• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Rancangan E-government Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di Perpustakaan Nasional RI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi dan Rancangan E-government Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di Perpustakaan Nasional RI."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

IRHAMNI

EVALUASI DAN RANCANGAN EGOVERNMENT SISTEM

REPOSITORI PRODUK HUKUM SEBAGAI

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Dan Rancangan Egovernment Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di Perpustakaan Nasional RI adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)

RINGKASAN

IRHAMNI. Evaluasi dan rancangan egovernment sistem repositori produk hukum sebagai implementasi fungsi deposit di Perpustakaan Nasional RI Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan JOKO SANTOSO.

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah tatanan birokrasi sehingga Pemerintah RI harus mengadopsi perkembangan teknologi informasi melalui layanan berbasis e-government. Perpustakaan Nasional RI merupakan lembaga pemerintah yang melaksanakan layanan publik informasi terbitan pemerintah berdasarkan UU Deposit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dan melakukan perancangan sistem e-government melalui repositori hukum peraturan perundang-undangan yang lebih terstruktur agar lebih mudah ditemukan, lebih fleksibel dalam pencarian serta terintegrasi sehingga termutakhirkan.

Metodologi penelitian ini adalah melakukan evaluasi dan perancangan repositori produk hukum. Sampel diambil berdasarkan pada pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tahun 2013 yang berpredikat baik. PeGI diperoleh 12 kementerian 10 lembaga non kementerian, 4 provinsi dan 8 kabupaten/kota. Penelitian ini mengevaluasi komponen repositori yang terdiri atas komponen manajemen repositori, komponen interoperabilitas serta komponen human computer interface serta wvaluasi kepuasan pengguna berdasarkan pada QUIS (Questionnaire Of User Interface Satisfaction) terhadap aspek usabilitas serta aspek layanan. Data yang diperoleh diolah dalam bentuk sebaran frekuensi sebaran ketersediaan komponen repositori dalam bentuk persentase dan sebaran rata-rata pada dimensi usabilitas dan dimensi layanan. Pengembangan sistem dilakukan setelah evaluasi sistem yang sedang berjalan Desain sistem baru dibuat berdasarkan rekomendasi atas hasil evaluasi sistem yaitu membuat proses bisnis dan arsitektur sistem serta tampilan user interface yang sesusai standar guna meningkatkan kepuasan pengguna.

Hasil penelitian menyatakan bahwa portal e-government bidang repositori produk hukum di Indonesia belum terstruktur, terintegrasi, serta fleksibel. Pengujian menunjukkan belum terstrukturnya komponen manajemen repositori, Pengujian aspek interoperabilitas menunjukkan penggunaan metadata standar belum diterapkan, sementara itu pada ketidak fleksibelan terlihat pada komponen human computer interaction khususnya dalam terlihat ketersediaan fasilitas pencarian. Demikian pula pada aspek usabilitas dan layanan ditemukan masih ada pengguna sistem masih belum puas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah portal e-government layanan terbitan hukum belum efisien, efektif serta belum terintegrasi. Perancangan sistem dilakukan dengan desain sistem yang sesuai standar melalui perancangan ulang proses bisnis dan desain antar muka sistem.

(5)

SUMMARY

IRHAMNI. Evaluation and e-government design of legal product repository system as the implementation of deposit function at National Library of Indonesia. Supervised by YANI NURHADRYANI and JOKO SANTOSO.

The development of information technology has changed the bureaucracy order so Indonesian government has to adopt information technology development through e-government-based service. National Library of Indonesia is the government institution which provides public service on information of government publication on legal matters based on Deposit Act. The purpose of this research is to evaluate and to devise e-government system through a more structured legal repository so that the information is easier to find, more flexible in searching and integrated so that the information is always updated.

The methodology used in this research is by evaluating and devising legal product repository. The sample is taken from Indonesian E-government Ranking (PeGI) conducted by Ministry of Information and Communication of Indonesia in 2013. 12 ministries, 10 non-ministry institutions, 4 provinces and 8 regencies with good credit are obtained from this ranking. This research is evaluating repository component consisting of repository management component, interoperability component and human computer interface component as well as user satisfaction towards usability aspect and service aspect evaluation based on QUIS (Questionnaire of User Interface Satisfaction). The data obtained is processed in the form of frequency distribution, repository component availability distribution in percentage and average distribution on usability and service dimension. Development of this system is conducted after evaluating the ongoing system. New system design is then created based on the recommendation of system evaluation result that is by making business process and system architecture as well as standardized user interface display in order to increase user satisfaction.

The result of this research is that e-government portal of legal product repository in Indonesia is not yet structured, integrated as well as flexible. The test indicates that repository management component is not structured. The test on interoperability aspect shows that standard metadata usage is not applied yet, in the meantime inflexibility is seen on human computer interaction component especially on search facility availability. The same condition happens to usability and service aspect.

The conclusion of this research is that e-government portal of legal publication service is not yet efficient, effective and integrated. The design of this system is operated with standardized system design through business process re-design and system interface re-design.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

EVALUASI DAN RANCANGAN EGOVERNMENT SISTEM REPOSITORI PRODUK HUKUM SEBAGAI IMPLEMENTASI

FUNGSI DEPOSIT DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

IRHAMNI

Tugas Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar Magister Profesional

Pada

Program Studi Magister Teknologi Untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

 

Judul Penelitian : Evaluasi dan Rancangan E-government Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di Perpustakaan Nasional RI.

Nama : Irhamni NIM : G652110115

Program studi : Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT Dr Joko Santoso, MHum

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Informasi Untuk

Perpustakaan

Aziz Kustiyo, SSi, MKom Dr Ir Dahrul Syah MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah e-government di perpustakaan, dengan judul Evaluasi dan rancangan e-government sistem repositori produk hukum sebagai implementasi fungsi deposit di Perpustakaan NasionalRI.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yani Nurhadryani, MT dan Bapak Dr. Joko Santoso, M.Hum selaku komisi pembimbing, serta Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku kepala program studi MTP. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak B.Mustafa,M.Lib selaku penguji luar komisi dan Seluruh Pimpinan dan Staf di lingkungan Biro Hukum dan Perencanaan Perpustakaan Nasional RI yang telah memberikan dukungan dalam melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan MTP 2011 dan MTP 2012, Bapak Ficky Suherman dan rekan-rekan-rekan-rekan lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu atas doa dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta, Nurseha dan putra-putri tercinta, ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala pengorbanan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

1. PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 4 

Manfaat Penelitian 4 

Ruang Lingkup Penelitian 4 

2. TINJAUAN PUSTAKA 5 

Fungsi Depositori Perpustakaan 5 

Dokumen Hukum 5 

E-government dan Perpustakaan 6 

Sistem Repositori 7 

3. METODE 11 

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 

Evaluasi Sistem Repositori 13 

Perancangan Sistem Repositori Produk hukum 25 

5. SIMPULAN DAN SARAN 41 

DAFTAR PUSTAKA 43 

LAMPIRAN 46 

(12)

DAFTAR TABEL

1. Lembaga penghasil produk hukum pemerintah di Indonesia ... 2 

2. Jumlah sampel repositori hukum ... 11 

3. Karakteristik 10 Responden ... 13 

4. Ketersediaan statistik koleksi ... 15 

5. Ketersediaan fitur pengunduhan file ... 15 

6. Ketersediaan hyperlink ke informasi lain ... 16 

7. Ketersediaan fitur customer relationship management ... 17 

8. Ketersediaan metadata ... 17 

9. Penggunaan metadata terstruktur ... 18 

10. Hasil uji skenario melalui merambang informasi ... 19 

11. Ketersediaan fitur pencarian sederhana ... 20 

12. Ketersediaan fitur advance search ... 20 

13. Ketersediaan kosa kata terkendali ... 21 

14. Tingkat kepuasan terhadap interface dan penggunaan simbol ... 22 

15. Kepuasan penggunaan warna dan huruf ... 22 

16. Kepuasan terhadap background, kecepatan ... 23 

17. Evaluasi Dimensi Interaksi Layanan ... 24 

18. Perbandingan antara sistem lama dan sistem baru yang akan diusulkan ... 25 

19. Kebutuhan Fungsi Sistem ... 27 

DAFTAR GAMBAR

1. Stakeholder repositori hukum ... 28 

2. Proses Bisnis Repositori Hukum ... 29 

3.Arsitektur sistem repositori hukum ... 30 

4. Prosedur pencarian dokumen hukum melalui pencarian sederhana ... 31 

5. Prosedur pencarian dokumen hukum melalui pencarian tingkat lanjut ... 31 

6. Prosedur pencarian melalui indeks kosa kata terkendali ... 32 

7. Entity relational design ... 33 

8.Arsitektur pemanen metadata ... 34 

9. Alur Konversi Metadata ... 35 

10. Pencarian sederhana repositori hukum ... 36 

11.Halaman pencarian tingkat lanjut repositori hukum. ... 36 

12. Halaman pencarian melalui indeks kosa kata terkendali produk hukum ... 37 

13 tampilan antarmuka hasil pencarian repositori hukum. ... 37 

14. Halaman akuisisi data ... 38 

15. Halaman penyuntingan data ... 38 

16. Modul CRM repositori hukum ... 39 

17.Halaman laporan statistik koleksi ... 39 

(13)

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Reformasi birokrasi merupakan salah satu program unggulan pemerintah. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan perubahan menuju birokrasi yang efektif dan efisien, serta tata pemerintahan yang baik (good governance). Good governance mengutamakan prinsip akuntabel, tanggung jawab, keterbukaan, keadilan, serta etika. Salah satu tugas reformasi birokrasi adalah menciptakan pelayanan publik yang prima baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu terobosan yang dilakukan dalam program reformasi birokrasi adalah pembangunan sistem dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan konsep baru yang disebut e-government. World Bank memberikan definisi untuk istilah e-government yaitu penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintahan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain (Wiraatmadja, 2006). Sedangkan konsep lain memberikan pengertian bahwa e-government adalah penyederhanaan praktik pemerintahan dengan mempergunakan teknologi informasi dan komunikasi (Wimmer, 2001). Pengertian tersebut dibagi lagi menjadi dua bidang antara lain online sevices yang merupakan cara pemerintah menjalankan fungsinya ke luar, baik itu masyarakat maupun kepada pelaku bisnis secara berkesinambungan. Tetapi, yang terpenting adalah pemerintah menawarkan pelayanan yang lebih sederhana dan mudah kepada pihak terkait. Bidang kedua adalah government operations yang merupakan kegiatan dalam internal pemerintah, lebih khusus lagi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah seperti electronic procurement, manajemen dokumen berbasiskan web, formulir elektronik dan hal-hal lain yang dapat disederhanakan dengan penggunaan internet.

Tugas e-government adalah menyebarluaskan informasi sebagai upaya untuk menciptakan kepastian mengenai apa yang dilakukan pemerintah. Indonesia sebagai negara besar secara geografis dan demografis menganut konsep desentralisasi kekuasaan dengan membagi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah yang berfungsi melayani kepentingan setiap warga negaranya. Salah satu layanan pemerintah bagi rakyat Indonesia adalah layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan di Indonesia dijalankan oleh Perpustakaan Nasional RI di pusat dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah di pemerintah daerah (Perpusnas, 2009). Sebagai bentuk layanan pemerintah, perpustakaan juga termasuk dalam agenda pengembangan e-goverment di Indonesia. Perpustakaan digital sebagai salah satu elemen merupakan bentuk layanan e-government, untuk itu pelaksanaannya di Indonesia menjadi bagian penting dari program pemerintah dalam layanan publik.

(14)

2

Tahun 2007 tentang perpustakaan yang menyatakan bahwa salah satu tugas Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai pusat deposit dan jejaring perpustakaan di Indonesia guna memberikan akses informasi kepada seluruh masyarakat (Perpusnas, 2007). Tujuan utama dibentuknya Perpustakaan Digital Nasional adalah mewujudkan koleksi nasional yang dapat diakses secara cepat, akurat, dan merata oleh seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu unsur penting perpustakaan adalah bahan perpustakaan (resource) yang dalam perpustakaan konvensional tersebut bersifat multiple media atau terdiri dari berbagai media, seperti berupa buku, bahan kartografis, berkas komputer, gambar/grafis kit, bentuk mikro, gambar hidup, memorabilia, rekaman suara, rekaman video, film, manuskrip, peta, buku langka, notasi musik, bahan tercetak, foto, gambar arsitektur, dan bahan lainnya. Namun dalam perpustakaan digital, bahan perpustakaan tersebut berbentuk multimedia dan sumber daya metadata, serta aneka situs di internet dalam bentuk e-journal, dokumen digital yang bersifat terbuka (open access), e-books, e-newspapers, dan tesis serta disertasi yang dikemas dalam bentuk yang kemudian disebut sebagai e-resources.

E-resources yang dikembangkan Perpustakaan Nasional RI adalah terbitan pemerintah yang juga merupakan salah satu objek UU No.4 Tahun 1990 tentang wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam atau UU Deposit (Perpusnas, 1990) Salah satu terbitan pemerintah yang dikelola adalah produk hukum. Produk hukum berupa peraturan-peraturan tersebut dihasilkan oleh lembaga Negara yang berada di Republik Indonesia. Saat ini terdapat 687 lembaga emerintah yang tersebar dari tingkat pusat sampai dengan kabupaten/kota (KemenPAN-RB, 2013) dengan perincian sebagai berikut sebagai berikut:

Tabel 1. Lembaga penghasil produk hukum pemerintah di Indonesia No. Jenis lembaga Jumlah Produk Hukum

1 Lembaga Negara 7 UU/Kepres/Perpres/Fatwa

MA/KepMK

2 Kementerian 34 UU/Kepmen/Permen

3 Lembaga Setingkat Menteri 4 UU/Kepka/Perka 4 Lembaga Pemerintah Non

Kementerian (LPNK)

28 UU/Kepka/Perka 5 Lembaga Non Struktural 88 Perka

6 Lembaga Penyiaran Publik 2 Perka

7 Provinsi 33 Perda/Kepgub

8 Kabupaten 398 Perda/Kepbup

9 Kota 93 Perda/Kepwalkot

JUMLAH 687

(15)

3 alih media atau penciptaan dokumen baru yang mengakibatkan sulitnya menemukan kembali informasi hukum tersebut sehingga dapat dibayangkan betapa sulitnya akses di masa yang akan datang dalam mencari dan menemukan kembali dokumen hukum (Priyono, 2008). Perkembangan media yang pesat menuju ke era digital telah menciptakan masalah tersendiri dalam menangani pengumpulan, pelestarian dan pengarsipan dokumen pemerintah di semua tingkat pemerintahan. Perkembangan tersebut adalah kenyataan, dan akan terus memaksa pemerintah untuk memecahkan masalah seperti distribusi dan pengarsipan. Masalah baru muncul ketika lembaga-lembaga membuat dan mempublikasikan dokumen digital pada tingkat pusat dan daerah dan menciptakan masalah baru yaitu sulitnya aksesibilitas, pelestarian, dan pengarsipan publikasi lembaga. (Kasianovitz, 2003)

Tahun 2005 Perpustakaan Nasional RI membuat satu halaman web khusus mengenai produk hukum RI di bawah direktori kebijakan pemerintah. Namun saat ini Perpustakaan Nasional RI telah melakukan perubahan sistem repositori layanan otomasi terbitan pemerintah produk hukum, dan menyediakan akses terhadap produk hukum dan perundang-undangan. Sistem tersebut merupakan salah satu layanan e-government yang bertujuan sebagai pelayanan publik Perpustakaan Nasional RI dalam penyediaan informasi hukum. Sistem yang ada saat ini belum maksimal karena tidak tersusun sesuai kategori standar tata perundang-undangan di Indonesia. Hal ini akan menyulitkan pengguna dalam menelusur produk hukum yang dikehendaki. Sistem tersebut kurang fleksibel karena tidak menyajikan informasi yang berkaitan dengan subjek yang dicari pengguna dan sistem tersebut masih berdiri sendiri atau tidak terintegrasi dengan seluruh kementerian dan lembaga serta provinsi di Indonesia yang sudah mempunyai repositori hukum atau mempunyai produk hukum yang diterbitkan di masing-masing instansi.

(16)

4

pemerintah, traktat, keputusan pengadilan atau badan-badan arbritasi, produk hukum suatu negara, keputusan atau ketetapan-ketetapan organ-organ/lembaga internasional (Starke, 2006). Untuk itu sumber terbitan pemerintah dalam produk hukum dan perundang-undangan memerlukan sumber daya yang tersusun dan terintegrasi. Dengan demikian perlu ada satu sistem Informasi dokumen dan produk hukum secara digital yang langsung terlihat dan dapat digunakan secara online.

Perumusan Masalah

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengevaluasi repositori hukum pada lembaga pemerintah dan melakukan perancangan portal e-government dalam bentuk repositori terbitan hukum yang lebih fleksibel dalam pencarian, terintegrasi dengan penyedia terbitan hukum di Indonesia, dan mudah dikelola sebagai implementasi fungsi di Perpustakaan Nasional RI.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah melakukan evaluasi repositori hukum pada lembaga pemerintah di Indonesia dan membuat rancangan portal e-government sistem repositori produk hukum yang lebih terstruktur, terintegrasi, serta fleksibel sebagai implementasi fungsi deposit di Perpustakaan Nasional RI.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah terukurnya kualitas portal web e-government berupa sistem repositori layanan terbitan pemerintah produk hukum dan peraturan perundang-undangan Indonesia serta terancangnya sebuah sistem yang terorganisisasi dan terintegrasi dengan kementerian/lembaga serta pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI sebagai unit kerja pelaksana undang-undang No.4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

5

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Depositori Perpustakaan

Fungsi depositori atau fungsi peyimpanan pada Perpustakaan Nasional RI ditetapkan oleh Undang-undang No.4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam disahkan pada tanggal 9 Agustus 1990. Undang-undang ini dibentuk dalam rangka melestarikan hasil budaya bangsa yang disalurkan melalui karya cetak dan karya rekam. Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun 1991 tentang pelaksanaan undang-undang no.4 tahun 1990 dan PP No. 23 tahun 1999 tentang pelaksanaan serah simpan dan pengelolaan karya rekam film cerita atau film dokumenter untuk menunjang undang-undang ini.

Tujuan diterbitkannya Undang-Undang nomor 4 tahun 1990 seperti terlihat dalam pasal 5 adalah mewujudkan koleksi nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan bangsa. Sesuai dengan penjabarkan pada Undang-undang No. 4 Tahun 1990 pelaksanaan serah simpan karya cetak dan karya rekam di Indonesia adalah untuk pelestarian koleksi nasional, melengkapi koleksi nasional, sebagai penyedia sarana belajar, penelitian dan informasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan bangsa, sebagai penyedia sarana penyusunan bibliografi nasional dan berbagai bibliografi subyek ilmu pengetahuan.

Dokumen Hukum

Produk hukum merupakan dokumen yang mengandung informasi hukum yang memiliki fitur khusus karena mempunyai tujuan yang berbeda dan kebutuhan intrinsik, biasanya diwakili oleh undang-undang, kasus, doktrin dan interpretasi undang-undang dan kasus (Perugnelli, 2005). Produk hukum terdiri atas beberapa jenis, yang bertujuan untuk mengatur masyarakat dan menyelenggarakan kesejahteraan umum seluruh rakyat. Berdasarkan hal itulah maka pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan negara yang biasanya disebut Peraturan Perundangan. Semua Peraturan Perundangan yang dikeluarkan pemerintah harus berdasarkan dan/atau melaksanakan undang-undang dasar dari negara tersebut. Dengan demikian semua peraturan perundangan Republik Indonesia dikeluarkan harus berdasarkan dan/atau melaksanakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945). Adapun bentuk-bentuk dan tata urutan Peraturan Perundangan pada Republik Indonesia sekarang ini berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yaitu :

1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan MPR;

3. Undang-undang (UU);

4. Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang (PERPU); 5. Peraturan Pemerintah (PP);

6. Peraturan Presiden (Perpres);

(18)

6

Tata urutan (hierarchie) peraturan perundangan tersebut tidak dapat diubah atau dipertukarkan tingkat kedudukannya, oleh karena tata urutan peraturan perundangan disusun berdasarkan tinggi rendahnya badan penyusun peraturan perundangan dan menunjukkan kepada tinggi rendahnya tingkat kedudukan masing masing peraturan negara tersebut (Kemhukham, 2011). Tata urutan peraturan perundangan dimaksudkan, bahwa peraturan perundangan yang lebih rendah tingkat kedudukannya tidak boleh bertentangan isinya dengan peraturan perundangan lain yang lebih tinggi tingkat kedudukannya, misalnya undang-undang tidak boleh bertentangan isinya dengan Ketetapan MPR. Produk hukum saat ini bukan hanya ketetapan di atas namun juga berupa buku tentang hukum dan peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, dokumen pelaksanaan peraturan perundang-undangan, jurnal produk hukum, serta analisis dokumen hukum yang berlaku di indonesia. Terkait penelitian ini terbitan hukum merupakan seluruh dokumen yang mengandung aturan-aturan dan kesepakatan-kesepakan yang dibuat antara negara dengan negara, negara dengan masyarakat serta negara dengan lembaga korporasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam hal ini Indonesia, yang terbit di Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri tentang Indonesia.

E-government dan Perpustakaan 

Terjadinya revolusi digital, terutama dengan keberadaan Internet yang perkembangannya sangat pesat, mengakibatkan suatu pemerintahan harus dapat beradaptasi dengan baik. Pemerintah yang beradaptasi dengan baik dan menerapkan berbagai aspek teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan fungsi- fungsinya disebut pemerintah yang berbasis elektronik (electronic-government, e- government). E-government adalah sebuah model interaksi pemerintah, rakyat, dan lembaga korporasi, yang dalam interaksi satu sama lain menggunakan alat bantu teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa e-government mempunyai banyak fungsi, antara lain fungsi informatif (data kependudukan, data kepemilikan) fungsi transaksional (pembayaran retribusi dan pajak), dan fungsi repositori yang merupakan fungsi penyimpanan data yang lebih pada aspek preservasi dan kurasi data.

Model e-government yang diterapkan di negara-negara luar menggunakan model empat tahapan perkembangan e-government dalam perencanaan jangka panjang. Perkembangan e-government di Indonesia, tahapan e-government digambarkan dalam empat tahapan yaitu:

1. Fase pertama, fase penampilan website (web presence) yaitu, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam website pemerintah. 2. Fase kedua, interaksi yaitu informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,

seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website pemerintah.

3. Fase ketiga, transaksi yaitu, Aplikasi/formulir untuk transaksi bagi masyarakat untuk melakukan transaksi secara online mulai diterapkan. 4. Fase Keempat, fase transformasi yaitu, pelayanan pemerintah meningkat

(19)

7 lain pemerintah ke pemerintah, sektor nonpemerintah, serta sektor swasta (Wiraatmadja, 2006).

Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pembina seluruh jenis perpustakaan telah merumuskan Grand Design Perpustakaan Digital Nasional (2010-2014) yang juga sebagai panduan penerapan e-government bidang perpustakaan

1. Fase pertama, otomasi layanan. Fase ini merupakan fase di mana semua layanan telah terotomasi seperti peminjaman buku, pendaftaran anggota serta layanan lain perpustakaan pada fase ini layanan masih mengharuskan pemustaka datang ke perpustakaan.

2. Fase kedua, interaksi. Fase ini perpustakaan mulai melakukan interaksi melalui dunia maya/web hal ini ditandai dengan penerapan aplikasi berbasis web, seperti WEBPAC (Webbase Public Access catalogue) perpanjangan peminjaman buku dan manajemen anggota melalui web. 3. Fase ketiga, transaksi. Fase ini merupakan fase dimana perpustakaan telah

mampu melakukan transaksi melalui internet seperti peminjaman koleksi tertentu melalui internet contohnya adalah layanan ISBN/KDT Online, layanan e-resources.

4. Fase keempat, Integrasi. Fase ini merupakan di mana perpustakaan telah terintegrasi dengan lembaga sejenis lainnya baik dalam penyediaan informasi koleksi ataupun transfer data lainnya contohnya adalah Katalog Induk Bersama dan sistem repositori yang terintegrasi dengan lembaga lain (Perpusnas, 2009).

Sistem Repositori

Sistem Repositori (SR) dalam konteks e-government merupakan suatu peningkatan dari data/information repository, adalah sumber data yang mengandung interpretasi dari layanan online dalam terminologi data dan informasi (disesuaikan dengan kejadian nyata dan proses pemerintahan yang sesuai), sementara service creation environment (SCE) adalah framework (koleksi dari modul-modul) yang berfungsi sebagai front end dari SR (Wimmer, 2001).

Repositori terdiri atas beberapa komponen. Komponen pertama adalah manajemen pengelolaan baik sistem maupun konten/isi dari sistem repositori. Komponen kedua adalah komponen interoperabilitas yang merupakan komponen komunikasi data sehingga repositori mampu melakukan pertukaran data melalui metadata dan protokol dalam suatu pusat data. Komponen ketiga adalah human computer interaction yang merupakan penghubung antara sistem dengan pengguna (OCLC, 2007). Selain itu repositori juga perlu dilengkapi dengan komponen pendukung yaitu komponen dimensi usability dan komponen dimensi pelayanan yang baik agar repositori mampu memberikan kepuasan dan layanan yang baik bagi pengguna.

Komponen Manajemen repositori

(20)

8

aspek manajemen diseminasi data. Aspek manajemen adminsitrasi sistem idealnya harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

• Penyimpanan data yang terdistribusi dari lokasi tunggal; • Akses kontrol atas pasokan data terpusat;

• Adanya prosedur pemeriksaan dan pengolahan data sesuai dengan kriteria standar;

• Adanya layanan dukungan data sehingga data bisa diolah kembali. • Adanya informasi pengambilan dan penggunaan data.

• Adanya akses feedback pengguna terhadap repositori (De Robbio, 2014)

Komponen manajemen repositori berkaitan erat dengan dengan akses dan kontrol terhadap repositori yang meliputi akses terhadap informasi statistik koleksi, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang telah diunduh, penyediaan link ke informasi terkait hasil pencarian, akses terhadap feedback informasi yang dibutuhkan.

Komponen Interoperabilitas

Interoperabilitas merupakan kerangka kerja (framework) umum terhadap akses informasi dan integrasi di antara repositori digital. Salah satu usaha untuk melakukan interoperabilitas adalah menggunakan standar yang sama, di antaranya adalah pemilihan standar metadata dan protokol. National Research Council USA tentang Government Data Center banyak membahas tentang komponen metadata dan protokol dalam suatu pusat data pemerintahan National Research Council USA memberikan beberapa rekomendasi mengenai metadata dan protokol yang standar untuk interoperabilitas yang salah satu rekomendasinya adalah MARC dan Dublincore (National Research Council, 2003).

Machine Readable Cataloging (MARC) adalah standar untuk komunikasi data katalog di dunia perpustakaan dan informasi. Pada dasarnya, MARC adalah format data (atau lebih tepatnya: sekumpulan format data) yang memungkinkan pertukaran data katalog atau data lainnya yang terkait antarsistem-sistem perpustakaan yang memakai komputer (Pendit 2008).

Dublin Core Metadata Element Set (DCMES) yaitu standar metadata yang sekarang dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Dublin Core merupakan hasil dari lokakarya yang diselenggarakan oleh Online Computer Library Center (OCLC) di kota Dublin, Ohio tahun 1995 yang dibentuk karena dipengaruhi oleh adanya rasa kurang puas dengan standar lama seperti misalnya MARC. MARC dianggap terlampau sulit (hanya dimengerti dan bisa diterapkan oleh pustakawan) dan kurang bisa digunakan untuk web resources. Untuk menangani banjir web resources diperlukan cara dan format yang lebih sederhana (Pendit 2008).

(21)

9 dan atau perangkat yang berbeda dapat saling berhubungan, berkomunikasi dan bertukar informasi satu dengan lainnya dengan menggunakan sebuah aplikasi standar sebagai penghubung (Surachman, 2011).

Uraian tinjauan teori di atas memberikan gambaran mengenai jenis komponen interoperabilitas repositori produk hukum nasional yang diharapkan bisa berada pada level interopreability pada aspek technichal interoperability dengan memilili aspek teknis yang sama yaitu metadata dan protokol serta semantic interoperability yaitu standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu kembali.

Komponen Human Computer Interaction

Human Computer Interaction (HCI) bertujuan mengembangkan hubungan yang baik antara manusia dan mesin serta membantu meningkatkan efisiensi tugas yang melibatkan mereka. Tujuan utama HCI adalah pengembangan kemampuan manusia untuk menggunakan mesin dan merancang dan membangun antarmuka, serta optimalisasi pelaksanaan tugas oleh manusia dan mesin guna komunikasi yang lebih baik antara manusia dan mesin (Junianto, 2004).

Dalam repositori HCI lebih banyak berperan sebagai sarana temu kembali informasi. ISO 8777 tentang information and documentation command for interactive text searching mengatur mengenai tampilan dalam prosedur pencarian yang menentukan temu kembali informasi. Standar tersebut harus mencakup penggunaan boolean operator, khususnya dalam pencarian kompleks dan penggunaan indeks, khususnya indeks kosa kata terkendali dalam repositori (ISO Secretariat, 1993). Penggunaan indeks memungkinkan pencarian dokumen yang lebih spesifik dan mampu berfungsi sebagai alat untuk mencari informasi sehingga pengguna bisa langsung menelusur melalui subjek peraturan perundang-undangan, ataupun melalui pembuat peraturan.

Komponen usabilitas repositori

Saat ini desain dari platform layanan repositori yang terbuka menjadi layanan informasi publik yang terbuka luas untuk masyarakat. Platform tersebut harus menyediakan keterbukaan dan interoperabilitas yang berkaitan dengan hubungan antarjaringan yang berbeda, integrasi penyedia konten eksternal dan otoritas publik yang menyediakan layanan serta harus lebih mempertimbangkan keberagaman karakteristik perangkat mobile (Olmstead, 2008).

(22)

10

(23)

11

3.

METODE

Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah repositori hukum pada kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, provinsi dan kabupaten/kota. Sampel diambil berdasarkan pada pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tahun 2013. PeGI melakukan sejumlah evaluasi terhadap penerapan e-government di Indonesia dengan melihat aspek perencanaan, kebijakan, infrastruktur, sumber daya manusia, dan aplikasi. Tahun 2013 diperoleh sebanyak 34 lembaga di tingkat kementerian, LPNK, provinsi, dan kabupaten/kota yang berperingkat baik. Hasil PeGI kemudian disaring kembali dengan melihat lembaga mana yang sudah mempunyai repositori terbitan hukum sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 dibawah:

Tabel 2. Kondisi existing system repositori hukum No. Lembaga Pemerintah Jumlah

Lembaga

Survei dilaksanakan dengan melibatkan 10 responden dengan latar belakang praktisi perpustakaan hukum, praktisi komputer dan masyarakat umum. Setiap responden diminta penilaiannya terhadap sampel penelitian melalui kuesioner yang telah disediakan sebagaimana terdapat dalam lampiran. Perbedaan pada latar belakang responden perlu dilakukan agar penilaian tetap objektif terhadap sampel. Penambahan jumlah penguji lebih dari sepuluh tidak memberikan kontribusi lebih banyak dalam mengevaluasi suatu sistem, bahkan 5 (lima) orang penguji sudah cukup untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem (Nielsen, 2000).

Evaluasi Sistem Repositori Produk hukum

(24)

12

a. Evaluasi komponen manajemen repositori dilakukan melalui informasi statistik, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang telah di unduh apakah langsung bisa digunakan, apakah portal menyediakan tautan ke informasi terkait? dan apakah pengguna bisa melakukan feedback dengan melalukan request informasi yang dibutuhkan?.

b. Evaluasi komponen human computer interaction, dilakukan dengan pengujian human computer interaction melalui sejumlah skenario untuk menilai interface temu kembali informasi. Pada skenario ini responden diberikan sejumlah tugas yaitu melakukan pencarian produk hukum dengan cara merambang melalui pencarian sederhana, pencarian kompleks, indeks, tajuk subjek, dan titik temu lainnya.

c. Evaluasi komponen interoperabilitas dilakukan dengan menguji metadata yang digunakan apakah memungkinkan melakukan interoperabilitas metadata berdasarkan National Research Council USA tentang Government Data Center. Terdapat 2 (dua) tugas, dalam evaluasi ini yaitu mencari metadata terstruktur yaitu MARC21 atau Dublin Core.

d. Evaluasi kualitas dimensi usabilitas repositori hukum melalui penilaian terhadap interface halaman muka, penggunaan simbol, penggunaan warna, penggunaan huruf, kekontrasan background, kecepatan tampilan halaman, alamat web yang mudah diingat.

e. Evaluasi dimensi interaksi layanan repositori terdiri atas penilaian terhadap reputasi website, keamanan website, dan kemudahan feedback. (Khoo,2011)

Pengolahan Data

Data diolah dalam bentuk sebaran frekuensi sebaran ketersediaan komponen repositori dalam bentuk persentase dan sebaran rata-rata pada dimensi usabilitas dan dimensi layanan. Setelah data diinterpretasi maka dilakukan analisis kebutuhan sistem melalui perbandingan antara sistem yang saat ini berjalan dengan sistem yang akan dirancang.

Pengembangan Sistem

(25)

13

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sistem Repositori 

Tujuan dari investigasi sistem adalah melihat kualitas portal repositori hukum dengan menggali sebanyak informasi pada portal repositori hukum lembaga negara. Investigasi sistem dibagi atas (3) tiga bagian. Bagian pertama adalah hasil analisis karakteristik responden, bagian kedua adalah penilaian atas komponen repositori digital, dan bagian ketiga adalah perancangan sistem repositori hukum.

Analisa Bagian I : Karakteristik Responden

Bagian pertama kuesioner penelitian ini adalah data mengenai responden yang berpartisipasi dalam penilaian repositori hukum kementerian/lembaga, provinsi, kabupaten/kota. Berikut ini adalah tabel yang berisi karakteristik responden yang dihimpun dari kuesioner yang diisi oleh para responden yang mengikuti penelitian ini.

Tabel 3. Karakteristik 10 Responden

No. Profil Uraian Jumlah

1. Jenis Kelamin Laki-Laki

Perempuan

5 Orang 5 Orang

2. Pekerjaan Praktisi Hukum

Praktisi IT

5. Gadget yang digunakan Laptop-smartphone

(26)

14

8. Asal pengetahuan mengenai situs kementerian/ lembaga/ provinsi/Kabupaten/Kota mengakses repositori produk hukum kementerian/ lembaga/

10. Terakhir mengakses situs pemerintahan

Analisa Bagian II: Penilaian Atas Komponen Repositori Digital.

Bagian kedua kuesioner penelitian ini adalah data mengenai penilaian responden terhadap komponen repositori hukum pada lembaga pemerintah dengan hasil sebagai berikut:

a. Pengujian Komponen Manajemen Repositori.

Pengujian komponen manajemen repositori berkaitan erat dengan dengan akses dan kontrol terhadap repositori yang meliputi akses terhadap informasi statistik koleksi, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang telah diunduh, penyediaan tautan ke informasi terkait hasil pencarian, dan akses terhadap feedback informasi yang dibutuhkan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Pengujian statistik koleksi.

(27)

15 Haltersebut menunjukkan bahwa fitur ini masih belum banyak digunakan oleh repositori hukum pemerintah.

Tabel 4. Ketersediaan statistik koleksi

Statistik web merupakan suatu fitur yang mungkin tidak wajib ada dalam sebuah web/repositori namun kehadirannya berguna sekali untuk mengetahui seberapa popular sebuah website, seberapa banyak orang yang berkunjung setiap bulan, dan berapa bandwidth yang dibutuhkan. Statistik dalam repositori merupakan bagian dari e-government, adalah bukti laporan mengenai akuntabilitas dan kinerja sebuah lembaga dalam penyebaran informasi yang dihasilkan oleh suatu institusi (De Robbio, 2014).

• Pengujian pengunduhan informasi.

Pada bagian ini responden diminta untuk melihat apakah informasi yang di dapat dari repositori produk hukum bisa diunduh dan bisa langsung digunakan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Ketersediaan fitur pengunduhan file Lembaga

Pada tabel 5 diperlihatkan sebanyak rata-rata 96% lembaga mulai dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kementerian di pusat mempunyai fitur pengunduhan dokumen langsung. Hal ini berarti bahwa semua produk hukum yang ada di indonesia bisa langsung diunduh dan digunakan oleh pengguna dan berarti fitur ini sudah sangat baik dan telah maksimal digunakan.

(28)

16

publikasi serta pemutakhiran. Hal yang penting pada manajemen konten adalah memastikan bahwa semua informasi yang diterbitkan di repositori dapat diakses di lain waktu dan dapat digunakan sehingga mampu untuk digunakan kapan saja dan dimana saja serta mampu untuk dikonversi ke dalam format apa pun (Lankhorst, 2009).

• Pengujian hyperlink yang terkait terhadap isi informasi

Skenario ini dilakukan guna melihat apakah sistem repositori produk hukum di lembaga pemerintah bisa memberikan pertimbangan informasi lain tentang produk hukum yang terkait melalui hyperlink atau tautan menuju informasi lainnya, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 6.

Tabel 6. Ketersediaan hyperlink ke informasi lain Lembaga

Tabel 6 di atas memperlihatkan sebaran frekwensi ketersediaan fitur hyperlink atau tautan ke informasi terkait pada lembaga di kabupaten tidak terlihat yaitu 0 %. Hal yang sama juga terjadi di level provinsi yaitu 0%. Sementara penggunaan fitur ini di lembaga pemerintah non kementerian hanya 12 % dan pada level kementerian di tingkat pusat 18%, namun dari segi rata-rata hanya 10% lembaga pemerintah yang menyediakan fitur hyperlink ke informasi terkait. Ketidaktersediaan fitur hyperlink ini mengakibatkan penelusran informasi mengenai produk hukum masih belum bisa dilakukan secara maksimal.

Penelusuran informasi merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang melibatkan banyak sekali pertimbangan serta pemikiran apakah informasi yang ditemukan telah sesuai atau tidak. Untuk itu repositori yang baik perlu menyediakan suatu tautan kepada para pengguna sistem untuk memberikan pilihan informasi. Penyediaan hyperlink mampu meningkatkan temu kembali informasi dengan menggabungkan informasi dari berbagai sumber berdasarkan struktur hierarki informasi (Lankhorst,2009)

• Pengujian customer service management (CRM)

(29)

17 terlihat pada lembaga di kabupaten sebanyak 75 % dan pada level provinsi fitur ini telah tersedia sebanyak 100%. Sementara penggunaan fitur ini di lembaga pemerintah non-kementerian sebesar 60 % dan pada level kementerian di tingkat pusat 53 %.

Tabel 7. Ketersediaan fitur customer relationship management Lembaga

Pemerintah

Jumlah Sampel

Request Info

Tersedia (%) Tidak Tersedia (%)

Kementerian 12 53 47 merupakan sarana untuk pengambilan data dari pengguna yang berbentuk formulir isian yang disebut formulir. Formulir isian merupakan sarana untuk melihat kebutuhan pengguna akan informasi produk hukum yang dibutuhkan atau juga merupakan sarana untuk mengumpulkan kritik dan saran dari pengguna untuk meningkatkan layanan repositori produk hukum (Mohammad et al., 2004).

b. Pengujian Komponen Interoperabilitas

Skenario ini responden diberikan 2 (dua) tugas yaitu mencari metadata produk hukum serta mengidentifikasi apakah metadata tersebut telah sesuai dengan standar MARC21 atau Dublin Core. Hasil uji skenario interoperabilitas adalah sebagai berikut:

• Ketersediaan metadata pada repositori

Pada skenario ini responden diminta untuk melihat apakah repositori hukum tersebut terdapat metadata yang cukup baik sehingga mampu memberikan informasi yang cukup tentang produk hukum yang digunakan pengguna. Tabel 8 menunjukkan ketersediaan metadata pada setiap repostori terbitan hukum di lembaga pemerintah hanya sebanyak 31% memberikan metadata pada repositori terbitan hukum mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna repositori masih merasa bahwa metadata yang digunakan masih belum maksimal dalam memberikan informasi yang cukup mengenai produk hukum.

(30)

18

Metadata merupakan unsur penting sebuah interoperabilitas karena terkait dengan jaringan repositori institusi di Indonesia. Metadata merupakan salah satu aspek teknis yang harus dipenuhi selain aspek sosial sehingga apabila tidak terpenuhi akan masih menjadi masalah bagi keberlangsungan dan pengembangan jaringan repositori institusi (Wibowo, 2011)

• Penggunaan metadata standar pada repositori hukum

Pada skenario ini responden diminta untuk mengidentifikasi apakah metada data yang digunakan telah sesuai standar rekomendasi National Research Council yaitu Dublin Core dan MARC sehingga mampu untuk melakukan interoperabilitas antar sesama produk hukum, sebagaimana dijelaskan pada tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan metadata terstruktur Lembaga

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa repositori terbitan hukum masih belum menggunakan metadata terstruktur. Hal ini menunjukkan bahwa metadata yang digunakan masih jauh dari standar karena yang menggunakan metadata standar hanya sebanyak 10 % dengan menggunakan Dublin Core, namun sebanyak 90 % menggunakan metadata yang tidak standar. Hal ini karena metadata yang digunakan oleh lembaga saat ini adalah standar metadata berdasarkan Peraturan Menkumham No.2 Tahun 2013 tentang Standardisasi Pengelolaan Dokumen Hukum yang mengadopsi pengkatalogan kartu berdasarkan Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR 2) yang disusun pada tahun 1998. Standar metadata Peraturan Menkumham No.2 Tahun 2013 bisa dipakai namun akan menyulitkan terjadi pertukaran data dalam taraf internasional sehingga produk hukum indonesia akan sulit dicari di luar negeri.

Saat ini pengatalogan berdasarkan AACR2 sudah mulai banyak ditinggalkan dan IFLA (international federation of Library Association and Institution) telah mengeluarkan suatu standar dalam penggunaan metadata standar yaitu penggunaan MARC 21 yang diperkuat dengan ISO 2907 yang menyatakan bahwa MARC 21 merupakan metadata bibliografis yang cocok digunakan sebagai metadata dalam repositori institusi.

c. Hasil Uji Human Computer Interaction.

(31)

19 • Pengujian pencarian informasi melalui merambang (browsing) repositori

Responden pada pengujian ini diminta untuk menyelesaikan tugas mencari produk hukum pada kementerian, lembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sebagai contoh pada Kementerian Keuangan RI, responden diminta untuk mencari UU tentang APBN tahun 2013. Sementara pada provinsi dan kabupaten/kota responden di minta untuk mencari peraturan daerah tentang ketertiban umum yang ada di setiap daerah. Tabel 10 menunjukkan bahwa responden pada pengujian mencari informasi melalui perambangan repositori berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan, dengan skor rata-rata sebesar 91% yang berarti bahwa hampir semua lembaga pemerintah sudah menyediakan tampilan muka untuk melakukan pencarian melalui metode perambangan walaupun masih membutuhkan waktu yang lama.

Tabel 10. Hasil uji skenario melalui merambang informasi Lembaga Pemerintah

Jumlah Sampel

Browsing (%) Tersedia Tidak Tersedia

Kementerian 12 91 9

LPNK 10 90 10

Provinsi 4 100 0

Kabupaten/Kota 8 86 14

Jumlah/Rata-rata 34 91 9

• Ketersediaan fitur pencarian sederhana (simple search)

Metode yang sama juga digunakan pada skenario mencari informasi produk hukum melalui pencarian sederhana, yaitu responden diminta untuk mencari produk hukum pada kementerian dan lembaga non pemerintah sesuai dengan tugas pokok fungsi dari lembaga tersebut dan pada level provinsi dan kabupaten kota responden diminta memasukkan kata kunci “perda ketertiban umum” dan melakukan pencarian melalui alat pencarian yang ada pada repositori hukum lembaga di tingkat kementerian dan lembaga serta provinsi, kabupaten/kota.

(32)

20

Tabel 11 Ketersediaan fitur pencarian sederhana Lembaga Pemerintah

• Pengujian mencari informasi melalui pencarian kompleks (Advance Search). Metode yang sama juga digunakan pada skenario mencari informasi produk hukum melalui pencarian kompleks dimana responden diminta untuk mencari produk hukum pada kementerian dan lembaga nonkementerian yang sesuai dengan tugas pokok fungsi dari lembaga tersebut, dan pada level provinsi dan kabupaten kota responden diminta memasukkan kata kunci “perda ketertiban umum” melakukan pencarian melalui alat pencarian kompleks yang ada pada repositori hukum lembaga di tingkat kementerian dan lembaga serta provinsi, kabupaten/kota namun dengan mempersempit produk hukum melalui jenis produk hukum dimana pada kementerian lembaga di batasi pada Undang-undang yang terbit pada tahun 2013 sementara di lingkup provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana ditunjukkan pada tabel 12.

Tabel 12 Ketersediaan fitur advance search. Lembaga Pemerintah Jumlah

Sampel

Tabel 12 di atas memperlihatkan bahawa tingkat ketersediaan fasilitas alat pencarian kompleks pada repositori hukum di lembaga pemerintah hanya sebesar sebesar 38 %. Jumlah lembaga yang tidak menyediakan fasilitas pencarian kompleks LPNK dan kabupaten/kota. Hal ini terjadi pada LPNK karena produk hukum yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga bisa dimaklumi namun seharusnya hal ini tidak terjadi pada suatu kabupaten/kota karena sebuah kabupaten/kota mempunyai banyak turunan peraturan-peraturan yang harus disebar luaskan ke masyarakat.

• Hasil uji skenario mencari informasi melalui kosa kata terkendali

(33)

21 nonkementerian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sebagai contoh pada Perpustakaan Nasional RI responden diminta untuk mencari subjek hukum mengenai perpustakaan, sementara pada provinsi dan kabupaten/kota responden diminta untuk mencari subjek tentang ketertiban umum yang ada di setiap daerah, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 13.

Tabel 13. Ketersediaan kosa kata terkendali Lembaga Pemerintah

Tabel 13 menunjukkan pencarian informasi melalui kosa kata terkendali pada sebanyak 96 % repositori pemerintah tidak menyediakan fitur ini. Fitur kosa kata terkendali menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting karena dalam sejarahnya hukum di indonesia banyak mengambil dari Belanda yang mengakibatkan banyak sekali istilah-istilah asing yang menyulitkan pengguna dalam mencari informasi. Selain bahasa asing banyak lembaga di Indonesia yang berubah karena kebijakan pemerintah. Hal ini akan menyulitkan pengguna mencari melalui subjek-subjek hukum karena subjek hukum tersebut bisa digunakan sebagai kosakata terkendali merupakan unsur yang sangat penting bagi subjek-subjek khusus karena kata atau istilah yang digunakan dipakai untuk mewakili suatu informasi sehingga dapat mudah ditemukan kembali (Hasugian, 2006).

d. Evaluasi kualitas dimensi usabilitas repositori hukum

Penilaian terhadap aspek kualitas situs web juga dilakukan terhadap repositori hukum lembaga. Survei menggunakan metode (Questionnaire Of User Interface Satisfaction). Pengujian dilakukan terhadap 2 komponen yaitu komponen usabilitas website dan interaksi pelayanan website. Pada komponen usabilitas terdapat terdiri atas tujuh pertanyaan mengenai tingkat usabilitas portal tersebut yang terdiri atas penilaian atas interface/tampilan awal, simbol dapat dengan mudah dikenali, desain warna web yang nyaman dilihat, jenis dan ukuran huruf mudah untuk dibaca, warna background situs kontras dengan warna huruf, antar halaman cepat ditampilkan, apakah alamat situs mudah untuk diingat pengguna berikut hasil uji usabilitas pada repositori terbitan hukum di indonesia.

• Uji usabilitas pada interface dan penggunaan simbol pada repositori terbitan hukum.

(34)

gambar-22

gambar pada repositori terbitan hukum apakah mudah dikenali dan difahami sebagaimana ditunjukkan pada tabel 14.

Tabel 14. Tingkat kepuasann terhadap interface dan penggunaan simbol Lembaga

Ket : 5 sangat puas, 4 puas, 3 cukup puas, 2 tidak puas, 1 sangat tidak puas Tabel 14 memperlihatkan bahwa interface muka tampilan repositori terbitan hukum terlihat bahwa rata-rata pengguna sistem menyatakan bahwa interface yang digunakan pada repositori terbitan hukum lembaga pemerintah memperoleh hasil cukup puas. Demikian pula pada pengujian penggunaan simbol pun responden memberikan nilai 3 atau cukup puas. Namun saat ini banyak repositori terbitan hukum pemerintah yang tidak menggunakan simbol kelembagaan sehingga sulit dikenali. Untuk itu repositori harus membuat fungsi area layar yang didedikasikan untuk membimbing pengguna melalui tampilan dan umpan balik visual yang baik. Pendekatan tersebut dapat membantu pengguna untuk mengetahui informasi dengan mengantisipasi kesulitan karena ruang berkurang dari layar perangkat mobile (Olmstead, 2008). • Pengujian usabilitas warna dan huruf.

Pengujian usabilitas pada warna dan huruf bertujuan untuk melihat sejauhmana penggunaan komposisi pewarnaan pada laman repositori dan penggunaan huruf seperti apakah huruf tersebut mudah dibaca baik dari segi jenis dan ukuran, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 15.

Tabel 15 Kepuasan penggunaan warna dan huruf Lembaga

(35)

23 huruf hanya bernilai 3 atau cukup puas. Warna pada beberapa lembaga pemerintah yang hanya menampilkan warna yang seadanya dengan didominasi rata-rata warna putih tanpa menggunakan kombinasi warna lain membuat estetika dan komposisi yang kurang baik. Repositori perlu untuk membuat komponen pewarnaan grafis yang baik sehingga mampu memahami kebutuhan pengguna (Hone, 2001)

Semenara itu penggunaan huruf pada lembaga pemerintah didominasi oleh huruf arial dan times new roman. Selain itu banyak lembaga yang tidak menyediakan navigasi untuk melakukan perubahan pembesaran atau pengecilan huruf. Fitur pembesaran dan pengecilan huruf sebenarnya bisa dilakukan melalui browser namun fitur ini banyak tidak diketahui oleh pengguna sehingga jauh lebih baik repositori menyediakan signage atau simbol untuk membesarkan dan mengecilkan huruf sehingga bisa fleksibel dalam menampilkan terbitan hukum.

• Pengujian usabilitas backround, kecepatan tampilan halaman dan alamat web. Pengujian usabilitas backround, kecepatan tampilan halaman serta penggunaan alamat web pada repositori terbitan hukum bertujuan untuk melihat sejauh mana penggunaan kekontrasan pada laman repositori, kecepatan loading serta penggunaan alamat URL repositori apakah diingat atau tidak?, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 16.

Tabel 16 Kepuasan terhadap background, kecepatan loading dan alamat web. Lembaga

Ket : 5 sangat puas, 4 puas, 3 cukup puas, 2 tidak puas, 1 sangat tidak puas Tabel 16 menunjukkan bahwa benilaian rata-rata responden yang puas terhadap kekontrasan latar belakang dan kecepatan tampilan halaman hanya 2.9 atau kurang puas. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah penggunaan alamat web pada repositori terbitan hukum repositori hukum khususnya pada kabupaten/kota yang hanya memperoleh tingkat kepuasan 2,7 yaitu kurang puas. Hal ini dikarenakan alamat web yang digunakan sangat panjang dan sulit untuk dihafal sehingga menyulitkan pengguna untuk langsung mengakses ke dalam halaman yang dituju.

(36)

24

memikirkan mengenai flatform alat yang digunakan untuk menelusur karena saat ini penyedia repositori berurusan dengan heterogenitas penggunadan sistem, untuk itu perlu adanya mekanisme adaptasi penyajian informasi untuk pengguna (Olmstead, 2008).

e. Dimensi interaksi pelayanan repositori.

Komponen kedua yaitu komponen interaksi pelayanan yang terdiri atas tiga pertanyaan seputar dimensi pelayanan suatu portal repositori, yaitu apakah situs memiliki ketepatan informasi yang baik, apakah situs memberikan kenyamanan dalam berinteraksi, dan aspek ketiga adalah apakah situs memberikan kemudahan dalam memberikan masukan/saran/kritik (tersedia kontak telepon/ buku tamu/ alamat email), sebagaimana ditunjukkan pada tabel 17.

Tabel 17. Evaluasi Dimensi Interaksi Layanan Lembaga

Ket : 5 sangat puas, 4 puas, 3 cukup puas, 2 tidak puas, 1 sangat tidak puas Berdasarkan data tabel 17 di atas terlihat bahwa tingkat kepuasan responden terhadap kualitas informasi repositori hukum di Indonesia hanya bernilai 3 yang berarti cukup puas, hal ini diperkuat oleh kualitas pencarian informasi pada repositori terbitan hukum di Indonesia yang masih tercampur antara terbitan hukum lembaga dengan informasi lain sehingga hasil pencarian informasi banyak yang tidak relevan. Untuk menanggulangi masalah ini repositori produk hukum di lembaga pemerintah perlu memisahkan diri dari website lembaga. Hal ini perlu agar informasi yang didapatkan bisa lebih relevan di kemudian hari.

(37)

25 mudah dimasukkan dengan memberikan pelayanan dengan informasi yang diperlukan (Olmstead, 2008).

Pengujian dimensi layanan pada ketepatan informasi adalah menguji sejauhmana kemudahan feedback oleh repositori hukum pada lembaga pemerintah dengan melakukan sejumlah simulasi berupa mengirimkan permintaan terbitan hukum tertentu kepada lembaga pemerintah. Berdasarkan hasil dari pengujian dimensi layanan repositori terlihat bahwa tingkat kepuasan responden terhadap kemudahan feedback repositori hukum di Indonesia hanya berkisar 2.7 yang berarti responden kurang puas dengan kenyamanan repositori terbitan hukum di Indonesia.

Berdasarkan evaluasi komponen-komponen repositori hukum tersebut, lembaga pemerintah perlu segera melakukan pembenahan sistem pada bidang pelayanan informasi dengan mengacu pada arsitektur sistem orientasi layanan atau SOA (Service Orientation Architecture) yang merupakan sebuah konsep yang luas dengan implikasi pada lebih dari sekedar teknis dan perspektif organisasi tetapi mengacu pada perubahan mendasar pada level manajemen dan kontrol departemen TI sendiri, melainkan jauh lebih kecil misalnya pada entitas atau layanan bisnis (Olmstead, 2008).

Perancangan Sistem Repositori Produk hukum  

Perancangan portal repositori produk hukum nasional dilakukan berdasarkan hasil investigasi sistem yang dilakukan terhadap 34 portal repositori di kementerian, lembaga pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Berdasarkan hasil investigasi sistem yang telah berjalan, maka terlihat bahwa sistem yang saat ini berjalan belum berjalan baik dan perlu adanya suatu sistem yang lebih efisien dan efektif untuk menyempurnakan sistem yang berjalan.

Syarat mutlak dari perspektif teknis adalah interkoneksi antarbadan pemerintahan dan sistem-sistemnya yang dapat saling bekerja sama (interoperable) dan tersedia jaringan internet setiap saat serta kemampuan masyarakat yang sudah memadai untuk menggunakan berbagai jalur atau saluran akses (e-literacy). Berdasarkan analisis di lapangan, diperlukan pengembangan sistem untuk memperbaiki sistem yang lama. Adapun pertimbangan perlunya pengembangan sistem adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Perbandingan antara sistem lama dan sistem baru yang akan diusulkan

No. Komponen Sistem Saat ini Rekomendasi untuk

Sistem Baru

1. Manajemen Repositori

Manajemen repositori tidak efisien dikarenakan tidak adanya pembagian jelas antar-stakeholeder dalam penyebaran informasi hukum.

R1: Pembenahan

(38)

26

2. Interoperabilitas Belum mengadopsi metadata terstruktur sehingga data tidak bisa dipertukarkan untuk kemutakhiran informasi di bidang terbitan hukum nasional.

R2: Mengadopsi metadata terstruktur serta perangkat protokoler dan pengubah metadata sehingga data otomatis di-harverst

Kaku dalam pencarian informasi terbitan hukum, hanya mengandalkan

metode merambang

informasi satu persatu dan pencarian dengan simple search

R3: Melakukan

pembenahan HCI melalui mendesain ulang tata cara kata terkendali dalam produk hukum terhadap repositori belum baik karena sistem yang dibangun tidak mudah digunakan pada dimensi usabilitas dan interaksi layanan.

R4: Memperbaiki layanan

feedback dengan user interface dengan tampilan yang sederhana dan user friendly.

Sistem yang baru akan mengandalkan aksesibilitas dalam mencari informasi produk hukum yang banyak tersebar dalam berbagai jenis serta subjek yang berbeda. Selain itu hal yang sangat penting adalah pengintegrasian data sehingga terjadinya tumpang tindih data dapat dihindari. Sistem yang baru ini berupa sistem basisdata yang akan dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan.

(39)

27 Tabel 19. Kebutuhan Fungsi Sistem

Kebutuhan Fungsi Deskripsi

R1 : Fungsi Manajerial repositori

• Fungsi manajerial dan keamanan repositori

• Menambah dan mengubah akun • Menampilkan data statistik • Fungsi editing metadata

R2 : Fungsi Interoperabilitas • Pemanenan metadata Tukar menukar data

R3/R5 : Fungsi Human Computer interface

• Pencarian produk hukum melalui pencarian sederhana, pencarian kompleks serta indeks kosa kata terkendali.

• Menampilkan hasil pencarian sesuai dengan jenis produk hukum • Menampilkan data yang

• Memberikan kritik dan saran terhadap layanan

• Layanan referensi produk hukum Selain itu terdapat fungsi tersebut, portal repositori produk hukum nasional juga didukung oleh fungsi lain (non-functional requirement). Fungsi tersebut merupakan fungsi diluar fungsi utama yang akan mempermudah mendapatkan informasi mengenai terbitan hukum antara lain, fungsi ketersediaan informasi, interaksi dan layanan tanpa harus terikat pada proses antrian, waktu kerja, dan jarak. Konsep portal repositori hukum yang ideal memang mensyaratkan tersedianya infrastruktur portal yang ideal dan bersifat terbuka kepada masyarakat.

Model logis kerangka bisnis dan arsitektur portal repositori produk hukum nasional.

(40)

28

 

Perpustakaan Nasional RI (ADMINISTRATOR)

REPOSITORI  HUKUM  INDONESIA

Repositori Hukum  Kementerian, Lembaga, Propinsi,  Kabupaten/Kota (KONTRIBUTOR)  Pengguna

Pada gambar 1 memperlihatkan hubungan atau diagram konteks peran dan fungsi para stakeholder repositori produk hukum nasional. Gambaran stakeholder sistem portal dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar. Stakeholder pertama adalah Perpustakaan Nasional RI yang berperan sebagai administrator sistem dalam hal ini Direktorat Deposit Bahan Pustaka sebagai pelaksana fungsi repositori perpustakaan di Indonesia. Sementara itu Kementerian, Lembaga Nonkementerian dan komisi-komisi juga lembaga di tingkat provinsi atau daerah serta kabupaten/kota di seluruh Indonesia berperan sebagai kontributor yang bertugas sebagai kontributor produk hukum. Bagian ketiga adalah pengguna sistem yang terdiri dari masyarakat atau komunitas bisnis dan sejenisnya, termasuk juga pegawai pemerintahan sendiri yang menggunakan repositori tersebut untuk mencari informasi produk hukum yang disediakan oleh kontributor. Analisa terhadap stakeholder yang terlibat menghasilkan tiga entitas yang terlibat dalam proses bisnis repositori yaitu pengguna sistem, koordinator sistem, dan kontributor sistem. Ketiga entitas tersebut digambarkan melalui proses bisnis sebagai berikut

(41)

29

Bagan alur bisnis diagram terdiri atas tiga komponen yaitu komponen pengguna yang berada pada area human computer interaction yang berbentuk OPAC (Online Public Access catalogue) koleksi produk hukum nasional, yang kedua adalah koordinator yang berada pada area manajemen repositori bertugas untuk melakukan manajemen data koleksi terbitan hukum nasional, sal;ah satunya adalah melakukan proses pemanenan metadata dan mengkonversi metadata dari bentuk XML ke MARC setelah itu kontributor melakukan penyuntingan metadata guna ditampilkan di dalam OPAC. Setelah itu data yang diakses akan dicatat dalam data statistik koleksi, bagian terakhir dalam proses alur bisnis adalah kontributor yang berada pada aera interoperabilitas, yaitu data koleksi terbitan hukum dari kontributor yang terdiri atas lembaga pemerintah seperti kementerian, lembaga negara, pemerintah provinsi dan kabupaten kota membuka akses database repositori produk hukum mereka agar bisa di-harvest oleh koordinator dalam hal ini Perpustakaan Nasional RI.

Konsep model-model logis berupa arsitektur sistem portal repositori hukum nasional menggunakan model arsitektur objek digital yang memungkinkan agregasi terdistribusikan, unsur-unsur heterogen atau aliran data untuk membuat

Gambar 2. Proses Bisnis Repositori Hukum

(42)

30

objek multimedia yang kompleks. Artistektur jaringan ini merupakan skema yang memungkinkan objek digital dapat diakses melalui satu atau lebih komunitas, sehingga tugas/fungsi utama portal repositori produk hukum yaitu melakukan pengumpulan informasi melalui metode pemanenan metadata dan penyediaan (akses) informasi produk hukum nasional bisa berjalan dengan baik. Desain arsitektur repositori produk hukum disesuaikan dengan desain arsitektur e-government dalam bidang layanan publik, namun disesuaikan dengan layanan rujukan terbitan pemerintah yang lebih terstruktur, lebih fleksibel serta terintegrasi dengan penyedia produk hukum di Indonesia.

Gambar 3.Arsitektur sistem repositori hukum

Terdapat tiga bagian dalam arsitektur repositori produk hukum nasional. Bagian pertama adalah public area yan terdiri atas Front End Area dan area DBMS Repository. Bagian kedua adalah Middle End Area yang berisi aplikasi pemanen metadata MARC XML dan pengubah metadata. Untuk bagian terakhir adalah bagian back end area merupakan area interoperabilitas yang berisi protokol-protokol pertukaran metadata repositori hukum.

1. Front end area sistem repositori hukum ( Human Computer Interface)

(43)

31 pencari sehingga pemustaka bisa langsung memasukkan kata kunci yang diinginkan melalui pencarian sederhana.

Penggunaan bolean operator diimplementasikan melalui formulir pencarian tingkat lanjut atau kompleks melalui pendekatan lembaga penerbit, jenis terbitan hukum, tahun terbit dan subjek terbitan hukum yang akan dicari oleh pengguna dan jika sistem tidak menemukan maka pengguna bisa mengusulkan kepada kontributor dan adminsitrator agar koleksi tersebut diadakan.

Gambar

Tabel 2. Kondisi existing system repositori hukum
Tabel 3. Karakteristik 10 Responden
Tabel 5. Ketersediaan fitur pengunduhan file
Tabel 7. Ketersediaan fitur customer relationship management
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan

Variabel yang dianalis adalah variabel yang bersifat kategorik. Variabel yang dianalis dalam penelitian ini yaitu umur responden... Oktavia Bryan Trianita , Wiwin Renny Rahmawati ,

Oleh karena itu sangat baik jika menanam sahang pada daerah yang lebih tinggi dari lahan sawah.. Tetapi tanaman sa- hang tidak menyukai

Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun gin- seng jawa dengan DPPH menggunakan beberapa pelarut dapat dilihat pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol

Pada tahun ini clandestine laboratory yang terjadi bukan lagi yang berskala besar, melainkan skala kecil rumahan, namun yang menarik dari kasus ini adalah bahwa salah

Setelah dilakukan penelitian dapat dinyatakan bahwa hadis tentang jaminan keamanan bagi kafir dhimmi> dalam kitab Sunan al-Nasa'i no indeks 6952 tersebut dapat dinyatakan

Penambahan selulosa dan gliserol, serta suhu blending terbukti mempengaruhi kualitas bioplastik, yang diukur dari kuat tarik, elongasi, daya serap air dan

Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara kelompok terapi jus sirsak dan jus nanas terhadap perubahan kadar asam urat (uric acid) lansia Diharapkan