• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Dan Kadar Kolesterol Terhadap Sindrom Premenstruasi Pada Wanita Usia Reproduksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Dan Kadar Kolesterol Terhadap Sindrom Premenstruasi Pada Wanita Usia Reproduksi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Karakteristik Dan Kadar Kolesterol Terhadap Sindrom Premenstruasi Pada Wanita Usia Reproduksi

M Rusda Harahap, Syamsul A Nasution, Makmur Sitepu, Yostoto B.Kaban, Sarah Dina, Ulfah WK Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Medan, Indonesia, Desember 2011

ABSTRAK

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan kadar kolesterol terhadap sindrom premenstruasi pada wanita usia reproduksi.

Desain penelitian :Desain penelitian ini adalah “cross sectional” dengan uji banding. Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Imelda, Medan. Dimulai Juli 2010 sampai Desember 2010.

Materi dan metode :Sampel yang memenuhi kriteria, diminta untuk mengisi kuisioner “Premenstrual Screening Tool”, yang merupakan standar baku untuk menegakkan diagnosa sindrom premenstruasi. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi. Semua sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan serta dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol.

(2)

Penelitian ini menunjukkan bahwa sindrom premenstruasi dapat terjadi pada wanita dengan kolesterol normal.

Kesimpulan : Umumnya keluhan pada sindrom premenstruasi adalah cepat marah, yaitu sebesar 80 %. Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama siklus haid pada sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi.Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia menarche terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,333. Kadar kolesterol pada sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi dalam batas normal yaitu < 200 mg/dL, namun pada kelompok sindrom premenstruasi didapat nilai sedikit lebih tinggi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar kolesterol dengan status sindrom premenstruasi dengan p 0,641. Indeks massa tubuh lebih tinggi menunjukkan gejala-gejala sindrom premenstruasi dibandingkan pada sampel dengan indeks massa tubuh yang normal dan terdapat hubungan bermakna antara indeks massa tubuh terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,0001. Riwayat ibu atau saudara perempuan dengan sindrom premenstruasi menunjukkan gejala-gejala sindrom premenstruasi dan terdapat hubungan bermakna antara riwayat ibu atau saudara perempuan dengan sindrom premenstruasi terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,0001.

(3)

THE RELATIONSHIP BETWEEN CHARACTERISTIC AND LEVEL OF CHOLESTEROL WITH PREMENSTRUAL SYNDROME IN REPRODUCTIVE

AGED WOMEN

M Rusda Harahap, Syamsul A Nasution, Makmur Sitepu, Yostoto B.Kaban, Sarah Dina, Ulfah WK Department Obstetric and Gynecologic, Medical Faculty, University of Sumatera Utara,

Medan, Indonesia, December 2011

ABSTRACT

Objective: To describe the relationship between characteristic and level of cholesterol with premenstrual syndrome in reproductive aged women.

Design: The design of this study is cross sectional with comparison testing. This study was held in Akademi Kebidanan Imelda, Medan. This study started from July 2010 until December 2010.

Material and method: The sample who had fulfilled the criteria, was asked to fill the “Premenstrual Screening Toll” questionaire, which is the gold standard to diagnose the premenstrual syndrome. The sample then grouped into two categories namely premenstrual syndrome and without premenstrual syndrome. The sample was measured for body weight and body heigght and also cholesterrol level.

(4)

Conclusion: Generally the complain in premenstrual syndrome was easy to angry which was as much as 80%. There was no significant relationship between duration of menstrual cycle in premenstrual syndrome and without premenstrual syndrome. There was no significant relationship between onset of menarch with premenstrual syndrome with p value 0,333. Cholesterol level in group with premenstrual and without premenstrual syndrome was in normal level which was <200mg/dl, but in the group with premenstrual syyndrome we found a slightly elevated value. There was no significant relationship between cholesterol level and premenstrual syndrome, with p value of 0,641. The higher body mass index showed more premenstrual syndrome symptom compared with sample with normal body mass index and there was a significant relationship between a history of of mother or sister with premenstrrual syndrome and premenstrual syndrome with p value of 0,0001.

(5)

Background

Sindrom premenstruasimerupakangangguan gejala fisikdan psikologis yang terkait dengan proses terjadinya siklus menstruasi. Meskipun prevalensi sindrom premenstruasi menurut beberapa kepustakaan berbeda, namun semua kepustakaan sepakat bahwa prevalensi sindrom ini tergolong tinggi. Umumnya wanita usia reproduksi pernah mengalami gejala sindrom premenstruasi.

Penyebab munculnya sindrom ini belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron pada fase luteal. Teori lain menyatakan penyebab timbulnya sindrom premenstruasiadalah adanya pengaruh dari ketidakseimbangan hormonsteroid seks pada fase luteal, pengaruh genetik, adanya gangguan neurotransmiter di sistem saraf pusat dan adanya pengaruh lingkungan.

Dampak dari sindrom premenstruasi ini cukup besar, karena bila dihitung lama keluhan yaitu 7 sampai 10 hari. Yang berarti bila dikalikan dalam setahun, selama 84 sampai 120 hari produktivitas seorang wanita akan terganggu akibat sindrom ini. Hal ini dapat merugikan wanita itu sendiri, keluarga, perusahaan bahkan negara.

Sindrom premenstruasi menarik untuk diteliti karena berkaitan dengan ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron. Dimana pembentukan estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang dipengaruhi oleh kolesterol. Salah satu sumber pembuatan hormon di dalam tubuh adalah lemak yang ada di jaringan perifer. Dimana kolesterol yang merupakan bahan baku pembuatan hormon steroid yang akan dikonversikan menjadi androstenedion yang merupakan prekursor estrogen.

Problem of Research

Apakah terdapat hubungan karakteristik wanita usia reproduksi terhadap sindrom premenstruasi pada usia 18 – 22 tahun ?Apakah terdapat hubungan kadar kolesterol terhadapsindrom premenstruasi pada usia 18 – 22 tahun ?

Hypothesis

Ada hubungan antara karakteristik dan kadar kolesterol terhadap sindrom premenstruasi pada usia reproduksi.

Objective

Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan kadar kolesterol terhadap sindrom premenstruasi pada wanita usia reproduksi.

(6)

1. Menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang hubungan karakteristik dan kadar kolesterol terhadapsindrom premenstruasi pada wanita usia reproduksi.

2. Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang sindrom premenstruasi pada wanita dengan karakteristik yang berbeda.

Menstruasi dan Hypothalamus Pituitary Ovarian Axis (HPO Axis)

Sindrom premenstruasi berkaitan dengan siklus menstruasi, dimana setiap menstruasi melibatkan 4 kompartemen yaitu ; uterus, ovarium, pituitary anterior dan hypothalamusyang dikenal dengan HPO Axis (Axis Hypothalamus, Pituitary dan ovarium).Pada hari pertama menstruasi, dimulai dengan fase folikular. Hypothalamus mengeluarkan GnRH (Gonadothropin Releasing Hormone) sebagai efek feedbacknegatif akibat penurunan estrogen dan progesteron. GnRH akan dialirkan ke pituitary anterior sehingga mengeluarkan FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang akan menuju ke organ target yaitu ovarium untuk menstimulasi pertumbuhan folikel-folikel hingga hasil akhirnya adalah sebuah folikel matang yang siap untuk berovulasi. Proses ini membutuhkan waktu 10-14 hari.

Kolesterol dan SIntesis Hormon Steroid

Kolesterol merupakan bahan baku utama dalam sintesa hormon steroid yang terjadi di mitokondria di mana sitokrom P450 akan melepaskan enzim untuk mengkatalisa perubahan kolesterol menjadi pregnenolone. Kemudian pregnenolone dibawa ke retikulum endoplasma sehingga akan menghasilkan steroid hormon lainnya. Regulasi produksi hormon steroid diatur oleh hormon-hormon tropik yaitu ACTH (Adreno Cortico Tropic Hormone) dan LH yang dihasilkan oleh sel-sel di ovarium. Kedua hormon tersebut diaktifkan oleh protein G, dimana protein G ini akan menstimulasi adenyl cyclase di intraselular cAMP (cyclic Adenosine Mono Phospatase).Peningkatan cAMP akan meningkatkan sintesa kolesterol, sintesa protein, dan phosporilasi protein.

Sindrom premenstruasi

(7)

yang paling sering menjadi keluhan penderita yang sangat merugikan diri penderita maupun lingkungan sekitar penderita itu sendiri. Kejelasan mengenai penyebab sindrom premenstruasi belum diketahui secara pasti, namun ada hubungan dengan perubahan hormonal. Diduga akibat ketidakseimbangan hormon estrogen-progesteron pada fase luteal.

Etiologi

Penyebab sindrom premenstruasi belum dapat diketahui secara pasti. Sampai saat ini belum dipahami mengapa sebagian wanita mengalami sindrom premenstruasi dan sebagian lainnya tidak. Menurut laporan beberapa penelitian, penyebab sindrom premenstruasi masih kontroversi karena beberapa penelitian mengkaitkan hubungan beberapa faktor terhadap sindrom premenstruasi seperti adanya ketidak seimbangan progesteron, neurotransmiter, nutrisi (seperti magnesium, kalsium, zinc dan vitamin B6). Teori lainnya menyebutkan bahwa sindrom premenstruasi terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor kompleks dimana salah satunya adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi terutama pada fase luteal.

METHODOLOGY

Objective : Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan kadar kolesterol terhadap sindrom premenstruasi pada wanita usia reproduksi.

Study Design : Desain penelitian ini adalah “cross sectional” dengan uji banding. Data dikumpulkan hanya pada satu kesempatan dari kelompok subyek wanita usia reproduksi ( usia 18 – 22 tahun ). Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan RSU. Imelda Medan. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2010 sampai Desember 2010. Analisis data meliputi statistik deskriptif danstatistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data umur, usia menarche, siklus haid, riwayat keluarga, kadar kolesterol dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Dalam hal ini data ditampilkan dalam bentuk frekuensi, mean, standar deviasi (SD), dan interval (CI 95%). Statistik inferensial yang digunakan adalah analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji chi square dan uji t-independen. Hubungan antara variabel independen dan dependen dianalisis dengan analisis multivariat dengan uji korelasi regresi logistik spearman.

Material and Method : Sampel yang memenuhi kriteria, diminta untuk mengisi kuisioner “Premenstrual Screening Tool”, yang merupakan standar baku untuk menegakkan diagnosa sindrom premenstruasi. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi. Semua sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan serta dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol.

(8)

Inclusion Crieria

- Wanita usia 18 – 22 tahun

- Memiliki siklus menstruasi yang teratur (28 ± 7 hari)

- Bersedia ikut dalam penelitian dan diambil sampel darahnya. - Mengisi kuisioner “Premenstrual Screening Tool”

Eksclusion Criteria

- Menderita penyakit-penyakit lainnya seperti Low Back Pain, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan endometritis.

RESULTS

Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, didapatkan sebagian besar sindrom premenstruasi berusia 18 tahun yaitu sebesar 80 %. Siklus haid sebagian besar adalah 30 hari baik pada kelompok sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi yaitu sebesar 64%, dan 52 %. Berdasarkan usia menarche didapati sebagian besar kelompok sindrom premenstruasimenarche pada usia kurang dari 12 tahun. Uji statistik menunjukkan kelompok sindrom premenstruasimenarche pada usia kurang dari 12 tahun yaitu sebesar 68 %, sedangkan pada kelompok non sindrom premenstruasi, umumnya didapati menarche pada usia kurang dari 12 tahun. Uji statistik menunjukkan kelompok non sindrom premenstruasimenarche pada usia lebih dari 12 tahun yaitu sebesar 80 %.

Sebagian besar kelompok sindrom premenstruasi mempunyai riwayat keluarga dengan sindrom premenstruasiyaitu sebanyak 60 %, sedangkan pada kelompok non sindrom premenstruasi yang mempunyai riwayat keluarga dengan sindrom premenstruasididapati hanya sebesar 8 %.

Didapati umumnya kadar kolesterol pada kelompok sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi adalah normal. Kadar kolesterol normal pada kelompok sindrom premenstruasi yaitu sebesar 96 %, pada kelompok non sindrom premenstruasi yaitu sebesar 92%.

Grafik diatas menunjukkan indeks massa tubuh normoweight pada kelompok sindrom premenstruasi sebesar 80%, overweight sebesar 20% dan tidak ada seorang sampel yang underweight. Pada kelompok non sindrom premenstruasi didapati indeks massa tubuh underweight sebesar 8%, normoweight sebesar 84% dan overweight sebesar 8%.

(9)

Dari tabel distribusi keluhan responden berdasarkan Premenstrual Syndrome Scale di atas didapatkan umumnya sampel mengeluhkan gejala cepat marah yaitu sebesar 80 %, sebagian mengeluhkan gejala mudah menangis yaitu sebesar 60 %, dan diikuti gejala peningkatan nafsu makan yaitu sebesar 48 %, cemas, depresi dan sulit berkonsentrasi sebanyak 40 %, penurunan minat kerja rumah dan labil sebanyak 32 %, penurunan minat sosial sebanyak 28 %, insomnia dan gejal-gejala fisik lainnya sebanyak 24 %, dan yang terakhir adalah hypersomnia sebesar 16 %.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar kolesterol pada kelompok sindrom premenstruasi dan kelompok non premenstruasi dalam batas normal yaitu < 200 mg/dL, dengan mean pada kelompok sindrom premenstruasi sebesar 162,76 ± 23,066 dan pada kelompok non sindrom premenstruasi didapatkan mean 159,32 ± 28,422. Dari uji statistik kadar kolesterol dengan status sindrom premenstruasi dengan menggunakan uji student t-test menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna dengan nilai p > 0,05. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa sindrom premenstruasi dapat terjadi pada wanita dengan kolesterol normal.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar kolesterol pada kelompok sindrom premenstruasi lebih tinggi dibandingkan pada kelompok non sindrom premenstruasi, dengan mean pada kelompok sindrom premenstruasisebesar 162,76 ± 23,066 dan pada kelompok non sindrom premenstruasi didapatkan mean 159,32 ± 28,422. Dari uji statistikkadar kolesterol dengan status sindrom premenstruasidengan menggunakan uji student t-test menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan p > 0,05.

Dari tabel silang diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok sindrom premenstruasi mempunyai hubungan dengan riwayat ibu atau saudara perempuan dengan sindrom premenstruasi di bandingkan nonsindrom premenstruasi. Dari uji statistik didapatkan nilai bermakna dimana p< 0,005.

Tabel diatas menunjukkan rata-rata indeks massa tubuh pada kelompok sindrom premenstruasi lebih besar dibandingkan pada kelompok non sindrom premenstruasi. Dari uji statistik dengan uji t-test menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p< 0,05), hal ini menunjukkan adanya peningkatan indeks massa tubuh pada kelompok sindrom premenstruasi, dengan mean pada kelompok sindrom premenstruasi 25,27 ± 3,902 dan pada kelompok non sindrom premenstruasi 20,29 ± 1,929.

Tabel diatas menunjukkan rata-rata siklus haid pada kelompok sindrom premenstruasi dan kelompok non sindrom premenstruasi adalah sama . Dari uji statistik dengan uji t-test menunjukkan adanya perbedaan tidak bermakna (p> 0,05) dengan mean pada kelompok sindrom premenstruasi sebesar 29,36 ± 1,25 dan pada kelompok non sindrom premenstruasisebesar 28,76 ± 1,89.

(10)

premenstruasiadalah 20 orang. Dari uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai yang tidak bermakna dengan p > 0,05.

CONCLUSION

Umumnya keluhan pada sindrom premenstruasi adalah cepat marah, yaitu sebesar 80 %.Rata-rata lama siklus haid pada sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi adalah sama, yaitu 29,36 dan 28,76 ; dan tidak terdapat hubungan bermakna antara lama siklus haid pada sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi.Usia menarche< 12 tahun pada sindrom premenstruasi sebanyak 68 % pada non sindrom premenstruasi 80%. Usia menarche> 12 tahun sebanyak 32% pada sindrom premenstruasi dan 20% pada non sindrom premenstruasi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia menarche terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,333.Kadar kolesterol pada sindrom premenstruasi dan non sindrom premenstruasi dalam batas normal yaitu < 200 mg/dL, namun pada kelompok sindrom premenstruasi didapat nilai sedikit lebih tinggi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar kolesterol dengan status sindrom premenstruasi dengan p 0,641.Indeks massa tubuh lebih tinggi menunjukkan gejala-gejala sindrom premenstruasi dibandingkan pada sampel dengan indeks massa tubuh yang normal dan terdapat hubungan bermakna antara indeks massa tubuh terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,0001.Riwayat ibu atau saudara perempuan dengan sindrom premenstruasi menunjukkan gejala-gejala sindrom premenstruasi dan terdapat hubungan bermakna antara riwayat ibu atau saudara perempuan dengan sindrom premenstruasi terhadap sindrom premenstruasi dengan p 0,0001.

REFERENCES

1. Mortola, JF. Premenstrual syndrome. Elsevier science; 1996. p. 184-7.

2. Speroff l, Fritz MA. Regulation of menstrual cycle. Clinical gynecologic

endocrinology and fertility. 7th ed. 2005. p. 187-95.

3. Antai AB, Udezi AW, Ekanem EE, Okon UJ, Umoiyoho AU. Premenstrual

syndrome: prevalence in students of the University of Calabar, Nigeria. African

journal of biomedical research ; 2004.

4. Kraemer GR, Kraemer RR. Premenstrual syndrome: diagnosis and treatment

experiences. Journal of women's health 7; 1998.p. 1-14.

5. Chihal HJ. Premenstrual syndrome: an update for clinician. Philadelphia: WB

Saunders co; 1999. p. 457-470.

6. Dalton K. Progesterone and related topics; 1999.

7. Baziad A. Sindrom prahaid. Endokrinologi ginekologi. 3rd ed. Jakarta; 2008. p.

(11)

8. Supriyono B. Hubungan indeks massa tubuh dengan sindroma prahaid; 2003.

9. Beckley EH, Finn DA. Inhibition of progesterone metabolism mimics the effect of

progesterone withdrawal on forced swim test immobility. Pharmacology

biochemestry; 2007. p. 1-8.

10. Wijaya ER. Hubungan sindroma premenstruasi dengan kecenderungan neurotik

pada mahasiswi akademi keperawatan di semarang; 1999.

11. Campagne DM, Campagne G. The premenstrual syndrome revisited. EJOG;

2006. p. 4-8

12. BaziadTZ, Jacoeb. Fisiologi ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

anovulasi : patofisiologi dan penanganannya.Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

1993. p. 1-5.

13. Bacchus H. Connective tissue, cortisol, the HPA axis &therapeutic interventions.

Pubmed ;2009. p. 1-5.

14. Sumapraja K, Wiweko B. Perdarahan uterus disfungsional; 2008.

15. Sumapraja K. Fisiologi haid; 2008.

16. Hennawy ME. Premenstrual changes (PMCs); 2010.

17. Knaapen L, Weisz G. The biomedical standardization of premenstrual syndrome.

Elsevier ;2007. p. 1-10.

18. Rone MB, Fan J, Papadopoulos V. Cholesteroltransport in steroid biosynthesis :

role of protein-protein interactions and implications in disease states. Elsevier

Inc; 2009. p. 646-9.

19. Gurjit. Premenstrual syndrome. EJOG; 2004; 71:303-5.

20. Eden J, Crei F. Premenstrual syndrome. Womens health 7 ; 2005. p. 1-3.

21. Ismail MK, O'Brien MS. Premenstrual syndrome. Current Obstetrics &

Gynaecology; 2001;2:251-5.

22. Yonkers KA, O'Brien PMS, Eriksson E. Premenstrual syndrome. Lancet ; 2008.

p. 1-11.

23. Llewellyn. Setiap wanita. Delapratasa publishing; 2005.

24. Meiyer GJ, Bosch SG. An overview of assesment and treatment of premenstrual

syndrome. journal of conseling and development;1988. p. 1-13.

25. Elliott H. Premenstrual dysphoric disorder. NCMJ; 2010 : 63:1-4.

26. Dullo P, Vedi N. Change in serum calcium, magnesium and inorganic

(12)

27. Moira Connolly. Premenstrual syndrome:an update on definitions, diagnosisand

management. Advances in PsAycPhTia (t2r0ic0 T1r)e, avtoml.e 7n,t; 2001. p.

1-10

28. Panay N. Managing premenstrual syndrome. Womens Health Medicine; 2010. p.

1-4.

29. Syafie M. Menstrual cycle; 2010.

30. DiegoliU MSC , Fonseca AM, Diegoli CA, Pinotti A. A double-blind trial of four

medications to treat severe premenstrual syndrome. International Journal of

Gynecology & Obstetrics; 1997. p. 1-5.

31. Macdougall M, Born L, Krasnik CE, Steiner M. Premenstrual syndromes:

guidelines for assessment and treatment. Spinger; 2010. p.1-2.

32. Usman SB, Indusekhar S, O'brien S. Hormonal management of premenstrual.

Elsevier ;2007. p. 251-255.

33. Thys S, Mc.Mahon D, Bilezikian JP. Differences in free estradiol and sex

hormone-binding globulin in women with and without premenstrual dysphoric

disorder. JCEM; 2007. p. 96-98.

34. Halbreich U. The etiology, biology, and evolving pathology of premenstrual

syndromes. Psychoneuroendocrinology; 2003. 28:55-60.

35. Douglas S. Premenstrual syndrome. CME 48; 2004. p. 1-9.

36. Price TM, O'Brien SN. Estrogen regulation of adipose tissue lipoprotein liposible

machanism of body fat distribution.AJOG; 1998.178:101-7.

37. Brunner, Suddarth. Etiology of premenstrual syndrome; 2001.p. 8-10.

38. Walker AE. The menstrual cycle. Elsevier; 1997. p. 150-2.

39. Janeckova R. The role of leptin in human physiology and pathophysiology; 2001.

50:443-59.

40. Mochos S. Leptin and reproduction. Elsevier; 2002.p. 433-44.

41. Deuster PA, Adera T, Paul JS. Biological, social, and behavioral factors

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan sebagai mesin baru melalui modal intelektual (intellectual capital), dimana dengan intellectual capital (IC) tersebut bisa dijadikan suatu pendekatan untuk

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) ada korelasi positif yang rendah antara persepsi dengan hasil belajar biologi; (2) tidak ada hubungan

Tahapan awal yang dilakukan sebelum memodelkan data dengan menggunakan data mining, yaitu mengetahui pola kurikulum yang digunakan sehingga dapat diketahui mata kuliah

Adapun data yang digunakan disini adalah data perkembangan penyaluran kredit bank umum di Riau, suku bunga pinjaman Rupiah yang diberikan bank umum menurut

Hasil penelitian pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan penerapan teknik melanjutkan cerita dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas menulis

Hasil observasi pada lokasi Pura Seika Ink, Pura Dekorindo, Rotogravure II, dan Paper Mill menunjukkan bahwa sudah terdapat alat evakuasi berupa tandu dan alat transportasi

auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga skripsi dengan judul standarisasi daun kelor (Moringa oleifera)