• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pupuk Organik untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pupuk Organik untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN

BIBIT JABON (

Anthocephalus cadamba

Miq.)

DAN KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT

ARDIANSYAH PUTRA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pupuk Organik Cair untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARDIANSYAH PUTRA. Pupuk Organik Cair untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit. Dibimbing oleh ELIS NINA HERLIYANA dan ACHMAD.

(5)

ABSTRACT

ARDIANSYAH PUTRA. Liquid Organic Fertilizer for Seedlings Growth Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) And Resistance Against Disease. Supervised by ELIS NINA HERLIYANA dan ACHMAD.

Wood supplied from natural forests decreasing and marginal land increasing and requires the development of both timber plantations and community forest. This is done in order to meet the increasing demand for wood commodities. Jabon tree (Anthocepalus cadamba Miq.) has good prospects because of relatively fast-growing trees in a variety of soil types. Jabon wood has pretty good marketing prospects with silviculture techniques that are relatively easy. The use of inorganic fertilizers continuously tends to destroy soil, soil structure and soil fertility. Therefore the use of liquid organic fertilizer is a solution to keep the fertility of the soil, even though used continuously. The purpose of this study was to determine the effect of application of organic manure (POC) with different doses for growth of the seedlings in the nursery jabon and to determine its effect on resistance to disease of Jabon seedlings in the nursery. As the treatment was liquid organic fertilizer which is used to seedlings Jabon consisting of a controls that is not fertilized (A), POC with a dose of 0.5 mL 100 mL-1 water or concentration of 0.5%, with the number 20 mL tan-1 (B), POC with a dose of 0.75 mL 100 mL-1 water or concentration of 0.75%, with the amount of 20 mL of tan-1 (C), and 250 grams of manure tan-1 (D). Fertilization is divided into 3 (three) parts, namely the roots, stems and leaves. The result showed that the liquid organic fertilizer with a concentration of 0.5% was the best compared to other concentration with high accretion at 13.38 cm and a diameter of accretion 2.94 cm. The use of liquid organic fertilizer with a concentration of 0.5% was optimal for seedling resistance to disease Jabon spots on the leaves, which are resistant or damage rate 2.56%.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN

BIBIT JABON (

Anthocephalus cadamba

Miq.)

DAN KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(7)
(8)

Judul Skripsi : Pupuk Organik untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit

Nama : Ardiansyah Putra NIM : E44070010

Disetujui oleh

Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Achmad, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MSi Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kehendak-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Pupuk Organik untuk Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pupuk organik cair terhadap pertumbuhan bibit jabon serta ketahanannya terhadap penyakit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi selaku dosen pembimbing I dan juga kepada Prof Dr Ir Achmad, MS selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan. Disamping itu terima kasih penulis ucapkan kepada dosen penguji Dr Ir Sucahyo, MS dan ketua sidang Dr Erianto Indra Putra, S.Hut, MSi. Selain itu penghargaan penulis sampaikan pula kepada para staf dan dosen pengajar Departemen Silvikultur serta teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk itu saran dan kritikan sangat penulis harapkan. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnnya.

Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Tulisan ini masih jauh dari sempurna, saran-saran sangat ditunggu.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian 3 Bahan dan Alat 3

Prosedur Penelitian, Pengamatan dan Pengambilan Data 4 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sidik Ragam 5 Pertambahan Tinggi Bibit 6 Pertambahan Diameter Bibit 8 Nisbah Pucuk Akar 9

Ketahanan Bibit Terhadap Penyakit 10

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1Skoring tingkat kerusakan atau gejala serangan penyakit bercak

dan karat daun 5

Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh pupuk organik cair terhadap semua

variabel yang diukur 6

Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadapvariabel tinggi

bibit 7

Tabel 4 Uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadapvariabel diameter

bibit jabon 8

Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadapvariabel NPA 9 Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel

ketahanan bibit jabon dari serangan penyakit 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan bibir jabon perminggu 7 Gambar 2 Grafik pertambahan diameter bibit jabon perminggu 8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Pertumbuhan Bibit

Jabon 13

Lampiran 2 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Diameter Bibit

Jabon 13

Lampiran 3 Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Nisbah Pucuk Akar

(NPA) 13 Lampiran 4 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Ketahanan

Terhadap Penyakit 13

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pasokan kayu dari hutan alam yang kian menurun dan semakin banyaknya lahan marginal, mengharuskan adanya pembangunan hutan tanaman baik HTI maupun hutan rakyat untuk tetap dapat memenuhi permintaan komoditas kayu yang semakin meningkat. Khaerudin (1994) menyatakan pengembangan hutan tanaman dilakukan untuk mengatasi degradasi lahan. Pembangunan hutan berupa Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan program nasional melalui peraturan pemerintah (PP) No. 7/1990 tentang Hak Pengusahaan Tanaman Industri. Pohon jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) memiliki prospek yang cukup baik karena tergolong pohon yang cepat tumbuh, dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, prospek pemasarannya cukup tinggi dengan teknik silvikultur yang mudah dan telah diketahui.

Jabon termasuk kedalam family Rubiceae. Tanaman jabon merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang pertumbuhannya sangat cepat dan mampu tumbuh subur dihutan tropis pada ketinggian maksimum 1000 mdpl. Jabon memiliki nama yang berbeda di setiap daerah. Dinamai jabun, hanja, kelampean (Jawa); gapulai, harapean, johan, kiuna, serebunaik (Kalimantan); bance, pute, loera, pontua, sugemania, pekaung, toa (Sulawesi); gumpayan, kelapan, mugawe (NTB); serta aparabire, masarambi (Papua). Penyebaran jabon di Indonesia terjadi secara alami di hutan hujan dataran rendah tropis yang selalu hijau (tropical evergreen lowland rain forest). Lokasi yang banyak terdapat jabon diantaranya Pulau Sumatera (Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Palembang, Jambi, dan Bengkulu), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada tahun 1930, jabon diintroduksi ke Pulau Jawa (Mulyana et al 2010). Jabon merupakan jenis pohon cepat tumbuh dengan nama dagang Kadam. A. Cadamba Miq.

Jabon merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti reklamasi lahan bekas tambang, penghijauan dan pohon peneduh (Mansur dan Tuheteru 2010). Pratiwi (2003) jabon akan memiliki peranan yang cukup penting pada masa yang akan datang, terutama jika pasokan kayu pertukangan dan industri kehutanan dari hutan alam mulai menurun.

(14)

2

Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil proses secara aerob maupun anaerob, baik dilakukan dengan sengaja oleh manusia ataupun secara langsung oleh alam. Adapun bahan bakunya adalah sisa-sisa tanaman, kotoran binatang atau sisa hasil aktivitas manusia. Bahan tersebut secara lambat laun akan mengalami proses dekomposisi membentuk humus (Setiadi 2012).

Pupuk organik cair mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Disaat ini, penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus cenderung merusak tanah, baik struktur maupun kesuburan tanah. Oleh karena itu penggunaan pupuk organik cair merupakan sebuah solusi untuk tetap menjaga kesuburan tanah walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa lansung digunakan oleh tanaman. Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah secara tepat mengatasi defisiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara tepat (Setiadi 2012).

Penggunaan pupuk organik cair ini dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Hal ini karena pupuk organik cair di samping dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah juga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Dengan demikian penggunaan pupuk organik cair pada tanaman kehutanan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang dosisnya cenderung meningkat. Penggunaan kombinasi pupuk organik dan anorganik akan memberikan beberapa keuntungan salah satunya dapat mengurangi biaya produksi. Menurut Sutanto (2002) kelebihan pupuk organik dan anorganik yaitu menambah kandungan hara tanah, menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang. Pupuk organik dapat meningkatkan KTK tanah dan dapat meningkatkan unsur hara sehingga kehilangan hara dapat dicegah. Pupuk organik yang diaplikasikan melalui daun, diduga lebih efektif karena langsung diserap oleh tanaman dengan sedikit kehilangan dibandingkan aplikasi melalui tanah. Aplikasi pupuk cair organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik maka diduga dapat memberikan kecukupan hara yang lebih baik.

Penyakit yang dilaporkan pada jabon adalah puru akar (root-knot nematode) Meloidogyne incognita. Serangan nematoda menyebabkan daun menguning dan merapuhkan akar. Penyakit lainnya yang kemungkinan menyerang jabon adalah damping off pada persemaian, anthracnose, root rot, dan dieback. Gejala yang timbul dari penyakit lodoh adalah bibit menjadi layu, batang atau leher akan tampak gosong dan busuk. Penyakit damping off disebabkan oleh adanya serangan sejumlah cendawan seperti Pythium sp., Phytophthora sp., dan Rhizoctonia sp. (Haneda 2010).

(15)

3 jabon bisa dikendalikan dengan penanganan nursery, karena belum ada ancaman yang serius dari penyakit-penyakit tersebut.

Perumusan Masalah

Kerusakan hutan sekarang ini begitu meningkat, disamping itu kebutuhan akan kayu begitu tinggi sehingga diperlukan pembangunan hutan tanaman industri. Jabon merupakan alternatif baik untuk dikembangkan. Penggunaan pupuk anorganik cenderung merusak tanah, baik struktur maupun kesuburan tanah. Maka kemudian penggunaan pupuk organik cair diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjaga kesuburan tanah.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menentukan pengaruh aplikasi pupuk organik cair dengan konsentrasi berbeda pada bibit jabon di persemaian.

2. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi tersebut pada ketahanan bibit jabon terhadap serangan penyakit di persemaian.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Mampu memberikan informasi hasil dari penggunaan pupuk organik cair terhadap bibit jabon.

2. Memberikan informasi mengenai konsentrasi pemupukan yang tepat dan efisien.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2012, bertempat di persemaian Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

(16)

4

Prosedur Penelitian, Pengamatan dan Pengambilan Data Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dengan menyiapkan media tanam di dalam polibag yang terdiri atas tanah, pasir dan kompos dengan komposisi (2:1:1). Tahapan kerja selanjutnya adalah penyiapan bibit yang berumur ± 10 hari. Kemudian bibit tersebut disapih ke dalam media tanam yang telah disediakan. Sebagai perlakuan adalah pupuk organik cair yang digunakan untuk bibit jabon yang terdiri dari kontrol yang tidak diberi pupuk (A), POC dengan dosis 0.5 mL 100 mL-1 air atau konsentrasi 0.5%, dengan jumlah 20 mL tan-1 (B), POC dengan dosis 0.75 mL

100 mL-1 air atau konsentrasi 0.75%, dengan jumlah 20 mL tan-1 (C), dan pupuk kandang dengan dosis 250 gram tan-1(D).

Kegiatan selanjutnya adalah pemupukan, dimana pemupukan terhadap bibit jabon di persemaian dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu bagian akar, batang dan daun. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dimana setiap perlakuan terdapat empat puluh ulangan.

Pemupukan dilakukan terlebih dahulu pada media tanam dalam polibag. Pemupukan ini dilakukan 3 hari sebelum penyapihan. Setelah ini bibit disapih ke dalam polibag. Selanjutnya pemupukan dilakukan setiap minggu pada saat pengukuran sampai minggu kedelapan, setelah itu bibit dipanen untuk mendapatkan nilai nisbah pucuk akar (NPA). Pemupukan menggunakan pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman dengan jumlah pupuk kandang sebesar 250 gram polibag-1. Selanjutnya bentuk denah penelitian di persemaian seperti

dibawah ini. Ket: Persemaian Rumah Kaca Departemen Silvikultur IPB

Prosedur Pengamatan dan Pengambilan Data

Peubah yang diukur adalah pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, nisbah pucuk akar (NPA) dan ketahanan terhadap penyakit.

Tinggi semai (cm). Pengukuran tinggi semai dilakukan setelah penyapihan, tinggi diukur setiap minggu selama 8 minggu pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar dari pangkal batang yang sudah ditandai hingga titik tumbuh pucuk semai.

Diameter Semai (mm). Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diameter semai diukur pada pangkal yang sudah di tandai dengan spidol permanen.Pengukuran dilakukan selama 8 minggu pengamatan.

(17)

5 bungkus kertas secara terpisah, kemudian dioven pada suhun 60oC selama 2 kali

24 jam (48 jam). Setelah tercapai bobot kering konstan dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan didapat data bobot kering pucuk dan bobot kering akar.

Nisbah Pucuk Akar. Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk dengan bobot kering akar.

Tingkat Ketahanan Inang terhadap penyakit berdasarkan skoring. Tingkat kerusakan atau gejala serangan penyakit bercak dan karat daun dengan 0-9 pada saat tananaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) dan 60 HST pada perlakuan di setiap ulangan.

Tabel 1 Skoring tingkat kerusakan atau gejala serangan penyakit bercak dan karat daun

Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap variabel yang diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan program SAS 9.1. untuk mengetahui adanya pengaruh yang berbeda dalam masing-masing perlakuan dilakukan uji berganda duncan pada taraf kepercayaan 95 %. Model rancangan acak lengkap (RAL) pada penelitian ini menggunakan rumus umum (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Dimana : i = 1,2,3..., t dan j = 1,2,3...,r

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, nisbah pucuk akar, dan ketahanan terhadap serangan penyakit. Untuk mengetahui respon pengaruh perlakuan pupuk terhadap bibit jabon pada masing-masing media tanam, maka dilakukan sidik ragam (Tabel 2).

(18)

6

Untuk mengetahui ada tidak adanya pengaruh yang berbeda dalam masing-masing perlakuan maka dilakukan uji Duncan.

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 2) faktor pupuk secara umum memiliki pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan diameter, nisbah pucuk akar dan tingkat ketahanan terhadap penyakit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aplikasi pupuk cair organik cukup efektif meningkatkan pertumbuhan dan tingkat ketahanan penyakit.

Cara pemberian pupuk organik cair berbeda dengan pemberian pupuk kandang. Pupuk organik cair di aplikasikan dengan cara disemprotkan ke daun dan juga ke tanah atau media tanam. Pupuk kandang di aplikasikan secara lansung ke tanah saja.

Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada media tanam. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10%. Air dan unsur hara masuk ke dalam daun melalui lapisan kutikula (Handayani 2011).

Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh pupuk organik cair terhadap semua variabel yang diukur

Variabel F hitung Fr>F

Pertambahan tinggi 15.17* 0.0001 Pertambahan diameter 9.09* 0.0001

Nisbah Pucuk Akar 24.53* 0.0001

Ketahanan terhadap penyakit 43.35* 0.0001 Keterangan:*Berpengaruh nyata (p<0,05)

Hasil ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk terhadap bibit pada masing-masing variabel yang diukur berpengaruh nyata, maka kemudian dilanjutkan dengan uji duncan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pupuk tersebut terhadap parameter yang diukur dengan dosis yang berbeda.

Pertambahan Tinggi Bibit

(19)

7

Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel tinggi bibit

No. Perlakuan Jumlah Mean berbeda nyata terhadap kontrol (A) untuk nilai pertumbuhan tinggi bibit. Hal ini di tunjukkan oleh pengelompokan duncan yang berbeda antara perlakuan dan kontrol (A), kecuali untuk perlakuan (C) yang sama dalam grouping dengan kontrol (A).

Tinggi semai diukur satu minggu setelah dipindahkan ke polibag. Perlakuan pupuk organik cair yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95% (Tabel 2). Karena itu, untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata pada penggunaan pupuk maka dilakukan uji duncan (Tabel 3 dan Lampiran 1). Bibit dengan konsentrasi pemupukan 0.5% dapat meningkatkan semai jabon lebih baik dibanding dengan kontrol dan konsentrasi lainnya.

Riap tinggi menunjukkan perubahan tinggi yang diperoleh dari perhitungan selisih semai akhir pengamatan dengan semai awal pengamatan. Untuk melihat laju pertumbuhan semai jabon perminggu dapat dilihat pada (gambar 1).

Berdasarkan, (Gambar 1) semua perlakuan pupuk yang digunakan menunjukkan pertambahan tinggi setiap minggunya. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor genetik dan lingkungan (ruang tumbuh dan penerimaan cahaya serta kemampuan beradaptasi dan tumbuh dengan baik dengan suatu media tanam).

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 2) faktor pupuk dan interaksi tanaman terhadap konsentrasi pupuk memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tinggi

0,00

(20)

8

tanaman. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, pupuk organik cair memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan (Gambar 1). Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh perlakuan maupun pengaruh terhadap interaksi dari luar lingkungan. Pohon jabon dapat mencapai tinggi 45 m, dengan batang yang lurus dan silindris serta tinggi bebas cabang mencapai 25 m (Mulyana et al 2010)

Pertambahan Diameter Bibit

Variable diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan. Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 1) pertumbuhan diameter pada perlakuan berbeda nyata. Jika perlakuan pupuk yang diberi memberikan pengaruh nyata pada analisis sidik ragam dengan selang keperrcayaan 95%, maka dilanjutkan dengan uji duncan (Tabel 4 dan Lampiran 2).

Tabel 4 Uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel diameter bibit jabon

No. Perlakuan Jumlah Mean

1 Kontrol (A) 40 2.40b

2 Pupuk organik cair 0.5 % (B) 40 2.94a

3 Pupuk organic cair 0.75 % (C) 40 2.50b

4 Pupuk Kandang (D) 40 2.45b

Dari hasil uji lanjut duncan, dapat disimpulkan bahwa perlakuan pengaruh pupuk terhadap pertambahan diameter bibit jabon berbeda nyata dengan kontrol (A), hal ini ditunjukkan dari pengelompokan duncan yang berbeda antara perlakuan pupuk dengan kontrol (O).

Variabel diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan. Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 2) pertumbuhan diameter pada perlakuan berbeda nyata, hal ini dapat dilihat pada (Gambar 2).

Hal ini diduga pemberian pupuk lebih optimal pada pertumbuhan tinggi dibandingakan dengan pertumbuhan diameter. Seperti halnya (Lewenussa 2009)

0,00

(21)

9 menyatakan bahwa pada usia muda, tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat kearah vertikal (ke atas), pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi. Dengan demikian pemberian pupuk dengan konsentrasi 0.5% belum mampu memberikan hara yang lebih pada kebutuhan tanaman.

Diameter batang pohon jabon dapat mencapai 100-160 cm. Pohon Jabon di hutan tanaman dapat mencapai kecepatan tumbuh diameter 2-3 cm tahun-1 dan diketahui bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap pengaruh pupuk dengan P-value (0.0001) lebih kecil dari (0.05).Untuk mengetahui perlakuan manakah yang menghasilkan nilai NPA paling tinggi maka dilakukan uji lanjut Duncan (Duncan’s Multiple Range Test).

Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel NPA

No. Perlakuan Jumlah Mean

1 Kontrol (A) 40 1.13b

2 Pupuk organik cair 0.5 % (B) 40 1.73a

3 Pupuk organic cair 0.75 % (C) 40 1.47c

4 Pupuk Kandang (D) 40 1.21c

Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara nilai biomassa pucuk dan biomassa akar tanaman. Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa faktor pemberian pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar. Berdasarkan hasil uji lanjut duncan ditunjukkan bahwa nisbah pucuk akar tertinggi pada perlakuan B dengan konsentrasi 0.5 % yaitu sebesar 1.73.

(22)

10

Ketahanan Bibit Terhadap Serangan Penyakit

Penyakit yang ditemukan adalah penyakit bercak daun. Penyakit bercak daun dapat disebabkan oleh beberapa cendawan patogen, yaitu seperti Colletotrichum sp., Culvularia sp., dan Pestalotia sp. (Herliyana dan Aisyah 2013). Intensitas penyakit yaitu proporsi area tanaman yang rusak atau dikenal bergejala penyakit karena serangan patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit menentukan tingkat serangan per tanaman dalam populasi (Sinaga, 2000). Berdasarkan modifikasi dari metode IRRI (1996), tingkat kerusakan/gejala serangan penyakit bercak daun mempunyai 6 tingkatan dengan skor 0/tidak ada gejala, 1 (gejala 1-5%), 3 (gejala 6-12%), 5 (gejala 13-25%), 7 (gejala 26-50%) dan 9 (gejala-51-100%). Tingkat ketahanan inang terhadap penyakit mempunyai tingkatan sesuai tingkat kerusakan yaitu imun/sangat tahan (ST), tahan (T), agak tahan (AT), agak rentan (AR), rentan (R), dan sangat rentan (SR).

Dari hasil sidik ragam ketahanan terhadap penyakit pada bibit jabon pada Tabel 2, diketahui bahwa perlakuan berbeda nyata dengan P-value (0.0001) lebih kecil dari (0.05). Untuk mengetahui perlakuan manakah yang menghasilkan nilai NPA paling tinggi maka dilakukan uji lanjut duncan(Duncan’s Multiple Range Test) (Tabel 6).

Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel ketahanan bibit jabon dari serangan penyakit

Ketahanan terhadap penyakit merupakan hasil skoring serangan penyakit terhadap bibit jabon yang diberi pemupukan. Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa faktor pemberian pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap ketahanan serangan penyakit. Berdasarkan hasil uji lanjut duncan ditunjukkan bahwa ketahanan inang terhadap serangan penyakit daun pada bibit jabon yang optimal terdapat pada perlakuan B dengan konsentrasi 0.5% yaitu sebesar 2.56 %. Hal ini berarti bahwa perlakuan menggunakan konsentrasi pupuk tersebut berpengaruh baik terhadap ketahanannya terhadap serangan penyakit yaitu tahan (T) berdasarkan hasil skoring yang dibuat.

Pada saat penelitian penyakit bercak daun tersebut tidak diidentifikasi jenis patogennya, karena dari beberapa informasi yang di dapat bahwa sudah banyak yang menemukan beberapa jenis penyakit yang menyerang jabon di pembibitan di Bogor, Indonesia diantaranya penyakit bercak daun, hawar daun, dan mati pucuk. Patogen penyebab penyakit pada daun tersebut sudah berhasil diidentifikasi yaitu Rhizoctonia sp., Fusarium sp., dan Botryodiplodia sp..

(23)

11 lurus dengan ketahanannya terhadap serangan penyakit. Selain itu pupuk organik cair juga diduga mempunyai bahan yang dapat mencegah hama dan penyakit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik cair terhadap bibit jabon berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, nisbah pucuk akar dan ketahanan terhadap penyakit. Konsentrasi pupuk organik cair 0.5% menunjukkan pertambahan tinggi sebesar 13.38 cm, pertambahan diameter sebesar 2.94 cm, nilai ini lebih baik dari perlakuaan konsentrasi lainnya, sehingga penggunaan pupuk organik cair dengan konsentrasi 0.5% sangat baik jika digunakan dalam pembibitan jabon.

Saran

Penggunaan pupuk organik cair baik untuk pertumbuhan semai jabon di persemaian. Karenanya penggunaan pupuk organik cair dianjurkan pemakaiannya, serta mempunyai ketahanan terhadap serangan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani S. 2011. Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Beberapa Pohon Kehutanan pada Kondisi Tergenang [Skripsi]. Bogor (ID):Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Haneda NF. 2010. Hama Penyakit pada Tanaman Jabon dalam Makalah Pelatihan Peluang Investasi Hutan Rakyat Jabon. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herliyana EN, Aisyah AR. 2013. Hama dan Penyakit yang berpotensi menyerang Jabon(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq).Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kehutanan dalam rangka Dies Natalis IPB ke 50 tanggal 5 September 2013 di IICC Bogor.

Internasional Rice Research Institute [IRRI]. 1996. Standard Evaluation System of Rice. Philippines (PH): Internasional Rice Research Institute.

Khaerudin. 1994. Pembibitan Tanaman HTI. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Lembaga Biologi Nasional LIPI. 1980. Kayu Indonesia. Jakarta (ID): Balai

Pustaka.

Lewenussa A. 2009. Pengaruh mikoriza dan Bio organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Cananga odorata (Lamk) Hook.fet & Thoms [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Edisi kedua. Bogor (ID):IPB Press.

(24)

12

Pratiwi. 2003. Prospek Pohon Jabon untuk Pengembangan Hutan Tanaman.Buletin Penelitian Kehutanan4:62-66.

Ramadani H. 2008. Formulasi inokulum mikoriza arbuskula (FMA) dan vermikompos dalam meningkatkan kualitas bibit jati muna (Tectona grandis Linn f.).[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Setiadi W. 2012.Penggunaan Pupuk Organik Cair untuk Peningkatan Produktivitas Daun Murbei (Morus sp.) Sebagai Pakan Ulat Sutra (Bombyx mori L.) [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sinaga MS. 2000. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB

Streets RB. 1980. Dianogsis Penyakit Tanaman (Terjemahan: Iman Santoso) The University of ArizonaPress. Tuscon – Arizona. USA

(25)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Pertumbuhan Bibit Jabon

Sumber

Keragaman

DB JK KT F-hit P-val

Perlakuan 3 311.298 103.77 15.17 <.0001 Galat 156 1067.36 6.84

Total 159 1378.66

Lampiran 2 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Diameter Bibit Jabon

Sumber

Keragaman

DB JK KT F-hit P-val

Perlakuan 3 7,47 2.49 9.09 <.0001

Galat 156 42,76 0.27

Total 159 50,24

Lampiran 3 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Sumber

Keragaman

DB JK KT F-hit P-val

Perlakuan 3 8,82 2,94 24,53 0,0001

Galat 156 18,70 0,12

Total 159 27,53

Lampiran 4 Hasil Analisis SAS 9.01 untuk Variabel Ketahanan Terhadap Penyakit

Sumber

Keragaman

DB JK KT F-hit P-val

Perlakuan 3 28,89 9,63 43,35 0,0001

Galat 156 34,66 0,22

(26)

14

Lampiran 5Dokumentasi Penelitian

a. Penyiapan media tanam b. Bibit setelah di sapih ke polibag

c. Bibit berumur 3 minggu d. Bibit berumur 3 minggu

e. Perbedaan tinggi bibit pada setiap perlukuan mulai dari (A,B,C, dan D)

f. Salah satu bentuk serangan penyakit

(27)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh Tenggara, pada tanggal 17 Agustus 1989 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Alimin dan Siti Hatijah, Pada 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kutacane dan pada tahun yang sama lulus seleksi IPB melalui Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Organisasi Intra dan Ekstra Kampus, sebagai anggota divisi KASTRAD BEM E periode 2008-2009, sebagai staf Kementerian Kebijakan Nasional BEM KM IPB periode 2009-2010, sebagai pengurus DPM KM IPB periode 2010-2011. Selain itu penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai wakil sekretaris umum bidang pembinaan anggota Komisariat Kehutanan periode 2010-2011, sebagai Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Cabang Bogor Periode 2012-2013. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat-Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi serta Praktek Kerja Profesi (PKP) di Hutan Rakyat, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Gambar

Tabel 1Skoring tingkat kerusakan atau gejala serangan penyakit bercak
Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel tinggi bibit
Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pupuk terhadap variabel NPA

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah murid yang mendapatkan nilai dalam kategori memuaskan adalah 14 orang murid dengan persentase 42,42% dan jumlah murid yang mendapatkan nilai dalam

Perancangan sistem komunikasi ini dilakukan dengan mengirimkan data secara terus menerus untuk sistem autonomous dan mengirimkan data lokasi apabila sensor mendeteksi

Berdasarkan hal tersebut, akan diadakan pengumpulan data yang diperlukan kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel, gambar dan desain gambar dan maket dan dianalisa untuk

word of mouth secara simultan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat untuk perpindahan merek (brand switching ) pada konsumen pengguna produk kosmetik Pixy di

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Suroso Daladi Hadisiswoyo sebagai seniman yaitu dalam bidang vokal tembang dengan segala kemampuan yang Ia miliki telah

Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010) Pada Pemerintah Kota Pangkalpinang”, dengan menyadari segala

yang digunakan oleh seseorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Berdasarkan gambar di atas, maka dapat peneliti jelaskan

Kedua proses ini akan menghasilkan biji kopi berkualitas yang terlihat dari menurunnya nilai cacat biji kopi pada saat menjual kepada konsumen (PT Nestle) yang akan