• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI TINGKAT KEPENTINGAN DARI TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN

TAHURA BUKIT BARISAN

(STUDI KASUS DESA DOULU KECAMATAN BRASTAGI DAN DESA JARANGUDA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO)

Skripsi

Oleh :

MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR 091201023/MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRACT

MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. The Public Perception of the Importance of the Types of Land Use in the Area of Tahura Bukit Barisan.

(Case study : Doulu village district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency)

Under the guidance of : Oding Affandi and Liliek P. Asmono

This research aims to find out how the public perception of the importance of forests and land use as well as the kinds of natural resources there are both animals and plants in the area of the Tahura, precisely Doulu village sub-district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency. This research was started since April until June 2013. A method of Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA), which is a combination between Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Methode (PDM) into methods used in this research. To raise the public perception is used quisioner (list of questions) as a basis of dialogue in order to stay focused with an object. The number of samples needed to obtain an accurate perception there are 60 households, with details of 30 households each village. Because of the 30 households considered enough to represent the response of the general public to unveil a variation of every layer of society.

From the results of research can be clearly known when the village as a whole both in the village of Doulu and Jaranguda village is a type of land which is considered the most important according to male and female, With an average (33.18% ) according to men and ( 35.22 % ) according to women, Because in village all economic center, culture, education and social societies can be obtained. Then following the forest the field the gardens and rivers. And dependability public opposition to the forest ( 21.59 % ) according to a group of men And ( 19.05 % ) according to a group of women either from the village of doulu or Jaranguda village.

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo).

Di bawah Bimbingan : ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan dan tingkat kepentingan dari penggunaan lahan serta jenis-jenis Sumber Daya Alam yang ada baik hewan maupun tumbuhan di kawasan Tahura tepatnya Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo. Penelitian ini mulai dilaksanakan sejak bulan April sampai bulan Mei 2013. Metode Multidisciplinary Landscape Assesment (MLA), yaitu gabungan antara Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Methode (PDM) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan persepsi masyarakat digunakan quisioner (daftar pertanyaan) sebagai bahan dialog agar tetap fokus dengan objek. Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk memperoleh persepsi yang akurat adalah 60 rumah tangga, dengan rincian 30 rumah tangga tiap desa. Karena 30 rumah tangga dianggap cukup untuk mewakili respon-respon umum masyarakat dan untuk menyingkap variasi dari setiap lapisan masyarakat.

Dari hasil penelitian dapat diketahui dengan jelas kalau kampung secara keseluruhan baik di Desa Doulu maupun Desa Jaranguda merupakan tipe lahan yang dianggap paling penting menurut laki-laki dan perempuan dengan rata-rata (33.18%) menurut laki-laki dan (35.22%) menurut perempuan karena di kampunglah semua pusat ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dapat diperoleh. Kemudian menyusul hutan, ladang, kebun dan sungai. Dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan (21.59%) menurut kelompok laki-laki dan (19.05%) menurut kelompok perempuan baik dari Desa Doulu maupun Desa Jaranguda.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 10 Oktober 1990, dari ayah (alm) Samiun Siregar dan ibu Syarifah Murni Harahap. Penulis merupakan anak ke empat dari 7 (tujuh) bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 200117 Padangsidimpuan, pada tahun 2006 lulus dari Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTS.s) Al-Anshor Padangsidimpuan. Tahun 2009 penulis lulus dari Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Padangsidimpuan dan pada tahun 2009 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo) “ ini dapat selesai sebagaimana mestinya.Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I).

2. Bapak Ir. Liliek P. Asmono selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II).

3. Kepada orang tua saya, Hj. Syarifah Murni Harahap yang telah memberikan dukungan secara materi dan moril kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Dan kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini

(6)

DAFTAR ISI

Metode MLA (Multidisciplinary Landscape Assesment) ... 9

Kondisi Umum Desa Penelitian Desa Doulu Kondisi Geografis ... 10

Sejarah ... 10

Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ... 11

Sarana dan Prasarana... 12

Desa Jaranguda Kondisi Geografis ... 15

Sejarah ... 16

Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ... 17

Sarana dan Prasarana... 18

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

Alat dan Bahan ... 19

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Doulu

Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan

Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan ... 25

Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomi Masyarakat .... 36

Jenis Tumbuhan dan Hewan Terpenting ... 38

Peristiwa Penting ... 40

Pemetaan Patisipatif ... 42

Sistem Adat-Istiadat dan Kepercayaan ... 44

Perubahan Yang Terjadi dan Implikasi Pada Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) ... 45

Desa Jaranguda Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentinagan dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan ... 47

Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomian Masyarakat 55

Jenis Tumbuhan dan Hewan Terpenting ... 57

Pemetaan Partisipatif ... 60

Perubahan yang Terjadi dan Implikasi pada Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) ... 62

Penguasaan Atas Lahan dan Kepemilikan ... 66

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

(8)

DAFTAR TABEL

NO. Hal

1. Etnik dan Marga yang Dominan di Desa Doulu ... 11

2. Etnik dan Marga yang Dominan di Desa Jaranguda ... 17

3. Profesi Masyarakat di Desa Jaranguda ... 17

4. Sarana dan Prasana di Desa Jaranguda ... 18

5. Analisis Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Lahan ... 22

6. Matrik Metodologi Penelitian ... 24

7. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu ... 26

8. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Doulu ... 31

9. Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Doulu ... 37

10.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu ... 38

11.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok perempuan di Desa Doulu ... 39

12.Peristiwa Penting di Desa Doulu ... 40

13.Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Doulu ... 42

14.Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Jaranguda ... 47

15.Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Jaranguda ... 51

16.Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Jaranguda. ... 56

17.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Jaranguda ... 57

18.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok perempuan di Desa Jaranguda ... 58

19.Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Jaranguda ... 60

20.Pembagian Luasan Wilayah Desa Doulu Tahun 2013...66

(9)

DAFTAR GAMBAR

NO. Hal

1. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan)

di Desa Doulu ... 35

2. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan)

di Desa Jaranguda ... 54

3. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan

(nilai rata-rata dari 2 kelompok laki-laki) di Desa Doulu dan Desa Jaranguda ... 63

4. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan

(nilai rata-rata dari 2 kelompok perempuan) di Desa Doulu dan Jaranguda ... 64

5. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai

tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan perempuan)

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

ABSTRACT

MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. The Public Perception of the Importance of the Types of Land Use in the Area of Tahura Bukit Barisan.

(Case study : Doulu village district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency)

Under the guidance of : Oding Affandi and Liliek P. Asmono

This research aims to find out how the public perception of the importance of forests and land use as well as the kinds of natural resources there are both animals and plants in the area of the Tahura, precisely Doulu village sub-district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency. This research was started since April until June 2013. A method of Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA), which is a combination between Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Methode (PDM) into methods used in this research. To raise the public perception is used quisioner (list of questions) as a basis of dialogue in order to stay focused with an object. The number of samples needed to obtain an accurate perception there are 60 households, with details of 30 households each village. Because of the 30 households considered enough to represent the response of the general public to unveil a variation of every layer of society.

From the results of research can be clearly known when the village as a whole both in the village of Doulu and Jaranguda village is a type of land which is considered the most important according to male and female, With an average (33.18% ) according to men and ( 35.22 % ) according to women, Because in village all economic center, culture, education and social societies can be obtained. Then following the forest the field the gardens and rivers. And dependability public opposition to the forest ( 21.59 % ) according to a group of men And ( 19.05 % ) according to a group of women either from the village of doulu or Jaranguda village.

(12)

ABSTRAK

MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo).

Di bawah Bimbingan : ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan dan tingkat kepentingan dari penggunaan lahan serta jenis-jenis Sumber Daya Alam yang ada baik hewan maupun tumbuhan di kawasan Tahura tepatnya Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo. Penelitian ini mulai dilaksanakan sejak bulan April sampai bulan Mei 2013. Metode Multidisciplinary Landscape Assesment (MLA), yaitu gabungan antara Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Methode (PDM) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan persepsi masyarakat digunakan quisioner (daftar pertanyaan) sebagai bahan dialog agar tetap fokus dengan objek. Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk memperoleh persepsi yang akurat adalah 60 rumah tangga, dengan rincian 30 rumah tangga tiap desa. Karena 30 rumah tangga dianggap cukup untuk mewakili respon-respon umum masyarakat dan untuk menyingkap variasi dari setiap lapisan masyarakat.

Dari hasil penelitian dapat diketahui dengan jelas kalau kampung secara keseluruhan baik di Desa Doulu maupun Desa Jaranguda merupakan tipe lahan yang dianggap paling penting menurut laki-laki dan perempuan dengan rata-rata (33.18%) menurut laki-laki dan (35.22%) menurut perempuan karena di kampunglah semua pusat ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dapat diperoleh. Kemudian menyusul hutan, ladang, kebun dan sungai. Dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan (21.59%) menurut kelompok laki-laki dan (19.05%) menurut kelompok perempuan baik dari Desa Doulu maupun Desa Jaranguda.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan adalah kawasan hutan lindung yang berada di 4 kabupaten (Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Langkat) di propinsi Sumatera Utara. Sebagai kawasan lindung, Tahura Bukit Barisan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat besar baik flora maupun faunanya yang lebih didominasi oleh jenis pegunungan baik lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Diantaranya Pinus merkusii (pohon pinus), durian, dadap, Eucalyptus sp,Agathis sp dan lain-lain juga berfungsi sebagai daerah tangkapan air.

Tahura Bukit Barisan juga merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Provinsi Sumatera Utara yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan masyarakat yang berada di sekitarnya. Namun pada saat ini kondisi kawasan Tahura Bukit Barisan cukup mendapat tekanan dari berbagai bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kurang terkendali sehingga mengancam kelestarian ekosistem kawasan Tahura Bukit Barisan.

(14)

dari gangguan masyarakat sekitar. Karena pola pemanfaatan yang dilakukan selama ini bersifat ekstraktif (hanya mengambil) hasil hutan saja tanpa ada upaya budidaya. Hal ini merupakan yang menjadi alasan dari penelitian ini.

Permasalahan

Pentingnya perhatian yang harus diberikan terhadap pengelolaan Tahura dan penggunaan lahan yang berada di sekitar Tahura, maka perlu diketahui apakah persepsi masyarakat mengenai tipe penggunaan lahan yang selama ini mereka pahami berdasarkan tingkat kepentingannya sudah memperhatikan makna dari keberadaan TAHURA.

Tujuan

Adapun tujuan dari pengkajian tema yang ditetapkan adalah untuk :

1. Mengetahui persepsi masyarakat mengenai tingkat kepentingan penggunaan lahan 2. Mengidentifikasi tipe-tipe penggunaan lahan dan Sumber Daya Alam di lokasi

penelitian.

3. Pembuatan peta partisipatif bersama masyarakat lokal dengan kertas karton.

Manfaat Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi dan Perilaku

Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan/aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat dalam Sandi (2006) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Menurut Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya. Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.

Pada manusia khususnya memang terdapat bentuk- bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.

(16)

dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab (Subagyo, 2005).

Nilai dan Kepentingan

(17)

dengan para informan kunci untuk mengidentifikasi nilai-nilai berbagai unit lanskap menurut masyarakat dan hasil-hasil yang terkait.

Suatu kegiatan member skor/nilai, dikenal sebagai Metode Distribusi Kerikil (Pebble Distribution Methode/ PDM), digunakan untuk mengukur penilaian kelompok terhadap kepentingan berbagai hasil hutan dan unit lanskap pendekatan lain yang juga menjadi kunci untuk menjawab “apa yang penting” bagi masyarakat

lokal adalah PDM (Pebble Distribution Method), yaitu kegiatan pemberian skor oleh

para informan dengan mendistribusikan 100 kancing atau kacang pada kartu-kartu

bergambar menurut kepentingan mereka. Melalui kegiatan ini, diperoleh informasi

tentang tipe lahan dan hutan; hutan masa lalu, masa kini dan masa depan; jarak untuk

tipe lahan dan hutan; sumber barang yang digunakan; dan species terpenting per

kategori guna menurut persepsi masyarakat lokal. Hasil kegiatan ini, selain digunakan

untuk mengembangkan dialog bersama masyarakat, juga dapat digunakan untuk

memahami prioritas lokal secara lebih baik.

Penggunaan Lahan

(18)

Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk di atas lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010).

Penggunaan lahan berkaitan erat dengan ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahan dan air akan menentukan produktivitas sumberdaya yang mampu diproduksi, selain itu juga mampu memberikan data tentang potensi produksinya. Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan jumlah penduduk, dan proses urbanisasi merupakan penyebab umum yang dianggap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan (Wu et al., 2008).

(19)

Arsyad (2006) mengelompokkan tipe penggunaan lahan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian yaitu :

1. penggunaan lahan tegalan 2. sawah

3. kebun

4. padang rumput 5. hutan

6. padang alang-alang

Sedangkan tipe penggunaan lahan bukan pertanian yaitu : 1. penggunaan lahan kota atau desa (pemukiman) 2. industri

3. rekreasi 4. pertambangan

Hutan

(20)

Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi, hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK).

Tahura

Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan .

Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari Cagar Alam (CA)/ Taman Wisata (TW) Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat Selatan, TW Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.

Metode MLA (Multidisciplinary Landcape Assessment)

(21)

terdapat di dalam lingkungan hidupnya, dan hubungannya dengan kebutuhan, pilihan pemanfaatan, kepemilikan dan sistem nilai dalam masyarakat (Yoteni,dkk, 2009).

Metode Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Method (PDM) atau penggabungan metode ini disebut dengan Multidisciplinary Landcape Assessment (MLA). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari orang yang ada di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner dan wawancara kepada responden.

Kegiatan MLA telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai kegunaan

tumbuhan dan hewan dan bagaimana mereka dapat mengelolanya secara lebih baik.

Sejak dimulainya kegiatan, mereka telah dilibatkan dalam kegiatan pemetaan

bersama masyarakat. Pemetaan ini memuat informasi tentang berbagai tipe lanskap,

sumberdaya alam utama dan tempat-tempat khusus/ keramat/ dilindungi dari

kerusakan yang disebabkan oleh orang luar. Peta tersebut menjadi milik mereka

setelah kegiatan berakhir dan mereka dapat menggunakannya untuk menjaga

sumberdaya yang mereka miliki, atau untuk berdialog dengan penentu kebijakan

(22)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Doulu

Kondisi Geografis

Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Jarak dari desa dengan kota Kecamatan 12 Km, dari Ibukota Kabupaten sekitar 23 Km dan dari pusat Ibukota Propinsi 55 Km dengan rincian dari pusat Ibukota Propinsi ke simpang Desa Doulu 53 Km, sedangkan dari simpang Desa Doulu ke Desa Doulu 2 Km. Desa Doulu secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 300 Ha.

Adapun batas-batas administratif adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Deleng Macik

Sebelah Selatan berbatasan dengan Deleng Singkut

Sebelah Timur berbatasan dengan Deli Serdang atau Sempulen Angin Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Semangat Gunung (Raja Berneh)

SejarahAsal-usul

(23)

Seberapa banyak pohon yang dirabi oleh si marga Karo-karo Purba maka luas tanah yang dia miliki sampai batas pohon yang ditebangi marga Karo-karo Purba tersebut. Oleh karena itu tanah yang dimiliki oleh Karo-karo Purba sangat luas karena jumlah pohon yang ditebangi oleh masing-masing marga Karo-karo Purba sangat banyak. Maka siapa yang lebih banyak menebang pohon (ngerabi) maka tanah yang ia miliki sangat luas dan siapa yang lebih luas memiliki lahan tersebut ia lah yang paling kuat.

Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat

Desa Doulu berpenduduk sekitar 1876 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sekitar 454 jiwa. Pada umumnya, penduduk desa mayoritas suku Karo (marga yang mendominasi ialah marga Karo-karo Purba dari pada marga silima lainnya). Pada umumnya Karo-karo Purba lebih mendominasi di Doulu Dalam (Doulu Kuta), sedangkan di Doulu Pasar tidak banyak lagi yang bermarga Karo-karo Purba.

Kelompok pendatang di Desa Doulu ada suku Jawa, suku Nias, suku Batak Toba dan Batak Tapanuli. Kelompok pendatang ini awalnya datang hanya sebagai orang upahan bekerja di ladang (si ngemo). Kemudian diantara mereka ada juga yang membawa keluarga mereka untuk ikut bekerja dan tinggal di Desa Doulu. Para pendatang ini dapat menjadi warga desa apabila sudah disetujui oleh pemerintah desa. Tabel 1. Etnik dan Marga yang Dominan

Etnik Marga Keterangan

Karo Karo-karo Purba -

Ginting -

Sembiring

Tarigan -

Perangin-angin -

Toba Silalahi -

Saragih -

(24)

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Desa Doulu adalah bertani (86,7%). Ini dikarenakan, secara umum kehidupan masyarakat di Desa Doulu bersifat agraris. Hasil pertanian merupakan sumber penghidupan pokok bagi kebanyakan penduduk desa. Hampir setiap masyarakat di Desa Doulu ikut terlibat dalam mengelola lahan pertanian seperti menggarap sawah untuk ditanami padi dan lahan perladangan untuk ditanami tanaman jangka pendek seperti tomat, sayur kol, cabe merah, cabe hijau, sawi hijau, strawbery serta tanaman tua seperti kopi dan sebagainya. Sedangkan sisanya ada yang bekerja sebagai pedagang (6,75%), sebagai Pegawai Negeri dan Swasta (2,5%) dan pekerjaan lainnya (4,5%).

Sebagian besar penduduk Desa Doulu menganut agama Kristen Protestan (50%) . Pada umumnya sebagian besar dari yang menganut agama Kristen ialah sebagai jemaat gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dan sisanya beragama Kristen Katolik (15 %). Sedangkan penduduk desa lainnya beragama Islam (35%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Desa

Sarana umum yang terdapat di Desa Doulu meliputi sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana komunikasi dan sarana umum.

Sarana Pendidikan

(25)

(SDA) yang ada. Sarana pendidikan yang ada di Desa Doulu ada dua sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Impres.

Pada umumnya para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka disekolah dasar ini. Ini dikarenakan kedua Sekolah Dasar ini berada di kawasan Desa Doulu dan sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk yang hanya berjarak 300 meter. Bagi orang tua yang berada di Doulu Pasar juga menyekolahkan anak mereka di Doulu Kuta. Para orang tua ini mengantar anak mereka ke sekolah dengan mengendarai kendaraan roda dua atau dengan ojek. Jarak yang ditempuh kurang lebih 1 Km dengan waktu tempuk kurang lebih 10 menit. Kondisi bangunan sekolah sudah sangat memadai dengan gedung sekolah yang permanen yang dibangun diatas lahan seluas satu hektar.

Bagi warga yang menyekolahkan anak mereka di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) dan Perguruan Tinggi,harus memilih melanjutkan sekolah ke Kecamatan Berastagi dan ke Kabanjahe. Biasanya mereka akan menaiki bus, diantar oleh orang tua mereka atau dengan menggunakan tenaga ojek. Waktu tempuh sekitar 20-30 menit dengan jarak 11-12 Km dari desa.

Sarana Kesehatan

(26)

Kondisi bangunan sarana kesehatan ini sudah permanen. Di puskesmas ini juga terdapat ruang rawat inap bagi pasien. Tetapi ada juga beberapa warga Desa Doulu yang jika sakit berobat ke Berastagi atau ke Kabanjahe.

Sarana Komunikasi

Untuk sarana komunikasi masyarakat Desa Doulu, warga sudah menggunakan sarana telepon genggam atau handphone. Untuk memperoleh informasi masyarakat sudah menggunakan sarana media elektronik yaitu televisi dan radio dalam mengakses informasi yang sedang berkembang. Masyarakat juga sudah memperoleh sarana media cetak yaitu Koran. Beberapa masyarakat ada yang membeli Koran ke Berastagi dan ada juga petugas pengantar Koran yang mengantar Koran ke Desa Doulu.

Sarana Umum

(27)

Sarana Ibadah

Sarana ibadah yang terdapat di Desa Doulu Pasar yaitu 1 sarana Gereja dan 1 sarana Mesjid. Sarana ibadah yang ada di Doulu Kuta (Doulu Dalam) yaitu 3 Gereja dan 1 Mesjid. Sarana ibadah ini juga sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk. Jarak antara sarana ibadah ini sangat berdekatan hanya 100 meter. Bangunan Gereja GBKP dan Katolik sudah permanen, begitu juga bangunan Mesjid sudah permanen.. Sebahagian sarana umum seperti bangunan sekolah, puskesmas dan sarana umum merupakan milik pemerintah.

Desa Jaranguda

Kondisi Geografis

Desa penelitian memiliki luas wilayah sebesar 440 ha. Jarak desa penelitian ke ibukota kecamatan sekitar 2 km, sementara jarak desa ke ibukota kabupaten sekitar 13 km, dan jarak desa ke ibukota propinsi sekitar 67 km. Waktu tempuh ke ibukota kecamatan sekitar 0,10 jam, sementara waktu tempuh ke ibukota kabupaten sekitar 1,5 jam, dan waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat (ekonomi, kesehatan, pemerintahan) sekitar 0,5 jam.

Adapun batas-batas wilayah desa penelitian adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gongsol - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Merdeka - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lau Gumba

(28)

km/90 menit. Waktu yang diperlukan dari desa untuk menempuh ke pusat fasilitas umum terdekat ± 30 menit. Ketersediaan alat angkutan umum setiap saat ada dari desa menuju kecamatan /desa lainnya (Pemerintah Kabupaten Karo, 2007).

Sejarah Asal -usul

Menurut cerita masyarakat Desa Jaranguda, Desa Jaranguda sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Bila dilihat dari segi artinya Jarang artinya jarang, Uda artinya yang muda adapun maksudnya adalah awalnya simanteki kuta (pendiri desa) adalah bermarga Surbakti yang kebetulan anak paling bungsu. Sedangkan pada masa itu jarang ada atau hampir tidak ada orang yang pertama kali membuka desa itu adalah anak yang paling muda.

(29)

maka tanah yang ia miliki sangat luas dan siapa yang lebih luas memiliki lahan tersebut ialah yang paling kuat.

Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat

Penduduk asli Desa Jaranguda adalah Suku Karo. Masyarakat pendatang cukup paham dan mengerti adat istiadat penduduk desa karena mereka sudah lama mendiami desa ini. Bahkan sudah banyak yang diangkat menjadi Suku Karo. Secara umum, mata pencaharian penduduk pada awalnya adalah bertani. Namun sekarang sudah banyak juga yang menjadi Pegawai Negeri dan ABRI bahkan yang menjadi pengusaha sehingga tingkat keragaman di Desa Jaranguda ini pun semakin tinggi. (Pemerintah Kabupaten Karo, 2007).

Tabel 2. Etnik dan Marga yang Dominan

Etnik Marga Keterangan

Karo Surbakti -

Karo-karo purba -

Sembiring -

Ginting -

Tarigan -

Jawa -

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2013

Mata pencaharian masyarakat petani ada juga yang berprofesi sebagi buruh, , pedagang, dan PNS.

Tabel. 3 Profesi Masyarakat

No Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)

1. PNS dan Pegawai Swasta 40,05

2. Petani 50,59

3. Jasa dan Industri 9,36

Total 100,00

(30)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa penelitian terdapat (40,05 %), yang dominan sebagai petani yaitu sebanyak (50,59 %), dan sebagai pekerja di sektor jasa dan industri yaitu sebanyak (9,36%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Sarana dan prasarana di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 4. Sarana dan Prasana di Desa Jaranguda, Tahun 2013

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Kesehatan - Puskesmas

- Puskesmas Pembantu

1

- Kendaraan Umum Roda Empat - Kendaraan Umum Roda Dua

- Alat Tansportasi Tradisional (Delman dan Kuda)

10 - Perguruan Tinggi

(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini di laksanakan di Desa Doulu Kecamatan Brastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo, Tentang Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-tipe Penggunaan Lahan. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai Mei 2013.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital untuk dokumentasi, kacang untuk menghitung skor, GPS dan komputer untuk mengolah data.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan wawancara, kartu label-label bergambar sebagai media yang akan dinilai dan karton putih untuk pembuatan peta partisipatif bersama masyarakat.

Metode Penelitian

(32)

Populasi dan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu Desa Semangat Gunung dan Desa Merdeka Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, diambil 30 sampel kepala keluarga (KK) untuk survei rumah tangga, 5-8 orang untuk FGD, satu orang ketua adat/kepala desa serta informan kunci dari masing- masing desa tersebut. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara Purposive Sampling, yaitu cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi dilakukan dengan adanya tujuan tertentu. Teknik dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2006).

Pengumpulan Data

(33)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara

2. Kuisioner

3. Pengamatan (Observasi) 4. Studi Pustaka

Wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar isian/pertanyaan dengan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, pejabat instansi terkait, pejabat desa/kelurahan. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar isian/pertanyaan (kuisioner) terhadap semua informasi dari responden. Observasi dilakukan guna melihat kondisi sebenarnya dari masyarakat dan kawasan yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

Penentuan Responden

Informan lokal dan informan kunci diperoleh saat koordinasi dan diskusi dengan kepala dusun atau kepala kelurahan. Dalam proses survei dan diskusi, informan lokal biasanya menjadi penghubung antara Tim dengan Tokoh/Informan kunci, penghubung dengan responden rumah tangga, dan sebagai penerjemah bahasa (Indonesia ke lokal atau sebaliknya) terutama dalam kegiatan PDM.

(34)

Analsisi Data

Analisis data kualitatif

Penelitian ini merupakan suatu kajian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Kegiatan memberi skor dengan Metode Distribusi Kerikil (Pebble Distribution Methode atau PDM) menunjukkan bagaimana masyarakat lokal memberikan skor untuk mengehui seberapa penting hutan dibandingkan dengan jenis lahan yang lain baik secara umum maupun untuk nilai-nilai dan kepentingan khusus.

Sebelum mulai memberikan skor, fasilitator akan memberikan contoh bagaimana biji-bijian dapat disebarkan dan apa artinya. Jika 10 biji diletakkan di kartu ‘kampung’ dan 5 biji diletakkan di kartu ‘hutan’ maka dapat dijelaskan bahwa ini berarti desa dua kali lebih penting dibandingkan hutan jika ada 5 biji di ‘ladang’ dan 5 biji di ‘kebun’ maka keduanya sama pentingnya. Seratus biji tersebut ditumpuk di tengah, sehingga mudah dijangkau oleh semua orang.

Tabel 5. Analisis Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Lahan Kategori

(35)

banyak menggunakan kacang garing atau permen. Alasan praktis dipakai, supaya setelah selesai kegiatan kacang atau permen tersebut bisa dimakan bersama-sama. Dengan metode seperti ini akan menarik perhatian peserta sehingga memberikan antusias yang tinggi di setiap kegiatan PDM.

Secara berkelompok para informan kemudian diminta untuk menyebarkan 100 kacang di antara kartu-kartu yang sudah ada namanya sesuai dengan nilai ‘kepentingan’ mereka. Cara melakukannya sebagian besar tergantung pada mereka sendiri. Kadang mereka mengambilnya secara bergiliran, masing-masing dengan segenggam penuh biji-bijian, dalam kesempatan lain seorang peserta meletakkan semua biji tetapi dipandu oleh yang lainnya. Kadang mereka tidak sepakat dan mereka harus berdiskusi. Fasilitator tidak campur tangan dalam diskusi tersebut, kecuali jika judul kartu atau arti pemberian skor perlu dijelaskan lagi. Fasilitator akan terlibat untuk menanyakan dan memperoleh tanggapan-tanggapan dari peserta kegiatan PDM tentang alasan yang bisa disampaikan mengenai besar kecilnya skor yang diberikan.

Pemetaan Partisipatif Terhadap Tipe Lanskap Desa Bersama Masyarakat

(36)

Pada saat survei dan kegiatan PDM, fasilitator memfasilitasi pembuatan sebuah peta partisipatif dari masing-masing dusun yang disurvei. Peta digambar di atas kertas karton. Kegiatan pemetaan biasanya dimulai dengan menggambarkan lokasi (tempat) yang secara umum mudah dikenali dan diidentifikasi masyarakat atau tipe lanskap dan wilayah yang penting seperti jalan desa/dusun, sungai, rumah ibadah, sekolah, rumah kepala dusun, hutan dan pegunungan utama, sawah, ladang, dan lain-lain. Pada saat penggambaran peta juga disepakati tentang simbol-simbol yang akan digunakan untuk lokasi (tempat) dan tipe lanskap yang digambarkan di peta.

Tabel 6. Matrik metodologi penelitian

No Tujuan Penelitian Data Kunci Sumber dan Metode

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DESA DOULU

Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan

Melalui penggunaan PDM (Pebble Distribution Method), masyarakat diminta untuk menentukan tingkat kepentingan pemanfaatan lahan. PDM dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan tokoh masyarakat dan informan kunci. Berdasarkan hasil FGD terdapat 5 (lima) tipe lahan yang diperbandingkan kepentingannya terhadap 11 (sebelas) kategori kegunaan.

Penentuan tingkat kepentingan dengan PDM dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin, yaitu pendapat dari laki-laki dan perempuan. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengetahui peran masing-masing jenis kelamin terhadap pemanfaatan lahan.

a. Kelompok laki-laki

(38)

Tabel 7. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki

Bagi kelompok laki-laki, kampung memiliki nilai kategori guna paling tinggi, dapat kita lihat dari total kerikil yang diberikan itu ada 295 kerikil, karena di kampung secara keseluruhan masyarakat mendapatkan semua keperluan, kampung juga merupakan tempat lahir, dibesarkan, dikuburkan (saat meninggal), serta tempat bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Masyarakat dapat berkumpul di kampung baik itu di balai, di jambur maupun di kedai kopi, sehingga masyarakat bisa membicarakan hal-hal penting yang menurut mereka harus dimusyawarahkan. Di kampung juga dapat diperoleh tempat untuk berobat, misalkan puskesmas merupakan pusat pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Karena meskipun masih ada pengobatan-pengobatan tradisional, namun tidak sedikit masyarakat yang berobat ke puskesmas. Masyarakat juga dapat memperoleh kebutuhan mereka untuk memperoleh alat perkakas, baik itu kebutuhan untuk dapur, rumah, dan alat untuk bekerja.

(39)

ekonomi, maupun lingkungan. Bahkan dari ladang banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari ladang diperoleh sumber makanan baik itu jenis biji-bijian seperti padi maupun sayur-sayuran yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat. Karena sebagian besar komoditas tanaman masyarakat adalah sayur-sayuran seperti daun brokoli, daun sop, daun selada, bawang prei, wortel, kacang buncis, kacang panjang, tomat dan cabe. Dari hasil ladang dimabil keperluan sehari-hari secukupnya saja selebihnya dapat dijual secara langsung maupun ditolak ke pengecer.

Hutan, secara umum termasuk tipe lahan yang penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 215 kerikil. Masyarakat desa pergi ke hutan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-harinya dengan berburu dan mengkoleksi tumbuhan liar. Sebagian besar hasil hutan yang mereka peroleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri (subsisten). Hutan sangat penting bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terlebih lagi yang berprofesi sebagai pembuat keranjang dan tepas, karena terkadang mereka kekurangan bahan baku untuk membuat keranjang sementara satu-satunya solusi yang paling mudah adalah langsung mengambil dari hutan.

Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok laki-laki :

(40)

tempat bagi masyarakat dalam memenuhi dan atau membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak diperoleh di ladang. Adapun sungai sebagai tempat mencari dan mendapatkan ikan. Sedangkan dari hutan masyarakat masih takut karena adanya larangan keras dari pihak kehutanan tentang pemanfaatan hutan

b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan masyarakat banyak berasal dari kampung. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu. Lau debuk-debuk juga dianggap dapat membantu masyarakat sebagai alternatif dari pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti gatal-gatal, pegal-pegal, asam urat dan sebagainya. Sementara dari ladang, kebun dan hutan masih diperoleh tumbuhan untuk bahan obat

(41)

d) Peralatan atau perkakas, bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kampung dan hutan. Di kampung peralatan atau perkakas sudah mudah diperoleh yaitu cukup membeli ke toko-toko yang ada.

e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari ladang, kebun , dan hutan. Dari ladang dan hutan dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, dengan memanfaatkan ranting pohon. Namun sekarang ini masyarakat lebih memilih minyak atau gas, karena tidak boleh sembarangan mengambil kayu di hutan, bila dibeli harganya akan lebih ekonomis dengan menggunakan minyak atau gas

f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk keranjang berupa rotan dan bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari hutan. Kampun, kebun dan ladang g) Hiasan Adat atau Ritual, banyak diperoleh dari hutan, kampung, kebun dan

ladang. Lokasi yang sering menjadi tempat ritual bagi sebagian masyarakat adalah lau debuk-debuk yang dianggap keramat dan mengandung mistis. Bahkan orang pendatangpun banyak yang datang untuk melakukan ritual-ritual yang mereka yakini dapat memberikan manfaat bagi mereka.

(42)

i) Rekreasi. Tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah lau debuk-debuk karena merupakan sumber mata air yang berasal dari panas bumi sehingga air yang dikeluarkan-pun panas, karena itu masyarakat suka berkumpul-kumpul di sekitar lau debuk-debuk. Kemudian rekreasi ke Hutan (Gunung Sibayak) biasanya meningkat saat liburan. Sambil rekreasi masyarakat bisa juga mengambil keuntungan bila berjumpa dengan foreign (turis) dengan membawanya jalan-jalan ke ladang bila dipanggil. Sementara sungai dijadikan tempat rekreasi karena di sungai dapat melihat ikan dan memancingnya. Adapun kampung menjadi tempat hiburan ketika masyarakat berkumpul di kedai-kedai sambil minum kopi dan menonton televise secara bersama-sama.

j) Masa Depan, bagi laki-laki memandang bahwa ladang memiliki nilai tertinggi dalam peranan mendukung kehidupan di masa depan. Adapun kampung, penting bagi masa depan karena di kampung banyak terdapat fasilitas umum masyarakat dan merupakan tempat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Hutan juga memiliki fungsi masa depan karena fungsi dalam menjaga lingkungan dari bahaya banjir dan longsor.

b. Kelompok perempuan

(43)

Tabel 8. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Doulu

Bagi kelompok perempuan, kampung memiliki nilai kategori guna paling tinggi, dengan jumlah kerikil sebanyak 280 biji. Masyarakat dapat berkumpul di kampung untuk bersosialisasi baik itu di balai, maupun jambur, sehingga masyarakat bisa membicarakan hal-hal penting yang menurut mereka harus dimusyawarahkan. Di kampung juga dapat diperoleh tempat untuk berobat, misalkan puskesmas merupakan pusat pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Karena meskipun masih ada pengobatan-pengobatan tradisional, namun tidak sedikit masyarakat yang berobat ke puskesmas. Masyarakat juga dapat memperoleh kebutuhan mereka untuk memperoleh alat perkakas, baik itu kebutuhan untuk dapur, rumah, dan alat untuk bekerja.

Hutan, secara umum termasuk tipe lahan yang penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 240 biji. Masyarakat desa pergi ke hutan untuk mengkoleksi tumbuhan liar. Sebagian besar hasil hutan yang mereka peroleh digunakan untuk

(44)

memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri (subsisten). Hutan sangat penting bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terlebih lagi yang berprofesi sebagai pembuat keranjang dan tepas, karena terkadang mereka kekurangan bahan baku untuk membuat keranjang sementara satu-satunya solusi yang paling mudah adalah langsung mengambil dari hutan.

Kemudian ladang dianggap penting dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 210 biji, ini dikarenakan ladang memiliki nilai masa depan baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Bahkan dari ladang banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari ladang diperoleh sumber makanan baik itu jenis biji-bijian seperti padi maupun sayur-sayuran yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat. Karena sebagian besar komoditas tanaman masyarakat adalah sayur-sayuran seperti daun brokoli, daun sop, daun selada, bawang prei, wortel, kacang buncis, kacang panjang, tomat dan cabe. Dari hasil ladang dimabil keperluan sehari-hari secukupnya saja selebihnya dapat dijual secara langsung maupun ditolak ke pengecer.

Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok perempuan:

(45)

b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan menurut kelompok perempuan banyak berasal dari kampung. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu.

c) Bahan bangunan, bahan bangunan secara dominan banyak didapatkan dari hutan, kampung, dan sungai. Dari hutan terutama kebutuan kayu untuk kayu tiang, kusen, maupun papan dinding rumah. Sedangkan sungai menjadi sumber bahan baku berupa pasir dan batu ketika akan membuat rumah permanen (tembok) atau setengah permanen. Adapun kampung merupakan tempat membeli bahan bangunan seperti semen, paku, seng/genting, dan lain-lain.

d) Peralatan atau perkakas, bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kampong dan hutan. Di kampung peralatan atau perkakas sudah mudah diperoleh yaitu cukup membeli ke toko-toko yang ada.

e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari hutan dan kampung. Dari hutan dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar dengan memanfaatkan ranting pohon. Sedangkan dari kampung mudah diperoleh minyak dan gas.

f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk keranjang berupa rotan dan bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari ladang, hutan, dan kebun

(46)

h) Benda yang bisa dijual, bagi kelompok perempuan banyak berasal dari ladang / sawah. Hasil-hasil pertanian yang ditanam di ladang dan sawah merupakan hasil utama yang mudah dijual oleh kaum perempuan.

i) Rekreasi, tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah kampung. Bagi kelompok perempuan kampung bisa menyatukan mereka, karena kebersamaan bagi mereka adalah kesenangan yang tak bisa diukur.

j) Masa Depan, Kampung, ladang, kebun, sungai dan hutan memiliki nilai yang sama bagi kelompok perempuan. Semua dianggap penting karena kategori lahan yang ditawarkan bagi kelompok perempuan harus tetap terjaga kelestariannya demi masa depan anak cucu mereka.

Untuk memperjelas hasil dari kegiatan skoring dari tipe-tipe penggunaan lahan, maka akan ditampilkan pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan nilai rata-rata kepentingan dari setiap tipe lahan berdasarkan responden yang terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Mereka diminta untuk menilai semua kategori kegunaan tipe-tipe lahan tersebut secara keseluruhan.

Gambar 1. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan) di Desa Doulu.

26,8

Kampung Ladang Kebun Sungai Hutan (Tahura)

Lau Debuk-debuk

(47)

Kampung secara umum merupakan tipe lahan terpenting untuk masyarakat di desa Doulu yang memiliki skor tertinggi sebesar 26,8 % serta lanskap terpenting untuk enam tipe lahan dari sebelas kategori kegunaan yang diteliti (Gambar 1). Masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, komunikasi, dan sosialisasi dari kampung. Bahkan tempat mereka untuk mendapat penyuluhan kehutanan dan pertanian juga di kampung, karena dengan adanya penyuluhan sedikit banyaknya masyarakat akan terbantu untuk menangani berbagai masalah yang mereka hadapi di ladangnya.

Setelah kampung, berikutnya adalah hutan seperti yang dikemukakan dalam Primack (1993) Sumberdaya hayati yang diperoleh masyarakat dari dalam hutan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori sesuai: (a) produktif, yaitu yang diperjual belikan di pasar, dan (b) konsumtif, yaitu yang dikonsumsi sendiri atau tidak dijual. Sebagaimana pada gambar 1 menunjukkan pada kita bahwa hutan memiliki nilai kepentingan (21.8%) bagi perempuan dibandingkan dengan nilai kepentingan hutan untuk laki-laki (19.5%). Seterusnya menyusul ladang, kebun, sungai dan lau debuk-debuk.

Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomi Masyarakat Sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat

(48)

Sibayak (Gunung Sibayak). Dengan dikelilingi oleh deleng, menyebabkan Desa Doulu memiliki jenis tanah bewarna hitam dan coklat kehitaman. Jenis warna tanah hitam terdapat di wilayah persawahan, perladangan dan di sekitar hutan (kerangen). Tanah bewarna hitam kecoklatan berada di areal pemukiman penduduk dan terdapat di lahan bambu yang berada di sekitar areal sungai. Jenis tanah hitam kecoklatan yang berada di areal pemukiman penduduk sudah bercampur dengan pasir.

(49)

Tabel 9. Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Doulu.

No Jenis Komersil Satuan Harga/Satuan Keterangan Tumbuhan

Pada umumnya ayam jantan

2 Ikan Kg Rp.22.000 sd

30.000

Harga rataan untuk semua jenis ikan, termasuk ikan mas dan ikan nila

Jenis tumbuhan dan hewan terpenting

(50)

Tabel 10. Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu.

No Tumbuhan

Tingkat Kepentingan

Relatif

Binatang Tingkat Kepentingan Relatif

1 Daun sop 15 Ayam kampung 30

2 Wortel 10 Kambing 10

3 Daun prei 10 Lembu 10

4 Bunga kol/daun kol 10 Anjing 20

5 Cabe 10 Ikan 25

6 Tomat 10 Bebek 5

7 Padi 10

8 Kopi 5

9 Bambu 5

10 Pisang 5

11 Jeruk 5

12 Strawbery 5

Jumlah 100 Jumlah 100

Berdasarkan Table 10, deskripsi jenis tumbuhan dan binatang terpenting yang mempunyai nilai ekonomis menurut kelompok laki-laki adalah:

a. Tumbuhan yang memiliki nilai paling tinggi adalah daun sop. Banyak dari masyarakat yang menanam daun sop, karena dinggap paling diminati pelanggan di pasaran. Dan bisa juga dicampur dengan jenis tanaman lain agar tetap memproduksi lebih dari satu jenis tanaman. Kemudian disusul oleh wortel, daun pre, kol, cabe, tomat, padi, kopi, bambu, pisang, jeruk dan strawbery. Sayuran merupakan tumbuhan paling penting karena merupakan hasil utama dari pertanian masyarakat.

(51)

Tabel 11. Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Perempuan di

Berdasarkan Table 11, deskripsi jenis tumbuhan dan binatang terpenting yang mempunyai nilai ekonomis menurut kelompok perempuan adalah:

a. Persis sama dengan penilaian yang diberikan oleh kelompok laki-laki karena kaum perempuan juga mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kelompok laki-laki. Tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tertinggi adalah daun sop, kemudian disusul oleh wortel, daun pre, daun kol, tomat, padi, kopi, pisang, jeruk dan strawbery. Sayuran merupakan tumbuhan paling penting karena merupakan hasil utama dari pertanian masyarakat. Sementara yang lainnya dibuat sebagai tanaman campuran karena dianggap juga memiliki nilai ekonomi. Pertanian masyarakat sudah sangat bagus, karena mereka bisa mencampurkan jenis-jenis tanaman yang tidak saling mengganggu antara yang dengan yang lain.

(52)

Kemudian anjing juga memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi, karena dapat mengawasi semuanya baik dari serangan binatang maupun manusia, sehingga dianggap sebagai binatang penjaga.

Peristiwa penting

Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat, peristiwa penting yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat adalah bencana banjir yang sering terjadi dan sering menimbulkan korban. Penyebabnya berupa adanya hujan deras. Secara lengkap, peristiwa penting yang terjadi di Desa doulu terlihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Peristiwa Penting di Desa Doulu

No. Tahun Kejadian Penting/ Bencana Penyebab Dampak 1. 1950 Pembangunan jalan Program pembangunan

jalan oleh pemerintah

− Membuka dan memperlancar akses 2. 1970 Pembangunan jambur Perlunya sarana untuk

pertemuan masyarakat

− Dapat menggunakan jambur untuk berbagai kegiatan

3. 1980 Masuk listrik Dibutuhkannya penerangan

− Membantu penerangan

4. 2009 Masuk air Perlu air bersih − Demi butuhan sehari-hari

Sumber: FGD kepala desa, tokoh adat, dan tokoh masyarakat (2013)

Pemetaan Partisipatif

(53)

Setelah semua tipe lanskap dan wilayah penting tergambarkan di peta, dilakukan groundcheck ke beberapa tempat yang dapat dijangkau. Groundcheck dilakukan untuk mengambil poin koordinat, dengan menggunakan GPS. Setiap tempat yang dikunjungi direkam koordinatnya.

Tabel 13. Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Doulu

No. Nama Lokasi

Khusus

Way points

(GPS) Deskripsi Lokasi

1 Balai Desa N 03013’24.2” dan kebun yang masih banyak ditumbuhi ladang dan kebun yang masih banyak

(54)

5 Losd/jambur N 03013’21.3”

Mata air yang menjadi tempat pemandian air panas, berada di sekitar sawah kenjahe/ladang

(55)

9 Kebun N03013’37.40” dari itu, kampung juga sebagai tanah tempat

Hutan yang berada di desa doulu merupakan

Sistem Adat-Istiadat dan Kepercayaan di Desa Doulu

(56)

Doulu. Tetapi suatu ketika nini tersebut tidak pernah lagi muncul di Desa Doulu dan masyarakat yang ada di Desa Doulu mempercayai bahwa nini tersebut telah meninggal di Deleng Sibayak dan menjadi penguasa disana, sehingga banyak orang yang sering datang untuk berdoa dan meminta rejeki kepada Nini Keramat Batu Ernala diatas Deleng Sibayak. Sebagian besar orang suku Karo beranggapan Lau Debuk-debuk merupakan tempat keramat.

Pada saat sekarang banyak orang yang mengadakan upacara Erpangir Ku Lau di Lau Debuk-debuk terdapat 4 buah mata air panas di luar kolam utama, yaitu : (1) Telaga Beru Karo Sada Nioga, (2) Telaga Beru Sembiring, (3) Telaga Panglima dan (4) Telaga Guru Penawar. Setiap mata air sudah dipugar atas swadaya dari pengunjung yang merasa mendapat berkah dari Nini keramat mata air tersebut. Keluarga yang hendak erpangir terlebih dahulu mengadakan ercibal dan erlebuh di salah satu mata air. Orang-orang yang erpangir biasanya datang berombongan yang terdiri dari anggota keluarga. Ada yang datang karena disarankan oleh guru (dukun Karo) atau datang erpangir karena kebutuhan rutinnya sendiri. Para guru perjinujung misalnya paling tidak setahun sekali harus mengadakan Erpangir Ku Lau . Kelompok yang datang ke Lau Debuk-debuk selain penduduk Desa Doulu tetapi juga datang dari desa lain. Upacara Ercibal di Lau Debuk-debuk dimulai sejak tahun 1952.

Perubahan Yang Terjadi pada Pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA) di Desa

Doulu

(57)

yang menanam padi sawah di lahan-lahan masyarakat, disamping itu banyak juga yang menanam sayur-sayuran. Namun sekarang perubahan yang signifikan-pun terjadi dimana hampir semua masyarakat berladang dengan jenis tanaman kebanyakan sayur-sayuran.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang diperoleh langsung dari hutan saat ini adalah bambu. Sebagian masyarakat ada yang bekerja sebagai pengerajin bambu, mereka memperoleh bambu persis di perbatasan antara kampung dengan hutan. Bambu yang diperoleh akan diolah menjadi tepas, keranjang dan pacak tanaman. Kebanyakan produk yang dihasilkan adalah keranjang, karena permintaan keranjang lebih banyak daripada yang lainnya.

(58)

DESA JARANGUDA

Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan

Berdasarkan PDM (Pebble Distribution Method) yang dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus FGD (Focus Group Discussion) dengan tokoh masyarakat dan informan kunci Desa Jaranguda dapat diperoleh 4 (empat) tipe lahan yang diperbandingkan kepentingannya terhadap 11 (sebelas) kategori kegunaan. Penentuan tingkat kepentingan dengan PDM berdasarkan jenis kelamin, yaitu pendapat dari laki-laki dan perempuan.

a. Kelompok laki-laki

Tingkat kepentingan tipe lahan sangat ditentukan oleh tingkat pemanfaatan lahan tersebut. Tipe-tipe pemanfaatan lahan di Desa Jaranguda masih tergantung pada kampung, hutan, ladang dan kebun kopi.

Tabel 14. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Jaranguda

(59)

400. Banyak alasan yang memperkuat persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingannya, seperti peralatan perkakas dapat diperoleh dengan mudah di kampung baik itu untuk keperluan rumah tangga maupun untuk kerja. Karena sudah banyak warung yang menyediakan keperluan masyarakat yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Obat-obatan sudah sangat mudah untuk diperoleh karena sudah ada apotek yang berdiri di tengah-tengah kampung. Masyarakat langsung bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya, bahkan bila ingin berobat sudah ada 3 orang bidan yang selalu siap untuk menjalankan tugasnya. Begitu juga dengan bahan bangunan dalam skala kecil banyak yang menyediakannya di kampung, bila yang dibutuhkan dalam skala besar biasanya masyarakat akan pergi ke pasar Berastagi untuk mendaptkannya.

Kemudian kebun dengan skor 245, dianggap penting karena dari kebun banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan. Terlebih lagi bagi masyarakat yang bekerja sebagai perajin bambu berupa anyaman keranjang, baginya bambu merupakan sumber mata pencaharian. Anyaman bambu bukan hanya dalam bentuk keanjang tetapi ada juga yang membuat tepas yang dapat digunakan sebagai dinding rumah, pintu, dan lantai.

(60)

obat tradisional. Sedangkan hutan merupakan harapan satu-satunya jika di masa depan lahan sudah semakin sempit dan penduduk semakin padat dan pemukiman atau perkampungan sudah tidak sanggup lagi untuk menampung masyarakat dikarenakan perkembangannya yang melaju dengan sangat pesat.

Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok laki-laki :

a) Makanan, kebutuhan bahan makanan lebih banyak diperoleh di kampung, ladang, kebun, dan hutan. Kampung menjadi tempat bagi masyarakat dalam memenuhi dan atau membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak diperoleh di sawah dan ladang Sementara sawah dan ladang dijadikan tempat menanam padi, palawija, dan berkebun bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Di kebun juga masih dapat diperoleh makanan, karena tanamannya selalu tanaman campuran. Sedangkan dari hutan masyarakat masih mendapatkan buah-buahan dan binatang buruan. b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan masyarakat banyak berasal dari

kampung dan hutan. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu. Sementara dari hutan masih diperoleh tumbuhan untuk bahan obat baik dari jenis akar-akaran maupun daun-daunan.

(61)

d) Peralatan atau perkakas, bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kampung, ladang, dan kebun. Di kampung peralatan atau perkakas sudah mudah diperoleh yaitu cukup membeli ke toko-toko yang ada. e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari hutan, kebun,

ladang dan kampung. Dari kebun dan hutan dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, baik menebang pohon maupun memanfaatkan ranting pohon. Sedangkan ladang mudah diperoleh ranting atau pohon yang mati. f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk kerajang berupa rotan dan

bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari hutan, kebun dan kampung. g) Hiasan Adat atau Ritual, banyak diperoleh dari kampung, ladang dan hutan.

h) Benda yang bisa dijual, biasanya berasal dari ladang, kebun dan kampung. Tanaman dari jenis sayur-sayuran merupakan prodak andalan yang bisa dijual. Begitu juga dari kebun seperti kebun kopi yang jelas-jelas bernilai ekonomi. i) Rekreasi. Tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah kampung,

hutan, kebun dan sawah. Kegiatan rekreasi biasanya meningkat saat liburan. Adapun kampung menjadi tempat hiburan ketika masyarakat berkumpul di kedai-kedai sambil minum kopi dan menonton televise secara bersama-sama.

(62)

b. Kelompok perempuan

Hasil skoring (PDM) dari kelompok perempuan menunjukan bahwa tipe lahan yang paling penting dari semua kategori guna adalah kampung, ladang, kebun dan hutan.

Tabel 15. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Jaranguda

Kategori

Kampung merupakan tipe lahan yang paling penting menurut persepsi masyarakat dengan skor 430. Bagi masyarakat semua yang mereka butuhkan sudah disediakan di kampung seperti hiasan adat, bahan bangunan, obat-obatan dan perkakas dalam jumlah yang mencukupi. Bahkan bagi mereka masa depan kampung sangat menjanjikan dengan semakin tumbuhnya industri yang bergerak dibidang jasa (Hotel) dan bahkan ada yang berskala internasional. Karena dengan demikian akan dapat membantu pertumbuhan ekonomi.

(63)

sebagian besar komoditas tanaman masyarakat adalah sayur-sayuran seperti daun brokoli, daun sop, daun selada, bawang prei, wortel, kacang buncis, kacang panjang, tomat dan cabe.

Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok perempuan:

a) Makanan, bagi kaum perempuan sumber makanan lebih banyak diperoleh di ladang/ sawah, dan kampung. Sawah dan ladang dijadikan tempat menanam padi, palawija, dan berkebun bagi kebutuhan makanan sehari-hari. Sementara kampung menjadi tempat bagi masyarakat dalam memenuhi dan atau membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak diperoleh di sawah dan ladang dengan cara membeli di warung.

b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan menurut kelompok perempuan banyak berasal dari kampung. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu.

c) Bahan bangunan, bahan bangunan secara dominan banyak didapatkan kampung dan kebun. Adapun kampung merupakan tempat membeli bahan bangunan seperti semen, paku, seng/genting, dan lain-lain.

(64)

e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari ladang dan kebun. Dari ladang dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, baik menebang pohon maupun memanfaatkan ranting pohon. Sedangkan dari kebun kopi mudah diperoleh ranting atau pohon yang mati. Kaum perempuan jarang mencari kayu bakar ke hutan karena alasan banyak larangan dari Pemerintah.

f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk kerajang berupa rotan dan bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari kebun dan kampung.

g) Hiasan Adat atau Ritual, banyak diperoleh dari kampung. Bahan hiasan seperti jeruk purut, kemenyan, rokok, dan sirih yang ada di kampung.

h) Benda yang bisa dijual, bagi kelompok perempuan banyak berasal dari ladang, hutan kebun, dan kampung. Hasil-hasil pertanian yang ditanam di ladang/sawah merupakan hasil utama yang mudah dijual oleh kaum perempuan.

i) Rekreasi. Tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah hutan. Bagi kelompok perempuan sungai menjadi tempat rekreasi karena di hutan banyak tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat refreshing dengan udaranya yang sejuk dan pemandangannya yang begitu indah.

(65)

Untuk memperjelas hasil dari kegiatan skoring dari tipe-tipe penggunaan lahan, maka akan ditampilkan pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan nilai rata-rata kepentingan dari setiap tipe lahan berdasarkan responden yang terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Mereka diminta untuk menilai semua kategori kegunaan tipe-tipe lahan tersebut secara keseluruhan.

Gambar 2. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan) di Desa Jaranguda

Kampung secara umum merupakan tipe lahan terpenting untuk masyarakat di desa Jaranguda yang memiliki skor tertinggi sebesar 41.8 % serta lanskap terpenting untuk empat tipe lahan dari sebelas kategori kegunaan yang diteliti (Gambar 2). Masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, komunikasi, dan sosialisasi dari kampung. Bahkan tempat mereka untuk mendapat penyuluhan kehutanan dan pertanian juga di kampung. Bahkan yang terpenting bagi masyarakat kampung adalah tanah tempat kelahiran dan melanjutkan keturunan.

Setelah kampung, berikutnya adalah ladang dengan rata-rata (22.95%) dimana masyarakat bisa untuk bercocok tanam dengan berbagai jenis tanaman yang bisa mereka tanam terlebih lagi jenis musiman. Bentuk pemanfaatan lahan yang dilakukan

36,3

Kampung Ladang Kebun Hutan

laki-laki

(66)

masyarakat terhadap ladang adalah dengan mencampur-campur jenis tanaman yang berbeda dalam satu lahan. Seterusnya menyusul kebun dan hutan dengan nilai rata-rata, (19,78%),(18.18%).

Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomian Masyarakat Sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat

Sebagai masyarakat pedesaan yang berada di daerah pegunungan dan berdekatan dengan hutan, banyak hasil alam yang dimanfaatkan dari tempat tersebut oleh masyarakat sekitar guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat memanfaatkan hasil alam dari ketiga sumber tersebut sebagian besar digunakan untuk keperluan sendiri (subsisten). Beberapa orang juga melakukan jual beli dari sumberdaya alam tersebut kepada masyarakat sekitar. Untuk kebutuhan makanan pokok berupa beras masyarakat melakukan penanaman padi di sawah, tetapi lebih banyak diperoleh dari pasar.

(67)

Tabel 16. Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan. No Jenis Komersil Satuan Harga/Satuan Keterangan

Tumbuhan

Pada umumnya ayam jantan

2 Ikan Kg Rp.22.000 sd

Rp.30.000

Harga rataan untuk semua jenis ikan, termasuk ikan mas dan ikan nila

Jenis tumbuhan dan hewan terpenting

(68)

Tabel 17. Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-laki di Desa Jaranguda

No Tumbuhan Tingkat

Kepentingan Relatif Binatang

Tingkat Kepentingan Relatif

1 Kol 20 Anjing 60

2 Daun prei 15 Lembu 10

3 Lobak 10 Kambing 10

4 Daun sop 10 Ayam kampung 10

5 Tomat 10 Kuda 10

6 Cabe 10

7 Kentang 10

8 Kopi 10

9 Selada 5

Jumlah 100 Jumlah 100

Berdasarkan Table 17, deskripsi jenis tumbuhan dan binatang terpenting yang mempunyai nilai ekonomis menurut kelompok laki-laki adalah:

a. Tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tertinggi adalah kol dan daun prei. Lahan masyarakat banyak ditanami dengan kol dan daun prei, karena permintaan konsumen dari luar desa sangat besar dan sering sehingga masyarakat yang lain – pun termotivasi untuk menanam kol dan daun prei. Kemudian disusul oleh, lobak, daun sop, tomat, cabe, kentang, kopi dan selada. Sayur-sayuran merupakan tumbuhan paling penting karena merupakan tanaman yang bisa dijual setiap saat, dan lebih mudah dengan cara dijual sendiri ke panampung yang ada di pasar kecamatan.

Gambar

Tabel 1. Etnik dan Marga yang Dominan
Tabel. 3 Profesi Masyarakat
Tabel 4. Sarana dan Prasana di Desa Jaranguda, Tahun 2013
Tabel 5.  Analisis Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selari dengan dapatan kajian Dawkins (1995), dapatan kajian ini juga menunjukkan bahawa mengejek pelajar lain dengan panggilan nama yang buruk merupakan kategori perlakuan buli

Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi untuk setiap atribut tentang pengalaman negatif yang dialami oleh pengguna angkutan publik di ketiga kota..

Diperoleh hasil penelitian bahwa tingkat aktivitas pada keseluruhan pasar tradisional baru Kota Surakarta memiliki hubungan yang kuat terhadap perubahan jenis guna lahan

Alasan peneliti memilih kajian struktural model Levi-Strauss adalah karena secara teknis analisis cerita harus dipisahkan menjadi bagian peristiwa yang terkecil (mytheme),

castaneum menyelesaikan stadianya ini akan menunjukkan dosis fumigan dan lama fumigasi fosfin yang tepat untuk diaplikasikan pada tepung gandum.. METODOLOGI Waktu

Keberhasilan para petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon tersebut diperoleh melalui teknik perbaikan sistem budi daya melalui penerapan GAP/SOP (Good

Berdasarkan hasil analisis nilai kinerja keuangan perusahaan menunjukkan bahwa nilai kinerja perusahaan mengalami fluktuasi secara signifikan, hal ini dapat dilihat

cinerea pada benih cabai memberikan pengaruh nyata terhadap peubah bibit muncul di lapangan dan bibit terserang, namun memberikan pengaruh tidak nyata pada peubah