• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERCERAIAN (BROKEN HOME) TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN KARANG MAS MAS

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "DAMPAK PERCERAIAN (BROKEN HOME) TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN KARANG MAS MAS"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

PEMBAHASAN

Latar Belakang Masalah

Oleh karena itu, peran kedua orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan sosial dan emosional anak. 9 Ruja Wati, “Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Sekolah Dasar di Lingkungan Keluarga,” Jurnal Kajian Islam dan Ilmu Pendidikan: UIN Sunan Kalijaga.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai perkembangan sosial emosional anak dalam keluarga bercerai (broken family). Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Dampak Perceraian (Keluarga Rusak) Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Lingkungan Karang Mas-Mas”.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang perkembangan sosial dan emosional anak usia dini. Berdasarkan penelitian mengenai dampak perceraian (kehancuran) terhadap perkembangan sosial emosional anak, diharapkan hal tersebut juga berlaku bagi orang tua.

Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji dampak perceraian orang tua terhadap anak. Persamaannya dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji perkembangan sosial dan emosional anak.

Kerangka Teori

  • Tinjaun Dampak Perceraian (Broken Home) Terhadap
  • Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
  • Faktor Pendukung Dan Penghambat Perkembangan Sosial

Erikson menyatakan ada delapan tahapan perkembangan sosial emosional anak usia dini menurutnya antara lain: 50. 59 Susianti Selaras Ndari, dkk, Metode Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini, (Jawa Barat: Penerbit Edu, 2018), Hal.

Tabel 1.1 Tingkat Pencapaian  Perkembangan Sosial Emosional   Usia  Tingkat Pencapaian
Tabel 1.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Emosional Usia Tingkat Pencapaian

Metode Penelitian

  • Pendekatan Penelitian
  • Kehadiran Peneliti
  • Lokasi Penelitian
  • Sumber Data
  • Tehnik Pengumpulan Data
  • Tehnik Analisis Data
  • Keabsahan Data

Sumber primer adalah sumber data yang diberikan langsung oleh pemberi informasi kepada peneliti.75. Penggunaan metode observasi non partisipan ini memudahkan peneliti memperoleh data yang lebih lengkap dan berharga serta lebih relevan dengan masalah yang diteliti yaitu dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun. . di kawasan Karang Mas-Mas Cakranegara. . Peneliti menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini guna memperoleh data tertulis beserta foto-foto yang diambil di lapangan yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan data lapangan yang ada mengenai dampak perceraian (putus).

Dengan demikian, data-data yang telah direduksi sebelumnya akan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan dan memperoleh data selanjutnya, serta gambaran yang lebih jelas dan rinci. Reduksi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara merangkum hasil wawancara dan observasi terkait dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara kemudian dipilih yang paling banyak. data penting yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang diperoleh dengan cara memverifikasi data yang sebelumnya diperoleh dari berbagai sumber.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui wawancara diteliti dengan cara mengamati dan mendokumentasikan anak, orang tua, kerabat dekat (nenek, bibi, paman) di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara. 3) Triangulasi waktu. Dalam triangulasi sumber, peneliti menggabungkan data yang diperoleh dari informan yang berbeda yaitu orang tua, kerabat dekat (nenek, bibi, paman) dan tetangga terdekat. Tujuan bahan referensi adalah untuk memberikan dukungan dalam pembuktian keaslian data yang diperoleh peneliti.

Sistematika Pembahasan

Data yang ditemukan hendaknya disertai dengan dokumen atau foto yang otentik sehingga lebih dapat dipercaya.92. Referensi yang peneliti gunakan adalah catatan lapangan, buku-buku atau arsip-arsip penting yang berkaitan dengan profil anak, teori-teori mengenai dampak perceraian (broken home) dan juga buku-buku yang relevan untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Jadi peneliti tidak memparafrasekan data atau temuan yang diungkapkan pada Bab II.

Untuk judul bab pembahasan dibuat bab tersendiri yang mencerminkan isi bab dan tidak menambahkan kata-kata. Daftar Pustaka, bagian ini memuat daftar referensi atau acuan yang digunakan, baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar atau yang lainnya.

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Gambaran Umum Lingkungan Karang Mas-Mas

Dampak Perceraian (Broken Home) Terhadap Perkembangan

Hubungan antara anak dengan guru serta teman sebayanya akan sangat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak. Peneliti bersentuhan langsung dengan orang tua dan kerabat dekat yang dapat memberikan informasi dan data mengenai perkembangan sosial emosional anak yang pernah mengalami Broken Home (korban perceraian) di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti tertarik untuk menggali dan mendalami perkembangan sosial dan emosional anak yang mengalami Broken Home (korban perceraian orang tua) di lingkungan Karang Mas-Mas.

Penyajian data dalam penelitian ini mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara berbentuk narasi, menyajikan data yang membantu peneliti untuk memahami fenomena yang terjadi. . yang terjadi dan dapat menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil. Verifikasi merupakan langkah terakhir karena diambil kesimpulan dari akhir penelitian mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun di kawasan Karang Mas-Mas Cakranegara. Apabila dalam proses analisis data peneliti tidak memperoleh informasi yang lengkap mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun di wilayah Karang Mas-Mas Cakranegara, maka peneliti bebas untuk melakukan pengumpulan data kembali untuk memperoleh informasi yang lengkap. .

Melalui wawancara mendalam dan dokumentasi mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3 sampai 6 tahun di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara. 2) Teknik triangulasi. Mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3 sampai 6 tahun di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara, triangulasi yang kedua adalah triangulasi teknis, dimana dalam teknik triangulasi peneliti memverifikasi kredibilitas data. diperoleh melalui wawancara mengenai dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun di lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara. Dampak perceraian (broken home) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di lingkungan Karang Mas-Mas.

Hasil observasi penilaian tingkat perkembangan sosial emosional anak usia dini di lingkungan Karang Mas-Mas. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan sosial emosional anak usia dini di lingkungan Karang Mas-Mas.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Perkembangan Sosial

Agar anak tidak mengalami kerugian apapun setelah terjadi perceraian kedua orang tuanya, meskipun tanpa orang tua yang sudah tidak utuh lagi (bercerai). Pola asuh orang tua yang baik juga sangat diperlukan bagi anak yang mengalami Broken Home (korban perceraian), setelah orang tuanya bercerai, anak akan lebih banyak diasuh oleh pihak ketiga yang merupakan kerabat dekat orang tuanya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, memang benar pola pendidikan yang diberikan orang tua atau kerabat dekat dalam membesarkan dan mengembangkan anak dengan melaksanakan/memberikan pendidikan agama seperti mengaji.

Kasihan juga anak bungsu yang setiap hari hanya bisa melihat ibu dan nenek bertengkar.130 Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, memang sering terjadi pertengkaran antara orang tua dan pengasuh. anak-anak. Pertengkaran dan diskusi yang terjadi diakibatkan oleh permasalahan ekonomi dan buruknya komunikasi antara orang tua dan kerabat dekat (nenek) yang mengasuh anak. Perkembangan sosial emosional anak tidak hanya dipengaruhi oleh permasalahan ekonomi, namun juga perbedaan pola pengasuhan antara orang tua dan kerabat dekat (nenek).

Tidak hanya pola asuh otoriter saja, ada juga orang tua yang menerapkan pola asuh yang terlalu memanjakan anak, memberikan apa saja yang diminta, dan tidak memberikan aturan apa pun kepada anak. Para orang tua percaya bahwa ketika mereka berpisah, anak-anak mereka harus merasakan kebahagiaan seperti anak-anak lainnya. Mereka tidak boleh kekurangan apapun agar tidak merasa sedih meski tidak memiliki orang tua penuh. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak, tanpa memberikan aturan yang membuat anak merasa tidak nyaman.

PEMBAHASAN

Dampak Perceraian (Broken Home) Terhadap Perkembangan

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Yasmirah bahwa mental seorang anak dalam menghadapi perceraian orang tuanya sangatlah penting. Keterikatan ini muncul dari interaksi atau kontak sehari-hari dengan kedua orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Menjadi masalah jika kedua orang tua tidak bisa bekerja sama maka anak akan kehilangan keterikatan dan menimbulkan perasaan tidak percaya pada dirinya sendiri.150.

Perpisahan dengan orang tuanya menimbulkan guncangan psikologis pada anak yang akan berdampak pada kesehatan mentalnya. Jika orang tua bercerai, otomatis anak merasa terancam, tidak aman, takut sehingga membuat emosi anak tidak terkendali/tidak stabil. Anak yang mengalami emosi yang baik dan stabil juga akan memiliki perilaku sosial yang baik, dan kedua orang tuanya memegang peranan yang sangat penting dalam perilaku sosial dan emosionalnya.153.

Ketika mereka bertengkar atau bertengkar, orang tua tidak segan-segan mengucapkan kata-kata kasar di depan anaknya.155. Alasan anak berperilaku agresif adalah karena merasa tidak puas dengan ketidakharmonisan keluarganya, seperti orang tua yang sering bertengkar, kasar, marah, cemas, bahkan perceraian orang tuanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya dorongan, motivasi dan kurangnya stimulus dari orang-orang terdekat seperti orang tua yang membantu anak melatih keterampilan sosialnya.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Perkembangan Sosial

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti memang benar bahwa perceraian orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan emosi anak. Perceraian orang tua berdampak besar pada anak usia dini, terutama pada perkembangan emosi anak. Berdasarkan analisis dan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pola asuh yang digunakan oleh orang tua.

Pola pengasuhan yang diterapkan orang tua dan anggota keluarga dekat yang mengasuh anak terkadang berbeda. Perceraian orang tua membuat anak kehilangan kasih sayang dan kasih sayang kedua orang tuanya, sehingga anak merasa malu, marah, kasar, durhaka dan lain sebagainya, seperti yang dirasakan oleh anak korban perceraian di lingkungan Karang Mas-Mas. Kasih sayang dan kasih sayang dari kedua orang tua sangat diperlukan bagi tumbuh kembang anak, terutama perkembangan emosi anak.

Seperti yang diungkapkan Widyarini, jelas bahwa perceraian orang tua membawa dampak buruk bagi kehidupan seorang anak. Bagaimanapun juga anak membutuhkan sosok ayah, ibu dan keluarga besar dari kedua orang tuanya, karena hubungan antara orang tua dan keluarga merupakan landasan kasih sayang. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan sosial emosional anak usia dini mengalami Broken Home (korban perceraian) di kawasan Karang Mas-Mas antara lain faktor lingkungan keluarga, faktor ekonomi, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua atau kerabat dekat yang mengasuh anak dan mempunyai kekurangan. . atas kasih sayang dan perhatian yang diterima anak setelah orangtuanya bercerai.

Rina Nur Azizah, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikologis Anak”, Jurnal Al-Ibrah: Universitas Madura, Vol. Lembar hasil wawancara dengan orang tua dan kerabat terdekat di lingkungan Karang Mas-Mas, Cakranegara Utara. Peneliti : Bagaimana pola komunikasi orang tua dengan kerabat dekat (nenek, bibi, paman) dalam pola asuh orang tua pasca perceraian.

Lembar hasil observasi orang tua dan kerabat dekat mengenai dampak perceraian (patahnya keluarga) terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di lingkungan Karang Mas.

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat Pencapaian  Perkembangan Sosial Emosional   Usia  Tingkat Pencapaian

Referensi

Dokumen terkait

Arini Rahyuwati,