BkセZ@ Kaku セ@ ku.t- セ@ セ@
....w.
HセI@ セMセBGBBMiオNL@ セセォオNエᆳゥォセ@ I.d,u (Udu) セM「Nャゥュ、BGBBMiオN@ セ@
k\uhゥセセセゥォイオ、。LB@ (Qs. 18:109)
"2> .... セ@ セ@ td.J. セ@ kuni, セ@
セ@ K<UHi セ@ Ji kuni ik ヲG・ャONN。セ。ゥ@ セ@
tu...-ONNオiLNMセ@ 'f<U'<f kuI.," (QS. 26: 7)
f!?i/uu:n!!ot lli daJn<t1l!! d&J/ot in't1l!!
§',.o.tat Ji naan le"Utl> fa J/ 0 Itm!!!.a .n<tUi/wda
.Ataio nU6Vzaldalani, JUt (il!!ot let f7u/um
.Amo
dtl/wt 9u(dijut!llu>J/aoll (f!?tito/ja4,flJo/Idt)
QSifdaiait kU!w_mk/,Jxw, Jentua ya,,!! ョオュセゥョ@ nw'!fad.' セ。@ dan c0/a : イゥyセjO\^@ untuk
c:#.?a
.kn QSifyakY<Wt? ",klu 11W"ki C<M<aJxw, kaJ<!t .kn tak ,fuM<nalt k,,/wn/>' nw>t</" 'akanku
;eyfa cfJ{;,kak-QSifkm!!-QSifd/k ya"? ",Iai<. nwwyertai d""f1W" luuafian .kn cin«.,
PEMANFAATAN BUAH LERAK
(S8pindu5 T8Tek)SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PENGAWATINTAAN (DEINKINGl
KERTAS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27. 0845
1 9 9 5
FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERT aセian@ BOGOR
Irwansyah Siregar (F 27.0845). Pemanfaatan Buah Lerak
(Sapindus rarak) Sebagai Bahan Kolektor Pengawatintaan
(Deinking) Kertas Perkantoran Bekas dengan Cara Flotasi. Di bawah bimbingan Soesarsono Wijandi dan Jenni Rismijana.
RINGKASAN
Penggunaan kertas yang semakin meningkat membutuhkan
persediaan pulp yang semakin besar. Kertas bekas dapat
diolah kembali untuk menghasilkan serat sekunder, dapat
diperoleh melalui proses pengawatintaan. Kertas perkantoran
merupakan salah satu sumber serat sekunder karena telah
memiliki derajat putih asal yang tinggi dan ketersediaannya
yang cukup besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kandungan kimia lerak (Sapindus rarak) yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan kolektor dan memanfaatkan
hasil ekstraksinya sebagai bahan kolektor.
Penelitian utama dilakukan dengan penguraian kertas
menj adi serat dalam hydrapulper dengan penambahan bahan
kimia. Setelah tercapai derajat giling yang diinginkan maka
pulp diencerkan hingga kandungan bahan kering kertas dalam
air menjadi 0.8 persen (b/v) dan ditambah bahan kolektor dan
dipanaskan sehingga tercapai suhu yang diharapkan dan
selanjutnya diflotasi. Pulp kemudian dicuci hingga nilai pH
netral dan dibuat lembaran. Rancangan percobaan penelitian
yaitu rancangan petak terbagi (split-plot) dengan dua faktor
yaitu faktor konsentrasi bahan kolektor (Ai) dan faktor waktu
flotasi (Bj ) .
Analisis awal menunjukkan bahwa lerak mengandung saponin
25.65 persen (bk) , dan lemak total 2.11 persen (bk). Saponin
(fruktosa, rhamnosa atau arabinosa) serta sapogenin berupa
hederagenin membentuk gugus pengaktif permukaan (surface
active agent) .
Basil penelitian terhadap kertas yang dihasilkan
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bahan kolektor dan
interaksi waktu dan konsentrasi hanya berpengaruh terhadap
efektivitas penghilangan tinta. Konsentrasi bahan kolektor
dan waktu tidak berpengaruh terhadap nilai deraj at putih.
Perlakuan A4B1 (1 %; 15 menit) menghasilkan nilai derajat
putih tertinggi yaitu 80.81 % Elrepho' dengan kenaikan 6.36
poin. Perbedaan konsentrasi bahan kolektor berpengaruh
sangat nyata (P< 0.01) terhadap efektivitas penghilangan
tinta. Waktu flotasi tidak berpengaruh, tetapi interaksi
taraf konsentrasi dan waktu flotasi menunjukkan pengaruh beda
nyata (P< 0.05). Efektivitas penghilangan tinta tertinggi
tercapai pada perlakuan A5B1 (1.25 %; 15 menit) yaitu sebesar
79.65 persen dari jumlah noda tinta awal. Perlakuan tersebut
tidak berbeda nyata dengan A4B1 (1.00 %; 15 menit) sebesar
78.15 persen yang merupakan perlakuan terbaik dan terpilih
dari taraf perlakuan.
PEMANFAATAN BUAH LERAK
(Sapilldus rarak)SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PEl'IGAWATI:'I.'TAAN (DEINKING)
KERTAS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27.0845
1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTMIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PEMANFAATAN IlUAH LERAK (Sapindusrarak)
SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PENGA W ATINTAAN(DEINKING)
KERT AS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pacta Jurusan Teknologi Inctustri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27.0845
Dilahirkan pacta tanggal 20 Oktober 1971
セセセァゥ。doョq。イ@
1995
KATAPENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat
Allah, yang atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tulisan ini. Skripsi ini ditulis
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri Selulosa, (BBS) Bandung. Disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya tulisan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih, khususnya kepada Ayah dan Ibu serta seluruh
keluarga,
penulis.
kepada
semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu bakti
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih
1. Ir. H. Soesarsono Wijandi MSc., sebagai dosen pembimbing
yang membimbing penulis selama studi,
2. Dra. Jenni Rismijana, pembimbing dari Balai Litbang
Industri Selulosa yang banyak memberi saran dan dorongan,
3. Drs. Chilwan Pandji, Apth, MSc., selaku dosen penguji yang
memberikan saran dan nasehat,
4. Ir. H. Sutrisno TS selaku Kepala Balai Litbang Industri
Selulosa, Ir. Tri Priadi Basuki selaku Kepala Balai
Kertas, Balai Litbang Industri Selulosa, dan Bapak Ismail
sebagai Kasubsi Diklat Balai Litbang Industri Selulosa,
yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan
penelitian,
5. Seluruh staf dan operator di Balai Kertas, Balai Litbang
Industri Selulosa yang telah banyak membantu,
6. Rekan-rekan sebimbingan yang banyak memberi pandangan dan
saran serta umumnya rekan-rekan di Jurusan TIN
(Agri-eleventh, spesial buat Joko) at as kebersamaannya,
7. Warga Ciseke 54 yang telah memberi dorongan dan hiburan
selama penulis melakukan penelitian, khususnya atas
bantuan perangkat kerasnya,
8. Keluarga Besar Tulang Piliang di Cempaka Putih dan Pondok
Kopi atas perhatiannya selama ini hingga jarak yang jauh
terasa dekat, kurangmenjadi cukup, serta seluruh keluarga
besar Piliang dan Siregar di Jakarta,
9. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya
tulisan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan
ini, kritik dan saran penulis harapkan demi tulisan
berikut-nya. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Alhamdulillaahirobbil'aalamiin.
Bogor, Januari 1995 Penulis
DAFfAR lSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAM BAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENELITAAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KERTAS
B. PULP SERAT SEKUNDER
C. TINTA CETAK
D. PENGAWATINTAAN (DEINKING ) KERTAS
1. Repulping
2. Metode Penghilangan Tinta dengan Flotasi
3. Bahan Kimia Proses Flotasi
E. LERAK (Sapindus rarak)
III. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
2. Alat
v
Halaman
i i i
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
2. Penelitian Utama
3. Analisis Data
C. RANCANGAN PERCOBAAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK BUAH LERAK (Sapindus rarak)
B. KARAKTERISTIK PERKANTORAN BEKAS
C. PENGAWATINTAAN KERTAS
1. Derajat Putih
2. Efektivitas Penghilangan Tinta
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULANB. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMP I RAN
vi
Halaman
31 31 33
34
36
38 38 42 46 47 51 59 59
61
62
BkセZ@ Kaku セ@ ku.t- セ@ セ@
....w.
HセI@ セMセBGBBMiオNL@ セセォオNエᆳゥォセ@ I.d,u (Udu) セM「Nャゥュ、BGBBMiオN@ セ@
k\uhゥセセセゥォイオ、。LB@ (Qs. 18:109)
"2> .... セ@ セ@ td.J. セ@ kuni, セ@
セ@ K<UHi セ@ Ji kuni ik ヲG・ャONN。セ。ゥ@ セ@
tu...-ONNオiLNMセ@ 'f<U'<f kuI.," (QS. 26: 7)
f!?i/uu:n!!ot lli daJn<t1l!! d&J/ot in't1l!!
§',.o.tat Ji naan le"Utl> fa J/ 0 Itm!!!.a .n<tUi/wda
.Ataio nU6Vzaldalani, JUt (il!!ot let f7u/um
.Amo
dtl/wt 9u(dijut!llu>J/aoll (f!?tito/ja4,flJo/Idt)
QSifdaiait kU!w_mk/,Jxw, Jentua ya,,!! ョオュセゥョ@ nw'!fad.' セ。@ dan c0/a : イゥyセjO\^@ untuk
c:#.?a
.kn QSifyakY<Wt? ",klu 11W"ki C<M<aJxw, kaJ<!t .kn tak ,fuM<nalt k,,/wn/>' nw>t</" 'akanku
;eyfa cfJ{;,kak-QSifkm!!-QSifd/k ya"? ",Iai<. nwwyertai d""f1W" luuafian .kn cin«.,
PEMANFAATAN BUAH LERAK
(S8pindu5 T8Tek)SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PENGAWATINTAAN (DEINKINGl
KERTAS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27. 0845
1 9 9 5
FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERT aセian@ BOGOR
Irwansyah Siregar (F 27.0845). Pemanfaatan Buah Lerak
(Sapindus rarak) Sebagai Bahan Kolektor Pengawatintaan
(Deinking) Kertas Perkantoran Bekas dengan Cara Flotasi. Di bawah bimbingan Soesarsono Wijandi dan Jenni Rismijana.
RINGKASAN
Penggunaan kertas yang semakin meningkat membutuhkan
persediaan pulp yang semakin besar. Kertas bekas dapat
diolah kembali untuk menghasilkan serat sekunder, dapat
diperoleh melalui proses pengawatintaan. Kertas perkantoran
merupakan salah satu sumber serat sekunder karena telah
memiliki derajat putih asal yang tinggi dan ketersediaannya
yang cukup besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kandungan kimia lerak (Sapindus rarak) yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan kolektor dan memanfaatkan
hasil ekstraksinya sebagai bahan kolektor.
Penelitian utama dilakukan dengan penguraian kertas
menj adi serat dalam hydrapulper dengan penambahan bahan
kimia. Setelah tercapai derajat giling yang diinginkan maka
pulp diencerkan hingga kandungan bahan kering kertas dalam
air menjadi 0.8 persen (b/v) dan ditambah bahan kolektor dan
dipanaskan sehingga tercapai suhu yang diharapkan dan
selanjutnya diflotasi. Pulp kemudian dicuci hingga nilai pH
netral dan dibuat lembaran. Rancangan percobaan penelitian
yaitu rancangan petak terbagi (split-plot) dengan dua faktor
yaitu faktor konsentrasi bahan kolektor (Ai) dan faktor waktu
flotasi (Bj ) .
Analisis awal menunjukkan bahwa lerak mengandung saponin
25.65 persen (bk) , dan lemak total 2.11 persen (bk). Saponin
(fruktosa, rhamnosa atau arabinosa) serta sapogenin berupa
hederagenin membentuk gugus pengaktif permukaan (surface
active agent) .
Basil penelitian terhadap kertas yang dihasilkan
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bahan kolektor dan
interaksi waktu dan konsentrasi hanya berpengaruh terhadap
efektivitas penghilangan tinta. Konsentrasi bahan kolektor
dan waktu tidak berpengaruh terhadap nilai deraj at putih.
Perlakuan A4B1 (1 %; 15 menit) menghasilkan nilai derajat
putih tertinggi yaitu 80.81 % Elrepho' dengan kenaikan 6.36
poin. Perbedaan konsentrasi bahan kolektor berpengaruh
sangat nyata (P< 0.01) terhadap efektivitas penghilangan
tinta. Waktu flotasi tidak berpengaruh, tetapi interaksi
taraf konsentrasi dan waktu flotasi menunjukkan pengaruh beda
nyata (P< 0.05). Efektivitas penghilangan tinta tertinggi
tercapai pada perlakuan A5B1 (1.25 %; 15 menit) yaitu sebesar
79.65 persen dari jumlah noda tinta awal. Perlakuan tersebut
tidak berbeda nyata dengan A4B1 (1.00 %; 15 menit) sebesar
78.15 persen yang merupakan perlakuan terbaik dan terpilih
dari taraf perlakuan.
PEMANFAATAN BUAH LERAK
(Sapilldus rarak)SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PEl'IGAWATI:'I.'TAAN (DEINKING)
KERTAS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27.0845
1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTMIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PEMANFAATAN IlUAH LERAK (Sapindusrarak)
SEBAGAI BAHAN KOLEKTOR PENGA W ATINTAAN(DEINKING)
KERT AS PERKANTORAN BEKAS DENGAN CARA FLOTASI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pacta Jurusan Teknologi Inctustri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IRWANSYAH SIREGAR
F 27.0845
Dilahirkan pacta tanggal 20 Oktober 1971
セセセァゥ。doョq。イ@
1995
KATAPENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat
Allah, yang atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tulisan ini. Skripsi ini ditulis
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri Selulosa, (BBS) Bandung. Disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya tulisan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih, khususnya kepada Ayah dan Ibu serta seluruh
keluarga,
penulis.
kepada
semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu bakti
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih
1. Ir. H. Soesarsono Wijandi MSc., sebagai dosen pembimbing
yang membimbing penulis selama studi,
2. Dra. Jenni Rismijana, pembimbing dari Balai Litbang
Industri Selulosa yang banyak memberi saran dan dorongan,
3. Drs. Chilwan Pandji, Apth, MSc., selaku dosen penguji yang
memberikan saran dan nasehat,
4. Ir. H. Sutrisno TS selaku Kepala Balai Litbang Industri
Selulosa, Ir. Tri Priadi Basuki selaku Kepala Balai
Kertas, Balai Litbang Industri Selulosa, dan Bapak Ismail
sebagai Kasubsi Diklat Balai Litbang Industri Selulosa,
yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan
penelitian,
5. Seluruh staf dan operator di Balai Kertas, Balai Litbang
Industri Selulosa yang telah banyak membantu,
6. Rekan-rekan sebimbingan yang banyak memberi pandangan dan
saran serta umumnya rekan-rekan di Jurusan TIN
(Agri-eleventh, spesial buat Joko) at as kebersamaannya,
7. Warga Ciseke 54 yang telah memberi dorongan dan hiburan
selama penulis melakukan penelitian, khususnya atas
bantuan perangkat kerasnya,
8. Keluarga Besar Tulang Piliang di Cempaka Putih dan Pondok
Kopi atas perhatiannya selama ini hingga jarak yang jauh
terasa dekat, kurangmenjadi cukup, serta seluruh keluarga
besar Piliang dan Siregar di Jakarta,
9. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya
tulisan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan
ini, kritik dan saran penulis harapkan demi tulisan
berikut-nya. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Alhamdulillaahirobbil'aalamiin.
Bogor, Januari 1995 Penulis
DAFfAR lSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAM BAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENELITAAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KERTAS
B. PULP SERAT SEKUNDER
C. TINTA CETAK
D. PENGAWATINTAAN (DEINKING ) KERTAS
1. Repulping
2. Metode Penghilangan Tinta dengan Flotasi
3. Bahan Kimia Proses Flotasi
E. LERAK (Sapindus rarak)
III. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
2. Alat
v
Halaman
i i i
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
2. Penelitian Utama
3. Analisis Data
C. RANCANGAN PERCOBAAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK BUAH LERAK (Sapindus rarak)
B. KARAKTERISTIK PERKANTORAN BEKAS
C. PENGAWATINTAAN KERTAS
1. Derajat Putih
2. Efektivitas Penghilangan Tinta
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULANB. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMP I RAN
vi
Halaman
31 31 33
34
36
38 38 42 46 47 51 59 59
61
62
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi buah lerak (Sapindus rarak)
setiap 100 gram bahan
Tabel 2. Karakteristik bahan baku kertas
perkan-toran bekas
Tabel 3. Perbandingan kinerja beberapa kolektor
vii
Halaman
39
42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem pencetakan pada kertas dengan
vehicle bertitik didih rendah
Gambar 2. Sistem pencetakan dengan tinta tanpa media pembawa (non impak) dengan fusi panas
Gambar 3. Efektivitas pembuangan partikel tinta berdasarkan ukuran partikel
Gambar 4. Tangki flotasi jenis voith
Gambar 5. Mekanisme pembuangan tinta dengan flotasi
Gambar 6. Diagram alir proses pengawatintaan kertas bekas
Gambar 7. Rumus bangun hederagenin
Gambar 8. Serat kertas perkantoran bekas
Gambar 9. Nilai derajat putih pada berbagai taraf konsentrasi bahan kolektor dan waktu flotasi
Gambar 10. Efektivitas penghilangan tinta terha-dap berbagai taraf konsentrasi bahan kolektor dan waktu flotasi
viii
Halaman
13
14
16 21
26
35
40
45
49
DAFf AR LAMPIRAN
Lampiran 1. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
Lampiran 2. Data hasil penelitian
Lampiran 3. Analisis statistika terhadap data pene1itian . . . .
ix
Halaman
68
72
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan kertas dunia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Peningkatan kebutuhan kertas antara lain dapat
dilihat dari peningkatan permintaan terhadap kertas dan
juga perkembangan produksi kertas dunia yang setiap tahun
meningkat. Kebutuhan kertas nasional suatu negara
di-pengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, harga kertas,
tingkat melek aksara negara tersebut. Peningkatan
permin-taan kertas dunia menyebabkan kebutuhan bahan baku kertas
juga ikut meningkat. Industri kertas membutuhkan
pening-katan penawaran pulp sebagai bahan baku pembuatan kertas
(DEPPERIND, 1981).
Bahan baku kertas berupa pulp dapat diproduksi dari
bahan berlignin selulosa yang saat ini umumnya diambil
dari serat tumbuhan. Sumber serat tersebut terutama kayu,
atau dapat juga dari serat non kayu seperti bambu, jerami,
atau bagas, tetapi serat kayu masih lebih disukai karena
pulp yang dihasilkan lebih baik. Peningkatan kebutuhan
kertas baik jumlah ataupun jenisnya mengakibatkan
permin-taan terhadap pulp semakin meningkat. Bahan baku pulp
asal kayu semakin terbatas.
Berkurangnya jumlah penawaran pulp dari kayu dapat
2
kayu merupakan sumber daya alam yang terbarukan tetapi
budidaya kayu dalam hutan tanaman industri memerlukan
waktu yang panjang dan peningkatan kebutuhan yang selalu
lebih besar dari kemampuan sumber daya untuk memenuhinya
(Clark et al., 1987). Hal ini didorong pula oleh
mere-baknya isu perlindungan lingkungan di seluruh dunia.
Kasus yang terjadi pada industri pulp di Jepang dan Taiwan
dapat dilihat sebagai contoh yaitu terpaksa ditutup karena
kekurangan bahan baku dan peningkatan harga pulp di
pasaran dunia yang cukup drastis yakni mencapai 70 hingga
80 persen pada periode April Mei 1994 (Kompas, 11 Mei
1994). Industri kertas juga dihadapkan pada masalah tata
niaga yang disangkutpautkan dengan masalah kepedulian yang
tinggi terhadap lingkungan, bahkan menjadi sebagian dari masalah pemasaran (ecolabelling). Industri berusaha
mem-produksi kertas dengan bahan baku dan teknologi yang aman
terhadap lingkungan.
Kertas dan kart on bekas merupakan salah satu sumber
serat potensial untuk pembutan pulp. Dari pendaurulangan
kertas dan kart on bekas diperoleh serat sekunder yang
dapat digunakan sebagai bahan baku kertas. Kertas bekas
sebagai sumber serat sekunder mulai mendapat perhatian.
Untuk membuat kertas dari serat sekunder dengan mutu yang
baik, maka perlu dilakukan proses untuk menghilangkan
3
Proses pengawatintaan (deinking) merupakan suatu
proses penghilangan tinta dan bahan lain bukan serat dari
serat dengan pemisahan secara mekanis dan kimiawi. Metode
pembuatan serat sekunder dari kertas bekas dengan
pengawa-tintaan dilakukan secara bertahap yaitu melarutkan tinta
secara kimiawi dan memisahkan serat dari partikel kotoran
terutama tinta secara mekanis (Felton, 1980). Hambatan
yang mungkin timbul adalah limbah logam berat bekas tinta
berupa Pb dan Cd, tetapi alternatif penggunakan kertas
bekas hanya sebagai bahan bakar (Alisjahbana, Kompas 4
Agustus 1994) relatif tidak menyelesaikan masalah (Clark,
1987) . Untuk itu perlu diusahakan terus pencarian
teknologi pengawatintaan yang lebih aman bagi 1 ingkungan ,
dan teknologi pencetakan yang lebih bersahabat dengan
lingkungan.
Pada tahap pengawatintaan, proses pemisahan partikel
tinta dari serat yang terurai secara mekanis dilakukan
dengan proses flotasi atau pencucian atau kombinasi
kedua-nya. Pada proses flotasi tersebut ditambahkan bahan kimia
yang dapat mengikat tinta dan selanjutnya mengapung dan
dibuang. Bahan kimia tersebut dikenal dengan istilah
bahan pengumpul (kolektor).
Kolektor untuk proses flotasi dibuat dari bahan yang
dapat membentuk busa serta menurunkan tegangan permukaan
4
surface active agent). Bahan tersebut di antaranya dibuat sabun atau asam lemak dan turunannya serta turunan alkohol
lemak, turunan minyak lemak alkilen teroksidasi dan bahan
pengaktif permukaan lainnya yang umum dikenal secara
komersial dengan nama deinking agent. Bahan deinking agent dibuat dari bahan kimia sintetik dengan harga yang relatif tinggi.
Buah lerak (Sapindus rarak) merupakan bahan yang
selama ini sering dipergunakan untuk mencuci batik dan
menyepuh emas (Heyne, 1987). Diduga buah lerak (Sapindus rarak) mempunyai kandungan bahan kimia di antaranya saponin dan asam lemak sehingga sesuai untuk bahan
pencuci. Hasil ekstraksi buah lerak diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan kolektor pada proses
pengawatin-taan (deinking) kertas perkantoran bekas dengan cara
flotasi. Dengan penggunaan bahan alami lerak diharapkan
pemakaian bahan kimia sintetik sebagai kolektor dapat
dikurangi demi penghematan biaya proses·, dan pengurangan
limbah proses pengawatintaan sehingga akan semakin aman
terhadap lingkungan.
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis
5
mengkaj i pemanfaatan hasil ekstraksinya pada berbagai
taraf konsentrasi dan waktu flotasi sebagai bahan kolektor
pengawatintaan pada kertas perkantoran bekas putih ( white
II. TINJAUAN PUST AKA
A. KERTAS
Kertas berdasarkan penggunaannya secara umum dapat
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu kertas budaya (cultural
paper), kertas industri (industrial paper), dan kertas
lainnya (other paper). Kertas budaya terdiri dari kertas
koran, kertas tulis cetak dan keperluan bisnis dan kertas
khusus. Kertas industri terdiri dari kertas pembungkus,
kemasan, kertas kart on (boards), sigaret dan kertas
khusus. Kertas yang termasuk dalam golongan kertas
lainnya di antaranya tisu dan kertas keperluan rumah
tangga (DEPPERIND, 1981)
Kertas perkantoran (ledger) merupakan jenis kertas
tulis cetak yang umum dipergunakan dalam administrasi,
bisnis, informasi dan pencetakan data. Buku-buku, kertas
catatan, dokumen-dokumen buku harian dan kertas sejenis
secara umum dikelompokkan menjadi kertas perkantoran
(Anonim, 1980; Lavigen, 1991).
Pulp yang digunakan sebagai bahan baku kertas
perkantoran berasal dari pulp kimia yang diputihkan
(bleached) maupun pulp mekanis. Umumnya kertas
perkan-toran (ledger) dibuat dari pulp kimia dengan kandungan
7
Wendell (1969) kertas perkantoran yang berasal dari pulp
kimia umumnya dibuat dari pulp sulfat dan sulfit.
Berdasarkan zat warna yang dimilikinya kertas
perkantoran dapat dibagi menjadi kertas perkantoran
berwarna dan kertas perkantoran putih. Umumnya kertas
perkantoran tersedia dalan warna putih, kuning muda dan
hijau muda (Anonim, 1980; Altierie dan Wendell, 1969).
Kertas perkantoran putih umumnya dalam bentuk kertas tulis
A dan cetak A, fotokopi, kertas tabulasi, kertas-kertas
yang biasa dipergunakan dalam informasi seperti faksimil,
kertas komputer untuk pencetakan data dan program
kom-puter. Kertas tulis A dan cetak A dibuat khusus dari pulp
kimia dan dapat mengandung pulp mekanis maksimum 15
persen. Kertas tulis A merupakan istilah bagi kertas HVS
(Rout Vrij Schrijt Papier) sedangkan kertas cetak A
istilah bagi RVO (Rout Vrij Offset Papier) yang terdapat
di pasaran Indonesia (SII, 1982).
B. PULP SERAT SEKUNDER
Pulp serat sekunder adalah pulp yang diperoleh dari
pendaurulangan (repulping) kertas dan kart on bekas
(Felton, 1980). Kertas bekas terdiri dari kertas yang
sudah dipergunakan, hasil sampingan dan pemanfaatan suatu
kertas atau kertas yang dibuat untuk penggunaan tertentu
tetapi tidak memenuhi syarat (Graham, 1962; Kleinau,
8
at as 4 jenis utama yaitu koran, karton, kertas campuran
dan kertas lainnya.
Metode dasar yang dipergunakan untuk memperoleh pulp
serat sekunder yaitu :
1. Sistem mekanis dengan menggunakan pulper, saringan dan
pemisah sentrifugal,
2. Kombinasi sistem kimiawi dan mekanis , sistem kimiawi
digunakan untuk memisahkan tinta dari kertas dan
konta-minan lain dari serat.
Keunggulan pulp serat sekunder untuk pembuatan kertas
cetak antara lain (Altierie dan Wendell, 1969; Kleinau et
al., 1987):
1. Tidak dibutuhkan refining,
2. Meningkatkan opasitas cetak,
3. Mengurangi kecenderungan kertas untuk mengerut atau
menggulung karena perubahan kadar air,
4. Memperbaiki formasi kertas,
5. Permukaan yang lebih halus,
6. Memperbaiki retensi terhadap bahan darih dan pengisi,
7. Pulp lebih lunak.
Penggunaan pulp serat sekunder mempunyai beberapa
kelemahan antara lain:
1. Kualitas pulp yang dihasilkan sangat bervariasi,
2. Bahan pengisi karbonat dapat mempengaruhi pendarihan
(sizing) berikutnya,
4. Derajat putih yang diperoleh relatif tidak tinggi
yaitu berkisar 83 % GE (Kleinau, 1987b ) ,
9
5. Kandungan noda yang cukup tinggi sehingga tidak dapat
dipergunakan untuk pembuatan kertas mutu satu (Kleinau
et al., 1987) dan,
6. Dapat dihasilkannya senyawa buangan yang membahayakan
kesehatan.
Penggunaan serat sekunder untuk pembuatan beraneka
jenis kertas meliputi 23 persen dari keseluruhan serat, di
antaranya 15 persen diperoleh dari hasil pengawatintaan.
Ini antara lain didukung oleh alasan penghematan biaya
(Clark et al., 1987). Untuk pembuatan kertas, jika serat
sekunder dipergunakan maka digolongkan menjadi serat
pendek dan untuk itu tetap dibutuhkan serat asli (virgin
fiber). Dalam hal tertentu serat sekunder dapat
difrak-sionasi untuk memisahkan serat panjang dan serat pendek.
Jika tidak dibutuhkan, misalnya dalam pembuatan kertas
tisu, maka serat sekunder mempunyai keuntungan berupa
adanya ikatan antar serat yang cukup baik.
Kontaminan yang terdapat pada kertas bekas yang
didaurulang berasal dari pembuatan kertas atau akibat
penggunaan kertas. Pada pembuatan kertas kontaminan
terdiri dari komponen serat atau bukan serat yang
ditam-bahkan pada sistem pembuatan kertas untuk mempertinggi
10
industri. Kontaminan yang berasal dari penggunaan kertas
umumnya berupa tinta dan perekat yang terdiri dari bahan
organik dan anorganik. Kontaminan organik sebagian dapat
terlarut dalam air di antaranya bahan perekat yang umumnya
terbuat dari karbohidrat, sebagian lainnya tidak dapat
larut dalam air di antaranya bahan penyalut seperti
lateks, resin. Bahan kontaminan anorganik relatif tidak
larut dalam air di antaranya bahan pendarih, pigmen
mineral dan garam-garam mineral (Scott, 1989; Kleinau,
1987°) .
C. TINTA CETAK
Pencetakan merupakan pelekatan bahan cairan atau
plastik (tinta cetak) pada membran serat koloidal (kertas)
pada kondisi kecepatan cepat (Bruno dan Walker, 1983).
Keberhasilan proses pengawatintaan kertas bekas tergantung
pada j enis tinta, metode cetak, formulasi bahan kimia yang
digunakan untuk dispersi tinta dan pemi·sahan tinta serta
efektivitas unit-unit operasi penghilangan tinta
(Paraskevas, 1989).
Tinta biasanya terdiri dari pigmen pewarna yang
menyebabkan kekontrasan warna dan media cair (vehicle)
sebagai media cair pengangkut pigmen pencetakan (printing
fluidity) dan ditambahkan bahan pigmen lain sebagai
11
persen tinta yang ditemukan pada kertas (Felton, 1980).
Bahan lain juga dapat ditambahkan ke dalam tinta untuk
memperbaiki sifat-sifat tinta seperti bahan katalis dari
logam untuk mempercepat pengeringan vehicle, pelumas untuk
mempermudah pengaliran tinta, lilin untuk meningkatkan
ketahanan (retensi) tinta, anti oksidan untuk mengurangi
pengeringan tinta yang berlebihan dan bahan aktif
per-mukaan (surfactant) untuk mendispersikan tinta (Olson dan
Letscher, 1991).
pigmen pewarna pada tinta berbentuk partikel padat
kecil yang jenis bahannya tergantung pada warnanya seperti
partikel karbon untuk warna hitam, titanium dioksida untuk
warna putih. Zat pembawa pigmen (vehicle) umumnya berupa
resin, minyak nabati dan larutan volatil (Read, 1985).
Berdasarkan sistem pencetakannya maka tinta dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Tinta cetak impak berupa tinta cetak letter press dan
tinta cetak offset. Tinta dilekatkan ke kertas dengan
bagian yang dapat memindahkan tinta ke kertas
mengguna-kan silinder atau plat penemengguna-kan,
2. Tinta cetak non impak seperti tinta laser dan fotocopi.
Proses pencetakan dilakukan dengan proses elektrostatik
dan tinta dilekatkan ke kertas melalui proses peleburan
12
Menurut Paraskevas (1989) tinta yang terdapat pada
kertas dapat dikelompokkan atas empat jenis yaitu
1. Tinta dengan vehicle yang mengering melalui proses
absorbsi (non drying oil). Vehicle mengalirkan pigmen
ke kertas kemudian diabsorbsi oleh pori-pori serat.
Tinta jenis ini ditemukan pada pencetakan koran dan
beberapa maj alah. Pemisahan tinta j enis ini dari serat
dapat dilakukan dengan melarutkan vehicle dalam
larutan soda kaustik.
2. Vehicle melekat pada permukaan kertas bersama-sama
dengan pigmen. Vehicle berupa bahan dengan titik didih
rendah (drying oil) yang menguap sehingga pigmen dapat
berikatan dengan serat. Tinta jenis ini ditemukan pada
majalah berkualitas baik, kertas perkantoran (ledger)
dan buku-buku. Tinta dapat dihilangkan dengan bahan
kimia yang merusak ikatan vehicle dengan serat dengan
natrium silikat, peroksida. Proses mekanis dengan gaya
gunting juga akan membantu pemisahan tinta. Sistem
pelekatan jenis tinta ini dapat dilihat seperti pada
Gambar 1.
3. Pencetakan yang dilakukan pada lapisan pelindung
(coat-ing) kertas. Pencetakan j enis ini ditemukan pada
majalah berlapis dan kertas kart on berlapis. Selama
proses pengawatintaan tinta tertutup lapisan pelindung
pigmen
vehicle' Pencetakan
serat
lembaran
Lembaran cetak
セ@
セセ。イエゥォ・ャ@
tinta .セセセ@
oセセ@ serat
Setelah dispersi
Gambar 1. Sistem pencetakan pada kertas dengan vehicle
bertitik didih rendah (Paraskevas, 1989)
13
4. Tinta yang tidak mempunyai media pembawa ( vehicle).
Tinta seperti ini antara lain digunakan pada pencetakan
fotocopi laser dan xerox. Partikel tinta tidak dapat
dipisahkan dengan baik karena pencetakan dilakukan
dengan proses peleburan (fusi). Pemisahan dengan soda
kaustik dibantu dengan perlakuan mekanis berupa gaya
gunting secara hidrolik merupakan pilihan dalam proses
pemisahan tinta. Sistem pencetakan seperti ini dapat
[image:36.600.167.455.137.369.2]Gambar 2.
Pemindahan
garnbar
セッセ@
セセセセ@
セooO@
sumber panasセ@
. -iJl
( 1
t
Doda
..::::=;,;;;>
セッ@
o <:::::::::::> !i)e r:l t
Setelah dispersi
Sistem pencetakan dengan tinta
pemba\.;a (non impak) dengan
(Paraskevas, 1989)
D. PENGAWATINTAAN (DEINGKING) KERTAS
14
tanpa media
fusi panas
Proses pengawatintaan (deinking) adalah proses
penghi1angan tinta dan bahan lain non serat dari kertas
bekas. Bahan lain yang juga terdapat dalam serat kertas
sebagai kontaminan antara lain pati, beberapa janis lilin
(wax) dan plastik. Pengawatintaan merupakan metode
pembu-atan pulp serat sekunder dengan kombinasi sistem kimiawi
dan mekanis. Kertas bekas yang digunakan sebagai bahan
baku dapat sangat bervariasi berasal dari berbagai jenis
kertas (Felton, 1980; Kleinau, 1987').
Ada dua tahap dasar dalam pengawatintaan yaitu:
1. Pelarutan tinta secara kimia,
[image:37.599.92.519.94.684.2]15
Selanjutnya menurut Felton (1980) langkah-langkah
proses pengawatintaan yaitu;
1. Pemasakan atau penguraian (pulping) serat kertas,
2. Pembersihan dan penyaringan,
3. Pemisahan tinta dan,
4. Pengentalan.
Pemisahan tinta dari campuran serat kertas dapat
dilakukan dengan beberapa cara di antaranya sistem
pen-cucian, flotasi atau kombinasi keduanya.
Menurut Paraskevas (1989), prinsip penghilangan tinta
adalah memecah partikel tinta yang dilakukan bersamaan
dengan penguraian serat sehingga partikel lebih mudah
terlepas. Pemisahan partikel yang terlepas dari serat
dilakukan berdasarkan ukuran partikel. Partikel dengan
ukuran lebih dari 100 fJ.m dipisahkan dari serat dengan
saringan sentrifugal, partikel besar tersebut dibuang
berdasarkan gay a gravitasi bumi. Partikel berukuran 5
-15 fJ.m dipisahkan melalui pencucian, untuk partikel
berukuran 10 - 100 fJ.m dipisahkan melalui proses flotasi.
Efektivitas pemisahan partikel tinta dari serat
tergan-tung pada ukuran partikel, seperti terlihat pada Gambar 3.
Perkembangan formulasi tinta akan mempengaruhi
tek-nologi pengawatintaan di masa yang akan datang.
Pengguna-an bahPengguna-an alami yPengguna-ang lebih amPengguna-an bagi lingkungPengguna-an sebagai
16
mendukung usaha pengawatintaan yang lebih berhasil
(Kleinau, 1987').
E: 100'
1
pe"e",';""=
セ@
1511 unu
tll)ta..,i
100 tulU loon nnll
I (
seutrifugasi -, peuyuringallGambar 3. Efektivitas pembuangan partikel tinta
berda-sarkan ukuran partikel (Paraskevas, 1989)
1. Repulping
Tahap pertama pengawatintaan (deinking) berupa
penguraian kertas menj adi serat. Penguraian kertas
menjadi serat dapat dilakukan dengan alat hydrapulper.
Penguaraian kertas dala!:1, peralat'an pembuat bubur pulp
(pulper) dilakukan dengan bantuan bahan kimia. Bahan
kimia yang digunakan tergantung pada jenis kertas yang
[image:39.602.133.488.137.474.2]17
dan rnutu pulp yang diinginkan (Altierie dan Wendell,
1969) .
Penguaraian serat kembali dari kertas (repulping)
dilakukan pada kekentalan 4 - 8 persen (b/v). Proses
penguraian dapat dilakukan secara sinambung atau curah,
tetapi sis tern curah (batch) lebih disukai karena lebih
terawasi. Suhu pulping dilakukan tergantung pada bahan
baku dan proses yang dikehendaki. Secara urnurn proses
di bawah suhu 60°C digolongkan sebagai proses dingin,
sedangkan suhu di atas 60°C digolongkan sebagai proses
panas (Kleinau, 1987'). Proses yang dilakukan pada suhu
tinggi relatif rnernerlukan waktu penguraian yang lebih
pendek. Lebih lanjut Darlington (1990) rnenyatakan
untuk kertas dengan tinta cetak non impak sebaiknya
dilakukan pada suhu di atas 50°C untuk lebih
meningkat-kan efektivitas proses penghilangan tinta.
Penguraian serat pada kandungan serat kertas dalam
air yang tinggi akan mempercepat penguraian serat,
mengurangi konsumsi bah an kimia dan rnenghasilkan pulp
dengan derajat giling yang lebih tinggi (Hamilton,
1987). Menurut Felton (1980) dalam pengawatintaan pulp
yang berasal dari pulp rnekanis seringkali dibatasi
karena sulit diproses. Bahan cenderung mencoklat
selarna proses dan tidak dapat diputihkan dengan
18
pulp mekanis melebihi 10 persen. Kandungan bahan kering
kertas dalam air yang tinggi diperlukan tetapi bila pH,
suhu dan konsentrasi bahan terpenuhi kekentalan
(kon-sistensi) tinggi tidak diperlukan. Umumnya proses
dilakukan pad a kandungan bahan kering kertas dalam air
3.5 - 4.5 per sen di dalam bak penyimpan beberapa saat
untuk memberi kesempatan terjadinya interaksi antara
bahan kimia dan serat sehingga zat warna terlepas
(Anonim, 1979).
Lebih lanjut menurut Kleinau (1987') proses dingin
dipilih jika tidak dibutuhkan pendispersian atau
pelarutan bahan penyalut, tinta cetak dan perlakuan
permukaan. Jika pengawatintaan dengan cara flotasi
dipilih maka proses umumnya dilakukan pada suhu dingin.
Nilai pH selama proses penguraian serat kembali
(repulping) tergantung pada bahan yang diolah. Bahan
dengan kandungan serat kimia (wood free) dilaksanakan
pad a kisaran pH 10 - 11.
Setelah penguraian
pemasakan (cooking) untuk
proses berikutnya adalah
memberi kesempatan kepada
bahan kimia untuk berinteraksi. Pada saat ini juga
dapat dilakukan penyesuaian suhu seperti yang
diinginkan. Pemasakan umumnya dilakukan pad a
kekentalan (konsistensi) sesuai dengan proses pemisahan
19
2. Metode Penghi1angan Tinta dengan F10tasi
Kertas yang telah diuaraikan menjadi serat pada
tahap selanj utnya dipisahkan dari tinta dan kotoran
lain. Pemisahan dapat dilakukan pada sentrifugal
dengan tekanan tinggi ( 205 - 275 kPa) , pada kandungan
bahan kering kertas dalam air 0.4 - 0.8 persen akan
terpisahkan logam, pasir dan partikel tinta yang besar.
Serat yang dibersihkan kemudian disaring pada kandungan
bahan kering kertas dalam air 0.3 - 4.5 persen
tergan-tung pada ukuran lubang saringan, kebanyakan dilakukan
pada kisaran 1.0 - 1.5 persen (Felton, 1980).
Partikel tinta yang terdispersi kemudian dapat
dipisahkan dengan flotasi, pencucian atau kombinasi
keduanya. Sistem flotasi dilakukan dengan memperbesar
ukuran tinta sedang pencucian dilakukan dengan
mengecilkan ukuran tinta. Proses flotasi dapat dipi1ih
jika partikel sulit dibuang melalui penyaringan,
pembersihan sentrifugal dan pencucian.
awatintaan yang dilakukan saat ini
Proses
peng-lebih banyak
dilakukan dengan cara flotasi, hampir 65 persen proses
pengawatintaan dilakukan dengan cara flotasi (Ortner,
1987) .
Kandungan
tangki flotasi
bahan kering
antara 0.8
kertas dalam
1.0 persen
air
dan
pada
20
retensi flotasi antara 13 - 15 menit (Gartamann, 1972;
Felton, 1980).
Proses flotasi dipilih dengan beberapa keuntungan
di antaranya kebutuhan air yang relatif lebih kecil
dibanding proses pencucian, kisaran ukuran partikel
tinta dan bahan terbuang lebih besar, susut j umlah
lebih rendah, bahan kimia lebih efektif dan sirkulasi
air mudah dan murah. Proses flotasi juga mempunyai
beberapa kelemahan yaitu derajat putih yang dihasilkan
relatif lebih rendah serta kandungan abu yang dibuang
lebih rendah (Othner, 1987). Untuk mendapatkan hasil
dengan derajat putih yang lebih tinggi flotasi dapat
dilanjutkan dengan pencucian (Woodward, 1990).
Peubah fisik proses flotasi yaitu ukuran dan
densitas partikel tinta, ukuran gelembung udara,
kandungan bahan kering kertas dalam air, suhu suspensi
dan ukuran tangki atau sel flotasi. Peubah kimia
proses f10tasi adalah kesadahan air, ni1ai pH suspensi,
bahan kimia flotasi (agent). Proses flotasi dilakukan
pada tangki flotasi jenis voith, seperti terlihat pada
Gambar 4. Pada tangki j eni s ini udara di semburkan
melalui bag ian bawah alat, sedangkan pengadukan
dilaku-kan bersama dengan impeller dan juga umpan balik bahan
21
Gambar 4. Tangki flotasi jenis voith
3. Bahan Kimia Proses Flotasi
Bahan kimia yang dibutuhkan untuk proses
pengawa-tintaan dipengaruhi bahan yang diolah dan hasil yang
diinginkan. Untuk kertas bekas yang mengandung pulp
ICcekanis re"ndah seperti kertas perka.ntoran (ledger),
menurut Felton (1980), formula bahan kimia pemasak
オセオュョケ。@ terdiri dari natrium hidroksida (NaOH), natriun
silikat Hn。LsゥセIL@ dan natrium karbonat Hn。LcoセIN@ Untuk
neningkatkan mutu hasil dapat ditambahkan peroksida
(H,O,) (Hood'dard, 1990). Untuk proses flotasi
dibutuh-kan bah an kimia untuk dapat memisahdibutuh-kan tinta dari Serat
22
hidrofobik dari partikel tinta dan kotoran lain akan
bertambah sehingga melekat pada gelembung udara dan
mengambang ke permukaan (Ferguson, 1992").
Penambahan bahan kimia pemasak dilakukan sewaktu
proses penguraian serat kembali. Hal ini dilakukan
karena pengawatintaan yang efektif berjalan jika
partikel yang terdispersi harus segera dibuat stabil
setelah terpisah dari serat. Untuk i tu diperlukan
penambahan bah an kimia. Partikel tinta yang
terdisper-si j ika tidak dibuat stabil akan membentuk gumpalan
yang lebih sulit dihilangkan (Hamilton, 1987).
Bahan kimia yang digunakan dalam pengawatintaan
yaitu (Olson dan Letscher, 1991; Woodward, 1990;
Ferguson, 1992"; Ferguson, 1992b
) :
a. Bahan alkali berupa NaOH, dalam proses
pengawa-tintaan berguna untuk menghilangkan bahan pendarih
rosin (rosin sizing) kertas dan menyabunkan vehicle
tinta serta melepaskan pigmen dari tinta. Di dalam
suspensi NaOH efektif merubah bahan non selulosa
menjadi komponen yang terlarut sehingga penghilangan
kotoran berhasil baik. NaOH juga berfungsi untuk
memecah tinta, mengembangkan serat dan melepaskan
tinta. Penggunaan NaOH pada pengawatintaan yaitu
23
lebih jika digunakan sebagai pengatur pH suspensi
(Felton, 1980; Srinath et al., 1991).
b. Na,SiOJ berperan membasahi tinta, sebagai penyangga
(buffer) proses sehingga kondisi proses berada pada
kisaran pH 10, mencegah warna pulp menj adi
kekuning-kuningan dan juga sebagai penetrasi dan penstabil.
Kombinasi natrium silikat dengan NaOH meningkatkan
efektivitas penghilangan tinta dan derajat putih
yang lebih tinggi. Natrium silikat dalam suspensi
berlaku sebagai "deterjen" untuk menghilangkan tinta
dari serat dan mendispersikan sehingga tidak terjadi
pengendapan dan penempelan pada serat kembali.
Walaupun umum digunakan pada kertas dengan kandungan
serat pulp mekanis, natrium silikat juga dapat
digunakan pada kertas dengan kandungan pulp mekanis
rendah seperti ledger. Dalam penggunaan bersama
dengan peroksida maka natrium silikat berfungsi
sebagai penstabil, karena dapat mengurangi akti vi tas
ion logam yang dapat mengurangi aktivitas peroksida.
Penggunaan natrium silikat juga dapat menjadi
masalah karena dapat mengganggu kinerja peralatan
dengan tidak terlarutnya pada suhu dingin serta
dapat mengganggu kehalusan kertas. natrium silikat
24
c. Peroksida untuk mencegah pulp dari warna gelap.
Pada suspensi peroksida bereaksi dengan NaOH
sehing-ga terbentuk gugus HOO· yang aktif menj adi pemutih.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
HP, + NaOH - - - -> HOO- + Na + + H,O
Gugus HOO- akan berfungsi optimal jika kisaran pH
tinggi dan ion logam tidak mengganggu. Ion logam
tinta dapat menguraikan peroksida menjadi air dan
gas oksigen. H20, digunakan sebanyak 0.5 - 2.0 %-.
d. Bahan Kolektor merupakan bahan kimia yang berfungsi
banyak selama proses flotasi dalam tangki flotasi.
Dalam proses flotasi bahan kolektor bekerja dengan
cara bereaksi dengan partikel tinta yang
terdisper-si. Ketika bubur serat diflotasi, partikel tinta
terdispersi di dalamnya, sementara bahan kolektor
mengendap. Kolektor yang mengendap akan bertemu
dengan partikel tinta dan membentuk·lapisan tipis di
sekitar partikel , karena tinta bermuatan negatif.
Partikel tinta yang terlapisi akan bersifat
hidro-fobik, yang menyebabkan partikel tinta saling
menem-pel satu sama lain dan dengan mudah menemmenem-pel pada
ge-lembung udara, kemudian mengapung ke permukaan dan
dapat dipisahkan secara mekanis (Olson dan Letscher,
25 proses ヲャセIエ。ウMZ@ d(,pat diliY\_a.t seperti Gambar 5. Bahan kolek,tor teT.-buc:.t oaLl Gエ⦅kZZLNᄋセᄋ⦅[ZZᄋァ。ゥ@ bahan dengan sifat pengaktif ー・Z」イZMZエZ}GZLZLZ[Zセ。⦅ョ@ ウ・ー・ケ⦅Mセ@ __ j セセ。「オョ@ d&n cisam lemak atau
bahan suriact2.']:- buatan. T=?,cillcJ.I1 kolektor yang terbuat
dari fJabun misalnya sabun kalsium (ca] siun soap). Bahan lemak yang dapat rjjjadikan sebagai bahan
kolektor 。ョエセイ。@ lain 。ウセュ@ ャ・ュ。}セ@ tak jenuh seperti
oleat, linoleaL Bahan asam lemak lain yang juga dipergunakan yaicu yang berancai ka::J:)on Ie) 16-18
sepe:cti palmitoleat atan kar.-boksilat yang c1ibentuk
dari a8am lemak tersebut dengan sejumlah kecil asam
len:.ak jeIluh rantai panjang sepE:rti stearat , palmitat. Bahan buatan (sintetik) yang dibuat sebagai kolektor di antaranya Eo/Po (etilen oksida/propilen oksida) . PembeEtukan busa sangat membantu dalarll tuhap flotasi
Gambar 5.
Flotasi
Penambahan .dispersan
hidrofobik
Mekanisme pembuangan tinta dalam
flotasi (Ferguson, 1992b)
26
pemanfaatan asam lemak dibutuhkan kesadahan air yang
cukup sehingga terbentuk sabun calsium, sementara air
yang sadah juga menjadi masalah karena menimbulkan
endapan pada peralatan. Penggunaan bahan sintetik
terbatas biaya b2.r,an bakunya yang cuk1.lp besar
disam-ping it1.l karena kesulitan biodegradasinya sehingga
alternatif bahan lain tetap terus dicari. Penggunaan
beberapa jenis bahan sebagai kolektor diduga
[image:49.605.95.480.68.446.2]27
E. LERAK (Sapindus rarak)
Pohon lerak (Sapindus rarak) merupakan tanaman
tahunan yang dapat mempunyai ketinggian hingga 42 m dengan
diameter batang hingga 1 m. Tanaman ini mempunyai nama
yang berbeda di beberapa tempat, di Jawa dikenal dengan
nama lerak atau klerak, di Sunda dengan nama larak dan di
Sumatera bernama lamuran (Afriastini, 1990). Tanaman
lerak dapat hidup pada ketinggian 450 - 1 500 m diatas
permukaan laut. Kayu batang lerak sangat tidak keras,
mudah diserang serangga sehingga dipergunakan hanya
seba-gai hiasan, bukan bahan kontruksi.
Buah lerak, yang besarnya kira-kira sama dengan
pelu-ru, di Jawa dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk
mencuci berbagai macam kain lina. Jika buah lerak digosok
di dalam air panas dengan tangan,
berlendir akan berbusa seperti
bag ian luar buah yang
sabun. Cairan buah
menghilangkan semua kotoran dari kain 'lina dan kegunaan
lainnya yaitu untuk mencuci perhiasan dari logam mulia.
Menurut Catalog Brusslse Tentoostelling di dalam
Heyne (1987) kain-kain yang dicat akan bertahan warnanya
bila dicuci dengan buah lerak, walupun terlalu keras
sehingga membakar kainnya dan akibatnya cepat rusak.
Rambut yang dicuci dengan buah lerak juga mengakibatkan
28
Daging buah sangat beracun, sebab rebusan buah dengan
perbandingan 1 : 60 000 menyebabkan mabuk pada ikan yang
disusul oleh kematiannya. Daya racun saponin sangat
tinggi, lebih beracun dibanding yang dihasilkan Millettia
sericea. Buah lerak juga digunakan sebagai bahan
obat-obatan yaitu untuk pencuci muka untuk menghilangkan
jerawat, obat kudis yang baik dan, seduhannya juga dipakai
sebagai obat pembunuh serangga (insektisida) dan untuk
membasmi cacing tanah.
Greshoff di dalam Heyne (1987) mengatakan bahwa buah
lerak terdiri dari 73 persen daging buah dan 27 persen
bij i.
Saponin yang terkandung dalam lerak lebih banyak 1/4
kali dibanding kayu sabun akan tetapi larutannya lebih
gelap dan berbau kurang sedap. Buah lerak dapat
meng-gantikan kayu sabun (Quillaya saponaria; MOLINA). Saponin
adalah senyawa kombinasi gUla dan aglikon at au sapogenin
yang di temukan pad a j enis tumbuhan dengan cir i utama
pembentukan busa j ika dilarutkan dalam air (Kirk dan
Othmer, 1952). Lebih lanjut menurut Harborne (1987)
saponin merupakan glikosida triterpena dan sterol. Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang
mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum
29
lemak di antaranya asam oleat, asam palmitat dan asam
stearat (Lembaga Biologi Nasional, 1980).
Biji lerak mengandung suatu jenis minyak yang tidak
mengering. Biji lerak sangat keras sehingga diperlukan
perlakuan khusus mekanis untuk memecahkannya. Umumnya
biji lerak relatif jarang dipergunakan karena sifat
III. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan baku yang diperlukan dalam penelitian adalah
kertas perkantoran bekas yang diperoleh dari Balai
Kertas, Balai Litbang Industri Selulosa Bandung, dan
buah lerak
(Sapindus rarak)
yang diproleh dari pasaran(Pasar Senen, Jakarta). Sebagai bahan baku penunjang
dibutuhkan natrium silikat (Na,Si03 ) , natrium hidroksida
(NaOH), dan hidrogen peroksida (H,O,) yang digunakan
sebagai bahan kimia pengawatintaan, serta bahan baku
penolong lainnya. Air yang digunakan yaitu air bersih
(air tanah BBS) .
2. Alat
Peralatan yang dipergunakan untuk uji pendahuluan
komposisi kimia lerak yaitu berupa peralatan ekstraksi
lemak. Perala tan yang dipergunakan untuk penelitian
kertas berupa peralatan penguraian kertas menj adi serat
(hydrapulper), tangki pengencer, tangki flotasi model
voith, saringan (ukuran lubang 200 mesh), alat pembuat
lembaran (sheet forming) dan des integrator serta
31
dibutuhkan berupa peralatan uji jumlah noda, peralatan
uj i deraj at putih (Hunter's Multipurpose Reflector),
uji kadar air, uji kadar abu, uji keasaman dan
peralat-an uji lain yperalat-ang diperlukperalat-an.
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini meliputi
a. Analisis Komposisi Kimiawi Lerak
Tahap ini dilakukan untuk menentukan komposisi
kimia buah lerak. Buah lerak dibelah-belah, dan
dipisahkan antara daging buah dan bij i buah dan
ditentukan komposisi setiap bagian. Daging buah,
dicacah kecil-kecil dan kemudian ditentukan kadar
air, kandungan lemak total serta kandungan bahan
aktif saponin dengan cara ekstraksi dengan pelarut
yang sesuai. Pelarut untuk ekstraksi lemak total
berupa pelarut non polar eter (dietil eter) ,
sedang-kan ekstraksi saponin dengan pelarut polar alkohol.
Analisis lemak total juga dilakukan terhadap daging
bij i. Untuk setiap bag ian buah ditentukan kadar
32
h. Penyiapan Bahan Kolektor
Pada tahap ini, buah lerak dibelah dan kemudian
daging buah ditambah sejumlah air dan dipanaskan
hingga mendidih dan dibiarkan selama ± 30 menit.
Campuran selanjutnya diangin-anginkan sehingga sarna
dengan suhu kamar. Bahan kemudian diperas
(ekstrak-si dingin) dan ha(ekstrak-silnya disaring. Fil trat yang
diperoleh ditentukan bahan aktif yang terlarut dan
dijadikan dasar dosis untuk pengawatintaan
(persen-tase untuk pengawatintaan dihitung berdasarkan bahan
aktif yang terkandung) .
c. Proses Pengawatintaan Kertas
Bahan baku berupa kertas
dipotong-potong dan dilakukan
bekas perkantoran
analisis terhadap
kadar air, kadar abu dan keasaman kertas serta
komposisi serat sebagai anal isis· awal komposisi
kertas (cara uji terlampir seperti pada
Lam-piran 1) Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui
kisaran taraf perlakuan dari faktor perlakuan yaitu
konsentrasi bahan kolektor dan waktu flotasi.
Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh bahwa
kisaran penggunaan bahan yaitu 0.25 1.1 persen
33
Amiarsih, 1994). Berdasarkan hal tersebut dilakukan
penelitian pada kisaran 0.25 - 1.50 persen yaitu
pada taraf A1 (0.25 %), A2 (0.50%), A3 (0.75%), A4
(1.0%), A5 (1.25%) dan A6 (1.5 %). Waktu flotasi
berkisar 10 -20 menit (Amiarsih 1994; Felton, 1980)
sehingga ditetapkan taraf waktu flotasi B1 (15
menit) dan B2 (20 menit) .
Kondisi proses yang dilakukan adalah suhu
pema-sakan 60°C, penggilingan dilakukan hingga tercapai
derajat giling ± 265 ml CSF (Amiarsih, 1994)
2. Penelitian Utama
Berdasarkan penelitian pendahuluan maka dilakukan
penelitian utama. Disediakan air dan ditambah dengan
larutan pemasak yang terdiri dari NaOH 2.5 %, Na,SiO,
2 . 5 % dan H,o, 1 % dan terakhir dimasukkan bahan baku
kertas sehingga kandungan bahan kering kertas dalam air
menjadi 4 persen yang merupakan bobot per volume
(Mahmud, 1993). Kondisi tersebut di atas dilakukan
dengan menambahkan bahan kering kertas ke dalam air
sehingga terdapat 4 gram bahan kering kertas dalam 100
ml volume total air. Campuran dimasukkan ke dalam
hydrapulper dan digiling hingga tercapai derajat giling
± 265 ml CSF Bubur serat yang diperoleh kemudian
34
Campuran yang telah dihancurkan kemudian
dien-cerkan hingga kandungan bahan kering kertas dalam air
0.8 persen pada suhu 60°C dan ditambah dengan bahan
kolektor. Campuran kemudian dialirkan ke tangki
flotasi untuk dipisahkan tintanya. Flotasi dilakukan
selama 15 menit dan 20 menit. Serat sekunder yang
diperoleh dicuci sehingga pH-nya netral untuk kemudian
dibuat lembaran dan dipress kemudian dilakukan
pengkon-disian lembaran hingga lembaran siap diuji sifatnya.
Bagan alir proses deinking dapat dilihat seperti
pada Gambar 6.
3. Analisis Data
Analisis yang dilakukan terhadap bah an uji yaitu
berupa :
1. Analisis kadar air
2. Analisis kadar abu
3. Analisis keasaman kertas (pH)
4. Analisis komposisi serat kertas
5 . Analisis kandungan lemak total
6 . Analisis kandungan saponin total
7 . Derajat putih
35
Bahan baku Bahan kimia
kertas bekas NaOH 2.5%; H202 1%
Na2SiO, 2.5%
I
T
r
I
Pencampuran (+ air)
kandungan bahan kering
kertas dalam air 4 %
1
Penguraian dalam
hydrapulper
hingga ± 265 ml CSF
Bahan kolektor
1 konsentrasi taraf a%
Pengenceran
I
kandungan bahan kering
kertas dalam air 0.8 %
pada suhu 60°C
I
Proses flotasi
taraf waktu b menit
I
Pencucian serat sehingga pH serat
menjadi netral
I
Pembuatan lembaran
I
Pengujian sifat
Gambar 6. Diagram alir proses pengawatintaan kertas
[image:58.595.136.519.97.688.2]36
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah rancangan split-plot yaitu taraf konsentrasi
sebagai plot induk dan waktu flotasi sebagai anak plot
dengan dua kali ulangan. Model linier yang digunakan
adalah (Montgomery, 1984)
Yijk = J..L + Rk + Ai + 'Yik + Bj + 0jk + ABij + Eijk
dengan
ケセ@
=
Variabel respon karena pengaruh bersama tarafke-i faktor A, taraf ke-j faktor B pada
replika-si ke-k
セ@
=
efek rata-rata yang sebenarnyaR,
=
efek sebenarnya pengulangan ke-kAi efek sebenarnya taraf ke-i faktor A
セ@
=
efek sebenarnya taraf ke-j faktor Bケセ@
=
efek galat yang muncul pada taraf ke-i faktor Adalam replikasi ke-k dan merupakan kekeliruan
plot induk
OJ'
=
efek galat yang muncul pad a taraf ke-j faktor Bdalam replikasi ke-k dan merupakan kekeliruan
split-plot
ABij
=
efek sebenarnya dari interaksi taraf ke-i faktor37
Cijk = efek sebenarnya dari interaksi antara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK BUAH LERAK (Sapindus rarak)
Analisis terhadap lerak di pusatkan pada kandungan
yang diduga dapat menj adi bahan kolektor. Analisis
tersebut yaitu ditujukan terhadap bahan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pengaktif permukaan. Lerak
telah dipakai sebagai sabun dan bahan pencuci dan bagian
yang digunakan diduga adalah bahan aktif saponin. Bahan
lain yang diduga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengak-tif permukaan adalah asam lemak yang dapat dijadikan
sebagai sabun, baik sabun natrium maupun sabun kalsium
(Ca). Berdasarkan analisis terhadap lerak diketahui bahwa
komposisi lerak seperti terlihat pada Tabel 1.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa lerak terdiri
dari 25.65 persen (bk, basis kering) bahan aktif saponin
dari bobot keseluruhan buah. Bagian ini diketahui berada
pada bagian daging buah (daging buah merupakan 64.09 %
dari bobot total buah). Bagian lain buah diketahui tidak
mengandung saponin, ditunjukkan dengan tidak terjadinya
pembentukan busa jika dilarutkan dalam air atau alkohol
seperti umumnya sifat saponin yang khas (Harbone, 1987).
Hasil ekstraksi daging buah lerak dalam pelarut air
mempunyai karakteristik warna keruh kecoklatan, nilai pH
39
jenis) 1.028 gr/cm3
• Larutan ekstrak lerak jika dibiarkan
dalam kondisi ruang membentuk endapan putih.
Tabel 1. Komposisi buah Lerak (Sapindus rarak) setiap
100 gram bahan
Bahan Jumlah (gram)
1. Daging buah 64.09
a. Air 18.05
b. Lemak total 0.79
c. Saponin 19.95
d. Abu 1. 20
e. Bahan lain 24.10
2. Daging biji 7.79
a. Air 1. 99
b. Lemak total 0.78
c. Abu 0.15
d. Bahan lain 4.87
3 . Kulit biji 28.12
a. Air 5.61
b. Abu 0.68
c. Bahan lain 21.83
Saponin sari buah Sapindus spp., adalah saponin biji
sabun (soapnut saponin) dan diketahui merupakan glikosida
gula dan aglikon sapogenin. Gula yang menyusunnya adalah
fruktosa, arabinosa atau