• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PEMBAHASAN

F. Kerangka Teori

2. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial ialah pencapaian kematangan dalam hubungan ataupun interaksi sosial. Diartikan juga sebagai suatu proses belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama.38

Menurut Hurlock perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan

37 Ihromi, Bunga…, Hlm. 153

38 Nani M. Sugandhi, Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Hlm. 65.

22

tuntutan sosial.39Selain itu Yusuf menyebutkan bahwa perkembangan sosial ialah proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi menjadi satu kesatuan dalam menjalin suatu komunikasi dan dalam bekerjasama. Jadi, perkembangan sosial ialah suatu proses kehidupan anak untuk bertingkah sesuai dengan norma dan aturan dalam lingkungan masyarakat.40

Hurlock menerangkan dalam tahun-tahun awal kehidupan, yang memberikan pengaruh terpenting terhadap perilaku sosial dan sikap anak tampaknya adalah bagaimana pendidikan yang diberikan oleh orang tua dirumah. Rumah ialah tempat belajar bagi ketrampilan sosial. Jika lingkungan rumah secara keseluruhan memberikan perkembangan sosial yang baik, kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi sosial yang baik begitupun sebaliknya.41

Anak mengembangkan berbagai bentuk perilaku dalam situasi sosial. Bentuk perilaku sosial anak dalam situasi sosial yaitu: perilaku sosial yang meliputi kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, ramah, tidak egosentris, menirukan dan kelekatan.

Sedangkan perilaku tidak sosial meliputi:

membangkang, agresif, bertengkar, mengejek dan menggeretak, sok berkuasa, egosentris, prasangka dan antagonism jenis kelamin.42

Adapun proses perkembangan sosial terdiri dari tiga proses antara lain adalah sebagai berikut:

1) Belajar bertingkah laku dengan berbagai cara yang dapat diterima oleh masyakarat

39 Hurlock. E. B, Perkembangan Anak Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1993), Hlm.

250.

40 Yusuf S, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Hlm. 122.

41 Hurlock, Perkembangan…, Hlm. 256.

42Ibid., Hlm. 262.

23

2) Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat

3) Mengembangkan sikap sosial terhadap sesama dan aktivitas sosial yang ada dimasyarakat.43

2. Perkembangan Emosional

Emosi ialah suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan atau getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Aspek emosional melibatkan tiga variable yaitu: variable stimulus/rangsangan, variable organismic dan variable respons.44

Menurut Santrock emosi sering di istilahkan juga dengan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan ataupun suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya. Jadi emosi timbul karena terdapat suatu situasi yang dianggap penting dan mempunyai pengaruh dalam diri seseorang.45

Goleman dalam Deswita menggunakan istilah emosi merujuk pada a feeling and its distinctive thoughts, psychological and biological states, and range of propensities to act.46Menurut Crow and Crow dalam syaodih menjelaskan bahwa emosi ialah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dalam) kepada lingkungan agar mencapai kesejahteraan dalam keselamatan individu.47

Emosi memiliki peran yang sangat penting didalam perkembangan anak, karena memiliki pengaruh

43 Dr. Dadan Suryana, Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2018), Hlm.180.

44 Ibid., Hlm. 179.

45 Santrock J.W., Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta:Erlangga, 2007), Hlm. 6.

46 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Hlm. 116.

47 Syaodih, Bimbingan Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta:Depdiknas, 2005), Hlm. 46.

24

pada setiap perilaku anak. Pola emosi pada anak hampir sama dengan pola emosi orang dewasa. Pola emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak yaitu takut meliputi malu, canggung, khawatir, cemas. Marah meliputi tempetantrum, negativism, agresif berlebihan dan kekejaman, cemburu, duka cita, keingintahuan, iri hati, gembira sedih, kasih sayang, bangga dan bersalah semua itu merupakan pola emosi yang muncul pada awal anak usia pra sekolah.

Perkembangan sosial emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam kenyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial sangat erat kaitannya dengan dengan perkembangan emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya.48 Jadi, perkembangan sosial emosional ialah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat interaksi anak dengan orang lain dimulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat luas. Dapat diketahui bahwa perkembangan sosial emosional tidak bisa dipisahkan satu sama lain. dengan kata lain, membahas perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial, begitupun sebaliknya keduanya saling terintegrasi.49

3. Tahapan Perkembangan Sosial Emosional

Erikson mengemukakan ada delapan tahapan perkembangan sosial emosional anak usia dini menurut antara lain adalah sebagai berikut:50

1) Trust Vs Mistrust (0-1 Tahun)

Tahap pertama ini berkaitan dengan persoalan apa yang patut untuk dipercayai (trust) dan apa

48 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Hlm. 133

49 Suyadi S, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), Hlm.109

50 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Hlm. 25

25

yang patut untuk tidak dipercayai (mistrust).

Seorang anak, katakanlah seorang bayi misalnya, akan mengerti dunia sekitarnya melalui perasaannya, dalam pandangan Erikson, percaya dalam hubungan itu diartikan sebagai suatu kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan bayi dengan dunia sekitarnya.

Erikson tidak melihat bahwa setiap tahap merupakan kunci dengan menguasai secara penuh beberapa kualitas yang positif. Dalam tahapan pertama ini, suatu rasio tertentu mengenai keperayaan dan ketidakpercayaan yang tumbuh dalam sikap sosial setiap orang adalah merupakan faktor kritis. Apabila seseorang masuk kesituasi baru, maka yang bersangkutan harus mampu menentukan seberapa jauh ia dapat menaruh kepercayaan dan seberapa jauh ia harus menaruh kecurigaan.51

2) Kemandirian Vs Rasa Malu (1-3 Tahun)

Pada tahap ini kemandirian dibentuk berdasarkan pengalaman. Dan pada tahap ini pula kemandirian dibangun diatas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motoric.

Dalam tahap kedua ini Erikson mengidealisasikan tumbuhnya sifat-sifat positif (autonomy) dan malu (shame) secara bersama-sama.

Dalam hubungan ini Erikson melihat bahwa pertumbuhan kemandirian pada dasarnya memerlukan pengembangan rasa kepercayaan diri.

Pada usia ini, anak mencoba untuk menjadi mandiri yang secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan mereka untuk berjalan, berlari, dan berkelana tanpa dibantu orang dewasa. Dengan kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah atau eksplorasi.

51 Ibid.

26

Problem yang dapat terjadi, menurut Erikson adalah rasa malu, karena mereka merasa tidak mampu “be on their own”. Ini akan terjadi bila orang tua terlalu banyak ikut campur misalnya, misalnya membantu atau mengoreksi kekeliruan anak. 52

3) Inisiatif Vs Rasa Bersalah (3-6 Tahun)

Tahap ini terjadi apabila anak telah memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk dirinya, mereka telah dapat memakai pakaian sendiri.

Namun, apabila anak merasa disalahkan terhadap keputusan yang dibuatnya anak-anak akan merasa bersalah. Untuk memunculkan tanggung jawab membutuhkan inisitaif, anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau merasa cemas.53

Bagi Erikson, masa usia 3-6 tahun ini merupakan fase bermain. Dalam fase inilah anak- anak belajar berfantasi, belajar menertawakan diri, mulai belajar bahwa ada pribadi lain selain dirinya.

Pada saat yang sama, kalau fase sebelumnya, anak perlu menciptakan sense of identity sebagai seorang manusia dan kepercayaan untuk melakukan eksplorasi sendiri, maka pada fase ini yang harus diciptakan adalah identitas diri macam apa, terutama sehubungan dengan jenis kelamin anak.

Seperti anak belajar menjadi lelaki atau perempuan bukan hanya dari alat kelamin, tetapi juga dari perlakuan sekeliling mereka. 54

4) Kerja Keras Vs Rendah Diri (6-12 Tahun)

Anak pada usia ini mulai membandingkan dirinya dengan orang lain (misalnya dengan teman- teman dikelasnya). Anak dapat mengenal

52 Ibid., Hlm. 26-27

53 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia dini, (Medan: Perdana Publishing, 2015), Hlm. 25

54 Diana, Psikologi…, Hlm. 28-29

27

kemampuannya dan lebih antusias. Erikson menekankan kepada guru untuk menyakinkan anak terhadap kemampuannya dan tidak merasa rendah diri. Masa ini adalah masa dimana anak mulai mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa mereka mampu untuk berkarya dan bereksplorasi.55 5) Identitas Vs Kebingungan (Pada Masa Remaja)

Tahap ini dialami seseorang pada masa remaja . tahap ini individu menemukan dirinya sendiri dan menentukan langkah-langkah dalam hidupnya. Orang tua sebaliknya memberikan kesempatan kepada remaja untuk dapat melakukan penjelajahan dalam rangka menemukan identitas diri. Pada tahap ini orang tua harus berperan penting dalam urusan kegiatan anak, dimana anak akan membutuhkan saran atau masukan dari orang tua atau sekelilingnya.56

6) Keintiman Vs Keterasingan (18/19-30 Tahun) Pada usia ini kita bukanlah lagi anak-anak atau remaja, tetapi pemuda dan pemudi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita. Tugas kita pada periode ini adalah mengenal dan mengizinkan diri kita untuk mengenal orang lain secara lebih dekat, atau masuk kehubungan yang intim. Sedang kegagalan kita akan membuat kita terisolasi atau mengisolasi diri dari sekeliling kita.57

7) Generativity Vs Stagnation (Pertengahan 20-50 Tahun)

Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generavity dan Stagnasi. Generavity adalah rasa peduli yang

55 Masganti, Psikologi…, Hlm.35

56 Ibid., Hlm. 36-37

57 Diana, Psikologi…, Hlm. 35

28

sudah lebih dewasa dan luas dari pada intimacy karena rasa kasih ini telah meng-“generalize”

kekelompok lain, terutama generasi selanjutnya.

Sedangkan stagnasi ialah lawan dari generavity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain.

8) Integritas Vs Keputusasaan (60 Tahun Keatas) Seseorang dikatakan sudah memiliki integritas apabila ia telah mampu menyikapi kehidupannya sebagai suatu kenyataan yang sangat berguna dan berfaedah. Sebalinya ada pula seseorang yang menanggap kehidupannya sebagai satu hal yang sia-sia tanpa harapan (despair).58 4. Karakterstik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia

Dini

1. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun

Adapun karakteristik perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun antara lain adalah sebagai berikut:

a. Mulai senang bergaul dengan teman

b. Anak ingin disukai oleh teman-temannya.

Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian dan berbagai ketrampilan sosial lainnya

c. Meniru kegiatan orang lain

d. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara- saudaranya. Ini ditunjukkan dengan cara mengucapkannya, memeluk, mencium adik atau kakaknya

e. Mulai terbiasa mandiri dalam mengerjakan tugas

58 Ibid., Hlm.37-38

29

f. Anak meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti telah mampu buang air kecil sendiri

g. Mulai mengerti bagaimana perilaku hubungan konsekuensi. Sebagai contoh, ketika anak tdak diajak bermain oleh teman sebayanya lalu anak merespon dengan cara menangis dan marah.59 h. Membuat kontak sosial dengan orang diluar

rumahya

i. Mulai dapat bermain bersama

j. Mulai menunjukkan tingkah laku sosial seperti pembangkangan, agresif, berselisih, menggoda, persaingan, kerja sama, mementingkan diri sendiri, simpati, tingkah laku berkuasa, dukungan sosial dan saling membagi.60

Menurut Snowman dalam Patmonodewo mengemukakan beberapa karakteristik perilaku sosial pada anak usia prasekolah (3-6 tahun), diantaranya yaitu: (1) pada umumnya anak pada usia dini memiliki satu atau dua sahabat, akan tetapi sahabat ini akan cepat berganti, (2) kelompok bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu terorganisasi secara baku sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti, (3) anak yang lebih kecil sering mengamati anak yang lebih besar, (4) pola bermainnya lebih bervariasi, (5) perselisihan sering terjadi, (6) setelah masuk TK pada umumnya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin telah berkembang.61

59 Susianti Selaras Ndari, Dkk, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini, (Jawa Barat: Edu Publisher, 2018), Hlm. 39

60 Konstantinus Dua Dhiu, Dkk, Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, (Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2021), Hlm. 83

61 Susianti, Metode…, Hlm. 51

30

Adapun pola perilaku sosial anak adalah sebagai berikut yaitu:

a. Meniru adalah agar sama dengan kelompok.

anak akan meniru sikap dan perilaku orang yang mereka sangat kagumi. Menirukan pertama kali muncul dilingkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga hingga ke masyarakat

b. Persaingan adalah keinginan anak untuk memenangkan dan mengalahkan orang lain.

Persaingan ini biasanya sudah mulai muncul pada usia empat tahun. Anak bersaing dengan teman untuk meraih prestasi dengan berlomba- lomba

c. Kerjasama adalah sikap mau bekerjasama dengan kelompok. Mulai dari usia tahun ketiga akhir, anak akan mulai bermain bersama serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat dengan baik

d. Simpati membutuhkan pengertian mengenai perasaan dan emosi orang lain. Maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum berusia tiga tahun, semakin banyak kontak bermain semakin cepat simpati berkembang

e. Empati ialah mengenai perasaan dan emosi orang lain. Tetapi disamping itu juga membutuhkan untuk membayangkan diri sendiri ditempat orang lain. empati diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang merasa iba dan kasihan melihat penderitaan orang lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk menolongnya tanpa mempermasalahkan perbedaan latar belakang, agama, budaya, etnis dan golongan

f. Membagi, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial

31

adalah membagi miliknya, terutama mainan untuk anak-anak lainnya.

g. Perilaku akrab, anak akan memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan teman. Bentuk dari perilaku akrab diperlihatkan dengan canda gurau dan tawa riang diantara mereka.62

2. Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia 3-6 Tahun

Suyanto mengemukakan bahwa karakteristik perkembangan emosional anak usia 3-6 tahun berada dalam fase inisiatif dan rasa bersalah.

Adapun karakteristik perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut:

a. Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri b. Sudah dapat merasakan kelucuan (misalnya ikut

tertawa ketika ketika melihat orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu

c. Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai usia 5 tahun d. Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan

tetapi anak takut untuk melakukannya

e. Sudah mampu mempelajari atau membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sudah dapat menerima peraturan dan pembiasaan f. Sudah dapat menenangkan diri

g. Anak menjadi sangat agresif, sering berperilaku seperti bos (atasan), mendominasi situasi akan tetap dapat menerima nasehat

h. Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali

i. Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah.63 Maria Montessori berpendapat bahwa usia 3- 6 tahun adalah periode sensitive atau masa peka

62 Ahmad, Perkembangan…, Hlm. 139

63 Nenny Mahyuddin, Emosional Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), Hlm. 48

32

yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya dan hal-hal produktif dalam bidang yang disenanginya.64

Menurut Hurlock perkembangan emosi anak terlihat mencolok ketika anak berusia 2,5 tahun dan 5,5-6,5 tahun.Ciri utama karakteristik reaksi emosi pada anak adalah sebagai berikut:

a. Reaksi emosi sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memiliki kadar keterlibatan emosinya

b. Reaksi emosi yang muncul pada setiap kejadian dengan cara yang di inginkan.

Semakin emosi anak berkembang menuju tahap kematangan, maka anak akan belajar mengontrol diri dan menunjukkan reaksi emosi dengan cara dapat diterima dilingkungannya c. Reaksi emosi anak yang mudah berubah dari

satu kondisi kekondisi yang lainnya

d. Reaksi emosi bersifat individual, artinya walaupun pencetus emosi sama namun reaksi emosinya dapat berbeda-beda. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak

64 Ibid., Hlm. 49

33

e. Reaksi emosi anak bisa di identifikasi/dikenali dengan melihat tingkah laku yang mereka tampilkan

f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku.

Mereka mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional secara langsung, tetapi mereka menunjukkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup (seperti menggigit kuku ataupun mengisap jempol g. Emosi seringkali tampak, mereka seringkali

menunjukkan emosi yang meningkat dan mereka menemukan bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi.

Selanjutnya anak akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.65

Adapula menurut Steinberg Dkk mengemukakan karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut:

a. Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasangan b. Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta

berada pada tahap heteronomous morality c. Dapat membereskan alat bermain

d. Rasa ingin tahu yan besar, mampu berbicara dan bertanya apabila diberikan kesempatan dan dapat di ajak berdiskusi

e. Mulai dapat mengenal emosi diri

65 Riana Masher, Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Hlm.40-41

34

f. Mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri- sendiri.66

Adapun tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak usia 3-6 tahun menurut Dahlia dalam bukunya yang berjudul psikologi perkembangan anak usia dini, tentang Standar Pencapaian Perkembangan Anak diantaranya:

Tabel 1.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Emosional Usia Tingkat Pencapaian

Perkembangan 3-4

Tahun

- Mengikuti aktivitas dalam suatu kegiatan besar (misal: piknik) - Meniru apa yang dilakukan

orang dewasa

- Bereaksi terhadap hal-hal yang tidak benar

- Mengatakan perasaan secara verbal

- Mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan

- Sabar menunggu giliran

- Mulai menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok

- Mulai menghargai orang lain - Mulai menunjukkan ekspresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

- Membangun kerja sama

- Memahami adanya perbedaan perasaan (teman takut, saya tidak)

- Meminjam dan meminjamkan teman

4-5 Tahun

- Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan

66 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 152-153

35

- Mengendalikan perasaan - Menunjukkan rasa percaya diri - Memahami peraturan dan

disiplin

- Memiliki sikap gigih ( tidak mudah menyerah)

- Bangga terhadap hasil karya sendiri

- Menjaga diri sendiri dari lingkungannya

- Menghargai keunggulan orang lain

- Mau berbagai, menolong dan membantu teman

- Menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif

- Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan

- Menghargai orang lain - Menunjukkan rasa empati 5-6

Tahun

- Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

- Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)

- Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)

- Tahu akan haknya

- Menaati aturan kelas (kegiatan, aturan)

- Mengatur diri sendiri

- Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri

- Bermain dengan teman sebaya

36

- Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar - Berbagi dengan orang lain - Menghargai hak/pendapat/karya

orang lain

- Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah (menggunakan pikiran untuk menyelesaikan masalah)

- Bersikap kooperatif dengan teman

- Menunjukkan sikap toleran - Mengekspresikan emosi yang

sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias, dan lainnya)

- Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat67

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan sosial emosional anak sangat penting untuk dikembangkan, sehingga anak mampu berinteraksi dan mengontrol setiap perilaku ataupun tindakannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.

Terdapat beberap hal mendasar yang mendorong pentingnya perkembangan sosial emosional yaitu makin kompleksnya permasalahan kehidupan disekitar anak, penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu disiapkan secara maksimal, dan rentang usia penting pada anak terbatas jadi, harus difasilitasi

67 Dahlia, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), Hlm. 74-75

37

seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun terlewatkan.

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Perkembangan Sosial

Dokumen terkait