• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM TARI MOYO (TARI ELANG) PADA MASYARAKAT NIAS DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM TARI MOYO (TARI ELANG) PADA MASYARAKAT NIAS DI KOTA MEDAN."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM TARI MOYO (TARI ELANG)

PADA MASYARAKAT NIAS

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dinyatakan Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ARVIKA TARI

NIM. 2123140006

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Arvika Tari, 2123140006. Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tari Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias Di Kota Medan. Skripsi. Medan. Fakultas Bahasa dan SeniUniversitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nilai

pendidikan sosial yang terdapat didalam Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori bentuk penyajian dari Hermin Kusumawati, teori nilai pendidikan sosial dari Edward Purba dan Yusnadi.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Nias yang berurbanisasi ke Kota Medan. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah satu orang seniman tradisional Nias dari sanggar Furai, satu orang penyanyi, dan 4 (empat) orang penari Tari Moyo (Tari Elang). Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, dokumentasi berupa video dan foto-foto serta melakukan wawancara.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Tari Moyo (Tari Elang)adalah tari penyambutan yang dibawakan oleh gadis-gadis Nias untuk menyambut para tamu dalam acara pernikahan. Tari Moyo (Tari Elang) yang berkembang di Kota Medan memiliki fungsi hiburan yang bersifat komersial atau sebagai tari pertunjukan karena tari ini sering ditampilkan untuk acara pernikahan. Bentuk Tari Moyo (Tari Elang) yang ada di Kota Medan terdapat 10 ragam gerak yaitu gerak kepak sayap (mamologo afi), gerak berhadapan (fatahő), gerak berselisih (Faonda), lingkaran (sieligő), berhadapan (fatahő) kembali, berselisih (Faonda), berkomunikasi (fahuhuo), menjemput (famaondragő), lingkaran (sieligő), lalu kembali (mangawei). Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam Tari Moyo (Tari Elang)yaitu rasa kebersamaan yang terdapat pada ragam gerak mamologo afi,faonda, dan sieligő. Rasa ikut memiliki terdapat dalam gerak famaondragő. Rasa tanggung jawab terlihat dalam gerak sieligődan famaondragő. Kekompakan dilihat dari mamologo afi. Serta rasa keterikatan dan rasa sayang terlihat dalam gerak fahuhu.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Nilai Pendidikan Sosial Dalam

Tari Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias Di Kota Medan.

Terwujudnya proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :.

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik Universitas Negeri

Medan.

4. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si, Ketua Prodi Pendidikan Tari Universitas Negeri

Medan

5. Drs. Inggit Prasetyawan, M.Sn, Pembimbing I

6. Dr. Nurwani, S.S.T.,M.Hum, Pembimbing II

7. Dra. Tuti Rahayu, M.Si, Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji

8. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd Dosen Penguji

9. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Tari Universitas Negeri

Medan yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu

(8)

10. Khusus untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Sari Amsyah dan Ibunda

Suharnim, saudara Muhammad Arie Arvansyah.

11. Famaigi Z. Manao, Pendiri Sanggar Furai yang telah banyak membantu

penulis.

12. Muhammad Abror Harahap, SE yang senantiasa membantu penulis dalam

persiapan pemberkasan.

13. Untuk sahabat-sahabat serta orang tersayang penulis, Rindika Milzar

Miraza, Immanensia Tambun, Dini Wutsqa Amalia, Gesti Riwanda, Sylvia

Purnama Sari serta Muhammad Agung Aditya yang banyak membantu,

serta memberikan motivasi bagi penulis serta rekan-rekan mahasiswa

Pendidikan Tari 2012.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan

di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Medan, September 2016 Penulis,

(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11

A. Landasan Teoritis ... 11

1. Teori Bentuk... 12

2. Nilai Pendidikan Sosial ... 12

B. Kerangka Konseptual ... 15

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. MetodePenelitian ... 18

(10)

v

1. Lokasi Penelitian ... 19

2. Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Observasi dan Pengamatan ... 21

2. Wawancara ... 21

3. Dokumentasi ... 22

4. Studi Kepustakaan ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 25

A. Masyarakat Nias di Kota Medan ... 25

1. Suku Nias di Kota Medan ... 27

2. Karakteristik Masyarakat Niasdi Kota Medan ... 28

B. Tari Moyo (Tari Elang)... 30

1. Isi Cerita ... 30

2. Bentuk Penyajian Tari Moyo (Tari Elang) ... 34

a. Ragam Gerak Tari Moyo (Tari Elang) ... 35

b. Pola Lantai ... 42

c. Iringan atau Musik dalam Tari Moyo (Tari Elang) ... 45

d. Tata Rias dan Busana... 46

(11)

vi

f. Pentas atau Tempat Pertunjukan ... 51

3. Nilai Pendidikan Sosial dalam Tari Moyo (Tari Elang) ... 52

a. Menumbuhkan Rasa Kebersamaan ... 52

b. Rasa Ikut Memiliki ... 58

c. Rasa Tanggung Jawab ... 61

d. Kekompakan ... 65

e. Rasa Keterikatan dan Rasa Sayang ... 68

BAB V : PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

DAFTAR ACUAN INTERNET ... 78

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 16

Gambar 4.1. Peta Kota Medan ... 25

Gambar 4.2. Tata Rias dan Busana Tari Moyo (Tari Elang) ... 50

Gambar 4.3. Ragam Gerak mengepakkan sayap (mamologo afi)... ... 53

Gambar 4.4. . Ragam Gerak Berselisih (Faonda)...54

Gambar 4.5. Gerakan Membentuk Pola Lingkaran (sieligő)...54

Gambar 4.6. Ragam Gerak Berinteraksi (fahuhuo) ... 58

Gambar 4.7. Ragam Gerak Menjemput (famaondragő) ... 61

Gambar 4.8. Ragam Gerak Lingkaran (sieligő) ... 62

Gambar 4.9. Ragam Gerak Kepak Sayap (mamologi afi)... 65

Gambar 4.10. Ragam Gerak Berinteraksi (fahuhuo) ... 68

Gambar 4.11. Ragam Gerak Berinteraksi (fahuhuo) ... 69

Gambar 4.12. Penulis Dengan Narasumber ... 81

Gambar 4.13. Penulis Saat Melakukan Wawancara Dengan Narasumber...81

Gambar 4.14. Penulis Bersama Dengan Penari Moyo... 82

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Ragam Gerak Tari Moyo (Tari Elang) ... 35

Tabel 4.2. Pola Lantai Tari Moyo (Tari Elang) ... 42

Tabel 4.3. Syair Tari Moyo (Tari Elang) ... 46

Tabel 4.4. Tata Busana Tari Moyo (Tari Elang) ... 47

Tabel 4.5. Rasa Kebersamaan ... 56

Tabel 4.6. Rasa Ikut Memiliki ... 60

Tabel 4.7. Rasa Tanggung Jawab ... 64

Tabel 4.8. Kekompakan ... 67

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis

yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga,

Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

berbeda-beda dan memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut menunjukkan identitas

atau karakter dari setiap sub etnis itu sendiri. Dari sekian banyaknya suku yang

terdapat pada masyarakat penduduk Sumatera Utara, saya tertarik meneliti adat

suku Nias dimana Nias mempunyai berbagai seni tari contohnya Tari Moyo (Tari

Elang), Tari Maena Fangowai, Tari Perang dan lain sebagainya dengan bentuk

dan nilai-nilai yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

“Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di

sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku

Nias (Ono Niha) yang memiliki budaya megalitik1.” Di Pulau Nias terkenal

dengan lompat batunya karena memang Nias merupakan daearah yang masih

kental dengan budaya megalitik nenek moyangnya yang masih banyak

peninggalan-peninggalan atau ornamen-ornamen batu yang masih bisa dijumpai

di Pulau Nias itu sendiri. Pulau Nias merupakan wilayah yang terbagi atas Nias

Selatan, Nias Utara, dan Nias Tengah.

1

(15)

2

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dengan adat kebudayaan yang

memiliki hukum-hukum adat yang masih berlaku. Seperti dikutip dari sumber

m.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias yang menyatakan bahwa:

“Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka sebagai Ono Niha (ono artinya anak atau keturunan dan niha artinya manusia) dan pulau Nias sebagai Tanő Niha (tanő artinya tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi2.”

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja

bersama cukup lama sehingga dapat mengatur diri mereka, dan menganggap

kumpulan mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan secara jelas3. Masyarakat Nias dikenal dengan masyarakat yang

hidup dalam adat istiadat yang memiliki banyak kebudayaan dengan suatu

kesatuan sosial.

Seiring dengan zaman yang terus berkembang masyarakat Nias banyak

yang telah merantau ke kota Medan dengan alasan yang kebanyakan karena

faktor ekonomi. Banyaknya lapangan pekerjaan yang memadai di kota Medan

membuat masyarakat Nias memilih untuk berurbanisasi ke kota Medan. Setelah

mereka berurbanisasi, masyarakat Nias juga banyak yang hidup berkelompok

dengan masyarakat Nias yang lainnya yang memiliki tempat tinggal atau

lingkungan yang berdekatan atau masih satu lingkungan.

Dalam pergaulan masyarakat Nias itu sendiri mereka banyak membuat

suatu komunitas atau organisasi sosial agar tali persaudaraan tetap terjalin. Dalam

2

id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias diakses tangga 3 Mei 2016 3

(16)

3

kegiatan di lembaga atau komunitas tersebut termasuklah di dalamnya

kegiatan-kegiatan kesenian. Salah satu lembaga kesenian Nias yang ada di kota Medan ini

ialah sanggar Furai yang terdapat di Kampung Nias pada Kelurahan Rengas

Pulau Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.

Kegiatan kesenian yang ada di sanggar ini adalah seni tari. Seni tari ini

bertujuan untuk melestarikan dan mempertahankan budaya yang mereka miliki

kemudian memperkenalkannya kepada masyarakat kota Medan ini. Tarian yang

ada di dalam masyarakat Nias contohnya Tari Moyo (Tari Elang), Tari Maena

Fangowai, Tari Perang dan masih banyak lagi. Salah satu tarian yang akan

diteliti yaitu tentang Tari Moyo (Tari Elang).

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Famaigi selaku narasumber (pada

tanggal 14 Juli 2016), beliau mengatakan bahwa Tari Moyo (Tari Elang)

Berdasarkan wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Famaigi Z.

Manao (pada tanggal 14 Juli 2016), beliau menyatakan bahwa dahulu, Tari Moyo

(Tari Elang) ini ditampilkan dengan gerak-gerak yang sederhana dan dengan

4

(17)

4

musik yang sederhana pula tetapi seiring perkembangan zaman, Tari Moyo (Tari

Elang) ini juga mengalami perkembangan dari segi musik serta bentuk tarinya.

Keberadaan tarian ini di kota Medan sampai sekarang masih sering ditampilkan,

baik di dalam acara pernikahan masyarakat Nias maupun acara pemerintahan dan

acara budaya yang mengikutsertakan adat Nias di dalamnya.

Walaupun terdapat banyak perubahan serta perbedaan antara bentuk Tari

Moyo (Tari Elang) yang terdapat di Nias dengan yang ada di Medan, tetapi tidak

merubah nilai-nilai pendidikan sosial didalam Tari Moyo (Tari Elang) tersebut.

Hanya saja di kota Medan ini sendiri, Tari Moyo (Tari Elang) ini lebih bersifat

komersial atau lebih bersifat sebagai tari pertunjukan karena lebih sering

dipertunjukkan di setiap acara pernikahan, maupun acara budaya seperti yang

diadakan di Pekan Raya Sumatera Utara pada setiap tahun misalnya, ataupun

acara pemerintahan yang lainnya.

Tari Moyo (Tari Elang) ini juga dulunya ditarikan sebagai tari upacara

penyambutan saat panglima telah kembali dari berperang. Tarian ini

melambangkan sukacita seorang ibu atas kepulangan anaknya dari peperangan.

Serta para penari lain menunjukkan rasa bahagianya juga dengan menari

bersama-sama menunjukkan rasa kebersamaan, dan sukacita bahwa kerabatnya

telah pulang dari peperangan dalam keadaan sehat. Tari Moyo (Tari Elang) ini

merupakan tarian yang sangat istimewa, oleh karena itu tarian ini dulunya

ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti penyambutan saat para panglima

(18)

5

dan ratu serta menyambut para tamu-tamu raja lalu ditampilkan lah tarian ini.

(wawancara dengan narasumber Bapak Famaigi, tanggal 20 april 2016).

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Famaigi selaku narasumber (pada

tanggal 14 Juli 2016), ia mengatakan bahwa tarian ini merupakan tarian yang

dibawakan oleh gadis-gadis Nias dengan gerakan menyerupai burung elang.

Filosofi burung elang sendiri dilihat dari cara burung elang terbang, yang

melambangkan kelembutan dan kehidupan burung elang yang melambangkan

ketegasan, dengan bekerja sama dalam mencari mangsa serta melindungi

keluarganya dari serangan musuh untuk mempertahankan hidupnya. Pesan dari

tarian ini adalah ajaran tentang gadis Nias yang memiliki tanggung jawab

terhadap keluarganya dan sesamanya. Seperti dikutip dari sumber:

Tari Moyo (Tari Elang) ini melambangkan keuletan dan semangat secara bersama dalam mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan lewat gerak mengepakkan sayap yang terus menerus secara lembut dan lemah gemulai tanpa mengenal lelah, menaklukkan sesuatu yang bermakna bagi sesamanya dan dirinya sendiri5.”

Tari Moyo (Tari Elang) merupakan tarian yang dibawakan oleh

gadis-gadis Nias, yang disajikan dalam bentuk gerakan tangan para penari yang terus

mengepakkan sayap. Gerakan tersebut terlihat seperti burung elang yang terbang

tanpa mengenal lelah dan mencerminkan keuletan dan kerja sama, serta gerakan

menghentakkan kaki dan dengan kaki yang berjinjit.

Gerakan dasar dalam tarian ini yaitu, gerakan layaknya elang mulai mau

terbang atau dalam bahasa nias disebut iborogo humombo, serta gerakan

layaknya elang terbang diangkasa atau dalam bahasa nias disebut humombo ba

5

(19)

6

dalu mbanua. Tarian ini juga diiringi oleh syair lagu yang dinyanyikan oleh

penyanyi Tari Moyo (Tari Elang) tersebut. Syairnya berisi nilai-nilai yang

mendukung dari setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari. Tari Moyo (Tari

Elang) biasanya ini juga menggunakan selendang yang dikaitkan di bahu penari

yang terlihat seperti sayap elang dalam setiap penampilan.

Tari Moyo (Tari Elang) ini juga memiliki arti kebersamaan, yang

tercermin dari bentuk penyajian tarinya. Tarian ini memperlihatkan

keserempakan gerak antara penari yang satu dengan penari yang lainnya.

Nilai-nilai sosial juga banyak terkandung dari setiap gerakan Tari Moyo (Tari Elang)

ini, yang terlihat dari pola maupun gerak-gerak interaksi antar penari.

Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik

untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung di dalam tari ini

untuk ditulis dalam bentuk skripsi. Maka dari itu penulis ingin mengangkat tarian

tersebut menjadi topik penelitian dengan judul “Nilai Pendidikan Sosial Dalam

Tari Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias di Kota Medan.”

B. Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang penelitian ini, maka penulis perlu membuat

identifikasi masalah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang luas

terhadap apa yang akan diteliti serta agar penelitian yang dilakukan menjadi

terarah dan cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi

masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:385) yang mengatakan

bahwa : “Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penelitian

(20)

7

melakukan observasi dan wawancara keberbagai sumber sehingga semua

permasalahan dapat teridentifikasi”.

Berdasarkan uraian yang tercatat dalam latar belakang maka menimbulkan

beberapa masalah yang perlu diidentifikasi. Maka peneliti mencakup identifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah Tari Moyo (Tari Elang) ?

2. Bagaimana keberadaan Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di

Kota Medan?

3. Bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota

Medan?

4. Bagaimana nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam Tari Moyo (Tari

Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan ?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan

waktu, dana dan kemampuan teoritis maka peneliti perlu mengadakan

pembatasan masalah untuk memudahkan penyelesaian masalah yang dihadapi

dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian, pembahasan

tidak meluas sehingga penelitian yang dilakukan lebih terarah. Sesuai dengan

pendapat Surakhmad (2000:31) yang menyatakan bahwa: “sebuah masalah yang

dirumuskan terlalu umum dan luas, tidak pernah dipakai sebagai masalah

(21)

8

Oleh sebab itu pembatasan masalah yang dilakukan terhadap penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di

Kota Medan?

2. Bagaimana nilai pendidikan sosial pada Tari Moyo (Tari Elang) dalam

masyarakat Nias di Kota Medan?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk menyatukan

secara tersurat, pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan

jalan keluar. Dalam menentukan msalah peneliti berpedoman pada pendapat

Maryaeni (2005:14) yang menjelaskan bahwa: “Rumusan masalah merupakan

jabatan detail fokus penelitian yang akan digarap, rumusan masalah menjadi

semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam

menentukan jabatan pertanyaan sabagaimana terpapar dalam rumusan masalah”.

Menurut pendapat diatas, sekaligus berdasarkan uraian latar belakang

masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tari

Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias di Kota Medan.”

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan. Tanpa tujuan yang jelas

(22)

9

ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan penelitian tidak lain untuk

mengetengahkan indikator–indikator apa yang hendak ditemukan dalam

penelitian terutama yang berkaitan dengan variabel–variabel penelitian. Untuk

melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan, dapat dilihat melalui tercapainya tujuan

yang diterapkan. Tujuan penelitian ini mengungkapkan sasaran hasil yang ingin

dicapai dalam penelitian, ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.

Menurut pendapat Syahrum (2011:95) menyatakan bahwa: “Tujuan

penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui dan didapatkan dari pertanyaan

penelitian yang harus dijawab oleh peneliti itu sendiri”. Maka tujuan yang

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang)

pada masyarakat Nias di Kota Medan.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai pendidikan sosial pada Tari

Moyo (Tari Elang) dalam masyarakat Nias di Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan

dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian

selanjutnya. Manfaat penelitian juga dapat bersifat keilmuan, dan dapat menjadi

referensi untuk membuat suatu galian yang lebih luas cakupannya.

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, segala sesuatu yang

dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga instansi tertentu

(23)

10

dan membangkitkan keinginan pada generasi muda. Hal ini sejalan dengan

pendapat Hariwijaya (2008:50) yang menyatakan bahwa: “Manfaat penelitian

adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, manfaat penelitian

mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu serta manfaat

dibidang praktik”.

Maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai Tari Moyo (Tari Elang).

2. Sebagai sumber informasi tertulis bagi setiap pembaca mengenai nilai-nilai

pendidikan pada Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota

Medan.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau

lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang

pendidikan tari.

4. Sebagai motivasi kepada masyarakat khususnya generasi muda masyarakat

Nias sebagai satu-satunya pewaris budaya bangsa untuk terus melestarikan

kesenian Nias khususnya pada Tari Moyo (Tari Elang).

5. Sebagai sarana untuk membangkitkan kembali pengetahuan masyarakat

(24)

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan berdasarkan uraian

yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai dengan pembahasan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dari keseluruhan hasil

penelitian terhadap Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan

adalah.

1.Tari Moyo (Tari Elang) berfungsi sebagai tari hiburan. Pada masyarakat

Nias sendiri tarian ini di zaman sekarang masih sering ditampilkan

disetiap acara adat Nias meliputi acara pernikahan, pesta rakyat bahkan

pesta adat yang lainnya. Tari ini ditampilkan sebagai tari hiburan dan

bisa juga dijadikan sebagai tari penyambutan.

2.Pada masyarakat di Kota Medan sendiri, Tari Moyo (Tari Elang) ini mulai

masuk ke Medan sudah sejak lama. Masyarakat Nias banyak yang

berurbanisasi ke kota Medan karena alasan melanjutkan pekerjaan,

melanjutkan sekolah atau hanya sekedar mengadu nasib. Dari situlah

kebudayaan Nias dikembangkan lewat pembentukan organisasi Nias atau

sanggar atau perkumpulan masyarakat Nias lainnya yang dibentuk dari

masyarakat Nias itu sendiri. Melewati itu pula mereka memperkenalkan

budaya dari masyarakat Nias seperti seni rupa, seni musik dan seni tari

(25)

73

3.Tari Moyo (Tari Elang) ini sendiri di Kota Medan memiliki fungsi hiburan

yaitu sebagai fungsi hiburan hanya saja Tari Moyo (Tari Elang) yang

berkembang di Kota Medan lebih bersifat komersial atau sebagai tari

pertunjukan karena tari ini sering ditampilkan apabila diundang oleh

instansi pemerintahan atau masyarakat Nias itu sendiri untuk acara

pernikahan, kematian maupun acara pemerintahan lainnya.

4. Bentuk penyajian Tari Moyo (Tari Elang) sesuai dengan teori Hermin

yang menyatakan bahwa dalam bentuk penyajiannya tari ditopang oleh

berbagai elemen yaitu: gerak tari, pola lantai, iringan, tata rias dan

busana, properti serta tempat pementasan maka Tari Moyo (Tari Elang)

inipun memiliki beberapa ragam gerak mulai dari gerak kepak sayap,

lingkaran, menghampiri, lalu berinteraksi atau bercengkrama, serta

memiliki pola lantai sesuai dengan ragam gerak tersebut, memiliki

iringan musik dan syair sebagai pengiring di setisp pertunjukan Tari

Moyo (Tari Elang), tari ini juga mengenakan pakaian adat Tari Moyo

(Tari Elang) yang memakai warna dominan kuning dan merah karena

warna tersebut merupakan warna dari ciri khas Nias, lalu tari ini juga

tidak memakai properti hanya saja terkadang disetiap penampilan Tari

Moyo (Tari Elang) menggunakan selendang yang dikaitkan di kedua

bahu penari dan yang terakhir adalah Tari Moyo (Tari Elang) ini dapat

dipertunjukkan dihalaman terbuka maupun gedung pertunjukan lainnya.

5.Tari Moyo (Tari Elang) juga memiliki nilai-nilai pendidikan sosial seperti

(26)

74

lingkaran, rasa ikut memiliki yang terlihat dari gerak menghampiri yang

terdapat pada penampilan tarian ini, nilai tanggung jawab juga terlihat

pada gerak menghampiri lalu penari bercengkrama dengan membentuk

lingkaran kecil, nilai kekompakan juga jelas terlihat pada gerak pertama

kali memasuki pentas yang terlihat seperti gerak kepakan sayap yang

dilakukan penari secara bersamaan, rasa keterikatan dan rasa sayang juga

terdapat pada gerak berinteraksi serta gerak menghampiri yang terdapat

pada tarian ini. Nilai-nilai pendidikan sosial ini seperti yang sudah tertera

di dalam karakter pada masyarakat Nias. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai

pendidikan sosial menurut Edward Purba dan Yusnadi yaitu melalui

dinamika kelompok dalam suatu komuniti merupakan motivasi untuk

berkembangnya suatu komuniti dan merupakan wadah atau sarana untuk

menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa ikut memiliki, rasa tanggung

jawab, kekompakan, rasa keterikatan dan rasa sayang kepada komuniti

atau sekolahnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis dapat

memberi beberapa saran, antara lain sebagai berikut :

1. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka peneliti berharap sangat

besar kepada masyarakat kota Medan yang berada di Kecamatan Medan

Marelan Kelurahan Rengas Pulau, agar tetap menjaga dan melestarikan

Tari Moyo (Tari Elang) ini, sehingga tidak begitu saja hilang karena

(27)

75

2. Diharapkan kepada Masyarakat Nias tetap melestarikan Tari Moyo (Tari

Elang) ini dan tetap menerapkan nilai-nilai pendidikan sosial yang

terkendung didalamnya.

3. Dengan penelitian ini juga sangat diharapkan agar Tari Moyo (Tari Elang)

tetap dipertunjukkan untuk disetiap acara yang melibatkan kebudayaan

masyarakat Nias serta tidak mengurangi makna yang terkandung dalam

(28)

76

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2014. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter.Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Agustina, Inna. 2015. Nilai Gotong Royong Dalam Tari Top Pade Di Lhokseumawe Aceh Utara. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

AR, Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-dasar pendidikan moral. Yogyakarta: Ombak.

Bangun, Christinawati. 2016. Bentuk Penyajian Dan Kontribusi Lagu Foe’re Sebagai Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda Desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Koreografi, Bentuk, Teknik, Isi. Yogyakarta: Cipta Media.

Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa University Press.

Langer, Suzane K. 1988. Problema Seni. Terjemahan F.X. Widaryanto. 2006. Bandung: STSI Press.

Hermin, Kusumawati. 1980. Makna Tari dalam Upacara di Indonesia. Jakarta: Pidato.

Melisa, Laurensia Dora. 2015. “Studi Komparatif tari Faluaya Di Nias Selatan Dengan Tari Faluaya Di Medan”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Purba, Edward dan Yusnadi. 2013. Filsafat Pendidikan. Medan: Unimed Press.

Royce, Anya Peterson. 1980. Antrhropology of Dance. Terjemahan F.X Widaryanto. 2007. Bandung: STSI Press.

Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana

(29)

77

Sembiring, Dermawan dkk.2015.Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan: Unimed Press.

Silaen, Marlina Uli. 2015. Pergeseran Fungsi Musik Gondra Pada Tari Moyo(Tari Elang)Masyarakat Nias Di Sanggar Tari Fanayama Simalingkar Medan. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Tafanaő, Agusman. 2012. Analisis Musik Vokal Pada Pertunjukan Maena Dalam

Pesta Adat Falőwa (Perkawinan) Masyarakat Nias Di Kota Medan. Skripsi.

(30)

78

Daftar Referensi Internet

id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Nias

id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias

https://lestarigowasa.wordpress.com/2014/11/27/tari-moyo/

www. id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan

www.batiknias.blogspot.co.id

http://kasminarif.blogspot.co.id/2012/12/arti-kebersamaan.html?m=1

http://kupasanmanajemenstrategi.blogspot.co.id/2014/03/pentingnya-rasa-memiliki-sense-of.html?m=1

https://herujulianto89.wordpress.com/2013/12/12/pengertian-dari-tanggung-jawab-yang-baik-antara-manusia/

Gambar

Tabel 4.1. Ragam Gerak Tari Moyo (Tari Elang)  .....................................  35

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk Tari Zapin Gergaji Labuhan pada masyarakat Melayu di Kecamatan Medan Marelan.. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang

Menemukan nilai Etika yang terkandung dalam Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.. Menemukan nilai Estetika yang terkandung dalam Tari Ratoeh

Penelitian ini merupakan kajian mengenai makna Tari Inai pada masyarakat Melayu Desa Pekan Labuhan Kota Medan.. Tari Inai ini menggambarkan rasa syukur terhadap

Untuk mengkaji fungsi Tari Tibet dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan, digunakan teori fungsionalisme dari disiplin ilmu budaya (antropologi budaya), khususnya

Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan.. Galombang adalah salah satu jenis kesenian perpaduan tari

―Analisis Pertunjukan Tari Piring pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau di Kota Medan‖ , Skripsi Etnomusikologi USU.. Seni

Sama halnya dengan fungsi utama tari ini didalam masyarakat yaitu disajikan untuk menghibur masyarakat seusai seharian bekerja dan sebagai hiburan ketika ada hajatan, selain

39 KESIMPULAN Tari Elang sudah diciptakan oleh pemerhati seni pada tahun 2014 oleh alm pak Syawal dan tumenggung tarib dimana gerakan yang terdapat pada Tari Elang ini terinspirasi