• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Sarana ibadah dikatakan sangat memadai dan terawat dengan baik dapat dilihat dari masjid atau musholla yang selalu terjaga kebersihannya, dan setiap minggunya para masyarakat bergotong- royong membersihkan masjid atau musholla.

Tabel 2.3

Data Keadaan Jumlah Sarana Ibadah Di Lingkungan Karang Mas-Mas Tahun 202298

No Sarana Ibadah Jumlah

1. Masjid 1

2. Musholla 2

3. Pura 5

Jumlah 8

7. Sarana Pendidikan Di Lingkungan Karang Mas-Mas

Untuk sarana pendidikan di Lingkungan Karang Mas- Mas masih belum cukup memadai dikarenakan hanya ada 1 TK/PAUD dan 1 Universitas 45 Mataram yang masih berdiri sampai sekarang. Rencananya akan dibuat SD/Madrasah di Lingkungan Karang Mas-Mas, cuman masih belum terealisasi sampai sekarang.

8. Sarana Kesehatan Di Lingkungan Karang Mas-Mas

Untuk sarana kesehatan di Lingkungan Karang Mas-Mas hanya memiliki 1 posyandu yang masih aktif sampai sekarang dan rutin dilaksanakan setiap satu bulan sekali dirumahnya Kepala Lingkungan Karang Mas-Mas. Untuk pelayanan kesehatan harian lainnya, biasanya masyarakat Karang Mas- Mas pergi kepuskesmas Taliwang yang terletak di Kelurahan Karang Taliwang.

9. Jumah Angka Perceraian Yang Terjadi Di Lingkungan Karang Mas-Mas

98 Dokumentasi, Lingkungan Karang Mas-Mas, 14 Desember 2022

59

Tabel 2.4

Data Perceraian Yang Tercatat Di Lingkungan Karang Mas-Mas Dari Tahun 2020-202299

No Tahun Laki- Laki

Perempuan KK

1. 2020 3 7 8

2. 2021 7 11 16

3. 2022 10 17 24

Jumlah 20 35 48

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa tingkat perceraian di Lingkungan Karang Mas-Mas Cakranegara terbilang cukup tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang di terangkan oleh Bapak Murad Kepala Lingkungan Karang Mas-Mas yang peneliti wawancarai menjelaskan bahwa:

Penyebab perceraian yang sering terjadi di karenakan banyaknya pernikahan yang dilakukan pada usia muda (menikah dini), masih belum lulus sekolah yang perempuan atau laki-lakinya sudah menikah. Tak jarang juga anak yang masih SD bahkan SMP memutuskan untuk berhenti sekolah dan memutuskan menikah muda padahal sangat di sayangkan sekali. Efek dari menikah muda tersebut membuat mereka kesusahan dan bingung untuk mencari penghasilan dan menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka, inilah salah satu pemicu terjadinya perceraian. Ada juga yang merasa sama-sama tidak cocok, dan ada juga yang ketahuan selingkuh akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.100

10. Data Jumlah Anak Usia 3-6 Tahun Yang Keluarga Bercerai

99 Dokumentasi, Lingkungan Karang Mas-Mas, 14 Desember 2022

100 Bapak Murad, Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 15 Desember 2022

60

Tabel 2.5

Data Jumlah Anak Usia 3-6 Tahun Yang Mengalami Broken Home (Keluarga Bercerai)101

No Nama Anak Jenis Kelamin

Status Anak

Status Pengasuh 1. Muhamad

Putra

Laki-laki Anak Kandung

Nenek dan Kakek dari Ibu

2. Jefri Al Ghifari Laki-laki Anak Kandung

Ibu Kandung dan Nenek dari ibu 3 M. Atha Rizki Laki-laki Anak

Kandung

Ibu dan Bapak Kandung

4 Hanum Perempuan Anak

Kandung

Ibu dan Bapak Kandung 5 Muhamad

Adrian

Laki-laki Anak Kandung

Kakek dan Nenek dari ibu

Kandung 6 Anissa Putri Perempuan Anak

Kandung

Kakek dan nenek dari ibu kandung 7 Mia

Ramadhani

Perempuan Anak Kandung

Ibu kandung, Bibik dan Nenek dari ibu kandung 8 Rehan

Ramadan

Laki-Laki Anak Kandung

Nenek dan Kakek dari Bapak Kandung 10 Muhammad

Naufal

Laki-Laki Anak Kandung

Ibu Kandung dan Nenek 11 Kiara Putri Perempuan Anak Ibu

101 Dokumentasi, Lingkungan Karang Mas-Mas, 14 Desember 2022

61

Kandung Kandung dan Nenek 12 Tufatul Nisa Perempuan Anak

Kandung Ibu Kandung dan Nenek dari Ibu 13 Bilqis Perempuan Anak

Kandung

Nenek dari Ibu

Kandung

14 Heru Laki-Laki Anak

Kandung

Bapak Kandung dan Bibi dari Bapak

Jumlah 14 Anak

Tabel 2.6

Data Jumlah Keluarga Anak Broken Home Di Lingkungan Karang Mas-Mas

Berdasarkan KK (Kepala Keluarga) Tahun 2022102 No Tahun KK Pernikahan

dengan orang dalam Satu

Kampung

Pernikahan dengan orang Luar kampung

Ket.

1 2022 14 3 11 11 Orang

mengikuti suami

Jumlah 3 11

102 Dokumentasi, Lingkungan Karang Mas-Mas, 14 Desember 2022

62

B. Dampak Perceraian (Broken Home) Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Lingkungan Karang Mas- Mas

Rusaknya sebuah lembaga perkawinan merupakan indikasi negatif yang dapat menghancurkan mental anak yang tidak berdosa, sebab rusaknya sebuah perkawinan yang berakibat perceraian orang tua dapat merampas perlindungan dan ketentraman anak yang masih berjiwa bersih. Sebelum memutuskan untuk berpisah sebaiknya selaku orang tua harus memikirkan terlebih dahulu akibat atau dampak yang ditimbulkan dari perceraian yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya nanti.

Ada beberapa wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan Karang Mas-Mas, terdapat beberapa yang merupakan dampak perceraian terhadap perkembangan sosial emosional anak adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kepercayaan diri anak

Anak yang mengalami kondisi broken home (korban perceraian) akan mengalami kehilangan rasa percaya diri karena tekanan mental yang anak terima. Kurangnya perhatian dari sang ibu atau tidak adanya pelukan hangat dari sang ayah bisa menjadikan seorang anak menjadi rendah diri. Kurangnya kepercayaan diri, menjadikan anak lebih suka menyendiri dan menarik diri dari hubungan sosial.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Nju, Beliau mengungkapkan bahwa:

Anak ini (Mia) suka malu bermain dengan teman- temannya, senengan bermain sendiri dirumah jarang keluar.

Tapi terkadang ada satu temennya yang seumuran sering mencari dia ngajakin bermain, mau anaknya bermain tapi itu kebanyakan dia hanya diam dan memperhatikan saja temannya bermain.103

103 Ibu Nju (Ibu dari Mia), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 19 Desember 2022

63

Begitupula yang disampaikan oleh Ibu Hapsah, beliau mengungkapkan bahwa:

Anissa suka bermain sendirian di rumah jarang mau keluar rumah. Kalaupun keluar, iya hanya bermain di sekitaran rumah saja. Anaknya pendiam, tidak banyak ngomong, kadang kalau ditanya sama saya atau bapak cuman ngangguk-ngangguk saja nunduk kayak malu dan takut mau ngomong. Di sekolah pun anaknya senang menyendiri, diajak bermain sama temennya saja suka tidak mau kurang percaya diri. Pernah juga anak ini jatuh di sekolah, mau ditolongin sama ibu gurunya dia tidak mau malahan anak menangis, akhirnya gurunya nelpon saya suruh ke sekolah cuman untuk mengangkat dan nenangin dia. Karena dia tidak mau di pegang sama siapa-siapa maunya sama saya atau bapak saja.104

Berdasarkan hasil wawancara peneliti memang benar bahwa kepercaylaaan diri anak sangat rendah, itu terlihat dari anak yang jarang mau keluar rumah, senang menyendiri, takut dan malu ketika berinteraksi maupun bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal ini serupa sama dengan hasil observasi peneliti bahwa anak-anak yang mengalami broken home, rasa kepercayaan dirinya rendah dikarenakan tidak adanya dukungan maupun motivasi dari ibu maupun ayahnya.

Hilangnya orang yang dijadikan panutan oleh anak, membuatnya berfikir bahwa tidak ada yang bisa dipercayai dan dicontoh sehingga anak rentan merasa kesepian, malu, hingga merasa kurang percaya dengan dirinya sendiri.105

2. Emosi yang tidak stabil (anak lebih mudah marah/tersinggung) Stress yang dialami oleh anak-anak dalam jangka pendek bisa jadi membuat emosi anak menjadi tidak stabil, mereka mungkin mudah marah, mudah tersinggung, atau bahkan malah menarik diri dan menjadi pendiam. Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan melalui kondisi fisiknya.

104 Ibu Hapsah (Nenek Anissa), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 18 Desember 2022

105 Observasi & Wawancara, Lingkungan Karanag Mas-Mas, 17 Desember 2022

64

Sebagai contoh seorang anak akan langsung menangis apabila ia merasakan sakit atau merasa tidak nyaman.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Nju, Beliau mengatakan bahwa:

Mia sering tiba-tiba marah, kadang ngamuk enggak jelas, suka nangis tiba-tiba terus nangisnya itu sampai menyakiti diri sendiri. Apalagi kalau keinginannya dia itu tidak terpenuhi bisa ngamuk, misalnya seperti kemarin nangis gara-gara tidak mau mandi dan dipakaikan baju sama kakaknya nangis, merengek, teriak kayak orang dipukul gitu sampai kadang saya kewalahan untuk nenangin kalau sudah nangis.106

Sama halnya yang disampaikan oleh Ibu Ratna, Beliau mengungkapkan bahwa:

Kalau sudah nangis semua di marahin sama dia sambil ngomel-ngomel tidak jelas, temennya saja yang cuman melihat dia nangis langsung dibentak bahkan sampai mau dipukul atau dilempari barang. Anaknya juga kalau sudah asyik bermain , terus ada yang ganggu atau bahkan cara main temennya tidak sesuai seperti yang dimau pasti temennya itu langsung dimarahin, dipukul sambil ngomel- ngomel gitu.107

Begitupun yang diungkapkan oleh Ibu Hapsah, Beliau menyampaikan bahwa:

Dia kalau nangis atau marah suka diem nunduk, tidak ngomong apa-apa. Tidak ada ekspresi apapun cuman nunduk doang. Saya terkadang heran sama anak ini, suka tiba-tiba nangis, ngambek padahal tidak ada masalah.

Kalau ditanyapun hanya nunduk doang menahan tangis,

106 Ibu Nju (Ibu Mia), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 19 Desember 2022

107 Ibu Ratna (Ibu Jefri), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 18 Desember 2022

65

terus tiba-tiba pergi tidak ngomong sama sekali apa maunya atau masalahnya.108

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti bahwa memang benar dari perpisahan orang tua sangat mempengaruhi kondisi emosional anak. Rasa kehilangan, sedih, marah, bingung bercampur aduk dirasakan oleh anak.

Anak akan sulit mengenali dan mengendalikan emosinya, dikarenakan tidak pernah diajarkan dan diperkenalkan oleh orang tua mereka cara mengelola dan mengendalikan emosi dengan baik. Biasanya anak yang mengamuk dan marah-marah karena merasa terganggu atau ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, tetapi tidak tersalurkan atau kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya.109

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sahruni, beliau mengatakan:

Putra kalau sudah keinginannya tidak terpenuhi suka ngamuk dan nangis. Kadang saya bingung kalau sudah mau sesuatu terus ditanya maunya apa dia tidak mau memberi tahu. Dia nangis, merengek yang membuat saya merasa bingung mau nenanginnya gimana. Iya kalau sudah begitu, saya pura-pura pergi saja nanti pasti anak ini mengejar terus baru ngasih tau manya apa.110

3. Berperilaku agresif

Perceraian orang tua mempunyai dampak yang besar bagi anak usia dini, terutama pada perkembangan emosional anak. Pada kondisi ini perilaku anak lebih agresif dimana anak melampiaskan semua kekesalannya melalui perilaku agresif.

Dari perceraian orang tua, anak merasa segala keinginannya kurang terpenuhi, pembinaan dan bimbingan tidak lagi didapatkan oleh anak dari kedua orang tuanya, anak sering

108 Ibu Hapsah (Nenek Anissa), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 18 Desember 2022

109 Observasi & Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 17 Desember 2022

110 Ibu Sahruni (Nenek Putra), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 21 Desember 2022

66

dimarahi dan dibentak ketika melakukan kesalahan kecil sehingga dia mudah marah, suka menyerang pada bagian fisik lawannya, berkata-kata kotor, menyakiti lawannya secara verbal dan merusak benda yang ada di sekitarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sahruni, Beliau mengatakan bahwa:

Anak ini (Putra) kalau sudah marah dia tidak segan- segan memukul temennya sampai nangis dan misalkan kalau dia belum bisa membalas/memukul temennya dia merasa belum puas (anaknya tipe pendendam). Sudah berapa kali dinasehain tapi dia selalu membantah dan menjawab dengan perkataan “saya senang melakukan itu”.111

Hal senada juga di sampaikan oleh Ibu Ratna, beliau menerangkan bahwa:

“Jika sudah marah sama temennya suka mukul pakai barang yang dibawa, bahkan sampai melempar pakai batu. Tetapi anaknya cepat baik suasana hatinya, nanti pas dicari lagi sama temennya pasti bersikap biasa saja.”112

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti bahwa memang benar anak kerap berperilaku agresif seperti memukul, melempar barang maupun mengucapkan kata-kata kotor yang tidak pantas diucapkan oleh anak seusianya disebabkan lingkungan yang ada disekitar anak yang memengaruhinya terutama lingkungan keluarga yang tidak pernah memberikan kehangatan, perhatian dan kasih sayang yang lebih untuk anak. Hal ini sejalan dengan hasil observasi peneliti bahwa perilaku agresif anak disebabkan oleh lingkungan keluarga yang tidak harmonis yang membuat anak kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang yg utuh.

111 Ibu Sahruni (Nenek Putra), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 21 Desember 2022

112 Ibu Ratna (Ibu Jefri), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 18 Desember 2022

67

Perilaku agresif biasanya mulai ditunjukkan anak pada usia tiga tahun. Pada usia itu, anak sudah mulai menirukan apa yang dilihat dan didengarnya. Perilaku Agresif anak dapat terbentuk disebabkan karena anak menirukan perilaku tidak baik yang dilakukan orang dewasa seperti bertengkar, berdebat, berkata kasar dan lainnya.113

Senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Niah, beliau mengatakan:

Anak ini terbiasa mengucapkan kata-kata kotor/tidak patut untuk diucapkan oleh anak seusianya. Bagaimana dia tidak terbiasa mengucapkan itu, setiap hari anak ini mendengar ibu dan neneknya bertengkar didepan dia dengan mengeluarkan kata-kata kotor/kasar. Terus ibunya juga kalau manggil kakaknya, menggunakan bahasa kasar (seperti mengumpat atau memanggilnya dengan menyebut nama binatang).114

4. Kemampuan bersosialisasi yang rendah

Anak-anak yang berasal dari keluarga yang bercerai cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya karena merasa malu dan takut dengan kondisi keluarganya yang sudah tidak lagi harmonis dan sekaligus juga mereka tidak pernah diajarkan cara bersosialiasi maupun berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya oleh orang tua mereka dikarenakan orang tuanya punya kesibukan masing-masing. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hapsah, beliau mengatakan:

Saya kan sibuk jualan keliling jadi tidak tahu menahu bagaimana interaksi anak ini diluar, ibunya juga sudah menikah lagi dan hanya bisa mengunjungi anaknya seminggu sekali pulang kasih uang atau bawa pergi jalan-jalan. Iya jadi, ketika saya pulang jualan cuman lihat anak ini diem dirumah main hp atau nonton. Kalau ditanya kenapa tidak main diluar, cuman jawab senengan

113 Observasi & Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 20 Desember 2022

114 Ibu Niah (Bibi Mia), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 20 Desember 2022

68

dirumah tidak ada yang ganggu katanya, kalau diajak ngobrol juga susah lebih banyak diemnya, kadang tidak pernah merespon kalau ditanya.115

Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa kemampuan bersosialisasi anak sangat rendah terlihat dari cara anak merespon setiap interaksi dan komunikasi yang terjadi antara anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak lebih banyak diam dan menghindar ketika diajak untuk berkomunikasi. Hal ini senada dengan hasil observasi peneliti bahwa perilaku anak yang menarik diri dari lingkungan, jarang berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan, karena kedua orang tuanya setelah bercerai sibuk dengan pekerjaannya sehingga mereka membiarkan anak-anak melakukan apapun keinginan mereka. Seperti ketika anak tidak mau berinteraksi, bersosialisasi maupun berkomunikasi dengan lingkungan sekitar orang tua memakluminya, tanpa orang tua sadari bahwa dampak yang ditimbulkan jika hal ini dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi perkembangan sosialisasi maupun emosional anak nantinya hingga dewasa.

Anak menjadi pemalu, kurang percaya diri, takut, dan pendiam ketika sudah keluar dari lingkungan keluarganya dan berbaur dengan lingkungan masyarakat.116

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Nju, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau diajak berbicara sama temen atau tetangga, suka diem, nunduk, bahkan menghindar. Kalau di kasih sesuatu saja (berupa makanan) tidak mau mengambil, diem sudah kayak patung tidak memberikan respon atau jawaban.”117

115 Ibu Hapsah (Nenek Anissa), Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 18 Desember 2022

116 Observasi & Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 20 Desember 2022

117 Ibu Nju, Wawancara, Lingkungan Karang Mas-Mas, 19 Desember 2022

69 Tabel 2.7

Hasil Observasi Penilaian Tingkat Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Lingkungan Karang Mas-Mas

Nama : Mia Ramadhani Usia : 3,5 Tahun

No Indikator Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia

Dini

Keterangan

BB MB BSH BSB 1. Menirukan apa

yang dilakukan orang dewasa (seperti kata, perilaku

ataupun sikap)

√ Mulai bisa menirukan

apa yang sering dilakukan ataupun

yang sering

diucapkan oleh orang tuanya seperti berkata kotor/kasar

2. Bereaksi

terhadap hal-hal yang tidak benar

√ Belum bisa

menunjukkan reaksi jika melihat hal-hal yang tidak benar dihadapannya.

Seperti ketika orang tuanya bertengkar, dia tidak merasakan takut ataupun menangis. Dia hanya melihat dengan tatapan mata kosong dan tidak bereaksi apapun

3. Mengatakan perasaan secara verbal

√ Ketika mengatakan

perasaannya tidak mengungkapkannya secara langsung, dia mengekspresikannya

dengan cara

menangis, mengamuk hingga menyakiti dirinya sendiri

70 4. Mulai bisa

melakukan buang air kecil tanpa bantuan

√ Belum bisa

melakukannya

sendiri, seringkali dia buang air kecil dicelana dan tidak memberitahukan orang tuanya jika dia mau buang air kecil/besar

5. Sabar menunggu giliran

√ Sudah mulai bisa

bersikap sabar ketika menunggu giliran untuk bermain

6. Mulai

menunjukkan ekspresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

√ Ketika melakukan

kesalahan pun, dia tidak merasa bersalah

sama sekali

ekspresinya datar seperti tidak pernah berbuat kesalahan 7. Mulai

menghargai orang lain

√ Belum tahu

bagaimana cara menghargai orang lain ketika berbicara, berpapasan ataupun ketika meminta sesuatu

8. Membangun kerja sama

√ Belum bisa

bagaimana cara membangun kerja sama dengan orang lain seperti teman sebaya

9. Menunjukkan rasa percaya diri

√ Jika diajak bermain

atau mengobrol seringkali

menghindar, malu dan hanya menunduk saja tidak merespon sama sekali

10. Bangga √ Belum bisa

71 terhadap hasil

karya sendiri

menunjukkan

eksprrsi bangga terhadap hasil karyanya. Anak ini hanya diam tanpa memberikan respon 11. Menjaga diri

sendiri dari lingkungan

√ Masih perlu bantuan

orang tua, ketika sedang berada diluar lingkungan

keluarganya 12. Mau berbagi,

menolong dan membantu teman

√ Jarang mau berbagi,

membantu/menolong orang, terlihat ketika temannya meminta makanan atau meminjam

mainannya dia tidak mau memberi, hanya

diam tidak

memberikan respon dan ketika dipaksa untuk berbagi dia akan menangis sejadi-jadinya

13. Mentaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan

√ Mulai belajar

mentaati aturan ketika sedang bermain dengan teman

14. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal

(menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)

√ Masih harus sering

diawasi oleh orang

tua ketika

berinteraksi dengan masyarakat sekitar lingkungan

15. Tahu akan √ Masih belum

72

haknya mengetahui akan

haknya. Misalnya ketika makan, anak ini harus ditanyai terlebih dahulu mau makan atau tidak 16. Bermain dengan

teman sebaya

√ sudah mulai bermain

dengan teman-teman sebayanya, walaupun terkadang sering tidak mau ketika diajak

17. Mengenal perasaan diri dan

mengelolanya secara wajar

√ Belum bisa mengenal

dan mengelola emosinya secara wajar

73 Tabel 2.8

Hasil Observasi Penilaian Tingkat Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Lingkungan Karang Mas-Mas

Nama : Anissa Putri Usia : 5 Tahun

No Indikator Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia

Dini

Keterangan

BB MB BSH BSB 1. Menirukan apa

yang dilakukan orang dewasa (seperti kata, perilaku

ataupun sikap)

√ Bisa menirukan apa yang sering dia lihat ataupun didengarnya secara langsung seperti ketika anak menonton kartun favoritnya, anak bisa menirukan gaya ataupun perilaku kartun favoritnya tersebut

2. Bereaksi

terhadap hal-hal yang tidak benar

√ Ketika melihat hal- hal yang tidak benar, dia akan bereaksi seperti menunjukkan ekspresi tidak suka dan marah

3. Mengatakan perasaan secara verbal

√ Sudah mulai bisa

mengatakan

perasaannya secara lisan, ketika dia marah dia akan mengungkapkan alasan mengapa dia marah

4. Mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan

√ Sudah mandiri

karena bisa

melakukannya

sendiri, tanpa bantuan dari orang

74

tuanya 5. Sabar

menunggu giliran

√ Mampu bersikap

sabar ketika menunggu gilirannya bermain

6. Mulai

menunjukkan ekspresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

√ Ketika melakukan

kesalahan dia bisa menunjukkan

eskpresi bersalah dengan tidak segan meminta maaf kepada orang tua, teman ataupun orang lain.

7. Mulai menghargai orang lain

√ Mulai belajar

bagaimana cara menghargai orang yang lebih dewasa dari dia

8. Membangun kerja sama

√ Masih belajar

membangun kerja sama yang baik dengan teman sebaya di lingkungan rumah mapun sekolah 9. Menunjukkan

rasa percaya diri

√ Masih sering malu

dan menunduk ketika diajak mengobrol oleh orang-orang di sekitar lingkungan rumahnya. Tidak berani menatap mata lawan bicaranya dan sering tidak jelas ketika berbicara 10. Bangga

terhadap hasil karya sendiri

√ Bisa menunjukkan

rasa bangga ketika menunjukkan hasil karya sendiri

11. Menjaga diri sendiri dari

√ Bisa menjaga diri sendiri dengan baik

75

lingkungan di lingkungan sekitar

12. Mau berbagi, menolong dan membantu teman

√ Sudah mulai belajar

berbagi dan

membantu ketika temannya meminta sesuatu (seperti makanan), tetapi hanya teman-teman yang menurutnya baik yang mau dia bagi atau bantu 13. Mentaati aturan

yang berlaku dalam suatu permainan

√ Bisa mentaati aturan yang berlaku dalam sebuah permainan terlihat ketika anak sedang diajak untuk mengikuti sebuah permainan, dia dengan sabar menunggu gilirannya untuk bermain

14. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal

(menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)

√ Anak bisa

memperlihatkan kehatian-hatian kepada orang yang baru dikenal, terlihat ketika anak diajak berkomunikasi dengan orang baru dia lebih memilih

diam dan

menghindar 15. Tahu akan

haknya

√ Anak tahu akan

haknya seperti ketika ingin bermain ataupun meminta sesuatu dia akan menyampaikannya secara langsung 16. Bermain dengan

teman sebaya

√ Mau ketika diajak bermain dengan

Dokumen terkait