PENDIDIKAN KABUPATEN MUKOMUKO, BENGKULU
Oleh
RIZKIRIA RATMARISA NUR
H24087088
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RIZKIRIA RATMARISA NUR. Analisis Penerapan Activity Based Budgeting
(ABB) pada Anggaran Belanja Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Dinas Pendidikan Mukomuko sebagai lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat, membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Lemahnya perencanaan anggaran pada akhirnya dapat memunculkan kemungkinan underfinancing atau overfinancing
yang semuanya mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas unit kerja pemerintah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja pada Dinas Pendidikan Mukomuko, (2) Menganalisis perbedaan antara anggaran yang disusun secara konvensional dengan ABB pada kantor Dinas Pendidikan Mukomuko, dan (3) Menganalisis penyimpangan varians antara metode konvensional dengan metode ABB pada kantor Dinas Pendidikan Mukomuko.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan pegawai, serta pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari DPA-SKPD Dinas Pendidikan tahun 2008 dan 2009, Laporan Keuangan tahun 2008 dan 2009, serta data sekunder lain yang mendukung. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program MicrosoftExcel 2007 dan SPSS 16.0.
Prosedur pengusunan anggaran pada Dinas Pendidikan Mukomuko dimulai dengan penyusunan Renstra dan Renja. Kemudian dibuat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang diserahkan oleh Kepala Daerah yang akan menjadi RPJMD. Kepala Daerah membuat Dokumen Pedoman Penyusunan Rencanan Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Masing-masing SKPD membuat RKA-SKPD berdasarkan pedoman tersebut. Hasil Perda APBD dan Perkada disusun menjadi Rencana DPA-SKPD dan diajukan ke Kepala Daerah agar DPA diverifikasi dan di sahkan.
Anggaran yang disusun secara konvensional dengan metode ABB adalah anggaran secara konvensional memiliki nilai total Rp. 1.427.349.061, yang terdiri dari: biaya personalia Rp. 1.203.636.061, biaya rumah tangga Rp. 24.700.000, biaya administrasi Rp. 105.575.000, biaya gedung dan lingkungan Rp. 11.500.000, biaya penyusutan Rp. 24.400.000, serta biaya pemeliharaan kendaraan Rp. 44.538.000. Sedangkan untuk ABB mempunyai nilai total Rp. 1.479.223.061, yang terdiri dari: biaya personalia Rp. 1.227.036.061, biaya rumah tangga Rp. 26.900.000, biaya administrasi Rp. 110.812.000, biaya gedung dan lingkungan Rp. 12.500.000, biaya penyusutan Rp. 26.175.000, serta biaya pemeliharaan kendaraan Rp. 75.800.000.
PENDIDIKAN KABUPATEN MUKOMUKO, BENGKULU
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RIZKIRIA RATMARISA NUR
H24087088
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Rizkiria Ratmarisa Nur NIM : H24087088
Menyetujui Pembimbing,
Farida Ratna Dewi, SE, MM NIP. 197103072005012001
Mengetahui Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 196101231986011002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mukomuko, Bengkulu pada tanggal 21 Juni 1987.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1992 di TK Ipuh, Bengkulu dan
lulus pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Dasar Negeri 1 Putri Hijau, Bengkulu Utara dan lulus pada tahun 1999. Ditahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 3 Peterongan
Jombang, Jawa Timur, kelas dua di SLTP Negeri 2 Puteri Hijau, Bengkulu Utara
dan kelas tiga di SLTP Negeri 1 Mukomuko, Bengkulu. Pendidikan tingkat atas
dapat diselesaikan pada tahun 2005 pada SMA Negeri 1 Mukomuko, Bengkulu.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma III, Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada tahun 2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
program keahlian Manajemen Informatika. Penulis pernah melakukan magang di
Kantor Informasi Komunikasi dan Data Elektronik Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur selama satu bulan pada bulan Agustus 2007. Penulis melaksanakan PKL
untuk menyelesaikan tugas akhir DIII di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Cibinong.
Setelah menyelesaikan program DIII di tahun 2008 penulis melanjutkan
studi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Sewaktu menuntut ilmu di Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, yakni
sebagai Vice Secretary Corporat Extension of Management (EXOM) Club
periode 2008–2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi IPB, penulis
menulis skripsi dengan judul Analisis Penerapan Activity Based Budgeting (ABB) pada Anggaran Belanja Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko,
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah
Analisis Penerapan Activity Based Budgeting (ABB) pada Anggaran Belanja Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Tak ada yang sempurna di dunia ini, skripsi ini pun juga masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat
diperlukan demi tercapainya hal yang lebih baik. Penulis berharap, semoga skripsi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak, baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada:
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, saran, motivasi, dan
pengarahan kepada penulis.
2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan ibu Yusrina Permanasari, ME selaku dosen
penguji.
3. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku dosen Quality Control (QC). 4. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu beserta seluruh
staf pegawai yang telah memberikan bimbingan serta informasi dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
6. Mama dan papa yang selalu memberikan semangat, inspirasi hidup, dukungan,
dan doa yang tulus kepada penulis.
7. Mas Yuli, mbak Utari, cik Iin dan Irma yang telah banyak membantu penulis
dalam menulis skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Angkatan 5 (lima), yang selalu bersama-sama mengukir kenangan indah
selama mengikuti perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan pahala
DAFTAR ISI
2.1.7 Konsep Anggaran Berdasarkan Aktivitas ... 10
2.2. Anggaran Sektor Publik... 13
2.2.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 13
2.2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik ... 14
2.2.3 Tujuan Anggaran Sektor Publik... 14
2.2.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik ... 14
2.2.5 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik ... 15
2.2.6 Analisis Varians Anggaran ... 16
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 17
III. METODE PENELITIAN... 20
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.3. Metode Penelitian ... 21
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 25
4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko ... 25
4.1.1 Visi, Misi dan Strategi ... 25
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ... 26
4.1.3 Struktur Organisasi ... 26
4.2. Penganggaran pada KantorDinas Pendidikan Mukomuko ... 26
4.2.1 Rencana Strategis (Renstra) ... 29
4.2.2 Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ... 29
4.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).. 29
4.2.4 Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan DPRD ... 30
4.2.5 Pedoman Penyusunan Rencanan Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)... 30
4.2.6 Rencana Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Raperda APBD) ... 30
4.2.7 Persetujuan Bersama ... 31
4.2.8 Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD ... 31
4.2.9 Peraturan Daerah (Perda) APBD ... 31
4.2.10 Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) ... 31
4.3. Analisis Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 32
4.3.1 Aktivitas-aktivitas Utama pada Proses Kerja Organisasi dan Penggerak Aktivitas ... 32
4.3.2 Penggerak aktivitas ... 36
4.3.3 Penggerak Aktivitas yang Dibutuhkan ... 37
4.3.4 Sumber Daya dan Biaya yang Dibutuhkan dalam Pelaksanaan Aktivitas ... 38
4.3.5 Anggaran Investasi Baru ... 43
4.3.6 Anggaran Biaya Tidak Langsung per Aktivitas... 44
4.4. PerhitunganAnggaran Biaya Dinas Pendidikan Mukomuko ... 45
4.4.1 Anggaran yang Disusun secaraKonvensional... 46
4.4.2 Anggaran yang Disusun dengan Metode ABB ... 46
4.4.3 Perbandingan Anggaran Konvensional versus ABB ... 47
4.4.4 Perbandingan Varians Anggaran Konvensional versus ABB.. 47
4.5. Uji Penyimpangan Anggaran... 50
KESIMPULAN DAN SARAN... 52
1. Kesimpulan... 52
2. Saran... 53
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perbandingan penganggaran konvensional dengan ABB ... 12
2. Activity driver pada aktivitas di Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko ... 37
3. Rincian perhitungan aktivitas... 38
4. Daftar gaji rata-rata pegawai tahun 2008... 39
5. Perhitungan biaya personel per aktivitas ... 40
6. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tahun 2008... 41
7. Asumsi biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tahun 2008 ... 41
8. Keadaan kendaraan dinas... 42
9. Biaya administrasi Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko tahun 2008... 42
10. Biaya perlengkapan rumah tangga tahun 2008 ... 43
11. Kegiatan investasi baru dan perbaikan Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko tahun 2009 ... 43
12. Rencana penyusutan biaya tahun 2009 ... 44
13. Rincian anggaran biaya tidak langsung Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko berdasarkan aktivitas ... 45
14. Perhitungan anggaran yang disusun secara konvensional tahun 2009 ... 46
15. Perhitungan anggaran dengan metode ABB untuk tahun 2009 ... 47
16. Perbandingan anggaran yang disusun secara konvensional dan anggaran dengan metode ABB ... 47
17. Perhitungan varians anggaran konvensional tahun 2009... 48
18. Perhitungan varians anggaran dengan metode ABB terhadap realisasi tahun 2009... 49
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Skema prinsip ABB dan ABC (Kaplan & Cooper dalam Tunggal, 2003) . 11 2. Kerangka pemikiran penelitian ... 22
3. Tahapan penyusunan anggaran SKPD (Peraturan Bupati Mukomuko Nomor: 40 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor: 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, diolah) ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Struktur organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko ... 57
2. Kegiatan pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko ... 58
3. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tahun 2008... 65
4. Rincian biaya administrasi Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko tahun 2008... 66
5. Asumsi harga barang inventaris tahun 2009………... 67
6. Rencana penyusutan inventaris Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko tahun 2009... 68
7. Hasil uji penyimpangan pada anggaran yang disusun secara konvensional ... 69
1.1.Latar Belakang
Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. Kedua
Undang-undang ini menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di
Indonesia.
Tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan
publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi
utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1)
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat, (2) Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
daerah, dan (3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik)
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun
anggaran. Agar tujuan-tujuan dalam otonomi daerah dapat tercapai, pemerintah
harus bertindak efektif dan efisien dalam mengelola keuangan daerahnya.
Mengalokasikannya sumber daya untuk memberikan jaminan input secara
ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan informasi akuntansi manajemen
yang sangat penting dimiliki, seiring dengan adanya paradigma baru organisasi
pemerintahan yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat dan kepentingan
publik.
Akuntansi manajemen sektor publik sangat erat dengan proses pemilihan
program, penentuan biaya, dan manfaat program serta penganggaran. Akuntansi
manajemen sektor publik juga berfungsi untuk memfasilitasi nilai anggaran sektor
Anggaran publik merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian
pemerintah. Anggaran sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang
harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian
mengindikasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui legislatif untuk
dibelanjakan. Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja
lembaga/organisasi, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat, dapat
berperan sebagai pengendali terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Dalam siklus anggaran, persiapan dan penyusunan anggaran dilakukan
taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia, dimana
penentuan taksiran ini dilakukan dengan proses estimasi. Dalam persoalan
estimasi, terdapat faktor uncertainty yang cukup tinggi (Mardiasmo, 2009).
Lemahnya perencanaan anggaran pada akhirnya dapat memunculkan
kemungkinan underfinancing atau overfinancing yang semuanya mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas unit kerja pemerintah. Anggaran sebagai alat untuk
melaksanakan strategi organisasi harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi bias atau penyimpangan.
Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko sebagai lembaga pemerintah yang
memberikan pelayanan bagi masyarakat, membutuhkan suatu strategi dalam
mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu melalui
anggaran belanja, karena dengan anggaran belanja Dinas Pendidikan Kabupaten
Mukomuko dapat merencanakan pengalokasian dana jangka pendek yang
dibutuhkan serta dapat melakukan pengendalian keuangan. Selain itu, Kantor
Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko dapat menggunakan anggaran belanja
sebagai alat pengendalian bagi penggunaan dananya. Apabila terdapat perbedaan
antara anggaran belanja dengan realisasinya dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk penyusunan anggaran belanja tahun berikutnya.
Dalam upaya mengembangkan efisiensi dan keefektifan program serta
pengalokasian sumber-sumber pada aktivitas yang mampu memberikan nilai
tambah dengan sistem akuntansi yang baik bagi publik sehingga menghasilkan
kualitas suatu anggaran yang optimal pada daerah dapat tercapai. Pada Kantor
Dinas Pendidikan Mukomuko, masih menggunakan penganggaran dengan metode
dengan realisasi yang terjadi pada instansi tersebut. Dengan menggunakan sumber
data keuangan (2 tahun) yakni tahun 2008 dan tahun 2009, sudah dapat digunakan
dalam perhitungan ABB. Data anggaran dan realisasi tahun 2008 akan digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan anggaran denga metode ABB dengan
mempertimbangkan berbagai faktor seperti aktivity driver, sumberdaya yang
dibutuhkan, biaya yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan tingkat inflasi
dan depresiasi dari penyusutan investasi. Hasil perolehan anggaran yang disusun
dengan metode ABB ini yang nantinya akan dibandingkan dengan data anggaran
dan realisasi tahun 2009 berdasarkan perhitungan konvensional yang dilakukan
pada dinas tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat
efisiensi pengalokasian dana dalam perencanaan anggaran Kantor Dinas
Pendidikan Mukomuko dengan suatu metode penghitungan biaya yaitu
penyusunan anggaran berdasarkan aktivitas yaitu Activity Based Budgeting
(ABB), berdasarkan program kerja yang telah disusun oleh Dinas Pendidikan
Mukomuko, Bengkulu.
1.2.Perumusan Masalah
Ada beberapa pendekatan yang biasa dilakukan dalam akuntansi biaya,
salah satunya dengan ABB. Berdasarkan pada latar belakang, maka penelitian ini
merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja pada Dinas Pendidikan
Mukomuko?
2. Bagaimana perbandingan antara anggaran yang disusun secara konvensional
dengan anggaran yang disusun dengan metode ABB pada Kantor Dinas
Pendidikan Mukomuko?
3. Bagaimana penyimpangan selisih antara anggaran yang disusun secara
konvensional dengan anggaran yang disusun dengan metode pada Kantor
Dinas Pendidikan Mukomuko?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja pada Dinas Pendidikan
2. Menganalisis perbedaan antara anggaran yang disusun secara konvensional
dengan anggaran yang disusun dengan metode ABB pada Kantor Dinas
Pendidikan Mukomuko.
3. Menganalisis penyimpangan selisih antara anggaran yang disusun secara
konvensional dengan anggaran yang disusun dengan metode ABB pada Kantor
Dinas Pendidikan Mukomuko.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi pemerintahan
Sebagai masukan yang bermanfaat bagi manajemen Dinas Pendidikan
Mukomuko, untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin terjadi
dalam proses penyusunan anggaran selama ini serta untuk mengadakan
perbaikan–perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan
efektivitas dan efisiensi anggaran pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Mukomuko.
2. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu karya ilmiah yang layak
dijadikan acuan serta referensi dalam melakukan studi lebih lanjut.
1.5.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya membahas mengenai anggaran belanja hanya pada
kegiatan internal Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko pada tahun 2009 dengan
menggunakan referensi anggaran tahun 2008 serta prosedur penyusunan anggaran
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anggaran
2.1.1 Definisi Anggaran
Menurut Mulyadi (2002), anggaran merupakan suatu rencana kerja
yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu
tahun. Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang
disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan
dalam proses penyusunan program (programming), tanpa didasarkan pada
rencana kegiatan jangka panjang yang disusun sebelumnya.
Menurut Hansen dan Mowen (2005), anggaran yaitu rencana
keuangan untuk masa depan; rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan
tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran merupakan
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran financial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran (Mardiasmo, 2009).
Menurut Munandar (2001), budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan,
yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang. Budget merupakan hasil kerja (output) yang terutama berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan
diwaktu yang akan datang. Karena suatu budget merupakan hasil kerja (output),maka budget dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Sedangkan, yang dimaksud budgeting ialah proses kegiatan yang menghasilkan budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih
terperinci, proses kegiatan yang tercakup dalam budgeting tersebut antara lain: (1) pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun
pengkoordinasian pelaksanaan budget, (5) pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja, yaitu untuk mengadakan penilaian
(evaluasi) terhadap pelakasanaan budget, dan (6) pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh
kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi)
terhadap kerja yang telah dilaksanakan, serta menyusun
kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan
tersebut.
2.1.2 Fungsi Anggaran
Sesuai dengan fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan, fungsi anggaran juga demikian. Menurut
Nafarin (2007), fungsi-fungsi anggaran adalah:
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang
teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit
dan uang.
2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan
(laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap
bagian kegiatan. Sehingga tiap bagian harus melaksanakan tugasnya
secara selaras, terarah, terkoordinasi sesuai dengan yang direncanakan
atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti
mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
a) Memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
b) Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Anggaran
Menurut Nafarin (2007), tujuan penyusunan anggaran antara lain:
1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber
dan penggunaan dana.
2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan
dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai
hasil yang maksimal.
5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan
anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan
yang berkaitan dengan keuangan.
Sedangkan manfaat anggaran menurut Nafarin (2007):
1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
4. Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada pegawai.
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.
2.1.4 Karakteristik Anggaran
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran,
berikut ini diuraikan karakteristik anggaran. Menurut Mulyadi (2002),
anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain
keuangan.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti
bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat berubah pada kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibanding dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2.1.5 Prosedur Penyusunan Anggaran
Menurut Nafarin (2007), prosedur penyusunan anggaran dijelaskan
dalam beberapa tahap berikut ini:
1. Penentuan pedoman anggaran
Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang sebaiknya
dipersiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai.
Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu manajemen puncak
(direktur atau komisaris) melakukan dua hal, yaitu:
a) Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebijakan,
asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
b) Membentuk panitia penyusunan anggaran yang terdiri dari direktur
sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris, dan manajer
lainnya sebagai anggota.
2. Persiapan anggaran
Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan (sales
budget) terlebih dahulu menyusun anggaran penjualan (sales forecast).
Setelah menyusun anggaran penjualan, manajer pemasaran bekerja sama
dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun anggaran
penjualan, anggaran beban penjualan, dan anggaran piutang usaha.
Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan
dan manajer umum menyusun anggaran produksi, anggaran biaya
pabrik, anggaran persediaan, dan anggaran utang usaha. Anggaran
tersebut dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh
keuangan menyusun anggaran beban administrasi dan umum. Setelah itu,
manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer lainnya menyusun
anggaran laba rugi, anggaran neraca, anggaran kas, dan anggaran lainnya.
Anggaran dalam tahap ini, biasanya diadakan rapat antar bagian yang
terkait saja.
3. Penentuan anggaran
Pada tahap rapat penentuan anggaran semua manajer beserta direksi
mengadakan rapat kegiatan:
a) Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen
anggaran.
b) Koordinasikan dan penelaahan komponen anggaran.
c) Pengesahan dan pendistribusian anggaran
4. Pelaksanaan anggaran
Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan
realisasi anggaran. Setelah dianalisis, kemudian laporan realisasi
anggaran tersebut disampaikan pada direksi.
2.1.6 Proses Pengendalian Anggaran
Proses pengendalian menurut Welsch, et al (2000), mendefinisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian
organisasi suatu perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan
apabila diperlukan. Menurut Mulyadi (2002), proses pengendalian anggaran
dilaksanakan melalui tiga tahap utama, antara lain:
1. Tahap Penetapan Sasaran
Tujuan perusahaan kemudian dirinci lebih lanjut ke dalam sasaran (goal)
dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer tertentu dalam proses
penyusunan anggarannya. Alokasi sumber daya dalam proses
penyusunan anggaran perlu diukur dengan satuan moneter standar
dengan menggunakan ukuran akuntansi. Informasi akuntansi manajemen
berperan dalam tahap penetapan sasaran sebagai alat pengirim peran.
2. Tahap Implementasi
Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang bertanggungjawab
atas pencapaian sasaran tersebut, serta dialokasikan sumber daya kepada
anggaran dalam perusahaan kemudian mengkonsolidasikan ke dalam
suatu anggaran komprehensif yang formal untuk disahkan oleh direksi
dan pemegang saham. Tahap implementasi anggaran dilaksanakan
melalui dua kegiatan penting yaitu:
a) Komunikasi anggaran
Manajer fungsi anggaran bertanggungjawab untuk
mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada para
manajer jenjang menengah dan bawah.
b) Kerjasama dan koordinasi
Untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, orang harus mengetahui
peran yang harus dimainkan oleh orang lain, baik dalam organisai
formal maupun informal.
3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja
Dalam tahap ini, kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan standar
yang tercantum dalam anggaran, untuk menunjukkan bidang masalah
dalam organisasi dan menyarankan tindakan pembetulan yang memadai
bagi kinerja yang berada dibawah standar.
2.1.7 Konsep Anggaran Berdasarkan Aktivitas
Dalam Investopedia (2010), Anggaran berdasarkan aktivitas (ABB)
berarti sebuah metode penganggaran dimana kegiatan yang mengeluarkan
biaya dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi yang dihubungkan
dengan definisi dan kemudian dianalisis. Kegiatan yang kemudian dikaitkan
dengan tujuan strategis, setelah itu biaya dari kegiatan yang diperlukan
digunakan untuk membuat anggaran. “Activity Based Budgeting (ABB)mean a method of budgeting in which the activities that incur costs in every functional area of an organization are recorded and their relationships are defined and analyzed. Activities are then tied to strategic goals, after which the costs of the activities needed are used to create the budget.1”
Menurut Brimson (1991) dalam writework (2006), ABB is a managing process that based on the activity level, in order to get lasting improvement
1
Activity Based Budgeting (ABB), Investopedia, diakses dari
on cost and operation (Brimson 1991) ...2” Definisi ini menyatakan, ABB adalah proses yang mengelola pada tingkat aktivitas, dalam rangka untuk
mendapatkan perbaikan yang berlangsung pada biaya dan operasi.
Menurut Tunggal (2003), ABB adalah proses mengembangkan suatu
anggaran induk dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari analisis
berdasarkan aktivitas. ABB mengarahkan perhatian pada biaya yang
diharapkan untuk melakukan berbagai aktivitas. ABB memudahkan
perbaikan berkesinambungan. Proses dalam penyajian anggaran dalam suatu
ABB menyoroti peluang untuk mereduksi biaya dan eliminasi aktivitas yang
boros. ABB memudahkan identifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah
dan mengeliminasi aktivitas tersebut. ABB merupakan suatu bentuk
anggaran yang berfokus pada biaya aktivitas (cost driver) atau pemicu biaya
(cost driver) yang diperlukan dalam operasi. ABB memisahkan biaya-biaya
ke dalam kelompok biaya yang homogen berdasarkan cost driver yang berasal dari Activity Based Costing (ABC), dimana ABB secara prinsip merupakan ABC yang dibalik aliran kasnya (Gambar 1).
ABC ABB
Resources
Resources drivers
Activity
Activity cost driver
Products
Gambar 1. Skema prinsip ABB dan ABC (Kaplan & Cooper dalam Tunggal, 2003)
Menerapkan konsep ABC terhadap proses penganggaran
menghasilkan ABB. Dalam ABB, langkah pertama adalah menentukan
produk atau jasa yang akan dihasilkan dan pelanggan yang harus dilayani.
Kemudian aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk
2
atau jasa tersebut ditentukan. Akhirnya, sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang ditentukan tersebut dikuantifikasi
secara konseptual. Perbedaan metode tradisional (konvensional) dan
metode ABB adalah seperti yang terdapat pada Tabel 1:
Tabel 1. Perbandingan penganggaran konvensional dengan ABB
Keterangan Konvensional ABB
Unit penganggaran Diekspresikan sebagai
biaya fungsional/kategori pengeluaran
Diekspresikan sebagai biaya pelaksanaan aktivitas.
Fokus Sumber daya yang
dibutuhkan
Output/pekerjaan yang dilakukan
Orientasi Historis Continuous improvement
(perbaikan berkesinambungan) Peran pemasok dan
pelanggan
Tidak secara formal mempertimbangkan
Melakukan koordinasi dengan pemasok dan mempertimbangkan
Peran pemasok dan pelanggan
(lanjutan)
pemasok dan pelanggan dalam penganggaran
kebutuhan pelanggan dalam proses penganggaran
Dasar anggaran Berdasarkan pola perilaku
biaya: biaya variabel dan biaya tetap
Berdasarkan kemanfaatan kapasitas
Anggaran ABB merupakan anggaran biaya pelaksanaan berbagai
aktivitas, sebaliknya anggaran konvensional menyajikan biaya yang
dianggarkan untuk setiap fungsi atau kategori pengeluaran. Penganggaran
konvensional berfokus pada elemen-elemn biaya seperti bahan, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik. Sedangkan ABB mengarahkan perhatian pada biaya yang diharapkan untuk melakukan berbagai aktivitas. ABB
memudahkan continuous improvement (perbaikan berkesinambungan). Proses penyusunan ABB menyoroti peluang untuk mengurangi biaya dan
eliminasi aktivitas yang menimbulkan pemborosan. ABB mengurangi beban
kerja sampai dengan tingkat minimum yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi. Sebaliknya, peristiwa masa lalu sering kali merupakan
dasar dalam penyusunan anggaran konvensional. Dalam anggaran
organisasi akan mengalami kesulitan. Anggaran konvensional
memperlakukan aktivitas pemasok atau pelanggannya sebagai suatu kondisi
yang given untuk anggaran. Sebaliknya, ABB membutuhkan koordinasi yang baik dengan para pemasok dan berusaha memenuhi kebutuhan
pelanggan. Sebagai alat pengendalian, anggaran konvensional berfokus
pada minimisasi penyimpangan dan memaksimumkan kinerja unit
pertanggungjawaban. Tujuan utama pengendalian dalam metode ABB
adalah mengkoordinasikan dan menyelaraskan aktivitas perusahaan secara
keseluruhan untuk melayani pelanggan. Ada tiga langkah yang dibutuhkan
untuk membangun suatu ABB yaitu:
a) Aktivitas-aktivitas dalam suatu organisasi harus diidentifikasikan,
b) Permintaan untuk setiap keluaran aktivitas (activity’s output) harus
diperkirakan, dan
c) Biaya sumber daya (cost of resource) yang diperlukan untuk
memproduksi keluaran aktivitas tersebut harus dinilai.
2.2.Anggaran Sektor Publik
2.2.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009), anggaran publik berisi rencana kegiatan
yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana,
anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan dokumen
keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa
yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam
beberapa periode yang akan datang. Secara singkat dinyatakan bahwa
anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan:
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang akan dibuat (pengeluaran/
belanja); dan
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
2.2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik
Menurut Mulyadi (2002), fungsi anggaran yaitu:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan
perusahaan dimasa mendatang.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang
menghubungkan manajer bawah dan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding
hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi
manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
2.2.3 Tujuan Anggaran Sektor Publik
Tujuan proses penyusunan anggaran sektor publik adalah: (1)
membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi
antar bagian dalam lingkungan pemerintah, (2) membantu menciptakan
efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui
proses pemrioritasan, (3) memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi
prioritas belanja, (4) meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban
pemerintah kepada DPR atau MPR dan masyarakat (Wikipedia, 2010)3.
2.2.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009), prinsip-prinsip didalam anggaran sektor
publik meliputi:
1. Otoritas oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otoritas dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
3
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund).
4. Nondiscretionary appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi tahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai
kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran. 7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
2.2.5 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009), jenis-jenis anggaran sektor publik terdiri
dari:
1. Anggaran operasional (operation/recurrent budget)
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan
sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah
yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah “belanja
rutin”. Belanja rutin (recurrent expenditure) adalah pengeluaran yang
menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut “rutin” karena
sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.
2. Anggaran modal/investasi (capital/investment budget)
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti: gedung, peralatan, kendaraan,
perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya
dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja modal/investasi
adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah, dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaannya.
2.2.6 Analisis Varians Anggaran
Welsch, et al (2000), dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya, kemungkinan yang
perlu dipertimbangkan diantaranya:
1) Varians tidak material.
2) Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan. Sasaran yang
direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh
departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya.
3) Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. Untuk
meningkatkan efisiensi atau untuk menghadapi kemungkinan tertentu,
manajemen sering membuat keputusan yang menyebabkan adanya
varians.
4) Banyak varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari faktor yang
tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.
5) Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian
utama dan diselidiki secara teliti.
Beberapa pendekatan utama untuk mempelajari atau menyelidiki
varians dalam menentukan sebab yang mendasarinya menurut Welsch, et al
(2000) adalah:
1) Pertemuan dengan manajer pusat tanggungjawab dan penyelia dan
2) Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas,
keefektifan penyeliaan, dan keadaan umum lainnya.
3) Pengamatan langsung.
4) Penyelidikan di tempat oleh manajer lini.
5) Penyelidikan oleh kelompok staf (di spesifikasi menurut tanggungjawab).
6) Pemeriksaan internal.
7) Penelitian khusus.
8) Analisis varians.
Menurut Darsono dan A. Purwanti (2008), biaya standar dibandingkan
dengan biaya aktual melahirkan penyimpangan (varians). Jika biaya standar
lebih besar dari pada biaya aktual, maka melahirkan varians yang
menguntungkan (favorable variance); dan sebaliknya jika biaya standar
lebih kecil dari pada biaya aktual, maka melahirkan varians yang tidak
menguntungkan (unfavorable variance).
Menurut Christina, et al (2002), analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi berikut:
1) Analisis varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil
aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap sebagai
dasar.
2) Analisis varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar
digunakan sebagai dasar.
3) Analisis varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau
dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba perusahaan. Sasaran
yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.
2.3.Hasil Penelitian Terdahulu
Megalow (2007), dengan judul ”Analisis Selisih Anggaran Biaya Pabrik
sebagai Alat Pengendalian Manajemen Studi Kasus PT Unitex Tbk Bogor”.
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Unitex, Tbk yaitu sebuah perusahaan
patungan Indonesia-Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (fully
integrated textile manufacture). Penganggaran biaya pabrik pada PT Unitex, Tbk
direktur yang membuat keputusan mengenai anggaran yang akan digunakan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran dimulai dari manajer
bagian atau divisi, kepala bagian, manajer keuangan, dan presiden direktur.
Setelah dilakukan penganggaran dilakukan analisis varians sehingga diketahui
beberapa penyimpangan yang signifikan antara realisasi dengan anggaran.
Pengujian hipotesis juga dilakukan dengan uji t. Pada uji t diketahui bahwa
penyimpangan yang terjadi antara anggaran dan realisasinya masih dalam batas
pengendalian manajemen perusahaan. Peneliti juga menawarkan beberapa
rekomendasi pada PT Unitex, Tbk.
Prawatiningsih (2007), dengan judul ”Evaluasi Anggaran Belanja sebagai
Alat Pengendalian Keuangan Studi Kasus Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi”.
Rumah Sakit Daerah Ciawi merupakan salah satu rumah sakit yang berada di
Kabupaten Bogor, pada tahun 2002 RSD Ciawi berubah status menjadi Badan
Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bogor No. 29 tahun 2002. Penelitian ini mengungkapkan prosedur penyusunan
anggaran belanja yang telah disusun oleh BRSD Ciawi tahun 2005-2006 dan
evaluasi terhadap realisasinya. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
penyusunan anggaran yaitu jumlah kunjungan pasien, jenis penyakit, rencana
rumah sakit dalam penambahan sarana medis dan non medis, jumlah tempat tidur,
rencana penambahan sarana fisik dan pelayanan baru, rencana penambahan
karyawan, peraturan pemerintah, dan anggaran belanja tahun sebelumnya.
Prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi menggunakan metode
campuran (top down dan bottom up). Setelah dilakukan penganggaran dilakukan
analisis varians, hasil dari analisis ini adalah secara keseluruhan penyimpangan
yang terjadi favorable. Selanjutnya dilakukan uji t yang diperoleh kesimpulan anggaran belanja tahun 2005 masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
Namun pada anggaran belanja tahun 2006 ada yang termasuk dalam batas
pengendalian dapat diterima dan ada p
ula yang termasuk tidak dalam batas pengendalian dapat diterima.
Hendardi (2002), dengan judul “Penyusunan Anggaran Berdasarkan
Aktivitas (Activity Based Budgeting) pada Komponen Biaya Operasi Perusahaan
Pada tesis ini, menjabarkan anggaran konvensional mengandalkan push terhadap
demand. aktivitas kurang diperhatikan sehingga tidak mengherankan sering terjadi distorsi dalam menentukan jumlah biaya yang dianggarkan pada suatu produk.
Hal ini menyebabkan perusahaan akan menemui kesulitan dalam menghadapi
lingkungan yang selalu menuntut daya saing. Penganggaran berdasarkan aktivitas
(ABB) pada akhirnya cenderung mempertimbangkan pull terhadap demand. Dengan sangat memperhatikan aktivitas yang terlibat dalam pembuatan suatu
produk maka dapat diperoleh anggaran aktivitas yang paling proporsional
terhadap produk. Dengan metode ABB, perusahaan dapat lebih mudah melakukan
perbaikan terhadap proses. Dengan demikian daya saing perusahaan dapat lebih
baik. Penelitian Hendardi ini juga menemukan adanya perbedaan pada jumlah
anggaran antara metode konvensional dengan metode ABB. Pada metode ABB
menggunakan perhitungan biaya per aktivitas yang lebih akurat daripada proses
III. METODE PENELITIAN
3.1.Kerangka Pemikiran
Visi dan misi pada Dinas Pendidikan Mukomuko, dijabarkan dalam
beberapa kebijakan diantaranya kebijakan operasional, keuangan dan sumber daya
manusia. Kebijakan keuangan yang dijalankan oleh Kantor Dinas Pendidikan
Mukomuko adalah melaksanakan penganggaran. Pelaksanaan penganggaran pada
Dinas Pendidikan Mukomuko diawali dengan menterjemahkan visi dan misi ke
dalam target-target yang ingin dicapai oleh Dinas Pendidikan Mukomuko. Setelah
target ditetapkan, Dinas Pendidikan Mukomuko menyusun program kerja dalam
bentuk rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Mukomuko untuk satu tahun ke depan. Selanjutnya Dinas Pendidikan
Mukomuko menyusun anggaran untuk menggambarkan nilai uang dari rencana
kegiatan tersebut. Untuk melihat apakah rencana yang dibuat berhasil diterapkan,
bagian keuangan melaporkan hasil kegiatan operasional Dinas Pendidikan dalam
bentuk laporan keuangan berupa laporan realisasi. Dari penyusunan anggaran
dengan metode konvensional dan realisasi tahun sebelumnya yakni tahun 2008
yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan anggaran dengan metode
ABB. Analisis terhadap anggaran Dinas Pendidikan Mukomuko yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah menghitung perbandingan antara anggaran
yang disusun dengan metode konvensional dengan anggaran dengan metode
ABB. Disamping itu, dilakukan juga perhitungan selisih (varians) antara anggaran
dengan metode konvensional terhadap laporan realisasi dan menghitung selisih
(varians) antara anggaran dengan metode ABB berdasarkan program kerja yang
telah disusun oleh Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko terhadap laporan
realisasi. Setelah itu, dilakukan Uji t (t-test) jika terdapat penyimpangan yang
terjadi dalam analisis varians, uji tersebut dilakukan untuk mengetahui bahwa penyimpangan tersebut masih dalam batas pengendalian manajemen. Sehingga,
ketika evaluasi dilakukan akan menghasilkan sebuah hasil analisis anggaran yang
dapat memberikan rekomendasi bagi instansi dalam upaya perbaikan anggaran
penelitian pada Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko dapat dilihat pada Gambar
2.
Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko
Visi, Misi dan Tujuan Dinas Pendidikan Kabupaten
Mukomuko
Penetapan Target
Penyusunan Program Kerja
Penyusunan Anggaran Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko dengan Metode
Konvensional
Realisasi
Penyusunan Anggaran dengan Metode Activity Based
Budgeting (ABB)
Perbandingan
Hasil Analisis Anggaran
Umpan Balik (Feedback)
Varians
Uji t
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko
di jalan Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Mukomuko, Bengkulu. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama empat bulan
yaitu pada bulan September hingga Desember 2010.
3.3.Metode Penelitian
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan
pengamatan langsung di Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko. Data
sekunder diperoleh dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pendidikan Tahun Anggaran 2008
dan 2009, Laporan Keuangan Dinas Pendidikan Mukomuko tahun
Anggaran 2008 dan 2009, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Bupati
Mukomuko No. 40 tahun 2008 Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2009
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah.
Data sekunder lainnya diperoleh dari berbagai literatur dan tulisan yang
dianggap relevan dengan penelitian ini.
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahap, yaitu
analisis terhadap anggaran Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko kemudian
menyusun anggaran alternatif dengan pendekatan ABB, yaitu: 1. Analisis anggaran Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko
Analisis varians dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, yaitu menghitung varians (selisih) dari anggaran statis (anggaran pendapatan dan biaya pada Dinas Pendidikan Mukomuko) terhadap
hasil realisasi (aktual). Menurut Hansen dan Mowen (2005), varians
anggaran adalah perbedaan antara biaya aktual dan biaya yang
direncanakan. Varians dapat disebakan oleh volume (unit) yang tidak sesuai dengan anggaran, tetapi dapat juga karena harga/tarif per unit
yang tidak sama dengan anggaran. Varians yang tidak menguntungkan
unfavorable(U)variances, terjadi bila harga atau penggunaan masukan aktual lebih besar dibandingkan harga atau penggunaan standar. Bila
hal sebaliknya terjadi maka merupakan varians yang menguntunngkan
favorable(F)variances. 2. Menyusun ABB
Dalam menyusun ABB, langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
b) Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama yang terjadi pada Kantor
Dinas Pendidikan Mukomuko.
c) Mengidentifikasi activity driver dari masing-masing aktivitas di Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko.
d) Mengidentifikasi sumber dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
aktivitas-aktivitas tersebut.
e) Melakukan estimasi biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan pada Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko.
f) Membandingkan hasil yang diperoleh dari anggaran yang dihitung
dengan metode ABB dengan realisasi dari anggaran konvensional
yang terdapat pada Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko.
Setelah melakukan pengolahan data ke dalam bentuk ABB, maka
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis varians anggaran.
Dasar penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians, antara realisasi dengan
sasaran yang direncanakan atau dianggarkan. Pengolahan data anggaran
tersebut menggunakan software komputer Microsoft Excel 2007 untuk analisis varians dan mengukur apakah penyimpangan anggaran belanja masih dalam
batas pengendalian dengan melakukan uji t, dengan menggunakan alat bantu
berupa software Statistical Packages for The Social Sciences (SPSS) 16.0 serta analisis deskriptif.
Uji hipotesis dengan menggunakan t-test untuk mengukur apakah penyimpangan anggaran dengan realisasi masih dalam batas pengendalian.
Menurut Riduwan (2005), tujuan dari uji t adalah untuk membandingkan
apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Langkah-langkah
dalam uji t, menurut Riduwan (2005) yaitu:
1. Buatlah Ha dan H0 dalam uraian kalimat.
H0 : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya masih dalam batas pengendalian.
Ha : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya tidak dalam batas pengendalian.
2. Buatlah H0 dan Ha dalam model statistik.
H0 : µ1 = µ2
3. Mencari t hitung
Rumus t:
……….. …. (1)
Dimana S:
………. (2)
Keterangan:
: Rata-rata nilai anggaran
: Rata-rata nilai realisasi
: Jumlah laporan anggaran
: Jumlah laporan realisasi
: Anggaran
: Realisasi anggaran
: Standar deviasi
: Standar deviasi
4. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) kemudian dicari t tabel dengan ketentuan db = n – 1.
Tarif signifikan (α) yang digunakan sebesar 5% atau 0,05.
5. Tentukan kriteria pengujian.
Jika t hitung < t table maka H0 diterima dan Ha ditolak, Jika t hitung > t table maka H0 ditolak dan Ha diterima.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko 4.1.1 Visi, Misi dan Strategi
1. Visi
Terwujudnya kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat maju
dan sejahtera di bawah Ridho Allah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Misi
a. Menuntaskan Wajib Belajar sembilan tahun.
b. Meningkatkan perluasan dan kesempatan memperoleh pendidikan.
c. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jenjang dan
tingkat.
d. Memantapkan manajemen pendidikan yang profesional.
e. Meningkatkan kesejahteraan, profesionalisme tenaga kependidikan.
f. Menciptakan sistem data dan perencanaan pendidikan yang akurat.
g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan.
h. Meningkatkan sistem pengawasan, akreditasi bagi lembaga-lembaga
pendidikan.
3. Strategi
Pelaksanaan pembangunan dibidang pendidikan dengan
memberdayakan semua potensi yang ada meliputi dana, sumber daya
manusia, dan sumber daya alam. Strategi pelaksanaannya dengan
menggunakan analisis kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
sumber daya yang ada, dengan menitik beratkan pada penuntasan program
Wajib Belajar Sembilan Tahun, peningkatan mutu, pengelolaan manajemen
pendidikan yang efektif dan efisien, serta senantiasa meningkatkan sistem
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Dinas Pendidikan adalah melaksanakan urusan pemerintah
daerah bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan non formal,
informal dan pendidikan anak usia dini serta bidang bina program.
Fungsi Dinas Pendidikan:
1) Perumusan kebijakan teknis pendidikan di daerah.
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang pendidikan
meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan non formal,
Informal dan pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta bidang bina program.
4.1.3 Struktur Organisasi
Secara struktural Dinas Pendidikan Mukomuko (tahun 2010) dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas dan membawahi Sekretaris Dinas, Kelompok Jabatan
Fungsional dan UPTD serta empat Kepala Bidang (Kabid) yakni Kabid
Keuangan, Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas), Kabid Pendidikan Menengah
(Dikmen) dan Kabid Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Sekretaris membawahi tiga
Sub Bagian yaitu Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian dan Sub Bagian
Bina Program. Kabid Keuangan membawahi tiga Kepala Seksi (Kasi) yaitu Kasi
Anggaran, Kasi Pembendaharaan dan Kasi Pembukuan dan Verifikasi. Kabid
Dikdas membawahi tiga Kasi yakni Kasi Kurikulum, Kasi Ketenagaan, dan Kasi
Kesiswaan. Kabid Dikmen membawahi tiga Kasi yaitu Kasi Kurikulum, Kasi
Ketenagaan dan Kasi Kesiswaan. Kemudian Kabid Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) juga membawahi tiga Kasi yakni Kasi Kurikulum, Kasi Ketenagaan dan
Kasi Pembinaan Warga Belajar. Struktur organisasi Dinas Pendidikan Mukomuko
tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.Penganggaran pada Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko
Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas dan Kabid Keuangan, maka
diperoleh informasi tentang tahapan penyusunan pelaksanaan anggaran pada
Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko. Tahapan penganggaran tersebut, dimulai
dijabarkan kedalam Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi), masing-masing bidang
yang terdapat pada Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko (sesuai struktur
organisasi) mempunyai Tupoksi seperti Sekretaris Dinas, Bidang Keuangan,
Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen), dan
Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Masing-masing bidang tersebut membuat
rencana kegiatan untuk satu tahun kedepan. Rencana kegiatan yang telah dibuat
tentu membutuhkan biaya agar target kegiatan dapat tercapai. Untuk mencapai
rencanan kegiatan-kegiatan yang telah dibuat, maka dibuat Rencana Kerja
Anggaran (RKA) yang merupakan anggaran yang dibutuhkan oleh masing-masing
bidang yang ada pada Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko. Pembuatan RKA
didasarkan atas rencana kerja yang ingin dicapai dengan Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) yang dituangkan ke dalam bentuk RKA.
Penyusunan anggaran secara terperinci mempunyai urutan prosedur berupa
tahap-tahap pengesahan dan rekomendasi dari DPRD dan Kepala Daerah agar dapat
tersusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA-SKPD) untuk dinas/instansi yang ada di Kabupaten Mukomuko. Tahapan
penyusunan anggaran untuk SKPD dalah hal ini adalah Dinas Pendidikan
Tahapan Penyusunan Anggaran SKPD (Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko)
Akhir Mei Med Juni Mgu II Juli Mgu I Oktober Akhir Nov 31 Des
Mendagri
Gambar 3. Tahapan penyusunan anggaran SKPD (Peraturan Bupati Mukomuko Nomor: 40 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor: 13 tahun
4.2.1 Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Pendidikan Mukomuko menyusun Renstra yakni Rencana
Strategis Dinas Pendidikan Mukomuko adalah rencana yang berorientasi
pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun dengan memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang ada atau mungkin timbul, mengandung visi, misi, nilai–
nilai, faktor–faktor penentu keberhasilan dan tujuan pembangunan yang
realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan yang
diinginkan dan dapat dicapai. Kedudukan Renstra Dinas Pendidikan
Mukomuko adalah sebagai pedoman dan arah dalam penyelenggaraan dan
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat. Maksud disusunnya Renstra
SKPD adalah sebagai pedoman bagi Dinas Pendidikan Mukomuko dalam
menyusun program dan kegiatan pembangunan khususnya di bidang
pendidikan.
Tujuan disusunnya Renstra SKPD adalah untuk meningkatkan
pelaksanaan pembangunan dibidang pendidikan dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang pendidikan yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk lebih memantapkan
pelaksanaan akuntabilitas kinerja Dinas Pendidikan sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi, dan tujuan di bidang
pendidikan.
4.2.2 Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Agar Renstra tersebut dapat dilaksanakan per tahunnya, maka Dinas
Pendidikan Mukomuko membuat Renja. Kumpulan Renja yang akan
dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Mukomuko dibuat RKPD yang
diserahkan pada Kepala Daerah/Pemerintah Daerah.
4.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Setelah melalui beberapa tahap, Renstra dari masing-masing SKPD
tersebut akan menjadi dokumen RPJMD merupakan dokumen
perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun dan juga sebagai dasar
untuk penyusunan RKPD yang merupakan dokumen perencanaan
4.2.4 Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan DPRD
Rencana Kebijakan Umum APBD (Rencana KUA) berisi sumber
anggaran terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan sebagainya.
Agar Rencana KUA dapat dilaksanakan maka harus dibahas dan
mendapatkan persetujuan dari Kepala Daerah dan DPRD begitu juga
dengan Rencana Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (Rencana PPAS).
Agar Rencana PPAS dapat dilaksanakan maka harus dibahas, dengan
harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Daerah dan DPRD. Hasil
pembahasan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dan DPRD diperoleh
Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan DPRD.
4.2.5 Pedoman Penyusunan Rencanan Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
Kemudian Kepala Daerah/Pemda Membuat Dokumen Pedoman
Penyusunan Rencanan Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) yaitu petunjuk atau referensi dalam melaksanakan
kegiatan penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta
rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Setelah Dokumen
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD dibuat, maka masing-masing SKPD
membuat RKA-SKPD berdasarkan pedoman tersebut.
4.2.6 Rencana Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Raperda APBD)
Setelah RKA-SKPD dibuat, maka diajukan ke Kepala Daerah agar
RKA dibahas oleh Tim Anggaran Pemda. Hasil Pembahasan RKA
tersebut adalah berupa Raperda APBD (seluruh SKPD) yang disampaikan
kepada Kepala Daerah. Kemudian dokumen Raperda APBD tersebut
dibahas di DPRD dengan dihadiri seluruh oleh SKPD yang ada pada
Kabupaten Mukomuko guna mempresentasikan penggunaan dana dan
alasan pangajuan dana dengan jumlah yang telah ditetapkan dari
masing-masing SKPD. Semua SKPD harus mampu menjelaskan penggunaan dana
tersebut secara tapat guna agar disetujui oleh DPRD, jika SKPD tidak
tersebut akan dicoret oleh DPRD dan point tersebut tidak akan mendapat anggaran sehingga tidak ada pelaksanaan kegiatan. Untuk itulah mengapa
masing-masing SKPD harus bisa menjelaskan penggunaan alokasi dana
yang akan dianggarkan.
4.2.7 Persetujuan Bersama
Jika DPRD telah setuju dengan pengajuan anggaran dari
masing-masing SKPD maka DPRD akan membuat dokumen persetujuan bersama
antara DPRD dengan Kepala Daerah tentang hasil Raperda APBD dan
diperoleh juga dokumen Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD.
4.2.8 Perkada Penjabaran APBD
Jika DPRD telah setuju dengan pengajuan anggaran dari
masing-masing SKPD maka DPRD akan membuat dokumen Persetujuan bersama
antara DPRD dengan Kepala Daerah tentang hasil Raperda APBD dan
diperoleh juga dokumen Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD. Kedua dokumen tersebut akan dievaluasi oleh Menteri
Dalam Negeri atau oleh Gubernur.
4.2.9 Peraturan Daerah (Perda) APBD
Jika hasil evaluasi sudah disetujui oleh Gubernur, maka menjadi
Perda APBD yang disahkan juga oleh DPRD yang berupa kumpulan
seluruh RKA-SKPD dan Kepala Daerah juga mengesahkan Rancangan
Perkada tentang Penjabaran APBD menjadi Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD (misal untuk anggaran tahun depan).
4.2.10 Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)
Hasil Perda APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD yang
telah disahkan oleh DPRD dan Kepala Daerah, akan disusun menjadi
Rencana Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renc DPA-SKPD) kemudian diajukan kepada Kepala Daerah berupa
verifikas DPA oleh Tim Anggaran Pemda dan di sahkan oleh Kepala
Daerah. DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja
pengguna anggaran. Setelah itu, anggaran akan dicairkan sesuai dengan
yang tertera pada DPA-SKPD.
4.3.Analisis Biaya Berdasarkan Aktivitas
Salah satu pendekatan alternatif dalam penyusunan anggaran adalah Activity Based Budgetting (ABB). Seperti telah disebutkan pada Bab III Metode Penelitian, bahwa pendekatan ini memiliki banyak keunggulan, oleh karena itu
penulis mencoba menyusun ABB pada komponen belanja menurut program dan
kegiatan Dinas Pendidikan Mukomuko untuk diperbandingkan keefektifannya
dengan anggaran biaya yang telah disusun secara konvensional oleh Dinas
Pendidikan Mukomuko.
4.3.1 Aktivitas-aktivitas Utama pada Proses Kerja Organisasi dan Penggerak Aktivitas
Berdasarkan tugas pokok Dinas Pendidikan Mukomuko tahun 2008,
menyebutkan beberapa aktivitas utama yang terdapat pada kantor Dinas
Pendidikan Mukomuko yang merupakan aktivitas pegawai pada kantor tersebut
yang rutin dilaksanakan. Berikut akan dijabarkan aktivitas utama pada kantor
Dinas Pendidikan Mukomuko:
1. Arsip surat menyurat, merupakan kegiatan pengarsipan segala jenis surat baik
surat masuk maupun surat keluar yang ditujukan pada Dinas Pendidikan
seperti surat yang ditujukan untuk kepala dinas, sekretaris dinas, bidang
keuangan, bidang pendidikan dasar, bidang pendidikan menengah maupun
bidang PLS.
2. Pengecekan kepegawaian, kegiatan yang berhubungan dengan pegawai
seperti:
a) Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, mengimpentarisasi
permasalahan serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan
kepegawaian.
b) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, evaluasi dan melaporkan
kegiatan sub bagian kepegawaian.
c) Pengumpulan pengelolahan data dan penyimpanan berkas-berkas
administrasi kepegawaian.