• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN KESENIAN BAMBU DI SAUNG ANGKLUNG UDJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELESTARIAN KESENIAN BAMBU DI SAUNG ANGKLUNG UDJO."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

No Daftar FPIPS : 1385/ UN : 40.2.5.1/ PL / 2012

PELESTARIAN KESENIAN BAMBU DI SAUNG ANGKLUNG UDJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Disusun Oleh: Muhamad Farhan

0807179

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

ABSTRAK

PELESTARIAN KESENIAN BAMBU DI SAUNG ANGKLUNG UDJO

Oleh: Muhamad Farhan

NIM: 0807179

Masalah yang dibahas adalah bagaimana upaya Saung Angklung Udjo dalam melestarikan kesenian bambu dan bagaimana upaya Saung Angklung Udjo dalam mengembangkan atraksi wisata yang memuat kesenian bambu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah program yang telah dilakukan Saung Angklung Udo telah mencakup prinsip pelestarian yang mencakup perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya sesuai dengan peraturan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata no 42 tahun 2009 tentang pedoman pelestarian kebudayaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Teori-teori yang berkaitan dan mendukung penelitian ini antara lain konsep kebudayaan, prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya dan konsep kesenian. Wawancara dengan pihak pengelola juga dilakukan guna mengetahui program yang telah dilakukan dalam upaya pelestarian kesenian sunda dan didukung oleh observasi langsung kelapangan guna mengetahui kondisi Saung Angklung Udjo secara faktual.

Hasil penelitian menunjukan bahwa program pelestarian yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo telah mengacu pada pedoman pelestarian yang telah ditetapkan oleh peraturan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No 42 Tahun 2009 tentang pedoman pelestarian kebudayaan dengan upaya perlindungan, membentuk yayasan Saung Angklung Udjo yang salah satu programnya membangun museum hidup. Upaya pengembangan, dengan mengembangkan alat musik bambu serta atraksi wisata, dan penyelengaraan workshop serta pelatihan. Upaya Pemanfaatan dengan membentuk suatu badan pendidikan Udjo School sebuah institusi pendidikan dengan sebuah misi yang harus dijalankan yaitu untuk melestarikan budaya sunda.

(3)

ABSTRACT

BAMBOO ARTS PRESERVATION IN SAUNG ANGKLUNG UDJO

By:

Muhamad Farhan NIM: 0807179

The issue discussed was how Saung Angklung Udjo efforts in preserving bamboo art and how Saung Angklung Udjo efforts in developing tourist attraction that includes bamboo arst. This study aims to analyze whether the program Saung Angklung Udjo has done has included conservation principles include the protection, development and utilization of cultural heritage in accordance with the regulations with the Minister of Home Affairs and Minister of Culture and Tourism no 42 of 2009 on guidelines for the preservation of culture.

The method used in this research is descriptive analysis, the research is more lead to disclosure issues or things as they are and reveal the facts that exist. Related theories and supporting this research is the concept of culture, preserving the cultural heritage and concept of art. An interview with the manager was also conducted to determine the programs that have been conducted in an effort to preserve Sundanese art and supported by direct observation of spaciousness to determine the condition of Saung Angklung Udjo factually.

The results showed that the preservation program undertaken by Saung Angklung Udjo was referring to the conservation guidelines set by the regulation together with the Minister of Home Affairs and the Minister of Culture and Tourism No 42 of 2009 on guidelines for the protection of cultural preservation by establishing a Saung Angklung Udjo foundation which one of its program create a “live Museum”, bamboo musical instrument development efforts and the organization of workshops and training, utilization efforts by forming Udjo School an educational institution with a mission to be performed is to preserve the sundanese culture.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Pariwisata, Kepariwisataan dan Wisatawan ... 10

B. Kebudayaan ... 13

C. Kesenian ... 17

D. Pelestarian ... 26

E. Atraksi ... 31

F. Kerangka Pemikiran... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Penelitian ... 36

C. Desain Penelitian ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Sampel ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Profil Saung Angklung Udjo ... 43

1. Identitas Perusahaan ... 43

2. Tempat... 44

3. Sejarah Singkat Saung Angklung Udjo... 49

B. Kesenian Bambu Yang Ditampilkan di SAU ... 52

1. Angklung ... 52

2. Arumba ... 55

3. Calung ... 58

4. Tentang bambu ... 58

C. Pengembangan Atraksi Kesenian Bambu di SAU ... 68

1. Pertunjukan Internal SAU ... 69

2. Pertunjukan Eksternal ... 70

D. Program Pelestarian Kesenian Bambu di SAU ... 72

1.SAU Bamboo Music & Craft Production ... 72

2.Akademi ... 73

3.Foundation ... 75

E.Upaya Pelestarian yang Telah Sesuai dengan Pedoman... 77

1. Perlindungan ... 77

2. Pengembangan ... 78

3. Pemanfaatan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian integral pembangunan nasional yang pelaksanaannya melibatkan tiga stakeholder kunci yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Pembangunan sektor ini dilaksanakan secara sektoral yang melibatkan institusi baik tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional. Salah satu dampak yang secara langsung terasakan saat ini yaitu dalam hal perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja. Banyak sekali investor-investor baik dalam dan luar negeri yang menanamkan usaha pariwisatanya di Indonesia. Secara tidak langsung kesempatan bekerja dalam industri pariwisata semakin meluas.

Pengembangan atau pembangunan pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Hal tersebut sejalan dengan undang-undang republik Indonesia nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pada Pasal 4 mengenai tujuan dari kepariwisataan salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan mengatasi pengangguran.

(7)

meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai daerah (Depbudpar RI, 2005).

(8)

3

diharapkan juga akan mendorong kemampuan dan daya produktifitas bagi peningkatan perekonomian secara keseluruhan.

Kebudayaan sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua. Kebudayaan sunda yang ideal kemudian sering dikaitkan sebagai kebudayaan raja – raja sunda Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan – kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda , sering dikenal dengan masyarakat religius. Budaya sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Ada beberapa watak dalam budaya sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak sunda itu adalah cageur, bageur, singer tur pinter.

Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati orangtua. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “ silih asih, silih asah dan silih asuh, saling

mengasihi, saling mempertajam diri dan saling melindungi. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua.

(9)

keseimbangan sosial masyarakat sunda melakukan gotong royong untuk mempertahankannya (id.wikipedia ).

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat workshop kesenian, yang merupakan tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara kesenian Sunda dan khususnya angklung. Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni tradisional Sunda. Berlokasi di Jln. Padasuka 118, Bandung Timur Jawa Barat Indonesia.Dengan suasana tempat yang segar udaranya dan dikelilingi oleh pohon-pohon bambu, dari kerajinan bambu dan interior bambu sampai alat musik bambu. Disamping pertunjukan rutin setiap sore, Saung Angklung Udjo telah berkali-kali mengadakan pertunjukan khusus yang dilakukan pada pagi atau siang hari. Pertunjukkan tersebut tidak terbatas diadakan di lokasi Saung Angklung Udjo saja, tetapi berbagai undangan tampil di berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri.

(10)

5

menimbulkan dorongan agar kesenian sunda masih dapat dinikmati oleh siapapun, sejalan dengan itu penulis bermaksud meneliti lebih mendalam dan menuangkannya kedalam judul penelitian “PELESTARIAN KESENIAN BAMBU DI SAUNG ANGKLUNG UDJO”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana upaya Saung Angklung Udjo dalam melestarikan kesenian

bambu ?

2. Bagaimana upaya saung angklung udjo dalam mengembangkan atraksi kesenian bambu ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan upaya Saung Angklung Udjo dalam melestarikan kesenian bambu.

2. Mendeskripsikan upaya Saung Angklung Udjo dalam mengembangkan Atraksi kesenian bambu

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Meningkatkan apresiasi masyarakat dalam pelestarian pengembangan seni dan budaya

(11)

3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.

E. Defnisi Operasional.

Berdasarkan judul di atas, dapat ditarik pengertian mengenai definisi operasionalnya sebagai berikut :

1. Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

2. Telah banyak ditampilkan definisi kebudayaan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut ini. H. Herskovits (Iih Abdurrahchim, 1962), memberikan definisi seperti berikut, culture is the man made part of the

environtment (kebudayaan adalah bagian dari suatu lingkungan hasil

rekayasa manusia). R Linton (Iih Abdurrachim 1962), mengatakan bahwa,

Culture is man, social heredity (kebudayaan merupakan warisan sosial,

(12)

7

waktu, yang eksplisit, implisit, rasional dan non-rasional,yang merupakan pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.

3. Menurut Angklung-Udjo.co.id Bambu termasuk famili Gramineae (rumput-rumputan) yang banyak memberikan arti kepada manusia, seperti gandum, dan padi. Bambu bersifat kosmopolit, artinya dapat hidup di daerah panas dan dingin, di rawa-rawa, tebing-tebing, gunung-gunung, di dataran tinggi dan rendah, serta mempunyai karakteristik mudah tumbuh kembali setelah mengalami musibah, baik kekeringan, kebakaran maupun pengrusakan. Bambu adalah tanaman purba yang telah menjadi penghuni bumi sejak 200.000.000 tahun yang silam (David Farrelly, 1938 : 7). Tanaman ajaib yang tumbuh tercepat di dunia ini mencapai ketinggian 47,7 inci tiap 24 jam bahkan 121 cm tiap 24 jam (Nagaoka, 1938:53). Karakteristik Bambu :

 Bersifat bambu lentur dan berbuku buku

 Tumbuh di daerah dataran tinggi dan rendah dan berkelompok

 Daunnya panjang dan berkembang biak dengan tunas

 Sampai dengan Umur 3 thn bisa dipanen

 Mudah berkembang biak dan lebih cepat tumbuh dibanding dengan

kayu

(13)

penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam. Namun dalam kehidupan sehari-hari, masih ada sebagian kecil masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural, yang berasal dari kebudayaan animisme dan Hindu. Kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi banyak juga dari mereka yang bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional.[2] Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam wayang golek yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga pandai dalam diplomasi. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian sudah melakukan diplomasi pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal.

(14)

9

kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Rakim (2008) mengemukakan bahwa “metode adalah suatu kerangka kerja unutk melakukan tindakan atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan yang beraturan, terarah, dan terkonteks serta relevan dengan maksud dan tujuan”. Berdasarkan pengertian metode menurut Rakim tersebut, dapat dipahami bahwa metode penelitian sangat berhubungan dengan cara yang harus digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Thomas et al (Emilia,2009) mengemukakan bahawa “masalah metode penelitian bukan urusan salah atau benar, tetapi urusan apakah cocok atau tidak dengan masalah penelitian yang dteliti” , sehinga dalam

penentuan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti, seorang peneliti perlu berhati-hati dalam menentukan metode penelitian apa yang akan digunakan dalam penelitiannya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(16)

37

dari bambu. Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara kesenian Sunda dan khususnya angklung. Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari Juni-November 2012 2.1 Jadwal Penelitian.

a) Persiapan

b) Pengajuan Proposal skripsi c) Persetujuan Proposal skripsi d) Pelaksanaan Lapangan e) Penyusunan hasil penelitian f) Penyampaian laporan penelitian

2.2 Jangka waktu penelitian

Jangka waktu kegiatan dan penyelesaian Skripsi ini adalah enam bulan sebagaimana jadwal terlampir.

Kegiatan Bulan Juni Juli Agustus September Oktober November

Persiapan √

Pengajuan Proposal

Skripsi √

Persetujuan Proposal

Skrips √

Pelaksanaan

Lapangan √ √

Penyusunan

hasil penelitian √

Penyampaian laporan penelitian

(17)

C. Desain Penelitian

Secara umum desain penelitian adalah sebagai kerangka kerja yang secara detail merinci prosedur yang diperlukan untuk memperoleh informasi guna menjawab masalah riset dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Malkota sebagaimana dikutip Istijanto (2005:18). Dalam penelitian ini digunakan riset deskriptif kualitatif, riset deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena.Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, mengaanalisis data dan menginterpretasikannya. Metode kualitatif yaitu metode yang lebih bersifat makna dari pada generalisasi. Analisis data bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.Metoda kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna, yaitu data yang sebenarnya dan data pasti (Suryana, 2010).

1. Pembagian jenis data

Dilihat dari asal atau sumbernya data dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yang disebut data sekunder dan data primer.

a.Data sekunder

(18)

39

Definisi data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh pelaku riset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus dalam pelestarian budaya sunda. Data primer akan diperoleh melalui data kualitatif dalam bentuk wawancara dan analisis dokumenter.

D. Variabel Penelitian

Sangadji dan Sopiah (2010 :133) mengemukakan bahwa “variabel penelitian adalah konstrak (abstraksi fenomena kehidupan nyata yang diamati) yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena-fenomena”. Jadi, variabel penelitian merupakan objek penelitian yang dapat dianalisis lalu diinterpretasi untuk menghasilkan kesimpulan dalam suatu penelitan.Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

a) Atraksi kesenian bambu b) Pelestarian kesenian bambu

E. Sampel

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut juga sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data sari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas. Sugiono (2011:298-229).

(19)

2. Ibu.Mutiara Udjo selaku Direktur Operasional Saung Angklung Udjo. 3. Bpk.Sam Udjo selaku Direktur Yayasan/Udjo Foundation.

4. Kang Tata selaku Manajer Pertunjukan Saung Angklung Udjo. 5. Kang Maulana selaku Manajer Marketing Saung Angklung Udjo. 6. Kang Riza Handani selaku Corporate Secretary Saung Angklung Udjo. 7. Annisa Agriani. SPd selaku Ketua biro marketing teater lakon Universitas

Pendidikan Indonesia, Penari Sanggar Seni Sunda canghegar.

F. Instrumen Penelitian.

Dalam metode kualitatif instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki wawasan dan bekal teori yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Suryana, 2010), peneletian ini juga menggunakan peraturan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata no 42 tahun 2009 tentang pedoman pelestarian sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui apakah upaya pelestarian yang telah dilakukan ditempat penelitian telah sesuai dengan kriteria pedoman pelestarian yang telah ditetapkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan untuk melalui wawancara dan studi dokumentasi.

(20)

41

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (Sugiono, 2002:234)

b.Studi Dokumentasi

Sudijono (2008:30) mengemukakan bahwa studi dokumentasi adalah “kegiatan yang dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan”. Senada dengan pendapat Sudijono tersebut, Sukmadinata (2005:221) mengemukakan bahwa studi dokumentasi adalah “suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik”.

c.Observasi Lapangan

Teknik observarsi lapangan ini digunakan penulis dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum obyek yang akan diteliti, dimana peneliti akan melakukan observasi terhadap variabel-variabel yang ada di lokasi penelitian.

d.Studi Literatur

Adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi literatur mengenai kepariwisataan dan data lain yang berkaitan dengan judul skripsi dengan cara mempelajari buku, jurnal, dan lainnya.

H.Analisis Data

(21)

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman, (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a) Pengumpulan informasi

Pengumpulan informasi melalui wawancara, maupun observasi langsung. b) Reduksi data (Data reduction)

Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

c) Penyajian data (Data display)

Setelah informasi dipilih maka bisa disajikan dalam bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan.

d) Tahap akhir (Conclusion)

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan sebuah tujuan wisata budaya yang lengkap, karena SAU memiliki arena pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Disamping itu, kehadiran SAU di Bandung menjadi lebih bermakna karena kepeduliannya untuk terus melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Sunda, khususnya kesenian yang berbahan dasar bambu, kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa SAU telah melakukan upaya pelestarian Kesenian bambu yang sesuai dengan pedoman pelestarian yang berbasis pada peraturan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No 42 Tahun 2009 tentang pedoman pelestarian kebudayaan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

1. Perlindungan : Sebagai upaya dalam melakukan perlindungan terhadap Kesenian Bambu SAU membentuk suatu yayasan dengan nama Saung Angklung Udjo Foundation dengan salah satu programnya membangun

“museum hidup” Angklung (dengan semua jenisnya), yang dimaksudkan

untuk memberikan pesan kebudayaan dan seni dalam bentuk nyata dari berbagai jenis angklung dan alat musik bambu yang di tempatkan dalam

(23)

2. Pengembangan : Membentuk suatu yayasan dengan nama Saung

Angklung Udjo Foundation dengan salah satu programnya, “menciptakan

Inovasi dan kreatifitas musik bambu” yang maksudkan sebagai bentuk

kreatifitas dan pelestarian alat musik bambu yang ada di Indonesia khususnya Jawa Barat (Sunda), yang kemudian dikembangkan menjadi suatu alat musik berinstrumen sama dalam bentuk atau terbuat dari bambu. Contoh : ARUMBA. Menyelenggarakan Workshop Saung Angklung Udjo. Program ini memberikan kesempatan kepada para peserta untuk membuat Angklung sendiri, dan akan dimainkan dalam pertunjukan bambu Kaulinan Urang Lembur, Angklung yang telah dibuat dapat dibawa pulang sebagai cenderamata.

(24)

85

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis merekomendasikan

beberapa hal yang berkaitan dengan atraksi dan upaya pelestarian kesenian Sunda,yang disajikan diSaung Angklung Udjo :

1. Pihak pengelola Saung Angklung Udjo sebaiknya perlu menambahkah dan mengemas kembali atraksi-atraksi kesenian baru agar pertunjukan yang disajikan lebih bervariatif semisal kesenian musik karinding yang juga berbahan dasar dari bambu.

2. Pihak pengelola Saung Angklung Udjo sebaiknya menambahkah program paket pendidikan baru seperti permainan-permainan tradisional Sunda yang sarat akan nilai pendidikan bagi anak-anak

3. Pihak pengelola Saung Angklung Udjo perlu melakukan kerjasama dengan kedutaan-kedutaan asing yang ada di Indonesia sebagai sarana promosi dan diplomasi kebudayaan agar kebudayaan Sunda dapat lebih dikenal luas di dunia.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, Endang (2007) . Tari ditatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press. Mutakin, Awan (2008). IPTEK dan Masyarakat Industrial. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Mutakin, Awan (2006). Pengantar Antropologi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Rustiyanti, Sri (2010). Menyingkap Seni Pertunjukan Etnik Di Indonesia.

Bandung :Sunan Ambu Press.

Masunah, Juju dan Narawati, tati (2003) Seni dan Pendidikan Seni. Bandung : P4ST UPI.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gunung Agung.

Suryana (2010). Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dam

Kualitatif. Bandung : Universita Pendidikan Indonesia.

Suranti, Ratna (2005). Pariwisata Budaya dan Peran Serta Masyarakat. (Makalah).

Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Undang-Undang No. Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

(26)

87

Sumber Internet :

Wikipedia.co.id Sunda.(Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda

Wikipedia.co.id Suku Sunda (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda.

Wikipedia.co.id Budaya Sunda (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda Budpar.go.id Atraksi (Online). Tersedia:

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang rodagigi yang berkontak dikurangi dengan jarak poros..

Adapun saran pada penelitian ini sebagai berikut: perusahaan bisa menerapkan acceptance sampling pada lot-lot yang diproduksi untuk menjamin kualitas produk AMDK;

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dalam bentuk pemberian masker kain, hand sanitaizer , poster dan stiker cuci tangan yang diberikan secara langsung pada

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam iklim komunikasi, variabel kepercayaan (x1), pembuatan keputusan bersama (x2), kejujuran (x3), keterbukaan dalam

S: pasien mengatakan masih belum mampu melakukan perawatan diri setelah eliminasi dikarenakan kelemahan otot ekstremitas atas O:.. Pasien masih tidak mampu membersihkan

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Audit, Due Professional Care, dan Motivasi Auditor

Grafik percepatan pertumbuhan rambut kelinci pada kombinasi ekstrak dibandingkan dengan kontrol normal, kontrol positif dan kontrol negatif Berdasarkan Gambar 2 tersebut

Dengan demikian dari penjelasan ke delapan golongan yang berhak menerima zakat yaitu fakir miskin dalam konteks pada masa sekarang yaitu orang yang tidak memiliki kehidupan