• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utama"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DAYASAING DAN PERMINTAAN EKSPOR SAYURAN

INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA

RAHMA LINDA KUSUMA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utamaadalah benar karya saya denganbimbingan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

RAHMA LINDA KUSUMA. Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utama. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.

Dayasaing ekspor komoditi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan perekonomian negara. Penelitian ini menganalisis dayasaing ekspor lima sayuran Indonesia yaitu kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabe terhadap lima negara tujuan utama dan dibandingkan dengan negara pesaing dengan melihat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Periode analisis dari tahun 2008 sampai 2012 dengan metodeReleaved Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Gravity Model menggunakan pendekatan regresi panel data melalui E-views 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditi sayuran Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif lebih baik dibandingkan dengan negara pesaingnya, yaitu Belanda dan Cina terhadap dunia. Disisi lain, Indonesia menduduki keunggulan kompetitif terbaik dibandingkan dengan kedua negara pesaingnya.Adapun faktor-faktor yang memengaruhi adalah jarak ekonomi, GDP, nilai tukar, populasi, dan harga ekspordengan hasil yang berbeda pada masing-masing komoditi.

Kata kunci:gravity model, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif

ABSTRACT

RAHMA LINDA KUSUMA. Competitiveness and Export Demand of Indonesia’s Vegetables in MainDestination Countries.Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.

The export commodities competitiveness is one of many indicators used for measuring the economic growth of a country. This research analyzed the export competitiveness of the five Indonesian vegetables, including potatoes, tomatoes, onions, cabbage, and chili which are delivered to five major destination countries and compared with competitor countries by looking at the comparative and competitive advantages as well as the factors that influence it. The period of analysis from 2008 to 2012 using Releaved Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), and the Gravity Model which used the data panel regression approach E-views 6. The result of this study indicates that the Indonesian commodities of vegetables do not have a comparative advantage better than its competitors, namely Netherland and China to the world. On the other hand, Indonesia has the best competitive advantage compared to its competitors. The factors that affect is Economic Distance, GDP, Exchange Rate, Population, and the Price of the Export with different results on each of the commodities.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DAYASAING DAN PERMINTAAN EKSPOR SAYURAN

INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA

RAHMA LINDA KUSUMA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utama

Nama : Rahma Linda Kusuma NRP : H14100109

Menyetujui,

Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P., M.Si. Pembimbing

Mengetahui,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah bidang perdagangan dengan judul Dayasaing dan Permintaan Ekspor Sayuran Indonesia di Negara Tujuan Utama.

Terima kasih penulis ucapkan kepadaProf. Dr. Muhammad Firdaus. S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing, kepada Dr. Tanti Novianti. S.P., M.Si. selaku dosen penguji, danDr. Findi Alexandi. M.E. selaku dosen komdik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, dan Kementerian Perdagangan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, rekan satu bimbingan (Carmin, Amalia, Irga, dan Hani), sahabat-sahabatku serta seluruh civitas akademika Institut Pertanian Bogor atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Juli2014

(9)
(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Hortikultura 8

Sayuran 8

Kentang 9

Tomat 9

Bawang Merah 10

Kubis 10

Cabai 10

Teori Perdagangan Internasional 11

Konsep Daya Saing 12

Teori Aliran Ekspor 12

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 17

Hipotesis Penelitian 18

METODE 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Analisis dan Pengolahan Data 20

Revealed Comparative Advantage (RCA) 20

Export Product Dynamic (EPD) 21

Gravity Model 23

Analisis Panel Data 24

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Perkembangan Sayuran Dunia 28

Perkembangan Sayuran Indonesia 28

Perkembangan Sayuran Indonesia di Dunia 29

Analisis Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif 36 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Sayuran

Indonesia di Negara Tujuan 45

SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 53

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 56

RIWAYAT HIDUP 93

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2008-2012 2 2 Kode Komoditi Hortikultura dalam Harmonized System (HS) 19

3 Matriks Posisi Daya Saing 21

4 Negara Produsen Komoditi Sayuran Terbesar di Dunia Tahun 2012 27 5 Negara Pesaing Komoditi Sayuran Terbesar di Dunia Tahun 2012 28 6 Hasil Estimasi RCA dan EPD Sayuran Indonesia di Pasar Dunia 35 7 Hasil Estimasi RCA dan EPD Sayuran Belanda di Pasar Dunia 36 8 Hasil Estimasi RCA dann EPD Sayuran Cina di Pasar Dunia 36 9 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kentang Indonesia di Negara Tujuan

Utama 37

10 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kentang Belanda 37

11 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kentang Cina 38

12 Hasil Estimasi RCA dan EPD Tomat Indonesia di Negara Tujuan Utama 38

13 Hasil Estimasi RCA dan EPD Tomat Belanda 39

14 Hasil Estimasi RCA dan EPD Tomat Cina 39

15 Hasil Estimasi RCA dan EPD Bawang Merah Indonesia di Negara

Tujuan Utama 40

16 Hasil Estimasi RCA dan EPD Bawang Merah Belanda 40 17 Hasil Estimasi RCA dan EPD Bawang Merah Cina 41 18 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kubis Indonesia di Negara Tujuan Utama 41

19 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kubis Belanda 42

20 Hasil Estimasi RCA dan EPD Kubis Cina 42

21 Hasil Estimasi RCA dan EPD Cabe Indonesia di Negara Tujuan Utama 43

(12)

23 Hasil Estimasi RCA dan EPD Cabe Cina 44 24 Hasil Estimasi Gravity Model dengan Pendekatan Data Panel Kentang

Indonesia di Negara Tujuan 44

25 Hasil Estimasi Gravity Model dengan Pendekatan Data Panel Bawang

Merah Indonesia di Negara Tujuan 46

26 Hasil Estimasi Gravity Model dengan Pendekatan Data Panel Kubis

Indonesia di Negara Tujuan 48

27 Hasil Estimasi Gravity Model dengan Pendekatan Data Panel Cabe

Indonesia di Negara Tujuan 49

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi Komditi Sayuran Indonesia (Juta Ton) Periode 2008-2012 3 2 Nilai dan Volume Ekspor Komoditi Sayuran Indonesia Periode 2008-2012 4 3 Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Indonesia Periode 2008-2012 5 4 Nilai Neraca Perdagangan Sayuran Indonesia Periode 2008-2012 6

5 Kerangka Pemikiran Operasional 17

6 Daya Tarik Pasar da Kekuatan Bisnis pada EPD 22 7 Perkembangan Volume Produksi Sayuran Indonesia (Ton)

Periode 2008-2012 28

8 Perkembangan Total Sayuran Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar

Dunia (1000 USD) Periode 2008-2012) 29

9 Perkembangan Volume Ekspor Kentang Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (Ton) Periode 2008-2012 30

10 Perkembangan Nilai Ekspor Kentang Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012 30

11 Perkembangan Volume Ekspor Tomat Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (Ton) Periode 2008-2012 31

12 Perkembangan Nilai Ekspor Tomat Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012 31

13 Perkembangan Volume Ekspor Bawang Merah Indonesia di Lima Negara

Tujuan Ekspor (Ton) Periode 2008-2012 32

14 Perkembangan Nilai Ekspor Bawang Merah Indonesia di Lima Negara

Tujuan Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012 32

15 Perkembangan Volume Ekspor Kubis Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (Ton) Periode 2008-2012 33

16 Perkembangan Nilai Ekspor Kubis Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012 33

17 Perkembangan Volume Ekspor Cabe Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (Ton) Periode 2008-2012 34

18 Perkembangan Nilai Ekspor Cabe Indonesia di Lima Negara Tujuan

Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012 34

19 Volume Ekspor Rata-Rata Kubis Indonesia, Cina, Belanda di Negara

Tujuan Ekspor (1000 USD) Periode 2008-2012) 49

20 Volume Ekspor Rata-Rata Cabai Indonesia, Cina, Belanda di Negara

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Pengolahan RCA Kentang Indonesia Periode 2008-2012 55 2 Hasil Pengolahan EPD Kentang Indonesia Periode 2008-2012 56 3 Hasil Pengolahan RCA Tomat Indonesia Periode 2008-2012 57 4 Hasil Pengolahan EPD Tomat Indonesia Periode 2008-2012 58 5 Hasil Pengolahan RCA Bawang Merah Indonesia Periode 2008-2012 59 6 Hasil Pengolahan EPD Bawang Merah Indonesia Periode 2008-2012 60 7 Hasil Pengolahan RCA Kubis Indonesia Periode 2008-2012 61 8 Hasil Pengolahan EPD Kubis Indonesia Periode 2008-2012 62 9 Hasil Pengolahan RCA Cabe Indonesia Periode 2008-2012 63 10 Hasil Pengolahan EPD Cabe Indonesia Periode 2008-2012 64 11 Hasil Pengolahan RCA Kentang Belanda Periode 2008-2012 65 12 Hasil Pengolahan EPD Kentang Belanda Periode 2008-2012 66 13 Hasil Pengolahan RCA Kentang Cina Periode 2008-2012 67 14 Hasil Pengolahan EPD Kentang Cina Periode 2008-2012 68 15 Hasil Pengolahan RCA Tomat Belanda Periode 2008-2012 62 16 Hasil Pengolahan EPD Tomat Belanda Periode 2008-2012 63 17 Hasil Pengolahan RCA Tomat Cina Periode 2008-2012 65 18 Hasil Pengolahan EPD Tomat Cina Periode 2008-2012 66 19 Hasil Pengolahan RCA Bawang Merah Belanda Periode 2008-2012 67 20 Hasil Pengolahan EPD Bawang Merah Belanda Periode 2008-2012 68 21 Hasil Pengolahan RCA Bawang Merah Cina Periode 2008-2012 69 22 Hasil Pengolahan EPD Bawang Merah Cina Periode 2008-2012 70 23 Hasil Pengolahan RCA Kubis Belanda Periode 2008-2012 71 24 Hasil Pengolahan EPD Kubis Belanda Periode 2008-2012 72 25 Hasil Pengolahan RCA Kubis Cina Periode 2008-2012 73 26 Hasil Pengolahan EPD Kubis Cina Periode 2008-2012 74 27 Hasil Pengolahan RCA Cabe Belanda Periode 2008-2012 75 28 Hasil Pengolahan EPD Cabe Belanda Periode 2008-2012 76 29 Hasil Pengolahan RCA Cabe Cina Periode 2008-2012 77 30 Hasil Pengolahan EPD Cabe Cina Periode 2008-2012 78

31 Hasil Estimasi Data Panel Kentang Indonesia 79

32 Hasil Uji Normalitas Kentang Indonesia 81

33 Hasil Estimasi Data Panel Bawang Merah Indonesia 81

34 Hasil Uji Normalitas Bawang Merah Indonesia 82

35 Hasil Estimasi Data Panel Kubis Indonesia 82

36 Hasil Uji Normalitas Kubis Indonesia 84

37 Hasil Estimasi Data Panel Cabe Indonesia 84

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang merupakan negara beriklim tropis.Secara umum, negara beriklim tropis memiliki berbagai macam kelebihan seperti tanahnya yang subur, curah hujan yang tinggi, sinar matahari yang cukup, flora fauna yang beranekaragam, serta sumberdaya alam yang melimpah, sehingga berpotensi besar dalam mengembangkan sektor pertanian. Hal tersebut didukung dengan Wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau serta wilayah daratan Indonesia yang membentang seluas 1.922.570 km2 dari ujung Barat hingga ujung Timur.

Selain keadaan Wilayah Indonesia yang mendukung, salah satu faktor lain adalah jumlah penduduk Indonesia karena jumlahnya yang terus meningkat setiap tahun. Hasil sensus BPS pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 juta jiwa yang mengalami kenaikan sebesar 31.376.731 juta jiwa dari tahun 2000 silam.

Penduduk yang banyak mengindikasikan jumlah angkatan kerja yang besar termasuk dalam bidang pertanian, tercermin dari sektor pertanian yang termasuk lapangan pekerjaan utama penduduk Indonesia hingga saat ini. Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional, lapangan pekerjaan utama terbesar didominasi oleh pertanian dengan jumlah 39.959.073 jiwa pada periode Februari 2013. Indeks ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah PDB (Produk Domestik Bruto) atau dikenal juga dengan GDP (Gross Domestic Bruto) yang merupakan total akhir dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam waktu tertentu.

Letak geografis dan luas wilayah serta didukung oleh jumlah tenaga kerja yang dimiliki Indonesia menjadikan pertanian sebagai sektor yang sangat penting bagi perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan penyumbang pendapatan negara.Salah satu sektor yang menyumbang PDB terbesar setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sektor pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2012, sektor pertanian menyumbang 14,44% untuk PDB Indonesia atas dasar harga berlaku dan berdasarakan harga dasar konstan mengalami kenaikan sebesar Rp 12.512,90 milyar dari tahun 2011. Oleh karena itu, sektor pertanian memiliki peran penting terhadap kontribusi PDB Indonesia.

Sektor Pertanian Indonesia memiliki beberapa sub sektor, yaitu hortikultura, kehutanan, perikanan, perkebunan, peternakan, dan tanaman pangan.Hortikultura merupakan salah satu sub sektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medicinal palants), tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias (Dirjen Hortikultura 2013).

(16)

2

pembangunan ekonomi Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB yang terus meningkat hingga tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 1, buah-buahan memberikan kontribusi rata-rata tertinggi dengan persentase lebih dari 50% terhadap seluruh PDB sub sektor hortikultura, tertinggi kedua ditempati oleh komoditi sayuran dengan kontribusinya sebesar 32.37%, dikuti oleh komoditi tanaman hias sebesar 1.52%, dan terakhir komoditi biofarmaka dengan persentase sebesar 1.483%. Selain komoditi buah-buahan yang paling besar berkontribusi dalam menyumbang nilai PDB terhadap negara, sayur-sayuran pun memiliki kontribusi yang cukup besar dan cukup berpotensial untuk dikembangkan karena cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sayuran dapat memberikan banyak manfaat karena memiliki kandungan gizi, vitamin, dan mineral yang baik bagi kesehatan manusia. Berkembangnya pariwisata, perhotelan, dan restoran-restoran cepat saji gaya Korea, Jepang, Amerika, dan sebagainya serta bermunculannya supermarket menyebabkan sayuran tertentu yang dulu belum penting misalnya brokoli, jagung manis, jamur, dan timun jepang itu kini mendapatkan pasaran yang cukup baik. Konsumsi sayuran tidak lagi bergantung pada menu Eropa dan Cina namun dengan berkembangnya sayur asem dan lalapan di restoran dan tempat pesta berdampak pada meningkatnya permintaan akan produk sayuran seperti labu siam dan daun-daunan.

Seiring dengan waktu, banyak berkembang usaha sayuran berpola agribisnis dengan teknologi canggih seperti dengan budidaya hidroponik (misalnya tomat, kangkung, dan bayam) serta pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk perbanyak tanaman (misalnya kentang). Disamping itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, diakukan intensifikasi dan diversifikasi pekarangan, terutama dengan jenis-jenis sayuran yang bernilai gizi tinggi (Zulkarnain 2009).

Sayuran merupakan bagian dari sub sektor hortikultura memiliki berbagai macam jenis dimana terdapat jenis sayuran yang memiliki potensi besar apabila terus dikembangkan karena menyumbang hasil produksi terbesar diantara jenis sayuran lainnya. Berikut akan ditampilkan gambar mengenai produksi sayuran di Indonesia periode 2008-2012.

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku periode 2008-2012 Kelompok

Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rupiah) Kontribusi Rata-Rata

(%) 2008 2009 2010 2011* 2012**

Buah-buahan 47.06 132.01 125.48 148.44 153.69 64.63 Sayuran 28.21 56.82 73.04 72.04 73.78 32.37

Biofarmaka 3.85 3.89 6.17 - - 1.48

Tanaman Hias 5.06 5.49 3.67 - - 1.52

Total PDB 84.20 198.22 208.36 220.48 227.47 100

Sumber: Pusdatin, 2013

(17)

3

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat komoditi sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu pada Gambar 1 menyajikan jenis-jenis sayuran dengan berbagai macam jumlah produksi yang dihasilkan pada setiap komoditi. Kubis, kentang, bawang merah, cabai, dan tomat menempati posisi kelima teratas atas jumlah produksinya.Dapat dilihat kelima komoditi sayuran tersebut harus lebih mendapat perhatian serius dari pemerintah karena memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan bagi petani, kelima komoditi juga berkontribusi pada ekspor Indonesia sebagai penghasil devisa, serta berperan dalam pemenuhan kebutuhan domestik. Data nilai ekspor dan volume ekspor berikut ini menjadi alasan utama kubis, kentang, bawang merah, cabai, dan tomat dipilih.

Indonesia sebagai salah satu negara beriklim tropis merupakan sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.Disamping itu, budidaya sayuran tropis dan subtropis sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia karena keragaman agroklimat dan karakteristik lahan serta sebaran wilayah yang luas. Selain Indonesia, negara-negara lain yang juga menjadi eksportir sayuran di kawasan ASEAN antara lain Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Kemunidan terdapat pula beberapa negara eksportir sayuran lainnya diluar ASEAN seperti Cina, India, Meksiko, dan Belanda.

Saat ini disadari bahwa komoditi hortikultura termasuk sayuran didalamnya memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Sayuran juga merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia.Hhal tersebut menyebabkan sayuran Indonesia diperdagangkan baik dalam pasar domestik maupun dalam pasar internasional.Gambar 2 memaparkan nilai dan volume ekspor sayuran Indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013

Keterangan: * Gabungan antara cabai besar dan cabai rawit

(18)

4

Pada slope y Gambar 2 memperlihatkan bahwa kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai memiliki nilai ekspor dan volume ekspor yang bagus dibandingkan dengan komoditi sayuran lainnya. Walaupun nampak volume ekspor kacang polong tahun 2009 serta nilai kembang kol tahun 2011 menempati posisi lebih besar dibandingkan dengan cabai dan tomat. Hal tersebut tidak sebanding dengan kontribusi cabai dan tomat dengan sedikit perubahan pada setiap tahunnya.Gambar 1 telah menunjukkan bahwa kelima komoditi tersebut merupakan komoditi yang memiliki produksi terbesar. Data nilai ekspor dan volume ekspor sayuran Indonesia pada Gambar 2 memperlihatkan hasil yang sama dengan Gambar 2 bahwa kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai memberikan hasil terbesar atas kontribusinya terhadap nilai ekspor dan volume ekspor.

Salah satu komponen pembentuk PDB dari sisi pengeluaran adalah ekspor, yaitu menjual produk dalam negeri ke negara lain. Kegiatan ekspor akan membawa dampak yang positif bagi perekonomian negara (Mankiw 2003).Dayasaing ekspor komoditi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan perekonomian suatu negara. Sayuran yang menempati posisi terbesar setelah buah-buahan atas sumbangannya terhadap PDB Indonesia seperti yang dipaparkan pada Tabel 1 sebelumnya, sayuran memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomi tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Komoditi sayuran Indonesia tidak hanya diperdagangkan dalam pasar domestik,

Sumber: UN Comtrade 2013

Keterangan: N= Nilai (1 juta USD) dan V= Volume (1000 kg)

Gambar 2 Nilai dan Volume Ekspor Komoditi Sayuran Indonesia Periode 2008-2012

Kubis Bawang merah Kentang Jamur Cabe Tomat Buncis Ketimun Seledri Wortel dan lobak Kacang Polong Kembang kol Bawang Putih Daun Bawang

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

(19)

5 tetapi dijadikan sebagai komoditi ekspor Indonesia pada pasar internasional karena tidak hanya masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi sayuran tetapi masyarakat di dunia pun banyak mengkonsumsinya.Hal itu menyebabkan sayuran menjadi komoditi ekspor Indonesia dalam pasar internasional. Gambar 3 akan memperlihatkan perkembangan volume dan nilai ekspor sayuran Indonesia.

Gambar diatas menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor yang sempat mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 31% dan 23% kini mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 41% untuk volume ekspor serta sebesar 29% untuk nilai ekspor pada tahun 2012. Data pada Gambar 2 merupakan salah satu bukti bahwa sayuran Indonesia berpotensi apabila terus dikembangkan sebagai komoditi ekspor dan merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk terus memproduksi sayuran sehingga memenuhi kebutuhan sayuran internasional.

Perumusan Masalah

Hortikultura merupakan sektor yang patut dikembangkan karena kondisi geografis dan iklim Indonesia yang baik.Peranan hortikultura terhadap perekonomian Indonesia pun cukup besar baik terhadap pertumbuhan PDB maupun terhadap ekspor.Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap pembentukan PDB hortikultura dan ekspor yang cukup besar selain buah-buahan adalah sayuran.Dengan demikian, sayuran Indonesia sangat baik jila dikembangkan tidak hanya di dalam negeri saja tetapi sangat potensial dalam pasar internasional. Kubis, kentang, bawang merah, cabai, dan tomat merupakan komiditi sayuran yang menduduki peringkat lima terbesar di Indonesia. Indonesia sudah berhasil mengekspor komoditas tersebut ke berbagai negara.Era globalisasi perdagangan yang terjadi saat ini membawa beberapa komoditas sayuran Indonesia bersaing dengan negara lainnya dalam persaingan yang ketat.Masing-masing negara menunjukkan produk terbaiknya agar merebut pasar konsumen internasional.Berikut neraca perdagangan sayuran Indoneia periode 2008 sampai 2012.

Sumber: Kementrian Pertanian 2014

Gambar 3 Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Indonesia Periode 2008-2012

0 50000000 100000000 150000000 200000000

(20)

6

Pada Gambar 4 terlihat bahwa peningkatan nilai ekspor sayuran diiringi pula dengan peningkatan nilai impornya.Nilai impor sayuran mencapai empat hingga sepuluh kali lipat dibandingkan nilai ekspornya, sehingga menghasilkan neraca perdagangan yang bernilai negatif selama periode tersebut.Defisit neraca perdagangan ini mengindikasikan bahwa meskipun sayuran Indonesia memiliki peluang ekspor yang baik namun ketergantungan terhadap impor pun masih sangat besar pada setia tahunnya.

Kentang, tomat, bawang merah, kubis, cabai yang memiliki nilai dan volume ekspor tertinggi sayuran di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dometik ataupun ekspor guna mendapatkan tambahan devisa. Pada kenyataannya, komoditi-komoditi unggulan ini belum mampu mengoptimalkan ekspornya sehingga masih diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor komiditi-komoditi sayuran unggulan ini.Tentu ada banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah indikator dayasaing Indonesia di pasar Internasional serta berbagai faktor bisa mendorong ekspor tersebut ke pasar Internasional agar diperoleh kebijakan yang tepat. Kebijakan yang tepat akan menguntungkan semua pihak seperti petani, produsen, kondumen, pemerintah, dan negara Indonesia dalam meningkatkan pendapatan negara yang diperoleh dari perdagangan sayuran

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kondisi dayasaingkentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai Indonesia di negara tujuan utama?

2. Faktor apa saja yang memengaruhi permintaan ekspor kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai Indonesia di negara tujuan utama?

Sumber: Kementrian Pertanian 2014

Gambar 4 Nilai Neraca Perdagangan Sayuran Indonesia Periode 2008-2012

-600 -400 -200 0 200 400 600 800

2008 2009 2010 2011 2012

(21)

7 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan pada bagian sebelumnya, maka penelitian yangdilakukan memiliki tujuan secara umum yaitu menganalisis dayasaing dan faktor yang mempengaruhi volume ekspor sayuranIndonesia terhadap negara tujuan. Selain itu, pada penelitian ini memiliki tujuan secara khusus yaitu:

1. Mengukur dayasaing kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai di Indonesia di negara tujuan.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai Indonesia di negara tujuan utama.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat selain bagi penulis yaitu bagi masyarakat umum, para akademisi, untuk penelitian-penelitian berikutnya maupun untuk pemerintah sebagai masukan da bahan rujukan bagi perumusan kebijakan yang akan dikeluarkan untuk melihat perkembangan posisi dayasaing serta perkembangan pangsa pasar yang terjadi.

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, dayasaing ekspor sayuran Indonesia diestimasi dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD), serta Gravity Model dengan pendekatan data panel untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pada lima negara tujuan utama. Tahun yang digunakan yaitu tahun 2008 sampai 2012.Produk yang dianalisis mencakup lima komoditi sayuran utama Indonesia berdasarkan nilai dan volume ekspor dan didukung dengan hasil produksi, yaitu kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai.

(22)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Hortikultura

Hortikultura berasal dari kata latin “hortus”, yang berarti kebun atau pekarangan dan “colere”yang berarti membudidayakan, sehingga arti Hortikultura dalam arti luas sebagai kegiatanbudidaya tanaman yang dilakukan di dalam lingkup pekarangan. Sebagian kegiatan itu terkaitdengan kegemaran, kesenian serta usaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri.Baru kemudian hortikultura berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial.

Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi danpembudidayaannya memerlukan curahan tenaga intensif dengan keterampilan yang tinggi.Ciri lain yang sangat penting dari komoditas hortikultura adalah sifat bahannya yang cepatmengalami pembusukan, padahal produk hortikultura bernilai sangat tinggi pada kondisi segar.Hal ini menyebabkan produk hortikultura harus segera dijual setelah panen, kecuali kalau adateknologi penyimpanan yang dapat menunda penjualannya.Kombinasi antara kepemilikan lahan yang sempit dan terpencar, serta sifat produk yang mudahbusuk itu membuat posisi tawar petani dalam penentuan harga produk menjadi lemah.Merekasering terpaksa menjual produknya dengan harga murah. Sifat lainnya dari produk hortikulturaadalah memakan tempat (voluminous) sehingga memerlukan cara penanganan, pengemasan,pengangkutan dan pengelaran secara khusus (Dirjen Hortikultura 2013).

Sayuran

Secara keseluruhan, sayuran umumnya aman jika digunakan secara tepat.Sayuran merupakan sumber gizi yang penting bagi kesehatan serta dapat memenuhi kebutuhan kalori manusia karena mengandung karbohidrat tinggi, dan tanaman kacang-kacangan merupakan sumber asam amino esensialyang penting.Sayuran dedaunan lainnya adalah sumber utama vitamin, mineral, dan serat pangan.Sayuran bahkan berperan penting dalam meningkatkan kualitas gizi makanan.Hal ini dapat tercapai melalui penyeimbangan nilai gizi dalam makanan dan melalui pengubahan kebiasaan makan yang menguntungkan masyarakat, terutama bagi yang menu makannya terbatas (Rubatzky 1998).

(23)

9 iklim panas tidak toleran terhadap suhu dingin dan secara botanis bagian yang termakan biasanya buah atau produk buah.Contohnya tomat, melon, dan kacang-kacangan.Klasifikasi tersebut lebih bermanfaat untuk daerah iklim sedang karena perbedaan sayuran iklim panas dan dingin sudah jelas.Namun, klasifikasi tersebut tidak banyak bermanfaat di daerak tropika karena perbedaan kedua jenis sayuran tersebut tidak jelas (Rubatzky 1998).

Kentang

Sayuran kentang memiliki nama latin Solanum tuberosum merupakan tanaman berbentuk semak atau herba. Batangnya berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua.Batang kentang tidak berkayu, kecuali bagian bawah batang yang sudah tua, bagian bawah batangnya bisa berkayu.Keadaan batang seperti ini menyebabkan tanaman kentang tidak terlalu kuat dan mudah roboh.

Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia Introduksi kentang dari Amerika Selatan ke Spanyol sekitar tahun 1570 menyebabkan pertumbuhan dan distribusi yang hebat dari suatu tanaman pangan baru yang berdampak terhadap perekonomian dan sejarah yang mendalam. Dari Spanyol, kentang di bawa ke sejumlah negara Eropa sekitarnya, dan dalam waktu kurang lebih dari 100 tahun, tanaman ini telah ditanam cukup luas di berbagai wilayah Eropa. Penyebaran di luar Eropa terjadi segera setelah introduksi tanaman tersebut ke India pada sekitar tahun 1610, Cina pada tahun 1700, dan Jepang sekitar tahun 1766.Para imigran Skotlandia-Irlandia mengintroduksikan kentang ke Amerika Utara pada tahun 1700-an. Pada abad ke-19 kentang baru membentuk dasar genetik yang sekarang disebut sebagai Solanum tuberosum (Setiawan 1995).

Sentra produksi kentang di Indonesia adalah di Bener Meriah (NAD), Simalungun (Sumatera Utara), Karo, Solok (Sumatera Barat), Agam, Tanah Datar, Kerinci (Jambi), Merangin, Rejang Lembong , Kota Pagar Alam (Sumatera Selatan), Garut (Jawa Barat), Bandung, Majalengka, Sleman (DIY), Bondowoso (Jawa Timur), Pasuruan, Malang, Probolinggo, Tabanan (Bali), Minahasa Selatan (Sulawesi Utara), Bolmong, Enrekang (Sulawesi Sleatan), Bantaeng, Pegunungan Bintang (Papua), Puncak Jaya, dan Sorong (Papua Barat) (Zulkarnain 2009).

Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum) termasuk jenis tanaman yang berbentuk perdu atau semak dengan panjang busa mencapai 2 meter.Walaupun batangnya tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.Pada permukaan batangnya ditumbuhi banya bulu halus, terutama bagian-bagian yang berwarna hijau.Diantara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar (Setiawan 1995).

(24)

10

Bawang Merah

Komoditi yang memiliki nama latin Allium sp. adalah bawang merah. Sayuran ini merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek, dan berakar serabut.Daunnya oanjang serta berongga seperti pipa.Pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis.Oleh karena itu, bawang merah disebut sebagai umbi lapis.Tanaman ini memiliki aroma yang sangat spesifik dan dapat merangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram yang di dalamnya tumbuh tunas dan akar serabut. Terdapat beberapa jenis bawang merah yang terkenal, yaitu bawang merah biasa atau brambang atau syalot (Allium ascalonicum) dan bawang merah besar atau bawang bombai atau bawang timu (Allium cepa L.).

Bawang merah ini banyak dikembangkan di Indonesia, diantaranya yaitu Kuningan (Jawa Barat), Cirebon, Brebes (Jawa Tengah), Bantul (DIY), Pamekasan (Jawa Timur), Nganjuk, Koto Probolinggo, Pandeglang (Banten), Namgli (Bali), Kota Bima (Nusa Tenggara Barat), Nunukan (Kalimantan Timur), Banggai (Sulawesi Tengah), Kot Palu, Donggala, Parigi Mountong, Enrekang (Sulawesi Selatan), Boalemo (Gorontalo), Pulau Buru (Maluku), dan Merauke (Papua) (Zulkarnain 2009).

Kubis

Nama latin kubis adalah Brassica oleracea yang sudah lama digemari sebagai sayuran. Dari beberapa jenis kubis yang ada, jenis ini yang paling dikenal dan banyak dijumpai. Jenis ini dikenal sebagai kubis kepala karena daun-daun bagian atasnya tumbuh merapat dan membulat seperti kepala. Kubis memiliki batang yang pendek dan beruas-ruas, berakar tunggang dengan akar samppingnya sedikit tetapi dangkal.

Varietas yang komersial dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan warna dan bentuk kubisnya.Ketiga golongan tersebut yaitu kubis putih, kubis merah, dan kubis savoy.Biasanya kubis dikonsumsi dalam bentuk daun, umbi, bunga, dan krop (daun yang menggukung terpusat ke dalam). Kubis berdaun hijau banyak mengandung vitamin C. Sementara kubis putih merupakan sumber vitamin A dan kubis bung sumber vitamin B. Jenis kubis ini memiliki lokasi sentra produksi yang tidak banyak, yaitu terdapat di Karo (Sumatera Utara) dan Bandung (Jawa Barat) (Zulkarnain 2009).

Cabai

Tanaman cabai (Capsicum sp.) sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai pemberi rasa pedas pada masakan atau makanan.Oleh karena itu, tanaman ini menjadi identik dengan rasanya yang pedas, meskipun ada jenis cabai yang tidak terlalu pedas.Secara garis besar cabai yang dikenal masyarakat digolongkan menjadi cabai besar (Capsicum annuum) dan cabai kecil (Capsicum frutescens) yang lebih dikenal dengan cabai rawit. Cabai besar terdiri dari beberapa varietas, antara lain cabai merah (Capsicum annuum var. longum), paprika (Capsicum annuum var. Grossum), dan cabai hijau (Capsicum annuum var. annum).

(25)

11 dangkal.Batangnya tidak berbulu tetapi memiliki banyak cabang.Daunnya banyak dengan ujung runcing (oblongus acutus).Cabai berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan.Buah yang masih muda berwarna hijau, tetapi ada pula yang putih kekuningan.Buah tuanya umunya merah atau kuning.Banyak biji di dalam ruangan buah, daging buah berupa keping-keping tidak berair.

Lokasi sentra produksi dari cabai adalah Gayo Luwes (NAD), Muko-Muko (Lampung), Lampung Selatan, Ciamis (Jawa Barat), Banjar, Cimahi, Tasikmalaya, Bnjarnegara (Jawa Tengah), Magelang, Boyolali, Sampang (Jawa Timur), Pamekasan, Kediri, Lumajang, Banyuwangi, Cilegon (Banten), Balikpapan (Kalimantan Timur), Bone Bolango (Gorontalo), dan Seram Bagian Barat (Maluku) (Zulkarnain 2009).

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahan ekspor, perusahan impor, perusahaan industry, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Hady, 2001).Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto).

Menurut teori perdagangan internasional, setiap negara yang terlibat dalam hubungan dagang antarnegara akan terdorong untuk melakukan spesialisai produksi dan ekspor komoditi tertentu yang memiliki keunggulan sehingga masing-masing negara akan fokus pada keahlian atau keunggulannya. Hal ini mengakibatkan output dunia akan menjadi lebih besar dan setiap negara yang terlibat akan memperoleh keuntungan. Kegiatan perdagangan yang dilakukan membuat negara-negara tersebut mengkonsumsi komoditi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan ketika kondisi tanpa perdagangan.

Teori perdagangan internasional dijelaskan oleh Adam Smith melalui teori keunggulan absolute (absolute advantage). Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolute dari masing-masing negara. Jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dibandingkan negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien (memiliki keunggulan absolute) daripada negara laun dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan bila melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarnya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1997).

(26)

12

lain, namun masih tetap dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.Negara pertama harus melakukan spesialisi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki keuntungan absolute dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut.

Konsep Dayasaing

Dayasaing dari suatu komoditi dapat ditentukan dari keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.Teori keunggulan komparatif yang dinyatakan oleh David Ricardo merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan absolut dari Adam Smith. Dalam teori keunggulan komparatif David Ricardo menyatakan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dibandingkan negara lainnya (Salvatore, 1997).

Teori keunggulan kompetitif pertama kali dikembangkan oleh Porter pada tahun 1990. Menurut Porter, dayasaing dapat diidentifikasikan dengan produktivitas, yaknitingkat output yang dihasikan untuk setiap inpput yang digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi. Penelitian Porter ini tentang keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada negara-negara yang mempengaruhi dayasaing perusahaan internasional pada industri yang berbeda.

Dayasaing juga mengacu pada kemampuan suatu negara dalam memasarkan produk yang dihasilkannya dibandingkan dengan negara lain sehingga perbedaan kondisi alam tidak jadi hambatan. Hal ini yang kemudian dikenal dengan keunggulan kompetitif dimana keunggulan tersebut bergantung pada kemampuan produsen suatu negara untuk menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk lain dipasar.

Teori Aliran Ekspor

Penawaran adalah banyaknya komoditi yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu dan periode tertentu.Pasar dalam hal ini adalah pasar internasional dan aliran ekspor pada suatu komoditi ke negara tujuan dapat berupa penawaran ekspor dari eksportir maupun permintaan ekspor dari negara importir. Semakin banyak komoditi atau output yang diproduksi oleh negara pengekspor maka akan meningkatkan penawaran ekspor dari negara eksportir (Lipsey, 1995).

(27)

13 menimbulkan kelebihan penawaran sehingga mendorong untuk melakukan ekspor ke luar negeri. Pembayaran yang diterima dari ekspor komoditi ke luar negeri merupakan pembayaran faktor-faktor produksi dari suatu komoditi seperti tenaga kerja dan modal yang akan meningkatkan GDP negara pengekspor.

Sedangkan permintaan adalah banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga di pasar tertentu pada periodeo tertentu. Peningkatan GDP di negara pengimpor berimplikasi bahwa pendapatan di negara tersebut meningkat sehingga akan meningkatkan pengeluaran suatu negara seperti pengeluaran untuk konsumsi. Oleh karena itu, peningkatan GDP akan meningkatkan permintaan suatu komoditi negara importir.

Penelitian Terdahulu

Yuniarti (2007) tentang analisis determinan perdagangan bilateral Indonesia pendekatan gravity model menggunakan panel data dengan sepuluh partner perdagangan Indonesia sebagai data cross section.Periode waktu yang digunakan dari tahun 1970 sampai tahun 2000. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah oendapatan domestik, populasi, jarak, faktor endowment, kesamaan ukuran perekonomian, dan dummy rencana perdagangan regional yang akan dianalisis dengan menggunakan gravity model.

Hasil dari penelitian ini adalan pendapatan domestik, populasi, kesamaan ukuran ekonomi mendapatkan hasil positif dalam perdagangan bilateral Indonesai. Sedangkan faktor endowment dan dummy rencana perdagangan regional tidak mempunyai pengaruh terhadap perdagangan bilateral Indonesia.

Li et al. (2008). Keterlibatan Cina dalam fragmentasi internasional produksi disebut dispersi lintas perbatasan komponen produksi dalam industri manufaktur terintegrasi secara vertikal telah menjadi semakin penting bentuk integrasi ekonomi ke regional serta ekonomi global.

Penelitian ini menyajikan tren perdagangan baru dalam bagian dan komponen antara Cina dan mitra dagang utama.Menerapkan metode gravity model, penelitian ini mengekspolorasi bagaimana pola perdagangan Cina dalam bagian dan komponen yang ditentukan. Penelitian menemukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Cina, peningkatan ukuran pasar dan skala ekonomi, foreign direct investment (FDI) dan pembangunan infrastruktur menncakup transportasi dan telekomunikasi merupakan faktor-faktor penting dalam menjelaskan laju peningkatan perdagangan bilateral Cina pada bagian dan komponen dengan mitra dagangnya.

Penelitian ini juga menemukan bahwa jarak spasial dan biaya transportasi memiliki dampak negatif yang signifikan dalam perdagangan Cina yang menyarankan bahwa pengurangan biaya transportasi oleh inovasi teknologi dan investasi bisa meningkatkan perdagangan, dengan demikian memperdalam proses spesialisasi internasional yang meilbatkan Cina dan mitra dagang utamanya.

(28)

14

lingkup bagi Cina dan mitra dagangnya untuk mendapat manfaat dari proses fragmentasi internasional dalam produksi adalah sangat hebat.

Bhattacharyya (2011) berisi tentang pengukuran keunggulan komparatif yang dimiliki India dalam perdagangan sayuran, buah-buahan, dan bunga pada pasar Asia, Uni Eropa, dan Amerika Utara (USA dan Canada) sebagai perbandingan. Penelitian ini menggunakan dua metode untuk mengukur keunggulan komparatif , yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Comparative Export Performance (CEP).

Penelitian ini mengukur sejauh mana India memiliki keunggulan komparatif dalam sayuran, buah-buahan, dan perdagangan bunga di pasar Asia, Uni Eropa, dan Amerika Utara sebagai pembandung untuk memilih Negara Asia Tenggara lainnya. Pembelajaran dayasaing India menggunakan indeks yang dihutung dengan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Comparative Export Performance (CEP).Pada kedua metode tersebut, sayuran, buah-buahan, dan bunga yang digunakan adalah seluruh sayuran, buah-buahan, dan bunga yang ada.

Selain itu, permintaan impor Uni Eropa diestimasikan untuk negara pesaing pada komoditas tertentu, seperti bawang merah, mangga, dan bunga segar. Menggunakan analisis rgeresi ini merupakan hipotesis bahwa jika India adalah pesaing bagi negara-negara ini, akan memiliki efek yang signifikan pada harga secara statistik di fungsi permintaan ekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa India memiliki keunggulan komparatif yang tinggi pada pasar sayur dan pasar buah di Uni Eropa tetapi tidak terjadi hal yang sama pada pasar bunga.

Lagzi (2013) menjelaskan bahwa perdagangan dalam barang-barang pertanian dapat memainkan peranan penting dalam mempromosikan ekonomi permbangunan terutama pada negara yang kurang berkembang. Mengekspor barang-barang pertanian dapat membayar barang-barang modal impor, teknologi, produk manufaktur, dan barang-barang yang d[erlukan untuk menopang pertumbuhan pembangunan negara. Banyak negara sedang berkembang memiliki keunggulan komparatif dalam produksi barang-barang pertanian. India lebih mengekspor hasil panen dari hortikultura dibandingkan dengan produk pertanian yang lain. Hasil panen hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, akar dan umbi, jamur, tanaman bunnga, bunga sedap malam, kacang, dsb.

Produk hortikultura berkontribusi untuk kesejahteraan nasional, Hortikultura merupakan barang yang dapat dieskpor dalam pada banyak negara.India mengekspor tanaman bunga ke Amerika, Belanda, Jerman, Australia.Bawang merah India dieskpor ke Malaysia, UAE, Singapura, Srilangka, dan Banglades.Sayuran dieskpor ke Srilangka, Amerika, UAE, Spanyol, Arab Saudi, Banglades, Australia, Kuwait. Anggur segar diekspor ke Australia, Belanda, UAE, Banglades, Jerman. Buah segar dieskpor ke Banglades, UAE, Arab Saudi, Australia, dan Srilangka. Sayuran olahan ke Mesir, Srilangka, UAE, Amerika, dan Turki.Mangga ke Arab Saudi, UAE, Belanda, Kuwait, dan Jerman.

(29)

15 mangga). Hortikultura India berkembang sekitar 11% untuk sayuran dan 15% untuk buah-buahan. Persentase sumbangan ekspor buah-buahan dan sayuran dari total ekspor pertanian adalah sekitar tiga sampai enam persen pada periode 2001 hingga 2010. Sedangkan untuk buah-buahan sekitar tiga sampai empat persen.

Penelitian Hatab et al. (2010) mengatakan gravity model yang digunakan yaitu untuk menganalisis faktor utama yang mempengaruhi ekspor pertanian Mesir dengan mitra dagang utamanya pada periode 1994 hingga 2008.Hasil dari penemuan ini adalah peningkatan satu persen PDB Mesir mengakibatkan 5.42% peningkatan ekspor pertanian di Mesir yang mengalir.Sebaliknya, peningkatan PDB per kapita Mesir menyebabkan pengurangan ekspor yang ditunjukkan dengan fakta bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi, selain kenaikan populasi, meningkatkan permintaan per kapita untuk semya barang yang normal. Oleh karena itu, pertumbuhan domestik akan mengarahkan kepada pengurangan ekspor. Volatilitas asing memiliki koefisien signifikan positif menunjukkan bahwa depresiasi di Mesir teradap mata uang pound dari mitra dagangnya merangsang ekspor pertanian.Biaya transportasi, jarak, ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor pertanian.

Hasan (2013) mengemukakan bahwa beras memiliki keunggulan komparatif yang kuat sementara kecenderungan peningkatan telah diamati pada sebuah komoditi lainnya yang mencerminkan potensi yang besar untuk pertumbuhan ekspor di pasar global.Penelitian ini menganalisis dayasaing global ekspor pertanian Pakistan pada komoditi beras, ikan, sayuran, buah-buahan, dan daging.Asia menjadi pesaing utama Pakistan dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif RCA selama periode 2001-2010.

Torayeh (2013) tentang dayasaing ekspor pertanian Mesir (EAE) di Uni Eropa antara tahun 1998 dan 2010. Mengungkapkan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA)dan indeks Comparative Export Performance (CEP) yang diterapkan. Analisis ini dilakukan untuk sub kelompok utama EAE (buah dan sayuran). Dayasaing EAE di pasar EU dibandingkan dengan pesaing utamanya, negara-negara terutama Mediterania (MEDC) yang cenderung menjadi lebih mudah diakses dan menarik daripada Mesir. Hasil menunjukkan bahwa meskipun ekspor buah dan sayuran Mesir ke Uni Eropa tumbuh, terbatas untuk kompetisi MEDC lainnya yang telah tumbuh secara dramatis dalam tahun terakhir. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi eksportir produk pertanian Mesir adalah keamanan pangan dan sanitasi dan ukuran phytosanitary yang diterapkan oleh Uni Eropa yang memberlakukan pembatasan ketat petani Mesir.Mesir kehilangan keunggulan komparatif di pasar Saudi pada buah dan sayuran, hasil yang ditunjukkan berbeda dengan pasar Rusia dan Ukraina.

(30)

16

Yanti et al. (2012) bertujuan untuk menganalisis dayasaing komoditas susu Indonesia di pasar internasional berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki, menganalisis dinamika susu Indonesia dan menganalisis posisi dayasaing komoditas tersebut di pasar internasional melalui perfoma produk ekspor dinamisnya, menganalisis faktor dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan.

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur dayasaing Indonesia adalah revealed comparative advantage analysis, Export product dynamic analysis (EPD), dan constant market share analysis. Hasil dari RCA menunjukkan bahwa produk turunan susu Indonesia untuk Milk not concentrated nor sweetened 1–6% fat (HS 040120), Milk and cream, concentrated or sweetened (HS 0402) and Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS 040390) tidak memiliki keunggulan komparatif tetapi untuk Milk and cream powder unsweetened > 1,5% fat (HS 040221), Milk and cream nes sweetened or concentrated (HS 040299) dan Cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS19) memiliki keunggulan komparatif.

Analisis EPD menemukan bahwa seluruh produk turunan susu Indonesia masuk dalam posisi rising star. Hasil analisis CMS menyimpulkan bahwa sebagain besar faktor yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekspor HS 040390 dan HS 0402 adalah efek pertumbuhan impor, HS 19 didominasi oleh efek komposisi komoditas dan sisanya disebabkan karena efek dayasaing. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan upaya untuk meningkatkan dayasaing produk turunan susu Indonesia.

Yasin (2011) tentang potensi perdagangan Pakistan menggunakan gravity model.Panel data yang digunakan yaitu untuk periode 1981-2005 di 42 negara.Koefisien diperoleh dari model yang kemudian digunakan untuk memprediksi potensi perdagangan negara di seluruh dunia serta dalam negeri. Hasil menunjukkan bahwa Pakistan memiliki potensi perdagangan tertinggi dengan negara-negara di wilayah Asia Pasifik, Uni Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Amerika Utara. Secara spesifik, potensi terbesar ada pada Jepang, Sri Langka, Bangladesh, Malaysia, Filipina, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Italia, dan Denmark. Oleh karena itu, Pakistan harus menyelidiki cara dan sarana untuk lebih meningkatkan hubungan perdagangan dengan negara-negara bersangkuan dan juga berkonsentrasi pada ASEAN, Timur Tengah, dan Uni Eropa untuk meningkatkan berbagai pasar sejauh mungkin.

Volume perdagangan antara Pakistan dan anggita lain dari South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dan Economic Cooperation Organization (ECO) sangat rendah, meskipun ada potensi. Kendala utama akhir ini adalah ketegangan politik dan sosial di antara negara-negara tetangga terutama Pakistan dan India.

(31)

17 Apabila Indonesia ingin tetap melakukan ekspor ke negara-negara tersebut maka diperlukan biaya tetap (fixed effect) yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, produsen karet Indonesia akan semakin menngkatkan ekspor karet agar dapat menutup biaya tetap. Jadi semakin jauh jarak negara tujuan utama Indonesia maka akan semakin besar ekspor yang dilakukan oleh Indonesia. Hasil estimasi penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar riil mata uang rupiah terhadap mata uang negara tujuan utama Indonesia memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan ekspor Indonesia.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa jika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah, dalam jangka pendek depresiasi ini berakibat pada meningkatnya biaya produksi dengan asumsi terdapat mesin-mesin produksi atau bahan campuran yang digunakan untuk produksi karet Indonesia, yan diimpor dari luar negeri.Akibatnya, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan volume ekspor karet Indonesia dalam jangka pendek.Namun, dalam jangka panjang, oleh karena Indonesia menguasai pangsa pasar untuk komoditas karet, makan volume ekspor karet Indonesia berangsur-angsur meningkat.

Peningkatan ini juga tentu saja didukung oleh harga komoditas karet Indonesia yang lebih murah di mata uang internasional sebagai akibat depresiasi rupiah.Variabel ACFTA memberikan perbedaan secara positif dan signifikan pada ekspor karet Indonesia.

Kerangka Pemikiran

Hortikultura merupakan sektor yang patut dikembangkan karena memiliki karakterstik yang khas dibandingkan dengan negara lainnya maka ekspor hortikultura memiliki tempat tersendiri bagi para konsumennya di berbagai negara. Kubis, kentang, bawang merah, cabai, dan tomat merupakan komoditas sayuran yang menempati posisi kelima teratas atas jumlah produksinya dan memiliki kontribusi yang cukup besar atas PDB negara Indonesia.Indonesia sudah berhasil mengekspor komoditas tersebut ke berbagai negara. Era globalisasi perdagangan yang terjadi saat ini membawa beberapa komoditas sayuran Indonesia bersaing dengan negara lainnya dalam persaingan yang ketat. Masing-masing negara menunjukkan produk terbaiknya agar merebut pasar konsumen internasional.

Namun ternyata Indonesia lebih banyak mengimpor sayuran dari pada mengekspornya, hal ini menjadikan neraca perdagangan sayuran bernilai negatif. Munculnya nilai negatif pada neraca perdagangan sayuran Indonesia mengindikasikan ada sesuatu yang salah dalam ekspor sayuran Indonesia, salah satu indikatornya dapat berupa dayasaing yang bisa dianalisis secara kuantitatif menggunakan Releaved Comparative Advantage (RCA), sehingga dapat diketahui apakah sayuran asal Indonesia memiliki dayasaing atau tidak di pasar internasional.

(32)

18

rendahnya ekspor sayuran asal Indonesia sehingga dapat dianalisis kebijakan dalam bidang apa saja yang perlu diubah atau dirumuskan untuk mendukung peningkatan ekspor sayuran asal Indonesia di masa yang akan dating.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. GDP Riil (GDP Riil) dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor untuk masing-masing komoditi yang digunakan karena semakin tinggi GDP Riil yang dimiliki suatu negara maka negara tersebut akan menambahkan permintaan akan komoditi.

b. Exchange Rate Riil (Nilai Tukar Riil) dapat memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor komoditi sayuran yang digunakan. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional Hortikultura patut

dikembangkan karena memiliki peran besar dalam perekonomian Indonesia.

Kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai merupakan komoditas sayuran unggulan dengan nilai & volume ekspor terbesar dan jumlah produksinya.

Ketergantungan terhadap impor sayuran masih besar

Kondisi daya saing sayuran Indonesia di Pasar Internasional.

Faktor yang mempengaruhi aliran ekspor kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai.

Kebijakan ekspor kentang, tomat, bawang merah, kubis, dan cabai Defisit neraca perdagangan

(33)

19 sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah, sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw, 2003). Hal tersebut berarti pada saat nilai tukar riil (direct term) menurun maka akan terjadi kenaikan pada nilai tukar (apresiasi) yang menyebabkan harga domestik menjadi mahal. Harga yang mahal membuat dayasaing rendah, kemudian permintaan akan ekspor menurun. Begitu pula sebaliknya apabila nilai tukar riil mengalami peningkatan (Ginting, 2013)

c. Population (Populasi) berpengaruh positif karena pada saat populasi suatu negara mengalami kenaikan maka permintaan akan suatu komoditi akan bertambah sehingga negara tersebut menaikkan permintaan volume komoditi tersebut. Menurut Salvatore (1997), populasi dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan sebagai penambahan tenaga kerja untuk memproduksi komoditi ekspor, sedangkan penambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan konsumsi domestik yang berarti meningkatkan jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi. Namun disisi lainmenurut Yuniarti (2007), besarnya populasi diperkirakan mempunyai hubungan yang negatif karena suatu negara yang memiliki ukuran besar menunjukkan bahwa negara tersebut mempunyai produksi yang lebih beragam dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan sendiri. d. GDP per Capita (GDP per Kapita) seperti juga pada populasi bahwa GDP

per kapita memiliki hubungan positif dan negatif. Pada saat pendapatan per kapita suatu negara mengalami peningkatan maka daya beli seseorang akan meningkat sehingga akan terjadi peningkatan pula pada konsumsi. Kebutuhan konsumen dapat terpenuhi apabila jumlah barang-barang produksi mencukupi maka dari itu suatu negara dapat melakukan impor barang atau dapat memproduksi barang sendiri. Ketika suatu negara memilih untuk melakukan impor maka negara yang lain harus menaikkan volume ekspornya karena permintaan yang semakin meningkat.

e. Economic Distance (Jarak Ekonomi) adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Jarak meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasainternasional. Semakin jauh terpisah suatu negara dengan yang lain maka semakin besar pula biaya transportasi pada perdagangan antara keduanya atau dengan kata lain jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap volume ekspor.

(34)

20

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross sectionlima negara tujuan ekspor dan data time series selama 5 tahun yaitu 2008 sampai tahun 2012. Sayuran yang menjadi objek penelitian adalah cabai, kubis, kentang, bawang merah, dan tomat. Data yang diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), United Commodity and Trade Database (UN Comtrade), World Integrated Trade Solutions (WITS), International Trade Center (Trade Map), Food Agricultural Organization (FAO), World Bank serta studi pustaka yaitu pengeumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur di perpustakaan IPB, penelitian terdahulu, dan internet.

Data Ekspor dan Impor yang digunakan penelitian ini diperoleh dari United Commodity and Trade Database (UN Comtrade). Setiap komoditi memiliki kode Harmonized System (HS) yang akan ditampilkan pada Tabel 2 dibawah ini.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu estimasi dayasaing dan keunggulan komparatif sayuran Indonesia menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Product Dynamics (EPD) serta estimasi faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor sayuran Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor menggunakan metode Gravity Model dengan pendekatan Panel data. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software E-views 6.1 dan Microsoft Excel.

Revealed Compaative Advantage (RCA)

Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dayasaing dan keunggulan komparatif sayuran asal Indonesia.Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ballasa pada tahun

Tabel 2 Kode komoditi hortikultura dalam Harmonized System (HS)

No Kode HS Komoditi

1 0701 Kentang, segar atau dingin 2 0702 Tomat, segar atau dingin 3 070310 Bawang merah

4

0704 Kubis, bunga kol, kohlrabi, kale dan brassica sejenis yang dapat dimakan, segar atau dingin

5 070960 Buah dari genus Capsicum atau genus Pimenta (Cabai)

(35)

21 1995.Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antarwilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah sehingga dapat dikatakan bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan dalam ekspornya.

Variabel yang diukur dalam RCA adalah kinerja ekspor suatu komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa pasar nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA mendefinisikan apabila pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi di dalam total ekspor komoditi dunia, maka negara tersebut dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi itu. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) atau berarti komoditi tersebut berdayasaing kuat.Sedangkan apabila nilai RCA lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditi tersebut rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdayasaing lemah.

Formula RCA dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j tahun ke t Xit = nilai ekspor total negara j

Wj = nilai ekspor dunia komoditi i Wt = nilai total ekspor dunia

Nilai dayasaing suatu komoditi dalam RCA memiliki dua kemungkinan, yaitu: 1. Nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif di atas

rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat.

2. Nilai RCA < 1, berarti suatu negara tidak memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing lemah. Kelebihan dari metode RCA antara lain metode ini mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat dengan jelas. Sedangkan kelemahan dari metode ini antara lain:

1. Asumsi persaingan bebas dan suatu negara dianggaap mengekspor semua komoditi (produk dianggap homogen).

2. Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya.

3. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal.

4.RCA tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang.

Export Product Dynamic (EPD)

(36)

22

informasi kekuatan bisnis.Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu.Kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu ialah “Rising Star”, “Lost Opportunity”, “Falling

Star”, dan “Retreat” (Siregar, 2010).

Posisi pasar ideal bertujuan untuk memperoleh pangsa ekspor tertinggi sebagaiRising Star, ditandai dengan negara tersebut memperoleh pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat.Lost Opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar pada produk yang dinamis.Kondisi ini paling tidak diinginkan karena hal ini berarti kita kehilangan kesempatan pangsa ekspor untuk komoditi yang dinamis di pasar dunia. Kondisi Falling Star juga tidak diinginkan walaupun tidak seperti kondisi Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya meningkat meskipun bukan pada produk yang dinamis di pasar dunia.

Sementara itu, Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar.Namun bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan pada produk dinamis (Gumilar, 2010).

Selain melalui Tabel 3, untuk melihat posisi dayasaing masing-masing komoditi dapat pula dilihat seperti pada Gambar 6. Komoditi yang diestimasi posisi dayasaingnya akan menempati salah satu dari empat kuadran seperti yang ditunjukan pada Gambar 6.

Dimana:

Sumbu x = tingkat pertumbuhan pangsa pasar ekspor (%) Sumbu y = tingkat pertumbuhan pangsa pasar produk (%) Tabel 3 Matriks posisi dayasaing

Share of Country’s Export in

World Trade

Share of Trade Product in World Rising

(Dynamic)

Falling (Stagnan) Rising (Competitiveness) Rising Star Falling Star Falling (non-competitiveness) Lost

Opportunity

Retreat

Sumber: Esterhuizen 2006 menurut Widya 2011

(37)

23 Adapun yang dimaksud dengan pangsa pasar ekspor suatu negara dan pangsa pasar produk dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut:

Sumbu x: Pertumbuhan pangsa pasar ekspor i =

Sumbu y: Pertumbuhan pangsa pasar produk n =

Dengan: X = Volume Ekspor T = Jumlah Tahun T = tahun ke-t

Gravity Model

Gravity Model pertama kali digunakan untuk aliran perdaganganinternasional oleh Tinbergen (1962) yang selanjutnya diikuti oleh banyak peneliti.Model ini kemudian diestimasi untuk banyak negara, periode waktu dan tingkatdisagregasi.Leamer dan levinson menemukanbeberapa penemuan empiris yang jelas dan kuat dalam ilmu ekonomi. Sebaliknyaada pula yang menyatakan bahwa kesuksesan secara empiris pada Gravity Modeltidak membuatnya populer dan diterima secara umum karena model tersebutdinyatakan sama sekali ad hoc atau tidak ada teori yang melandasinya. Namunbeberapa tahun terakhir telah dilakukan pembaharuan yang menarik kedalam teoridari Gravity Model.

Pada Gravity Model, aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tigakelompok variabel yaitu (Tarigan, 2005):

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor.

2. Variebel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar

negara pengekspor dan negara pengimpor.

Konsep gravitasi dalam bentuk persamaan yang paling umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Iij = taksiran tingkat interaksi antara wilayah I dengan j

Ai, Aj = besarnya daya tarik wilayah i dan j

dij = ukuran jarak antar wilayah i dan j

k = konstanta

a, b, c = parameter dugaan

Interaksi antara i dan j (Iij) menginterpretasikan nilai dari aliranperdagangan

(38)

24

perdagangan antar negara seperti dalam WTO, ASEAN, APEC, EU. Padaumumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur daya tarik wilayah(A) meliputi, jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto, nilai tukar, hargakomoditas yang diperdagangkan dan variabel jarak (dij) yang diukur

melaluipendekatan biaya transportasi.

Analisis Panel Data

Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut. Data time series adalah data yang dikumpulkan secara berkala untuk melihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Metode data panel dapat memberikan keuntungan dibandingkan hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja (Baltagi 2005), yaitu:

1. Data panel dapat mengendalikan heterogenitas individu.

2. Dapat memberikan informasi yang lebih banyak, mengurangi kolinearitas diantara variabel, memperbesar derajat kebebasan(degree of freedom)dan lebih efisien.

3. Dapat lebih baik untuk studi dynamic of adjustment.

4. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model time series atau cross section saja.

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect. Tetapi menurut Firdaus (2011) mengatakan bahwa penggunaan pendekatan pooled least square dirasakan kurang sesuai dengan tujuan digunakannya data panel. Karena itu hanya mempertimbangkan pendekatan fixed effect dan random effect.

Metode Fixed Effect

Adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan dapat diatasi dengan memasukkan peubah dummy untuk memungkinkan perbedaan intersep . Model dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan model efek tetap yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

Dimana:

= variabel endogen = variabel eksogen α = intersep

β = slope

i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t ε = error

D = variabel dummy

Gambar

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku periode 2008-2012
Gambar 1 Produksi Komoditi Sayuran Indonesia (Juta Ton) Periode 2008-2012
Gambar 2 Nilai dan Volume Ekspor Komoditi Sayuran
Gambar 4 Nilai Neraca Perdagangan Sayuran Indonesia Periode
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

emosional, dan perhatian orang tua maka hasil belajar matematika akan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengetahuan awal,

Sehubungan dengan kegiatan Prakualifikasi e-Lelang Terbatas Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pemeliharaan Periodik Scrapping Filling Overlay (SFO) Dengan

[r]

[r]

8 Studi Pendahuluan Cacing Tanah genus Polypheretima pada Beberapa Tipe Habitat di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi, Indonesia. ( Rizki Amaliah dkk) 57

Bibit tanaman C3 yang menerima intensitas cahaya tinggi dan kelebih- an nitrogen akan mengalami ganggu- an pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi perkembangan dan

Analisis data instrumen validator adalah (1) menghitung skor maksimum untuk semua aspek yang diamati menurut penskoran pada lembar instrumen yang telah dibuat,