupakan tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh besar dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair-syair lagu Zapin yang didendangkan2.i

Tari Zapin berkembang di semua daerah yang didiami oleh suku Melayu di Labuhan Deli. Di Labuhan sendiri terdapat kesenian Zapin yang iihidup dan berkembangiiididaerah Labuhan Deli. Zapin Labuhan adalah salah satu genre Zapin yang terdapat di Sumatera Utara. Disebut Zapin Labuhan karena Zapin ini hanya berkembang didaerah Labuhan dan sekitarnya. Labuhan sendiri adalah salah satu bandar atau pelabuhan masuk yang ketika itu

1Zapin adalah genre tarian yang berasal dari daerah Arab dengan mengutamakan pola-pola gerak kaki

sebagai pola yang dominan pada bentuk tarian

2Untuk lebih dalam tentang syair-syair sebagai media lihat dalam Muhammad Takari Bin Jilin Syahrial

(15)

menjadi teritorial wilayah Kesultanan Deli. Istana Sultan Deli yang pertama justru di Labuhan, sebelum kemudian pindah ke Medan mendirikan istana Maimoon pada tahun 1888. Pada masa perpindahan pusat kerajaan dari Labuhan ke kota Medan tidak membawa serta bentuk-bentuk kesenian tradisional seperti Zapin Lancang Kuning, Zapin Anak Ayam, Zapin Elang, Zapin Pecah Tiga, Zapin Gergaji, Zapin Zig-Zag, Zapin Selendang dan Zapin

“Z”. Hal ini dikarenakan adanya peranan politik yang menyebabkan bentuk-bentuk kesenian

tradisional tersebut ditinggalkan. Salah satu peranan politiknya yaitu perdagangan tembakau Labuhan yang dipindahkan ke Medan karena pada masa itu Medan merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring (nama daerah dari kesultanan Deli sekarang menjadi Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan) dan lain-lain untuk berdagang dan “bertaruh” (tempat mencari kehidupan baru mengadu nasib untuk mencari

nafkah).

Peranan politik dalam jalur perdagangan pada masa itu sangat terkenal di Labuhan tepatnya di Belawan sebagai pusat pelabuhan orang-orang yang berlayar dari semenanjung Malaka. Pedagang dan Kerajaan Labuhan memanfaatkan jalur perdagangan ini dipindahkan ke Medan mengingat Medan salah satu ladang besar yaitu tempat berkumpulnya orang-orang dari daerah lain dan mulai meninggalkan bentuk-bentuk kesenian termasuk Zapin Labuhan.

(16)

Zapin Labuhan memiliki komunitas-komunitas tersendiri yang disebut dengan komunitas Zapin Labuhan. Komunitas Zapin Labuhan ketika itu menghuni kampung yang besar. Sebuah daerah yang tidak jauh dari Labuhan. Kampung yang besar kemudian dikenal dengan nama “Kampung besar”. Dikampung besar inilah komunitas-komuntas kesenian

Zapin mulanya tumbuh dan berkembang. Dari kampong besar ini kemudian tari Zapin Labuhan diperkenalkan ke Rengas Pulau, Sungai Mati, Martubung, Kota Bangun, Belawan dan lain-lain. Sementara itu komunitas Zapin tidak berpindah ke wilayah istana kesultanan Deli dari Labuhan ke kota Medan dan tetap berada di Labuhan sampai sekarang33. Itu sebabnya Zapin asli tidak pernah ada ditengah kota Medan, melainkan di Labuhan sabagai tempat masuk dan berkembangnya kesenian ini yang dipengaruhi oleh bangsa Arab.

iv

Labuhan adalah salah satu kecamatan di kota Medan yang sekarang ini menjadi bahan kajian oleh penelitian ini terdapat beberapa serangkaian tari Zapin seperti yang telah diungkapkan. Serangkaian tari Zapin tersebut berkembang pada masa pemerintahan Tuanku Panglima Gandar Wahid pada abad ke-18 M yang merupakan raja Deli ke-V, namun tidak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan serangkaian tari tersebut. Setelah itu pada tahun 1970 seniman Melayu di daerah Labuhan Deli mencoba untuk memperkenalkan beberapa tari Zapin termasuk tari Zapin Elang kepada masyarakat luas dengan mengikuti perlombaan-perlombaan dan mengadakan pertunjukan tari Zapin Labuhan sebagai salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Labuhan Deli. Namun pada saat sekarang ini eksistensi tari Zapin Elang diwilayah kerajaan Deli semakin menurun dan jarang ditampilkan pada acara-acara yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik masyarakat Labuhan sendiri,

3

(17)

masyarakat Melayu lainnya, maupun dalam program pemerintah provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kota Medan4.4

Tari Zapin Elang menggambarkan tentang kegagahan dan kelincahan ketika menari

Melayu dengan diibaratkan sebagai burung Elang yang kuat, gagah, lincah dan tangguh. Prinsip burung elang dijadikan sebagai nama Zapin tradisi Melayu Labuhan mengisyaratkan bahwa pola edar yang menyerupai burung Elang berkelok- kelok kesamping kanan dan kiri, memutar, menyambar, sikapnya yang tenang dan santai mengudara namun seketika berubah kecepatan dan ketepatan burung elang ketika menerkam mangsa dengan cengkraman kukunya yang kuat dan tajam, berkeliling dan begitu seterusnya tanpa henti seakan burung elang yang sedang terbang mencari mangsa dan berkeliling sambil mengepakkan sayapnya sebagai tanda kegagahan dan kelincahan.

Sama seperti Zapin pada umumnya, Zapin Elang ditarikan oleh kaum laki-laki, yaitu penari yang sudah dianggap mampu menarikan tarian ini. Dianggap mampu dikarenakan tarian ini dibawakan dengan energik (energik ketika menari dengan posisi penari yang membentuk pola lantai memutar, berkeliling, berkeliling dengan gerakan langkah biasa dan double step yang ditunjang dengan daya tahan tubuh penari ketika menari Zapin Elang).

Penari harus memahami kondisi tubuh ketika menari, karena tarian ini memerlukan gerakan kaki sebagai tumpuan dasar dalam bergerak, dan biasanya tarian ini ditarikan oleh pemuda yang masih aktif, lincah, dan gagah. Pada umumnya tarian ini ditarikan oleh dua penari laki-laki ataupun kelipatannya seperti 4, 8, dan 16. Tari Zapin Elang memiliki keunikan dari jenis Zapin lainnya yang bisa dilihat dari pola lantainya. Pola lantai yang selalu bergerak berpindah tempat, berkeliling, memutar, berselisih, dan saling menjauh membuat tari Zapin Elang begitu menguras tenaga. Pondasi utama menari Zapin Elang ini yaitu gerakan kaki

langkah biasa dan gerakan kaki double step.

(18)

Zapin Elang terdiri dari gerak yang sederhana tetapi masih dalam konsep gerak

Melayu seperti yang diungkapkan oleh Mubin Sheppard (1972:82) : “Konsep tentang tari

dalam kebudayaan Melayu diwakili oleh empat kata yang memiliki arti bernuansa seperti tandak, igal, liok dan tari. Perbedaan maknanya ditentukan oleh dua faktor yaitu penekanan

gerak yang dilakukan anggota tubuh penari dan tekhniknya”. Gerak tari Zapin Labuhan

memiliki ciri khas yang membedakan antara tari Zapin pada umumnya dengan tari Zapin Elang yaitu pada gerak sambar elang namun tetap memiliki arti nuansa gerak seperti yang telah disebutkan. Selain gerak sambar elang, gerak khas Zapin Elang lainnya ialah gerak kepak elang yang terletak dibagian inti tarian ini. Konsep gerak tari Zapin Elang sama

dengan konsep gerak tari Zapin lainnya yaitu memiliki gerak salam pembuka, inti dan penutup.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa tari Zapin Elang sempat ditarikan oleh penari yang berasal dari Labuhan bernama wak Mathir atau dikenal dengan sebutan wak Kadek dan beliau merupakan penari dari Zapin Elang pada tahun 1967, namun bukti-bukti berupa dokumentasi pada saat itu tidak ditemukan mengingat tarian ini hanya bersifat hiburan dikalangan masyarakat Labuhan Deli. Keberadaan tari Zapin Elang pada saat ini sudah jarang ditemukan lagi, hanya masyarakat pada zaman dahulu yang mengetahui keberadaan tari tradisi Zapin Elang dan menyaksikan pertunjukan tari pada zaman kerajaan Deli sehingga penulis tertarik untuk mengangkat kembali tari tradisi Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan.

Dilihat dari busana yang dipakai sama seperti pakaian Melayu pada umumnya berupa pakaian teluk belanga, kain songket dan peci. Saat sekarang ini peci bisa digantikan dengan topi Melayu yang disebut dengan tengkuluk dengan tidak mengurangi estetika tari Zapin Elang. Iringan musiknya dapat berupa Gambus, Marwas dan pada zaman dahulu berupa

(19)

pertunjukan tari Zapin Elang pada saat ini maka digunakanlah alat musik Akordion sebagai pengganti oudh.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba meneliti tentang bentuk tari Zapin Elang yang telah diangkat kembali oleh seniman Labuhan sesuai dengan kebutuhan

seni pada saat ini. Tanpa mengurangi makna yang sebenarnya dan juga pola lantai yang menjadi ciri khas tari Zapin Elang yaitu membentuk edar berkeliling, memutar, dan menyambar sehingga terkesan gagah, dan lincah oleh sebab itu, dari uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengangkatnya dengan judul “Bentuk Pertunjukan Tari Zapin Elang

Pada Masyarakat Melayu Labuhan Deli

B. Identifikasi Masalah

Penulis membuat identifikasi masalah dengan sangat terperinci agar penulis dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan ketika melakukan penelitian dilapangan. Berdasarkan permasalahan yang telah diketahui, kemudian penulis mengidentifikasi masalah atas apa-apa saja yang akan diteliti terutama tentang keberadaan tari Zapin Elang.

Dari uraian latarbelakang diatas, maka permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli? 2. Bagaimana fungsi tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli?

3. Bagaimana bentuk pertunjukkan tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli?

(20)

C.Pembatasan Masalah

Surakhman (1982 : 32) menyatakan bahwa :

“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas, tidak pernah dapat dipakai sebuah masalah penyelidikan, oleh karena tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalahnya. Sebab itu masalah perlu pula memenuhi syarat dalam perumusan yang terbatas, pembatasan ini perlu dilakukan bukan saja untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya, tenaga, waktu, ongkos, dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu”.

Mengingat ruang lingkup permasalahan bisa menjadi luas, maka penulis memandang perlu untuk membuat batasan masalah terhadap materi penelitian yang akan dilakukan agar pembahasan tidak melebar dan dapat mencapai sasarannya. Berdasarkan penelitian diatas dan dengan memandang sangat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik itu dana, waktu, serta kemampuan teoritis, maka penulis melakukan pembatasan masalah. Dengan demikian dari identifikasi permasalahan yang ada maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk pertunjukan tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli?

2. Bagaimana etika tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli? D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, maka untuk lebih memfokuskan dan memutuskan masalah yang akan diteliti, maka masalah harus dirumuskan. Dalam menentukan rumusan masalh penulis berpedoman terhadap pendapat Maryaeni (2005:14) mengatakan bahwa “Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap”.

(21)

mencakup beberapa elemen tari yaitu tema, gerak, iringan musik, tata rias dan busana, tempat, waktu, pola lantai, dan struktur. Selanjutnya dari bentuk penyajian tari Zapin Elang akan dibahas etika tari Zapin Elang yang dikelompokan kedalam sopan santun, dan tertib. Melalui batasan masalah yang akan dirumuskan, diharapkan penelitian dapat mengemukakan informasi-informasi yang akurat.

E. Tujuan Penelitian

Hendra Mahayana (1999:165) menyatakan bahwa : “Tujuan penelitian merupakan

sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian, ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan”. Sesuai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membuat tujuan

penelitian seorang peneliti harus mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan penelitian harus benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Perbedaannya hanya bila rumusan masalah harus ditulis dalam bentuk pernyataan. Dari perumusan masalah yang ada sehingga penulis memiliki tujuan yang harus dicapai dalam penelitian yaitu:

1. Mendeskripsikan bentuk tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli. 2. Memaparkan etika tari Zapin Elang pada masyarakat Melayu Labuhan Deli.

F. Manfaat Penelitian

Penulis selalu memiliki hasil yang bermanfaat atau berguna, terutama untuk pengembangan ilmu, baik bagi penulis maupun lembaga, instansi tertentu, ataupun orang lain. Sesuai dengan penjelasan diatas dan setelah penelitian ini dirangkumkan, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

2. Sebagai tambahan knowladge untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kesenian masyarakat Melayu Labuhan Deli (tari Zapin Elang).

3. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat Melayu Labuhan Deli agar tidak melupakan kesenian khususnya dalam tari Zapin Elang.

4. Membangkitkan keinginan masyarakat untuk melestarikan budaya, khususnya pada masyarakat Melayu Labuhan.

5. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, lembaga pendidikan formal dan juga masyarakat luas.

6. Sebagai tambahan literatur tentang kebudayaan khususnya bagi masyarakat Melayu Labuhan Deli.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bentuk adalah sesuatu yang dapat dilihat oleh seseorang. Didalam tari terdapat bentuk penyajian yang didalamnya mengandung elemen-elemen tari seperti tema, gerak, iringan musik, tata rias dan busana, tempat atau pentas, waktu pertunjukan dan juga pola lantai yang selanjutnya dijadikan sebagai pertunjukan. Maka jelas dari penjelasan diatas bahwa bentuk penyajian tari yang selanjutnya dijadikan sebagai pertunjukan didepan penonton berupa seni tari sebagai sebuah penyajian karya seni pada saat dipentaskan. Banyak hal yang dicatat dan diperoleh dari kegiatan menulis dan mendata tentang tari-tari yang ada di daerah Labuhan, salah satunya adalah Zapin Elang.

Kesimpulan dimulai dari keterangan yang menjelaskan bahwa :

1. Tari Zapin Elang adalah salah satu tarian dan warisan budaya Melayu yang berasal dari daerah Labuhan Deli yang saat sekarang ini dibagi menjadi dua wilayah yaitu Labuhan Deli dan Pekan Labuhan.

(24)

3. bentuk penyajian, tahapan gerak Zapin Elang, dan Etika tari Zapin Elang dengan berdasarkan konsep tari pada kesenian Melayu.

4. Bentuk pertunjukan tari Zapin Elang dapat dilihat dari penyajian tari yang didalamnya membahas tentang tema, gerak, iringan musik, tata rias dan busana, tempat berupa pentas, waktu pertunjukan, pola lantai, dan tahapan-tahapan gerak pada tari Zapin Elang yang didalamnya membahas tentang tahsyim, gerak alif, inti, dan tahtum. Dalam bentuk pertunjukan tari Zapin Elang membahas tentang pertunjukan tempat dan waktu yang sedikit berbeda.

5. Etika tari Zapin Elang dapat dilihat dari sopan santun, dan tertib dan sehingga didalam tari Zapin Elang bukan hanya mengupas tari secara teksnya saja namun juga mengikat kedalam kontekstual pada tari Zapin yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang harus diikuti.

B. Saran

Berdasarkan beberapa keimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata agar lebih memberikan perhatian kepada kesenian tradisional khususnya kesenin Melayu yang ada di beberapa daerah seperti Labuhan Deli dan Pekan Labuhan.

(25)

3. Kepada generasi selanjutnya agara dapat lebih menggali tentang kesenian tradisional Melayu karena masih banyak bentuk kesenian terutama tarian yang menjadi bukti kejayaan kerajaan Deli pada masa lampau yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. 4. Diharapkan kepada koreografer-koreografer untuk bisa mengangkat kembali bentuk tari

Zapin Elang yang hampir punah ini menjadi suatu produk seni yang lebih menarik tanpa

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anggita, Indaria. (2011). “Tari Persembahan Melayu (Makan Sirih): Kajian Nilai

Etika dan Estetika Pada Tiga Sanggar di Taman Budaya” (skripsi).

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rieneke Cipta

Dja’far, Fadlin Muhammad, 2014. Ronggeng dan Serampang Dua Belas Dalam

Kajian Ilmu-Ilmu Seni, Medan : USU Press

Dr. Fx. Maudji Sutrisno SJ dan Prof. Dr. Christ Verhaak SJ, 1993, “Estetika

Filsafat Keindahan”, Yogyakarta : Kanisius

Ghouse, Mohammad Nasaruddin, 1994, “Tarian Melayu” . Kuala Lumpur : Lot 1037

Halida, Dea, 2014. “ Tari Dulang Pada Masyarakat Melayu di Kecamatan

Stabat, Kabupaten Langkat Kajian Terhadap Bentuk”. Universitas Negeri Medan : Skripsi

Hamid, Ismail, 1991. “Masyarakat Dan Budaya Melayu”, Kuala Lumpur : Lot 1037

Irwan, Syainul. (2008). “Tari Melayu Sumatera Timur, Kajian Terhadap

Perubahan Fungsi dan Bentuk Pertunjukan” (tesis). Medan : Universitas Negeri Medan

Luckman, Tuanku Sinar Basyarsyah II, SH. Alhaj, 2005, “Adat Budaya Melayu

Jati Diri Dan Kepribadian”, Medan : FORKALA

___________________________________ 2007, “Bangun Dan Runtuhnya

(27)

Nasution H Irwan, dkk, 2002. Metodologi Peneltian, IAIN Sumatera Utara: Medan.

Nurwani SST M.Hum, 2014. “Bahan Ajar Pengetahuan Seni Tari”, Medan : Unimed Press

Pangestu, Indah Yuni, Ediwar dan Martion. (2013). “Estetika Tari Zapin Sebagai Sumber Penciptaan Karya Kaki-Kaki”. Padangpanjang : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni

Pidada, Riza Utari Ayu, 2014. Karakteristik Tari Melayu Pada Masyarakat Melayu Dikota Medan. Universitas Negeri Medan. Skripsi.

RHD. Nugrahaningsih dan Yusnizar Heniwaty, 2012. Tari Identitas dan Resistensi, Medan : Universitas Negeri Medan

Robert C. Solomon dan Drs. R. Andre Karo-Karo, 1987, “Etika Suatu

Pengantar”, Jakarta : Erlangga

Saadah, 2013, “Estetika dan Etika Tari Guel Pada Masyarakat Gayo Kabupaten

Aceh Tengah”, Universitas Negeri Medan : Skripsi

Sugiono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Soedarsono, 1986, “Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari”. Yogyakarta : Laligo Syahbilal S.Pd, (2010). “Zapin Labuhan Zapin Asli Kota Medan”. Medan :

Artikel

Takari Muhammad, Heristina, 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara,USPress: Medan.

Tanjung, H. Bahdin Nur, 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Wardianta, FX. 2007, Antropologi Tari, Bandung : Sunan Ambu Press Eleanor Y. Sumandiyo Hadi, 2012, Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi), Yogyakarta : Cipta

Gambar

Tabel 4.1 Susunan Ragam Gerak Tari Zapin Elang  ....................................

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur tingkat kesesuaian model regresi yang digunakan adalah dengan melihat R Square (R 2 ) hasil permodelan dengan harga pendekatan R 2 adalah skala

Pengembangan kemampuan peternak dalam memanajemen pemeliharaan sapi perah dan mengolah susu pasteurisasi serta permen susu sangat diperlukan untuk menghasilkan susu sapi

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan natrium bisulfit pada pembuatan tepung kentang dengan pengeringan sinar matahari dan oven terhadap kadar air, rendemen, dan

Jumlah total BAL pada minuman soygurt tidak setinggi yogurt susu sapi pada umumnya, tetapi produk minuman soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau memiliki manfaat tambahan

Problem Based Learning Case Studies Socratic Questions Lecturing Group Discussion Presentation OHP LCD Infocus. 3 x 50’ Smith & Skousen

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkah dan hidayahnya serta rahmat-NYA sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem

demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan ekologis dalam pengelolaan sumberdaya hayati perairan dan kegiatan pemantauan

Bagi anak yang berusia 6-15 tahun, sebenarnya berhak untuk mengenyam pendidikan.Namun tidak bagi anak jalanan, karena faktor ekonomi keluarga, mereka