• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN

ICE GEL

SEBAGAI MEDIA PENDINGIN

PADA PENJUALAN BUAH PEPAYA (

Carica papaya

L.) POTONG

RIZKIA INDI NOVITASARI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing Akademik dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIZKIA INDI NOVITASARI. Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI.

Pepaya merupakan buah yang disukai masyarakat dan biasanya dijual dalam bentuk buah utuh maupun buah potong. Es batu umumnya digunakan sebagai media pendingin oleh pedagang buah potong. Air pembuat es umumnya adalah air mentah yang tidak terjamin kebersihannya dan dikhawatirkan mengandung bakteri yang akan mengkontaminasi buah potong. Ice gel adalah media pendingin berbentuk gel cair yang dapat digunakan untuk proses penyimpanan bahan dalam suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan ice gel sebagai media pendingin pada penjualan buah pepaya potong. Penelitian dilakukan dengan merancang jumlah ice gel dan penempatannya dalam wadah dengan dimensi 50x50x40 cm yang diisi 21 buah pepaya potong. Untuk menghasilkan suhu bahan mencapai 12oC dibutuhkan enam ice gel dengan berat 1 kg/bungkus. Parameter yang diukur adalah sebaran suhu dan perubahan mutu pepaya. Suhu 12oC pada wadah tercapai setelah 310 menit, 500 menit dan 200 menit dengan ice gel posisi 1, posisi 2 dan es batu tanpa beban. Perlakuan K1P2 merupakan hasil terbaik karena penurunan mutu pada kemasan 1 (kotak plastik polystyrene) lebih lambat serta kontaminasi mikroba rendah (3.2x107 kol/g). Kata kunci: pepaya, es batu, ice gel, kemasan

ABSTRACT

RIZKIA INDI NOVITASARI. Application of Ice Gel as a Coolant in Fresh Cut Papaya (Carica papaya L.) Selling. Supervised by EMMY DARMAWATI.

Papaya is one of preferred fruit and usually sold as whole fruit as well as fresh cut fruit. Ice cube is commonly used as coolant by the fruit seller. Mostly, ice cube is made of unsterilized water without hygienic security and potentially contain bacteria that can contaminate the fruit. Ice gel is gel-shaped coolant that can be used in low temperature storage process. The purpose of this research is to examine the using of ice gel as coolant in fresh cut papaya selling. The research was conducted by designing the amount and the placement of ice gel packs inside the storage with dimension 50x50x40 cm which contained 21 slices of papaya. Generating product temperature of 12 oC needed six packs of ice gel with 1 kg weight per pack. Parameters that were measured are temperature distribution and quality degradation of cut papaya. The temperature of 12 oC was reached after 310 minutes, 500 minutes, and 200 minutes for ice gel in position 1, position 2 and ice cube without loading the fruits. Treatment K1P2 obtained the

best result with slower quality degradation and fewer microbial contamination (3.2x107 col/g).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

RIZKIA INDI NOVITASARI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

PENGGUNAAN

ICE GEL

SEBAGAI MEDIA PENDINGIN

(6)
(7)

Judul Skripsi: Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong

Nama : Rizkia Indi Novitasari NIM : F14100104

Disetujui oleh

Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur atas karunia Allah SWT berkat rahmat dan nikmatnya kepada penulis, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul pada penelitian ini adalah Penggunaan Ice Gel Sebagai Media Pendingin pada Penjualan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potong yang dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Mikrobiologi sejak bulan Februari sampai Mei 2014.

Dengan telah selesainya karya ilmiah ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Ibu, adik-adik serta sanak saudara terimakasih atas doa, dukungan dan semangat positifnya untuk penulis selama pembuatan karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku pembimbing terimakasih atas bimbingannya serta saran dan kritik bagi penulis.

3. Dr. Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr dan Dr. Lenny Saulia, S.Tp, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

4. Pak Sulyaden, Pak Ahmad, dan Mas Abas terima kasih atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

5. Teman-teman Verayanti Sembiring, Buddy Heriansyah, Dhanny Apriyatna, Silvia Meigita Sinaga, Aulia Muthmainnah, Diniar Mungil, Oldga Augusta Dezarino, Septaria Umi Kusuma, Fitria Widiawati, Verari Maysosa Sigiro, Rosma Zumantini Wardhani, Hasan Juhri, Rhizky Ramadhani dan Asep Andi terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama penelitian berlangsung. 6. Adik-adik TMB 48: Isnaini Andawiyah, Aktatama Silvi dan Sabihah terima

kasih atas bantuannya selama persiapan penelitian.

7. Kakak S2 Prama Adya terima kasih atas bantuan dan bimbingannya baik selama penelitian maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kakak TMB 46: Gina Annisa Yulia Fatima dan Awanis terima kasih atas bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi.

9. Nurmayanti Pusparika, Ani Setiawati Anwardi, Windy Dian Syafitri dan teman-teman seperjuangan TMB 47 terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya bagi penulis.

10.Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penulis selama penelitian.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi nyata terhadap ilmu pengetahuan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Buah Pepaya 2

Laju Respirasi Hortikultura 3

Penyimpanan Suhu Rendah 3

Ice Gel 5

METODE PENELITIAN 5 Waktu dan Tempat Penelitian 5 Bahan Penelitian 5

Alat Penelitian 6 Prosedur Penelitian 6 Analisis Data 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Beban Panas Respirasi Buah Pepaya Potong dalam Proses Penyimpanan Dingin 15 Penentuan Jumlah Ice Gel dan Penempatannya pada Kotak Penyimpanan Buah Pepaya Potong 17 Sebaran Suhu pada Wadah dengan Ice Gel sebagai Media Pendingin 18

Sebaran Suhu Pepaya Potong dalam Wadah Berpendingin 20

Pengaruh Ice Gel terhadap Perubahan Mutu dan Tingkat Kontaminasi Mikroba Selama Masa Penyimpanan Buah Pepaya Potong 24

Analisis Mutu Secara Keseluruhan 28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

(10)

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan gizi buah pepaya per 100 gram bahan 2 2 Suhu penyimpanan, komposisi gas optimum yang direkomendasikan

dan laju respirasi beberapa buah-buahan/sayuran terolah minimal 4 3 Rekomendasi suhu, kelembaban relatif, dan daya simpan tiap jenis buah 4

4 Rancangan percobaan penelitian 15

5 Rekapitulasi hasil pengamatan 29

DAFTAR GAMBAR

1 Buah Pepaya Calina 3

2 Ice Gel 5

3 Kondisi pemeraman buah pepaya 6

4 Diagram alir penelitian pendahuluan 9

5 Ice Gel Posisi 1 (a) dan Posisi 2 (b) dalam wadah 10

6 Koordinat thermocouple dalam wadah 11

7 Kemasan kotak plastik PS (a) dan kantong plastik PE (b) 12 8 Bagan Alir TPC pada Metode Tuang (Pour Plate) 13

9 Diagram alir penelitian utama 14

10 Grafik laju respirasi O2 pepayapada berbagai suhu penyimpanan 16

11 Grafik laju respirasi CO2 pepaya pada berbagai suhu penyimpanan 16

12 Penempatan ice gel posisi 1 (a) dan posisi 2 (b) dengan arah pergerakan

aliran udara panas yang keluar 17

13 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban untuk ice gel posisi 1 18 14 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban untuk ice gel posisi 2 19 15 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban menggunakan es batu 19 16 Grafik rataan peningkatan suhu dalam wadah tanpa beban pada ice gel

posisi 1. posisi 2 dan es batu 20

17 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kotak plastik menggunakan ice

gel posisi 1 21

18 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kotak plastik menggunakan ice

gel posisi 2 22

19 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kantong plastik menggunakan

ice gel posisi 1 22

20 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kantong plastik menggunakan

ice gel posisi 2 23

21 Perubahan suhu pada bahan menggunakan es batu dan kemasan

kantong plastik PE sebagai kontrol 23

22 Grafik perubahan suhu rataan pada bahan 24

23 Perubahan susut bobot bahan selama penyimpanan 25

24 Pertumbuhan mikroba pada bahan 26

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peralatan yang digunakan untuk penelitian 32

2 Perhitungan kebutuhan ice gel dalam satu wadah 34 3 Gambar kondisi buah pepaya potong setelah 48 jam penyimpanan 35 4 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan total mikroba

buah pepaya 36

5 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan susut bobot buah

pepaya 37

6 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan kekerasan buah

pepaya 39

7 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan total padatan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan gizi berupa vitamin dan mineral. Buah pepaya dikonsumsi sebagai sumber nutrisi/gizi terutama vitamin A (Suketi dan Sujiprihati 2009). Pepaya biasanya dijual dalam bentuk buah utuh maupun buah potong. Namun umumnya masyarakat lebih menyukai buah potong karena lebih praktis dan terjangkau. Selain itu, nutrisi yang ada pada buah potong masih dapat dijaga daripada buah yang sudah diolah menjadi jus (Lusia 2014).

Penjualan buah potong umumnya dilakukan dengan pemberian suhu dingin untuk mempertahankan mutu. Media yang digunakan umumnya adalah es batu. Es batu digunakan karena harga yang murah dan mudah didapat. Sifat es batu yaitu akan mencair ketika mengalami kenaikan suhu. Kebanyakan es batu tersebut berasal dari air mentah yang diduga terkontaminasi bakteri. Menurut ahli pangan, bakteri yang ada dalam air mentah berkisar antara 3x105 hingga 1x106 CFU/ml dan tidak mati meski dalam kondisi beku. Bakteri baru bisa mati jika berada di lingkungan beku pada jangka waktu yang lama (Yuki 2012). Walaupun buah potong telah dikemas dengan plastik, tetapi mikroba yang berasal dari air es yang mencair berpotensi untuk mencemari produk. Selain itu, air es akan mempercepat proses pelunakkan daging buah yangakan mempercepat proses pembusukan buah. Ice gel adalah salah satu media pendingin yang mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan es batu. Suhu dalam suhu beku ice gel relatif lebih rendah dengan suhu leleh lebih tinggi dibanding es batu. Hal ini berdasarkan penelitian Fatima (2013) yang melakukan perbandingan ice gel dengan es batu di suhu ruang dengan berat per kemasan yang sama yaitu 1 kg. Keuntungan yang lain adalah ice gel lebih lama mencair dan embun (butiran air) yang terbentuk dipermukaan buah maupun kemasan sedikit. Kelebihan sifat ice gel tersebut menguntungkan kondisi produk yang didinginkan karena akan tetap kering dan dingin dalam waktu yang lama. Kajian penggunaan ice gel sebagai media pendingin pada penjualan buah pepaya potong diharapkan mampu memperbaiki cara penjualan buah pepaya potong.

Perumusan Masalah

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji penggunaan ice gel sebagai media pendingin pada penjualan buah pepaya potong. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menghitung beban panas respirasi buah pepaya potong dalam proses penyimpanan dingin.

2. Menghitung kebutuhan ice gel pada kotak penyimpan buah pepaya potong. 3. Mengukur sebaran suhu dalam wadah.

4. Mengetahui pengaruh ice gel terhadap penurunan mutu buah pepaya potong. 5. Mengukur tingkat kontaminasi mikroba pada buah pepaya potong.

TINJAUAN PUSTAKA

Buah Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu buah tropis yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi karena sangat disukai konsumen untuk dikonsumsi sehari-hari.Buah pepaya calina(Gambar 1) umumnya berbentuk bulat, panjang, atau silinder, dengan kisaran berat antara 500 gram sampai 1.5 kg. Buah pepaya muda cukup terkenal untuk digunakan sebagai sayuran atau masakan lainnya, sedangkan buah pepaya yang telah matang biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar baik dalam bentuk buah potong maupun es buah. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih karena harganya relatif terjangkau dan mengandung nutrisi yang sangat baik bagi kesehatan. Kandungan nutrisi buah pepaya antara lain Vitamin A, B, C, kalsium, posfor, kalium, karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Kandungan betakaroten dalam pepaya berfungsi sebagai antioksidan (Suketi dan Sujiprihati 2009). Kandungan gizi buah pepaya per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan gizi buah pepaya per 100 gram bahan

Sumber :Departemen Pertanian 2003 dalam Parjito 2010

(15)

3

Gambar 1 Buah Pepaya Calina

Laju Respirasi Hortikultura

Respirasi adalah proses dimana karbohidrat, protein, lemak, dan zat gizi lainnya pada produk dirombak menjadi zat-zat yang lebih sederhana melalui pelepasan energi panas. Pepaya termasuk buah klimaterik, yaitu buah yang pematangannya terjadi setelah laju respirasi mencapai puncaknya (Ahmad 2013). Klimaterik ditandai dengan adanya proses yang cepat pada waktu pemasakan (ripening) dan peningkatan respirasi yang mencolok disertai perubahan warna, cita rasa, dan teksturnya (Soesarsono 1988 dalam Rochman 2007). Secara umum respirasi digambarkan melalui reaksi berikut :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6 H2O + 674 kkal (energi)

Ada empat tahap yang dilalui oleh buah-buahan klimaterik selama proses pematangan, yaitu 1) pra-klimaterik, 2) peningkatan klimaterik, 3) puncak klimaterik, dan 4) pasca klimaterik. Kebanyakan proses pematangan dimulai pada tahap puncak klimaterik. Buah sudah berada pada keadaan masak penuh, lalu menjadi terlalu matang atau busuk pada tahap pasca-klimaterik. Setelah melewati tahap pematangan, perubahan masih terus berlangsung sehingga buah-buahan akan semakin lunak dan berair, akhirnya buah menjadi busuk. Selain akibat faktor fisiologis, aktivitas mikroba juga turut berperan dalam pembusukan produk hortikultura. Kekerasan produk yang terus menurun setelah proses pematangan akan memudahkan mikroba masuk dan menguraikan jaringan pada bagian dalam produk (Ahmad 2013).

Penyimpanan Suhu Rendah

(16)

4

Tabel 2 Suhu penyimpanan, komposisi gas optimum yang direkomendasikan dan laju respirasi beberapa buah-buahan/sayuran terolah minimal

Komoditas Suhu (oC) Komposisi gas optimum Respirasi (ml/kg-jam)

% O2 % CO2 Kons O2 Prod CO2

Penyimpanan suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan pangan tersebut karena aktivitas respirasi menurun dan menghambat aktivitas mikroorganisme. Penyimpanan dingin tidak membunuh mikroba, tetapi hanya menghambat aktivitasnya, oleh karena itu setiap bahan pangan yang akan didinginkan harus dibersihkan lebih dahulu (Koswara 2009).

Pendinginan dengan es sudah diterapkan pada manusia sejak tahun 1800. Lalu dikembangkan cara pendinginan baru dan didapat bahwa bila ditambah garam maka es akan memberi pengaruh dingin dengan suhu yang lebih rendah. Akhir abad ke 18, penyimpanan bahan pangan dalam refrigerator atau lemari pendingin mulai dikembangkan (Koswara 2009).

Es dapat dipergunakan sebagai sumber pendingin pada suatu wadah besar (bunker) atau sebagai es penutup produk (ditempatkan kontak langsung dengan komoditi). Es dapat mendinginkan komoditi jika es mencair, dengan demikian ventilasi yang baik diperlukan untuk pendinginan yang efektif. Penggunaan es dalam kemasan-kemasan hendaknya diaplikasikan dalam barisan dari bahan yang ditumpuk padat. Hal yang penting adalah tidak memblok sirkulasi udara di dalam kendaraan pengangkut (Koswara 2009).

Penyimpanan buah pepaya disarankan pada suhu 10-15oC dan kelembaban nisbi 85-90% dengan daya simpan 3 minggu. Produk tersebut menghasilkan etilen serta sensitif terhadap kerusakan akibat pendinginan (chilling injury). Jika buah tersebut disimpan pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimal maka buah akan mudah pecah (Kader 2004). Rekomendasi suhu, kelembaban relatif dan daya simpan tiap jenis buah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel3 Rekomendasi suhu, kelembaban relatif, dan daya simpan tiap jenis buah Jenis buah Suhu (oC) RH (%) Daya simpan (minggu)

(17)

5 Ice Gel

Ice gel seperti pada Gambar 2 adalah media gel untuk proses penyimpanan bahan dalam suhu rendah. Ice gel berfungsi sebagai pengganti es batu dan dry ice yang dapat dipakai berulang-ulang dan dapat menjaga suhu dingin hingga 12 jam dalam wadah seperi box styrofoam. Kelebihan ice gel adalah gel tetap kering atau tidak terkondensasi ketika suhu dingin mulai berkurang. Selain itu, ice gel aman digunakan, tidak beracun, ramah lingkungan, dan cocok digunakan untuk penyimpanan dingin komoditi pertanian seperti buah. Ice gel umumnya digunakan untuk penyimpanan obat-obatan, namun saat ini penggunaannya telah dimanfaatkan untuk penanganan pasca panen pada hortikultura terutama pada distribusi (Jaya 2013).

Ice gel memiliki karakteristik membeku pada titik suhu dingin, dan mencair pada suhu yang rendah. Apabila dilihat berdasarkan jenis material yang digunakan, ice gel terbagi menjadi dua jenis, yaitu ice gel yang hanya berfungsi sebagai elemen pendingin dan ice gel yang berfungsi ganda (elemen pendingin sekaligus elemen pemanas). Ice gel yang hanya berfungsi sebagai elemen pendingin biasanya berwarna biru, sedangkan yang berfungsi ganda berwarna putih, sedangkan berdasarkan jenis kemasannya, ice gel dibagi menjadi ice gel dan ice pack. Ice gel dikemas dengan plastik biasa, sedangkan ice pack dikemas dengan plastik yang kaku (Jaya 2013).

Gambar 2 Ice Gel

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2014 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah pepaya calina IPB-9 yang didapatkan dari petani di daerah Ciseeng, Bogor. Pepaya yang digunakan

(18)

6

7 hari. Tingkat kematangan 10% ditandai dengan adanya warna kuning pada kulit buah berdasarkan pengalaman petani. Cara pemeraman dapat dilihat pada Gambar 3.Bahan lain yang digunakan adalah ice gel (reuseable) dari distributor dengan alamat Jalan Manggar No.27 RT 05/03 Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara 14230, es batu, kotak kaca, kantong plastik kemasan polyethylene (PE) dan kotak plastik kemasan polystyrene (PS). Jumlah buah yang digunakan yaitu 3 buah untuk mengukur kadar air dan laju respirasi serta 4 kg untuk pengamatan.

Gambar 3 Kondisi pemeraman buah pepaya

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan terdiri dari Cosmotector XPO-314, Respiration chamber, lemari pendingin (Refrigator), Rheometer CR-500DX, timbangan digital dan analitik, oven, cawan, desikator, Refractometer Atago PR-210, Hybrid Recorder dan Termocouple, inkubator dan autoklaf serta peralatan penunjang lainnya. Gambar dan spesifikasi peralatan dapat dilihat di Lampiran 1.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan kebutuhan penggunaan ice gel dalam satu wadah. Penelitian utama bertujuan untuk merancang posisi ice gel pada kotak penyimpan buah pepaya potong, mengetahui sebaran suhu dalam wadah, mengetahui pengaruh ice gel terhadap masa penyimpanan buah pepaya potong dan mengetahui tingkat kontaminasi mikroba pada buah pepaya potong. Diagram alir penelitian pendahuluan dan utama ditampilkan pada Gambar 4 dan 9.

Penelitian pendahuluan

1. Mengukur laju respirasi buah pepaya potong

(19)

7 laju respirasi dilakukan setiap hari. Laju respirasi dihitung dengan persamaan Mannapperuma dan Singh (1989):

2. Menghitung beban panas akibat adanya laju respirasi

Setelah diketahui laju respirasi, maka besarnya panas yang dihasilkan akibat laju respirasi dapat dihitung dengan langkah sebagai berikut :

a) Mengubah satuan laju respirasi dari ml/kg.jam menjadi mg/kg.jam : mg/kg.jam = R (mg/kg.jam) x � (g/ml) x 1000 mg/g

b) Mengubah mg/kg.jam menjadi kkal/ton.hari menurut Hardenberg (1986) :

kkal/ton.hari = mg/kg.jam x 61

Nilai 61 diperoleh dengan memperhitungkan besarnya energi yang diproduksi CO2 pada proses penguraian glukosa :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6 H2O + 674 kkal/mol (energi)

[6 mol x (12+(16x2)) gram] x Z = 674 kkal/mol 264 mol.gram x Z = 674 kkal/mol

Z = ⁄

Z = 2.55 kkal/gram atau 2.55 kal/mg Sehingga 61 = 2.55 kal/mg x 24 jam/hari

c) Mengubah kkal/ton.hari menjadi kW/ton : kW/ton =

dengan Watt = J/detik

d) Menghitung panas yang dihasilkan pepaya dengan mengetahui berat pepaya:

Q pepaya =

Dari penguraian tersebut, maka bisa disederhanakan menjadi :

Q pepaya (1) = ⁄

(2)

dengan Q = jumlah panas pepaya (W) R = laju produksi CO2 (ml/kg.jam) =massa jenis pepaya (g/ml)

M = berat pepaya dalam satu wadah (kg) 3. Mengukur kadar air buah pepaya potong

(20)

8

bahan yang telah dioven dengan bobot bahan awal sebelum penyimpanan. Bahan ditimbang sebanyak 5 gram dan ditaruh dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator. Kadar air dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

(3)

Keterangan :

bo = bobot bahan awal sebelum penyimpanan (g) bt = bobot bahan yang telah dioven (g)

4. Menghitung panas jenis buah pepaya potong

Panas jenis adalah jumlah panas yang dibutuhkan (kJ) untuk menaikkan suhu 1 kg bahan sebesar 1 derajat C. Nilai panas jenis digunakan untuk menentukan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendinginkan bahan. Panas jenis pepaya dihitung menggunakan perhitungan kadar air. Menurut Seibel (1892), untuk bahan di atas titik beku menggunakan rumus :

(4)

5. Menghitung beban panas akibat adanya penurunan suhu

Setelah diketahui panas jenis pepaya, maka besarnya panas yang dilepas pepaya akibat adanya penurunan suhu dapat diketahui melalui persamaan berikut : Q pepaya (2) = – (5)

Keterangan :

Q = jumlah panas pepaya (W) W = berat pepaya (kg)

Cp = panas jenis produk diatas temperatur beku (kJ/kg.oC) Tout = suhu lingkungan (oC)

Tin = suhu yang diharapkan (oC)

t = waktu pergantian media pendingin (detik) 6. Menghitung beban pendinginan ice gel

Panas yang dihasilkan oleh pepaya dan wadah akan diterima oleh ice gel sebagai media pendingin. Ice gel yang digunakan pada penelitian ini adalah ice gel dengan berat 1 kg. Perhitungan panas yang diterima oleh ice gel dapat dilihat pada persamaan berikut :

Q ice gel = (6)

Dimana :

Qice gel = panas yang diterima ice gel (W) W = massaice gel (1.08 kg)

cp = panas jenis ice gel (3914.66 kJ/kg.oC)

∆T = selisih antara suhu ice gel awal dengan suhu yang diterima oleh ice gel (oC)

(21)

9 7. Menghitung kebutuhan ice gel

Jumlah ice gel yang dibutuhkan dalam satu wadah diperoleh dari keseimbangan pindah panas antara besarnya panas yang diterima oleh ice gel dengan panas yang dilepas oleh pepaya. Persamaan perhitungan dapat dilihat pada persamaan berikut :

(7)

(22)

10

Penelitian utama

1. Penentuan posisi ice gel pada kotak penyimpan buah pepaya potong

Setelah diketahui jumlah ice gel, maka dilanjutkan dengan menentukan posisi ice gel. Ice gel berukuran 20x30x3 cm digunakan untuk mendinginkan pepaya dalam wadah kotak kaca berukuran 50x50x40 cm. Perhitungan kebutuhan ice gel pada penelitian pendahuluanyang disesuaikan dengan dimensi kemasan kotak plastik dan ice gel sehingga menghasilkan dua posisi ice gel yaitu posisi 1 seperti Gambar 5a, dan posisi 2 seperti Gambar 5b.

(a) (b)

Gambar 5 Ice Gel Posisi 1 (a) dan Posisi 2 (b) dalam wadah 2. Mengukur sebaran suhu tanpa beban

Ice gel dan es batu yang telah disusun didalam kotak kaca diukur sebaran suhunya menggunakan thermocouple yang ditempatkan pada titik-titik pengukuran. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan ice gel dalam mendinginkan suhu ruang kemasan. Pengukuran dengan hal serupa juga dilakukan terhadap wadah kosong tanpa media pendingin sebagai kontrol. Titik pengukuran terdiri dari lima titik untuk masing-masing wadah yang ditempatkan didalam kotak kaca seperti pada Gambar 6. Pemasangan thermocouple pada tiap titik pengukuran dalam wadah ditampilkan pada Gambar 6 dan Tabel 4. Suhu yang terukur oleh thermocouple ditampilkan dalam layar baca hybrid recorder dan dicatat setiap 10 menit. Pengukuran dilakukan sampai suhu di dalam kemasan mulai stabil, yaitu mencapai suhu yang setara dengan suhu ruang.

(23)

11

Gambar 6 Koordinat thermocouple dalam wadah 3. Penerapan penyimpanan dingin pepaya potong

Pepaya yang akan disimpan dilakukan sortasi terlebih dahulu. Pepaya yang dipilih adalah pepaya dengan umur matang (120-130 hari setelah anthesis) dan siap dikonsumsi. Pepaya disortasi berdasarkan ukuran, keseragaman, tingkat kematangan dan tidak cacat. Buah dicuci, dipisahkan dari kulit dan biji lalu dipotong. Pemotongan buah dilakukan dengan cara membelahnya menjadi empat bagian. Buah pepaya yang telah dipotong kemudian dilakukan penyesuaian ukuran agar sesuai dengan ukuran kemasan. Kemasan yang digunakan adalah kotak plastik PS (Gambar 7a) berukuran 20x13cm dan kantong plastik PE (Gambar 7b) berukuran 25x10 cm. Selanjutnya potongan pepaya yang telah dikemas dimasukkan ke dalam wadah yang telah ditetapkan pada tahap kedua. Metode pengukuran sebaran suhu pepaya menggunakan thermocoupel dan hybrid recorder seperti pada tahap kedua, dimana pengukuran suhu pada lima titik pengukuran masing-masing wadah. Pengukuran suhu dilakukan dengan selang waktu 10 menit selama dua hari.

X

(24)

12

(a) (b)

Gambar 7 Kemasan kotak plastik PS (a) dan kantong plastik PE (b)

4. Mengkaji pengaruh ice gel terhadap penurunan mutu buah pepaya potong dan mengukur tingkat kontaminasi mikroba

Pada tahap ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui pengaruh ice gel terhadap perubahan mutu buah pepaya potong selama masa simpan dan tingkat kontaminasi mikroba. Pengukuran dilakukan setiap delapan jam sekali selama dua hari. Parameter yang diukur adalah susut bobot, total plate count (TPC), kekerasan, dan total padatanterlarut (TPT). Metode pengukuran parameter mutu tersebut sebagai berikut :

a. Susut Bobot

Pengukuran susut bobot dilakukan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan sebelum buah potong disimpan (bo) dan setiap kali akhir pengamatan (bi) yaitu setiap hari. Selanjutnya susut bobot didapatkan dengan membandingkan selisih antara bobot awal sebelum penyimpanan dan bobot bahan setelah penyimpanan dengan bobot awal sebelum penyimpanan dan dinyatakan dalam persen (%). Rumus lengkap susut bobot adalah sebagai berikut :

(8) Keterangan :

bo = bobot awal penyimpanan (g)

bi = bobot bahan pada penyimpanan jam ke-i (g) b. Total Plate Count

(25)

13 Standar Plate Count (SPC) sesuai dengan rumus menurut Fardiaz (1987) sebagai berikut:

Penghancuran 0.5 gram sample Pencelupan ke dalam larutan garam fisiologis

Sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit

Hasil pengenceran sebanyak 1 ml dipindahkan ke dalam cawan petri

Menuangkan PCA ke dalam cawan petri yang telah berisi sample hasil pengenceran

Memutar cawan membentuk angka delapan untuk menghomogenkan campuran PCA dan sample

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik

Analisis jumlah bakteri

Gambar 8 Bagan Alir TPC pada Metode Tuang (Pour Plate) c. Uji Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap jarum penusuk rheometer. Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan rheometer model CR-500 yang diset standar dengan mode 20. beban maksimum 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan penurunan beban 30 mm/menit dan diameter jarum 5 mm. Pengujian dilakukan pada 3 bagian (pangkal, tengah dan ujung) dan hasil pengukuran dari ketiga bagian dirata-rata. Selama pengujian buah pepaya potong dipegang agar tidak bergeser. Hasil pengukuran terlihat pada layar baca dengan satuan kgf.

d. Total Padatan Terlarut (TPT)

(26)

14

(27)

15

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama yaitu jenis kemasan berupa K1 (kotak plastik) dan K2 (kantong plastik). Faktor kedua yaitu posisi ice gel pada P1 (susunan bentuk 1) dan P2 (susunan bentuk 2) sesuai dengan Gambar 3. Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini pada Tabel 4.

Tabel 4 Rancangan percobaan penelitian

Perlakuan Kode Keterangan

1 K1P1 Kemasan kotak plastik PS dengan ice gel posisi 1 2 K1P2 Kemasan kotak plastik PS dengan ice gel posisi 2 3 K2P1 Kemasan kantong plastik dengan ice gel posisi 1 4 K2P2 Kemasan kantong plastik dengan ice gel posisi 2

Analisis data dilakukan dengan analisis sidik ragam menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan bila hasilnya menyatakan ada pengaruh perlakuan terhadap respon (parameter mutu) seperti total plate count, susut bobot, uji kekerasan dan total padatan terlarut. Uji lanjut Duncan dilakukan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa sidik ragam yang dihasilkan oleh uji Duncan menggunakan Constat2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beban Panas Respirasi Buah Pepaya Potong dalam Proses Penyimpanan Dingin

Pada tahap ini dilakukan pengukuran laju respirasi buah pepaya potong pada suhu 10oC, 15oC, dan suhu ruang (25oC). Pepaya yang digunakan adalah pepaya yang sudah matang dengan massa 250 gram dalam satu respiration chamber dengan 3 ulangan. Penentuan penyimpanan suhu berdasarkan pernyataan Satuhu (1995) yang menyebutkan bahwa suhu optimal untuk penyimpanan buah pepaya yaitu pada suhu 10-15oC.

Pengukuran respirasi dilakukan selama penyimpanan sampai pepaya mengalami pembusukan. Pepaya yang disimpan pada suhu ruang mempunyai laju respirasi yang lebih tinggi daripada pepaya yang disimpan pada suhu 10oC dan 15oC. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh suhu lingkungan selama penyimpanan. Grafik laju konsumsi O2 pada Gambar 10 menunjukkan bahwa

konsumsi O2 terbanyak terjadi pada suhu ruang dibandingkan dengan suhu

penyimpanan lainnya. Secara umum laju konsumsi O2 mengalami penurunan

kemudian meningkat ketika pepaya menunjukkan pembusukan. Adanya penurunan laju respirasi diakibatkan oleh menurunnya suhu penyimpanan dari penyimpanan awal sehingga ketersediaan O2 menurun. Rata-rata laju konsumi O2

(28)

16

Gambar 10 Grafik laju respirasi O2 pepaya pada berbagai suhu penyimpanan

Gambar 11 menampilkan grafik laju respirasi CO2 pepaya pada berbagai

suhu penyimpanan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa penyimpanan pada suhu 10oC memiliki laju respirasi terendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno dan Wirakartakusumah (1981), pada suhu dingin aktivitas respirasi menurun dan pertumbuhan mikroba penyebab kebusukan dapat dihambat. Pergerakan laju produksi CO2 mengalami penurunan kemudian meningkat. Koswara (2009)

menyebutkan bahwa penurunan produksi CO2 terjadi karena semakin lama

penyimpanan, jaringan buah semakin menutup akibat suhu buah semakin menurun sehingga memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan. Pada pengamatan akhir, laju produksi CO2 yang terukur meningkat akibat adanya jamur

yang melakukan respirasi. Rata-rata produksi CO2 pada suhu 10oC, 15oC dan di

suhu ruang adalah 0.69 ml/kg.jam, 0.99 ml/kg.jam dan 1.16 ml/kg.jam. Pepaya yang disimpan pada suhu ruang hanya bertahan sampai hari ke-2, sementara pada suhu 15oC dan 10oC, pepaya bertahan hingga hari ke-3 dan ke-6. Perbedaan daya simpan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar CO2 yang dihasilkan pepaya,

maka kualitas pepaya semakin cepat menurun. Penurunan kualitas pepaya ditandai dengan adanya jamur pada buah.

Gambar 11 Grafik laju respirasi CO2 pepaya pada berbagai suhu penyimpanan

(29)

17 Berdasarkan laju produksi CO2 dan laju konsumsi O2 tersebut, penyimpanan

dengan suhu 10oC merupakan perlakuan terbaik karena dapat menurunkan laju respirasi sehingga mampu mempertahankan masa simpannya. Hasil pengukuran laju respirasi dari produksi CO2 digunakan untuk menghitung panas respirasi dari

pepaya (Qpepaya (1)) yang dijabarkan pada Lampiran 2. Perhitungan pada

Lampiran 2 menghasilkan panas yang diproduksi pepaya dengan laju respirasi 0.80 ml/kg.jam sebesar 9.39057 W.

Penentuan Jumlah Ice Gel dan Penempatannya pada Kotak Penyimpanan Buah Pepaya Potong

Pada tahap ini dilakukan penentuan jumlah ice gel serta penempatannya untuk satu wadah kotak kaca dengan dimensi 50x50x40 cm. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kadar air pepaya sebesar 91%. Kadar air ini dipergunakan untuk menghitung nilai Cp pepaya dengan menggunakan Persamaan (4). Berdasarkan nilai Cp dan panas yang dihasilkan karena respirasi maka dapat dihitung nilai panas pepaya yang besarnya adalah 10.95 W.

Keseimbangan panas pepaya sebagai panas yang dihasilkan pepaya sama dengan panas yang diterima oleh ice gel sehingga jumlah ice gel dapat diketahui. Perhitungan jumlah ice gel secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ice gel yang dibutuhkan dalam satu wadah sebanyak enam buah. Setelah diperoleh jumlah ice gel, maka dapat ditentukan penempatan ice gel sesuai dengan Gambar 12.

(a) (b)

(30)

18

Sebaran Suhu pada Wadah dengan Ice Gel sebagai Media Pendingin

Hasil pengukuran suhu pada masing-masing titik pengukuran ditampilkan pada Gambar 13 dan 14. Pada gambar tersebut terlihat bahwa perubahan suhu wadah terjadi dengan wadah mengalami penurunan suhu, kemudian meningkat hingga mencapai suhu ruang. Penurunan suhu terjadi karena adanya media pendingin yang mampu menurunkan suhu lingkungan pada wadah, kemudian peningkatan suhu terjadi karena ice gel sudah tidak beku sehingga suhu wadah terus meningkat hingga mencapai suhu lingkungan. Gambar 13 memperlihatkan bahwa ice gel dalam wadah dengan posisi 1 mampu menurunkan suhu ruang dipertahankan sampai 500 menit, kemudian mencapai suhu lingkungan pada menit ke-1240. Adanya perbedaan sebaran suhu tersebut diduga akibat penempatan ice gel posisi 1 berada di sisi-sisi tepi ruangan wadah sementara pada posisi 2, ice gel berada di tengah ruangan wadah sehingga perambatan suhu dingin dari ice gel lebih lambat dibanding posisi 2. Suhu didalam wadah dengan ice gel posisi 1 cenderung lebih tinggi dan waktu cair lebih cepat bila dibandingkan dengan posisi 2. Hal ini menunjukkan bahwa posisi ice gel berpengaruh terhadap sebaran suhu dalam wadah.

---- : Batas kondisi suhu ruang wadah dibawah 12oC sampai menit ke-310

Gambar 13 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban untuk ice gel posisi 1

5

0 200 400 600 800 1000 1200

(31)

19

---- : Batas kondisi suhu ruang wadah dibawah 12oC sampai menit ke-500

Gambar 14 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban untuk ice gel posisi 2 Sebagai pembanding (kontrol), dilakukan pengamatan sebaran suhu dalam wadah dengan es batu sebagai media pendingin (Gambar 15). Pada gambar tersebut terlihat bahwa es batu dalam wadah mampu menurunkan suhu wadah dari 16oC mencapai 9oC dalam waktu 170 menit. Suhu ruang mampu dipertahankan dibawah 12oC sampai 200 menit, kemudian terus meningkat dengan mencairnya es batu dan akan mencapai suhu yang sama dengan suhu lingkungan pada menit ke-800. Hal ini menunjukkan bahwa pola perubahan suhu wadah dengan es batu sama dengan ice gel, yaitu mengalami penurunan kemudian meningkat hingga mencapai suhu lingkungan. Pola perubahan suhu ini sesuai dengan fase perubahan wujud es batu yaitu mengalami peleburan ketika disimpan pada lingkungan yang memiliki suhu lebih tinggi.

---- :Batas kondisi suhu ruang wadah dibawah 12oC sampai menit ke-200

Gambar 15 Grafik sebaran suhu dalam wadah tanpa beban menggunakan es batu

5

0 200 400 600 800 1000 1200

S

0 200 400 600 800 1000 1200

(32)

20

Gambar 16 menunjukkan bahwa suhu rataan pada wadah menggunakan ice gel lebih rendah daripada es batu. Ice gel posisi 2 mampu mempertahankan suhu ruang dibawah 12oC sampai 500 menit, artinya posisi ini mampu memberikan kondisi suhu ruang dibawah suhu 12oC lebih lama dibanding posisi 1 atau es batu. Kondisi ini lebih menguntungkan dalam hal memberikan kondisi dingin yang diharapkan. Secara keseluruhan hasil pada tahap ini menunjukkan bahwa ice gel mampu menurunkan suhu dalam wadah lebih baik dibandingkan es batu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fatima (2013) yang menyebutkan bahwa suhu dalam bentuk beku ice gel relatif lebih rendah dibanding es batu, selain itu ice gel lebih lama mencair dan sedikit kehilangan berat setelah mencair. Sifat ice gel tersebut dapat menguntungkan kondisi produk yang didinginkan karena akan tetap kering dan dingin dalam waktu yang lama.

Gambar 16 Grafik rataan peningkatan suhu dalam wadah tanpa beban pada ice gel posisi 1, posisi 2 dan es batu

Sebaran Suhu Pepaya Potong dalam Wadah Berpendingin

Pada tahap ini dilakukan penyimpanan buah pepaya potong yang dikemas dengan jenis kemasan yang berbeda. Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan ice gel pada posisi 1 dan posisi 2. Tiap wadah berpendingin ice gel diisi 21 potong buah pepaya. Selanjutnya dilakukan pengukuran sebaran suhu untuk masing-masing wadah.

Hasil pengukuran sebaran suhu pepaya dengan kotak plastik dan kantong plastik ditampilkan pada Gambar 17, 18, 19 dan Gambar 20. Gambar tersebut memperlihatkanbahwa perubahan suhu terjadi setiap 8 jam. Hal ini diakibatkan oleh pergantian ice gel yang dilakukan setiap 8 jam sekali. Oleh karena itu peneliti menampilkan grafik rataan dari setiap pergantian ice gel untuk melihat perubahan suhu selama 8 jam.

Pada Gambar 17 terlihat bahwa pola perubahan suhu terjadi dengan mengalami kenaikan kemudian menurun pada 50 menit pengamatan akhir. Pola tersebut diduga akibat adanya kegiatan respirasi yang cukup tinggi pada pepaya sehingga panas yang dihasilkan langsung terlepas ke lingkungan, kemudian kegiatan metabolisme pepaya menurun seiring dengan pengaruh suhu dingin oleh

5

0 200 400 600 800 1000 1200

S

(33)

21 ice gel. Pergerakan suhu pepaya relatif bertahan pada suhu 13-16, kemudian menurun setelah 430 menit penyimpanan. Target suhu penyimpanan tercapai selama 50 menit dari menit ke-430 hingga menit ke-480. Perubahan suhu yang terjadi pada T5 hampir sama dengan keempat titik lainnya, namun dengan suhu yang lebih tinggi. Perbedaan suhu antara T5 dengan keempat titik lainnya diduga akibat jarak antara titik pengukuran suhu dengan sumber dingin pada T5 cukup jauh sehingga perambatan suhu dingin dari ice gel lebih lambat.

---- : Batas kondisi suhu bahan dibawah 12oC pada menit ke-430 hingga menit ke-480

Gambar 17 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kotak plastik menggunakan ice gel posisi 1

Gambar 18 menunjukkan bahwa suhu pepaya mengalami penurunan dan mencapai suhu dibawah 12oC pada menit ke-100 hingga menit ke-170 menit, setelah itu suhu terus meningkat hingga menit ke-480 dengan suhu 14-19oC. Penurunan suhu diduga terjadi karena panas yang dihasilkan pepaya terhalangi oleh ice gel dari atas sehingga perambatan panas bergerak dari samping. Setelah itu pepaya mengalami kenaikan suhu karena ice gel sudah tidak beku sehingga pepaya kembali mencapai suhu lingkungan. Perbedaan lama waktu pencapaian suhu yang diinginkan (12oC) antara K1P1 dan K1P2 terjadi karena jarak sumber pendingin dengan bahan yang berbeda dimana pada K1P1 jaraknya lebih jauh daripada K1P2. Selain itu pada K1P1 tidak ada sumber dingin yang mendinginkan bahan dari atas sehingga kontak antara bahan dengan suhu lingkungan lebih besar serta laju pelepasan panas bahan menjadi lebih cepat.

(34)

22

---- : Batas kondisi suhu bahan dibawah 12oC pada menit ke-100 hingga menit ke-170

Gambar 18 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kotak plastik menggunakan ice gel posisi 2

Gambar 19 dan 20 menunjukkan bahwa pola perubahan suhu pepaya hampir sama, yaitu mengalami penurunan lalu meningkat hingga akhir penyimpanan. Pepaya pada perlakuan K2P1 diduga menghasilkan panas respirasi lebih cepat dibanding perlakuan K2P2 sehingga pada menit ke-40 sudah mencapai suhu 12oC, namun suhu 12oC ini hanya bertahan selama 140 menit. Pada perlakuan K2P2, pepaya mencapai suhu 12oC di menit ke-70 dan bertahan selama 170 menit. Perbedaan lama waktu pencapaian target suhu penyimpanan diduga adanya perbedaan posisi ice gel dengan ice gel posisi 2 mampu menekan laju respirasi sehingga pepaya dapat didinginkan dengan durasi yang lebih panjang.

---- : Batas kondisi suhu bahan dibawah 12oC pada menit ke-40hingga menit ke-180

(35)

23

---- : Batas kondisi suhu bahan dibawah 12oC pada menit ke-70 hingga menit ke-240

Gambar 20 Perubahan suhu bahan dengan kemasan kantong plastik menggunakan ice gel posisi 2

Sebagai pembanding maka dilakukan pengamatan suhu bahan menggunakan kemasan kantong plastik dan es batu sebagai media pendingin. Gambar 21 menunjukkan bahwa suhu yang dicapai rata-rata antara 15-17 oC. Pada awal pengamatan, suhu berada antara 17-20 oC, kemudian menurun hingga 12 oC pada menit ke-240 selama 80 menit. Setelah itu suhu meningkat dengan laju yang tidak terlalu cepat hingga menit ke-480 antara 14-20oC. Penurunan suhu terjadi karena adanya medai pendingin yang mampu mendinginkan buah, kemudian suhu pepaya meningkat karena es batu telah mencair sehingga buah kembali mencapai suhu lingkungan. Suhu di tiap titik tidak mengalami perbedaan yang jauh, hal ini dikarenakan tidak ada jarak antar bahan serta es batu mengalami pencairan sehingga suhu yang terukur menjadi merata.

---- : Batas kondisi suhu bahan dibawah 12oC pada menit ke-240 hingga menit ke-320

Gambar 21 Perubahan suhu pada bahan menggunakan es batu dan kemasan kantong plastik PE sebagai kontrol

(36)

24

Secara keseluruhan hasil pada tahap ini menunjukkan bahwa bahan dengan mengggunakan es batu sebagai media pendingin akan mengalami penurunan suhu yang tidak terlalu rendah karena karakteristiknya yang mudah mencair dan panas jenisnya lebih kecil daripada ice gel. Hal ini sesuai dengan grafik pada Gambar 22 yang menunjukkan bahwa suhu rataan pada bahan yang menggunakan es batu lebih tinggi dibandingkan ice gel. Penurunan suhu bahan dibawah 12oC pada ice gel terjadi selama 50 menit hingga 170 menit. Variasi waktu pencapaian suhu ini dipengaruhi oleh perlakuan posisi ice gel dan jenis kemasan dengan K1P1 mengalami pencapaian waktu tercepat dan K2P2 dengan waktu terlama. Semakin dekat jarak antara bahan dengan sumber pendingin, maka waktu target suhu penyimpanan juga semakin lama.

Gambar 22 Grafik perubahan suhu rataan pada bahan

Pengaruh Ice Gel terhadap Perubahan Mutu dan Tingkat Kontaminasi Mikroba Selama Masa Penyimpanan Buah Pepaya Potong

Tujuan tahap ini mengkaji pengaruh ice gel dan perlakuan kemasan kotak plastik PS dan kantong plastik PE terhadap mutu buah pepaya. Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah. Adapun jenis kemasan memiliki peran penting dalam mempertahankan mutu buah karena salah satu fungsi kemasan yaitu melindungi bahan dari kondisi lingkungan. Kondisi pepaya dalam kemasan berpendingin ice gel memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan menggunakan es batu. Mutu yang diukur pada penelitian ini yaitu susut bobot,jumlah mikroba, kekerasan daging buah dan tingkat kemanisan. Berikut dibawah ini penjelasan pengkajian parameter mutu pepaya.

Susut Bobot

Perubahan bobot bahan terjadi karena adanya pelepasan sebagian air di dalam jaringan bahan selama proses penyimpanan. Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan susut bobot tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan. Grafik perubahan susut bobot dapat dilihat pada

(37)

25 Gambar 23. Pepaya yang disimpan menggunakan ice gel mengalami peningkatan persentase susut bobot dengan peningkatan tertinggi terjadi pada perlakuan K1P1. Hal ini disebabkan oleh suhu penyimpanan pada perlakuan K1P1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga laju pelepasan kadar air juga lebih cepat. Sementara pada perlakuan kontrol, nilai susut bobot dibawah nol atau negatif yang menunjukkan bahwa bahan menyerap air yang dihasilkan dari pencairan es batu.

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan posisi ice gel berpengaruh nyata terhadap susut bobot pepaya. Pepaya pada ice gel posisi 1 mengalami pendinginan dibawah 12oC dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan ice gel posisi 2 sehingga persentase susut bobot pada ice gel posisi 1 lebih tinggi dibanding ice gel posisi 2. Sementara untuk perlakuan kontrol, walaupun suhu yang terukur lebih tinggi namun air hasil pencairan es batu terserap oleh bahan sehingga persentase susut bobot dibawah nol. Adanya pergantian media pendingin yang dilakukan setiap 8 jam mengakibatkan susut bobot pada perlakuan kontrol terus bertambah, sedangkan pada perlakuan ice gel, suhu dingin bahan mampu dipertahankan sehingga perubahan susut bobot tidak mengalami peningkatan pesat.

Gambar 23 Perubahan susut bobot bahan selama penyimpanan Total Plate Count (TPC)

Keberadaan mikroba dalam bahan pangan terjadi akibat kondisi lingkungan yang kurang bersih. Semakin tinggi jumlah mikroba maka semakin tinggi pula resiko terjangkit suatu penyakit. Buah segar mengandung nutrien yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Total mikroba buah pepaya selama penyimpanan mengalami peningkatan pada semua perlakuan. Peningkatan total mikroba meningkat pesat setelah 48 jam penyimpanan. Grafik peningkatan total mikroba buah pepaya selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24 menunjukkan bahwa laju peningkatan total mikroba buah pepaya di dalam kemasan kotak plastik PS lebih besar dibandingkan perlakuan kemasan kantong plastik PE. Hal tersebut disebabkan karena kemasan kantong plastik lebih rapat sehingga kandungan oksigen relatif lebih rendah. Kadar oksigen yang rendah ini menyebabkan peningkatan mikroba juga relatif lebih

(38)

26

rendah. Peningkatan total mikroba tertinggi terjadi pada buah pepaya kontrol. Perlakuan kontrol dilakukan dengan es batu sebagai media pendingin. Air yang digunakan untuk pembuatan es batu adalah air mentah sehingga jumlah mikroba yang terukur lebih besar daripada dengan ice gel. Hal ini terlihat pada nilai susut bobot pada perlakuan kontrol dibawah nolatau negatif yang menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, bahan semakin menyerap air dan memicu pertumbuhan mikroba dengan lebih cepat.

Gambar 24 Pertumbuhan mikroba pada pepaya potong

Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk jumlah mikroba terdapat pada Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa interaksi posisi dan kemasan berpengaruh pada 24 jam pengamatan, sementara perlakuan kemasan berpengaruh nyata pada 48 jam pengamatan. Pengaruh kemasan ini terlihat dari jumlah mikroba pada kantong plastik lebih sedikit daripada dengan kotak plastik. Hal ini diduga akibat kemasan kantong plastik lebih steril dan rapat serta suhu bahan lebih rendah sehingga pertumbuhan mikroba lebih lambat.

Uji Kekerasan

Kekerasan daging buah pepaya cenderung menurun selama penyimpanan. Penurunan kekerasan pada buah pepaya yang disimpan disebabkan oleh degradasihemiselulosa dan pektin menjadi asam pektat yang larut dalam air (Winarno danWirakartakusumah 1981). Melunaknya daging buah disebabkan oleh perombakanpropektin yang tidak larut atau hidrolisis zat pati dan lemak (Pantastico 1975).

Gambar 25 menunjukkan perubahan kekerasan daging buah pepaya yang cenderung menurun dengan semakin lama penyimpanan. Penurunan kekerasan terjadi sangat pesat pada perlakuan kontrol dimana pengamatan awal 0.95 kgf menjadi 0.11 kgf. Penyerapan air yang terjadi pada pepaya kontrol menyebabkan dinding sel dan daya ikat antar sel daging buah melemah.

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan posisi ice gel dan jenis kemasan tidak berbeda nyata terhadap kekerasan daging buah pepaya. Hal ini menunjukkan bahwa secara

(39)

27 keseluruhan perubahan kekerasan daging buah terjadi karena perubahan alami berupa peningkatan jumlah mikroba yang menguraikan karbohidrat menjadi gula sederhana dan asam organik sehingga akan mengurangi konsistensi tekstur buah sesuai dengan pernyataan Pantastico (1975). Selain itu, laju penurunan kekerasan terjadi dengan cepat pada ice gel posisi 1 yang diduga akibat pengaruh suhu lingkungan pada ice gel posisi 1 lebih tinggi daripada posisi 2 sehingga daging buah lebih cepat lunak.

Gambar 25 Perubahan kekerasan bahan selama penyimpanan

Total Padatan Terlarut (TPT)

Pemecahan glukosa menjadi asam piruvat selama proses pematangan menyebabkan kandungan total gula buah selama penyimpanan mengalami penurunan. Kecenderungan yang umum pada buah yang disimpan adalah mula-mula terdapat kenaikan kandungan gula, yang kemudian disusul dengan penurunan (Pantastico 1975). Penurunan total gula juga dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Adanya mikroorganisme akan menguraikan gula sederhana sebagai nutrien untuk pertumbuhannya.

Gambar 26 menunjukkan bahwa perubahan nilai TPT pada perlakuan ice gel mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme belum berpengaruh terhadap perubahan kadar gula. Penurunan nilai TPT pada perlakuan kontrol menunjukkan bahwa aktivitas mikroba pada bahan sangat pesat sehingga kandungan gula terurai, kemudian nilai TPT meningkat diduga akibat aktivitas penguraian glukosa yang dilakukan oleh mikroba menurun.

(40)

28

Gambar 26 Grafik perubahan nilai TPT selama penyimpanan

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa perubahan nilai TPT berpengaruh nyata setelah 48 jam penyimpanan terhadap perlakuan posisi ice gel dan jenis kemasan. Santosa (2007) mengatakan bahwa selama berlangsungnya penyimpanan, buah akan terjadi hidrolisis pati menjadi gula dengan demikian terjadi akumulasi gula. Adanya akumulasi gula mengakibatkan kadar TPT terus meningkat. Pada perlakuan kontrol, pemecahan gula selama penyimpanan berlangsung sehingga terjadi penurunan gula. Selain itu pengamatan dilakukan dengan pengambilan sample secara acak sehingga perubahan nilai TPT tidak stabil.

Analisis Mutu Secara Keseluruhan

Pada tahap ini dilakukan ringkasan hasil dari setiap pengamatan dan diurutkan berdasarkan hasil terbaik di setiap pengamatan. Ringkasan dilakukan untuk mempermudah dalam penentuan hasil terbaik dari perlakuan penelitian. Rekapitulasi hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

(41)

29 Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan K1P2 memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan yang lainnya. Namun kesimpulan ini diambil dari penyimpanan sampai jam ke-48. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut (>48 jam) terutama untuk buah potong yang tidak habis terjual dalam 2 hari.

Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Hasil terbaik Susut bobot Jumlah

mikroba

Laju respirasi dan kadar air merupakan faktor penting untuk mengetahui beban panas bahan. Laju produksi CO2 pepaya sebesar 0.80 ml/kg.jam dan

konsumsi O2 sebesar 0.66 ml/kg.jam. Kadar air pepaya rata-rata mencapai 91%.

Jumlah pepaya sebanyak 21 buah dengan berat per buah 200 gram dan ditempatkan pada wadah kaca berukuran 50x50x40 cm dibutuhkan enam buah ice gel berukuran 1 kg untuk menurunkan suhu bahan mencapai 12 oC.

Kemampuan ice gel dalam mendinginkan wadah sesuai dengan target suhu penyimpanan (12oC) dalam kondisi tanpa beban berkisar antara 300 – 500 menit sedangkan es batu 200 menit. Perlakuan K1P1 mampu mendinginkan dan mempertahankan suhu bahan pada 12oC selama 50 menit, K1P2 selama 70 menit, K2P1 selama 140 menit dan K2P2 selama 170 menit, sedangkan es batu selama 80 menit. Perbedaan ini menunjukkan bahwa ice gel mampu mendinginkan wadah dan bahan dengan lebih baik.

(42)

30

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh periode penggantian ice gel selama penjualan terhadap perubahan mutu buah pepaya potong.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan K1P2 mampu mempertahankan mutu pepaya sampai dengan 48 jam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian kombinasi penggunaan ice gel dalam penjualan dan penyimpanan menggunakan suhu rendah untuk pepaya yang tidak terjual pada hari yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Hasbullah R. 2010. Buah-buahan/sayuran terolah minimal dengan kemasan modified atmosphere packaging [internet]. [diunduh 2014 Juni 6]. Tersedia pada: web.ipb.ac.id/~rokhani/artikel_files/page0002.html.

Jaya K. 2013. Ice gel dan ice pack [internet]. [diunduh 2014 Juni 6]. Tersedia pada: http://icecoolpack.indonetwork.co.id/group+121831/ice-gel.html.

Kader AA. 2004. Recommendation for Maintaining Postharvest Quality. Davis (CA): University of California.

Koswara S. 2009. Pengolahan pangan dengan suhu rendah [internet]. [diunduh 2014 Januari 22]. Tersedia pada: http://tekpan.unimus.ac.id/wpcontent/ uploads/2013/07/pengolahan-pangan-dengan-suhu-rendah.pdf.

Lusia. 2014. Lebih sehat buah potong atau jus? [internet]. [diunduh 2014 Agustus 13]. Tersedia pada: http://www.kawankumagz.com/read/lebih-sehat-buah-potong-atau-jus.

Mannapperuma J, Singh RP. 1989. A computer-aided method for the prediction of properties and freezing/thawing times of foods. Journal of Food Engineering. 9(4):275-304.

(43)

31 Parjito A. 2007. Pengaruh perlakuan panas metode vapor heat treatment terhadap mutu pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santosa B. 2007. Penentuan umur petik dan pelapisan lilin buah salak pondoh selama penyimpanan pada suhu ruang. JIPI. 8(3):152-157.

Satuhu S. 1995. Teknik Pemeraman Buah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Seibel. 1892. Pemanasan pangan [internet]. [diunduh 2014 Januari 23]. Tersedia pada: http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan% 20Pangan/bab5.php.

Soesarsono ST. 1988. Teknologi penyimpanan komoditi pertanian [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Suketi K, S Sujiprihati. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Winarno FG, MA Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta (ID): PT. Sastra Hudaya.

(44)

32

Lampiran 1 Peralatan yang digunakan untuk penelitian

No. Alat Gambar

Fungsi : mengukur kekerasan daging buah pepaya

Stroke: 300mm

Measuring load: Switching between 20N and 100N

Power supply: 90 to 240VAC, 50/60 Hz

Zero adjustment: Automatic adjustment Data output: Analog

Dimensions:

Controller: (W)300 x (D)280 x (H)150 mm Detector : (W)190 x (D)300 x (H)550 mm

Merk/tipe: T (copper – constantan) Fungsi: Mengukur suhu pepaya

Operasi rentang suhu: −200 hingga 350°C Sensitivitas: 43 µV/°C

Nama: Hybrid recorder

Merk/tipe: Yokogawa MV1000

Fungsi: Menampilkan suhu yang terukur dari termocouple

Multi-channel universal inputs: up to 24 channel

Memori internal: 400 MB

(45)

33

Lampiran 1 Lanjutan

No. Alat Gambar

4 Nama: Refractometer Merk/tipe: Atago PR-210 Fungsi: mengukur kadar gula

Product Type Refractometer ( Digital) Brix scale range Minimum 0

Brix scale range Maximum 53 Temp range 10 to 100° C Temp accuracy ± 1° C

Temp resolution 0.1° C Accuracy ± 0.2% Brix Resolution 0.1% Brix Response time 3 seconds Sample volume 0.3 mL

Dimensions: 5.1 x 10.8 x 3.2 cm Power 2 AAA Batteries

(46)

34

Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan ice gel dalam satu wadah untuk 4 kg buah

Q pepaya (1) = ⁄

= ⁄ ⁄ ⁄ ⁄

= 9.386 W

Cp = 0.837 + 0.034 (water content) = 0.837 + 0.034 (0.9058)

= 0.8678 kJ/kg.oC

Qpepaya (2) = –

=

= 0.0001566 kW

= 1.566 W

Q pepaya total = Qpepaya (1)+ Qpepaya (2) = 9.386 W + 1.566 W

=

Q ice gel = –

=

= 1.762 W

Q yang diterima = Q yang dihasilkan Q ice gel x jumlah ice gel = Q pepaya total

Jumlah ice gel = ⁄

= ⁄ = 6.216

(47)

35 Lampiran 3 Gambar kondisi buah pepaya potong setelah 48 jam penyimpanan

K1P1 K1P2 K2P1

(48)

36

Lampiran 4 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan total mikroba buah pepaya

Analisis sidik ragam perubahan total mikroba buah pepaya pada jam ke-8

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 3.7813E+10 3.7813E+10 0.0650 0.8113 Posisi 1 1.1935E+12 1.1935E+12 2.0521 0.2253 Kemasan*Posisi 1 6.3013E+10 6.3013E+10 0.1083 0.7586 Error 4 1.3265E+12 5.8161E+11

Total 7 3.6208E+12

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinyasignificant.

Analisis sidik ragam perubahan total mikroba buah pepaya pada jam ke-24

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 6.9751E+10 6.9751E+10 0.0459 0.8409 Posisi 1 8.1091E+11 8.1090E+11 0.5331 0.5058 Kemasan*Posisi 1 2.0184E+13 2.0183E+13 13.2699 0.0219* Error 4 6.0840E+12 1.5210E+12

Total 7 2.7148E+13

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan total mikroba buah pepaya pada jam ke-48

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 7.2198E+15 7.2198E+15 27.0780 0.0065* Posisi 1 8.6658E+13 8.6659E+13 0.3250 0.5991 Kemasan*Posisi 1 5.8362E+14 5.8362E+14 2.1889 0.2131 Error 4 1.0665E+15 2.6663E+14

Total 7 8.9566E+15

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Uji lanjut Duncan perubahan total mikroba buah pepaya

Jumlah mikroba Total mikroba pada jam ke-

8 24 48

(49)

37 Lampiran 5 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan susut bobot

buah pepaya

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepayapada jam ke-0

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 143067.2894 143067.2894 0.8959 0.3716 Posisi 1 112847.8680 112847.8680 0.7067 0.4250 Kemasan*Posisi 1 159748.2252 159748.2252 1.0004 0.3465 Error 8 1277500.2249 159687.5281

Total 11 1693163.6075

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-8

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 2125864.884 2125864.884 3.9001 0.0837 Posisi 1 2249729.4421 2249729.4421 4.1274 0.0767 Kemasan*Posisi 1 2037108.1696 2037108.1696 3.7375 0.0893 Error 8 4360620.0952 545077.5119

Total 11 10773422.591

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-16

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 692.3602 692.3602 1.1655 0.3118 Posisi 1 4655.1102 4655.1102 7.8362 0.0232* Kemasan*Posisi 1 18.9757 18.9757 0.0320 0.8626 Error 8 4752.39013 594.0487

Total 11 10118.8362

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-24

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 708.0960 708.0960 1.1885 0.3074 Posisi 1 4577.0508 4577.0508 7.6822 0.0242* Kemasan*Posisi 1 20.2280 20.2280 0.0340 0.8584 Error 8 4766.4099 595.8012

Total 11 10071.7848

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-32

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 717.9627 717.9627 1.1994 0.3053 Posisi 1 4493.07 4493.07 7.5057 0.0255* Kemasan*Posisi 1 16.19363 16.19363 0.0271 0.8734 Error 8 4788.9967 598.6246

Total 11 10016.2231

(50)

38

Lampiran 5 Lanjutan

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-40

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 734.8145 734.8145 7.4642 0.2993 Posisi 1 4453.0277 4453.0277 1.2317 0.0258* Kemasan*Posisi 1 14.6148 14.6148 0.0245 0.8795 Error 8 4772.7090 596.5886

Total 11 9975.1659

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan susut bobot buah pepaya pada jam ke-48

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 723.0769 723.0769 1.2086 0.3036 Posisi 1 4456.3802 4456.3802 7.4487 0.0258* Kemasan*Posisi 1 10.6597 10.6597 0.0178 0.8971 Error 8 4786.2355 598.2794

Total 11 9976.3523

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Uji lanjut Duncan perubahan susut bobot buah pepaya

Susut bobot Susut bobot pada jam ke-

0 8 16 24 32 40 48

Ice Gel

Posisi 1 409.6a 104.2a 215.3a 215.2a 214.9a 214.6a 214.7a Posisi 2 215.7a 176.2a 175.9b 176.1b 176.2b 176.1b 176.2b Kemasan

Kotak Plastik PS 421.9a 103.0a 203.2a 203.3a 203.3a 203.1a 203.3a Kantong Plastik PE 203.5a 188.3a 188.1a 188a 187.8a 187.6a 187.7a

interaksi ns ns * * * * *

(51)

39 Lampiran 6 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan kekerasan buah

pepaya

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-8

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-16

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 0.1526 0.1526 0.0522 0.8249 Posisi 1 0.0065 0.0065 1.2206 0.3014 Kemasan*Posisi 1 4.4816E-04 4.4816E-04 0.0036 0.9537 Error 8 1.0003 0.1250

Total 11 1.16

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-24

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 0.0098 0.0098 1.0891 0.3272 Posisi 1 0.0042 0.0042 0.4608 0.5164 Kemasan*Posisi 1 3.3426E-04 3.3426E-04 0.0371 0.8521 Error 8 0.0722 0.009

Total 11 0.0865

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-32

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 3.7049E-06 3.7049E-06 6.4112E-04 0.9804 Posisi 1 5.9258E-05 5.9258E-05 0.0103 0.9218 Kemasan*Posisi 1 0.0053 0.0053 0.9255 0.3642 Error 8 0.04623 0.0058

Total 11 0.0516

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-40

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

(52)

40

Lampiran 6 Lanjutan

Analisis sidik ragam perubahan kekerasan buah pepaya pada jam ke-48

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F Kemasan 1 0.0022 0.0022 0.6947 0.4287 Posisi 1 0.0032 0.0032 1.0073 0.3449 Kemasan*Posisi 1 0.0030 0.0030 0.9401 0.3606 Error 8 0.0256 0.0032

Total 11 0.0341

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Uji lanjut Duncan perubahan kekerasan buah pepaya

Kekerasan daging buah Kekerasan pada jam ke-

8 16 24 32 40 48

Ice Gel

Posisi 1 0.554a 0.446a 0.238a 0.170a 0.155a 0.1561a Posisi 2 0.253a 0.221a 0.201a 0.168a 0.132a 0.1233a Kemasan

Kotak Plastik PS 0.4266a 0.3567a 0.248a 0.172a 0.162a 0.1533a Kantong Plastik PE 0.3805a 0.3099a 0.191a 0.167a 0.125a 0.1261a interaksi ns ns ns ns ns ns

(53)

41 Lampiran 7 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan total padatan

terlarut buah pepaya

Analisis sidik ragam padatan terlarut buah pepaya pada jam ke-8

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam total padatan terlarut buah pepaya pada jam ke-16

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam total padatan terlarut buah pepaya pada jam ke-24

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam total padatan terlarut buah pepaya pada jam ke-32

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Jika p-value < alpha 5% (*) maka artinya significant.

Analisis sidik ragam total padatan terlarut buah pepaya pada jam ke-40

Source DF Anova SS Mean Square Fvalue Pr>F

Gambar

Gambar 1 Buah Pepaya Calina
Gambar 4 Diagram alir penelitian pendahuluan
Gambar 5 Ice Gel Posisi 1 (a) dan Posisi 2 (b) dalam wadah
Gambar 6 Koordinat thermocouple dalam wadah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap peserta yang mengikuti kegiatan SDD Intensive Online Training 2021 dihimbau untuk.. tepat waktu dalam mengikuti setiap instruksi

“ PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI KELAHIRAN DAN EMPAT PULUH TAHUN SEBELUM NUBUWAH DENGAN METODE TOWN MEETING PADA SISWA KELAS VII Di SMP ISLAM TERPADU

Kecemasan ibu pada saat persalinan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh perawat, karena apabila kecemasan berlangsung terus-menerus

Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan subsektor pertanian pada daerah tertinggal di Desa Alasbayur, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo Menilai

[r]

Sedangkan jika digunakan untuk melayani beban campuran dimana generator biogas digunakan untuk beban AC dan sel surya untuk penyalaan beban lampu DC, maka generator biogas