• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku mengenai tenun ikat Kalimantan dengan teknik visualisasi kolase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku mengenai tenun ikat Kalimantan dengan teknik visualisasi kolase"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABDUL ARIS MUSTAQIN

2012

Alamat: Jl. Kanayakan Cihaur No.55 Bandung Telepon: (022) 2516572 HP: 085721632570

2005 - 2008 SMK Merdeka Bandung (Teknik Permesinan) Berijazah 2008 – Sekarang Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Desain & Seni, Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV)

Pendidikan Non Formal

2010 Kuliah Umum Sertifikasi

“Konvensional vs Digital :Pre-press dengan

Adobe InDesign &Cetak Digital-Manual ”

2008 Pelatihan Dasar Kompresor Angin Dan Sertifikasi Pembekalan Berwirausaha

2008 Peserta Pelatihan Mesin CNC Dasar Sertifikasi Pengalaman Kerja

27 Agustus s/d 31 Oktober 2007 Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)

PT PLN (Persero) J&P Unit Produksi Bandung 28 Agustus 2011 s/d Sekarang PT LAPI Divusi

Keahlian

Software : Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Indesign, adobe Premier, Corel Draw, Ms Word, Ms Excel, Ms Power Point.

(3)
(4)
(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU MENGENAI TENUN IKAT KALIMANTAN DENGAN TEKNIK VISUALISASI KOLASE

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012

Oleh :

Abdul Aris Mustaqin 51908066

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

i KATA PENGANTAR

Rasa Syukur kepada Allah SWT, yang memberikan rahmat dan karuniaNya. Akhirnya Penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “ Buku mengenai Tenun Ikat Kalimantan dengan Teknik Visualisasi Kolase” ini selesai. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan matakuliah Tugas Akhir di Program Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.

Dalam Proses Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran proses dan penyusunan Tugas Akhir ini.

Kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan dalam proses dan penyusun Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengharapkan mudah-mudahan penulisan laporan penelitian ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi mahasiswa desain komunikasi visual di Universitas Komputer Indonesia dan semua pihak serta dapat menambah wacana pembaca.

Bandung, Juli 2012

(7)

v

BAB II BUKU MENGENAI TENUN IKAT KALIMANTAN DENGAN TEKNIK VISUALISASI KOLASE

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Komunikasi ... 24

(8)

v

III.1.6 Distribusi Media ... 28

III.2 Konsep Visual ... 28

III.2.1 Format Desain ... 28

III.2.2 Tipografi... 28

III.2.3 Ilustrasi ... 29

III.2.4 Warna ... 29

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI IV.1 Media Utama... 30

IV.2 Media Pendukung ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

39

DAFTAR PUSTAKA

Makalah Akademik

Rachmansjah, Pemakaian Material dalam Lukisan Kolase, skripsi, Departemen Seni Rupa ITB, Bandung, 1979.

Rosdianty, Prida. Perancangan Media Informasi Buku Gaya Kebaya Sunda By Tinong.Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2010.

Buku

__________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Pustaka.

Kartiwa, Suwati. (2007). Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: Gramedia.

Rusman,Rudini. (2008).Menenun, Jakarta :Azka Press

Sudjoko, (2001).Pengantar Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.

Wibowo, Iyan. 2007. Anatomi Buku. Bandung: Kolbu

Laman Web

Berkreasi dengan Kolase.Tersedia di http://belajar.kemdiknas.go.id di akses pada

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kerajinan tradisional Indonesia yang beragam. Di Indonesia salah satunya di daerah Kalimantan telah memiliki kain tenun dengan sejarah, jenis dan ciri khas yang beragam. Banyak dari masyarakat Indonesia saat ini yang hanya mengetahui kain tradisional batik saja namun kurang mengenal apa itu kain tenun.

Salah satu kain tenun yang terdapat di Kalimantan adalah tenun ikat. Meskipun tidak begitu dikenal seperti kain songket Palembang atau batik, tenun ikat Masyarakat Adat Dayak ini memiliki kekhasan tersendiri baik dari segi bahan maupun ragam hias yang mendasari pembuatannya. Tenun ikat Dayak juga dipercaya mengandung fungsi dan makna-makna simbolis yang berhubungan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat Dayak. Melalui kain tenun ikat masyarakat dapat melihat kekayaan warisan budaya tidak saja dilihat dari teknik pembuatannya dan aneka ragam corak serta jenis kain yang dibuat, tetapi dapat mengenal fungsi dan arti kain dalam kehidupan masyarakatnya yang mencerminkan adat istiadat dan kebudayaan.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman saat ini masyarakat tidak terbiasa menggunakannya. Distribusi kain tenun yang tidak merata atau hanya dijual secara lokal, menambah awamnya pengetahuan terhadap kain-kain tersebut. Namun demikian, terbiasa atau tidak terbiasa menggunakannya dalam hal informasi hal-hal seperti ini dapat diatasi.

(11)

2 tentang kain tenun ikat Kalimantan dengan menggunakan teknik kolase. Teknik kolase memungkinkan terjadinya interpretasi pada kain tenunan maupun informasi mengenai tenunan tersebut.

Kolase sendiri adalah seni menmpel gambar yang dibuat dari potongan kertas atau material lain yang ditempel. Material tersebut bisa berupa foto, gambar dari majalah, koran, teks, sketsa, bahan bekas berupa kain perca, plastik, serutan pensil, atau bisa berupa bahan alam seperti daun, bunga, akar pohon, kayu dan serutan kayu.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:

 Distribusi kain tenun yang tidak merata atau hanya dijual secara lokal sehingga masyarakat yang menggunakan kain tenun tersebut pun terbatas.

 Kurangnya informasi mengenai kain tenun ikat Kalimantan.

 Keberadaan kain tenun ikat Kalimantan tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, melainkan hanya penduduk lokal saja yang menggunakan kain tersebut.

I.3 Fokus Permasalahan

Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu kurangnya informasi tentang kain tenun ikan Kalimantan, dan keberadaan kain tenun ikat Kalimantan yang tidak digunakan sebagai kebutuhan bahan pakaian dalam kehidupan sehari-hari karena distribusi kain tenun yang tidak merata atau hanya dijual secara lokal.

I.4 Tujuan Perancangan

(12)

3

BAB II

PERANCANGAN BUKU MENGENAI TENUN IKAT KALIMANTAN DENGAN TEKNIK VISUALISASI KOLASE

II.1 Tradisi dan Jenis-jenis Tenun Ikat di Indonesia

Kemahiran bangsa Indonesia dalam membuat kain tenun tampak pada ragam hias sehelai kain. Keterampilan membuat seni hias ini tidak terlepas dari latarbelakang sejarah budaya bangsa Indonesia yang dipengaruhi berbagai unsur sejarah. Pengaruh yang menonjol tampak dari masa neolithikum (zaman batu). Setelah itu pengaruh datang dari kebudayaan Dongson yang di bawa bangsa dari Tonkin dan Annam Utara pada sekitar 700 tahun sebelum Masehi, bangsa inilah yang kemudian menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satu bukti sejarah peninggalan kebudayaan Dongson adalah cara bercocok tanam dengan sistem irigasi dan teknik membuat peralatan, diantaranya alat tenun dan perkakas dari logam perunggu. Teknologi pembuatan logam dilakukan dengan menempa logam menjadi benda-benda peralatan rumah upacara atau alat rumah tangga, seperti nekara dan kapak. Bukti-bukti peninggalan sejarah di beberapa tempat di Indonesia wilayah timur menunjukkan bahwa nekara perunggu telah dibuat masa itu, termasuk sebuah nekara kecil yang diketemukan di pulau Bali. Nekara perunggu itu dipergunakan dalam upacara pemanggilan hujan, yang sering dilakukan oleh penduduk Indonesia Timur yang daerahnya terkenal kering dan jarang turun hujan. Salah satudesain motif pada permukaan nekara itu berbentuk katak di dalam lingkaran, yang melambangkan datangnya hujan. Menurut para ahli, nekara perunggu juga dipakai sebagai genderang perang serta menjadi lambang kemakmuran.

(13)

4

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQbem2HDjScbU4zLXr_kRhLJZwNn7

SjoVvdA7U7Qll0YaNHX4USLLL3YYsL (28 Juli 2012)

Hiasan lain yang juga terdapat pada nekara adalah garis-garis geometris. Pengetahuan seni ragam hias geometris pada permukaan nekara tersebut kemudian terwujud dalam ragam hias tenunan Indonesia. Ini menjadi salah satu wujud sumbangan kebudayaan Dongson terhadap budaya tenun di Indonesia, selain pengetahuan konsep tentang alam dan lingkungan hidup. Suwati Kartiwa (2007) menjelaskan “Bentuk-bentuk fauna dan flora serta pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang yang sudah dikenal di masa neolitik berpadu dalam wujud garis-garis geometris pada kain-kain tenun. Bentuk ini tampaknya terus menerus berkembang dari masa ke masa. (h. 40)

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin.

Ada berbagai jenis ragam hias tenun yang diciptakan selain tenun ikat seperti songket, sulam, aplikasi manik-manik, hingga batik. Meskipun demikian, di antara teknik penciptaan ragam hias lainnya, teknik tenun ikat adalah yang paling menonjol karena pembuatannya yang relatif lebih rumit dan lama dibandingkan teknik lain. Bisa dikatakan proses penciptaan motif dengan tenun ikat sangat sulit dan membutuhkan kemampuan, kreativitas, dan ketekunan tingkat tinggi dari pembuatannya.

(14)

5 keterampilan menenun merupakan pengetahuan yang diturunkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Ada beberapa teknik tenun ikat yang dikenal dunia, dan Indonesia sangat kaya karena memiliki semua jenis tenunan ikat tersebut. Teknik tenun ikat yang paling umum adalah tenun ikat lungsi sesuai dengan sebutannya, teknik ini menciptakan ragam hias dengan teknik ikat dan pencelupan hanya pada benang lungsi atau benang vertikal. Teknik tenun kedua adalah teknik ikat pakan, yaitu tenun ikat yang ragam hias ikatnya dibuat pada benang pakan atau benang horizontal. Jenis tenun ikat yang ketiga adalah yang disebut tenun ikat berganda atau dobel ikat. Dalam tenun ikan berganda pola ragam hias dibuat pada kedua jenis benang yaitu benang lungsi dan benang pakan sekaligus. Keduanya berpadu membentuk pola ragam hias yang rumit dan simetris. Teknik tenun ikat dobel ini memang jauh lebih rumit dibandingkan dengan teknik tenun ikat lungsi dan teknik tenun ikat pakan. Perlu ketelitian dan kesabaran yang tinggi untuk memadukan suatu bentuk gambar atau motif yang dirancang di kedua jenis benangnya (Suwati Kartiwa, 2007, h.15).

Gbr II. 2. Posisi benang lungsi dan benang pakan.

(15)

6

II.2 Bahan Dasar Kain Tenun Ikat dan Jenis Bahan Pewarna

Bahan-bahan serat alami mudah diperoleh di Indonesia yang beriklim tropis. Di beberapa daerah utara Indonesia, antara lain Kepulauan Sangir dan Talaud, digunakan serat abaca untuk menghasilkan benang tenun. Serat ini diperoleh dari sejenis pohon pisang liar yang di dalam bahasa local disebut koffo atau hote. Serat dari batang pisang ini disisir hingga membentuk benang-benang kasar yang kemudian digantungkan dan dijemur hingga kering di bawah terik matahari. Serat benang ini kemudian diberi bahan pewarna alami. Jenis benang lain yang digunakan adalah serat nanas. Serat ini diolah menjadi bahan benang oleh suku-suku Dayak antara lain Dayak Iban, dan Kayan. Mereka juga menggunakannya sebagai benang untuk menjahit. Serta daun serat doyo yang dikeringkan, dipintal dan diolah menjadi benang. (Suwati Kartiwa, 2007, h.11).

Selain aneka serat benang, dikenal pula berbagai jenis bahan pewarna alami yang dimiliki setiap daerah. Untuk bahan yang sama kadang-kadang dikenal dengan nama atau sebutan berbeda sesuai daerah masing-masing. Beberapa warna dasar, antara lain warna biru, diperoleh dari tanaman tarum atau indigo (indigofera tinctoria). Berbagai nuansa biru mulai dari biru muda sampai biru tua dapat diperoleh, tergantung dari jumlah dan lama pencelupan. Warna cokelat, merah atau ungu diperoleh dari buah mengkudu (morinda citrifolia). Proses pencelupan akan menentukan berbagai nuansa cokelat yang dikehendaki. Warna lain misalnya kuning didapat dari kunyit (curcuma domestica), dan warna hijau biasanya merupakan merupakan warna

campuran kunyit dan indigo. Warna hitam dapat diperoleh dari benang rendam dalam lumpur atau campuran tertentu indigo dengan zat pewarna lain. Bahan-bahan pewarna tersebut akan menentukan corak dari ragam hias yang dikehendaki yang dihasilkan dengan teknik mengikat kain yang dikenal

(16)

7

Gbr II. 3. Serat Abaca

http://wb5.itrademarket.com/pdimage/19/16719_seratabacaabacafibre.jpg

(12 Juni 2012)

Gbr II. 4. Daun Serat Doyo

(Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat,

Suwati Kartiwa,2007)

Gbr II. 5. Tanaman Tarum atau Indigofera Tinctoria

http://www.learnnc.org/lp/media/uploads/2008/03/indigofera.jpg

(17)

8

II.3. Suku Dayak, Kain Tenun Ikat, dan Ragam Hiasnya

Suwati Kartiwa (2007) menjelaskan “gelombang pengaruh suku Dayak berikutnya berasal dari Cina yang dibawa oleh kaum Cina perantauan yang berdagang, kemudian menetap di Kalimantan. Dinasti Chou pada sekitar abad ke 8 Masehi yang terkenal dengan keramik dan porselen dengan ciri khas menampilkan ragam gaya hias simetris dari bentuk garis-garis geometris kait, meander, dan bentuk sulur daun.” (h.42) Pengaruh Cina juga tampak dengan banyaknya porselen, guci dan martavan yang ditemukan di Kalimantan. Benda-benda ini sudah menjadi bagian kebudayaan suku-suku Dayak dan kemudian menjadi benda pusaka yang diwariskan turun-temurun. Gaya Cina tersebut dapat dikenal dalam ragam hias yang diterapkan pada tenun ikat lungsi, pakaian dari kulit kayu, kain dengan teknik pakan tambahan serta sulaman. Ragam hias ini juga diaplikasikan pada tenunan yang dihiasi manik-manik, mata uang logam, dan kerang-kerang kecil.

Bagi suku Dayak, rasa keindahan diilhami oleh berbagai unsur tradisi yang beragam pada kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat Dayak, dan dituangkan ke dalam seni tenunan, cita rasa estetika suku Dayak juga tercermin dalam karya ukiran dan anyaman. Salah satu kegunaan anyaman rotan adalah topi untuk berladang, bentuknya yang lebar dan kokoh dilengkapi dengan aksesoris dari potongan-potongan kain warna-warni, kancing, dan manik-manik. Berbagai hiasan manik-manik pada kain tenun dan anyaman yang artistik terkenal dibuat oleh suku Dayak Kelabit, Kenyah, dan Kayan.

(18)

9 Semua ragam hias pada anyaman rotan erat hubungannya dengan ragam hias yang diterapkan pada tenunan.

Selain dibuat dari pintalan beang kapas juga ada yang membuat kain dari benang yang terbuat dari daun lemba yang disebut serat doyo (curculigo latifolia), yaitu suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Hasil tenunnya

berbentuk selendang dan jaket yang dihias ragam hias fauna, flora, dan abstraksi dari bentuk leluhur. Teknik pembuatan ragam hiasnya adalah dengan cara mengikat benang lungsinya sebelumnya dicelupkan pada bahan warna.

Disamping itu ada yang dibuat dengan teknik songket yaitu penyilangan benang pakan tambahan dalam proses menenun sehingga tampak menonjol pada permukaan kain. Teknik songket ini disebut pilih. Kain yang dibuat dari teknik ini dipakai sebagai kain penutup dada laki-laki disebut kelambi pilih. Ragam hiasnya merupakan rangkaian memanjang vertikal motif geometris yang sangat dekoratif berbentuk floral, abstraksi dan bentuk leluhur atau manusia, burung, serta binatang reptil. Warna yang dipergunakan adalah warna dasar benang kapas dengan ragam hiasnya berwarna kemerah-merahan.

Suku Dayak yang kebiasaan menenun adalah suku Dayak Iban. Kain tenun suku Dayak Iban sering dipertukarkan diantara suku-suku Dayak sendiri yang tidak memiliki kebiasaan menenun, dengan hasil alam dan hasil bumi. Walaupun hasil karya tenun menjadi tanda identitas penting, mereka melakukannya hanya sebagai pekerjaan sambilan. Kehidupan wanita suku Dayak adalah berladang, sehingga menenun dan menganyam rotan dikerjakan setelah kembali dari ladang.

(19)

10 mimpi. Untuk membuat desain ikat yang rumit diperlukan pengalaman yang lama secara bertahap, hingga mencapai tahap matang dan ahli. Tidak heran apabila keahlian dan kematang itu didapat pada perempuan-perempuan Dayak berusia tua. Menurut kepercayaan, mereka yang masih muda dilarang meniru motif-motif yang rumit, dan dianggap belum cukup umur untuk mencapai kematangan atau kemahiran yang setara. Bahkan ada kepercayaan, mereka yang dianggap belum cukup umur mengerjakannya akan pendek umur.

Pekerjaan menenun dan menganyam dilakukan di serambi rumah panjang, dengan anak-anak yang bermain di sekitarnya. Sambil bermain, anak-anak ini dapat melihat dan memperhatikan para perempuan bekerja. Berbagai bentuk anyaman rotan dibuat menjadi keranjang dan bakul untuk wadah benih padi atau untuk mengangkut hasil panen padi dan sayur-mayur dari ladang. Anyaman rotan tersebut mempunyai nilai artistik tinggi karena menuntut kemampuan khusus untuk mengekspresikan diri melalui hiasan dan aplikasi yang dibuatnya.

Mengukir menjadi pekerjaan sambilan laki-laki setelah kembali ke ladang. Hasil ukiran mereka berupa berbagai bentuk dan motif geometris yang merupakan abstraksi dari berbagai tokoh dan obyek dongeng rakyat seperti juga yang terdapat pada tenun ikat dan kerajinan. Salah satu ragam hias itu menggambarkan kebahagiaan dan burung-burung yang melambangkan Dewa yang menguasai Dunia Atas.

Suwati Kartiwa (2007 menjelaskan Ada beberapa macam pakaian dari tenun ikat yang dibuat oleh wanita dari suku Dayak, antara lain:

Pua

(20)

11 tingkat status sosial. Pua berupa sehelai kain berukuran besar, dengan panjang mencapai dua setengah meter dan lebar hampir satu setengah meter. Ragam hias kait dengan berbagai variasinya membentuk abstrak burung yang melambangkan roh leluhur dan dewa Dunia Atas. Ragam hias lain yang tampak menghiasi pua adalah motif-motif dengan pakan tambahan atau teknik songket. Salah satu jenis pua disebut pua kombu. Dengan warna dasar menyerupai karat besi dan kuning kemiri, pua kombu dihiasi garis-garis geometris berwarna cokelat berbentuk kait dan belah ketupat. Bentuk keseluruhan motif-motif ini berupa lekukan kepala, badan, kaki, dan tangan manusia.

Pua Kombu ini ditenun dari bahan benang kapas dan dicelup dengan bahan pewarna dari tumbuh-tumbuhan. Ragam hiasnya bermotif abstraksi para leluhur, dan digunakan sebagai lambang kehadiran arwah leluhur, ada pula motif lain yang menyerupai burung sebagai lambang Dunia Atas ataupun dalam bentuk reptil seperti biawak, buaya, dan sejenisnya yang melambangkan Dunia Bawah.

Gbr II. 6. Pua Kombu

(Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat,

Suwati Kartiwa,2007)

Bidang

(21)

12 lipatan di bagian pinggang, kemudian dihiasi dengan ikat pinggang yang biasanya terbuat dari perak.

Motif tenun ikat pada bidang berbentuk abstrak burung yang memperlihatkan bagian ekor, kedua sayap, dan badannya. Garis-garis yang tampak adalah Garis-garis spiral atau berbentuk kait yang panjang, pendek dan bercabang-cabang membentuk bagian-bagian dari abstrak burung. Di bagian badan burung diisi dengan bentuk spiral yang lebih besar dan memusat.

Gbr II.7 . Bidang

(Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat,

Suwati Kartiwa,2007)

Kalambi

(22)

13

Gbr II. 8. Kalambi

(Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat,

Suwati Kartiwa,2007)

Sirat

Berupa kain panjang yang berfungsi sebagai cawat untuk laki-laki. Pada umumnya, sirat dibuat dari kulit kayu meskipun ada pula yang dibuat dari bahan kain tenun . Selain sirat, digunakan juga dangdong/selendang untuk laki-laki. Akan tetapi, kain/selendang

dangdong juga digunakan sebagai penutup saji-sajian dalam

upacara adat (h.47).

Gbr II. 9. Sirat

(Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat,

Suwati Kartiwa,2007)

II.4 Pengertian Media Gambar Kolase

(23)

14 dari kata ‘coller’ dalam bahasa Perancis yang berarti‘merekat’.” Susanto (2002) menjelaskan “Kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya” (h.63)

Gambar kolase adalah gambar dengan menggunakan media seperti kertas bekas, foto dari koran atau majalah, kain sisa jahitan atau perca atau material lainnya yang ditempel pada sebuah karton atau media lainnya sehingga membentuk sebuah objek.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pula bahwa “Kolase adalah teknik penyusunan karya dengan cara menempelkan bahan-bahan (kain, kertas, kayu) “

II.5 Pemanfaatan Kolase dari Masa ke Masa

Kolase memiliki sejarah yang panjang sebagai seni kebudayaan kuno sebelum akhirnya muncul kembali sebagai bentuk seni rupa kontemporer (pada masa kini). Pada kebudayaan masa lalu di Eropa, Asia dan Amerika, segala macam dari material yang biasa ditemui sehari-hari sering digunakan menjadi benda-benda yang menarik sebagai kenang-kenangan atau bahkan dijadikan sebagai penghias di ruang tamu seperti bentuk visual yang terbuat dari sedotan, bulu-bulu burung dan lainnya.

(24)

15 Pada tahun 1912, Pablo Picasso dan Georges Braque mulai mengerjakan karya-karya kolase dengan material kertas. Karya kolase dua dimensi mereka mengaplikasikan kertas koran, kliping-kliping, kertas rokok, dan wallpapers. Setelah para seniman Kubisme menggunakan kolase dalam karya mereka, maka seketika itu banyak seniman lainnya dan pergerakan seni rupa menyadari kekuatan kolase tersebut. Di Itali, para seniman Futurism menggunakan teknik kolase untuk mengekspresikan idealisme zaman mesin yang bercitrakan kecepatan, dinamis, mekanisasi dan roda-roda gigi yang berputar. Seniman Constructivists dari Rusia menghadirkan kolase pada poster-poster yang menggambarkan revolusi Rusia. Para Dadaist dan Surrealists pada tahun 1920-an mendobrak batasan material dengan

menambahkan elemen-elemen dari alam seperti tanah ataupun pasir dalam karya mereka saat itu. Marcel Duchamp, Dadaist yang paling populer, juga seniman-seniman Dadaist lain Kurt Schwitters dan Max Ernst menggunakan teknik kolase secara bersungguh-sungguh. Kurt Schwitters menggunakan kenangan-kenangan dari kehidupan pribadinya seperti tiket kereta, surat-surat pribadi dan lain sebagainya dalam kolasenya, sementara Max Ernst memiliki ketertarikan pada lahan psikologi, mempergunakan prinsip otomatisasi yaitu memperlambat kontrol pikiran sadar dalam usaha mengekspresikan dan mengeluarkan imaji-imaji bawah sadar dengan media kolase juga. Karya Josep Cornell merupakan suatu titik balik sejarah era kolase. Dia menciptakan komposisi objek tiga dimensi seperti botol tua, mainan anak-anak dan lain sebagainya dalam kotak-kotak kecil (kolase tiga dimensi ini akhirnya lebih dikenal dengan istilah assemblages).

Gbr II.10. Assemblages

http://www.vivaartcenter.org/exhibits/LA

(25)

16 Kolase dapat dikatakan muncul, yaitu setelah perang dunia pertama, pada awalnya terjadi di bidang fotografi. Tetapi, kolase ini baru mulai mendapatkan perhatian yang serius bagi para seniman ketika terjadinya gerakan kreativitas yang baru di Berlin, Jerman, yang dikenal dengan gerakan Dada.

Kolase yang lahir bersama dengan gerakan Dada, secara perlahan mengalami kemunduran. Setelah mengalami mati suri beberapa tahun lamanya, akhirnya kolase muncul lagi kepermukaan pada tahun 1960-an. Beberapa seniman yang berhubungan dengan gerakan pop art mulai menggunakan foto-foto dan tulisan majalah untuk menciptakan bentuk kolase dalam menyampaikan ide-ide mereka. Kebangkitan punk di Inggris juga ikut menyumbangkan kembalinya kolase dipentas seni dunia, dan salah satu kolase punk yang cukup terkenal hingga detik ini dapat dilihat pada kolase “God Save the Queen” yang dibuat oleh Jamie Reid pada tahun 1977 untuk band Sex Pistols.

Kebangkitan yang penting selanjutnya dalam penggunaan kolase di Eropa berkaitan dengan gerakan politik anti nuklir di tahun 1980-an. Banyak karya yang dirancang untuk digunakan dalam spanduk atau poster demonstrasi gerakan anti nuklir.

II.6 Unsur-unsur Visual Prinsip Rancangan Kolase

Sunaryo (2002) menjelaskan “Kegiatan menata komposisi dalam membuat kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu” (h.8) .

Unsur-unsur rupa yang terdapat pada kolase antara lain:

(26)

17 Sedang bintik dapat diwujudkan dari lada atau biji-bijian yang berukuran kecil dan sejenisnya.

 Garis: merupakan perpanjangan dari titik yang memiliki ukuran panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari jenisnya garis dapat dibedakan menjadi: garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus dan garis spiral. Unsur garis pada kolase dapat diwujudkan dari potongan kawat, lidi, batang korek, benang dan sebagainya.

Gbr II. 11. Unsur titik dan bintik

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

Gbr II. 12. Unsur garis pada kolase

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

 Bidang: merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan beberapa garis. Bidang dapat dibedakan menjadi bidang horizontal, vertikal, melintang. Aplikasi unsur bidang pada kolase bisa berupa bidang datar (2D) dan bidang bervolume (3D).

(27)

18 Unsur warna pada kolase dapat diwujudkan dari unsur cat, pita/renda, kertas warna, kain warna-warni dan sebagainya.

Gbr II. 13. Unsur bidang pada kolase

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

Gbr II. 14. Unsur warna pada kolase

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

 Bentuk: dalam pengertian dua dimensi akan berupa gambar yang tak bervolume, sedang dalam pengertian tiga dimensi adalah unsur rupa yang terbentuk karena ruang dan volume. Bentuk ada 2 macam yakni: bentuk dengan struktur beraturan dan terukur (bentuk geometris); dan bentuk yang tak beraturan (bentuk organis). Unsur bentuk pada kolase dapat berupa guntingan atau sobekan kertas/kain, bungkus permen, daun kering, pita, uang logam, tutup botol, potongan kayu, dan sebagainya.

(28)

19 Sedang tekstur semu dapat berupa hasil cetakan irisan belimbing, tekstur koin di kertas, tekstur anyaman bambu di kertas dan sebagainya.

Gbr II.15 .Macam-macam unsur bentuk pada kolase

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

Gbr II. 16. Unsur tekstur pada kolase

http://belajar.kemdiknas.go.id (23 Februari 2012)

II.6.1 Prinsip Rancangan Kolase

Penerapan prinsip rancangan penting diperhatikan dalam kegiatan menata komposisi suatu kolase karena keindahan atau keunikan struktur dan keutuhan maknanya ditentukan oleh ketepatan dalam mengolah unsur rupa sesuai prinsip rancangan. Beberapa prinsip rancangan yang dapat diaplikasikan pada kolase antara lain:

1. Irama: merupakan penyusunan unsur-unsur visual yang ada atau pengulangan unsur-unsur rupa yang diatur. Jenis pengulangan antara lain: repetitif, alternatif dan progresif. Secara nyata prinsip irama dapat berupa unsur-unsur rupa dari material kolase yang disusun berulang secara dinamis.

(29)

20 bobotnya seimbang. Keseimbangan ada beberapa jenis, antara lain: keseimbangan sentral/terpusat, keseimbangan diagonal, keseimbangan simetri dan keseimbangan asimetris. Secara nyata keseimbangan dapat berupa unsur-unsur rupa yang terdapat pada material kolase yang ditata menjadi komposisi yang harmonis.

3. Kesatuan: merupakan susunan unsur-unsur visual yang membentuk suatu kesatuan yang saling bertautan membentuk komposisi yang harmonis dan utuh, sehingga tidak ada bagian yang berdiri sendiri. Untuk menciptakan kesatuan, unsur rupa yang digunakan tidak harus seragam, tetapi dapat berbeda atau bervariasi unsur bentuk, warna, tekstur dan bahannya.

4. Pusat Perhatian: adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada disekitarnya Untuk menciptakan pusat perhatian dalam kolase kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan atau kontras.

II.7 Perihal Buku

Iyan Wb (seperti dikutip Prida, 2010) buku merupakan kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu. Dan setiap sisi dari sebuah lembaran kertas disebut halaman. Buku dengan menggunakan konten, gaya, format, desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis. Berisi tentang penjelasan singkat berupa text dan didukung gambar visual. Ada beberapa kategori jenis buku yang berisi informasi murni menurut Iyan Wb. antara lain:

1. Ensiklopedia

Ensiklopedia dalah serangkaian buku yang menghimpun uraian tentang berbagai cabang ilmu tertentu dalam artikel terpisah dan biasanya tersusun sesuai abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

2. Biografi

(30)

21 mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian.

3. Panduan

Disebut juga sebagai buku petunjuk. Buku ini berisi tenang tahapan cara/proses misalnya membuat kue , kiat sukses, beternak ayam dan lain-lain.

4. Tafsir

Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al- Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami.

Buku merupakan media informasi yang sistematis oleh karena itu dalam pembuatan buku perlu memperhatikan anatominya. Pada bukunya Iyan Wb. juga menjelaskan tentang anatomi buku terdiri dari :

 Cover Buku

Cover buku merupakan salah satu saranan untuk memikat perhatian pembaca. Cover buku bisa berupa ilustrasi maupun tipografi yang dilengkapi dengan judul buku, penulis dan penerbit.

 Nomor Halaman

Nomor halaman berfungsi untuk mempermudah pembaca mencari halaman yang dibutuhkan dalam sebuah buku.

 Halaman Judul Utama

Halaman judul utama adalah sebuah halaman buku yang memuat nama penulis, judul buku, subjudul buku, dan logo penerbit.

 Halaman Hak Cipta

Halaman hak cipta adalah halaman buku yang berisi keterangan atau data singkat buku yang diterbitkan, baik data buku, tim penerbit, maupun hak cipta penerbit (copyright).

 Prakata

(31)

22

 Daftar Isi

Daftar isi adalah tampilan semua judul bagian yang terdapat di dalam buku untuk memberikan gambaran umum pada pembaca mengenai struktur dan materi yang terdapat didalam buku sehingga mudah untuk menemukan pembahasan yang diperlukan.

 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan tambahan penjelasan teks yang diwujudkan dalam bentuk visual. Fungsi ilustrasi bagi suatu buku adalah menjelaskan dan mendukung teks yang tidak dapat digantikan dengan kata-kata.

 Teks

Teks merupakan kumpulan tulisan yang berisi tentang penjelasan dari isi buku.

 Daftar Pustaka

Daftar pustaka digunakan untuk mencari referensi atau bahan bacaan lanjutan yang disarankan penulis untuk mendukung pembahasan yang terdapat di dalam bukunya.

 Biografi Penulis

Biografi penulis menjelaskan tentang penulis, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan daftar karya tulis yang telah dihasilkan.

 Sinopsis

Sinopsis berisi tentang ringkasan dari isi sebuah buku agar memberikan gambaran pada pembaca tentang isi yang terkandung pada buku yang akan dibaca

II.8 Penyelesaian Masalah

(32)

23

II.9 Segmentasi

Segmentasi yang ingin dicapai guna memecahkan masalah dalam mengenalkan kain tenun ikat Kalimantan adalah remaja.

a. Segmentasi Demografi

Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan Usia : 16 – 25 tahun

Kelompok umur remaja dipilih karena remaja mempunyai keingin tahuan yang tinggi, dan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kain tenun ikat Kalimantan.

Kelas sosial Masyarakat : Menengah

b. Segmentasi Psikografis

- Rasa ingin tahu yang tinggi, terutama pada materi-materi tertentu, dalam hal ini adalah kain tenun ikat Kalimantan

- Menyukai hal-hal baru. Dalam hal ini adalah Kain tenun ikat Kalimantan sebagai warisan budaya.

- Peka terhadap informasi. Segala bentuk informasi menjadi suatu pengetahuan yang ingin digali terus-menerus

c. Segmentasi Geografis

(33)

24

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada dasarnya merupakan suatu perancangan (planning) dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah media. Strategi komunikasi dalam pembuatan konsep perancangan buku tenun ikat Kalimantan. Dengan memberikan informasi yang efektif dan efesien.

Strategi komunikasi dalam pembuatan konsep perancangan media informasi tenun ikat Kalimantan digunakan agar pesan yang ingin disampaikan ke target audiens dapat dimengerti dan diterima dengan baik. Strategi komunikasi yang dilakukan dalam media informasi mengenai tenun ikat Kalimantan bersifat informative (menginformasikan), memberikan informasi dengan bahasa baku dan sederhana agar target target audiens akan lebih mudah mengerti dan memahaminya.

III.1.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media adalah dengan teknik kolase. Pembuatan buku tenun ikat Kalimantan menjadi pilihan yang tepat agar penyampaian informasi yang ingin disampaikan, dapat diterima oleh target audiens secara maksimal. Keunggulan buku tenun ikat Kalimantan dengan teknik kolase ini dibuat yaitu dari tampilan visual, lebih menjelaskan hal-hal penting yang ingin disampaikan yang kurang jelas apabila hanya disampaikan dengan kata-kata.

III.1.2 Pendekatan Verbal

(34)

25 pembuatan media informasi buku tenun ikat Kalimantan. Dalam pendekatan verbal digunakan bahasa Indonesia yang formal namun tetap dalam beberapa disisipkan sebagai bahasa sehari-hari agar informasi yang disampaikan lebih mudah dimengerti, karena perananya sangat penting dalam memberikan informasi. Sebagian besar dengan komunikasi verbal ide-ide atau pemikiran lebih mudah disampaikan disini komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang akan disampaikan.

III.1.3 Materi Pesan

 Menginformasikan Ragam Hias kain tenun ikat Kalimantan dengan teknik kolase untuk memperlihatkan kerumitan dan kekhasan pembuatan kain tenun ikat Kalimantan.

 Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kain-kain tradisional.

 Memberikan inspirasi untuk menumbuhkan kreativitas terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia.

III.1.3.1 Pesan Utama

Dari perancangan buku tenun ikat Kalimantan pesan utama yang akan disampaikan memberikan informasi tentang kain tenun ikat Kalimantan, dan memberitahukan tentang macam-macam pakaian tenun dari tenun ikat, sehingga target audiens paham dan mengerti tentang ragam kain tenun.

III.1.4 Strategi Kreatif

(35)

26

III.1.5 Strategi Media

Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada target audiens yang merupakan remaja dengan mengusung tema memberikan informasi yang jelas, tentang ragam kain tenun ikat Kalimantan, adalah media yang bisa menunjang apa yang ingin disampaikan dari penulis kepada konsumen atau target audiens.

III.1.5.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi agar tidak terlalu meluas dengan pertimbangan yang disesuaikan dalam penyampaian pesan kepada target audiens.

1. Media Utama

 Buku

Media buku dengan teknik kolase yang bisa menjelaskan ragam kain tenun ikat Kalimantan, macam-macam pakaian tenun seperti Pua Kombu, Bidang, Kalambi dan sebagainya 2. Media Promosi

Sebagai penunjang dari media utama, maka media yang digunakan adalah:

 Poster

Media bergambar yang biasa digunakan sebagai dekorasi ruangan dengan menempelkannya pada dinding, pintu, jendela toko atau di ruang pameran buku.

 Flyer

(36)

27 Sedangkan media promosi yang digunakan sebagai pendukung adalah:

 Mini X Banner

Iklan pada toko buku berupa mini x banner. Penempatan promosi media ini, diharapkan bisa menarik perhatian para pengunjung toko buku untuk dapat mengetahui info buku-buku terbaru.

 Goodie Bag

Merupakan tas belanja untuk keperluan promosi buku tenun ikat Kalimantan.

 Kartu Pos

Merupakan media yang efektif karena dapat digunakan sebagai pengirim pesan.

3. Media Gimmick

Gimmick menurut kamus bahasa Inggris adalah tipu muslihat atau

alat, tetapi menurut kamus istilah periklanan Indonesia Gimmick adalah usaha untuk menarik perhatian target audiens melalui objek atau cara yang dianggap sebagai hal baru dan luar biasa sehingga menimbulkan minat untuk membeli produk tersebut. Selain itu, Gimmick juga dibuat atas dasar sebagai media pengingat setelah menggunakan media utama. Adapun Gimmick yang diberikan adalah:

 Pembatas Buku

Pembatas Buku merupakan media yang dan dapat digunakan untuk membatasi halaman dalam buku.

 Pin

Pin merupakan media yang dapat digunakan sebagai aksesoris untuk tas dan lain-lain.

 Stiker

(37)

28 audiens orang banyak, seperti sekolah, mall, jalan raya dan lain sebagainya.

III.1.6 Distribusi Media

Media-media tersebut akan disebarkan diantaranya: - Toko Buku

- Bazar Buku

III.2 Konsep Visual

III.2.1 Format Desain

Format yang digunakan dalam pembuatan buku tenun ikat Kalimantan ini menggunakan ukuran A4 Potrait, Untuk format – format tersebut disesuaikan dengan media – media yang dipilih dan sesuai untuk digunakan.

III.2.2 Tipografi

Tipografi merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan sebuah buku. Tipografi bisa menentukan kesan-kesan yang ingin ditimbulkan untuk lebih mempertegas dan lebih mendukung buku tenun ikat Kalimantan ini. Beberapa tipografi yang digunakan dalam pembuatan buku ini, antara lain:

FilatureStd

I'm fashionista! FREE

(38)

29 FilatureStd digunakan dalam penulisan judul buku, menggunakan huruf yang sesuai dengan ciri khas menenun yang menyambung yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan I'm fashionista! FREE digunakan agar lebih terlihat fleksibel dimaksudkan karena buku yang dibuat untuk remaja, dan font High Tower Text digunakan untuk penulisan isi agar terlihat penegasan

Gbr III. 1. Pengaplikasian media

III.2.3 Ilustrasi

Gaya ilustasi yang digunakan adalah gaya ilustrasi dengan teknik kolase, menggunakan material seperti koran, majalah bekas, kertas daur ulang, kertas buram dan daun pelepah pisang yang telah di beri benang. Bahan-bahan tersebutlah yang dijadikan sebagai media pengaplikasian dalam buku tenun ikat Kalimantan.

III.2.4 Warna

(39)

30

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Dalam Penyampaian informasi diperlukan media sebagai sarana, media-media dipakai berdasarkan pada fungsi yang sesuai agar informasi yang disampaikan bisa tepat sasaran. Dalam penyampaian pesan kepada target audiens media yang digunakan adalah:

 Proses Perancangan Buku Informasi

Buku dengan ukuran 21 cm x 29,7 cm dengan bentuk portrait. Proses pembuatan buku informasi ini dimulai dari konsep isi, tentang apa saja informasi yang ingin disampaikan kedalam storyboard. Setelah storyboard disusun kemudian dikembangkan lewat pencarian data-data yang mendukung isi buku. Proses selanjutnya adalah dengan membuat sketsa visual dan ilustrasi dari isi buku, lewat teknik kolase dengan mengumpulkan beragam gambar yang diambil lewat internet lalu di print dan mengambil dari majalah/koran bekas. Setelah proses penggambaran dengan teknik kolase lalu proses selanjutnya adalah penambahan teks, penomoran halaman dengan Adobe Photoshop CS5.

 Cover

(40)

31

Gbr IV. 1. Cover dan back cover

 Isi Buku

Isi dari buku dibuat lebih sederhan aagar dapat dimengerti oleh target audiens. Setiap gambar disertakan dengan penjelasan singkat, untuk menjelakan gambar tersebut.

Material kertas : Art Paper tipis 210 gram Ukuran : 21 cm x 29,7 cm

Teknis Cetak : Cetak Offset Sparasi

Dihalaman 5 dan 6 terdapat daftar isi yang menunjukan letak halaman yang dituju dan prakata yang menggambarkan secara singkat isi dalam buku.

Gbr IV. 2. Halaman 5 dan halaman 6

(41)

32

Gbr IV. 3. Halaman 7 dan halaman 9

Terdapat penjelasan beserta gambar tentang kain tenun ikat Kalimantan, untuk memudahkan target audiens dalam memahami isi buku.

Gbr IV. 4. Halaman 16 dan halaman 21

(42)

33

IV.2 Media Pendukung

a. Poster

Poster ini menginformasikan telah terbitnya buku “Tenun Ikat Kalimantan”

Gbr IV. 6. Poster

Format : Persegi panjang Ukuran : 42 cm x 29,7 cm Material : Art paper 210 gram, Teknis Produksi : Cetak Offset Sparasi

b. Flyer

Penggunaan Flyer sebagai media pendukung promosi dalam kegiatan media informasi. Fungsi flyer untuk mempromosikan pesan yang di informasikan dengan cara dibagikan dan disebarkan .

(43)

34

Gbr IV. 7. Flyer

Format : Persegi panjang Ukuran : 21 cm x 8,5 cm

Material : Art paper tebal 210 gram, Teknis Produksi : Cetak Offset Sparasi

c. Mini X Banner

Penggunaan Mini X Banner sebagai media pendukung promosi dalam kegiatan media informasi. Fingsi Mini X Banner untuk

mempromosikan pesan yang di informasikan.

(44)

35

Gbr IV. 8. Mini X Banner

Format : Persegi panjang Ukuran : 40 cm x 25 cm

Material : Art paper tebal 230 gram, Laminasi doff Teknis Produksi : Cetak Offset Sparasi

d. Goodie Bag

Goodie Bag diberikan kepada konsumen sebagai media promosi,

setelah konsumen membeli buku.

Gbr IV. 9. Goodie Bag

Ukuran : 75 cm x 29 cm Material : Kain

Teknis Produksi : Sablon Printing

e. Kartu Pos

(45)

36

Gbr IV. 10. Kartu Pos

Format : Persegi panjang Ukuran : 9,5 cm x 13 cm

Material : Art paper tebal 260 gram Teknis Produksi : Cetak Offset Sparasi

f. Pembatas Buku

Pembatas Buku merupakan media yang dan dapat digunakan untuk membatasi halaman dalam buku.

Gbr IV. 11. Pembatas Buku

Format : Persegi panjang Ukuran : 13 cm x 5,3 cm

(46)

37 g. Pin

Pin merupakan media yang dapat digunakan sebagai aksesoris untuk tas dll.

Gbr IV. 12. Pin

Ukuran : Diameter 6 dan Diameter 3 Material : Plastik

Teknis Produksi : Digital printing

h. Stiker

Stiker dapat dijadikan sebagai media pengingat, dan media ini bisa ditempel dimanapun, dapat dikatakan sebagai media mobile.

Gbr IV. 13. Stiker

(47)

38 Teknis Produksi : Cetak Offset Sparasi

i. Display

Display digunakan untuk penempatan buku dan flyer.

Gbr IV. 14. Display

Ukuran : 51,5 cm x 39,5 cm Material : Kardus

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperkenalkan kain tenun ikat endek Bali dikalangan anak muda diperlukan media promosi yang menarik agar anak muda mau Mengenal dan memakai kain tenun

membuat buku mengenai motif tenun ikat Sikka untuk keberlanjutan tradisi juga keberadaan makna tiap motifnya menjadi jelas serta untuk melestarikan narasi tekstil

Untuk masalah permodalan, komunitas pengrajin kain tenun ikat masih banyak yang kesulitan dalam hal itu sebab mereka mencari modal sendiri, tenaga kerja atau karyawan lebih

proses pembuatan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) sarung goyor, serta motif atau ragam hias yang terdapat pada tenun ikat ATBM(Alat Tenun Bukan Mesin) sarung

memancarkan pesona yang tiada habisnya. Betapa kekayaan dan keragaman tenun ikat bertutur atau menyampaikan berbagai pandangan dan cara hidup serta adat istiadat seni

Berdasarkan hasil penelitian dan uji panelis kain tenun ikat sutera dalam pembuatan Uniform Karyawan Hotel Favor Makassar dengan permasalahan yang diajukan pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) Kain Tenun Ikat

Kain tenun ikat saat ini sudah mulai mengalami perkembangan dalam hal motif. Banyak motif dengan ide-ide baru yang bermunculan. Seniman sekaligus dosen di Institut