• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Unggas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Unggas"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

PENILAIAN RISIKO KUALITATIF MASUKNYA VIRUS

AVIAN INFLUENZA DARI SULAWESI UTARA KE MALUKU

UTARA MELALUI UNGGAS

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Unggas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Leonardus Bishara

(4)

RINGKASAN

LEONARDUS BISHARA. Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Unggas. Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan DENNY WIDAYA LUKMAN.

Lalu lintas unggas dan produknya antar pulau yang semakin maju dan cepat turut berpengaruh dalam penyebaran virus Avian Influenza (AI). Sulawesi Utara sebagai daerah tertular AI berisiko menyebarkan virus AI melalui lalu lintas DOC dan ayam hobi ilegal dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara. Penilaian risiko secara kualitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai risiko masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara. Penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi alur tapak risiko dan melakukan estimasi risiko pemasukan virus AI. Penilaian risiko yang diterapkan dengan mengacu pada metode yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia tahun 2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014 di Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Data pada penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari observasi dan wawancara terstruktur menggunakan wawancara mendalam dengan expert opinion dan key informants di lapangan. Sementara data sekunder didapatkan dari hasil surveilans penyakit AI, pustaka, laporan penelitian ilmiah, baik yang dipublikasi maupun tidak dipublikasi. Expert opinion dan key informants yang ditetapkan sebagai responden antara lain pakar/ahli dalam bidang penanganan AI, petugas karantina, dinas terkait, penjual/pembeli/pemilik DOC dan ayam hobi, peternak, konsumen dan petugas keamanan/kapten kapal/ buruh bagasi.

Penelitian ini mengidentifikasi alur tapak risiko biologis dari pemasukan DOC dan ayam hobi. Penilaian pelepasan masuknya virus AI melalui ayam hobi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui beberapa jalur diantaranya status di Sulawesi Utara, pengepul, pasar, rumah tangga, transportasi, jalur laut dan alat angkut, pada penilaian pendedahan melewati jalur pengepul dan rumah tangga. Sementara pemasukan DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara mencakup beberapa jalur diantaranya status di Sulawesi Utara, breeding farm, hatchery,

transportasi, karantina Sulawesi Utara, alat angkut pesawat serta alat angkut kapal laut pada penilaian pelepasan, penilaian pendedahan melalui beberapa jalur yaitu karantina Maluku Utara, poultry shop, peternakan, tempat pemotongan ayam (TPA), pasar, supermarket dan rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perkiraan risiko masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui DOC adalah amat sangat rendah dengan ketidakpastian rendah. Sementara nilai perkiraan risiko masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui ayam hobi adalah ekstrim dengan ketidakpastian rendah. Nilai perkiraan risiko yang tinggi berdampak pada tidak diizinkannya pemasukan komoditi, kecuali dilakukan tindakan penurunan risiko yang terbukti efektif. Nilai perkiraan risiko yang tinggi dimana status Maluku Utara masih dinyatakan bebas AI sehingga memerlukan tindakan manajemen risiko.

(5)

SUMMARY

LEONARDUS BISHARA.Qualitative Risk Assessment of Avian Influenza Virus Entry from North Sulawesi to North Maluku Through Poultry. Supervised by ETIH SUDARNIKA and DENNY WIDAYA LUKMAN.

The higher and faster movement of poultry and their products inter islands causes the spread of Avian Influenza (AI) virus. North Sulawesi as an endemic (infected) Province of AI has a risk to spread the AI virus through legal and illegal movement, e.g., day old chicks (DOCs) movement, and smuggling of hobby cocks from North Sulawesi to North Maluku. Qualitative risk assessment was done to assess the risk of AI virus entry from North Sulawesi to North Maluku through the DOCs and hobby cocks. Risk assessment was aimed to identify the risk pathway and estimate the risk of AI virus entry. Risk assessment was conducted refering to the World Organization for Animal Health (OIE). This research was done from August until October 2014 at North Sulawesi and North Maluku. Data Collection in this research was conducted using primary and secondary data. Primary data was obtained by doing observation and structured interview using in-depth interview with experts’ opinion and key informants in the field. Secondary data was obtained from AI disease surveillance, literatures, scientific research reports (both published and unpublished report). Experts’ opinion and key informants were set as respondents including of expert on AI handling, quarantine officers, related departments, sellers/buyers/owners of DOC and hobby cocks, security guards/captain of the ship/baggage workers.

This research identified biological risk pathway of DOCs and hobby cocks entry. Release assessment phases of AI virus entry through the hobby cocks from North Sulawesi to North Maluku involved of status of AI in North Sulawesi, collectors, traditional markets, households, transportation, sea route conveyances, whereas the exposure assessment passed through some phases like collector and also households. DOC entry from North Sulawesi to North Maluku consisted of some phases such as status of AI in North Sulawesi, breedings farm, hatchery, transportation, North Sulawesi Quarantine, airplane conveyance, ship conveyance at the release assessment level. Meanwhile the exposure assessment of AI virus entry from North Sulawesi to North Maluku consisted of North Maluku Quarantine, poultry shop, poultry, abbatoirs, traditional markets, supermarkets, and households.

This study showed that the risk estimation likelihood of AI virus entry from North Sulawesi to North Maluku via DOC was extremely low with low uncertainty. Meanwhile the risk estimation likelihood of AI virus entry from North Sulawesi to North Maluku via hobby cocks was extreme with low uncertainty. The high likelihood of risk estimation impacted on forbidden of commodity entry unless risk reduction measures were effective. The risk estimation likelihood was high meanwhile status of North Maluku was declared as AI free so that it is required to implement risk management.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

LEONARDUS BISHARA

PENILAIAN RISIKO KUALITATIF MASUKNYA VIRUS

AVIAN INFLUENZA DARI SULAWESI UTARA KE MALUKU

(8)
(9)

Judul Tesis : Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Unggas

Nama : Leonardus Bishara NIM : B251130164

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Etih Sudarnika, MSi Ketua

Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini adalah Penilaian Risiko Avian Influenza dengan judul Penilaian Risiko Kualitatif Masuknya Virus Avian Influenza dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Pemasukan Unggas.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi dan Bapak Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi selaku pembimbing atas segala waktu, bimbingan, kesabaran terhadap penulis selama penelitian dan penulisan tesis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Drh Trioso Purnawarman, Msi selaku penguji luar komisi pada ujian tesis yang telah memberi masukan demi penyempurnaan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan kembali kepada Bapak Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner atas motivasi dan saran selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada Ibu Ir Banun Harpini, MSc sebagai Kepala Badan Karantina Pertanian yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan jenjang pendidikan pascasarjana, Bapak Drh Abdul Kadir Jailani selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado beserta staf, Bapak PM Andi Yusmanto AM, SP MH sebagai Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate beserta staf, Balai Besar Veteriner Maros, Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara serta semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, istriku Lia dan ananda Nino, serta seluruh keluarga, dan seluruh teman-teman KMV 13 atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Avian Influenza 2

Penilaian Risiko 2

3 METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Pengumpulan Data 4

Penetapan Alur Tapak Risiko 5

Penilaian Risiko Kualitatif 5

Penilaian Pelepasan 5

Penilaian Pendedahan 6

Penilaian Dampak 7

Perkiraan Risiko 8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Identifikasi Bahaya 9

Penilaian Pelepasan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara Melalui Ayam Hobi 10

Gambaran Pelepasan Lalu Lintas Ayam Hobi dari Sulawesi Utara ke

Maluku Utara 10

Penilaian Pelepasan pada Nodus Status AI di Sulawesi Utara (L1) 12 Penilaian Pelepasan pada NodusPengepul (L2) 13 Penilaian Pelepasan pada NodusPasar (L3) 13 Penilaian Pelepasan pada Nodus Rumah Tangga (L4) 13 Penilaian Pelepasan pada Nodus Transportasi (L5) 14 Penilaian Pelepasan pada Nodus Jalur Laut (L6) 14 Penilaian Pelepasan pada Nodus Alat Angkut (L7) 14 Penilaian Pelepasan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara Melalui DOC 15

Gambaran Pelepasan Lalu Lintas Ayam Hobi dari Sulawesi Utara ke

Maluku Utara 15

(12)

Penilaian Pelepasan pada Nodus Hatchery (L3) 18 Penilaian Pelepasan pada NodusTransportasi (L4) 19 Penilaian Pelepasan pada Nodus Karantina Sulawesi Utara (L5) 19 Penilaian Pelepasan pada Nodus Alat Angkut Pesawat (L6) 20 Penilaian Pelepasan padaNodusAlat Angkut Kapal Laut (L7) 20 Penilaian Pendedahan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara Ke

Maluku Utara Melalui Ayam Hobi 20

Gambaran Pendedahan Lalu Lintas Ayam Hobi dari Sulawesi Utara

ke Maluku Utara 20

Penilaian Pendedahan pada Nodus Pengepul 22 Penilaian Pendedahan pada Nodus Rumah Tangga 22 Penilaian Pendedahan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke

Maluku Utara Melalui DOC 23

Gambaran Pendedahan DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara 23 Penilaian Pendedahan pada Nodus Karantina Maluku Utara (L1) 25 Penilaian Pendedahan pada Nodus Poultry Shop (L2) 26 Penilaian Pendedahan pada Nodus Peternakan (L3) 26 Penilaian Pendedahan pada Nodus Tempat Pemotongan Ayam

(TPA) (L4) 27

Penilaian Pendedahan pada Nodus Supermarket (L5) 28 Penilaian Pendedahan pada Nodus Pasar (L6) 28 Penilaian Pendedahan pada Nodus Rumah Tangga (L7) 29

Penilaian Dampak 29

Estimasi Risiko 31

Manajemen Risiko untuk Menurunkan Likelihood 32 Manajemen Risiko untuk Pemasukan DOC dari Sulawesi Utara ke

Maluku Utara 32

Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Dinas

Pertanian di Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara 32 Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian 33 Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Rumah

Tangga, Peternakan, dan TPA 33

Manajemen Risiko untuk Pemasukan Ayam Hobi dari Sulawesi Utara

ke Maluku Utara 33

Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Dinas

Pertanian di Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara 34 Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah

Pusat 34

Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian 34 Tindakan Manajemen Risiko yang Dapat Dilakukan oleh

(13)

5 SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 36

RIWAYAT HIDUP 41

DAFTAR TABEL

1 Penetapan responden 5

2 Kategori peluang kualitatif dan penafsirannya 6

3 Konversi data kuantitatif ke dalam kategori kualitatif 6 4 Matrik penggabungan risiko pelepasan dan pendedahan 6 5 Penilaian untuk penggabungan perkiraan risiko parsial 7 6 Penilaian dampak langsung dan tidak langsung skala nasional 7

7 Matrik perkiraan risiko impor 8

8 Kategori ketidakpastian kualitatif 9

9 Identifikasi bahaya masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara 9

10 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara melalui ayam hobi 11

11 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui ayam hobi 11 12 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada alur tapak

penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara melalui DOC 15

13 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui DOC 16 14 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada risiko

pendedahan virus AI melalui ayam hobi 21

15 Alur tapak risiko pendedahan virus AI melalui ayam hobi 21 16 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada risiko

pendedahan virus AI melalui DOC 24

17 Alur tapak risiko pendedahan virus AI melalui DOC 25 18 Penilaian dampak masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara melalui unggas 30

19 Estimasi risiko masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku

Utara melalui unggas 31

20 Tindakan manajemen risiko untuk pemasukan DOC 32 21 Tindakan manajemen risiko untuk pemasukan ayam hobi 34

DAFTAR GAMBAR

(14)

2 Kerangka konsep penilaian risiko masuknya virus AI dari Sulawesi

Utara ke Maluku Utara melalui unggas 4

3 Alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI melalui ayam hobi 10 4 Alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI melalui DOC 15 5 Alur tapak pendedahan virus AI melalui ayam hobi 21

(15)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalu lintas antarpulau yang semakin maju dan cepat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit hewan menular dari satu pulau ke pulau lainnya. Penyebaran penyakit dapat terjadi karena terbawa oleh media pembawa yang dilalulintaskan. Salah satu penyakit menular yang sangat mudah menyebar dalam proses ini adalah avian influenza (AI). AI merupakan penyakit yang sulit dalam penanganan maupun pengendaliannya. Penyakit ini telah menyebabkan kerugian besar bagi sektor perunggasan di Indonesia

Secara geografis, Sulawesi Utara merupakan provinsi yang berdekatan dengan Maluku Utara dan secara rutin mengeluarkan day old chick (DOC) serta unggas dewasa ke Maluku Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 393/Kpts/PD.620/7/2007 tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Hewan Menular Influenza pada Unggas (avian influenza) di Wilayah Indonesia disebutkan bahwa wilayah Sulawesi Utara merupakan daerah tertular AI sedangkan wilayah Maluku Utara masih merupakan daerah bebas AI (Kementan 2007). Sebelumnya Maluku Utara telah menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lalulintas, Pemeliharaan dan Peredaran Unggas di wilayah Provinsi Maluku Utara. Peraturan ini mengatur pelarangan lalu lintas unggas dewasa ke Maluku Utara (Pemda Malut 2007), yang berimplikasi banyaknya upaya penyelundupan ayam hobi ke Maluku Utara.

Adanya keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana di ndonesia saat ini menyebabkan Indonesia lebih banyak menganut sistem pengamanan maksimum. Hal ini ditambah dengan adanya otonomi daerah sehingga hampir setiap daerah melakukan kebijakan sendiri tanpa melihat kebijakan yang ada di tingkat pusat, yang berdampak pada seringnya dijumpai peraturan daerah yang berbenturan dengan peraturan pusat. Walau demikian, dalam jangka panjang kebijakan tersebut diharapkan dapat ditinjau kembali dengan lebih mendasarkan pada analisis risiko yang diperhitungkan secara ilmiah.

Penilaian risiko dalam penelitian ini perlu dilakukan mengingat dampak yang diakibatkan oleh AI cukup besar, mulai dari tingkat kematian hewan sampai risiko penularan ke manusia. Namun, di sisi lain lalu lintas media pembawa AI juga tidak dapat dihentikan pengirimannya karena tingginya kebutuhan masyarakat akan unggas. Hasil penilaian risiko dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang berdasar pada kajian ilmiah, sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan melakukan tindakan karantina dan pengawasan dengan berbasis analisis risiko.

1.2 Perumusan Masalah

(16)

2

hal tersebut maka perlu dilakukan penilaian risiko terhadap pemasukan unggas, baik yang legal maupun ilegal, sehingga dapat diketahui kemungkinan terjadinya infeksi dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur tapak risiko masuknya virus AI melalui pemasukan unggas dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara dan menduga risiko penularan virus AI melalui pemasukan unggas dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara secara kualitatif.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menyediakan alur tapak risiko penularan AI melalui pemasukan unggas dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara dan memberi bahan masukan kepada pembuat keputusan mengenai estimasi risiko pemasukan unggas dari daerah tertular AI serta dapat dijadikan dasar pembuatan regulasi dan kebijakan lainnya dalam pencegahan masuknya AI ke Maluku Utara.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Avian Influenza

Kejadian Avian Influenza (AI) di Indonesia tidak diketahui kapan awalnya dan bagaimana virus tersebut masuk ke dalam wilayah Indonesia. Pada akhir tahun 2003 Indonesia telah tertular epidemic highly pathogenic AI yang merupakan virus influenza sub tipe dari H5N1. Penyakit ini telah menyebar ke industri peternakan di hampir semua provinsi di Indonesia (Wuryastuti dan Wasito. 2012). Virus yang dapat menyebabkan AI adalah virus influenza tipe A yang termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Pada burung liar dan ayam di seluruh dunia, virus influenza tipe A membawa glikoprotein hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Saat ini terdapat 18 jenis subtipe Haemaglutinin (H1-H18) dan 11 jenis subtipe neuraminidase (N1-N11) (Tong et al. 2013).

2.1 Penilaian Risiko

(17)

3 Suatu analisis risiko dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya yang terdapat pada pemasukan hewan/produk hewan. Identifikasi bahaya dilakukan dengan menyertakan hal-hal yang berpotensi menyebabkan kerugian dari daerah yang melakukan pemasukan hewan/produk hewan (North 1995). Pemasukan hewan dan produk hewan ke suatu daerah dapat menyebabkan risiko pemasukan penyakit hewan di daerah pemasukan.

Analisis risiko terdiri dari empat komponen diantaranya adalah identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko dan komunikasi resiko, seperti digambarkan pada Gambar 1 (OIE 2013). Analisis risiko dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan pengenalan/masuknya HPAI, likelihood dampak, dan membantu pengambil keputusan dalam memilih mitigasi risiko yang paling efisien, sebagai bagian dari rencana komprehensif pencegahan penyakit.

Gambar 1 Empat komponen dari analisa risiko (OIE 2013)

Prinsip penilaian risiko dalam analisis risiko harus bersifat fleksibel sehingga dapat menangani permasalahan yang kompleks dan mengakomodasi semua bahaya dari pemasukkan komoditas. Metode penilaian risiko yang digunakan harus valid, didapat dari informasi ilmiah terbaik dan didokumentasikan. Tahapan-tahapan dalam penilaian risiko yaitu: penilaian pelepasan (release assessment), penilaian pendedahan (exposure assessment), penilaian dampak (consequence assessment) dan perkiraan risiko (risk estimation) (OIE 2013).

Menurut Kusumaningrum (2012) pemasukan virus HPAI H5N1 ke Kalimantan Selatan adalah melalui DOC, day old duck (DOD), burung kicauan, ayam aduan, dan telur tetas. Risiko keseluruhan pemasukan virus HPAI H5N1 ke Kalimantan Selatan berkisar sedang sampai tinggi. Risiko tertinggi pemasukan virus HPAI H5N1 adalah melalui pemasukan DOC, DOD, ayam aduan, dan telur tetas. Alur tapak risiko biologi menunjukkan bahwa unggas dari tangkapan alam, peternakan, dan importasi berpotensi sebagai titik kritis penyebaran virus HPAI H5N1 (Widyastuti 2013).

3 METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014, dengan mengambil lokasi penelitian di Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Proses pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Rancangan penelitian menggunakan metode penilaian risiko secara kualitatif, dengan menggunakan metode dasar yang Identifikasi bahaya Penilaian risiko Manajemen risiko

(18)

4

ditetapkan World Organization for Animal Health (WOAH) dan tercantum dalam

Terrestrial Animal Health Code (OIE 2013).

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah dengan melakukan identifikasi bahaya pengeluaran virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui unggas. Dari hasil identifikasi bahaya yang didapat selanjutnya dilakukan penilaian risiko untuk mendapatkan alur tapak risiko penularan AI. Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka konsep penilaian risiko masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui unggas

Alur tapak risiko tersebut akan dilakukan penilaian pelepasannya yaitu kemungkinannya dalam membawa serta menularkan AI. Tahap penilaian berikutnya adalah penilaian pendedahan yaitu kemungkinan unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi melakukan kontak dan menularkan virus ke hewan peka di Maluku Utara. Penilaian pelepasan dan pendedahan yang dihasilkan selanjutnya dikalikan dengan peluang kejadiannya dan menghasilkan likehood. Penilaian dampak merupakan proses penilaian risiko setelah dilakukan penilaian pelepasan dan pendedahan. Hasil penilaian dampak selanjutnya dilakukan dengan

likehood untuk menghasilkan suatu estimasi risiko pengeluaran virus AI di Maluku Utara melalui pemasukan unggas.

3.2 Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan melakukan observasi dan wawancara terstruktur menggunakan wawancara mendalam serta kuesioner dengan expert opinion dan key informants. Expert opinion dibagi ke dalam beberapa kategori diantaranya adalah pakar/ahli dalam bidang penanganan AI, petugas karantina BKP Manado dan BKP Ternate, petugas dinas yang membidangi kesehatan hewan, nahkoda atau anak buah kapal, pihak keamanan di wilayah kerja dan pihak penjual/pembeli DOC/unggas dewasa (Tabel 1).

Pemasukan unggas dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

Identifikasi bahaya

Penilaian risiko kualitatif: Penilaian pelepasan Penilaian pendedahan Penilaian dampak Estimasi Risiko

Output:

Alur tapak risiko biologis Kerangka penilaian risiko Metode

Data primer:

o Expert Opinion o Observasi

Data sekunder:

o Hasil surveilan o Pustaka o Laporan

(19)

5 Sementara data sekunder didapatkan dari hasil surveilans penyakit AI, pustaka, laporan penelitian ilmiah yang dipublikasi maupun tidak dipublikasi.

Tabel 1 Penetapan responden

Nomor Responden Sumber data

1 Pakar/ahli dalam bidang penanganan AI Wawancara mendalam

2 Petugas karantina Wawancara mendalam

3 Dinas terkait Wawancara mendalam

4 Penjual/pembeli DOC/ayam hobi Wawancara mendalam

5 Peternak Wawancara mendalam

6 Konsumen Kuesioner

7 Key informants (petugas keamanan/kapten kapal/buruh bagasi) Wawancara mendalam

3.3 Penetapan Alur Tapak Risiko

Kerangka alur tapak risiko dilakukan dengan simulasi kemungkinan lalu lintas unggas dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui jalur laut dan dan jalur udara. Kesesuaian alur tapak terhadap risiko penyebaran penyakit AI ditentukan berdasarkan pustaka dan penilaian pakar.

3.4 Penilaian Risiko Kualitatif

3.4.1 Penilaian Pelepasan

Alur tapak risiko pelepasan dilakukan di Provinsi Sulawesi Utara sebagai daerah pengeluaran unggas. Alur tapak risiko pelepasan adalah melalui jalur laut dan udara serta menggambarkan lalu lintas unggas dan kemungkinan adanya lalu lintas unggas ilegal yang tidak melapor ke karantina hewan. Penilaian pelepasan merupakan perkiraan dari kemungkinan sebuah bahaya yang diperkenalkan di daerah tertentu (Dufour et al. 2011).

Setiap tahapan dari alur tapak risiko akan dilakukan skenario penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguatkan alur tapak risiko. Data primer dan data sekunder digunakan sebagai sumber data yang digunakan untuk menjawab setiap pertanyaan yang ada sehingga dapat mengurangi ketidakpastian dari penilaian pelepasan.

(20)

6

Tabel 2 Kategori peluang kualitatif dan penafsirannya Nomor Kategori peluang Penafsiran

1 Diabaikan Kejadian pasti tidak terjadi

2 Amat sangat rendah Kejadiannya amat sangat jarang terjadi 3 Sangat rendah Kejadiannya sangat jarang terjadi 4 Rendah Kejadiannya jarang terjadi

5 Sedang Kejadiannya akan mungkin terjadi 6 Tinggi Kejadiannya akan sangat mungkin terjadi

Sumber: DAFF (2001)

Tabel 3 Konversi data kuantitatif ke dalam kategori kualitatif Rentang Probability Nilai probability Kategori kualitatif

0% -5% 5% Amat sangat rendah

6%-15% 15% Sangat rendah

16%-25% 25% Rendah

26%-54% 54% Sedang

55%-100% 92% Tingggi

Sumber: Okundi (2010)

3.4.2 Penilaian Pendedahan

Penilaian pendedahan menurut Dufour et al. (2011) merupakan suatu perkiraan manusia atau hewan rentan untuk terkena bahaya, didasarkan pada peluang terjadinya kontak dan peluang kontak menyebabkan terjadinya infeksi AI. Penilaian pendedahan juga menggunakan enam kategori peluang yang mengacu kepada DAFF (2001). Tahap penilaian pendedahan menjadi informasi penting dalam manajemen risiko, khususnya terkait dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di provinsi Maluku Utara.

Risiko pemasukan AI melalui pemasukan unggas ditentukan oleh peluang kejadian bahaya, yang merupakan hasil penggabungan peluang pelepasan dan pendedahan. Penggabungan peluang pelepasan dan peluang pendedahan tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Matrik penggabungan risiko pelepasan dan pendedahan Parameter 2 / Pendedahan

Par

am

eter

/

Pelep

asan

Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Amat sangat rendah

Dapat diabaikan

Tinggi T S R SR ASR DA

Sedang S R R SR ASR DA

Rendah R R SR SR ASR DA

Sangat rendah SR SR SR ASR ASR DA Amat sangat

rendah ASR ASR ASR ASR DA DA

Dapat diabaikan DA DA DA DA DA DA

Keterangan DA : Dapat diabaikan, SR : Sangat rendah, R : Rendah, S : Sedang, T : Tinggi, ST : Sangat tinggi

(21)

7 Setelah perkiraan risiko parsial untuk masing-masing penilaian telah diperoleh, perkiraan risiko parsial tersebut dapat digabungkan dengan menerapkan sebelas aturan yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Penilaian untuk penggabungan perkiraan risiko parsial

Jika Risiko keseluruhan

Salah satu risiko parsial tinggi Tinggi

Lebih dari satu risiko parsial sedang Tinggi Salah satu risiko parsial sedang dan risiko parsial yang lainnya adalah rendah Tinggi Ada satu risiko parsial sedang dan risiko parsial yang lainnya tidak sedang Sedang

Semua risiko parsial rendah Sedang

Satu atau lebih risiko parsial rendah Rendah

Semua risiko parsial sangat rendah Rendah

Satu atau lebih risiko parsial sangat rendah Sangat rendah Semua risiko parsial ekstrim rendah Sangat rendah Satu atau lebih risiko parsial amat sangat rendah Amat sangat

rendah Semua risiko parsial dapat diabaikan Dapat diabaikan

3.4.3 Penilaian Dampak

Penilaian dampak dilakukan dengan mempertimbangkan dampak langsung maupun tidak langsung akibat masuknya agen penyakit ke Maluku Utara. Penilaian dampak dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat pakar dengan mengacu pada metode penilaian dampak DAFF (2001). Penilaian dampak dilakukan pada setiap cakupan wilayah yaitu tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan lokal (peternakan/desa). Pada setiap cakupan wilayah dinilai ukuran dampaknya yang dibagi dalam empat kategori yaitu sangat signifikan, signifikan, kurang signifikan, dan tidak signifikan seperti dapat dilihat pada Tabel 6.

Dampak keseluruhan secara nasional dihubungkan dengan dampak langsung dan tidak langsung yang diperkirakan pada skala kualitatif. Skala kualitatif penilaian dampak dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penilaian dampak langsung dan tidak langsung skala nasional Kategori Deskripsi

G Dampak bersifat sangat signifikan di tingkat nasional F Dampak bersifat signifikan di tingkat nasional

E Dampak bersifat kurang signifikan (minor) di tingkat nasional

D Dampak bersifat kurang signifikan (minor) di tingkat negara bagian/ provinsi C Dampak bersifat kurang signifikan (minor) di tingkat kabupaten/kota/ distrik B Dampak bersifat kurang signifikan (minor) di lokal (peternakan/desa) A Dampak bersifat tidak signifikan di lokal (peternakan/desa)

Sumber: DAFF (2001)

Tahap selanjutnya setelah dilakukan penilaian dampak dalam skala kualitatif adalah melakukan penilaian dampak secara keseluruhan. Copper dan Beckett (2005) membagi penilaian dampak keseluruhan dalam beberapa kemungkinan yaitu :

(22)

8

b. Lebih dari satu ‘F’ maka nilainya adalah ekstrim.

c. Ada satu ‘F’ sedangkan lainnya ‘E’ maka nilainya adalah ekstrim. d. Ada satu ‘F’ dan beberapa ‘E’ maka nilainya adalah tinggi. e. Semua ‘E’ maka nilainya adalah tinggi.

f. Satu atau beberapa ‘E’ maka nilainya adalah sedang. g. Semua ‘D’ maka nilainya adalah sedang.

h. Satu atau beberapa ‘D’ maka nilainya adalah rendah. i. Semua ‘C’ maka nilainya adalah rendah.

j. Satu atau beberapa ‘C’ maka nilainya adalah sangat rendah. k. Semua ‘B’ maka nilai adalah sangat rendah.

l. Satu atau beberapa ‘B’ maka nilainya adalah dapat diabaikan. m. Semua ‘A’ maka nilainya adalah dapat diabaikan.

3.4.4 Perkiraan Risiko

Salah satu komponen penting dalam penilaian risiko adalah perkiraan risiko. Perkiraan risiko merupakan tahap terakhir dari proses penilaian risiko. Perkiraan risiko adalah hasil integrasi dari penilaian pelepasan, pendedahan dan penilaian konsekuensi untuk menghasilkan ukuran keseluruhan risiko yang terkait dengan bahaya yang diidentifikasi di awal. Matrik perkiraan risiko untuk analisis risiko impor tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Matrik perkiraan risiko impor

Likelihood

Pelepasan & pendedahan

Dampak

Dapat diabaikan

Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim

Tinggi DA SR R S T E

Sedang DA SR R S T E

Rendah DA DA SR R S T

Sangat rendah DA DA DA SR R S

Amat sangat rendah

DA DA DA DA SR R

Dapat diabaikan DA DA DA DA DA SR

Keterangan : DA : Dapat diabaikan, SR : Sangat rendah, R : Rendah, S : Sedang, T : Tinggi, E : Ekstrim.

Sumber: DAFF (2001)

(23)

9 Tabel 8 Kategori ketidakpastian kualitatif

Kategori ketidakpastian Penafsiran

Rendah Data lengkap bukti kuat disajikan oleh berbagai referensi, berbagai penulis memiliki kesimpulan yang sama, dilakukan observasi dilapangan

Sedang Ada beberapa data yang tidak lengkap, bukti disajikan pada referensi yang terbatas, kesimpulan penulis bervariasi satu sama lain

Tinggi Data sangat jarang atau tidak tersedia data, bukti tidak tersedia di referensi tetapi pada laporan yang tidak terpublikasi.

Sumber: (EFSA 2006)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengumpulkan data lalu lintas unggas dari Balai Karantina Pertanian Kelas I (BKP) Manado ke Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate, yang diperoleh dari laporan tahunan BKP Manado. Jenis unggas yang diketahui antara lain DOC, ayam hobi, bebek dan burung merpati. Berdasarkan data komoditi yang didapat kemudian dilakukan wawancara terhadap responden untuk mengidentifikasi bahayanya. Dari identifikasi diketahui bahwa DOC merupakan unggas yang rutin dilalulintaskan melalui wilayah kerja (wilker) Bandara Samratulangi dan Pelabuhan Manado, sedangkan untuk ayam hobi terdapat upaya penyelundupan untuk dikirim ke Maluku Utara melalui wilker Pelabuhan Manado dan Pelabuhan Bitung dikarenakan mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Jenis unggas tersebut berpotensi untuk membawa virus AI karena merupakan jenis hewan hidup yang mempunyai kemungkinan tinggi terinfeksi atau terkontaminasi virus AI serta dapat menyebarkan virus secara langsung maupun tidak langsung (Kusumaningrum 2012, van den Berg 2009).

Sampai saat ini Maluku Utara diketahui sebagai satu-satunya provinsi yang dinyatakan bebas dari AI, sedangkan Sulawesi Utara dinyatakan sebagai provinsi yang tertular AI (Kementan 2007). Hasil laporan surveilans AI (aktif dan pasif) yang dinyatakan oleh Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros 2014) dari tahun 2012 sampai tahun 2014 menunjukkan bahwa semua hasil negatif terhadap virus AI di wilayah Provinsi Maluku Utara. Identifikasi bahaya masuknya virus AI ke Maluku Utara melalui DOC dan ayam hobi tersaji di Tabel 9.

Tabel 9 Identifikasi bahaya masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah AI dapat terbawa oleh DOC dan ayam hobi Ya

2 Apakah AI ada di Sulawesi Utara Ya

3 Apakah AI merupakan penyakit eksotik untuk Maluku Utara Ya

(24)

10

4.2 Penilaian Pelepasan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Ayam Hobi

4.2.1 Gambaran Pelepasan Lalu Lintas Ayam Hobi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

Lalu lintas ayam hobi untuk dapat sampai ke Maluku Utara melibatkan beberapa tahapan diantaranya adalah status AI di Sulawesi Utara, pengepul, pasar, rumah tangga, transportasi, jalur laut, dan alat angkut (Gambar 4).

Gambar 3 Alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI melalui ayam hobi Penilaian pelepasan merupakan penilaian terhadap kemungkinan keluarnya AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui ayam hobi. Berdasarkan data yang diperoleh didapat ringkasan hasil penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara seperti tersaji pada Tabel 10.

Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa alur tapak masuknya virus AI melalui ayam hobi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara terdiri dari lima jalur pemasukan, yang secara ringkas disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 menjelaskan alur tapak yang mungkin terjadi untuk setiap jalur pelepasan virus AI melalui pemasukan ayam hobi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara. Perkalian likelihood

(25)

11 Tabel 10 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui ayam hobi

Nodus Deskripsi Likelihood Sumber data 2011, 2012, 2013 dan 2014.

Hasil pemeriksaan laboratorium positif AI sebesar 21.05 % dari 38 sampel

Kendala dalam melaksanakan 9 strategi pengendalian AI: kurangnya tenaga kesehatan hewan, kurang kesadaran masyarakat melaksanakan biosekuriti, sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif. Sulawesi Utara, beberapa berasal dari pasar Pengepul tidak menerapkan sistem all in all out. Program biosekuriti tidak dilaksanakan dengan baik.

Pemahaman pengepul tentang AI kurang (penyebab, gejala umum dan penanganan).

L2:

Sistem penjualan ayam tidak dikandangkan, pemahaman penjual tentang AI kurang.

L3: kurang mengetahui informasi tentang AI, waktu yang dibutuhkan kurang dari 3 hari

L5:

Terdapat upaya penyelundupan ayam hobi ke Maluku Utara setiap minggu

L6:

Waktu yang dibutuhkan dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara 8 s/d 12 jam. Pengetahuan kapten dan Anak Buah Kapal tentang AI

Tabel 11 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui ayam hobi Alur

tapak

Nodus Perkalian likelihod Nilai

likelihood

L1xL2xL5xL6xL7 tinggi rendah

Alur tapak 2

Status Sulawesi Utara  pasar  transportasi  laut  alat angkut

L1xL3xL5xL6xL7 tinggi rendah

Alur tapak 3

Status Sulawesi Utara  rumah tangga

 transportasi  laut  alat angkut

L1xL4xL5xL6xL7 tinggi rendah

(26)

12

Tabel 11 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui ayam hobi (lanjutan) Alur

tapak

Nodus Perkalian likelihod Nilai

likelihood

L8 adalah ayam hobi yang terinfeksi AI masuk ke Maluku Utara

tinggi rendah

4.2.2 Penilaian Pelepasan pada Nodus Status AI di Sulawesi Utara (L1)

Tingginya likelihood ayam hobi dapat terinfeksi dengan ketidakpastian rendah diduga terjadi karena beberapa faktor berikut ini. Kejadian AI di Sulawesi Utara bermula pada tahun 2006 di Kabupaten Minahasa Selatan, kemudian pada tahun 2011 didapat kasus AI di Kabupaten Bolaang Monggondow (Dinas Pertanian 2012). Pada tahun 2013 prevalensi AI di Kabupaten Minahasa sebesar 21.05 % (Zakariya 2013). Data dari Ditkeswan (2014) menunjukkan jumlah kematian itik karena AI di Sulawesi Utara dari September 2012 sampai dengan 31 Mei 2014 sebanyak 569 ekor. Penelitian lain yang terkait adalah hasil surveilans AI yang dilakukan oleh Bbvet Maros selama tahun 2012 terdapat 1 ekor kasus positif HPAI dan 103 ekor seropositif AI. Sementara pada tahun 2013 terdapat 17 ekor positif HPAI dan 158 seropositif AI. Tahun 2014 (dari 1 Januari sampai dengan 16 Oktober) didapatkan data 7 ekor positif HPAI, 151 seropositif AI (BBVet MAROS 2014).

Mencuatnya kasus AI di Sulawesi Utara mendorong pemerintah daerah setempat melakukan program pengendalian AI sesuai dengan pedoman Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan nomor 17/Kpts/PD.640/F/02.04 tentang Sembilan Strategi Pengendalian AI (Dinas Pertanian 2012). Hambatan dalam pelaksanaan strategi pengendalian AI diantaranya karena kurangnya tenaga kesehatan hewan, minimnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan biosekuriti, dan sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif. Menurut Martindah et al.

(27)

13

4.2.3 Penilaian Pelepasan pada Nodus Pengepul (L2)

Pengepul mendapatkan ayam dari berbagai daerah di Sulawesi Utara. Beberapa diantaranya bahkan ada yang membelinya langsung dari pasar. Menurut Zakariya (2013) perilaku masyarakat yang menjual unggas dari daerah kasus ke pasar tersebut berpeluang dalam menyebarkan penyakit AI sebesar 8.25 kali. Faktor lain penyebab timbulnya AI adalah karena pengepul yang tidak menerapkan all in all out. Tempat penampungan di tempat pengepul dapat menampung 40-50 ekor. Dengan tidak diterapkannya manajemen all in all out dan banyaknya suplai unggas menjadi faktor penting penyebaran virus AI karena pada tempat penampungan dapat terjadi percampuran berbagai unggas (Cardona et al. 2009).

Indikator yang digunakan untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai AI/flu burung antara lain pernah mendengar AI, memelihara unggas jauh dari pemukiman, mengandangkan unggas, dan memusnahkan unggas jika terinfeksi AI dengan sub indikator memusnahkan unggas tanpa syarat, mengetahui ciri-ciri ayam terinfeksi AI dengan subindikator kematian unggas mendadak (Suartha et al. 2011). Pada beberapa kasus AI diketahui sebagian pengepul tidak mau memusnahkan unggasnya ketika terjadi kasus di daerahnya, bahkan pengepul memindahkan unggasnya ke rumah kerabat. Pemahaman pengepul yang minim tentang AI, baik dari penyebab, gejala dan penanganan turut mempengaruhi penyebaran AI. Pada kasus lain pengepul sebenarnya pernah menjumpai kematian ayam mendadak tetapi beranggapan bukan AI karena bagian pial tidak berwarna kebiruan. Dari informasi yang dihimpun, dinas terkait juga diketahui jarang melakukan monitoring AI ke pengepul ayam hobi disebabkan kurangnya tenaga kesehatan hewan dan anggaran yang ada. Berdasarkan data yang didapat dapat disimpulkan likelihood ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.2.4 Penilaian Pelepasan pada Nodus Pasar (L3)

Ayam hobi di Sulawesi Utara bisa didapat terutama dari pasar-pasar tradisional. Menurut Zakariya (2013) diduga 36.84 % masyarakat menjual unggas yang berasal dari daerah terinfeksi ke pasar. Pasar unggas tersebut dapat menjadi reservoir virus AI dan merupakan sumber infeksi bagi unggas domestik lainnya (Kung et al. 2003). Pada nodus pasar, ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi sehingga likelihood menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah karena kurangnya pemahaman penjual tentang AI. Indikator hal ini antara lain sistem penjualan di pasar yaitu ayam dilepas dengan kaki diikat walaupun beberapa ayam dikandangkan. Faktor lain penyebab tingginya likelihood adalah karena penjual yang tidak mau menyerahkan unggasnya untuk dimusnahkan apabila unggas yang lain terinfeksi AI karena menganggap kompensasi yang diterima tidak sebanding dengan harga ayam. Selain itu, penjual juga tidak mengetahui cara penanganan secara umum apabila ayamnya terinfeksi AI dan tidak mengetahui bahwa kematian ayam mendadak adalah indikator kematian ayam yang terinfeksi AI. Dinas terkait juga diketahui jarang melakukan monitoring ke pasar.

4.2.5 Penilaian Pelepasan pada Nodus Rumah Tangga (L4)

(28)

14

Ayam hobi didapat dari pasar, kerabat ataupun ada yang diternakkan sendiri. Masyarakat umumnya memelihara unggas di pemukiman. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pemahaman masyarakat terhadap AI masih rendah. Petugas dinas terkait diketahui jarang melakukan monitoring terhadap rumah tangga yang memelihara ayam hobi, kecuali terjadi kasus AI pada daerah tersebut. Oleh karena itulah likelihood ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.2.6 Penilaian Pelepasan pada Nodus Transportasi (L5)

Dalam proses pengirimannya ayam hobi dimasukkan ke dalam karung atau kardus, bahkan tidak jarang dicampur dengan beberapa ayam. Kebiasaan tersebut berpotensi untuk menularkan dari ayam terinfeksi ke ayam yang sehat. Penularan virus juga dapat terjadi melalui kontak dengan media pembawa yang terkontaminasi feses atau sekresi pernafasan (Tsukamoto et al. 2007).

Dari informasi yang didapatkan, baik pengirim maupun pembawa ayam, kurang mengetahui tentang AI dari segi penyebab, gejala yang ditimbulkan maupun cara penanganan secara umum. Menurut responden yang diwawancara, jarak tempuh perjalanan dari sentra ayam hobi menuju ke pelabuhan pengeluaran sangat bervariasi, akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke pelabuhan rata-rata kurang dari 3 hari. Masa inkubasi virus AI berkisar 3 hari pada unggas yang terinfeksi alami (Swayne 2008). Data yang didapatkan menyimpulkan

likelihood ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi selama transportasi menuju ke tempat pengeluaran diduga tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.2.7 Penilaian Pelepasan pada Nodus Jalur Laut (L6)

Mengacu pada peraturan perundangan maka unggas dewasa tidak dapat dikirim ke Maluku Utara. Tindakan penolakan terhadap ayam hobi yang akan dilalulintaskan ke Maluku Utara dilakukan oleh BKP I Manado. Pada tahun 2013 didapatkan tindakan penolakan dilakukan terhadap 281 ekor ayam hobi dengan frekuensi sebanyak 108 kali tujuan Maluku Utara (BKP Manado 2014). Berdasarkan informasi yang didapat, dalam setiap minggu terdapat upaya penyelundupan ayam hobi ke Maluku Utara yang tidak disertai dengan dokumen kesehatan dari dokter hewan yang berwenang, informasi tersebut menggambarkan ayam hobi yang diselundupkan tidak dilakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga likelihood ayam yang terinfeksi AI tidak terdeteksi melalui pelabuhan laut tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.2.8 Penilaian Pelepasan pada Nodus Alat Angkut (L7)

(29)

15

4.3 Penilaian Pelepasan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui DOC

4.3.1 Gambaran Pelepasan Lalu Lintas DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

Lalu lintas DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui beberapa jalur seperti yang tersaji pada Gambar 4, antara lain Status AI di Sulawesi Utara,

breeding farm, hatchery, transportasi, karantina Sulawesi Utara dan alat angkut.

Gambar 4 Alur tapak penilaian pelepasan masuknya virus AI melalui DOC Penilaian untuk masing-masing nodus beserta likelihoodnya disajikan secara ringkas dalam Tabel 12.

Tabel 12 Nilai likelihood beserta deskiripsi untuk setiap nodus pada alur tapak risiko penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui DOC

Nodus Deskripsi Likelihood Sumber data

Status Sulawesi Utara (terinfeksi)

Kejadian AI di Sulut mulai tahun 2006, 2011, 2012, 2013 dan 2014

Hasil pemeriksaan laboratorium positif AI sebesar 21.05 % dari 38 sampel

Kendala dalam melaksanakan 9 strategi pengendalian AI: kurangnya tenaga kesehatan hewan, kurang kesadaran masyarakat melaksanakan biosekuriti, sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif.

Pelaksanaan biosekuriti yang diacuhkan

L1: tinggi (Dinas Pertanian 2012, BBVet maros

Alat angkut pesawat No risk

(30)

16

Tabel 12 Nilai likelihood beserta deskiripsi untuk setiap nodus pada alur tapak risiko penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui DOC (lanjutan)

Nodus Deskripsi Likelihood Sumber data

Breeding farm

(tidak terdeteksi)

Breeding farm rutin pemeriksaan 50 sampel di laboratorium setiap 3 bulan sekali.

Sertifikasi bebas AI dilakukan pada setiap unggas yang akan diafkir.

L4: tinggi Wawancara supir

Tindakan karantina hanya berupa pemeriksaan dokumen dan fisik

Selama ini tidak ada pemeriksaan laboratorium

L5: tinggi Wawancara

Tidak ada pemeriksaan di pesawat

L6: tinggi Wawancara oleh kapten dan anak buah kapal

Pengetahuan kapten dan anak buah kapal Sulawesi Utara ke Maluku Utara yang terdiri dari dua jalur pemasukan dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui DOC Alur

tapak

Nodus Perkalian likelihod Nilai

likelihood

Ketidak -pastian Alur

tapak 1

Status Sulawesi Utara breeding farm

hatchery transportasi Karantina Sulawesi Utara alat angkut pesawat

L9=L1xL2xL3xL

(31)

17 Perkalian likelihood pada setiap alur tapak diperoleh dengan menggunakan perkalian seperti pada Tabel 4, sehingga didapat nilai likelihood pada setiap alur tapak. Kesimpulan likelihood DOC terinfeksi AI yang masuk ke Maluku Utara adalah amat sangat rendah dengan ketidakpastian rendah.

4.3.2 Penilaian Pelepasan pada Nodus Status AI di Sulawesi Utara (L1)

Lalu lintas DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui jalur laut adalah melalui wilker Pelabuhan Laut Manado (Sulawesi Utara) dengan tujuan Pelabuhan Laut Ahmad Yani, Pelabuhan Laut Tobelo dan Pelabuhan Laut Sanana (Maluku Utara). Sedangkan pengiriman melalui jalur udara hanya melewati Bandara Sam Ratulangi (Sulawesi Utara) dengan tujuan Bandara Sultan Babullah (BKP Manado 2014) .

Kejadian AI di Sulawesi Utara bermula pada tahun 2006 di Kabupaten Minahasa Selatan. Sampai bulan maret tahun 2011 tidak pernah lagi didapatkan kasus AI di Sulawesi Utara. Kasus AI kembali terjadi tahun 2011 di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara sebagai dampak kejadian AI di Provinsi Gorontalo. Pada awal tahun 2012 terjadi kasus AI di Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kota Kotamobago Provinsi Sulawesi Utara (Dinas Pertanian 2012). Prevalensi AI pada tahun 2013 di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara sebesar 21.05 % (Zakariya 2013).

Kematian itik di Provinsi Sulawesi Utara karena AI, mulai dari September 2012 sampai dengan 31 Mei 2014 sebanyak 569 ekor (Ditkeswan 2014). Penelitian lain yang terkait adalah hasil surveilans AI yang dilakukan oleh Bbvet Maros selama tahun 2012 terdapat satu ekor kasus positif HPAI, 103 ekor seropositif AI. Pada tahun 2013 terdapat 17 ekor positif HPAI dan 158 seropositif AI. Tahun 2014 (dari 1 Januari sampai dengan 16 Oktober) didapat data 7 ekor positif HPAI, 151 seropositif AI (BBVet MAROS 2014).

Mencuatnya kasus AI Sulawesi Utara mendorong pemerintah daerah setempat melakukan program pengendalian AI sesuai dengan pedoman Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan nomor 17/Kpts/PD.640/F/02.04 tentang 9 (sembilan) strategi pengendalian AI (Dinas Pertanian 2012). Namun, dalam praktik di lapangan pelaksanaan strategi pengendalian AI mengalami hambatan antara lain kurangnya tenaga kesehatan hewan, minimnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan biosekuriti, sulitnya pengendalian lalu lintas unggas, serta sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif. Menurut Martindah et al.

(32)

18

dengan harga ayam mereka. Faktor manajemen kesehatan unggas dengan membiarkan ternak yang sakit tetap hidup juga berisiko menjadi sumber penularan infeksi virus AI dua kali lebih besar daripada tindakan memotongnya (Basri et al. 2013). Ketika terjadi kasus wabah HPAI, stamping out dan depopulasi merupakan pertahanan pertama untuk menghentikan penyebaran dan menghilangkan penyakit (Swayne & Suarez 2000). Berdasarkan data yang telah diuraikan diduga likelihood DOC dapat terinfeksi AI tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.3.3 Penilaian Pelepasan pada Nodus Breeding Farm (L2)

Nilai likelihood pada breeding farm yang terinfeksi AI untuk tidak terdeteksi adalah amat sangat rendah dengan ketidakpastian rendah, dikarenakan

Breeding Farm rutin melakukan pengurusan surat rekomendasi ke Dinas Pertanian Sulawesi Utara setiap bulannya. Surat rekomendasi dikeluarkan dengan dasar adanya surat keterangan bebas AI yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara, serta surat hasil pemeriksaan serum dan swab yang dikeluarkan oleh BBVet Maros dan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara tentang perijinan. Menurut responden, sampai saat ini tidak pernah ditemukan kasus AI pada breeding farm yang terdapat di wilayah Sulawesi Utara.

Pemeriksaan AI di breeding farm rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Pengambilan sampel dilakukan terutama untuk ayam-ayam yang sudah produksi. Sertifikasi bebas AI dilakukan oleh dokter hewan dari Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan dasar hasil pemeriksaan laboratorium dari BBVET Maros dan dengan dilakukan pemeriksaan berdasarkan gejala klinis yang timbul.

4.3.4 Penilaian Pelepasan pada Nodus Hatchery (L3)

Lalu lintas telur tetas yang masuk ke hatchery di Sulawesi Utara berasal dari

breeding farm yang terdapat di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Selama tahun 2013 pemasukan telur tetas dari Sulawesi Selatan ke Sulawesi Utara sebanyak 1.746.550 butir dengan frekuensi sebanyak 111 kali (BKP Manado 2014). Telur tetas tersebut diasumsikan berasal dari breeding farm yang memiliki prosedur standar seperti breeding farm yang ada di Sulawesi Utara.

Menurut Coob (2011) agen etiologi yang dapat disebarkan oleh telur tetas harus mampu menginfeksi unggas dan menyebar ke saluran reproduksi serta bertahan dalam telur, atau mampu menembus kulit telur dan mencemari isinya. Virus AI dapat ditemukan di permukaan kulit telur dan di dalam telur dari ayam yang terinfeksi. Virus dapat ditemukan di albumin dan yolk, sama seperti di permukaan kulit telur (INFOSAN 2005; Swayne dan Jackwood 2008). Virus flu burung umumnya mematikan embrio unggas dan telur yang terinfeksi mungkin tidak dapat menetas di hatchery (van den Berg 2009). Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Mujiatun (2009) yaitu DOC yang dilalulintaskan melalui Bandara Soekarno Hatta terdeteksi mengandung virus AI dengan RT-PCR pada sampel kuning telur DOC. Hal ini mengindikasikan bahwa avian influenza dapat ditularkan secara vertikal dari induk ke anak yang dibuktikan dengan ditemukannya virus AI pada kuning telur.

(33)

19 dalam penyebaran penyakit AI H5N1 (Wibawan 2012). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Setyawati (2010) terhadap DOC yang akan dilalulintaskan dari Bandara Udara Soekarno Hatta dan telah memiliki sertifikat kesehatan hewan sebanyak 158 sampel (65,8%) menunjukkan hasil positif AI. Menurut pendapat responden, selama ini tidak ada prosedur standar untuk pemeriksaan/deteksi AI terhadap DOC yang diproduksi sehingga berdasarkan data yang didapat likelihood DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi di hatchery

menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.3.5 Penilaian Pelepasan pada Nodus Transportasi (L4)

Transportasi DOC ke tempat pengeluaran Bandara Samratulangi diketahui menempuh jarak ± 10 km dengan waktu ± 1 jam. Sedangkan untuk menuju tempat pengeluaran Pelabuhan Laut Manado menempuh jarak ± 17 km dengan waktu ± 2 jam. Dalam proses transportasi dari hatchery ke tempat pengeluaran tidak pernah dijumpai kematian DOC dalam jumlah besar. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut DOC ke tempat pengeluaran tidak menggunakan kendaraan khusus pengangkut DOC. Kendaraan yang digunakan umumnya berupa kendaraan bak terbuka dan kendaraan umum sewaan. Hasil wawancara dengan sopir yang membawa DOC diketahui bahwa pengetahuan sopir tentang AI sangat kurang, ditinjau dari penyebab, gejala umum serta penanganannya. DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala klinis (Setyawati 2010; Wibawan 2012) selama proses transportasi, sehingga dapat disimpulkan

likelihood DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.3.6 Penilaian Pelepasan pada Nodus Karantina Sulawesi Utara (L5)

(34)

20

Berdasarkan informasi responden, jumlah sumber daya manusia di karantina belum mencukupi untuk melakukan tindakan karantina. Setiap wilker hanya memiliki satu dokter hewan dan maksimal tiga paramedik untuk mengawasi lalu lintas hewan selama 24 jam. Hal ini berpotensi terhadap tidak dapat terdeteksinya AI pada komoditi. Berdasarkan tindakan karantina yang dilakukan maka dapat diduga likelihood DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.3.7 Penilaian Pelepasan pada Nodus Alat Angkut Pesawat (L6)

DOC yang dilalulintaskan dari Sulawesi utara ke Maluku Utara melalui jalur udara dikirim dengan menggunakan alat angkut pesawat. Waktu yang diperlukan dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara adalah ± 1 jam dan selama di dalam pesawat tidak memungkinkan dilakukannya pemeriksaan keadaan DOC. Berdasarkan informasi responden, terjadinya kasus kematian DOC dalam jumlah banyak sering ditemukan melalui pengiriman dengan pesawat disebabkan oleh sistem pemuatan yang terlalu cepat sehingga DOC kekurangan oksigen ketika berada di dalam pesawat. Masa inkubasi virus AI berkisar antara beberapa jam pada inokulasi secara intravena, 24 jam pada ayam yang diinokulasi intranasal dan mencapai 3 hari pada individu unggas yang terinfeksi alami. Sedangkan untuk unggas yang terinfeksi alami pada suatu kandang dapat mencapai 14 hari. Lamanya masa inkubasi dan infeksi bergantung pada dosis virus yang menginfeksi, rute pendedahan, spesies terdedah, serta faktor lingkungan (Swayne 2008). Dari informasi yang dihimpun didapatkan likelihood DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.3.8 Penilaian Pelepasan pada Nodus Alat Angkut Kapal Laut (L7)

Pengiriman DOC menggunakan kapal laut memerlukan waktu selama 8 sampai dengan 12 jam. Masa inkubasi virus AI berkisar 3 hari pada individu unggas yang terinfeksi alami, sedangkan untuk unggas yang terinfeksi alami pada suatu kandang dapat mencapai 14 hari. (Swayne dan Jackwood 2008). Selama proses transportasi di dalam kapal laut, kapten maupun anak buah kapal tidak pernah melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan DOC. Dari hasil wawancara didapat informasi bahwa kapten dan anak buah kapal tidak memiliki pengetahuan tentang AI. Berdasarkan informasi yang dihimpun diketahui likelihood DOC yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.4 Penilaian Pendedahan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui Ayam Hobi

4.4.1 Gambaran Pendedahan Lalu Lintas Ayam Hobi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

(35)

21 data yang diperoleh, didapat ringkasan hasil penilaian pendedahan virus AI melalui ayam hobi seperti tersaji pada Tabel 14.

Gambar 5 Alur tapak pendedahan virus AI melalui ayam hobi. Tabel 14 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada risiko

pendedahan virus AI melalui ayam hobi

Nodus Deskripsi Likelihood Sumber data

Pengepul Ayam hobi dikandangkan terpisah, ayam hobi kadang diadu dengan ayam lainnya, sikap biosekuriti kurang diterapkan

L1: Tinggi Wawancara dengan pengepul

Rumah tangga

Ayam hobi dikandangkan terpisah dan terdapat juga yang diumbar. Ayam hobi kadang diadu dengan ayam lainnya, Sikap biosekuriti kurang diterapkan

L2: Tinggi Wawancara dengan pegepul dan pemain ayam

Pada Gambar 5 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tahap pendedahan virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui ayam hobi yang secara ringkas disajikan pada Tabel 15. Perkalian likelihood pada setiap alur tapak didapat dengan menggunakan perkalian seperti pada Tabel 4, untuk kemudian masing-masing alur tapak ditambahkan sampai didapat likelihood virus AI dapat mendedah ke hewan rentan dan lingkungan adalah tinggi dengan ketidakpastian rendah.

Tabel 15 Alur tapak risiko pendedahan virus AI melalui ayam hobi

Alur tapak Nodus Perkalian

likelihod

Nilai

likelihood

Ketidak -pastian

Alur tapak 1 Pengepul L3=L1 Tinggi Rendah

Alur tapak 2 Rumah tangga L3=L2 Tinggi Rendah Alur tapak 3 Pengepul Rumah tangga L3=L1xL2 Tinggi Rendah

Kesimpulan L3= Virus AI terdedah di

Maluku Utara melalui ayam hobi

Tinggi Rendah

L1

Mendedah Mendedah

Tidak mendedah Tidak mendedah

Ayam sabung terinfeksi masuk Maluku Utara

No risk pengepul

Rumah tangga

Hewan rentan, lingkungan dan manusia L2

(36)

22

4.4.2 Penilaian Pendedahan pada Nodus Pengepul

Berdasarkan informasi yang didapat diketahui tingkat pemahaman pengepul tentang AI kurang. Pengepul tidak mengetahui AI secara umum, baik dari segi penyebab, gejala klinis maupun cara penanganannya. Menurut Nidom (2012) dari beberapa daerah di Indonesia saat ini sering dijumpai ayam yang terlihat sehat dari penampakan namun setelah dilakukan pemeriksaan diketahui positif virus AI. Ayam kampung merupakan hewan potensial sebagai carrier virus AI dan dapat menularkan virus ke unggas lain yang peka (Muladno 2008). Sistem pemeliharaan di pengepul, ayam yang datang dipisahkan dalam kandang tersendiri hingga diambil oleh pembeli.

Sistem pemeliharaan ayam hobi berbeda dengan unggas backyard lain dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi. Ayam hobi umumnya dikandangkan terpisah dengan unggas lain yang dimiliki oleh pemilik. Kontak ayam terinfeksi ke hewan rentan, lingkungan maupun manusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kontak tidak langsung dapat terjadi pada unggas lainnya melalui feses, bulu, sisa pembersihan kandang yang dibuang di lingkungan sekitar yang dapat diakses oleh unggas backyard lainnya (Kusumaningrum 2012). Pendedahan dapat terjadi melalui alas kaki, tangan serta pakaian pengepul ketika pengepul merawat/membersihkan kandang ayam hobi yang terinfeksi kemudian menangani ayam lainnya tanpa membersihkan dirinya. Peluang ayam hobi yang terinfeksi dapat mendedah virus AI tinggi dengan ketidakpastian rendah.

4.4.3 Penilaian Pendedahan pada Nodus Rumah Tangga

Ayam hobi sampai ke rumah tangga dapat melalui jalur pengepul ataupun secara langsung dari Sulawesi Utara. Sistem pemeliharaan ayam hobi di rumah tangga sama dengan sistem pemeliharaan di tempat pengepul. Ayam hobi dikandangkan terpisah dengan unggas lain yang dimiliki oleh pemilik walaupun terdapat juga ayam hobi yang diumbar. Penularan virus AI dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan yang paling efisien ke unggas peka adalah melalui kontak langsung dengan unggas tertular (Swayne dan Beck. 2004). Penularan secara langsung terjadi ketika ayam hobi diadu dengan ayam lainnya yang dimiliki oleh pemilik atau orang lain.Virus AI dapat dikeluarkan dari feses dan saluran respirasi unggas yang terinfeksi selama 14 hari (Musa et al. 2009).

(37)

23

4.5 Penilaian Pendedahan Masuknya Virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara Melalui DOC

4.5.1 Gambaran Pendedahan DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara

DOC dapat mendedah virus AI di Maluku Utara melalui beberapa jalur seperti tersaji pada Gambar 6. Masing-masing jalur dapat mendedah virus AI ke hewan rentan, lingkungan dan manusia dengan nilai likelihood yang berbeda-beda.

Gambar 6 Alur Tapak risiko pendedahan virus AI melalui DOC Penilaian pendedahan merupakan penilaian terhadap kemungkinan terdedahnya virus AI ke hewan rentan, lingkungan dan manusia. Berdasarkan data yang diperoleh, ringkasan hasil penilaian pendedahan virus AI di Maluku Utara tersaji pada Tabel 16.

Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa jalur pendedahan virus AI ke hewan rentan, lingkungan dan manusia melalui DOC terdiri dari beberapa jalur seperti tersaji pada Tabel 17. Setiap jalur diketahui memiliki nilai likelihood yang berbeda. Masing-masing jalur kemudian ditambahkan sehingga mendapat hasil

likelihood pendedahan virus AI di Maluku Utara melalui DOC adalah tinggi dengan ketidakpastian sedang.

L2

Tidak mendedah

L5

L6 L7

mendedah mendedah

mendedah

L4

mendedah Tidak mendedah

mendedah

Tidak mendedah mendedah mendedah

Tidah mendedah Tidak mendedah

Peternakan

No risk No risk

TPH

Rumah tangga

Hewan rentan dan lingkungan

No risk

Karantina Maluku Utara

No risk

No risk

Poultry Shop L1

L3

L8 Pasar Supermarket

(38)

24

Tabel 16 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada risiko pendedahan virus AI melalui DOC

Nodus Deskripsi Likelihood Sumber data

Karantina Maluku Utara

Tindakan karantina yang dilakukan berupa pemeriksaan dokumen dan fisik.

Pemeriksaan fisik meliputi kesesuaian jumlah dan bentuk dengan dokumen serta gejala klinis terhadap penyakit.

Pemeriksaan AI dengan menggunakan rapid test antigen AI, dilakukan ketika DOC banyak yang mati. Sampel pemeriksaan maksimal 2 ekor.

Penyemprotan desinfektan (RODALON) menggunakan sprayer

Pemasukan DOC rutin setiap minggu

L1: Tinggi Wawancara petugas karantina

Poultry Shop Pemasukan DOC dari Sulawesi Utara Ke Maluku Utara melalui poultry shop rata-rata 2000 ekor untuk setiap pemasukkan dengan frekuensi 2- 3 kali dalam seminggu.

Penyebaran melalui pekerja, kendaraan

L2: Tinggi Wawancara petugas Poultry Shop

Peternakan Sikap biosekuriti kurang

Banyak hewan pengerat dan burung liar di sekitar kandang

Pemahaman peternak dan atau anak kandang tentang AI kurang

Kotoran ayam dijadikan pupuk tanpa perlakuan apa-apa

Tingkat mortalitas dan morbiditas AI 75-92 %

Supermarket Supermarket mengambil karkas ayam beku dari pemasok lokal ketika kiriman dari karkas dari Jawa kurang.

Kemungkinan karkas kontak dengan hewan rentan kecil

Terdapat penampungan dan pengolahan limbah

Umumnya pasar hanya menjual karkas ayam beku

Masyarakat rumah tangga membeli ayam dalam bentuk karkas dari pasar, supermarket

ataupun TPA

Pengolahannya dimasak hingga matang 10% masyarakat rumah tangga membeli ayam dalam keadaan hidup langsung dari peternakan.

Gambar

Gambar 1 Empat komponen dari analisa risiko (OIE 2013)
Gambar 2 Kerangka konsep penilaian risiko masuknya virus AI dari Sulawesi
Tabel 1 Penetapan responden
Tabel 2 Kategori peluang kualitatif dan penafsirannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam stability of consociational settlement yang akan disinggung dalam pembahasan konflik di Irlandia Utara ini meliputi agenda kebijakan politik dan kebijakan

Berdasarkan analisa dan hasil- hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa refraktori yang dibuat cukup memberi nilai guna lebih terhadap limbah (abu batubara dan pasir

Setelah dilakukan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR memberikan pengaruh yang lebih baik

Alat ukur baku meliputi, penggaris, neraca timbangan (kg), gelas ukur, meteran dan sebagainya. Sedangkan, alat ukur tidak baku meliputi, stick eskrim, timbangan buatan,

Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna2.

Oleh karena itu, bila menggunakan klasifikasi bentuk ritel dalam mengkaji persainganritel tradisional dan ritel modern, agar berimbang dengan batasan toko modern yangterperinci dalam

Spektrum FTIR (KBr) dari senyawa Pr(III)- 1,4-fenilendiamin (Tabel 2) memperlihatkan serapan vibrasi yang kuat dan melebar pada 3435 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus

Sebelum mengungkapkan tentang hubungan Cirebon dengan VOC, sebelumnya dalam buku ini dijelaskan mengenai masuknya islam di Indonesia khususnya di Jawa Barat, sislsilah sunan gunung